Formulasi dan Uji Stabilitas… (Dolih G)
FORMULASI DAN UJI STABILITAS MIKROEMULSI KETOKONAZOL SEBAGAI ANTIJAMUR Candida albicans DAN Tricophyton mentagrophytes Dolih Gozali, Dewi Rusmiati, Priyanka Utama Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran-Jatinangor
ABSTRAK Pada perkembangan terakhir ini obat diberikan dalam berbagai macam rute pemberian, diantaranya melalui rute pemberian topikal. Telah dikembangkan sistem mikroemulsi. Mikroemulsi memiliki berbagai keunggulan sebagai sistem penghantaran obat antara lain mempunyai kestabilan dalam jangka waktu lama secara termodinamika, jernih, transparan, mempunyai kemampuan berpenetrasi yang baik, dan daya kelarutan yang tinggi. Jamur dermatofita merupakan penyebab penyakit infeksi kulit seperti kurap ( Tinea). Pada penelitian dilakukan formulasi mikroemulsi dengan zat aktif ketokonazol, serta minyak zaitun sebagai fase minyak. Mikroemulsi yang dihasilkan dievaluasi stabilitasnya selama periode waktu penyimpanan. Aktivitas antijamur sediaan diuji terhadap jamur Candida albicans dan Trichophyton mentagrophytes dan dibandingkan dengan produk krim ketokonazol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi stabil selama waktu penyimpanan dengan tidak terjadi perubahan warna, bau dan konsistensi, pH dan viskositas sediaan mengalami perubahan nilai tetapi masih memenuhi rentang yang telah ditentukan. Hasil uji sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit menunjukkan bahwa sediaan stabil dan tidak mengalami pemisahan, sedangkan hasil uji stabilitas fisik dengan metode freeze-thaw selama 24 hari menunjukkan sediaan tetap stabil dan tidak terjadi perubahan penampilan fisik. Hasil uji aktivitas antijamur dari sediaan mengalami penurunan selama waktu penyimpanan, dimana pada hari ke 28 sediaan sudah tidak memiliki aktivitas antijamur, baik terhadap Candida albicans maupun terhadap Trichophyton mentagrophytes. Kata kunci : Mikroemulsi, mentagrophytes.
Ketokonazol,
Candida
albicans,
Trichophyton
ABSTRACT Lately, medicine were given in various giving route, one of them is trough topical administers. Microemulsion system was developed. Microemulsion has many excellences as medicinal agent such as thermodynamically has long stability, clear, transparence, has great penetration ability, and high solubility. Dermatophyta fungi is the causation of skin infection disease (Tinea), On the research, microemulsion formulation was performed with ketokozanol active substance, and also olive oil as oil phase. The stability of resulted micro emulsions is evaluated in storing period.
54
Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009
The activity of anti fungi product was tested over Candida albicans and Tricophyton mentagrophytes and compared with ketokonazol cream product. The results demonstrate that microemulsion product was stable in storing period and there are no alterations in color, odor, and consistency, product pH and viscosity encountering value shift but are still fulfill the established range. The centrifugal tests result with speed 3000 rpm for 30 minutes illustrated that the product was stable and doesn’t separating, whereas physical stability test with freeze-thaw method for 24 days demonstrate that the product keep remains stable and there are no physical alterations. The result of antifungi activity test from product has decrease, which at th 28 days the product has not antifungi activities, both for Candida albicans and Tricophyton mentagrophytes. Keywords: Microemulsion, Ketokonazol, Candida albicans, Tricophyton mentagrophytes.
55
Formulasi dan Uji Stabilitas… (Dolih G) dibandingkan
PENDAHULUAN
Jamur
dermatofita
merupakan
dengan
mikroemulsi
sediaan
emulsi,
memiliki
berbagai
penyebab penyakit Tinea, jamur ini di
keunggulan sebagai sistem penghantaran
klasifikasikan menjadi 3 genus, Yaitu
obat (drug delivery system) antara lain
Microsporum,
Epidermophyton
Trichophyton , dan
(Mutschler,
1991).
mempunyai kestabilan dalam jangka waktu lama
secara
termodinamka,
jernih,
Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies
transparan, dapat disterilkan dengan cara
dermatofita,
filtrasi, biaya pembuatan murah, daya
masing-masing
2
spesies
Epidermophyton , 17 spesies Microsporum
kelarutan
dan 21 spesies Trichophyton (Budimulya,
kemampuan
2005). Golongan jamur dermatofita dapat
Karakteristik
menyebabkan beberapa bentuk klinik yang
mikroemulsi mempunyai peranan penting
khas,
sebagai alternatif dalam formula untuk zat
satu
jenis
dermatofita
dapat
menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, tergantung
letak
lokasi
tinggi,
serta
mempunyai
berpenetrasi
yang
tersebut
baik.
membuat
aktif yang tidak larut (Gao Z G, 1998).
anatominya
Ketokonazol
digunakan
sebagai
obat baku dalam pengobatan P. versikolor .
(Madani, 2000). Candida albicans merupakan salah
Ketokonazol
dalam
pengobatan
P.
satu contoh jamur oportunistik, yaitu jamur
versikolor terdapat dalam sediaan topikal
yang hanya dapat menyebabkan penyakit
maupun oral (Shepard and
pada orang yang mekanisme pertahanan
2004).
tubuhnya terganggu (Mutschler, 1991).
BAHAN
Candida albicans merupakan penyebab
PENELITIAN
utama kandidiasis pada selaput lendir, alat
DAN
penelitian
ginjal, juga pada mata (Jawetz, 1996).
Aquadestilata,
merupakan
jamur
mentagrophytes
penyebab
infeksi
METODE
Bahan kimia yang digunakan dalam
kelamin wanita, kulit, kuku, paru-paru,
Trichophyton
Lampiris,
ini
terdiri
adalah
Gliserin
Acnibio,
(Bratachem),
Ketokonazol (PT. Meprofarm), Mycoral (PT.
Kalbe
Farma),
NaCl
Fisiologis,
dermatophytoses, seperti Tinea capitis,
Oleum Olivarum (Bratachem), Saborade
Tinea barbae, Tinea cruris, Tinea pedis,
Dextrose
Tinea unguium, dan Tinea manum. Jamur
(Quadrant), Tween 20 (Quadrant).
Agar
(SDA),
span
80
ini digunakan sebagai jamur uji pada uji aktivitas sediaan antijamur topikal
pada
kulit (Sneddon and Chuch, 1983). Pada perkembangan terakhir ini dikembangkan sistem Mikroemulsi, bila
Jamur uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
Tricophyton
Candida
albicans
Mentagrophytes
dan (PT.
Biofarma). 56
Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009 Peralatan yang digunakan dalam penelitian
Formulasi
ini adalah alat-alat gelas yang biasa dipakai
Ketokonazol
di laboratorium Farmasetika, pembakar
dilakukan dalam
spirtus, penangas air, perforator, pH meter
ketokonazol, adalah sebagai berikut :
(pH meter 744 Methrom), mikropipet 20 µL
dan 1000
µL
(Eppendorf), magnetic
Perco baan untuk
zalep,
dan
pengaduk
RZR
2021
Langkah-langkah
Percobaan
stirrer heater , oven (Memmert, M200), pot
motor
:
Mikroemulsi yang
formulasi mikroemulsi
pendahuluan
penda hulua n
:
dilakukan
mene ntukan kondisi percobaan komposisi
bahan
yang
sesuai
(Heidolph), Viscotester Rion VT – 04 F,
untuk
timbangan
mikroemulsi yang jernih dan stabil.
umum
digital,
dan
digunakan
di
Laboratorium
dan
laboratorium
Farmasetika
alat-alat
yang
Mikrobiologi.
menghasilkan
Kondisi yang
sediaan
harus diperhatikan dalam
pembuatan sediaan mikroemulsi meliputi
kecepatan
ini
pengadukan,
temperatur, dan lama pengadukan. Komposisi bahan yang di- buat
METODE
Pengumpulan Bahan :
Bahan baku
meliputi variasi konsentrasi tween 20 (20-
penelitian berupa Ketokonazol diperoleh
45%) dan Span 80 (10-30%) sebagai
dari PT. Meprofarm Bandung serta jamur
komponen surfaktan, gliserin (20-30%)
uji Candida albicans dan Tricophyton
sebagai kosolven/kosurfaktan,
diperoleh
mentagrophytes
dari
PT.
Biofarma
minyak zaitun (3-7%) sebagai minyak.
Pemeriksaan
Pe ngadukan dilakukan pada
kecepatan 1000 - 1200 rpm, waktu
dengan
pengadukan divariasikan antara 5 - 15
pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan
menit, dan temperatur divariasikan antara
bahan
40-60
akan
baku
ketokonazol Pemeriksaan
diawali
meliputi dan
Baku
fase
:
Penelitian
Bahan
sert a
pemeriksaan
minyak
ketokonazol
zaitun.
Pembuatan
sediaan
:
meliputi
dipanaskan
sampai
suh un ya sekitar
pemeriksaan organoleptik atau pemeriaan, penentuan
kelarutan,
dan
O C
titik
leleh.
Karakteristik minyak zaitun ditentukan melalui pengamatan organoleptik, sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.
50 0C,
kemudian
ke
dalam
Aquadest
aquadest
tersebut ditambahkan surfaktan pembentuk emulsi m/a Tween 20 sambil diaduk secara konstan dengan menggunakan motor pengaduk ultraturax pada suhu 50 0 C sampai didapatkan larutan yang jernih. Ketokonazol
57
dilarutkan dalam gliserin,
Formulasi dan Uji Stabilitas… (Dolih G) kemudian dimasukkan ke dalam dispersi
selanjutnya setiap minggu selama 35 hari
Span 80 dalam minyak
penyimpanan.
zaitun
yang
berfungsi sebagai fase minyak. Dispersi
Pengukuran
ini kemudian dimasukkan ke dalam fase
viskositas dilakukan dengan menggunakan
air,
motor pengaduk
portabel Viscotester Rion VT-04 dengan
ultraturax selama 10 - 15 menit dengan
cara sediaan mikroemulsi yang akan diukur
kecepatan
hingga
ditempatkan dalam wadah bermulut lebar
terbentuk sediaan mikroemulsi yang jernih
dengan volume 100 ml, kemudian spindel
dan transparan.
(spindel) yang sesuai di masukkan ke dalam
diaduk
dengan
1000
Evaluasi
–
1200
Stabilitas
Ketokonazol yan g telah
Mikroemulsi
: Sediaan jadi
rpm
mikroemulsi
kemudian dilakukan
viskositas
mikroemulsi
hingga
dinyalakan
hingga
menunjukkan
:
Pengukuran
terbenam. jarum
angka
Rotor
penunjuk
yang
stabil.
serangkaian uji stabilitas antara lain ;
Pengukuran dilakukan terhadap masing-
pengamatan
masing sediaan pada hari ke 1 3, 5, 7, 14,
pH,
organoleptis,
pengamatan
pengamatan
viskositas,
uji
dan selanjutnya setiap minggu selama 35
sentrifugasi, uji stabilitas fisik sediaan
hari penyimpanan.
mikroemulsi
freeze-
Uji Sentrifugasi : Sediaan mikroemulsi
thaw, dan pengamatan ukuran globul
sebanyak kurang lebih 1 ml dima sukkan ke
dengan menggunakan Scanning Elektron
dalam
Microscope (SEM).
dilakukan pengocokan atau sentrifugasi
dengan metode
Pengamatan organoleptis : organoleptis
mikroemulsi
Pengamatan
pada
Ketokonazol
menit.
tabung
sentrifugasi
kemudian
kece pat an 3000 rpm selama 30
diperiksa dengan mengamati perubahan
Uji Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi
konsistensi, warna, bau dan homogenitas
Dengan Metode freeze-thaw : Evaluasi
selama 35 hari (4 minggu) penyimpanan.
stabilitas fisik dengan metode freeze thaw
Pengamatan pH : Pengukuran pH dilakukan
ditentukan dengan menyimpan sediaan
dengan
tidak kurang dari 48 jam pada suhu 4°C.
menggunakan
pH
meter
Methrohm, dengan cara melarutkan
744 1 ml
Setelah
48
jam,
dilihat
jika
adanya
mikroemulsi ketokonazol di dalam 10 ml
pemisahan fase. Kemudian disimpan pada
aquadestilata. Kemudan electrode pada pH
suhu 40°C selama 48 jam, kemudian dilihat
meter digital (744 Methrohm) dicelupkan ke
terjadinya
dalam mikroemulsi yang telah diencerkan
dilakukan selama 6 siklus, yaitu satu siklus
hingga pH meter menunjukkan angka yang
terdiri dari 48 jam pada kulkas 4 C dan 48
stabil. Pengukuran dilakukan pada suhu
jam kemudian pada oven 40 C.
pemisahan
fase.
Pengujian
o
o
kamar pada hari ke 1 3, 5, 7, 14, dan 58
Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009 Pengamatan
Ukuran
Menggunakan
Globul
Scanning
Dengan Electron
Pengujian aktivitas antijamur : Sebanyak 20
µL
suspensi masing-masing jamur uji
Mikroskop (SEM) : Sediaan mikroemulsi
dimasukkan ke dalam cawan Petri steril
yang telah jadi diteteskan diatas kaca
lalu dituangkan SDA yang masih cair suhu
preparat
45°C-50°C
kemudian
dibiarkan
selama
sebanyak 20 mL, kemudian
beberapa hari hingga mongering. Setelah
campuran tersebut diputar hingga homogen
mengering
dan dibiarkan memadat. Setelah itu dibuat
kemudian
diamati
ukuran
globulnya di bawah mikroskop kemudian di
lubang-lubang
foto ukuran globulnya.
pada agar.
Pengujian Aktivitas Antijamur Formula Mikroemulsi
Ketokonazol
:
Formula
menggunakan
perforator
Kemudian formula mikroemulsi dan produk
pembanding
aktivitas
mikroemulsi ketokonazol diuji aktivitas
antijamurnya
antijamurnya dengan menggunakan jamur
metode difusi agar. Tahapan kerjanya
uji Candida
adalah pertama-tama dimasukkan formula
albicans dan
Tricophyton
dengan
diuji
menggunakan
mentagrophytes.
mikroemulsi dan produk pembanding ke
Persiapan alat dan bahan : Alat dan bahan
dalam tiap lubang sebanyak 0,05 gram.
yang akan digunakan meliputi cawan Petri,
Kemudian diinkubasi selama 3 sampai 4
aquadest,
hari pada suhu 25 C. Diameter hambat
Sabouraud
Dextrose
Agar
0
(SDA) dan tabung reaksi disterilkan dalam
ditunjukkan dengan adanya daerah bening
otoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
di sekitar lubang dan diukur menggunakan
Pembuatan media
jangka sorong.
Sebanyak 65 g Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
dilarutkan
dalam
1
L
HASIL DAN PEMBAHASAN
aquadest, kemudian dipanaskan hingga
Hasil Pemeriksaan Bahan Baku
mendidih sambil diaduk dan diperoleh
Hasil Pemeriksaan Ketokonazol
larutan SDA jernih. Kemudian media
Ketokonazol
sebagai
zat
aktif
disterilkan dalam otoklaf pada suhu 121°C
diperoleh dari PT. Meprofarm dengan
selama 15 menit
sertifikat
Persiapan jamur uji
lamipran B. Berdasarkan Pemeriksaan
Jamur uji diinokulasikan pada media
analisis
ketokonazol
yang
zat
terlampir
disyaratkan
pada
dalam
agar miring dan diinkubasikan selama 3-4
Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995,
hari pada suhu 30-35°C. Satu ose koloni
karakteristik ketokonazol yang digunakan
jamur disuspensikan ke dalam 5 mL NaCl
memenuhi persyaratan.
fisiologis steril.
Hasil Pemeriksaan Minyak Zaitun
59
Formulasi dan Uji Stabilitas… (Dolih G) Hasil
dari
Pemeriksaan
penentuan komposisi bahan yang sesuai
organoleptik minyak zaitun ditentukan
untuk
melalui pengamatan penampilan warna dan
mikroemulsi
bau dari minyak.
secara
Hasil
Formulasi
menghasilkan jernih
termodinamika.
percobaan
Mikroemulsi
yang
sediaan dan
stabil
Berdasarkan
pendahuluan
tersebut
diperoleh hasil formulasi mikroemulsi
Ketokonazol
Pada proses formulasi mikroemulsi
ketokonazol yang menghasilkan sediaan
dilakukan percobaan pendahuluan meliputi
yang jernih dan stabil seperti tercantum
penentuan
selengkapnya dalam tabel di bawah ini :
kondisi
percobaan
dan
Tabel .1 Hasil Formulasi Mikroemulsi Ketokonazol Dengan Berbagai Variasi Konsentrasi Surfaktan. BAHAN
FA Ketokonazol Minyak zaitun Tween 20 Span 80 Gliserin Acni Bio Aquadest Hasil
0 5 30 25 25 0,25 15
FORMULA % FB FC
2 5 30 25 25 0,25 15
2 5 35 20 25 0,25 15
FD 2 5 40 15 25 0,25 15
kuning, jernih kuning, jernih kuning, jernih kuning, jernih
Gambar .1 Hasil Formulasi Mikroemulsi Ketokonazol Dengan Berbagai Variasi Konsentrasi Surfaktan Dan Kosurfaktan
Keterangan : FA : Formula mikroemulsi tanpa zat aktif ketokonazol FB : Formula mikroemulsi dengan Tween 20 sebanyak 30%, Span 80 sebanyak 25% dan ketokonazol 2% FC : Formula mikroemulsi dengan Tween 20 sebanyak 35%, Span 80 sebanyak 20% dan ketokonazol 2%. FD : Formula mikroemulsi dengan Tween 20 sebanyak 40%, Span 80 sebanyak 15% dan ketokonazol 2%. Hasil Evaluasi Stabilitas Mikroemulsi Ketokonazol Hasil evaluasi stabilitas fisik meliputi hasil pengamatan organoleptis, pengamatan pH, uji viskositas, uji
sentrifugasi, dan uji stabilitas fisik dengan metode freeze-thaw.
60
Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009 kosurfaktan meliputi pengamatan Hasil Pengamatan Organoleptis Hasil pengamatan organoleptis perubahan konsistensi, warna, dan bau mikroemulsi ketokonazol dengan berbagai dapat dilihat pada Tabel 4.2. variasi konsentrasi surfaktan dan Tabel .2 Hasil Pengamatan Organoleptis Mikroemulsi Ketokonazol Selama Penyimpanan Formula
Pengamatan 1
FA
Homogenitas Warna Bau Homogenitas Warna Bau Homogenitas Warna Bau Homogenitas Warna Bau
FB
FC
FD
Keterangan : HMG KJ Khas
3
HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas
Pengamatan Hari ke5 7 14
HMG HMG HMG HMG KJ KJ KJ KJ Khas Khas Khas Khas HMG HMG HMG HMG KJ KJ KJ KJ Khas Khas Khas Khas HMG HMG HMG HMG KJ KJ KJ KJ Khas Khas Khas Khas HMG HMG HMG HMG KJ KJ KJ KJ Khas Khas Khas Khas
21
28
35
HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas
HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas
HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas HMG KJ Khas
: Homogen : Kuning jernih : Bau khas dari minyak
cenderung mengalami penurunan tetapi
Hasil Pengamatan pH
perubahannya
7.8
tidak
terlalu
signifikan.
Sediaan mikroemulsi tersebut memiliki
7.6 FA
7.4
rentang pH antara 7-7,6. Rentang pH
FB
7.2
tersebut sesuai dengan syarat pH untuk
FC
7
sediaan topikal pada umumnya yaitu antara
FD
6.8
5,5-10, yang tidak mengiritasi kulit (H.
6.6 1
3
5
7
Ralph, 1973).
14 21 28 35
Berdasarkan hasil analisis statistik Grafik 1 Grafik nilai rata-rata pH mikroemulsi ketokonazol dengan berbagai variasi konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan. Berdasarkan hasil pengamatan pH
selama
periode
waktu
penyimpanan
sediaan mikroemulsi ketokonazol memiliki rentang 61
pH
yang
berubah-ubah
dan
dengan
Desain
Blok
Acak
Lengkap
(DBAL) dengan subsampling didapatkan bahwa
bahwa nilai F hitung sebesar
23,869 lebih besar dari F tabel (3,0725) pada taraf 5%, artinya terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari formula
Formulasi dan Uji Stabilitas… (Dolih G) yang berbeda terhadap pH. Dengan kata
antara 80 cps sampai dengan 200 cps,
lain formula mikroemulsi ketokonazol
tergantung
yang berlainan memberikan efek yang
kosurfaktan
berbeda terhadap pH.
viskositas
Dikarenakan pada pengujian dengan desain
blok
acak
subsampling berbeda
lengkap
terdapat
diantara
kadar
yang yang
surfaktan
digunakan.
cenderung
dan
Harga
mengalami
peningkatan dari hari ke hari tersebut
dengan
diebabkan gliserin yang terkandung dalam
yang
sediaan lama kelamaan menguap pada
pengaruh
formula
pada
ketokonazol
proses
penyimpanan
sehingga
sediaan
tersebut, maka perlu dilakuakan uji setelah
menjadi semakin kental. Selain itu, wadah
anava.
yang digunakan adalah pot plastik yang
Untuk
mengetahui
pengaruh
perlakuan mana saja yang memberikan pengaruh
yang
berbeda
terhadap
permeabel terhadap lembab.
pH 300
dilakukan dengan menggunakan uji lanjut setelah
ANAVA
Newman
Keuls .
250 200
F
Berdasarkan hasil uji Newman Keuls
150
A
diketahui bahwa formula mikroemulsi
100
FB
ketokonazol FA, FC, dan FD memberikan
50 0
pengaruh yang berbeda terhadap pH.
1
3
5
7
14 21 28 35
Sedangkan antara formula FA dan FB tidak memberikan pengaruh yang berbeda satu sama lain. Rata-rata pH yang tertinggi terjadi
pada
formula
ketokonazol
FD
Sedangkan
formula
pengaruh
yaitu
rata-rata
mikroemulsi sebesar
FC pH
7,509.
memberikan
paling
rendah
sebesar 7,197.
Berdasarkan
penyimpanan ketokonazol
statistik dengan Desain Blok Acak Lengkap (DBAL) dengan subsampling di dapatkan hasil bahwa nilai F hitung 49,399 lebih besar dari F tabel (3,0725)
Hasil Pengamatan Viskositas
viskositas
Grafik 2. Grafik rata-rata nilai viskositas mikroemulsi ketokonazol dengan berbagai variasi konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan. Berdasarkan hasil analisis
hasil
selama
pengamatan
periode
sediaan memiliki
pada waktu
mikroemulsi nilai
viskositas
yang mengalami peningkatan dari hari ke hari seperti yang diperlihatkan dalam
taraf
5%,.
artinya
terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan dari formula yang berbeda terhadap viskositas. Dengan kata lain formula ketokonazol memberikan
yang efek
yang
berlainan berbeda
terhadap viskositas.
grafik 4.2. Sediaan mikroemulsi tersebut memiliki nilai viskositas pada rentang 62
Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009 Dikarenakan
pada
pengujian
thaw.
dengan desain blok acak lengkap
Pada saat dilakukan uji stabilitas fisik
dengan subsampling terdapat pengaruh
dengan metode freeze- thaw, ketika sediaan
yang
disimpan pada suhu rendah (kulkas 4 C),
berbeda
ketokonazol
diantara
tersebut,
formula
maka
perlu
o
terlihat
bahwa
sediaan
mengalami
dilakuakan uji setelah anava. Untuk
perubahan fisik yaitu sediaan menjadi
mengetahui pengaruh perlakuan mana
berwarna putih susu dan menjadi lebih
saja yang memberikan pengaruh yang
kental,
berbeda terhadap viskositas dilakukan
memadat. Hal ini dapat disebabkan karena
dengan menggunakan uji lanjut setelah
fase minyak cenderung membeku pada suhu
ANAVA Newman Keuls. Berdasarkan
rendah.
hasil uji Newman Keuls diketahui
cenderung bergabung membentuk suatu
bahwa formula ketokonazol FA, FB,
ikatan antar partikel yang lebih rapat yang
dan FC memberikan pengaruh yang
mengakibatkan sediaan menjadi berwarna
berbeda
viskositas.
putih susu karena strukturnya menjadi lebih
Sedangkan antara formula ketokonazol
rapat dan teratur. Selain itu, laju alir menjadi
FC
berkurang dan viskositas pun bertambah.
terhadap
dan
FD
pengaruh
tidak
yang
memberikan
Akibatnya
bahkan
menjadi
partikel-partikel
terhadap
Akan tetapi bila sediaan disimpan kembali
viskositas. Rata-rata viskositas sediaan
pada suhu kamar, penampilan sediaan
ketokonazol yang tertinggi terjadi pada
kembali seperti semula yaitu jernih dan
formula ketokonazol FB yaitu sebesar
transparan,
209,375
normal. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi
cps.
berbeda
viskositasnya
Sedangkan
formula
ketokonazol FA memberikan pengaruh rata-rata
viskositas
paling
dan
viskositasnya
kembali
yang terjadi adalah reversibel (Jufri, 2004).
rendah
Secara umum setelah menempuh
sebesar 136 cps.
siklus uji freeze-thaw selama 24 hari (6
Hasil Uji Sentrifugasi
siklus) sediaan tetap stabil, jernih, tidak sentrifugasi
mengalami pemisahan/ inverse fase, tidak
dengan kecepatan 3000 rpm selama 30
terbentuk gumpalan serta tidak terjadi
menit, keempat formula mikroemulsi tidak
pengendapan.
Ketika
menunjukkan terpisah
dilakukan
adanya
(creaming)
dua
fase
yang
melainkan
tetap
merupakan suatu larutan tunggal dan jernih. Hasil
Uji
Stabilitas
Mikroemulsi
63
Fisik
Sediaan
Dengan Metode freeze-
Pengamatan
Hasil Sediaan
Dengan
Ukuran
Globul
Menggunakan
Scanning Electron Microscope (SEM) Ukuran
globul
dari
sediaan
Formulasi dan Uji Stabillitas… (Dolih G) mikroemulsi diamati dengan menggunakan Scanning
Electron
FA
(SEM)
Micro cope
FB
FC
dengan menggunakan be erapa perbesaran kemudian
difoto.
FD
Gambar 3 Foto Ukuran Parti el Formula Mikroemulsi. Hasil Uji Aktivitas Sediaan Mikroemulsi Ketokonazol Terhadap Ja ur
Candida
albicans
dan
Uji
Trichophyton
mentagrophytes . Pengujian
aktivita
) 40 m m ( t 30 a b m a 20 H r e t 10 e m a i D 0
FA FB FC FD P
1
antijamur
7
14
28
5
Waktu Penyimpanan (har i)
mikroemulsi ketokonazol dengan berbagai variasi formula dilakukan t rhadap jamur Candida
albicans
dan
Trichophyton
mentagrophytes dengan metode difusi agar.
Grafik 4. Rata-rata Aktiivitas AntiJamur Dari Formula Mikroe ulsi Terhadap Candida albicans Selama Waktu Penyimpanan
Dari hasil uji aktivitas terseb t dapat dilihat
Dari grafik 4.3 dia as dapat dilihat
dan ditarik kesimpulan bahw a kemampuan
bahwa
mikroemulsi
ketokonazol
ketokonazol
baik
pada
kemampuan
mikroemulsi
dalam
menghambat
formula B, C dan D dalam menghambat
pertumbuhan jamur uji C andida albicans
pertumbuhan jamur uji
terhadap
mengalami
terhadap
penyimpanan. Dimana pada hari ke 28
Candida
albicans
aik
maupun
Trichophyton mentagrophyt s mengalami
penurunan selama waktu pen impanan,
penurunan
selama
baik untuk Formula B, tidak
memiliki
waktu
dan D sudah
aktivitas
antijamur
sedangkan untuk produk inovator masih memiliki aktivitas antijam r hingga hari ke 28. Hal ini dapat diseb bkan terurainya ketokonazol sebagai zat aktif antijamur yang
terkandung
d lam
sediaan. 64
Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009 Ketokonazol
dapat
terurai
disebabkan
karena pengaruh surfaktan yang digunakan
dilakukan dengan menggunakan uji lanjut setelah ANAVA Newman Keuls.
sebagai pembawa yaitu Tween 20 dan Span
80.
termasuk
Surfaktan-surfaktan ke
dalam
tersebut
golongan
zat
Berdasarkan Keuls
hasil uji Newman
diketahui
penyimpanan
hari
bahwa ke-1,
waktu
7,
dan
14
pengemulsi nonionik (Ansel, 1989). Zat
memberikan pengaruh yang tidak berbeda
pengemulsi nonionik menunjukkan tidak
terhadap
aktivitas
adanya kecenderungan untuk mengion
albicans.
Begitu
sehingga terjadi penumpukan molekul-
penyimpanan
molekul
memberikan pengaruh yang tidak berbeda
surfaktan
dan
menyebabkan
antijamur pula
hari
Candida
untuk
ke-28
waktu
dan
35
ketokonazol terurai. Hal ini dapat dijadikan
terhadap
aktivitas
antijamur
Candida
acuan untuk pemilihan surfaktan yang
albicans.
Rata-rata
aktivitas
antijamur
lebih baik untuk penelitian selanjutnya
Candida albicans yang tertinggi terjadi
Berdasarkan hasil analisis statistik
pada waktu penyimpanan hari ke-7 yaitu
diketahui bahwa nilai F hitung sebesar
sebesar 25,403 mm. Sedangkan waktu
8,603 lebih besar dari F tabel (3,0069)
penyimpanan
pada taraf 5%, artinya terdapat perbedaan
pengaruh
pengaruh yang signifikan dari waktu
Candida albicans paling rendah sebesar 0
penyimpanan
mm.
aktivitas
yang
antijamur
berbeda dari
terhadap formula
hari
rata-rata
ke-35
memberikan
aktivitas
antijamur
Sedangkan untuk pengujian efek
mikroemulsi terhadap Candida albicans.
antijamur
formula
Dengan kata lain waktu penyimpanan yang
ketokonazol
terhadap
berlainan memberikan efek yang berbeda
mentagrophytes memberikan hasil yang
terhadap aktivitas antijamur dari formula
tidak jauh berbeda dengan hasil yang di
mikroemulsi terhadap Candida albicans.
dapat dari Candida albicans.
Dikarenakan pada pengujian dengan desain
blok
subsampling berbeda
acak terdapat
diantara
lengkap
dengan
pengaruh
waktu
yang
penyimpanan
mikroemulsi Trichophyton
) m 30 m ( t a b
FA
20
m a h r e t 10 e m a i D 0
FB FC 1
7
14
28
35
tersebut, maka perlu dilakukan uji setelah Waktu penyimpanan (hari)
anava.
Untuk
mengetahui
P
pengaruh
perlakuan mana saja yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap aktivitas
65
FD
Grafik 5. Perbandingan Rata-rata Aktivitas Anti Jamur Dari Formula Mikroemulsi Terhadap Trichopyton mentagrophytes Selama Waktu Penyimpanan.
Formulasi dan Uji Stabilitas… (Dolih G) berbeda diantara waktu penyimpanan Berdasarkan grafik 4.4 diatas dapat
tersebut, maka perlu dilakukan uji
dilihat bahwa kemampuan mikroemulsi
setelah
ketokonazol
menghambat
pengaruh perlakuan mana saja yang
Trichopyton
memberikan pengaruh yang berbeda
penurunan
terhadap aktivitas dilakukan dengan
dalam
pertumbuhan
jamur
uji
mengalami
mentagrophytes
anava.
Untuk
selama periode waktu penyimpanan. Sama
menggunakan
halnya terhadap Candida albicans, pada
ANAVA Newman Keuls.
formula B, C dan D
sudah tidak
memberikan aktivitas pada hari ke 28 penyimpanan demikian pula halnya untuk produk krim ketokonazol. Hal ini dapat disebabkan ketokonazol yang terurai dalam sediaan. Untuk formula A (Blangko) tidak memberikan aktivitas antijamur terhadap jamur uji baik untuk Candida albicans maupun
Tricophyton
mentagrophytes
karena tidak ditambahkan ketokonazol sebagai zat aktif antijamur
diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 14,78 lebih besar dari F tabel (3,0069) pada taraf 5%, artinya terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari waktu
aktivitas
yang
berbeda
antijamur
mikroemulsi
dari
terhadap
terhadap formula
Trichophyton
mentagrophytes. Dengan kata lain waktu
penyimpanan yang berlainan memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas antijamur
dari
Keuls
hasil
diketahui
penyimpanan
hari
lanjut
formula
mikroemulsi
terhadap Trichophyton mentagrophytes. Dikarenakan pada pengujian dengan desain blok acak lengkap dengan
setelah
uji
Newman
bahwa
waktu
ke-1,
7,
dan
14
memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap
aktivitas
antijamur
terhadap
Trichopyton mentagrophytes. Begitu pula
untuk waktu penyimpanan hari ke-28 dan 35 memberikan pengaruh yang tidak berbeda
terhadap
aktivitas
Trichopyton
terhadap
antijamur
mentagrophytes.
Rata-rata aktivitas antijamur
Berdasarkan hasil analisis statistik
penyimpanan
Berdasarkan
uji
mengetahui
terhadap
Trichopyton mentagrophytes yang tertinggi
terjadi pada waktu penyimpanan hari ke-1 yaitu sebesar 16,502 mm. Sedangkan waktu penyimpanan hari ke-35 dan hari ke-28
memberikan
aktivitas
pengaruh
antijamur
rata-rata
Trichopyton
mentagrophytes paling rendah sebesar 0
mm. Penurunan aktivitas antijamur dari sediaan
mikroemulsi
ini
disebabkan
ketokonazol yang terurai dalam sediaan. Sedangkan
untuk
formula
A
sebagai
blangko yang tidak diberi ketokonazol tidak menghasilkan diameter hambat atau zona bening. Dari diameter hambat yang
subsampling terdapat pengaruh yang 66
Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009 diukur dapat dilihat bahwa kemampuan menghambat
uji
Berdasarkan hasil penelitian dapat
sediaan mikroemulsi ketokonazol lebih
di buat mikroemulsi ketokonazol dengan
besar daya hambatnya terhadap Candida
fase minyak adalah minyak zaitun dengan
albicans
terhadap
bantuan Tween 20 sebagai surfaktan dan
Trichophyton mentagrophytes.Sedangkan
Span 80 sebagai kosurfaktan. Mikroemulsi
diameter
dalam
yang dibuat memiliki penampilan fisik
menghambat pertumbuhan jamur uji baik
jernih kekuning-kuningan, dan transparan.
pada
pertumbuhan
jamur
SIMPULAN
dibandingkan
hambat
Candida
terbesar
albicans
maupun
Dari segi farmasetis, sediaan mikroemulsi
Trichophyton mentagrophytes dihasilkan
tetap
oleh formula D. Uji aktivitas dari sediaan
penyimpanan 35 hari, sedangkan dari segi
mikroemulsi
mikrobiologi sediaan mikroemulsi dapat
dengan
tersebut
produk
pembanding.
dibandingkan
inovator
sebagai
stabil
selama
periode
waktu
dikatakan tidak stabil karena mengalami penurunan aktivitas antijamur, dimana pada hari ke 28 waktu penyimpanan, sediaan sudah tidak memiliki aktivitas antijamur lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Budimulya. 2005. Mikosis, dalam Djuanda., dkk tentang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Gao, Z.G., et all. 1998. Physicochemical Characterization and Evaluation of a Microemulsion System for Oral Delivery of Cyclosporin A. International Journal of Pharmaceutics. 183: 75-86. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi XX, Alih bahasa : Edi Nugroho,R.F., Maulany, EGC. Jakarta Mutschler. 1991. Dinamika Obat . Edisi V, diterjamahkan oleh Mathilda B & Anna Setiadi Ranti. ITB. Bandung. hal. 583. Madani. 2000. Infeksi Jamur Kulit , dalam Harahap, Ilmu Penyakit Kulit . Hipokrates. Jakarta.
Penerbit
Mahdi., dkk.2004. Formulasi Gameksan Dalam Bentuk Mikroemulsi. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 3, Desember 2004, 160-174.Diakses pada tanggal 10 Juli 2008 dari: http://journal.lib.ui.ac.id/index.php/bipkk/article/view/1061 67