Jurnal Penelitian
PENGARUH EKSTRAK ETHANOL BAWANG BOMBAY (Allium c epa) epa) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida Candida albicans ISOLAT 076-SV SECARA IN VITRO Sanarto Santoso *, Widod Widod o**, Abdul Aziz*** *Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi FKUB, **Laboratorium Biokimia FKUB, **Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB
ABSTRAK AB STRAK Candida albicans, albicans , merupakan agen infeksi oportunistik lokal maupun sistemik yang menetap di dalam bagian tubuh yang behubungan dengan lingkungan luar pada 80% manusia. Meskipun pilihan terapi yang tersedia terbukti efektif, obat antifungi yang ada untuk mengobati infeksi karena Candida albicans saat ini mempunyai toksisitas selektif yang rendah. Oleh karena itu perlu dicari antifungi alami yang efektif. Masyarakat Indonesia telah menggunakan obat tradisional sebagai terapi dalam berbagai penyakit karena banyaknya bahan alam yang memiliki efek samping minimal. Salah satu contoh dari bahan alam adalah bawang bombay yang mengandung alisin, allin, flavonoid, saponin, flavonol dan pektin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antifungi ekstrak ethanol bawang bombay terhadap Candida albicans secara In Vitro. Sampel Candida Candida albicans diperoleh albicans diperoleh dari spesimen penderita di Laboratorium Mikrobiologi FKUB. Konsentrasi jamur yang dipakai yaitu 10³ CFU/ml, sedangkan konsentrasi ekstrak bawang bombay yang dipakai adalah 6%, 8%, 10%, 12%, 14%. Dalam studi ini, Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) ditentukan dengan metode dilusi tabung dengan menggunakan biakan bakteri yang ditanam pada Saboraud dextrose broth, broth , sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) ditentukan dengan streaking pada streaking pada SDA (Saboraud Dextrose Agar). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi ekstrak bawang bombay terhadap jumlah koloni Candida albicans (ANOVA, p<0,05) dan terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni (R = -0,992: p<0,05). Dari uji korelasi, ditemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin rendah jumlah pertumbuhan koloni. KHM tidak dapat di tentukan karena dengan meningkatnya konsentrasi meningkat pula kekeruhan ekstrak bawang Bombay, sedangkan KBM terlihat pada konsentrasi 12%. Sebagai kesimpulan, ekstrak bawang Bombay memiliki efek antifungi terhadap Candida albicans secara albicans secara in vitro. vitro. Kata kunci: ekstrak bawang Bombay ( Allium ( Allium cepa), cepa), Candida albicans, albicans , antifungi
ABSTRACT AB STRACT Candida albicans, albicans, is an agent of local and systemic opportunistic infections that persist in body parts associated with the outside environtment at 80% of humans. Altough the available treatment options are effective, antifungal drugs have low selective toxicity. Therefore, it is necessary to find an effective natural antifungal. Indonesians has used traditional medicine as a therapy in many diseases because of the abundance of natural substance which displays minimal side effect. One of the examples of those natural substance is Onion which contains alisin, allin, flavonoid, saponin, flavonol flavonol and pektin. This study aimed aimed to determine the antifungal antifungal effect of
1
Jurnal Penelitian
onion ethanol extract against Candida albicans in vitro. The samples of candida albicans were obtained from patient specimens provided by the Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine, University of Brawijaya. The concentration of the fungi used was 10³ CFU/ml, while the ethanol extract concentrations used were 6%, 8%, 10%, 12%, 14%. In this study, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was determined by tube dilution test method using inoculums grown in Saboraud dextrose broth, while Minimum Bactericida Concentration (MBC) was determined by streaking test using SDA (Saboraud Dextrose Agar). The statistics test showed significant differences between the changes of onion ethanol extract concentrations and the total colony of Candida albicans (ANOVA, p<0.05) and there were close relationships between the extract concentratios and the number of colonies (R = -0.992: p<0.05). From a correlation test, it was found that the higher extract concentration, the less number of colony growth. The MIC cannot be defined because with higher extract concentration the solution become more turbid, and the MBC was seen in concentration 7%. %. In conclusion, Onion extract has antifungal effect for in vitro grown of Candida albicans. Key words: Onion ( Allium cepa) extract, Candida albicans, antifungal
PENDAHULUAN
sebenarnya flora normal yang terdapat di dalam saluran pencernaan, membran mukosa, dan kulit tanpa menimbulkan gejala. Akan tetapi dipicu oleh adanya faktor predisposisi, jamur ini berubah menjadi patogen dan menyebabkan kandidiasis (4). Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur. Ada beberapa macam kandidiasis, antara lain kandidiasis kulit, kandidiasis kuku, kandidiasis vagina dan kandidiasis paru(5). Pemakaian obat antifungi lokal maupun sistemik dalam dunia pengobatan sering menimbulkan efek samping tidak menyenangkan. Misalnya, pusing, demam, mual, muntah, diare, kerusakan pada kulit, efek toksik pada organ lain dan kelainan faal darah. Sedangkan obat dengan toksisitas selektif yang baik ditawarkan dengan harga lebih mahal untuk konsumsi masyarakat umum (6). Oleh karna itu diperlukan obat alternatif yang lebih sederhana, murah, kurang memberikan efek samping dan yang lebih penting adalah alami. Bahan yang diduga memiliki sifat antibiotik diantaranya Allium sativum linn, Allium cepa, Curcumae rhizoma, Curcumae domesthicae rhizoma dan lainya (7). Bawang bombay atau Allium cepa adalah salah satu sayuran yang
Penyakit akibat jamur (mikosis) merupakan penyakit yang sulit pencegahannya meskipun jarang membahayakan. Penyakit ini juga disebut penyakit merakyat karena menyerang hampir seluruh lapisan masyarakat. Mikosis dibedakan menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mikosis superfisial terdapat pada kulit, kuku, dan rambut. Sedangkan kelompok yang kedua adalah mikosis sistemik. Ada mikosis yang terletak di tengah – tengah yaitu akibat Candida, infeksi ini biasanya bersifat superfisial, namun kadang – kadang menyebar luas (1). Sedangkan penyebab terbanyak mikosis adalah spesies Candida terutama Candida albicans.(2). Candida albicans adalah jamur yang berbentuk bulat, agak lonjong dan berwarna putih. Organisme yang menetap di dalam saluran atau bagian tubuh yang berhubungan dengan lingkungan luar pada 80% manusia ini merupakan salah satu patogen fungi yang umum menjangkiti manusia, baik yang bersifat lokal maupun yang bersifat sistemik (3). Sebenarnya ada sebelas jenis jamur Candida, namun spesies yang paling dominan menimbulkan penyakit adalah Candida albicans. Jamur Candida albicans
2
Jurnal Penelitian
sudah lama dibudidayakan dalam sejarah, dan telah kita ketahui umbi dari bawang bombay dipergunakan sebagai sumber makanan (8). Efek antibiotik bawang bombay disebabkan komponen aslinya yang mengandung senyawa belerang khas jika tumbuhan tersebut diremukkan, yaitu trans-S-(1propenyl) cysteine sulfoxide, S-methylcysteine sulfoxide, S-propylcysteine sulfoxide dan cycloalliin (9). Terdapat 5 bahan aktif dari bawang bombay yang memiliki efek antifungi, yaitu allisin dan allin, flavonoid, flavonol, pektin dan saponin (10). Pertumbuhan jamur in vitro dipenngaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nutrisi dan suasana lingkungan yang lain yaitu kelembaban, suhu, pH, oksigen, dan sinar (11). Pada penelitian ini digunakan ekstrak etanol bawang bombay karena diasumsikan di dalam ekstrak etanol tersebut akan terkandung bahan aktif yang diduga memiliki efek antimikroba.
penelitian ini dihitung dengan rumus estimasi pengulangan sebagai berikut (12) : p(n-1) ≥ 15 7(n-1) ≥ 15 7n -7 ≥ 15 7n ≥ 22 n ≥ 22/7 n ≥ 3,1 4 Jadi besarnya pengulangan yang dilakukan adalah 4 kali. Keterangan : n = jumlah pengulangan p = jumlah perlakuan (konsentrasi ekstrak bawang bombay). Besar Sampel Setelah diketahui jumlah perlakuan dan pengulangan, maka besar sampel dapat dihitung dengan rumus sbb (Loekito, 1998) : S = p xn = 7xn = 28 Keterangan : S = besar sampel p = jumlah perlakuan n = jumlah pengulangan
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan eksperimental untuk mengetahui adanya efek antimikroba ekstrak bawang bombay ( Allium cepa) terhadap Candida Albicans.
Variabel Penelitian Variabel bebas (independent variable) adalah konsentrasi ekstrak bawang bombay ( Allium cepa) dengan konsentrasi 6%, 8%, 10%, 12%, 14%. Konsentrasi tersebut ditentukan berdasarkan hasil eksplorasi, di mana diketahui bahwa jamur tidak tumbuh pada konsentrasi 14%. Variabel tergantung (dependent variable) adalah jumlah koloni Candida albicans yang tumbuh pada media perbenihan.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2010 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel Pada penelitian ini digunakan bakteri Candida Albicans yang dimiliki oleh Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Definis i Operasional Bawang bombay (Allium cepa) didapatkan dari pedagang bawang bombay di pasar tradisonal Blimbing, Malang. Bawang yang digunakan adalah bawang bombay yang telah siap panen berusia antara 4-5 bulan dan berasal dari Tumpang, Malang.
Pengulangan Pada penelitian ini, digunakan 5 macam dosis konsentrasi perlakuan berbeda, serta 1 kontrol positif dan 1 kontrol negatif, sehingga jumlah pengulangan yang digunakan dalam
3
Jurnal Penelitian
skor pertumbuhan Candida albicans berdasarkan bayangan tiga garis hitam yang tampak dibalik tabung. 9. Pengamatan kuantitatif digunakan untuk menentukan pertumbuhan Candida albicans dengan cara menghitung koloni bakteri dengan colony counter.
1. Ekstrak bawang bombay adalah hasil ekstrak dengan pelarut etanol 96%. 2. Uji Kepekaan Antimikroba adalah uji sensitivitas dan efektivitas suatu animikroba dalam melawan mikroba patogen. Ada 2 metode yaitu metode dilusi tabung dan metode difusi cakram. Pada penelitian ini digunakan metode dilusi tabung. 3. KHM (Kadar Hambat Minimal) adalah konsentrasi terendah obat antimikroba yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (biasanya mikroba melakukan proses metabolisme yang menyebabkan media menjadi keruh , karena tampak jernih berarti tidak ada pertumbuhan mikroba). 4. KBM (Kadar Bunuh Minimal) adalah konsentrasi terendah obat antimikroba pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba atau pertumbuhan koloninya kurang dari 0,1% dari jumlah koloni inokulum awal (original inoculum/OI) setelah biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan pada medium agar padat, diinkubasi, kemudian keesokan harinya diamati ada tidaknya koloni mikroba yang tumbuh. 5. Kontrol positif adalah tabung dengan konsentrasi 0% larutan ekstrak bawang bombay. 6. Kontrol negatif adalah tabung dengan konsentrasi 100% larutan ekstrak bawang bombay. 7. Standar kepadatan jamur yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 10 3 CFU/ml (Murray et al., 1999). 8. Pengamatan kualitatif digunakan untuk menentukan
Anali si s Dat a Data KHM dan KBM yang diperoleh disajikan secara kualitatif dan kuantitatif. Data pertumbuhan koloni berdasarkan konsentrasi ekstrak bawang bombay ( Allium cepa) dilihat dari tingkat kekeruhan tabung dengan metode skoring dan mambandingkan larutan tersebut dengan kontrol kemudian dianalisis secara statistik pada taraf kepercayaan 95 % (p = 0,05), menggunakan SPSS (Statistical Product of Service Solution) 15.0. Hipotesis ditentukan melalui H 0 diterima bila nilai signifikansi yang diperoleh p> 0,05, sedangkan H 0 ditolak bila nilai signifikansi yang diperoleh p< 0,05. Adapun H 0 dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan efek antimikroba pada pemberian ekstrak bawang bombay ( Allium cepa) antara setiap perlakuan terhadap jumlah koloni Candida albicans yang dihasilkan pada medium SDA. Sedangkan H 1 dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan efek antimikroba pada pemberian ekstrak bawang bombay ( Allium cepa) antara setiap perlakuan terhadap jumlah koloni bakteri Candida albicans yang dihasilkan pada medium SDA. Uji statistik yang digunakan merupakan uji statistik parametrik, yaitu: a. One-way ANOVA, digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi ekstrak bawang bombay dengan pertumbuhan Candida albicans. b. Uji regresi linear, digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi ekstrak bawang
4
Jurnal Penelitian
bombay dengan pertumbuhan koloni Candida albicans.
bentukan pseudohifa memanjang khas Candida albicans.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
2. Hasil Pengamatan Kekeruhan dan Anali si s t erh adap KHM Pada penelitian ini digunakan lima macam konsentrasi ekstrak bawang bombay ( Allium cepa) yaitu 6%, 8%, 10%, 12%, 14% serta konsentrasi 0% (kontrol positif atau bakteri tanpa ekstrak) dan konsentrasi 100% sebagai kontrol negatif atau bahan ekstrak tanpa bakteri. KHM ( Kadar Hambat Minimal) atau MIC ( Minimum Inhibitory Concentration) adalah kadar terendah dari antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri ( ditandai dengan tidak adanya kekeruhan pada tabung), setelah diinkubasikan selama 18-24 jam (Dzen dkk., 2003). Tingkat kekeruhan larutan ekstrak bawang bombay diamati untuk menentukan KHM. Uji dilusi tabung dengan konsentrasi 6%, 8%, 10%, 12%, 14%
Hasi l Penelitian 1. Hasil Identifik asi Fungi Penelitian ini menggunakan satu isolat 076-SV bakteri Candida albicans dari stock culture yang tersimpan di laboratorium Mikrobiologi FKUB. Uji identifikasi dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan kemurnian Candida albicans. Identifikasi Candida albicans dengan kultur pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan pewarnaan Gram. Pada pewarnaan Gram dan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x, didapatkan gambaran sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong. Uji germinating tube telah dilakukan sebelumnya oleh laboratorium mikrobiologi Universitas Brawijaya. Pada pengamatan didapati
Gambar
a
b
c
d
e
f
Keterangan : a. Kontrol kuman Candida albicans b. Suspensi Candida albicans dan ekstrak bawang bombay dengan konsentrasi 6 % c. Suspensi Candida albicans dan ekstrak bawang bombay dengan konsentrasi 8 %
5
Jurnal Penelitian
d.
Suspensi Candida albicans dan ekstrak bawang bombay dengan konsentrasi 10 % e. Suspensi Candida albicans dan ekstrak bawang bombay dengan konsentrasi 12 % f. Suspensi Candida albicans dan ekstrak bawang bombay dengan konsentrasi 14 % 3.
Hasil Penentuan KBM dan Anali si s Terhadap KB M Setelah tabung diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37°C dan diamati tingkat kekeruhannya untuk melihat KHM, tiap konsentrasi ekstrak tersebut diinokulasi pada SDA. Kemudian, SDA diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Penghitungan jumlah koloni yang tumbuh pada masing-masing konsentrasi SDA dihitung keesokan harinya dengan menggunakan colony counter . Hal ini berlaku pada keempat pengulangan isolate 076-SV
Candida albicans untuk melihat kadar bunuh minimum. KBM (Kadar Bunuh Minimal) atau MBC (Minimal Bactericidal Conentration) adalah kadar terendah dari antimikroba yang dapat membunuh bakteri (ditandai dengan tidak tumbuhnya kuman pada SDA) atau pertumbuhan koloninya kurang dari 0,1% dari jumlah koloni inokulum awal (original inoculum/OI) pada medium SDA yang telah dilakukan penggoresan sebanyak satu ose (13).
Konsentrasi Ekstrak 0%
Konsentrasi Ekstrak 6%
Konsentrasi Ekstrak 10%%
Konsentrasi Ekstrak 12%
Konsentrasi Ekstrak 8%
Konsentrasi Ekstrak 14%
Gambar 1. Streakin g Candida albic ans pada SDA Konsentrasi
Jumlah Koloni Tiap Pengulangan
jumlah
Ratarata
I
II
III
IV
0%
857
824
784
823
3288
822,00
6%
503
485
514
498
2000
500,00
6
Jurnal Penelitian
8%
186
194
191
187
758
189,50
10%
74
77
68
64
283
70,75
12%
35
28
29
39
131
32,75
14%
0
0
0
0
0
0,00
100%
0
0
0
0
0
0,00
Tabel 1. Hasil Penghitungan Koloni Bakteri Yang Tumbuh Pada SDA metode dilusi tabung (tube dilution test). Dengan metode ini akan diketahui Kadar Hambat Minimum (KHM) yang diamati dari tingkat kekeruhan tabung dilusi dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) yang dilihat dari pertumbuhan koloni bakteri pada Saboraud Dextrose Agar (SDA) < 0,1% original Inoculum. Selain itu dalam penelitian ini dapat diketahui hubungan antara konsentrasi ekstrak bawang bombay terhadap pertumbuhan Candida albicans. Candida yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam isolat 076-SV Candida albicans yang berasaal dari stock culture bakteri yang disimpan di laboratorium Mikrobiologi FKUB. Jamur diidentifikasi dengan pewarnaan Gram dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x. Pada pengamatan didapatkan sel ragi berwarna ungu yang menunjukkan sifat Gram positif. Uji Germinating Tube dilakukan untuk membedakan spesies Candida albicans dengan spesies Candida lainnya. Dengan uji Germinating Tube, didapatkan gambaran pseudohifa memanjang yang hanya didapati pada Candida albicans. Pengamatan secara makroskopis juga dilakukan dengan melihat pertumbuhan koloni jamur Candida albicans pada Sabouraud Dextrose Agar . Pada pengamatan makroskopis, terlihat koloni yang berwarna putih kekuningan pada Sabouraud Dextrose Agar . Pertumbuhan koloni jamur Candida albicans juga mudah dikenali dengan aroma khas seperti tape
Dari hasil pertumbuhan dan penghitungan koloni pengulangan Candida albicans tersebut dapat ditentukan kadar bunuh minimal ekstrak bawang bombay yaitu pada SDA yang tidak ditumbuhi koloni atau jumlah koloni< dari 0,1% dari original inoculum. KBM terlihat pada konsentrasi ekstrak 12% pada keempat pengulangan Candida albicans yang diteliti. Hasil penghitungan koloni yang tumbuh di SDA pada masing-masing. Jumlah koloni dihitung dengan menggunakan colony counter . Pertumbuhan koloni pada pada konsentrasi ekstrak 0% didapatkan koloni dengan rata-rata sejumlah 822,00, pada konsentrasi ekstrak 6% didapatkan koloni dengan rata-rata sejumlah 500,00, pada konsentrasi ekstrak 8% didapatkan koloni dengan rata-rata sejumlah 189,50, pada konsentrasi ekstrak 10% didapatkan koloni dengan rata-rata sejumlah 70,75, pada konsentrasi ekstrak 12% didapatkan koloni dengan rata-rata sejumlah 32,75, pada konsentrasi ekstrak 14% dan 100% didapatkan koloni dengan rata-rata sejumlah 0. Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek anti mikroba ekstrak bawang bombay (allium cepa) terhadap Candida albicans secara In vitro. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
7
(12). Isolat tersebut kemudian dibuat biakan cair dengan standar 3 kepadatan 0,5x10 hingga 2,5x10 3 CFU/ml. Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dengan cara ekstraksi dengan etanol 96% dan evaporasi dengan water bath. Sebelum diekstraksi, bawang bombay mengalami proses pengeringan terlebih dahulu. Setelah kering, dilakukan proses ekstraksi bawang bombay dengan alkohol. Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan proses evaporasi dengan water bath. Hasil yang diperoleh kira-kira 1/3 dari bawang bombay kering. Sebelum dimulai penelitian, dilakukan eksplorasi dahulu untuk mendapatkan konsentrasi perlakuan. Dari penelitian eksplorasi dapat diketahui pada konsentrasi yang tidak didapatkan pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil penelitian eksplorasi diketahui bahwa Candida albicans tidak lagi tumbuh pada konsentrasi 12-14%. Dari angka ini dapat ditentukan konsentrasi yang tepat pada penelitian. Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam penelitian yaitu 0%, 6%, 8%, 10%, 12%, 14%, dan 100%. Konsentrasi 0% digunakan dalam penelitian sebagai kontrol positif dan konsentrasi 100% sebagai kontrol negatif. Hasil uji dilusi tabung menunjukkan bahwa semua tabung dengan konsentrasi tersebut keruh sehingga tidak dapat diketahui secara kualitatif Kadar Hambat Minimum-nya. Hal ini disebabkan oleh warna ekstrak bawang bombay yang keruh. Warna ekstrak bawang bombay adalah coklat yang terlihat secara jelas pada kontrol bahan. Berdasarkan hasil streaking dan inkubasi selama 24-48 jam, masing-masing konsentrasi dilusi
tabung pada SDA menunjukkan bahwa pada konsentrasi 14% tidak ada lagi pertumbuhan bakteri. Hal ini berlaku pada semua isolate 076-SV Candida albicans yang diteliti. Pada konsentrasi 6% terlihat perbedaan jumlah koloni yang tumbuh pada tiap isolat begitu juga pada konsentrasi 8%, 10 %, dan 12% seperti yang terlihat pada tabel 5.2. Kemampuan bawang bombay dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans disebabkan oleh adanya bahanbahan aktif yang memiliki daya antimikroba, yaitu saponin, flavonoid, dan allisin. Selain itu efek antioksidan yang dimiliki oleh bawang bombay memiliki efek sinergis dangan efek antifungi yang dikandung oleh bawang bombay. Saponin adalah phytochemical yang berguna, yaitu antara lain mempunyai aktivitas antifungal dan antibakteri yang berspektrum luas. Saponin mempunyai kerja merusak membran plasma dari bakteri (Hopkins,1995). Flavonoid diketahui telah disintesis oleh tanaman dalam responsnya terhadap infeksi mikroba sehingga tidak mengherankan kalau mereka efektif secara in vitro terhadap sejumlah mikroorganisme. Aktivitas mereka kemungkinan disebabkan oleh kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, dan dengan dinding sel. Flavonoid yang bersifat lipofilik mungkin juga akan merusak membran mikroba. Efek flavonoid terhadap macammacam organisme sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional. Flavon, flavonoid, dan flavonol, ketiganya diketahui disintesis oleh tanaman dalam responnya terhadap
8
infeksi mikroba. Senyawa flavonoid mempunyai kerja menghambat enzim topoisomerase II pada bakteri serta berikatan dengan protein bakteri. DNA gyrase termasuk salah satu dari enzim kelas topoisomerase II. Sedangkan mekanisme kerja allisin adalah sebagai inhibitor enzim oleh senyawa yang teroksidasi. Senyawa ini bersifat hipolipidemik, yaitu dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Menurut dr. W idjaja Kusuma (1999), mengkonsumsi satu siung bawang bombay segar dapat meningkatkan kadar kolesterol “baik” (HDL) sebesar 30%. Senyawa ini juga berfungsi sebagai antiseptic, yaitu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Allisin dan allin diubah oleh enzim allisin liase menjadi asam piruvat, amonia, dan allisin antimikroba yang bersifat bakterisidal (dapat membunuh bakteri) (10). Dengan melihat fakta hasil penelitian yakni adanya penurunan jumlah koloni Candida albicans seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan yang diperkuat dengan adanya data bahwa bawang bombay mengandung bahan aktif yang mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans, maka dapat dikatakan bahwa bawang bombay terbukti sensitif sebagai animikroba terhadap Candida albicans. Hal ini membuktikan bahwa hipotesa yang telah disusun sebelumnya adalah benar, Keterbatasan penelitian ini antara lain pada metode pembuatan ekstrak bawang bombay ini bersifat acak dan kasar, sehingga tidak diketahui secara pasti bahan aktif mikroba apa saja yang terkandung di dalamnya. Selain itu proporsi masing-masing bahan aktif yang dihasilkan dari proses ekstraksi tersebut juga tidak diketahui secara
pasti. Mungkin bahan aktif tersebut bekerja sendiri atau mungkin semua bahan aktif bekerja bersama-sama dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans . Sealin itu, juga tidak ada standarisasi pembuatan ekstrak bahan alam, sehingga ada kemungkinan apabila dilakukan di laboratorium berbeda, maka hasil ekstrak yang didapatkan juga memiliki efek yang berbeda. Kemungkinan lainnya adalah adanya variasi biologis dari masingmasing bawang bombay. Bawang bombay yang ditanam di daerah X mungkin efeknya tidak sama dengan yang ditanam di daerah Y. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah lama masa simpan ekstrak. Semakin lama disimpan, sensitivitas ekstrak biasanya akan menurun. Akan tetapi ada juga yang efeknya malah meningkat. Oleh karena itu, untuk penelitian-penelitian selanjunya perlu ada standarisasi, baik dari pemilihan bahan yang digunakan (bawang bombay), alat ektraksi, serta lamanya masa simpan (jangka waku ekstrak masih dapat digunakan sebagai antimikroba) sehingga apabila dilakukan penelitian yang sama di tempat yang berbeda akan didapatkan hasil yang sama. Aplikasi klinis yang mungkin dari penelitian ini adalah penggunaan ekstrak bawang bombay secara oral untuk pengobatan infeksi Candida albicans. Namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut yaitu melalui pengujian pada hewan coba maupun pengujian pada manusia (uji klinik). Sebelum calon obat baru dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkan waktu untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik dan efek toksiknya pada hewan coba. Dalam studi farmakokinetik ini tercakup pengembangan teknik
9
analisis untuk mengukur kadar senyawa tersebut dan metabolitnya dalam cairan biologis. Semuanya diperlukan untuk memperkirakan dosis fektif dan memperkecil resiko penelitian pada manusia. Studi toksikologi pada hewan umumnya dilakukan 3 tahap yaitu penelitian toksisitas akut bertujuan mencari besarnya dosis tunggal yang membunuh 50% sekelompok hewan coba (LD50), penelitian toksisitas jangka panjang bertujuan meneliti efek toksik pada hewan coba setelah pemberian obat dalam jangka panjang, penelitian toksisitas khusus meliputi penelitian terhadap sistem reproduksi termasuk teratogenitas, uji karsigonenitas dan mutagenisitas, serta uji ketergantungan. Sedangkan pengujian pada manusia (uji klinik) terdiri dari uji fase I sampai IV. Pada dasarnya uji klinik tersebut bertujuan untuk memastikan efikasi, keamanan dan gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat (14), dalam hal ini adalah obat yang berasal dari bawang bombay.
maka semakin rendah tingkat pertumbuhan bakteri Candida albicans. SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prosentase masing-masing bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak bawang bombay. 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bahan aktif apa yang paling berperan sebagai antimikroba pada ekstrak bawang bombay tersebut. 3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antimikroba bawang bombay pada fungi lain dan virus. 4. Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat efektivitas ekstrak bawang bombay secara in vivo (hewan coba dan uji klinik) sebelum digunakan sebagai alternatif pengobatan di masyarakat. 5. Perlu ada standardisasi dalam pembuatan ekstrak bawang bombay, maupun dalam pemilihan bahan serta lama masa simpan ekstrak yang masih dapat digunakan sebagai antifungal. 6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain, misalnya dengan cara dekok ataupun fraksi larut air untuk mengetahui kemampuan bawang bombay sebagai antimikroba terhadap Candida albicans. 7. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan secara oral dan topikal terhadap infeksi candidiasis yang disebabkan oleh Candida albicans.
KESIMPULAN 1. Ekstrak bawang bombay efektif sebagai antimikroba terhadap Candida albicans secara in vitro. 2. Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak bawang bombay yang dapat membuunuh bakteri Candida albicans adalah pada konsentrasi 12% 3. Kadar Bunuh Minimum (KHM) tidak dapat ditentukan karena semakin tinggi konsentrasi bawang bombay semakin meningkat kekeruhannya. 4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang bombay
10
DAFTAR PUSTAKA
Ingredients used in Food, Drugs and Cosmetic, 2nd Ed. New York, John Wiley & Sons, Inc. 10. Jaelani. 2007. Khasiat Bawang Merah. Yogyakarta : Kanisius 11. Linne’, jean J., Sirud, Karen M.R. 1992. Basic Techniques in Clinical Laboratory Sience. 3rd edition. Mosby Year Book. USA. pp. 455-476. 12. Suprihatin, S. Dj. 1982. Candida dan Candidiasis . Departemen Bakteriologi FK UI. Jakarta. Hal. 12-37. 13. Dzen SM, Roekistiningsih, Santoso S., Winarsih S. 2003. Bakteriologi Medik . Malang: Bayumedia Publishing. 14. Setiawati, A., Suyatna F.D., Gan, S.2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Penerbit Gaya Baru. Hal 24-25
1. Dwidjoseputro. 1985. Dasardasar Mikrobiologi . Penerbit Djambatan Jakarta. 2. Hull CM, Jhonson. 1999. Identification Of Mating Type Locus In The Asexual Pathogenic Yeast Candida Al bi can s. Journal Of Sience. 3. Emily, A. 2007. Candidiasis (online). http://www.emedicine.com/e merg/topic76 .htm. Diakses tanggal 7 Desember 2009. 4. Michael J.dkk. 1986. Dasardasar Mikrobiologi (terjemahan). UI Press Jakarta. 5. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg E. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Micr obiolog y). Alih bahasa oleh : Nani Widorini, dr. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran; 2005. Hal 313-314. 6. Ganiswarna SG. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 7. Dzulkarnain, B, Wahjoedi, B. 1996. Informasi Ilmiah kegunaan Kosmetika Tradisional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes RI. Jakarta. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta. No. 108. Hal. 24 8. Kapoor, L.D. 1990. Handbook of Ayurvedic Medicinal Plants. Boca Raton; CRC Press,25. 9. Leung, A.Y. and Foster, S. 1996. Encyclopedia of Common Natural
11