PENGARUH KENAIKAN KONSENTRASI MINYAK KELAPA PADA FORMULASI SABUN PADAT EKSTRAK ETANOL DAUN SELASIH (Ocimum bacilicum L) THE EFFECT OF INCREASING COCONUT OIL CONCENTRATION ON SOLID SOAP FORMULATION OF EXTRACT ETHANOL OF BASIL LEAF (Ocimum bacilicum L) Tri Winda Sari, Fahjar Prisiska, dan Ari Widayanti Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Jakarta Abstract Basil leaves (Ocimum bacilicum L) was indigenous medicinal plant contained eugenol. Based on the previous research, basil leaves was known as antibacterial. In this research, the ethanol extract of basil leaves made into solid soaps used coconut oil as fatty acid which aimed at determining the effect of foam height and texture of soap. Solid soap of basil leaves ethanol extract made into 5 formulas with varying concentrations of coconut oil i.e. 10, 12, 14, 16, and 20%. Every formula was evaluated by organoleptic test, the foam’s height, texture or solidity, and loss of draying. Base on the result of the research, it can be concluded that the best formula was the second formula with 311.7 gf of sternness, and 6.13 cm foam’s height. Keywords: Basil Leaves Extract, Coconut Oil, and Soap’s Texture. Abstrak Daun selasih (Ocimumbacilicum) merupakan bahan alam yang mengandung eugenol. Berdasarkan penelitian sebelumnya daun selasih diketahui sebagai antibakteri. Pada penelitian ini ekstrak etanol daun selasih dibuat dalam bentuk sabun padat dengan menggunakan minyak kelapa sebagai asam lemak yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi busa dan tekstur sabun. Sabun padat ekstrak etanol daun selasih dibuat dalam 5 formula dengan konsentrasi minyak kelapa yang bervariasi yaitu: 10, 12, 14, 16 dan 20%. Tiap formula dievaluasi meliputi uji organoleptis, tinggi busa, tekstur atau kekerasan, dan kadar air. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data kekerasan, dan tinggi busa sabun yang telah dianalisis secara farmasetika, dihasilkan formula terbaik adalah formula 2 dengan kekerasan 311,7 gf, dan tinggi busa 6,13 cm. Kata Kunci: Ekstrak Daun Selasih, Minyak Kelapa, Tekstur Sabun PENDAHULUAN Sabun adalah pembersih kulit yang dipakai selain untuk membersihkan juga digunakan untuk mengharum kulit. Kebersihan tubuh memang sangat penting bagi manusia, oleh karena itu potensi sabun sebagai pembersih tubuh manusia sangat besar artinya. Dewasa ini pemanfaatan sabun sebagai pembersih kulit semakian populer dan beragam. Keragaman sabun yang dijual secara komersil terlihat pada jenis, warna dan manfaat yang ditawarkan. Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan atas dua macam
yaitu sabun padat (batang) dan sabun cair. Sabun padat (batang) dapat dibedakan atas sabun opaque, sabun translucent, dan sabun transaparan. Perbedaan masing-masing sabun ini terletak pada tingkat transparansi (Hambali2005). Sabun mandi adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih dengan, menambahkan pewangi dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesahatan (SNI 1994). 1
Minyak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun padat adalah minyak kelapa. Pada minyak kelapa terdapat asam lemak dengan kandungannya lebih kurang 90 % asama lemak jenuh yang terdiri atas asam laurat, asam miristat, dan asam palmitat. Asam lemak yang paling dominan adalah asam laurat (CH12H23O2). Asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk produk sabun. Penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi dan karakteriktis busa yang baik (SNI 1994). Pada penelitian ini akan digunakan ektrak etanol daun selasih sebagai bahan aktif yang berkhasiat sebagai antibakteri dengan konsentrasi 1% (Hadipoentyanti2008). Berdasarkan kandungan bahan aktif atau komposisi kandungan kimia daun selasih beragam sekali. Umumnya tanaman selasih mengandung beberapa bahan aktif yang sama, seperti eugenol, metil eugenol, ocimene, alfa pinene, encalyptole, linalool, geraniol, methylchavicol, methylcinnamate, anetol, dan champhor. Hasil penelitian beberapa peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) menunjukkan bahwa selasih yang mengandung eugenol cukup tinggi befungsi sebagai fungisida, nematisida, dan bakterisida adalah Ocimum bacilicum.L (Kardinan 2003). Penelitian dini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun selasih dengan konsentrasi 1% dapat dibuat dalam bentuk sabun padat yang berfungsi sebgai antibakteri, diformulasikan dengan beberapa variasi konsentrasi minyak kelapa tujuannya adalah untuk melihat peningkatan pembentukkan busa pada sabun yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Bahan Ekstrak etanol daun selasih sebagai bahan aktif dan yang digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan sabun antara lain asam stearat, minyak kelapa, minyak jarak, Natrium hidroksida (NaOH)30 %, gliserin,
etanol, sukrosa, DEA (Dietanolamida), NaCl, dan air. Alat Alat-alat yang digunakan adalah alat pemotong (pisau), pengering tipe rak, penggiling dengan blender, pengaduk, rotary evaporator. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan sabun adalah neracaanalitik, waterbath, gelas piala, batang pengaduk,termometer,erlenmeyer,gelas ukur dan cetakan. Selain itu juga digunakan pHmeter, vortex, kertas saring,cawanporselen shaker, penangas, pipet tetes, labu ukur, corong, dan alat-alat gelas lainnya untuk analisis., serta peralatan lain yang lazim digunakan dalam laboratorium. Pengumpulan Dan Penyediaan Bahan Pebuatan ekstrak Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Metode ini digunakan karena zat-zat kimia yang terkandung di dalam daun selasih memungkinkan untuk diektraksi melalui metode ini dengan menggunakan palarut etanol 70%. Simplisia kering sebanyak 1000 gram dari daun selasih yang telah diperoleh dan telah dideterminasi di Balitro, direndam dengan pelarut etanol 70% selama 24 jam dalam ruangan yang gelap dan sesekali diaduk. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental yang masih dapat mengalir. Formulasi Sabun Padat Sabun padat dibuat dalam 5 formula dimana tiap formula dengan bobot 50,0 gram. Formula selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Prosedur Pembuatan Sabun Pembuatan Sabun Padat (Hambali 2005). 1. Asam stearat dilebur dalam minyak kelapa dan minyak jarak pada suhu 60˚C 2. Ditambahkan larutan NaOH 30% pada suhu 60-80˚C, diaduk sampai terbentuk sabun 3. Ditambahkan sukrosa, DEA dan NaCl (yang telah dicampur dalam air), tambahkan gliserin diaduk sampai homogen. 4. Ditambahkan etanol pada suhu 60˚-80oC dengan lama pemanasan berkisar antara 2
30-40 menit, diaduk sampai semua bahanbahan larut. 5. Ditambahkan ekstrak etanol daun selasih pada suhu 50-60˚C, diaduk sampai homogen
Komposisi
6. Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan, diamkan sampai mengeras. 7. Setelah mengeras sabun dikeluarkan dari cetakan, dikemas.
Tabel 1. Formula Sabun Padat Ekstrak Daun Selasih F1 F2 F3 F4 F5 Fungsi (%) (%) (%) (%) (%)
Ekstrak daun 1 selasih Minyakkelapa 10 As.Stearat MinyakJarak NaOH 30% Gliserin Gula Etanol 96% Dietanolamid (DEA) NaCl Aquadest ad
1
1
1
1
Antibakteri
12
14
16
20
6 5 19 9.8 13 15 1
6 5 19 9.8 13 15 1
6 5 19 9.8 13 15 1
6 5 19 9.8 13 15 1
6 5 19 9.8 13 15 1
Bahan dasar sabun Pengeras sabun Emolien Alkali Humektan Transparansi Pelarut Penstabil busa
0.2 100
0.2 100
0.2 100
0.2 100
0.2 100
Pembentuk busa Pelarut
Evaluasi Sabun Padat Kemudian sabun padat yang sudah jadi dilakukan uji seperti berikut : a. Uji organoleptik Uji organoleptik dilakukan terhadap warna, tekstur, kesan kesat, dan aroma (SNI 1994). b. Tinggi busa Evaluasi ini dilakukan untuk melihat seberapa banyak busa yang akan terbentuk, karena busa merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan mutu produkproduk deterjen terutama sabun mandi. Busa adalah salah satu struktur stabil yang terdiri dari kantong-kantong udara terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat pembusa (Martin et al 1993). Pengukuran dilakukan dengan metode sederhana, dengan 10.0 g sabun dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml air suling, kocok dengan membolak-balikkan gelas ukur, lalu segera amati tinggi busa yang dihasilkan dan 5
menit kemudian amati kembali tinggi busanya (SNI 1994). c. Uji tekstur sabun Tekstur atau kekerasan sabun diuji dengan menggunakan alat Texture Analyzer.Texture Analyzer adalah alat yang dikembangkan untuk mengukur konsistensi dan kekerasan atau tekstur dari sedian. Dengan cara pertama nyalakan komputer untuk menjalankan program texture analyzer, tentukan parameter teksture dan golongan contoh sediaan yang diukur. Pilih jenis probe dan setting pengukuran yang sesuai untuk contoh dari jenis analisis dari menu help program texture analyzer. Setting kondisi pengukuran yang sesuai, misalnya mode, option, pre-test, test-speed, post-test speed, strain, tringger, type, dan data acquisition rate. Kemudian lakukan pengukuran teksture dari sediaan (Anonim 1997). e. Uji kadar air 3
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri. Prosedur gravimetri, timbang teliti 5 gram sampel pada cawan petri yang telah diketahui bobotnya, panaskan pada lemari pengering pada suhu 1050C selama 2 jam sampai bobot tetap. Perhitungan : Kadar air: W1-W2 x 100%...................(1) W Keterangan : W1= bobot wadah + sabun (gram) W2=bobot wadah+sabun setelahdipanaskan (gram) W = bobot sampel (gram) CARA ANALISA DATA Data dari beberapa formula hasil evaluasi dari tinggi busa, pH sabun dan uji tekstur sabun, diuji secara statistik dengan analisis varian satu arah (one way ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dan Duncan dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara formulasi hasil pengujian. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi tanaman Identifikasi tanaman yang digunakan untuk penelitian dilakukan di Balitro Bogor. Hasil identifikasi menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah Ocimum bacilicum L. dan dikenal dengan nama daun selasih yang termasuk dalam suku Lamiaciae. Tabel 2.Karakteristik ekstrak etanol daun selasih No Pemeriksaan Hasil 1. Bentuk Cairan kental 2. Warna Cokelat 3. Bau Khas Selasih 4. Rendemen 10 % 5. Kadar air 30,20% 7. pH 3,99 Pemeriksaan Ekstrak Serbuk kering daun selasih yang digunakan untuk ekstraksi sebanyak 1 Kg, menggunakan metode maserasi dengan eatanol 70%. Setelah itu dipekatkan menggunakan vacum rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental dan diperoleh ektrak kental sebanyak 69.9 gram dengan warna coklat tua
dan aroma yang spesifik. Dengan rendemen yang diperoleh adalah 10%. Evaluasi Sabun Padat Ekstrak Etanol Daun Selasih a. Organoleptis Tabel 3. Bentuk fisik sabun padat ektrak etanol daun selasih Formula
Tekstur
Bau
Warna
F1
Keras
Khas Selasih
Cokelat
Homo genitas Homogen
F2
Keras
Khas Selasih
Cokelat
Homogen
F3
Keras
Khas Selasih
Cokelat
Homogen
F4
Keras
Cokelat
Homogen
F5
Keras
Khas Selasih Khas Selasih
Cokelat
Homogen
Hasil pemeriksaan organoleptis sabun ekstrak etanol daun selasih setelah 2x24jam diperoleh hasil yang baik. Secara fisik dengan penambahan minyak kelapa yang bervariasi tidak mempengaruhi sabun padat yang dihasilkan, sabun padat tidak mengalami perubahan warna, bau dan bahkan bentuk sabun. b. Tinggi busa Tabel 4.Hasil Uji Evaluasi Tinggi busa Formula Sebelum 5 Setelah 5 menit (cm) menit (cm) 1 7,5 5,46 2 7,5 6,13 3 5,5 4,46 4 5 3,46 5 4,5 2,5 Hasil pengamatan tinggi busa dari kelima formula sabun setelah di bolak-balik atau kocok didalam tabung sedimentasi memiliki tinggi busa yang jauh berbeda. Dinyatakan bahwa tinggi busa berpengaruh nyata dengan penambahan minyak kelapa yang bervariasi, dengan hasil tinggi busa tertinggi 6,13 cm pada formula 2, dan tinggi busa yang paling sedikit adalah pada formula 5 sebesar 2,5. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak penambahan minyak kelapa pada formula sabun maka tinggi busa semakin sedikit. Sangat berbanding terbalik dengan toeritis yang menyatakan bahwa semakin banyak penambahan minyak kelapa pada formula maka tinggi busa akan terbentuk lebih banyak (Swern 1979). Hal ini dikarenakan pada saat perlakuan membolak balik tabung sedimentasi 4
tidak menggunakan alat, perlakuan evaluasi tinggi busa menggunakan tenaga manual (dengan menggunakan tangan) yang mengakibatkan perlakuan formula 1 hingga formula 5 tidak sama saat membolak balikkan tabung sedimentasi, sehingga mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh. Berdasarkan data analisa statistik formula 1 berada pada titik sama dengan formula 2, lebih tinggi dibandingkan dengan formula 3,4 dan formula 5. Tinggi busa secara analisis statistik terdistribusi normal, homogenitas sabun homogen. Dan uji lanjut Duncan formula 1 dengan formula 2 dan formula 5 memiliki ketentuan nilai sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada perbedaan yang bermakana antar formula 1 dengan formula 2 dan formula 5. Sedangnkan formula 1 dengan formula 3 dan formula 4 dengan nilai sig > 0,05 yaitu 1,000 dan 0,997 dapat disimpulkan Ho diterima berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antar formula 1 dengan formula 3 dan formula 4. c. Kekerasan Tabel 5. Hasil Uji Evaluasi Kekerasan sabun Formula
Kekeras an (gf)
Jarak (mm)
Area (gs)
Keleng ketan (gf)
1
270.7
14,902
2728,66
40,76
2
311,7
14,920
3017,33
42
3
270
14,964
2730,66
50,9
4
268,6
14,955
2569,66
39,9
5
204,3
14,943
1947,66
36,76
Evaluasi kekerasan sabun padat ekstrak etanol daun selasih menggunakan alat Texture Analyzer, secara teoritis bahwa bila grafik yang dihasilkan pada alat Texture Analyzer terbentuk semakin tinggi maka kekerasan sabun dinyatakan semakin keras (Anonim 1997). Hasil evaluasi kekerasan sabun padat ekstrak etanol daun selasih diperoleh kekerasan sabun 204,3 gf samapai 311,7 gf. Kekerasan sabun memiliki peran untuk meningkatkan efisiensi sabun ketika digunakan. Hal ini berkaitan dengan kadar air dalam sabun dimana semakin banyak air yang terkandung didalam sabun maka tingkat kekerasan sabun akan menurun. Banyaknya air dalam sabun
akan menyebabkan sabun mudah larut dalam air sehingga akan semakin cepat habis pada saat digunakan. Kekerasan sabun juga dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh yang terdapat dalam sabun. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap yang biasanya terbentuk padat dalam ruangan sehingga dapat membentuk kekerasan sabun. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh maka sabun yang dihasilkan juga semakin keras. Berdasarkan hasil analisa statistik kekerasan sabun terdistribusi secara normal. Dan uji lanjut Duncan formula 2 dengan formula 1,3,4 dan formula 5 memiliki ketentuan nilai sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada perbedaan yang bermakana antar formula 2 dengan formula 1,3,4 dan formula 5. Sehingga sabun padat ekstrak etanol daun pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan bahwa penambahan minyak kelapa berpengaruh nyata terhadap sabun padat ekstrak etanol yang dihasilkan. d. Kadar air Tabel 6. Hasil Uji Evaluasi kadar air Nilai rata-rata kadar Formula air (%) 1 25,81 2 23,97 3 20,38 4 21,25 5 23,02 Hasil evaluasi kadar air didapatkan sebesar 20,38% samapai 25,81%. Pengukuran kadar air pada sabun dilakukan unutk mengetahui jumlah air dalam sabun berkaitan dengan efisiensi pada saat pemakaian. Berdasarkan syarat mutu SNI (1994) ditetapkan bahwakadar air sabun batang memiliki batas yaitu maksimal 15%. Berdasarkan hasil analisis dapat dikatahui bahwa kadar air sabun padat yang dihasilkan lebih tinggi dari standar mutu yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan air dalam sabun masih cukup tinggi. Spitz (1996), menyebutkan bahwa banyaknya air yang ditambahkan pada sabun akan berpengaruh pada kelarutan sabun dalam air pada saat digunkan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada saat digunakan. 5
Berdasarkan hasil uji keseluruhan meliputi organoleptis, kekerasan, tinggi busa, kadar air, dan analisa statistic dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh peningkatan konsentrasi minyak kelapa terhadap sabun padat ekstrak etanol daun selasih dapat mempengaruhi tinggi busa kekerasan sabun. Yaitu terdapat pada formula 2 dengan tinggi busa 6,46 cm, kekerasan 311,7 gf dan secara statistik nilai signifikansinya sebesar 0,000 hal ini hasil signifikansi lebih kecil dari 0.05 (signifikan < 0.05) (dengan taraf kepercayaan 95%) (α = 0.05). Berdasarkan analisa statistik terhadap kekerasan hasil signifikansi untuk tiap-tiap formula uji adalah sebagai berikut formula 1 sebesar 0.001, formula 2 sebesar 0,001, formula 3 sebesar 1,000, formula 4 sebesar 0,997, dan formula 5 sebesar 0,000. Berdasarkan formula diatas dapat disimpulkan akhir bahwa pada formula 1, 2 dan 5 ini adalah formula yang memenuhi syarat secara farmasetika. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan: menurut data kekerasan dan tinggi busa sabun yang telah dianalisis secara farmasetika, dihasilkan formula terbaik adalah formula 2 dengan kekerasan 311,7 gram force dan tinggi busa 6 cm. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1997. Lovibond Tintometer Mode F; Operators Instruction Manual. The Tintometer Peleg, M. And Bagley, E.B, 1983. Physical properties of food. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Hal : 7, 63, 631, 762. Anonim. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II. Jakarta. Hal : 52-53, 78, 99-107.
Anonim.
1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Anonim. 2001. Inventaris Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia. Jilid II. Hal : 245-246. Fitriati, 2007, Aplikasi Ektrak Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) Dalam Sabun Transparan Anti Jamur, Jurnal, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor Hadipoentyanti, E Dan W Sri. 2008. Keragaman Selasih (Ocimum spp.) Berdasarkan Karakter Morfologi,Produksi Dan Mutu Herba. Jurnal, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor. Bogor. Hambali E, A Suryani, dan M Rivai. 2005. Membuat Sabun Transparan. Penebar Swadaya, Cimanggis. Hal: 19-23. Hidayat, T. Istiadah, N. 2011. Panduan Lengkap Meguasai SPSS 19. Jakarta: Mediakita. Kardianan A. 2003. Mengenal Lebih Dekat TanamanSelasih . Agromedia Pustaka, Bogor. Hal : 23-24. Martin A, J. Swarbrick, Arthur C. 1993. Farmasi Fisik. Ed III. Terjemahan Yhosita. UI Press. Jakarta. Hal :1135, 1144-1169.S Spitz L. 1996. Soap and Detergent A Teoritical and Practical Review.Champaign-Illinois: AOCS. Press Standar Nasional Indonesia. Sabun Mandi: No. 06-3532-1994. BadanStandar Nasional. Jakarta. Hal. 1-8. Swern, D. 1979. Baileys Industrial Oil and Fat Products. Volume I. Fourth Edition. John Wiley and Sons. New York. Hal. 283, 311 Wasiaatmadja.S,M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmeto Medik. Universitas Indonesia. Jakarta.
6