MODUL BELAJAR ukai.com obatukai.com obat
Pharmacist Learning Partner!
MODUL
FORMATIF 1 Infeksi Saluran Cerna Kardiovaskular Saraf & Psikiatri Endokrin THT & Mata Tulang & Sendi
www.obatukai.com
PENYAKIT INFEKSI (15 - 25%) Outline:
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) Influenza Tuberkulosis Infeksi Saluran Kemih Infeksi Saluran Pencernaan Infeksi Parasit Penyakit Menular Seksual Infeksi Jamur Vaksin dan Toksoid HIV – AIDS Penyakit Infeksi Yang harus diperhatikan dalam memilih antibiotika diantaranya ialah penetrasi
dalam tubuh; Penetrasi
Antibiotika Chloramphenicol,
Metronidazole,
Rifampicin,
Cotrimoxazole Cotrimoxazole (Sangat Baik) Penicillin dan Turunannya, Gol Carbapenem, Cefepime, CNS
Cefotaxim,
Ceftazidim,
Ceftizoxim,
Ceftriaxone,
Cefuroxim, Ciprofloxacin, Ofloxacin (Baik) Aminoglikosida,
Azithromycin,
Clarithomycin,
Clindamycin, Erithromycin, Vancomycin (Kurang – Buruk) Tulang
Cefazolin (Sangat Baik)
Prostat
Cotrimoxazole, Cotrimoxazol e, Fluoroquinolon
Sumber: Optimizing the Dose of Fluconazole (Dutcher, 2008) dalam Praktik Farmasi Klinik (Widyati, 2015).
PENYAKIT INFEKSI (15 - 25%) Outline:
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) Influenza Tuberkulosis Infeksi Saluran Kemih Infeksi Saluran Pencernaan Infeksi Parasit Penyakit Menular Seksual Infeksi Jamur Vaksin dan Toksoid HIV – AIDS Penyakit Infeksi Yang harus diperhatikan dalam memilih antibiotika diantaranya ialah penetrasi
dalam tubuh; Penetrasi
Antibiotika Chloramphenicol,
Metronidazole,
Rifampicin,
Cotrimoxazole Cotrimoxazole (Sangat Baik) Penicillin dan Turunannya, Gol Carbapenem, Cefepime, CNS
Cefotaxim,
Ceftazidim,
Ceftizoxim,
Ceftriaxone,
Cefuroxim, Ciprofloxacin, Ofloxacin (Baik) Aminoglikosida,
Azithromycin,
Clarithomycin,
Clindamycin, Erithromycin, Vancomycin (Kurang – Buruk) Tulang
Cefazolin (Sangat Baik)
Prostat
Cotrimoxazole, Cotrimoxazol e, Fluoroquinolon
Sumber: Optimizing the Dose of Fluconazole (Dutcher, 2008) dalam Praktik Farmasi Klinik (Widyati, 2015).
ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) dan ISPB (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH) Penyakit Otitis Media
Sinusitis
Penyebab Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis
Tatalaksana Utama 1st: Amoksisilin 2nd:Amoksilin2nd:AmoksilinKlavulanat, kotrimoksazol, sefalosporin 2,3
Keterangan Biasa terjadi pada bayi dan anak anak 6 bulan – 3 tahun. Penggunaan antibiotika empiris selama 5-10 hari 1st: 1st: Amoksilin/ - Sinusitis viral Amoksiklav, dibedakan dari sinusitis Kotrimoksazol, bakteri bila gejala eritromisin, doksisiklin menetap lebih dari 10 2nd: Sefalosporin 2nd: Sefalosporin 2, hari atau gejala makrolida, quinolon memburuk setelah 5-7 (levofloxacin) hari - Penggunaan antibiotika antibiotika 10-14 hari 1st:Amoksilin/klavulanat 1st:Amoksilin/klavulanat Faringitis oleh 2nd: Makrolida 2nd: Makrolida (pilihan Streptococcus grup A untuk alergi penisilin), biasanya sembuh sefalosporin 2 atau 3, dengan sendirinya, quinolon (levofloxacin) demam dan gejala lain biasanya menghilang Kasus gagal dan setelah 3-4 hari menetap: klindamisin 10 meskipun tanpa hari antibiotika. Tatalaksana antibiotika dapat dimulai dari hari ke 9 setelah gejala muncul (tujuan: minimalisir resistensi) 1st:Amoksilin/klavulanat 1st:Amoksilin/klavulanat Antibiotik digunakan 5,kuinolon 14 hari 2nd: makrolida, sefalosporin
Faringitis Laringitis Tonsilitis
Streptococcus, virus: HSV, Epistein barr, Influenza, rhinovirus
Bronkitis
Chlamydia pneumoniae ataupun Mycoplasma pneumonia, rhinovirus, Kronik: meropenem influenza A dan B Streptococcus Sebelumnya Sebelumnya sehat: pneumonia, H. makrolida influenzae,
Pneunomia
DM, Ginjal, Jantung: Sefalosporin CAP/Aspirasi: Penisilin, klindamisin/aminoglikosi da lainnya. Nosokomial: karbapenem, kuinolon, piperasilin Keterangan umum penyakit: Peradangan pada mukosa dan jaringan sekitarnya. Tatalaksana pendukung secara umum: dekongestan, analgesik, antipiretik, antihistamin Kondisi Hamil hindari: Levofloxacin (florokuinolon) [C] menyebabkan ruptur tendon pada janin, klotrimoksazol [D] menyebabkan malformasi janin. Tatalaksana Antibiotik General: Penisilin-SefalosporinPenisilin-Sefalosporin- Makrolida- Kuinolon Sumber: Dirjen Bina Kefarmasian. Pharmaceutical Care untuk ISPA. Departemen Kesehatan RI
TUBERCULOSIS Tuberkulosis: Kategori 1 = Pasien Kasus Baru Kategori 2 = Pasien Kasus Lama (Kambuhan, Pindahan, Lalai, Gagal, Kronis) Kategori 3 = Profilaksis TB/Suspek TB (BTA-, bercak +) Singkatan nama obat; H=Isoniazid; R=Rifampicin; Z=Pyrazinamide; E=Ethambutol; S=Streptomycin 2HRZE + 4H3R3
Sputum Smear pada bulan
Kasus Baru
kedua dan kelima 2HRZE+1HRZE+5H3R3E3 *Streptomisin dipakai jika resisten etambutol etambutol
Kambuhan
Tuberculosis
*1HRZE : regimen
Sputum Smear pada bulan
sisipan menunggu hasil
ketiga, kelima
kultur resistensi.
dan kedelapan
*Kanamisin digunakan jika alergi streptomisin streptomisin Grup 1 (Injeksi) Streptomycin
15-20 mg/kg
Amikacin
15-20 mg/kg
Capreomycin
15-20 mg/kg
Kanamycin
15-20 mg/kg
Resistensi MDR-XDR
Grup 2 (FluorQ) Ofloxacin
750-1000 mg
Levofloxacin
qd
Moxifloxacin
750-1000 mg qd 400 mg qd
Aturan Penggunaan Regimen TB: Keterangan Waktu Lalai Berobat / Tidak < 2 minggu Patuh / Menghentikan Terapi > 2 minggu
Kondisi Khusus: Kondisi Khusus Wanita Hamil Penggunaan Kontrasepsi
HIV
Hepatitis Akut
Hepatitis Kronis
Ginjal
DM
Tatalaksana KI: Streptomisin
Tatalaksana Lanjutkan pengobatan sesuai jadwal ≥ 4 Bulan : (BTA, Klinik -) Stop Pengobatan ≥ 4 Bulan : (BTA +) Gunakan regimen kambuhan < 4 Bulan : (BTA+) ulangi pengobatan dari awal dengan regimen yang sama. (2-4 minggu)< 4 Bulan: (BTA-) pengobatan dilanjutkan sesuai jadwal
Keterangan Menyebabkan ototoksik permanen Interaksi Rifampicin terhadap obat hormonal Kegagalan Obat Kontrasepsi Rekomendasi Pemberian INH seumur hidup
Gunakan kontrasepsi mekanik (kondom, spiral) atau Estrogen dosis tinggi Terapi TB selama 2-8 minggu, kemudian dilanjutkan bersama terapi HIV. Terapi Hepatitis hingga Jika darurat gunakan perbaikan hepar terlebih regimen 3SE/6RH dahulu. KI: Pirazinamid Rekomendasi: 2HRES/6RH atau 2HES/10HE Warning!: penggunaan Rekomendasi: 2RHZ/6HR Etambutol & Streptomisin Interaksi Rifampicin dengan Sulfonil Urea. Warning!: Penggunaan Ethambutol
EFEK SAMPING OBAT TB
Sumber: Antibiotic Guidelines 2015-2016 (Cosgrove et al, 2015); Guidelines for the Management of Typhoid Fever (WHO, 2011); Tuberculosis Treatment and Management (Zumla et al, 2015) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Indonesia.
INFEKSI SALURAN KEMIH Gejala: Disuria Poliuria Pyuria Gejala Tambahan (Demam, Nyeri Perut, Leukosit Dalam Urin) Kondisi Ada Gejala Tambahan
Penyakit ISK Atas / Pyulonefritis
Tatalaksana IV Gentamicin (GFR>60) IV Seftriakson (GFR<60) Oral Klotrimoxazol, Penicilin Tidak Ada Gejala Tambahan ISK Bawah / Cystitis Oral Klotrimoxazol, Cefixim, Amoksilin, Nitrofurantoin. Kondisi Hamil hindari: Nitrofurantoin (hindari pada trimester 3), Klotrimoxazol (hindari Trimester 1) Sumber: Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 9th edition, Mc Graw Hill, New York.
INFEKSI SALURAN PENCERNAAN Penyakit Disentri
Diare
Peptic Ulcer
Thypus
Penyebab Disentri basile bakteri shigella Disentri amoeba E. Histolitica
Tatalaksana Utama Shigella Klotrimoksazol, ciprofloxacin, amoksilin Histolitica Metronidazole Compylobacter Shigella jejui, Klotrimoksazol, salmonella, ciprofloxacin, amoksilin shigella, Histolitica histolitica, e.coli Metronidazole Compylobacter jejui eritromisin/fluorokuinloon, tetrasiklin Helicobacter Regimen: pylori PPI, amoksisilin, klaritromisin/ metronidazole. Rickettsia Kloramfenikol, bacteria, Ciprofloksasin, Salmonella typh Sefalosforin generasi 3 (Ceftriakson, cefotaksim, cefixim), Klotrimoksazol dan Amoxicillin.
Keterangan Pada infeksi ringan dapat sembuh sendiri pada 4-7 hari tanpa antibiotik Diare normalnya akan sembuh dengan sendirinya pada rentang waktu 2-8 hari
Tatalaksana antibiotik digunakan untuk eradikasi bakteri H. pylori Trilogi Penatalaksanaan: - Perawatan dan Istirahat - Diet dan Terapi Supportif/ Simptomatik - Antibiotik.
Keterangan: Ibu Hamil: Amoxicillin, Sefalosporin Efek Samping Mayor: Kloramfenikol : Grey Syndrome pada Neonatus, Anemia Aplasia Siprofloksasin: Tendon ruptur, periferal Neuropati. Klotrimoksazol: malformasi kongenital, abnormalitas kardiovaskular pada janin. Perbedaan disentri dengan diare? Parameter Disentri Bentuk feses Berlendir, berdarah Gejala tambahan Perut keram, demam (frekuensi lebih tinggi dibanding diare) Patofisiologi Infeksi usus besar Komplikasi bakterimia Source: Pionas POM RI
Diare Encer Demam
Infeksi usus halus -
INFEKSI PARASIT Penyakit Scabies
Penyebab Sarcoptes scabeiei
Kutu Kepala
Pediculus humanus capitis
Kutu pubis
Ptihrus Pubis
Tatalaksana Utama Keterangan Permetrin, Benzil - Balurkan ke Benzoat (Hindari seluruh tubuh, untuk Anak) pada anak harus hingga leher Terapi tambahan: wajah dan telinga. - Digunakan selama Antihistamin. Kortikosteroid, 3 hari berturutpengboatan eksim turut. Jangan cuci dan pruritis. tangan. Permetrin, - Penggunaan Fonetrin dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak 7 hari untuk cegah kutu timbul lagi. - Penggunaan disarankan 12 jam pemaparan ketika malam. Permetrin, Dipakai biarkan Fonetrin, malation hingga mengering, dicuci setelah 12 jam. Digunakan kembali setelah 7 hari.
Tatalaksana General: Permetrin, pilihan terapi pertama untuk pengobatan Scabies, Kutu Kepala, Kutu Pubis. Source: Pionas POM RI. Infeksi Parasit. Pionas.pom.go.id
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL Penyakit Sifilis
Gonnorea
Chlamydia
Herpes Genital Trikomoniasis Candidiasis
Penyebab Treponem pallidum
Tatalaksana Utama Stadium 1: Benzatin, Benzil Penisilin (IV) Stadium 2: Penisilin – Prokain (IV) selama 21 hari
Neiserria gonnorea
1st: cefixim, levofloksasin
Chlamydia tracomatis
2nd: kanamisin. Tiamfenikol, seftriakson 1st: Azitromisin Oral, doksisiklin
2nd: Eritromisin HSV Asiklovir oral 7 hari Vansiklovir oral 7 hari Trichomonas Metronidazole vaginalis Candida 1st: Myconazole, Klotrimazol, Fluconazol, albicans Itraconazol 2nd: Nistatin
Keterangan: Alergi penisilin (tidak hamil) doksisiklin oral 30 hari, eritromisin selama 30 hari Alergi penisilin (hamil) lakukan desensitisasi Source: Pionas POM RI. Infeksi Parasit. Pionas.pom.go.id
VAKSIN
Vaksin
Kegunaan
BCG
Tuberkulosis
Difteri DPT
Pertusis Tetanus
Campak
Campak (Virus Morbili)
Diberikan Pada Bayi < 3 bulan, jika > 3 tahun, lakukan uji tuberkulin, jika hasil positif, jangan diberikan. Diberikan sebanyak 5 kali pada usia: 2-4-6-18 bulan-(4-6) tahun atau 2-3-4-18 bulan-SD kelas 1 Dapat diulang 10 tahun sekali Bayi usia 9 bulan dan diulang pada umur 2 tahun dan pada saat masuk SD Bayi usia 12-15 bulan, jika hingga usia 13 tahun
Cacar Air
Cacar Air
ke atas (belum mengalami cacar atau belum
(Varicella zoster )
mendapat vaksin) harus diberikan dua dosis dengan interval sekurang-kurangnya 28 hari Bayi mendapat 3 dosis vaksin
Hepatitis B
Hepatitis B
Dosis pertama: Saat lahir sebelum usia 12 jam Dosis kedua: Saat usia 1-2 bulan Dosis ketiga: Saat usia 6-12 bulan
Meningitis Hib
Pneumonia (Haemophilus
Diberikan 3 atau 4 dosis pada usia 2, 4, 6 bulan dan diulang pada umur 12-15 bulan
influenzae B) Influenza
Flu Meales(Campak )
MMR
Mumps(Gondongan ) Rubella(Campak Jerman )
Diberikan tiap tahun pada usia 6 bulan sampai 8 tahun Diberikan dalam 2 dosis vaksin Dosis pertama: Usia 12-15 bulan Dosis kedua: Usia 4-6 tahun (atau lebih cepat)
Pneumonia Sepsis Pneumokokus
Otitis Media
Konjugasi
Meningitis
Diberikan secara rutin pada bayi usia 2, 4, 6 dan 12-15bulan
(Streptococcus pneumoniae ) Diberikan 4 dosis vaksin dengan jadwal sebagai berikut, dosis pertama saat lahir, dilanjutkan Polio
Polio
pada usia 2, 4, 6 bulan Vaksin polio diulang pada usia 18 bulan dan pada 4-6 tahun Jadwal pemberian vaksin rabies pra-paparan adalah dalam 3 dosis
Rabies
Rabies
Dosis satu: Bila dibutuhkan Dosis dua: 7 hari setelah dosis satu Dosis tiga: 21 hari atau 28 hari setelah dosis satu Diberikan 2 atau 3 dosis
Rotavirus
Diare
Vaksin diberikan pada usia 2, 4, (dan 6 bulan bila 3 dosis) dengan cara dimi-num bukan disuntik Wisatawan yang akan pergi ke wilayah endemik
Tifoid
Demam Tifoid (Salmonella typhi )
tifoid
(satu
suntikan
2
minggu
sebelum
berangkat) Dosis booster dapat diberikan setiap 3 tahun sekali
Toxoplasmosis, Torch
rubella, cytomegalovirus
Waktu pemberian: 3 bulan sebelum menikah / 3 bulan sebelum kehamilan.
herpes. Sumber: Informasi Vaksin Untuk Orang Tua (IDAI, 2014)
VAKSIN PEMERINTAH INDONESIA Vaksin Wajib Dasar Anak Hepatitis B Polio Tuberkulosis (BCG) Difteri (DPT) Meningitis HiB (HiB) Campak
Vaksin Tambahan 1. 1. Pneumokokus (PCV) 2. 2. Influenza 3. 3. MMR 4. 4. Tifoid 5. 5. Hepatitis A 6. 6. Vatisela 7. Rotavirus 8. HPV 9. JE (Japanese encephalitis) 10. Dengue Source: Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
TOKSOPLASMA Penyakit Penyebab Toksoplasma Toxoplasma Gondii
Tatalaksana Utama Primetamin dan suladiazin diberikan beberapa minggu. Primetamin kombinasi klindamisin/klaritromisin/azitromisin (makrolida)
Keterangan Pada ibu hamil digunakan spiramisin untuk mengurangi transmisi maternal pada janin Source: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/557antitoksoplasma
HIV – AIDS Terapi Infeksi HIV Europenan AIDS Clinical Society (EACS) Guidelines for the Clinical Management and Treatment of HIV-infected Adults
Penatalaksanaan Infeksi HIV dengan Regimen yang Direkomendasikan Regimen yang
Keterbatasan
Disarankan Tidak dapat digunakan pada trimester
NNRTI based
Efavirenz + Tenofovir + Emtricitabine
pertama kehamilan Not in women without adequate
contraception Darunavir + Ritonavir +
Ruam
Tenofovir + Emtricitabine PI based
Atazanavir + Ritonavir +
Tenofovir + Emtricitabine
Reltegnavir + Ritonavir + Tenofovir + Emtrivitabine
Jangan gunakan bersama PPI Ruam Twice daily (not once)
Regimen Alternatif
Keterbatasan
Efavirenz + (Abacavir atau
Efikasi turun pada kondisi viral load
Zidovudine) + Lamivudine
tinggi (Abacavir)
Nevirapine + Zidovudine + PI based
Lamivudine
Tidak bisa untuk pasien gangguan hati sedang – berat
Wanita dengan CD4 > 250 atau pria dengan CD4 > 450
Atazanavir-Ritonavir + (Abacavir atau Zidovudine)
Lihat diatas
+ Lamivudine Regimen atau Komponen yang Sebaiknya tidak Digunakan Regiman atau Komponen
Alasan
Semua regimen NRTI
Efikasi rendah
Abacavir +Diadanosine + Tenofovir
Data tidak memadai
Stavudine
Dapat menyebabkan fat loss
Neuropati perifer
Asidosis laktat
Ritonavir
Intoleransi GI
Keterangan: NRTI = Nucleoside Reverse Transciptase Inhibitors, NNRTI = Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors, PI = Protease I nhibitors Karakter Farmakologi Beberapa Obat Antiretroviral Obat
Efek Samping
Nucleoside Reverse Transciptase Inhibitors (NRTI) Abacavir Didanosine Emtricitabine Lamivudine
Hipersensitivitas Neuropati perifer, pankeatitis Pigmentasi Sakit kepala, pankreatitis
Stavudine
Lipoatropi, neuropati perifer
Tenofovir
Tokisisitas ginjal
Zidovudine
Anemia, neutropenia, miopati
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) Delavirdine
Ruam, peningkatan hasil tes hati
Efavirenz
Gangguan SSP, teratogen
Etravirine
Ruam, mual
Nevirapine
Potensial ruam, hepatoksik Protease Inhibitors (PI)
Atazanavir
Ruam
Indinavir
Nefrolitiasis
Lopinavir
Hiperlipidemia, intoleransi GI
Ritonavir
Intoleransi GI
Saquinavir
Mual, kembung
Nelfinavir
Diare
Sumber: Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-Infected Adult and Adolscents (DHHS, 2009)
Terapi Antiretroviral Pada Kehamilan Tujuan : Untuk mencegah terjadinya transmisi vertikal dari ibu kepada anak dan juga untuk mengoptimalkan pengobatan yang diterima ibu. 1. Efavirenz (memiliki efek teratogenik) 2. Kombinasi stavudin/didanosine (asidosis laktat). 3. Nevirapine digunakan selama kehamilan harus dengan pemantauan fungsi hati harus dilakukan, terutama selama 18 minggu pertama pengobatan.
PENYAKIT SALURAN CERNA (12-14%) Outline:
GERD DIARE DAN KONSTIPASI PEPTIC ULCER DYSPEPSIA NON ULCER MUAL MUNTAH
GERD (Gastroesophageal Refluks Disease) Kondisi Asam lambung naik ke esofagus dan menyebabkan iritasi
Gejala Tatalaksana Rasa panas di 1. Pengontrolan Asam Lambung dada, muntah dan 1st: antasida, non farmakologi (hindari susah menelan. makanan asam dan pedas), H2 Blocker dosis rendah 2nd: Supresi Produk asam dengan H2 Blocker/PPI 3rd: Pembedahan / Surgery 2. Pengosongan Lambung Gunakan metoklopramid 3. Perlindungan Mukosa Gunakan Sukralfat Keterangan: Jika dalam rentang waktu 2 minggu gejala tidak berkurang segera ke dokter. Pilihan Terapi Kondisi pediatri: antasida (suspensi), ranitidine, sukralfat. Pilihan Terapi Kondisi Hamil dan Menyusui: antasida, ranitidine (perhatian untuk menyusui), sukralfat.
DIARE Kondisi Tanpa Infeksi
Dengan Infeksi
Gejala Tatalaksana Tidak disertai 1. Elektroiit gejala tambahan 2. Absorban (attapulgit, norit, kaolin) (demam, feses 3. Bulk Forming (Kaolin) berlendir, 4. Penghambat peristaltik (loperamid, dlsbnya) difenoksilat) Disertai Gejala 1. Menggunakan antibiotik dan terapi tambahan seperti simtomatik. demam, feses berlendir, dlsbnya
Keterangan: Tatalaksana diare pada anak : redehidrasi dengan oralit dan Zn (10 hari), pemberian ASI.
KONSTIPASI Kondisi Jangka waktu normal 1 minggu
Gejala Tatalaksana Massa feses 1. Non Farmakologi mengeras Fiber dan Makanan 2. Terapi Farmakologi - Bulk Forming (dokusate, laktulosa) jangka waktu 1-3 hari, Senna, MgSO4 jangka waktu 6-12 jam - Stimulasi Gerak Peristaltik (Bisakodil) 3. Stimulasi water evacuation - Castor Oil, propilen glikol, bisakodil rektal, saline.
Keterangan: Pasien Geriatri : Bulkforming (Laktulose) Pasien rawat inap: tanpa GI Disease: bisakodil, senyawa opiat Ibu Hamil : hindari pencahar (saline), MGSO4
PEPTIC ULCER Kondisi Gangguan Sekresi HCL Peningkatan HCL
Gejala Tatalaksana Mual, Nyeri ulu - PPI hati, tanpa gas - Antasida, Bikarbonat (antasida asorbable) Sendawa, kembung, mual Stress Sendawa pahit - H2 Blocker Iritasi, luka pada Perih saat makan, - PPI disertai Sukralfat mukosa ada pendarahan pada muntahan, demam, feses berdarah Keterangan: - Interaksi sukralfat dengan antasida menyebabkan penurunan efek obat (absorbsi menurun dan membentuk kelat dengan logam antasida) - Ibu Hamil aman menggunakan antasida. PPI dapat digunakan namun harus dimonitoring. - Ranitidin kategori B untuk hamil, dan berhati-hati untuk ibu menyusui (crosses breast milk). Sukralfat kategori B - Iritasi, luka pada mukosa, yang menyebabkan adanya gejala infeksi tatalaksana yang diberikan sesuai dengan tatalksana pada infeksi saluran cerna
DYSPEPSIA NON ULCER Kondisi Dyspepsia ulcer
Gejala Tatalaksana non Rasa tidak 1. Menurunkan asam lambung nyaman pada Antasida abdomen atas, 2. Menurunkan Refluks asam heart burning dan Alginat rasa penuh pada 3. Blok Produksi Asam perut. PPI, H2Blocker
Keterangan: Jika tidak kunjung membaik disarankan untuk melakukan endoskopi
MUAL dan MUNTAH Kondisi Tatalaksana Kondisi Ringan Antasida / Klorpromazin Kondisi Berat Gol. Benzodiazepin Hipertensi, Glaukoma, Gol. Antihistamin/Antikolinergik (Dimenhidrinat, Asma Difenhidramin, Skopolamin) Pasca Kemo/Operasi Gol. Kortikosteroid (Dexametason) + Ondansetron GERD / Tukak Lambung Gol. H2 Blocker (Simetidin, Ranitidin) Diabetes Metoklopramid Hamil Piridoksin (First Line) Doxylamin Ondansetron (Pilihan Akhir) Anak Kortikosteroid/Ondansetron/domperidone (suspensi) Keterangan: Obat Mual disesuaikan dengan kondisi dan penyebab terjadinya. Source: Dipiro, 9th ed.
KARDIOVASKULAR (10-12 %) Outline: Hipertensi Penyakit Jantung (CAD) ISKEMIK – ANGINA Stroke Hiperlipidemia
HIPERTENSI
Berdasarkan JNC 8, target terapi dan pilihan regimen dalam penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut : Kondisi
Normal
Pilihan Obat -
Tunggal: ACEi ARB, CCB, atau diuretic
-
ACEi atau ARB + diuretic; serta ACEi atau ARB + CCB
CKD
Diabetes Mellitus
Heart Failure Post-MI CAD
ACEi atau ARB -
First Line : ACEi atau ARB
-
Second Line : CCB
-
Third Line : diuretic atau BB
ACEi atau ARB + BB + diuretic + spironolactone BB + ACEi atau ARB ACEi, BB, diuretic, CCB
Pencegahan Kekambuhan
ACEi, diuretic
Stroke Kehamilan
Labetolol (first line), nifedipin, metidopa
Beta-Bloker Selektif Beta-1 seperti metoprolol, bisoprolol, betaxolol, dan acebutolol lebih aman untuk pasien dengan PPOK, asma, dibetes dan peripheral vascular disease .
HIPERLIPIDEMIA Menurut ATP III, dalam tatalaksana penurunan LDL dan manajemen resiko penyakit degeneratif ada faktor resiko yang harus diketahui, berikut adalah faktor resiko menurut ATP III. Faktor Resiko Mayor yang Membutuhkan Modifikasi LDL Kebiasaan merokok Tekanan darah (BP > 140/90 mmHg atau dalam pengobatan hipertensi Kolesterol HDL rendah (< 40 mg/dL)* Family history of premature CHD Usia (pria ≥ 45 tahun, wanita ≥ 55 tahun) *Kolesterol HDL ≥ 60 mg/dL dapat dihilangkan dari hitungan faktor resiko Dengan mengetahui faktor resiko, target penurunan LDL dan memulai terapi dapat diketahui. Berikut adalah target dan nilai LDL memulai terapi :
Faktor Resiko
Target LDL
Hasil Assesment
(mg/dL)
Nilai LDL untuk
< 100
Obat
Mulai TLC
CHD or CHD Risk Equivalents (10-
Nilai LDL Mulai Terapi
≥ 100
years risk > 20% )
≥ 130 (100-129 drug optional)* 10-year risk 10-20%
≥ 2 Risk Factors (10- years risk ≤
≥ 130 < 130
≥ 130 10-year risk < 10%
20% )
0 – 1 Risk Factor
≥ 160 < 160
≥ 160
≥ 190 (160-189 drug optional)
Keterangan: TLC (Therapeutics Lifestyle Changes ); (*) beberapa ahli merekomendasikan penggunaan obat penurun LDL jika target < 100 mg/dL tidak dapat tercapai dengan TLC
TLC Features TLC diet Lemak jenuh < 7% dari kalori, kolesterol < 200 mg/hari Konsumsi serat (10-20 g/hari) Manajemen berat badan serta meningkatkan aktivitas fisik
Tipe Hiperlipidemia: Tipe
Keterangan
I
Hiperkilomikronemia
IIa
Kenaikan LDL serum (familial hiperkolesterolemia)
IIb
Kenaikan LDL dan VLDL (familial kombinasi hiperkolesterolemia)
III
Broad β- VLDL (Familial disbetalipoproteinemia)
IV
Kenaikan VLDL – dan serum TG (Familial hipertrigliseridemia)
V
Kenaikan kilomikron dan VLDL (mixed hiperlipidemia)
WHO, Fredrickson's classification of hyperlipoproteinemia/hyperlipidemia Berikut adalah pilihan obat yang dapat diberikan : Golongan
Contoh
Efek Terapi
Efek Samping
Kontraindikasi
Obat Simvastatin
Menurunkan
Lovastatin,
LDL dan
Pitavastatin,
trigliserida,
Rosuvastatin
menaikkan HDL
Resin
Colestipol
Menurunkan
Asam
Coleselvam
LDL, menaikkan
Empedu
Colestiramin
HDL
HMG CoA Reductase Inhibitor
Asam
Asam
Menurunkan
Nikotinat
Nikotinat
LDL dan
Miopati, meningkatkan enzim hati
Penyakit liver aktif dan kronis
GI Upset Konstipasi
Trigliserida > 400
Menurunkan
mg/dL
absorbsi obat Muka merah
Penyakit liver
Hipoglikemi
kronis
Hiperurisemia
Gout parah
trigliserida,
Hepatotoksis
menaikkan HDL
GI Upset
Menurunkan
Dispepsia
Asam
Gemfibrozil
LDL dan
Batu empedu
Gangguan ginjal
Fibrat
Fenofibrat
trigliserida,
Miopati
dan hati parah
menaikkan HDL Penurunan berat badan dapat digunakan orlistat, apabila target dengan terapi non-farmakologi tidak mencapai penurunan 10% berat badan. Orlistat memiliki efek samping feses berlemak dan dapat menggangu absorbsi vitamin, siklosporin, dan levotiroksin. Tatalaksana Hiperlipidemia Kondisi Pilihan Terapi Kenaikan konsentrasi Statin, digunakan sampai dosis terbesar yang dapat LDL ditoleransi sampai mencapai target LDL. Target: Penurunan 50% (resiko sangat tinggi), 30% (resiko tinggi) Tunggal resin asam empedu/ asam nikotinat : bila intoleran statin. Kombinasi statin – ezetimibe/resin asam empedu/asam nikotinat. Kenaikan Konsentrasi Fibrat : firstline TG Asam nikotinat, omega 3 PUFA, statin + asam nikotinat, statin + fibrat: perlu pertimbangan Statin tunggal : untuk pasien resiko tinggi konsentrasi TG moderat Source: Pedoman Tatalaksana Dislipidemia – PERKI 2013
JANTUNG KORONER -- Coronary Artery Disease (CAD) Kondisi Penyempitan Arteri Koroner, manifestasi akhir angina dan infark. Faktor Resiko: Diabetes Hipertensi Dislipidemia Menopause Perokok -
Tatalaksana Medikamentosa Primer 1. Antiplatelet Aspirin, CPG, tiklodopin 2. Penurun Lemak Ikuti tatalaksana hiperlipidemia (prevensi primer: golongan statin) Terapi sesuai faktor resiko: 1. Beta Bloker Selektif Bisoprolol, karvediol, atenolol\
-
Pria usia > 40 tahun Keturunan PJK
2. 3. 4. 5.
Nitrat ISDN ACEI dan ARB Captopril, losartan, varsartan
Source: Panduan Praktik Klinis Penyakit Jantung dan Pembuluh darah – PERKI 2016
ISKEMIK dan ANGINA Ketidak seimbangan demand dan suplai aliran arteri coroner, merupakan manifestasi dari Coronary Artery Disease (CAD) Merupakan sindrom koroner akibat dari adanya obstruksi vaskuler jantung. parameter Angina stabil Angina tidak stabil Angina vasospasme Gejala Keluhan nyeri dada Keluhan nyeri dada Nyeri dada dapat menjalar timbul menjalar mendadak terjadi pada waktu hilang berulang kali hingga akhirnya bisa istirahat. Seringkali dalam periode menyebabkan infark timbul harian yang lebih dari dua miokardium hampir sama. Di picu bulan dan tidak oleh rokok dan stress. berubah pola dan frekuensi serangannya, akan hilang ketika beristirahat Waktu Lama serangan 3-5 Lama serangan 15-20 Terjadi selama 1-15 mrnit dan jarang menit, manifestasi akhir menit, atau 20 menit lebih dari 10 menit berupa infark Patofisiologi Kebutuhan aliran Disebabkan oleh adanya Disebabkan oleh darah koroner dan trombosis akibat spasme arteri koroner yang meningkat terkoyaknya bercak dan didukung oleh (pada waktu kerja aterom yang adanya aterosklerosis fisik saat olahraga, memperberat stenosis yang mempersempit suppy tidak dan menghambat koroner vaskuler mencukupi) vaskuler koroner secara mendadak. keterangan: patofisiologi angina mayoritas karena hiperlipidemia, selain itu hipertiroid.
Tatalaksana angina Derajat Keterangan 1 Keluhan terjadi saat aktivitas berat yang lama 2 Keluhan terjadi saat aktivitas yang lebih berat dari aktivitas sehari-hari
Tatalaksana 1. Antiplatelet 2. Statin 3. Betabloker (bisoprolol/carvedilol/metoprolol – ivabradine (jika pasien intoleran βblocker) –
3
Keluhan terjadi saat tidak dapat digunakan untuk angina aktivitas sehari-hari vasospasme 4 Keluhan terjadi saat 4. ISDN/Mononitrat (firstline serangan akut – pada angina stabil/ profilaksis serangan), istirahat dikombinasikan bersama βblocker/ CCB 5. CCB – sebagai pengganti βblocker pada angina stabil. Source: Panduan Praktik Klinis Penyakit Jantung dan Pembuluh darah – PERKI 2016 Mekanisme Kerja Obat Angina Obat Nitrat ACEI CCB Beta Bloker
Mekanisme Vasodilatasi pada vena perifer di otot polos vaskuler (Nitrogliserin) Remodeling jantung Dilatasi arteriol perifer Menekan kontraktilitas miokard Denyut Turun Frekuensi Kebutuhan O2 Turun
STROKE STEMI Vs NSTEMI
STEMI: ST- segment elevation myocardial infarction Manifestasi: infark miokardium N-STEMI: Non ST- segment elevation myocardial infarction
Kondisi khusus Kondisi DM Geriatri Ginjal Ibu Hamil
Potensi Intraksi
Tatalaksana Anti-trombotik : Aspirin, Warfarin Adjust Dose, Monitoring Faal Ginjal 1. Trimester ke 2 jangan gunakan Aspirin 2. Trimester 2-3 jangan gunakan Captopril 3. Warfarin klasifikasi D 4. Nitrogliserin Aman digunakan 5. Betabloker yang digunakan Labetolol Warfarin dengan Simetidin Blokade metabolisme enzim sitokrom, menyebabkan bleeding. STROKE ISKEMIK VS HEMORAGIC
TATALAKSANA STROKE Kondisi Umum
Kardioemboli Non Kardioemboli
Aterosklerosis
Ibu Hamil
Ttalaksana
Terapi Simptomatik Altlapase IV (3 jam Antipiretik onset) Antikonvulsan Aspirin 160-325 mg (untuk pasien (48 jam onset) yang disertai *penggunaan dengan kejang kombinasi setelah stroke) menurunkan toksisitas atlapase Warfarin dabigatran Antiplatelet: Aspirin Clopidogrel Aspirin+ER diporodamole cilostazol Tatalaksana hiperlipidemia, terapi statin Atlapase [C] Aspirin [C], [D] pada trimester 3 Dipiridamol [B] Warfarin [D]
Preventif Antihipertensi ACEI & Diuretik Antiplatelet Antikoagulan Antihiperlipid Management Glucose
Keterangan: Toleransi terhadap nitrogilserin sublingual : 3 x setelah digunakan diganti dengan IV Morfin Sulfat diberikan jika hipotensi saat menggunakan nitrat KI penggunaan Sidenafil ketika nitrat digunakan Tatalaksana Gawat Darurat : EKG 12 sadapan Periksa CK/CMB Beta Bloker + Infus Obat Nitrat/Aspirin Morfin jika nyeri
OVERVIEW KARDIOVASKULAR
Source of picture: http://www.awaremed.com/the-known-dangers-of-cardiovasculardisease/
SARAF DAN PSIKIATRI (6-10%) Outline:
Ansietas Epilepsi Nyeri Sakit Kepala Konsep Induksi Saraf Simpatis dan Parasimpatis Berikut ini kondisi yang terjadi ketika sistem saraf simpatis dan parasimpatis mengalami induksi.
Adrenergik dan Kolinergik berkerja BERLAWANAN Antiadrenergik dan Kolinergik berkerja SERUPA Simpatomimetik dan Parasimpatomimetik berkerja BERLAWANAN Simpatomimetik dan Parasimpatolitik berkerja SERUPA Efek Adrenergik (Simpatomimetik) adalah efek yang serupa dengan ketika saraf simpatis diinduksi Efek Kolinergik (parasimpatomimetik) adalah efek yang serupa dengan ketika saraf parasimpatis diinduksi
Ansietas Tipe Ansietas No 1
2
Tipe
Definisi
Gejala
GAD
Konstan dan jangka panjang
Sulit tidur, sakit kepala,
(Generalized
dalam
Anxiety
berlebih pada banyak bagian tension, nyeri dan iritasi
Disorder)
dalam hidup.
anxietas,
kecemasan kelelahan,
terkait kecemasan
Panic Disorder Serangan panik yang intens, Berkeringat, (PAD)
muscle
cemas akan kejadian terulang.
sulit
bernafas, palpitasi, sakit di dada, dan merasa seperti
serangan
jantung. 3
Post traumatic
Pasien bertahan pada survival
disorder
mode.
(PTSD) 4
Obsessive
Kecemasan yang terjadi terkait Melakukan
compulsive
pemikiran, dan bermanifestasi berulang-ulang
disorder (OCD) pada
kegiatan
pengulangan-ulangan
suatu aktivitas 5
Phobia
Kecemasan
yang
signifikan Gejala
cemas
muncul
Disorder
pada kondisi sosial, atau ketika ketika berada di kondisi perform di depan publik (social tertentu (diketahui) dan phobia), ketinggian/tempat
pada stabil tertentu
(fobia tempat)
ECHO Protocol. Anxiety-Disorders-Treatment-Protocol. American Physciatric association 2010
Berdasarkan Panduan Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments GAD
PhD
PTSD
OCD
SSRI, RIMA
SSRI, TCA‡
SNRI
SNRI, MAOi
SNRI, SARI
BDZ,
BZD, D2-
Divalproexm
Bloker,
Clonidine
Gabapentin
PaD
SSRI†, 1st Line*
SNRI†,
SSRI†, TCA‡ SSRI†, SNRI
Buspirone† 2nd Line 3rd Line / Adjunct
TCA
BDZ
BDZ
TCA
BDZ, MAOi
Keterangan: GAD = Generalized Anxiety Disorder, MAOi = Monoamine Oxidase Inhibitor, OCD = Obssesive-Compulsive Disorder, PTSD = Post-Traumatic Stress Disorder, RIMA = Reversible Inhibitor of Monoamine Oxidase, SARI = Serotonin Antagonis/Reuptake Inhibitor, SNRI = Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor, SSRI = Selective Serotonin Reuptake Inhibitor, TCA = Tricyclic Antidepressant
Terapi Antidepresan Pada Kehamilan
Antidepresan
selectives
serotonin-reuptake-inhibitors
(SSRI)
dan
serotonin-noreponephrine reuaptake inhibitors (SNRI) adalah antidepresan yang paling sering digunakan dalam terapi farmakologi untuk ganggunan depresi mayor, karena memiliki toksisitas yang rendah walau dalam kondisi overdosis.
TCA berguna untuk wanita yang tidak responsif terhadap SSRI atau terganggu dengan efek samping.
Buspropion, suatu dopamin-norepinephrine reuptake inhibitors telah diuji pada wanita hamil dan juga telah disetujui oleh FDA sebagai tambahan terapi untuk menghentikan kebiasaan merokok.
RULES: Mengoptimalkan dosis obat tunggal harus diutamakan sebelum menambah-kan obat lainnya.
EPILEPSI
Jenis Epilepsi Partial Seizure (Diagnosis Baru) Partial Seizure (Refractory Monotherapy )
First Line Menurut UK
Alternatif Menurut UK
Guideline
Guideline
Karbamazepin, Lamotrigin
Lamotrigin, Oxcarbazepin, Topiramat
Levetiracetam, Oxkarbazepin, Asam Valproat
-
Karbamazepin, Klobazam, Partial Seizure
Gabapentin, Lamotrigin,
Lacosamid, Fenobarbital,
(Refractory
Levetiracetam,
Fenitoin, Pregabalin, Tiagabin,
Adjunct )
Oxcarbazepin, Asam
Vigabatrin, Zonisamid
Valproat, Topiramat Generalized
Etoksusimid, Lamotrigin,
Seizure Absence
Asam Valproat
Primary General (Tonic-Clonic )
Asam Valproat, Lamotrigin, Karbamazepin, Oxkarbazepin
Juvenile Myoclonic
Etoksusimid, Lamotrigin,
Epilepsy
Asam Valproat
Klobazam, Klonazepam, Levetiracetam, Topiramat, Zonisamid Klobazam, Levetiracetam, Topiramat Klobazam, Klonazepam, Levetiracetam, Topiramat, Zonisamid
Terapi Antiepilepsi Pada Kehamilan
Penggunaan antiepilepsi harus dihindari, terkecuali lamotrigine yang mungkin dapat ditoleransi.
Valproic Acid (VPA) harus dihindari pada masa-masa produktif. Kecuali pengobatan epilepsi gagal dengan pengobatan lain.
Monoterapi lebih disarankan.
Pada kasus idiopatik, kejang umum, lamotrigine is the best tolerated drug by embryo/fetus, although VPA is more effective . Untuk focal epilepsy , carbamazepine seefektif VPA tapi dengan resiko yang lebih rendah.
NYERI DAN SAKIT KEPALA Tingkat Nyeri
Terapi Parasetamol 650 mg, aspirin 500 mg,
Ringan (0 – 3)
ibuprofen 400 mg, atau NSAID bisa ditambah NSAID lain, antidepresan trisiklik, dan obat kejang
Sedang (4 – 6)
Parasetamol 325 mg + opioid (kodein) Morfin atau fentanil bisa ditambah
Berat (7 – 10)
NSAID lain, antidepresan trisiklik, dan obat kejang
Terapi Analgesik Pada Kehamilan A. Analgesik 1) Parasetamol: Pilihan pertama selama kehamilan dan dalam digunakan pada trimester berapapun saat diperlukan. 2) Asetosal: Penggunaan yang berkepanjangan setelah minggu ke-28 dapat menyebabkan prematur closure of the fetal ductus arterious . Aspirin dosis rendah dapat digunakan secara aman tanpa adanya batasan selama memang diindikasikan. B. Anti Inflamasi Non-Steroid 1) COX Non-Selective Inhibitor: Ibroprofen adalah analgesik yang menjadi pilihan kedua setelah parasetamol dan antiinflamasi pilihan pertama hingga kehamilan mencapai minggu ke-28. 2) COX-2 Selective Inhibitor: Inhibitor COX-2 selektif (celecoxib, etricoxib, dan parecoxib) dikontraindikasikan selama. Penggunaan inhibitor COX-2 selektif
secara berkelanjutan dalam mencegah terjadinya pembuahan dan harus dihindari selama fase periovulatory . C. Pengobatan Migrain 1) Terapi Serangan Migrain: Gunakan parasetamol (3 x 1 g), parasetamol dan kodein, atau ibuprofen (3 x 800 mg) atau diklofenak (2-3 x 50 mg) terbukti aman untuk digunakan pada serangan migrain. 2) Pencegahan Migrain: beta-bloker seperti metoprolol, propanolol, atau saat sangat diperlukan dapat menggunakan bisoprolol. Obat lain yang dapat diterima
termasuk
Antikonvulsan
antidepresan
sebaiknya
tidak
trisiklik
diberikan
(amitriptilin, selama
nortriptilin).
kehamilan
untuk
pencegahan migrain. Penggunaan obat-obat yang bekerja pada sistem RAS (ACEi dan ARB) dikontraindikasikan, termasuk flunarizin, agen CCB yang juga minim informasi.
ENDOKRIN (5-10%) Outline:
Gangguan Tiroid Diabetes Melitus
GANGGUAN TIROID Berdasarkan bentuk: 1. Difus: Pembesaran kelenjar merata 2. Nodul: benjolan seperti bola, dapat berupa tumor jinak/ganas Berdasarkan kelainan fungsi: 1. Hipertiroid: Tirotoksisitas, kelebihan hormon tiroid 2. Hipotiroid: kekurangan atau berhentinya hormon tiroid 3. Eutiroid: bentuk kelenjar tidak normal, tapi fungsi normal
Tatalaksana Kondisi Hipotiroid
Gejala Kelemahan, bradikardi, mudah mengantuk, goiter, metabolisme menurun
Hipertiroid Gugup, cemas, takikardi, tremor (gejala tirotoksikosis), kelemahan otot, turun berat badan
Tatalaksana Levotiroksin, Liothironin
1= radioaktif iodin 2= antitiroid : methimazole, PTU 3= betabloker (tappering off) untuk gejala tremor dan takikardi 4= kortikosteroid (tappering off) untuk sindrom graves 5= surgery (tiroidoktomi)
Keterangan: ibu hamil aman menggunakan methimazol Redioaktif iodin tatalaksana yang di prioritaskan untuk pasien dengan sindrom graves dan toxic nodular goiter.
DIABETES MELLITUS
Gejala: polivagi (banyak makan), poliuria (banyak buang air kecil), dan polidipsi (banyak minum). Diabetes digolongkan menjadi dua tipe utama, yaitu tipe I dan tipe II. Keterangan: Pada tipe I, pasien lebih cenderung memiliki berat badan rendah dan mengalami ketoasidosis, sedangkan pada tipe II cenderung obesitas. Berikut adalah target terapi dari diabetes mellitus :
Glycemic Con\trol Algorithm Based on AACE 2015
Kerja Insulin
Contoh Humalog (insulin lispro),
Rapid Acting
NovoLog (insulin aspart),
Penggunaan 5 – 15 menit sebelum makan
Apidra (insulin glulisine) Short Acting
Humulin R, Novolin R
30 menit sebelum makan
Intermediate
Humulin N, Novolin N
Umumnya 1 x sehari
Lantus (insulin glargine),
Umumnya 1 x sehari di
Levemir (insulin detemir)
waktu yang sama
Long Acting
Algorithm For Adding/Intensifying Insulin
Profiles of Antidiabetic Medications
Diabetes Pada Kehamilan Tatalaksana pasien diabetes gestasional; insulin dan metformin. Obat yang digunakan pada terapi diabetes mellitus A. Insulin DM tipe I : penggunaan insulin sebelum merencanakan kehamilan. Human insulin adalah pilihan dalam pengobatan ini. Insulin lispro dan aspart tidak boleh diganti selama masa kehamilan, sedanglan long-acting analogs bagaimanapun harus dihentikan dan diganti. DM tipe II atau GDM yang gula darahnya tidak dapat terkontrol dengan baik melalui diet, harus mendapatkan terapi insulin. Penggunaan glukokortikoid dan tokolitik harus dibatasi agar tidak terjadi toleransi karbohidrat, disamping itu pengontrolan kondisi metabolik sangat disarankan ketika obat ini diberikan. B. Antidiabetes Oral (OAD) Digunakan pada penanganan DM tipe II. Beberapa OAD yang lazim digunakan adalah sebagai berikut.
Turunan sulfonilurea menstimulasi sel -pankreas yang masih memiliki fungsi (glibenclamide, gliclazide, glimepiride dan gliquidone)
Metformin mencegah pembentukan glukosa di hati, memperlambat penyerapan glukosa pada intestinal dan meningkatkan ambilan glukosa pada otot.
Inhibitor -glukosidase membatasi penyerapan karbohidrat pada intestinal (akarbosa, manitol).
Glinide, regulator glukosa postprandial, yang berkerja dengan cara menginduksi sekresi insulin (short-term ) (nateglinide dan repaglinide).
Modulator inkreatin, meningkatkan sekresi insulin yang diperlukan saat makan. (vildagliptin, sitagliptin, dan saxagliptin)
TZD, insulin sensitizer , (pioglitazone dan rosiglitazone)
Glucagon-like peptides (GLP-1)-receptor antagonists, yang hanya digunakan secara subkutan dan hanya dikombinasikan dengan OAD (Exenatide dan liraglutide).
THT dan MATA (5-10%) Outline:
Glaukoma Rinitis Alergi Konjungtivitis Faringitis
GLAUKOMA
Tatalaksana: -
Terapi obat (tetes/oral) -- (menurunkan tekanan intraokular)
RUTE Topikal
Golongan Kolinergik Agonis adrenergik
Mekanisme Kerja Miosis, kontraksi pupil. Menurunkan produksi cairan akuos pada fase awal Beta bloker menurunkan produksi akuos Analog prostaglandin meningkatkan aliran keluar uveoskleral daripada mempengaruhi aliran akuos melalui jalur konvensional trabekulo-kanalikular Karbonik anhidrase berhubungan dengan inhibitor produksi cairan akuos terutama melalui se kresi aktif bikarbonat Sistemik Karbonik anhidrase berhubungan dengan inhibitor produksi cairan akuos terutama melalui se kresi aktif bikarbonat Osmotik Meningkatkan tekanan osmosis Terapi Laser Operasi filtrasi -
Contoh Pilokarpin Epinefrin
Timolol, metoprolol Latanorprost, bimatoprost
Dorzolamide, brinzolamide
Azetolamide, metazolamide
Gliserin, mannitol, urea
RINITIS ALERGI – KONJUNGTIVITIS – FARINGITIS Rinitis Alergi Inflamasi mukosa hidung disebabkan oleh alergen Tipe: 1. Seasonal: Terkait musim 2. Perrenial: Setiap saat, contoh pemicu debu 3. Occupational: Terkait Pekerjaan
Konjungtivitis Peradangan pada konjuntiva-selaput bening mata (mata merah). Penyebab: bakteri, virus dan alergi. Faringitis
radang
Penyakit Rinitis Alergi
pada mukosa faring
Gejala Bersin Tenggorokan hidung gatal Mata berair Hidung Berair Hidung Tersumbat Tidak teratasi
Konjungtivitis
Infektif
Alergi
Faringitis
Batuk
Demam Pilek Sakit Kepala
Tatalaksana Antihistamin, steroid nasal Antihistamin, steroid nasal, antikolinergik nasal Antihistamin Antihistamin, steroid nasal, antikolinergik nasal Dekongestan (Fenilefrin, fenilpropanolamin, pseudoefedrin), Steroid nasal. Rekomendasi penggunaan imonoterapi (monteleukast) – suatu antagonis leukotrien Tanpa Antibiotik sembuh dalam 2 pekan Jika tidak sembuh, ke dokter Tetes Mata Kloramfenikol/ asam fusidic (wanita hamil, pediatri dan geriatri) Non Farmakologi Bilas dengan air bersih dan hangat Penggunaan tetes mata antihistamin (fexofenadine), kortikosteroid, mast cell stabilizer (nodokromil, kromoglikat, lodoxamide) Dengan Dahak: Ekspektoran (GG, Succus Glycirrizae, guafenesin) dan Mukolitik (Ambroxol, n- acetylsistein, bromheksin) Kering: Antitusif: (kodein, dekstromethorphan) Antipiretik (PCT, Ibuprofen) Dekongestan Normal: Analgesik Vertigo: antivertigo (betahistine mesilat)
Sakit menelan, tenggorokan sakit, manifestasi dari radarng Otot nyeri
Akan sembuh seiring pengobatan lainnya, gunakan anestetik lokal (degirol), steroid jika dibutuhkan. Analgesik
Keterangan: Pada ibu hamil: Pilek gunakan antihistamin (ctm, loratadin) untuk batuk dapat gunakan kodein, difenhidramin. Hindari GG. Pemakaian obat obat simtomatik perlu diperhatikan untuk pasien jantung dan hipertensi.
TULANG DAN SENDI (5-10%) Outline:
Osteoporosis Reumatoid Artritis Osteoartritis Gout
OSTEOPOROSIS – REUMATOID ARTRITIS Penyakit
Osteoporosis
Gejala
Tatalaksana
Sakit pada tulang
Suplementasi kalsium (kalsium
tertentu, penurunan
karbonat, kalsium sitrat), f irst line
tinggi badan,
(Asam Alendronat, Asam
perubahan struktur
Risendronat), alternatif (Raloksifen,
tubuh, nilai T score di
Asam Ibandronat)
bawah – 2,5. 1. Topikal NSAID 2. Oral NSAID Nyeri sendi dan
3. Tramadol
inflamasi
4. Capsaicin Cream Topikal 5. Intra artikular kortikosteroid injeksi
Reumatoid Artritis
1. DMARDS: Blokade inflamasi sendi Memperbaiki Sendi
2. Tradisional – membatasi respon imun dan inflamasi secara luas (Siklosporin, sulfassalazin, metotreksat, siklofosfamid)
ASAM URAT
Kadar asam Urat: 6,8 atau 7,0 mg/dL. Tujuan terapi: 1.
Mengurangi serangan akut.
2.
Menghindari terjadinya serangan.
3.
Menghindari komplikasi yang disebabkan oleh penumpukan kronis kristal asam urat di jaringan. Kondisi
Keterangan First line yang digunakan adalah allopurinol atau febuxosat. Apabila alergi terhadap xanthine oxidase
Hiperurisemia
inhibitor
(XOI)
bisa
digunakan
probenecid. Kombinasi XOI (allopurinol atau febuxosat) dan agen urikosurik (probenesid) terkadang dibutuh-kan. Penderita gagal ginjal harus mengatur dosis allopurinol. Harus di-assesment
tingkat
inflamasi
dan
tingkat nyeri (nyeri digunakan visual analog Inflamasi
scale (VAS)). Dapat digunakan terapi tunggal atau kombinasi. Obat pilihan antara lain NSAID, kortikosteroid, dan kolkisin.
Terapi Antigout Pada Kehamilan 1. Probenecid dapat dikatakan sebagai obat pilihan untuk eliminasi asam urat selama kehamilan. 2. Allopurinol relatif dikontraindikasikan, allopurinol pada trimester pertama dapat menyebabkan terminasi kehamilan. 3. Ibuprofen adalah obat pilihan pertama untuk penanganan serangan gout saat kehamilan. 4. Kortikosteroid intraartikuler atau sistemik dapat diberikan pada trimester berapapun. 5. Kolkisin hanya disarankan untuk digunakan pada kondisi khusus. Penggunaan kolkisin jangka panjang diperlukan pada kondisi kehamilan yang didiagnosa mengalami Familial Mediterranean Fever .
OSTEROARTHRITIS
Pedoman tatalaksana osteoarthritis merujuk pada American Pain Society