MODUL BELAJAR obatukai.com
Pharmacist Learning Partner!
MODUL FORMATIF 2 Sistem Pernafasan Sistem Renal & Kemih Kulit Onkologi, Imunologi, Nutrisi Penanganan Gawat Darurat.
www.obatukai.com
SISTEM PERNAFASAN (5-10%) OUTLINE : 1. Asma 2. Chronic obstructive pulmonary disease 3. Cough and Cold 4. Rhinitis
ASMA Asthma) ( Asthma
Algoritma:
Medikasi Asma:
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pelega dan pengontrol. Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.
Pelega (Reliever): Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti
SISTEM PERNAFASAN (5-10%) OUTLINE : 1. Asma 2. Chronic obstructive pulmonary disease 3. Cough and Cold 4. Rhinitis
ASMA Asthma) ( Asthma
Algoritma:
Medikasi Asma:
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pelega dan pengontrol. Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.
Pelega (Reliever): Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti
mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega adalah: a. Agonis beta2 kerja singkat/Short Acting Beta-2 Agonis (Digunakan apabila merasa akan sesak : salbutamol (Albuterol) b. Antikolinergik, c. Aminofillin, dan d. Adrenalin.
Pengontrol (Controllers): Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol : a. Kortikosteroid inhalasi Harus ada mekanisme tappring. Apabila digunakan secara inhalasi harus kumur untuk menghindari jamur di mulut b. Kortikosteroid sistemik Harus ada mekanisme tappring c. Sodium kromoglikat d. Nedokromil sodium e. Metilsantin : Sebaiknya digunakan di jam yang sama dan waspada terhadap obat induser maupun inhibitor enzim (Teofilin) f. Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi g. Agonis beta-2 kerja lama, oral : Salmeterol, Formoterol h. Leukotrien modifiers i. Antihistamin generasi ke dua
Keterangan: obat adrenergik seperti albuterol dan formoterol serta kortikosteroid inhalasi seperti budesonide menjadi pilihan dalam manajemen asma jangka panjang pada wanita hamil (Global Initiative for Asthma 2012)
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Chronic obstructive pulmonary disease ) Adanya inflamasi kronis yang mengarahkan pada terjadinya destruksi dan limitasi aliran udara untuk pernafasan. Prinsip PPOK: 1. kronik bronkitis: sekresi mukus berlebih dengan disertai batuk yang terjadi sekurangkurangnya 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut. 2. Emfisema: abnormalitas, pelebaran permanen dari jalur pernafasan hing ga terminal bronkioli, disertai dengan adanya destruksi pada dind ing tanpa adanya fibrosis Patofisiologi singkat: 1. inflamasi kronik menyebabkan destruksi dinding dan limitasi jalur pernafasan 2. inhalasi senyawa penstimulus mediator inflamasi 3. stress oksidatif menyababkan adanya respon pertahanan yang agresif dari paru Parameter: – spirometer: menunjukkan FEV postbronkial kurang dari 80%, dan perbandingan rasio FEV: FVC kurang dari 70% – Gas dalam Arteri; partial pressure of O 2 [PaO2] 45–60 mm Hg, partial pressure of CO 2 [PaCO2] 50–60 mm Hg Tatalaksana Empiris antibiotik PPOK
Eksaserbasi PPOK M.catarrhalis S.penumoniae
Doxycycline 100 bid Azithromycin 500 qd Co-amoxiclav 875 bid Cefpodoxime 200 bid Cefdinir 300 bid Short acting bronkodilator (Low Risk) – Grup A Long acting bronkodilator (persisten- severe) Inhalasi kortikosteroid (high risk) Ipratrorium bromida (antikolinergik) metilxanthin
Keterangan Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 3 Hari Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 5 Hari Lama Terapi 5 Hari Terapi koreksi airflow
BATUK DAN FLU (Cough and Cold )
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran pernapasan.
Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang saluran pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan benda tersebut.
Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas (misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran pernapasan.
Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.
Ada dua jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk kering. a. Batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang tenggorokan. b. Batuk kering adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.
Obat batuk dibagi menjadi 2 yaitu a.
ekspektoran (pengencer dahak) untuk Mengencerkan lendir saluran napas Contoh: Gliseril guaikolat dan bromheksin
b.
antitusif (penekan batuk) contohnya Dekstrometorfan Hbr dan Difenhidramin HCl
Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Obat Yang Dapat Digunakan 1.
Antihistamin Antihistamin dapat menghambat kerja histamin yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi.
Obat
yang
tergolong
antihistamin
antara
lain:
Klorfeniramin
maleat/klorfenon/CTM, Difenhidramin HCl. 2. Oksimetazolin (tetes hidung): Mengurangi sekret hidung yang menyumbat 3. Dekongestan oral: Dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan oral antara lain: Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin.
Sumber: Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2007
RHINITIS Rinitis adalah inflamasi pada lapisan dalam hidung yang dikarakterisasi dengan adanya gejala-gejala nasal seperti rinore anterior atau posterior, bersin-bersin, hidung tersumbat, dan/atau hidung gatal.
Treatment regimens for allergic and nonallergic rhinitis
Sumber: Nguyen P Tran, John Vickery, Michael S Blaiss. 2011. Management of Rhinitis: Allergic and Non-Allergic . Allergy Asthma Immunol Res. 2011 July;3(3):148-156.
SISTEM RENAL DAN SALURAN KEMIH (5-8%) OUTLINE: 1. Acute Renal Failure 2. Chronic Renal Failure 3. Drug Enhance Renal Disease 4. Benign Prostate Gyperthrophy (BPH) 5. Kontrasepsi 6. Gangguan Menstruasi
GAGAL GINJAL AKUT ( Acute Renal Failure)
Fungsi ginjal yang menurun secara akut Parameter : BUN, SrCr, Output urin, GFR, serum elektrolit Patofisiologi : Pre renal Penurunan perfusi ginjal yang disebabkan pencegahan dari kerusakan jaringan parenkim Intrinsik Kerusakan dari struktur ginjal, seperti kerusakan tubulus disebabkan iskemia. Toksik Post renal Obstruksi aliran urin dari ginjal Stage GGA
:
Tatalaksana preventif: 1. Asam askorbat dan N-asetil sistein keduanya berperan untuk menjadi antioksidan dan mencegah Contrast induced Nephropaty 2. Hidrasi yang cukup
3. Sodium bikarbonat, salin infus. Tatalaksana kuratif: 1. Manajemen kardiak output, tekanan darah, perfusi jaringan. 2. Hemodialisis interminten 3. Hemofiltrasi 4. Mannitol – monitoring urin output, serum elektrolit (osmolaritas) 5. Loop diuretic: furosemide / torsemide) 6. Diuretik hemat kalium: spironolakton Kondisi Khusus
Tatalaksana
Komplikasi gagal jantung
Tingkatkan dosis diuretik/ganti dengan diuretik loop yang lebih mudah di absorbsi
Sirosis hati
Parasintesis (volume besar): memasukkan suatu kanula ke dalam rongga peritoneum untuk mengeluarkan cairan
Tubular nekrosis akut
Dosis diuretik yang lebih tinggi, diuretik dikombinasikan, ditambahkan dengan dopamin dosis rendah
Elektrolit penting di pasien GGA 1. Hiperkalemia 2. Hipernatremia 3. Fosfor
GAGAL GINJAL KRONIS (Chronic Renal Failure)
GANGGUAN GINJAL AKIBAT OBAT (Drug Enhance Renal Disease) Sindrom yang terkait dengan drug-induced kidney: 1. akut glomerulanefritis 2. ketidaknormalan sekresi ADH 3. diabetes insipidus Obat dan manifestasinya terhadap ginjal Golongan Obat
Aminoglikosida
Betalaktam dan vankomisin
Manifestasi terhadap ginjal
Mekanisme singkat
Akut tubular nekrosis; disfungi Obat terkonsentrasi penuh di korteks tubulus proksimal, rean dan tubulus praksimul. Terjadi enzimuria, dampak dari toksisitasnya adalah proteinuria, deplesi natrium kalium, renal iskemik glikosuria, hipoelektrolit.
Akut interstitial nefritis
Keterangan
Nefrotoksik menjadi ES pada golongan obat ini.
Nefrotoksik klasifikasi Formulasi (terkait kemurnian) dari jarang, kombinasi vankomisin memiliki efek substansial vankomisin dengan terhadap nefrotoksik. aminoglikosida Betalaktam spesifik metisilin memiliki memiliki efek sinergis efek yang jelas terhadap nefrotoksik terhadap nefrotoksik Sulfadiazin: kristaluria dan GA; terjadi ketika dosis sudah terakumulasi dalam darah (terasilasi dengan produk)
Sulfonamid
Akut interstitial nefritis, nekrosis arteri, GGA Klortimoksazol: menghasilkan (anemia hemolitik konsentrasi yang tinggi di korteks pada pasien renal dibandingkan di serum darah, defisiensi G6PD), menyebabkan peningkatan Creatinine GGA (kristaluria) Rater. Kejadian hiperkalemia karena adanya inhibisi kanal natrium berkaitan dengan trimetroprim.
Dose-related side effect
Asiklovir
Obstruktif uropati dan hematuria
Inflamasi interstitial menyebabkan adanya area obstruksi pada intertubular. Resiko: volume depletion, pre-existing renal insufficiency and rapid bolus infusion
Amfoterisin B
Penurunan GFR akut, GGA, oligourik, iskemia (disebabkan oleh
Terdapat region hidrofilik dan lipofilik Terjadi ketika dosis yang menyebabkan mudahnya terakumulasi, bersifat melebur dengan membran sel dan reversibel. menyebabkan tingginya Tatalaksana:
Doses > 500 mg/m2 given i.v. leads to nephrotoxicity
sudden permeabilitas. Hal ini bermanifestasi penggunaan dopamin, vasocontriction), pada kerusakan endotelial (didukung nutrisi garam yang kerusakan tubulus, oleh kondisi vasokonstriksi). cukup. gangguan keseimbangan elektrolit, asidosis.
Rifampisin
GGA, anemia hemolitik, glomerulanefritis, proteinuria,
NSAID
GGA, hipertensi, hiperkalemia, retensi Na dan air, tubular interstitial nefritis.
Resiko meningkat dengan kombinasi bersama isoniazid dan pirazinamid NSAID menginduksi penurunan hemodinamis dari fungsi ginjal (prerenal dan akut tubular nekrosis). NSAID merubah sistem imun (akut interstitial nefritis) Radikal bebas menyebabkan kerusakan proksimal (cisplatin)
Antineoplastik
Antihipertensi
Acute tubular necrosis atau tubulointerstitial
GGA
Abnormalitas eksresi air menyebabkan hiponatremia (siklofosfamid) Intratubular deposisi menyebabkan kristaluria dan gagal ginjal. Toksisitas dari tubular juga terkait dengan asam folat.
Tatalaksana: hindari NSAID (ganti dengan steroid). pemberian diuretik. Irreversible. Gunakan diuretik setelah perngobatan (manitol), sodium tiosulfat, metilpredisolon da n acetil sistein (menurunkan nefrotoksisitas)
Terkait dengan oliguria karena adanya retensi cairan (ACEI dan ARB)
Immuno supresan
Acute reversible Vasospasme sebagai produk dari nephrotoxicity, metabolisme arakidonat, manifestasi Tatalaksana: CCB, chronic irreversible dari hipertensi yang terjadi ketika analog prostaglandin. nephrotoxicity sedang berlangsungnya transplantasi .
Diuretik
Hipokalemia, interstitial nefritis, poliuria.
http://japi.org/october2003/R-970.pdf
Menyebabkan turunnya GFR dengan kontraksi volume cairan ekstraselular
Nutrisi elektrolit, alkalinisasi digunakan sebagai profilaksis obstruksi uropati.
BENIGN PROSTATE HYPERTHROPHY (BPH ) Parameter Patofisiologi : intraprostatic dihydrotestosterone (DHT) dan type II 5αreductase BPH static : Pembesaran prostat gradual BPH Dinamik : peningkatan alfa adrenergic dan konstriksi dari otot halus kelenjar prostat. Obat-obatan yang mempengaruhi kelenjar prostat: 1. hormon testosteron 2. α-adrenergic agonists (eg decongestants) 3. efek anti cholinergik (antihistamines, phenothiazines, tricyclic anti-depressants, antispasmodics, and antiparkinsonian agents). Disease Severity
AUA Symptom Score
Typical Symptoms and Signs
Asymptomatic Mild ≤7 Peak urinary flow rate <10 mL/s PVR urine volume >25-50 mL All of the above signs plus obstructive voiding Moderate 8-19 symptoms and irritative voiding sympstoms (signs of detrusor instability) Severe ≥20 All of the above plus one or more complications of BPH AUA, American Urological Association; BPH, Benign prostatic hyperplasia; PVR, post void residual Tatalaksana:
Mekanisme kerja: Golongan
Contoh Obat
Penurun faktor Prazosin, dinamis Terazosin, Doxazosin
Keterangan
Alfa adrenergik antagonis di jaringan stromal prostat
Dilakukan titrasi dosis untuk meminimalisir efek samping ortostatik hipotensi
Tamsulosin, silodosin
Alfa adrenergik antagonis di prostat
Interaksi: menurunkan metabolisme dari diltiazem, ranitidin, meningkatkan metabolisme dari karbamazepin, fenitoin.
Tadalafil (cialis)
Relaksasi otot prostat, kandung kemih, dan uretra, (vasodilatasi)
Penurun faktor Finasteride statik Dutasteride
Blocks 5α-reductase enzyme
Blokade pituitari mensekresikan LH
Megestrol acetate, Goserelin
Blokade pituitari mensekresikan LH dan blokade reseptor androgen
Darifenacin, solifenacin
Kategori X untuk ibu hamil
Blocks dihydrotestosterone
Flutamide
antikolinergik Oxybutinin, tolterodine Agen Uroselektif
Mekanisme
α-adrenergic antagonists Antikolinergik selektif
Digunakan jika antikolinergik non selektif memberikan efek samping yang tidak bisa di toleransi
KONTRASEPSI Jenis Oral
Teknik Barrier
Metode Kalender Ritmik
Definisi Keterangan Berisi hormon estrogen, progesteron, atau kombinasi. Keterangan: 1. Pil kombinasi (monofasik, trifasik, bifasik) harus pap smear 2. Pil progestin/mini pil (levonegestrel, desogestrel, minimal 1 kali noretindron) pertahun Efek samping: Pendarahan, berkurangnya kesuburan secara permanen, depresi, dan kesulitan tidur. 1. Kondom pria 2. Kondom wanita 3. Diafragma dengan spermisida 4. Cap serviks 5. Spermisida (nonoxynol-9: menghancurkan dinding sel sperma, dan memblokade sperma masuk kedalam serviks) 6. Sponge Mengikuti fase dan kalender menstruasi (masa fertil)
Kondisi Khusus
Kondisi Ibu Menyusui
Ibu Lebih dari 35 tahun Wanita Merokok Wanita dengan Hipertensi
Wanita dengan Diabetes Wanita dengan Dislipidemia
Tatalaksana Hanya mengandung Progestin Rekomendasi penggunaan teknik barrier Gunakan estrogen dosis kecil (<50mg) untuk pasien sehat Prefer Gunakan Progestin Gunakan dosis hormon yang lebih rendah (pada pasien dibawah 35 tahun) Pasien dengan tekanan ≥100/160 mmhg dikontraindikasikan mengunakan kontrasepsi hormonal Gunakan progestin
Wanita dengan hiperlipidemia yang stabil kontrasepsi hormonal dosis rendah dengan monitoring ketat profil lipid.
Keterangan syarat: tidak menghalangi produksi ASI Hindari penggunaan untuk pasien migrain, hipertensi, merokok dan DM
wanita dibawah 35 tahun, tidak merokok, dan tidak memiliki penyakit vaskular
Wanita dengan Tromboemboli
Wanita dengan migrain Wanita dengan kanker payudara Wanita dengan SLE
Pasien Obesitas
Wanita dengan hiperlipidemia tidak terkontrol alternatif kontrasepsi lainnya. Desogestrel, drospirenone, and norgestimate menaikkan resiko tromboemboli dengan persentase lebih kecil dibandingkan hormonal lainnya Gunakan progestin Kontraindikasi menggunakan kontrasepsi hormon Gunakan progestin
Gunakan progestin
Transdermal patch and vaginal ring dikontraindikasikan untuk pasien ini
- Kontraindikasi untuk pasien SLE yang memiliki antibodi antiphospolipid atau komplikasi vaskular - The American Congress of Obstetrics and Gynecology recommends that the transdermal contraceptive patches should not be used as a first choice in women weighing greater than 90 kg
GANGGUAN MENSTRUASI Menstruasi Normal: Siklus : 21-35 hari (28±7 hari) Lama haid : 2-6 hari (4±2 hari) Banyak darah : 20-60 mL (40±20 mL) Gangguan
Keterangan
Menoragia
Keluhan menstruasi dengan jumlah darah yang lebih banyak, terdapat bekuan darah, berlangsung lebih lama
Manifestasi
Mioma, endometriosis, polip, hiperplasia, kanker endometrium dan kanker serviks
Oligomenorea Interval intermenstruasi > PCOS (Policystic ovary 35 hari syndrome)
Tatalaksana
Non hormonal: asam tranexamat, NSAID hormonal: KB kontrasepsi, progesteron selama 3 siklus. Hormonal; pil KB, LH
Metroragia
Interval menses iregular, durasi > 7 hari
Pendarahan ovulatoar: hematuria, vulvar, cervical. Pendarahan dari uterus: berhubungan dengan kehamilan (abortus), polip, mioma, endometriosis
Progesteron tunggal, dan Levonorgetrel-Releasing IUD
Amenorea
Tidak terjadinya menstruasi, sedikitnya tiga bulan berturut-turut selama masa produktif.
Tumor ovarium, adrenal, hiperplasia adrenal. Tumor hipofisis,PCOS, sindrom turner,
Hormonal: estradiol transdermal, progesteron, GH hormon treatment, LH Non hormonal: kalsium, vitamin D, olahraga fisik tergantung penyebab amenorea
Dismenorea
Keluhan nyeri panggul saat menstruasi
Source: American family physician
NSAID, analgesik opioid, oral kontrasepsi
KULIT (3-5%) OUTLINE: 1. Dermatologic Drug Reaction and Self-Treatable Skin Disorder (Dermatitis, Cutaneous drug reaction, hyper pigmentation) 2. Acne Vulgaris
DERMATOLOGIC DRUG REACTION AND SELF-TREATABLE SKIN DISORDER (Dermatitis, Cutaneous drug reaction, hyper pigmentation)
DERMATITIS Jenis Contact Dermatitis
Diaper Dermatitis Atopic Dermatitis
Definisi Inflamasi yang disebabkan oleh iritasi/alergi. Iritasi: Biasanya disebabkan oleh paparan senyawa organik yang menyebabkan adanya reaksi waktu beberapa jam setelah paparan Alergi: terdapat stimulasi terhadap respon imun Inflamasi di lokasi genital
Karena genetik, lingkungan maupun mekanisme imun. Biasanya disebabkan adanya pelepasan proinflamasi sitokin dari keratinosit.
Tatalaksana kalamin lotio, larutan burow (aluminum asetat), topikal kortikosteroid, generasi pertama antihistamin, moisturizers.
Zinc Oksida, Imidazole, Topikal Kortikosteroid Lubrikan/moisturizers, oral histamin, topikal kortikosteroid (betametason valerate, betametason dipropionat, clobetason propionat), topikal imunomodulator (tacrolimus), oral/sistemik (kortikosteroid, siklosporin, interferon, metotreksat, biologic modifiers).
HIPERPIGMENTASI Definisi Muncul Bercak Hitam karena a. penumpukan melanin. Contoh: b. a. Obat yang menyebabkan peningkatan melanin
Penyebab Paparan Sinar Matahari Penggunaan Obat – Obatan misal KB
Tatalaksana Vitamin C dan asam kojik. (kandungan vitamin C dan asam kojik mampu menghambat enzim tirosinase yang berperan di dalam pembentukan melanin kulit gelap)
b. Paparan Langsung c. senyawa (Perak, merkuri, tetrasiklin, antimalaria dan fluorourasil.
Penyakit Endokrin, addison.
Chemical peeling (KI untuk pasien melasma) Penggunaan pelembab mengandung retinol (regenerasi sel kulit)
ACNE VULGARIS (Jerawat) Definisi Inflamasi dari folikel sebasea yang berada di wajah sampai leher, punggung, bahu, dada atas.
TATALAKSANA
Penyebab Hormonal terkait dengan maturasi kelenjar gonad. Tahapan: keratinisasi folikel-peningkatan sebum-lipolisis oleh bakteri dari bentuk trigliserdia ke asam lemak- inflamasi.
1.
2. 3. 4. 5.
Tatalaksana Antibiotik: membunuh bakteri P. Acne (benzoyl peroksida, eritromisin, klindamisin, asam azelaik) topikal, dan oral (eritromisin, tetrasiklin dan turunannya) Exfoliant: agen peeling (resorsinol, asam salisilat, sulfur) Kombinasi retinoid topikal (adaplanae, tretinoin) Antisebum (isoretinon) Antiinflamasi (kortikosteroid oral)
ONKOLOGI, IMUNOLOGI, NUTRISI, GAVVAT DARURAT, VAKSIN DAN PRODUK BIOLOGI (8-10%) OUTLINE: 1. Cancer Treatment and Chemotheraphy 2. Assessment of nutritionstate and nutrition requirements 3. Anemia 4. Coagulation disorder 5. Allergic and Pseudo allergic 6. Poisoning
CANCER TREATMENT AND CHEMOTHERAPHY OVERVIEW: 1. Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan abnormal. 2. Hasil pertumbuhan yang abnormal ini memunculkan tumor (benign), atau kanker (mallignant) 3. Kanker dapat menyebar ke seluruh tubuh dengan media sistem limfatik, ini yang dikenal dengan istilah metastesis 4. Rules of metastesis: dimanapun, kemanapun metastesis, sel kanker tetap sama. Misal, kanker paru dengan metastesis tulang, diagnosa pasien tetap kanker paru. FAKTOR RESIKO KANKER: tergantung pada spesifik situsnya, secara general; 1. Smoking 2. Alcohol consumption 3. Diet 4. Physical inactivity and obesity 5. Genetic susceptibility 6. Hormonal factors 7. Chronic infections, including the human papillomavirus (HPV) and hepatitis B or C 8. Exposure to UV radiation (e.g. sunlight or solarium tanning beds) 9. Other environmental factors, such as exposure to hazardous substances like asbestos, uranium and certain chemicals 3 PRINSIP TATALAKSANA KURATIF KANKER 1. Pembedahan (mayor-invasif/minor) 2. Kemoterapi (agen sitotoksik) 3. Radioterapi (target terapi) OVERVIEW DAN PRINSIP TERAPI KANKER:
1. Mengenal Fase pembelahan dan siklus sel dan kegiatan sel pada masing-masing fase;
2. Aksi dari agen kemoterapi; Golongan
Proses yang diganggu
Agen Kemoterapi
Inhibisi fase Sel
Antimetabolit
Sintesis purin dan pirimidin (asam nukleat)
Analog folat (metotreksat), purin analog (pirimidin analog, adenosin analog
S
Agen alkilasi dan golongan lainnya
DNA sintesis dan binding
Nitrosurea (carmustine), platina (carboplatin, cisplatin), others (doxorubicin, etoposide)
Cell-cyclenonspecific agent
Alkaloid Vinka
Sintesis mikrotubul
Vinblastin, vinkristin
M
Agen Mikrotubul
Sintesis mikrotubul
Paklitaksel, docetaxel
M
3. Antibodi monoklonal: Mengikat antigen spesifik dari kanker dan memberikan respon imun untuk membunuh sel. (contoh transtuzumab, rituximab) 4. Terapi endokrin Untuk kanker yang terkait dengan perubahan hormonal seksual (contoh; antiestrogen untuk kanker payudara) 5. Gen terapi Kanker yang disebabkan oleh adanya perubahan susunan genetik, dapat di terapi dengan mentransfer material genetik yang normal untuk membentuk selular fenotif normal yang permanen Cancer Diagnosis and Treatment: An Overview for the General Practitione r Josephine Emole University of Texas Health Center at Houston, Houston, Texas, USA http://nt.cancer.org.au/content/about_cancer/factsheets/cancer-an-overview-april-2014.pdf
ASSESSMENT OF NUTRITIONSTATE AND NUTRITION REQUIREMENTS Malnutrisi konsekuensi dari ketidak seimbangan nutrisi berkaitan dengan intake, absorpsi, dan pemakaian. Klasifikasi malnutrisi di Indonesia: Tinggi Badan Terhadap Berat Badan >90% Malnutrisi Ringan (Grade 1) 90 – 75 % Malnutrisi Sedang (Grade 2) < 60% Malnutrisi Berat (Grade 3) Tinggi Badan Terhadap Usia 85 – 80% Malnutrisi Sedang <80% Malnutrisi Akut Definisi malnutrisi pada anak 1. Marasmus : defisiensi protein-kalori, manifestasi retardasi pertumbuhan dan atrofi otot 2. Kwashiorkor: defisiensi protein-energi, manifestasi retardasi pertumbuhan, defisiensi imun dan patologi hati 3. Kombinasi: defisiensi protein kalori dan energi, manifestsai hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi Tatalaksana: Dibagi menjadi 4 fase: 1. stabilisasi; asupan nutrisi cukup, pencegahan dan atasi hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi 2. transisi; atasi gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, perbaiki kekurangan zat gizi (belum termasuk besi) 3. rehabilitasi; perbaiki kekurangan zat gizi (sudah termasuk besi), pemberian nutrisi untuk tubuh kejar 4. tindak lanjut; nutrisi untuk tumbuh kembang Warning! 1. Fe tidak boleh diberikan pada fase stabilisasi 2. Jangan meberikan cairan intravena kecuali syok/dehidrasi berat 3. Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi 4. Jangan berikan diuretik pada pasien kwashiorkor
ANEMIA Klasifikasi Anemia: Klasifikasi
Makrositik
Mikrositik
Normositik
Definisi Sel lebih besar daripada ukuran normal Berkaitan dengan defisiensi b12 dan asam folat. Asam folat dan b12 berperan dalam proses maturasi sel darah merah. Sel lebih kecil dari normal Berkaitan dengan defisiensi besi. Besi bereperan dalam proses produksi sel darah merah. Berkaitan dengan kehilangan jumlah darah dalam jumlah yang banyak atau penyakit kronis.
Penyebab Defisiensi Besi, B12 dan Asam Folat: Defisiensi Penyebab Nutrisi Inadekuat Absorbsi bermasalah Defisiensi Besi Peningkatan kebutuhan besi (pada ibu hamil) Kehilangan darah Penyakit kronis Nutrisi inadekuat Penurunan Absorbsi Defisiensi B12 Penggunaan yang inadekuat (penggunaan asam folat untuk ibu hamil, dan Asam Folat dan penyakit kronis, inflamasi kronis, penggunaan obat antagonis folat co/ metrotreksat)
Klasifikasi anemia berdasarkan kondisi: Parameter dan Kondisi keterangan Nilai MCV besar, nilai Anemia kadar B12 rendah, atau Megaloblastik nilai kadar asam folat rendah. Kelemahan, perdarahan gusi, bengkak pada kaki, Anemia serta nilai rendah pada Aplastik retikulosit dan WBC. Anemia Nilai MCV rendah dan Defisiensi Besi serum feritrin rendah.
Anemia Inflamasi
Supply besi tidak efektif dalam kondisi inflamasi.
Tatalaksana
Sianokobalamin, Asam Folat
-
Agen imunosupres-an: MP, Siklosporin Hemapoetic Growth Factor : Filgastrim Agen antineoplastik : Fludarabin Kelator : Deferoxamin
Fe Sulfat, Fe Fumarat
RBC transfusions are effective but should be limited to episodes of inadequate oxygen transport and Hb of 8 to 10 g/dL (80 –100 g/L; 4.97 –6.21 mmol/L). Epoetin alfa is 50 to 100 units/kg three times weekly and darbepoetin alfa 0.45 mcg/kg once weekly.
Anemia pada pediatri
Prematur 9-12 bulan sickle cell trait (SCT);
Sickle cell
sickle cell disease (SCD);
Sumber: Dipiro edisi 9
Algoritma ANEMIA:
Transfusi RBC Iron sulfat, B12, asam folat di observasi sesuai hasil klinis dan lab. Rekomendasi: Imunisasi influenza, meningokokus, pneunomia. Profilaksis: penisilin sampai usia 5 tahun. Asam folat, perhari untuk dewasa, ibu hamil, dan pasien dengan penyakit kronis.
COAGULATION DISORDER (Gangguan Pembekuan Darah) Definisi Hemofilia: gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor pembekuan darah. Terjadi akibat kelainan genetik. Gejala yang khas adalah timbulnya lebam-lebam dan pembengkakan sendi. Terjadi spontan (tanpa sebab yang jelas) atau akibat benturan ringan.
Jenis Hemofilia: 1. Hemofilia A (kekurangan faktor VIII): tatalaksana berikan konsentrat faktor VIII setiap 12 jam/transfusi kriopresipitat 2. Hemofilia B (kekurangan faktor IX): tatalaksana berikan konsentrat faktor IX setiap 24 jam/transfusi kriopresipitat
PERTOLONGAN PERTAMA HEMOFILIA R Rest I Ice C Compression E Elevation
RICE!
ALLERGIC AND PSEUDO ALLERGIC KLASIFIKASI ALERGI DARI REAKSI OBAT-OBATAN: Type Descriptor Characteristics I
Anaphylactic (IgE mediated)
II
Cytotoxic
III
Immune complex
IV
Cellmediated (delayed)
Typical Onset Allergen binds to IgE on Within 30 basophils or mast cells, min to <2 resulting in release of hours inflammatory mediators.
Cell destruction occurs because of cell-associated antigen that initiates cytolysis by antigen-specific antibody (IgG or IgM). Most often involves blood elements Antigen-antibody complexes form and deposit on blood vessel walls and activate complement. Result is a serum sickness-like syndrome Antigens cause activation of T lymphocytes, which release cytokines and recruit effector cells (e.g., macrophages eosinophils)
OBAT YANG MENYEBABKAN ALERGI PADA KULIT: 1. Amoksisilin (turunan penisilin) 2. Klotrimoksazol 3. Transfusi darah 4. Sefalosporin 5. Eritomisin 6. Hydralazine 7. Sianokobalamin (B12)
Typically >72 h to weeks
Drug Causes Penicillin immediate reaction Blood products Polypeptide hormones Vaccines Dextran Penicillin, quinidine, heparin, phenylbutazone, thiouracils, sulfonamides, methyldopa
>72 h to weeks
May be caused by penicillins, sulfonamides, minocycline, hydantoins
>72 h
Tuberculin reaction maculopapular rashes to a variety of drugs; contact dermatitis, bollous exanthems, postular exanthems.
TIPE ERUPSI KUTANIS KARENA OBAT:
TATALAKSANA: Kondisi Anafilaksis
Tatalaksana - Monitoring parameter vital - Berikan epinefrin (adult: 0.01 [mg] mL/kg up to a maximum of 0.2 – 0.5 [mg]). (children: 0.01 [mg] mL/kg up to a maximum dose of 0.3 [mg] mL) - Berikan Oksigen 8-10L/min - Antihistamin Difenhidramin (adults 25 –50 mg; children 1 mg/kg, up to 50 mg) - Ranitidin (50 mg in adults and 12.5 to 50 mg (1 mg/kg) in children) - hidrokortison (prednison untuk kasus sedang) dapat diberikan per 6 jam.
Anafilaksis disertai hipotensi IV cairan elektrolit, koloid, dopamine (vasopressor). Resisten epinefrin Desensitisasi
Beta agonis (albuterol) 2-6 puffs. Tappering up zat obat suspek alergen
JENIS IMMUNOGLOBULIN dan FUNGSINYA Kelas IgG IgM IgA IgD IgE
Tempat antibodi utama
Fungsi Bentuk di Mengikat pathogen, mengaktifkan sirkulasi komplemen, meningkatkan fagositosis Di sirkulasi, antibody terbesar Aktifkan komplemen, menggumpalkan sel Di saliva dan susu Mencegah pathogen menyerang sel epitel traktus digestivus dan respiratori Di sirkulasi dan jumlahnya paling Menandai kematuran sel B rendah Membran berikatan dengan Bertanggungjawab dalam respon alergi dan reseptor basofil dan sel mast melindungi dari serangan parasite cacing dalam jaringan
Sumber: Mader SS (2000). Human Biology, Sixth edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
POISONING (Keracunan dan tatalaksana kegawatdaruratan) Substrat Racun
Antidot
Parasetamol Logam berat (As, Hg, Cu)
Asetilsistein BAL (dimecaprol)
Logam berat (Pb)
EDTA
Ferrum Opioid, Dextromethorphan
Deferoksamin Nalokson
Antikolinesterase (Insektisida)
Atropin, Pralidoksim
Sianida Metanol, Etilen Glikol
Nitrit, Nitrat Etanol
Beta Bloker (Atenolol, Propanolol)
Adrenalin, Isoprenalin
Benzodiazepin
Flumazenil
TCA
Diazpam
Kumarin, Warfarin
Vitamin K
Digoksin
Fenitoin, MgSO4, Atropin
Heparin
Protamin
INH
Piridoksin
Nitrit
Metilen Blue
Karbonmonoksida
Oksigen
Organofosfat
Antmuskarinik: atropin, skopolamin