1
FIQIH MUAMALAH RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI SALAM
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalah Dosen Pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I.
DisusunOleh : May Leni Soraya ( 1502100083 )
Kelas A PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO 2016
2
A. PENDAHULUAN Sebelum membahas lebih dalam tentang jual beli salam serta rukun dan syarat nya maka kita ketahui dulu apa sih jual beli salam itu. Maka dari itu penulis akan memberikan penjelasan tentang jual beli salam. Jual beli salam adalah suatu kegiatan antara penjual dan pembeli tetapi pembeli barang tersebut diserahkan pada kemudian hari dan sipenjual sudah menerima uang nya tersebut. Maka Jual beli ini dilakukan dengan cara memesanbarang lebih dahulu dengan memberikan uang muka. Pelunasannya dilakukan oleh pembeli setelah barang pesanan diterima secara penuh sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Di dalam makalah ini akan mengkaji tentang Rukun dan Syarat Jual beli salam yang akan disajikan penulis untuk agar audiensi mengetahui apa saja yang terdapat pada buku,jurnal ataupun artikel yang akan membantu penulis bisa memahami jual beli salam serta rukun dan syaratnya.
3
B. PEMBAHASAN a. Rukun dan Syarat Jual Beli Salam Jumhur ulama berpandangan sebagaimana telah dikutip oleh Imam Mustafa bahwa rukun salam ada tiga,yaitu yang pertama,sighah yang mencakup ijab dan kabul,kedua pihak yang berakad,orang yang memesan dan yang menerima pesanan, ketiga, barang dan uang pengganti uang barang. Sighah harus menggunakan lafazh yang menunjukkan kata memesan barang, karena salam pada dasarnya jual beli dimana barang yang menjadi objeknya belum ada. Hanya saja diperbolehkan dengan syarat harus menggunakan kata “memesan” atau salam.Kabul juga harus menggunakan kalimat yang menunjukkan kata menerima atau rela terhadap harga. Para pihak harus cakap hukum (baligh atau mumayyiz dan berakal) serta dapat melakukan akad atau transaksi. Sementara barang yang menjadi objek jual beli salam adalah barang harus milik penuh
si
penjual,
barang
yang
bermanfaat,serta
dapat
diserah
terimakan.Sementara modal harus diketahui,modal atau uang harus diserahkan terlebih dahulu dilokasi akad.1 Rukun salam 1. Ada si penjual dan si pembeli 2. Ada barang dan uang 3. Ada sigat ( lafad akad)2
Syarat-syarat salam 1. Uangya hendaklah dibayar di tempat akad,berarti pembayaran dilakukan lebih dulu. 1
Anonim,al–fiqihiyah sebagaimana dikutip oleh Imam Mustafa,Fiqih Muamalah kontemporer(Jakarta :Rajawali Pers,2016) h.88 2 Sulaiman Rasjid ,Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2012),cet,58, h.295
4
2. Barangnya menjadi utang bagi si penjual3 3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan berarti pada waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada. 4. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, baik takaran, timbangan, ukuran, ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang semacam itu. 5. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifa itu, berarti harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat berbeda. Sifatsifat ini hendaknya jelas sehingga tidak ada keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan nantiantarapembeli kedua belah pihak (sipenjual dan sipembeli),begitu macamnya harus pula disebut,seperti daging sapi atau kerbau umpamanya.4 6. Disebutkan tempat menerimanya kalau tempat akad tidak layak buat menerima barang tersebut. Akad salam mesti terus ,berarti tidak ada khiyar syarat.5
Menurut Syafi‟i, Hanafi, dan Maliki sebagaimana dikutip oleh Biuty Wulan Octavia dibolehkan barang yang dijualsecara salam diberikan segera
atau
ditangguhkan.
Sedangkan
pendapat
Hambali
tidak
dibolehkan penyerahan barang dengan segera, dan tentu saja harus ada penangguhan, meskipun beberapa hari. Dalam transaksi salam ini diperlukan adanya keterangan mengenai pihak-pihak yang terlibat, yaitu orang yang melakukan transaksi secara langsung, juga syarat-syarat ijab qabul, yaitu : a. Pihak – pihak yang terlibat Adapun pihak-pihak yang terlibat langsung adalah al-muslim dimana posisinya sebagai pembeli atau pemesan, dan juga muslim ilaihi, dimana 3
Ibid. h.295-296 Moh. Rifai ,Mutiara Fiqih ,(Semarang:CV. Wicaksana Semarang,1998),Cet .2,h.740 5 Ibrahim bin Sumaith sebagaimana dikutip oleh Biuty Wulan Octavia, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Akad As-salam Dengan Sistem On Line di Pand’s Collection”,Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo(2011). h.22 4
5
posisinya sebagai orang yang di amanatkan untuk memesan barang dan jugabarang yang dimaksudkan. Sedangkan syarat dari penjual dan pemesan,penulis hanya bisa menyimpulkan sedikit, yaitu mereka belum termasuk
sebagai
golongan-golongan
orang-orang
bertindak sendiri,seperti anak-anak kecil,
gila,
yang
dilarang
pemboros, banyak
hutangnya, atau yang lainnya.6 b. Syarat-syarat ijab qobul Pernyataan dalam ijab qabul ini bisa disampaikan secara lisan, tulisan(surat menyurat, isyarat yang dapat memberi pengertian yang jelas), hingga perbuatan atau kebiasaan dalam melakukan ijab qabul.7 Adapun syarat-syaratnya adalah: 1. Dilakukan dalam satu tempo 2. Antara ijab dan qobul sejalan 3. Menggunakan kata as- salam atau as-salaf 4. Tidak ada khiyar syarat (hak bagi pemesan untuk menerima pesanan).8 Adapun rukun salamadalah; a. Pembeli (muslam); b. Penjual (muslam ilahi); c. Modal uang (annuqud); d. Barang (muslam fihi); e. Serah terima barang ( Ijab qabul)9 Syarat-syarat Jual Beli Salam adalah sebagai berikut : Pihak yang berakad : a. ada kerelaan di antara dua belah pihak dan tidak ingkar janji
6
Ibid. Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk Dan Aspek-Aspek Hukumnya (Jakarta:PT.Adhitya Andhrebina Agung,2014), h. 185 8 Ibid ... 9 Muhammad Syafii Antonio,Bank Syariah dari teori praktik,(Jakarta:Gema Insani Press,2001), cet,1,h.109. 7
6
b. Cakap dalam bertindak Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Jual beli Salam sebagai berikut : Pertama : Ketentuan tentang pembayaran : a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau manfaat. b. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang. Ke dua : Ketentuan tentang barang a. Harus jelas cirri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang harus dapat dijelaskan spesifikasinya b. Penyerahan dilakukan kemudian Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan. c. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya d. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan. Ke tiga : Ketentuan tentang salam paralel. Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat: a. Akad kedua terpisah dari akad pertama. b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sarih atau jelas
Ke empat : Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi penjual tidak boleh meminta tambahan harga. a. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon)
7
b. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan iatidak boleh menuntut tambahan harga c. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan. Pertama, Membatalkan kontrak dan meninta kembali uangnya. Kedua, Menunggu sampai barang tersedia. Kelima : Pembatalan kontrak Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak. 10 Ulama telah bersepakat bahwa salam diperbolehkan dengan syarat sebagai berikut : a. Jenis objek jual beli salam harus jelas b. Sifat objek jual beli salam harus jelas c. Kadar atau ukuran objek jual beli salam harus jelas d. Janka waktu pemesanan objek jual beli salam harus jelas e. Asumsi modal yang dikeluarkan harus diketahui masing-masin pihak.11 Ibnu Mundzir dan lainya meriwayatkan adanya ijma’ ulama atas kebolehan transaksi jual beli salam. Dan kebutuhan manusia untuk bertransaksi itulah yang mendorong hal itu. Karena satu pihak yang bertransaksi ingin mendapatkan pembayaran yang dipercepat, sementara pihak yang lain ingin mendapatkan barang yang jelas/pasti. Disyaratkan bagi sahnya transaksi model salam ini beberapa syarat tersendiri disamping syarat –syarat yang ditetapkan dalam jual beli biasa .
10
Siti Mujiatun,” Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istis’na,”Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis,(Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Vol.13, No . 2 / September 2013),h.209-210 11 Wahbah al-zuhaili sebagaimana di kutip oleh Imam Mustofa, Fiqih Muamalah...,h.89
8
Syarat
pertama
:
adanya
kepastian
sifat–sifat
barang
yang
ditaransaksikan. Karena jika sifat-sifatnya tidak dapat dipastikan,tentu akan berbeda-beda sekali,sehingga hal itu dapat mengantarkan kepada perselisihan diantara dua pihak. Oleh karena itu tidak sah melakukan trabsaksi atas barang-barang yang sifatnya
berbeda
satu sama
lain,seperti kol,kulit,macam bejana dan perhiasan . Syarat kedua : menyebut jenis daan macam barang yang ditransaksikan dengan akad salam. Jenisnya itu adalah seperti beras,sementara macamnya adalah seperti beras Cianjur, yang meruapakan satu macam dari beras.12 Syarat ketiga : disebutkanya volume barang yang ditransaksikan dengan akad salam itu, seperti tajaranya, atau timbanganya, atau meteranya. Hal itu sesuai dengan sabda rosululloh yang artinya “siapa yang melakukan jual beli dengan cara as-salaf,maka hendaknya dia melakukanya dalam takaran yang jelas,timbangan yang jelas dan untuk jangka waktu yang ditentukan.”(Muttafaq Alaih)13 Syarat
keempat
:disebutkan
waktu
penyerahan
barang.
Hal
itu
berdasarkan sabda Rasulullah ,”untuk jangka waktu yang ditentukan .” dan firman Allah “ Apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,hendaklah kamu menuliskanya.”(Al-baqarah :282). Ayat Al-quran ini mensyaratkan dalam transaksi salam itu adanya penentuan waktu penyerahan barang yang ditransaksikan sehingga kdeua pihak mengetahui dengan pasti. Syarat kelima : agar barang yang ditransaksikan itu biasanya tersedia pada waktu penyerahan barang seperti yang ditetapkan ,sehingga dapat diserahkan paa waktunya.
12
Saleh Al-Fauzan ,Fiqih Sehari-hari ,(Jakarta :Gema Insani Press,2005),cet .1,h.407 Ahmad Fadlan Lubis, “Analisis Perilaku Masyarakat Muslim Terhadap Transaksi Jual Salam”, Dalam Junal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, Desember 2012, h.210
13
9
Syarat keenam :agar
harga pembeliannya sudah diterima secara
sempurna dan diketahui jumlahnya pada saat akad /transaksi . Syarat ketujuh : agar barang yang ditransaksikan itu bukan sesuatu yang tertentu ,tapi hendaknya ia berbentuk semacam utang yang tertanggung.14 Menurut KHES pasal 103 ayat 1-3 sebagaimana dikutip oleh Imam Mustafa syarat salam sebagai berikut : 1. Jual beli salam dapat dilakukan dengan syarat kuantitas dan kualitas barabg sudah jelas. 2. Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan atau meteran . 3. Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak.15
14
Ibid ...h.408 Ibid ...h.89
15
10
PENUTUP
A. KESIMPULAN Jumhur ulama berpandangan sebagaimana telah dikutip oleh Imam Mustafa bahwa rukun salam ada tiga,yaitu yang pertama,sighah yang mencakup ijab dan kabul,kedua pihak yang berakad,orang yang memesan dan yang menerima pesanan, ketiga, barang dan uang pengganti uang barang. Syarat-syarat salam 1. Uangya hendaklah dibayar di tempat akad,berarti pembayaran dilakukan lebih dulu. 2. Barangnya menjadi utang bagi si penjual 3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan berarti pada waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada 4. Barang
tersebut
hendaklah
jelas
ukurannya,
baik
takaran,
timbangan, ukuran, ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang semacam itu. 5. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifat itu, berarti harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat berbeda. Sifat-sifat ini hendaknya jelas sehingga tidak ada keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan nanti antara pembeli kedua belah pihak (sipenjual dan sipembeli),begitu macamnya harus pula disebut,seperti daging sapi atau kerbau umpamanya Disebutkan tempat menerimanya kalau tempat akad tidak layak buat menerima barang tersebut. Akad salam mesti terus,berarti tidak ada khiyar syarat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Imam
Mustafa,Fiqih Muamalah
Kontemporer,Jakarta
:
Rajawali
Pers,2016.
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung :Sinar Baru Algensindo,2013.
Moh.Rifai Mutiara Fiqih ,Semarang: CV. Wicaksana Semarang,1998.
Ibrahim Bin Sumaith “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Akad As-salam Dengan Sistem On Line di Pand’s Collection”,Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo 2011.
Muhammad
Syafii
Antonio,Bank
Syariah
dari
teori
praktik,Jakarta:Gema Insani Press,2001.
Siti Mujiatun,” Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istis’na,” Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis ,Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Vol.13, No . 2 September 2013.
Saleh Al-Fauzan ,Fiqih Sehari-hari ,Jakarta :Gema Insani Pers,2005.
Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk Dan Aspek-Aspek Hukumnya,Jakarta:PT.Adhitya Andhrebina Agung,2014
Ahmad Fadlan Lubis, “Analisis Perilaku Masyarakat Muslim Terhadap Transaksi Jual Salam”, Dalam Junal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, Desember 2012