MATA KULIAH
OLEH : DR. RAML I UMA R, M.Si. M.Si. J u r u s a n P en e n d i d i k a n G eo eo g r a f i
Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
1
Pelaksanaan pembelajaran “Filsafat Pendidikan” ini dirancang dalam dua putaran oleh dua orang dosen, dengan masing - masing delapan kali per temuan. Strategi pembelajaran ditentukan oleh masing - masing dosen yang bersangkutan. Khusus pada putaran ini, strategi pembelajaran diatur sebagai beikut :
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
2
Strategi pembelajaran putaran ini diatur sebagai berikut: 1. Kuliah tatap muka (dalam bentuk ceramah bervariasi) sebagai pembekalan konsep-konsep filsafat, pendidikan, dan filsafat pendidikan. (dilaksanakan dalam 3 – 3 – 4 4 kali pertemuan). 2. Penugasan dalam bentuk : mereviu buku secara kelompok dan menulis makalah kefilsafatan secara individual. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
3
3. Diskusi kelas dalam bentuk panel (kelompok). Materi yang didiskusipanelkan adalah hasil “reviu buku” yang dibuat secara berkelompok. Catatan: - Dalam Dalam kaitan dengan reviu buku , seluruh anganggota kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok dengan jumlah anggota tidak lebih dari lima orang. - Setiap kelompok mengajukan buku teks “Filsa“Filsa fat pendidikan” untuk direviu. - Diskusi panel akan berlangsung sebanyak lima kali pertemuan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
4
R A M B U -R - R A M B U PE P E L A K S A N A A N TU T U GA GA S
I. Penyusunan Makalah Kefilsafatan Secara Invidual : 1.Setiap mahasiswa memilih sebuah topik yang berkaitan dengan masalah pendidikan. 2.Topik itu dikembangkan menjadi sebuah maka lah kefilsafatan yang membahas salah satu atau ke tiga dimensi filsafat dari fenomena penpen dikan ( ontologi pendidikan, epistomologi, dan axiologi pendidikan). 3.Rangka dasar isi makalah : (bersambung)) (bersambung 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
5
(Sambungan) KATA PENGANTAR (Berisi basa-basi : tujuan penulisan makalah, ucapan terima kasih, dan lain-lain). I. PENDAHULUAN (Berisi : latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, dan lain-lain) II. PEMBAHAS PEMBAHASAN AN (Tulis topik khusus/spesifik sesuai tema / bidang yang dibahas, dapat dirinci ke dalam sub-sub topik. Pembahasan diarahkan ke aspek-aspek ontologi pendidikan, epistomologi pendidikan, dan axiologi pendidikan). III. KESIMPULA KESIMPULAN N 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
6
4.Format (perwajahan) makalah : a.Diketik dengan konputer di atas kertas kuarto (A.4S), kerapatan 1,5 spasi. b.Diberi sampul dengan kertas karton manila dengan warna bebas dilapisi plastik. c.Pada sampul tertulis: judul makalah, logo UNM, nama penulis dan nomor pokok, bagian bawah tertulis Program kekhusus an, Program Pascasarjan Pascasarjana, a, Universitas Negeri Makassar, Tahun 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
7
II.Pembuatan Reviu Buku Secara Berkelompok. 1.Setiap kelompok memilih buku Filsafat Pendidikan untuk direviu dan mendapat persetujuan dari dosen pembina mata kuliah. 2.Buku tersebut dibahas dalam diskusi di masingmasing kelompok. Hasil diskusi dituangkan ke dalam sebuah laporan hasil reviu. 3.Rangka dasar laporan hasil reviu adalah sebagai berikut: (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
8
(sambungan) KATA PENGANTAR (Berisi basa-basi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak terkait). I. PENDAH PENDAHULUAN ULUAN (Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat) II. RINGKASAN (INTISARI) ISI BUKU ( Intisari dibuat perbab, sub bab, pasal dan seterusnya. III. ULASAN / KOMENTAR / TIMBANGAN (Berisi penilaian kritis tentang kebaikan dan kekurangan buku dari aspek kejelasan konsep, cakupan isi, aspek bahasa, dan lain-lain). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
9
4.Format (perwajahan) Reviu Buku a.Diketik dengan komputer di atas kertas kuarto (A4S) kerapatan 1,5 spasi. b.Diberi sampul dengan kertas karton manila warna bebas, dilapisi plastik. c.Pada sampul tertulis : judul buku, nama-nama dan nomor pokok anggota kelompok (penyusun reviu), logo UNM, di bagian bawah tertulis: Prog ram kekhususan, Program Pascasarjana, Univesitas Negeri Makassar, Tahun. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
10
P EL E L A K S A N A A N DI D IS K U S I K E L A S
1.Kelompok penyaji mengambil tempat di depan kelas dalam posisi duduk bersaf. Seorang anggota kelas (bukan anggota kelompok penyaji) berperan sebagai relawan untuk bertindak sebagai moderator). 2.Diskusi kelas dimulai (dipimpin oleh moderator) dengan mempersilahkan kelompok penyaji membacakan hasil reviu bukunya. Pembacaan hasil reviu dilakukan secara bergiliran oleh anggota kelompok penyaji. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
(bersambung)
11
3.Setelah pembacaan hasil reviu selesai, moderator memberikan kesempatan kepada anggota kelompok non penya ji untuk menyampaika menyampaikan n tanggapan berupa :pertanyaan. :pertanyaan. per mintaan penjelasan, komentar keritik, sanggahan,ataupun komentar dukungan 4Tanggapan dilakukan secara perorangan atas nama kelompok. Sebaiknya moderator memberi pembatasan waktu me nanggapi agar kelompok lain mendapatkan kesempatan yang sama untuk menanggapi. 5.Moderator membagi kesempatan menanggapi dalam beberapa termin 6.Setelah penanggapan dalam satu termin selesai. moderator menyilahkan menyilahk an penyaji memberi jawaban. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
12
PENYELESAI PEN YELESAIA A N DA N PENYER PEN YERA A HA N TUGAS
1.Makalah kefilsafatan (individual) diselesaikan dan diserahkan ke pada dosen paling lambat 1 (satu) minggu setelah ujian semester dilaksanakan. 2.Hasil reviu buku (yang telah didiskusikan) diserahkan kepada dosen bersamaan dengan penyerahan makalah individual. 3.Hasil reviu buku dijilid setelah selesai didiskusikan. Hasil reviu yang didiskusikan masih dalam bentuk draf (belum dijilid). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
13
P EN E N IL IL A I A N H A S IL IL P E M B E L A J A R A N
1.Keberhasilan belajar mahasiswa dalam kukuliah Filsafat Pendidikan ini dievaluasi melalui 4 (empat) komponen : a. Ujian akhir semester meliputi : materi kuliah, hasil reviu buku / diskusi kelas. b. Hasil penulisan makalah individual c. Hasil reviu buku. d. Penilaian produktivitas dan kemampuan berargumentasi dalam diskusi kelas. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
14
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
15
FILSAFAT PENDIDIKAN ~“Filsafat Pendidikan”, sintesis dari kata “Filsa“Filsa fat” dan “Pendidikan”, yang berarti “filsafat tentang pendidikan” atau pendidikan dilihat dari sudut pandang Ilmu Filsafat. Atau “bagaimana ilmu filsafat melihat dan memahami pendidikan. `~ Apakah “Filsafat” itu? Inggeris : Philosophy Yunani : Phylosophia Phylos adalah cinta, sophia adalah kebijaksanaan 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
16
Beberapa Pengertian Filsafat: ~Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan tentang seluruh “realitas”. ~Upaya untuk melukiskan hakikat akhir, mendasar, dan menyeluruh dari seluruh yang “ada”. ~Upaya untuk menemukan batas-batas dan jangkauan “pengetahuan” termasuk “ilmu”, meliputi: sumber, hakikat, kebenaran, dan nilai ilmu / penge tahuan. ~Penyelidikan ~Penyelidik an kritis atas gagasan, pendapat, konsep, pikiran, realitas sesuatu obyek ( kongkrit maupun abstrak ).
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
17
Beberapa konsep dasar yang terkait dengan “Filsafat”: - Upaya spekulatif. - Sistematis. - Hakikat dasar. - Mendasar. - Menyeluruh. - Batas akhir jangkauan pengetahuan. - Sumber, hakikat, dan kebenaran pengetahuan. - Penyelidik Penyelidikan an kritis. - Kongkrit dan abstrak. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
18
Berdasarkan konsep-konsep dasar yang merupakan sifat dasar filsafat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa: “FILSAFAT ADALAH HASIL USAHA MANUSIA D EN E N G A N M E NG N G G UN U N A K A N A K A L - B U D IN IN YA YA U N TUK MEMA HA MI SEC SECA A RA RA DI DIK K A L , I NTE NTEGRAL GRAL , D A N U N IV IV ER E R S A L T EN E N TA T A N G H A K IK A T S A R W A
YANG ADA (“HAKIKAT TUHAN, ALAM, MANUSIA, DUNIA DUNI A , HI HIDUP, DUP, SESUDA H HIDUP, HIDUP, DA N HA K IK A T PIKIRAN ATAU “AKAL- BUDI ITU SENDIRI”).
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
19
H A K IK A T D A N A S A L M U L A F IL IL S A F A T
~ Hakikat filsafat adalah proses dan hasil kerja akalbudi (pikiran) itu sendiri. Filsafat ada kerena ada pikiran dan proses berpikir yang membuahkan hasil pikiran yang disebut hasil “pemikiran filsafat” atau “filsafat”. ~ Proses berpikir ada karena : - Ada organ pikiran (berpikir). - Ada kemampuan berpikir. - Ada dorongan untuk berpikir, dan - Ada obyek (sasaran berpikir) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
20
ORGA N PIKIRAN ( B ERPI ERPIK K I R)
(Yang bersifat jasadiah) 1. Otak (pusat susunan saraf), 2. Sistem / susunan saraf 3. Alat-alat dria (organ sensual / panca indera) 4. Kematangan / kemampuan berpikir. ORGA N PIK PIK I RA N (B (B ERPI ERPIK K I R)
(Yang bersifat rohaniah) 1. Kesadaran (awareness) 2. Dorongan (motivation) (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
21
3. Proses berpikir (proses intelektual) 4. Proses pencerapan (perekaman) 5. Proses pemaknaan (pemahaman) 6. Proses penyimpanan (pengingatan) 1. K ESADA RA N ( A WA REN RENESS ESS))
Kesadaran (awareness) yaitu situasi di mana rohaniah berfungsi dan mampu mencerap, mengolah, dan memberi makna terhadap rangsangan sensual yang bersifat eksternal. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
22
2.DORONGA 2. DORONGA N ( MOTI MOTIVA VA TI TION) ON)
Tekanan / kecenderungan dari dalam (rohani) untuk mengarahkan atau memfokuskan kesadaran terhadap suatu obyek tertentu disebut dorongan atau motivasi. Dorongan untuk berpikir itu muncul karena berbagai sebab, antara lain: a. Ada rangsangan eksternal melalui organ sensual. Rangsangan itu dicerap diolah, dimaknai dan direkam (disimpan) dalam ingatan (memori). (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
23
(sambungan) Rangsangan yang diberi makna itu mengundang naluri keingintahuan lebih lanjut dan megundang selera, bahkan mengundang berbagai macam penafsiran. b. Ada rangsangan internal dari dalam berupa: kebutuhan, keinginan, naluri keingintahuan, pertimbangan nilai, dan lain-lain. 3. PROSES B ERPI ERPIK K I R (PROS. INTEL EK TUA L )
Proses berpikir (proses rohani-bio-chemis-fisis) di dalam pusat kesadaran (otak / sistem saraf) yang memungkinkan ditemukannya makna dari hasil berbagai hasil pencerapan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
24
B E B E R A P A J E N IS IS RA R A N G SA S A N G A N S E NS N S UA UA L (Eksternal)
1.Visual (pengamatan), bersumber dari pantulan / pancaran cahaya. Dari rangsangan itu dapat tercerap : - Warna - Bentuk / pola - Struktur - Bagian-bagian - Susunan / tatanan - Proporsi dan lain-lain 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
25
2.Pendengaran (melalui telinga), bersumber dari pantulan getaran (bunyi). Dari pancaran bunyi itu dapat tercerap : - Nada / irama - Letupan / letusan / dentuman - Bahasa lisan - Sandi, dan lain-lain 3.Penciuman (melalui hidung), bersumber dari pantulan gas/uap/udara, dapat tercerap : - Bau-bauan : harum, busuk, pedis, tengik, dan lain-lain. (Bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
26
4.Pengecapan (melalui lidah), bersumber dari pencerapan larutan zat-zat tertentu, dan tercerap rasa : - Manis - Pahit - Masam / asin - Gurih, - Pedas / pedis dan lain-alain 5.Perabaan (melalui kulit), melalui saraf kulit. Dari rangsangan itu tercerap : - Rasa panas - Rasa halus, kasar, dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
27
~Segala jenis / bentuk rangsangan yang tercerap ke dalam pusat kesadaran dengan disertai dengan maknanya masing-masing yang diberikan oleh sejarah peradaban manusia. ~Tiap-tiap rangsangan diberi makna yaitu proses pengasosiasian antara rangsangan baru dengan perbendaharaan makna yang telah ada dan tersim pan di dalam memori subyek pencerap.Proses ini lah yang disebut “Konseptualisasi”/ “pembangun an konsep” 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
28
4.PROSES 4. PROSES PENCERAPA N (PEREKA ( PEREKA MA N)
Kesadaran setelah menerima rangsangan melalui organorgan sensual (panca indera).Bagaimana proses pencerapan itu berlangsung merupakan suatu misteri, mungkin dapat disebut sebagai peristiwa “ghaib”. 5.PROSE 5. PROSES S PEMAK PE MAK NAA N (PEMAHA (P EMAHA MA N)
Mengetahui atau “paham”ada “paham”adalah lah keadaan di mana pusat kesadaran menerima/memberi menerima/memberi makna kepada rangsangan baru karena karena telah telah terjadi akomodasi/aso akomodasi/asosiasi siasi dengan makna yang telah ada sebelumya atau telah tebentuk makna baru. (Bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
29
(Sambungan) ~ Pemaknaan (pemahaman) terjadi pada saat terjadi pertautan (asosiasi) antara satu atau lebih makna yang telah ada (tersimpan) dalam pusat kesadaran (ingatan), atau hasil pencerapan baru telah diberi makna ber dasarkan (mengacu) pada perbedaharaan pengetahuan yang telah ada.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
30
B EBERA PA B ENT ENTUK UK (POLA (P OLA ) B ERPI ERPIK K IR
(Proses Intelektual) 1. Proses komparasi (memperbandingkan (memperbandingkan dua atau lebih hal) A = B= C A > B > C A < B < C Dan lain-lain 2. Proses mengaitkan dua atau lebih hal. A dipengaruhi B A disebabkan B X berbeda dengan Y (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
31
3. Mengurut (sekuensi) A sebelum B C sesudah B E bersama F 4. Proses menganalisis (mengurai) A, B, C, dan D bagian dari E C terdiri dari U, V, W, X, T, dab Z 5. Proses mensintesis (menggabung) P, Q, R, S, T dan V merupakan Q 6. Menghitung (mengkalkulasi) A+B+C+D=Y AxBxCxD=Z A – – B B = C (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
32
K A RAK TER TERII STI STIK K PEM PEMII K I RAN FI FILSA LSA FAT
I. FILSAFAT MEMBANGUN PEMAHAMAN DAN MEMBIMBIMBING TINDAKAN II. FILSAFAT BERPIKIR SECARA KETAT, TUNTAS, RINCI, DAN HABIS-HABISAN III. FILSAFAT BERPIKIR SECARA SISTEMATIS IV. FILSAFAT MEMBANGUN BAGAN KONSEPSIONAL V. FILSAFAT ADALAH RANGKAIAN JAWABAN PERTA PERTA – – NYAAN KEFILSAFATAN VI. FILSAFAT ADALAH HASIL HASIL PEMIKIRAN PEMIKIRAN YANG YANG KOHEREN. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
33
VII. FILSAFAT ADALAH PROSES DAN HASIL PEMIKIRAN RASIONAL I . FI FIL L SAFA T MEMB ME MB A NGUN PEMAHA P EMAHA MA N DA N MEMB ME MB I MB I NG TI T I NDAK A N
1. Mengidentifikasi dan mengumpul sebanyak mungkin pengetahuan. (Pengetahuan yaitu segala hal yang memiliki makna tertentu yang ter cerap oleh pusat kesadaran (akal budi) 2. Mengeritik dan mempertanyakan pengetahuan yaitu tentang : ke apa annya, ke bagaimana annya, dan ke mengapa annya. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
34
(Sambungan) ~ Menilai (membenarkan / menyalahka menyalahkan) n) pengetahuan, melihat keunggulan dan kekurangannya, ba baik dari segi keapaan, kebagaimanaan dan keme gapaannya. ~ Menemukan hakikat (unsur-unsur paling mendasar) suatu pengetahuan. ~ Menemukan makna yang paling dalam dan lengkap dari suatu pengetahuan. ~ Mencari dan menemukan keterkaitan (koherensi) antara berbagai pengetahuan. ~ Membimbing dan mengarahkan tindakan yang lelebih layak. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
35
I I . FI FIL L SA FAT B ERPI ERPIK K I R SECA RA K ETAT,T ETAT,TUN UN . TA S, RI RINCI NCI,, DA N HA B I SS-HA HA B I SA N
1. Mencari dan menemukan unsur-unsur paling dasar, elementer, dan tuntas (tak tersisa) dari sua tu hal, 2. Meragukan segala sesuatu sebelum memperoleh penjelasan yang lengkap dan tuntas. 3. Berupaya menemukan hubungan bermakna antar berbagai konsep, gagasan, fakta, informasi. (bersambung)) (bersambung 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
36
(sambungan) ~ Berapa lama? ~ Sampai kapan? ~ Untuk apa? ~ Dan seterusnya Filsafat selalu berupaya menemukan : ~ Kejelasan ~ Keruntutan ~ Kemanfaatan ~ Kemungkinan Dan seterusnya 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
37
(sambungan) 4.Filsafat selalu bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu : ~ Apa? ~ Bagaimana? ~ Mengapa? ~ Berapa? ~ Dimana? ~ Dari mana? ~ Kemana? ~ Kapan? (Bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
38
I I I. FI FIL L SA FA T : B ERFI ERFIK K I R SECA RA SISTEMA SI STEMA TI TIS S ( SI SISTEMIK STEMIK )
1. Memiliki obyek (sasaran) berpikir yang konkrit (tidak mengada-ada mengada-ada,, menghayal, atau mengandai-andai). 2. Mengidentif Mengidentifikasi ikasi dan menemukan komponen dan unsur-unsur dari obyek berpikir. 3. Menemukan dan meberi makna yang tegas pada semua komponen dari berbagai segi: (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
39
(sambungan) ~ Substansi ~ Konsepsi ~ Sifat-sifat ~ Fungsi / peranan ~Guna ~ Dan lain-lain 4. Mencari dan menemukan keterkaitan logis antara semua komponen dan unsur yang ada. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
40
(sambungan) ~ Hubungan / Keterkaitan logis (bernakna) antara lain : ~ Hubungan kausal ~ Hubungan fungsional ~ Hubungan struktural ~ Hubungan komplementer ~ Hubungan assosiasi ~ Hubungan genetik ~ Hubungan fungsi matematik (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
41
(sambungan) ~ Hubungan sosial ~ Hubungan kultural ~ Hubungan historis ~ Hubungan moril ~ Hubungan hirarki ~ Hubungan kategorial ~ Dan lain-lain
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
42
5. Mencari dan menemukan makna dan nilai ekstensial (makna yang diperluas) dari ob yek berpikir. CATATAN ; Nilai ekstensial yaitu : harga, nilai, atau manfaat sesuatu obyek dilihat dari segi obyekobyek lain. IV. FILSAFAT : MEMBANGUN ……………… (BERSAMBUNG) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
43
I V. FI FIL L SAFA T MEMB ME MB A NGUN BA GA N K ONSE ONSEPSI PSIONA ONA L ( K ERANGK A PI PIK K IR)
1.Konsepsi, yaitu bangunan mental (intelektual), ya itu konsepsi yang bersifat imajiner, yang tediri dari perangkat-perangkat : pengetahuan, konsep, prinsip, atau gagasan gagasan yang satu sama lain saling terkait secara bermakna (logis), sehingga konstruksi mental tersebut memiliki makna dan nilai eksternal. ~ Konstruksi mental tersebut, oleh Thomas Khun disebut “paradigm” atau “jendela mental”.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
44
V . F IL IL S A F A T : R A N G K A I A N J A W A B A N P ER E R TA T A N YA Y A A N K E FI F IL S A F A T A N
Misalnya : 1. Apakah “Filsafat” itu? 2. Filsafat adalah proses dan hasil berpikir/pikiran. 3. Apakah “proses berpikir” itu? 4. Proses berpikir adalah cara, prosedur, dan mekanisme organ-organ berpikir, bekerja. 5. Bagaimanakah cara, prosedur, dan mekanisme bekerja dan berfungsinyar organ-organ berpikir itu? (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
45
6.Secara fisik dan material : organ-organ berpikir itu bekerja menurut cara, prosedur, dan meka nisme bio-chemis-physical. 7.Secara rohaniah : cara, prosedur, dan mekanisme kerja pikiran itu masih bersifat “mistery” atau “ghaib” sebagaimana misterius dan ghaibnya “roh”, “rohaniah”, atau “jiwa” itu sendiri. 8. Apakah hasil (produk) berpikir itu? 9. Hasil (produk) berpikir antara lain : (bersambung)
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
46
Hasil (produk) berpikir antara lain: ~ Makna, arti, konsep ~ Pendapat ~ ide / gagasan ~ Pengertian / pemahaman ~ Kepercayaan ~ Sikap / pendirian ~ Persetujuan ~ Dan lain-lain Semua jenis produk perpikir tersebut dapat dipertanyakan lebih lanjut. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
47
VI.. FI VI FIL L SA FA T : MERUPAK A N HA SI SIL L PEMI PEMI-MIK MI K I RA N YA NG K OHER OHEREN EN
~ Lawan kata “koheren” adalah “inkoheren”= “tidak runtut” = “inkonsisten” = “tidak terkait secara logis”. ~ Misalnya : Dua pernyataan : 1. Hujan turun 2. Tidak benar hujan turun Jika pernyatan no.1 benar, maka pernyataan ke 2 pasti salah. Jadi, pernyataan 1 dan 2 adalah dua pernyataan pernyataan yang tidak koheren (tidak konsisten). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
48
VIII. FI VI FIL L SA FAT : A DA L A H PROSES PROS ES DAN HA SI SIL L PEMIK PEMI K I RA N RA SI SIONA ONA L
1. Langkah-langkah dalam proses berpikir, setiap langkah merupakan proses operasi logik. Misalnya : a.Pencerapan a.Pencerapa n (persepsi inderawi) : menang kap rangsangan sensual : wujud. warna, bentuk, bunyi, bau, dan lain-lain. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
49
(sambungan) b.Mengassosiasi, mengaitkan, mengkorelasi hasil pencerapan awal dengan sesuatu yang se jenis, yang pernah tercerap sebelumnya (terekam di dalam file memori sebagai pengetahuan). c.Informasi baru tersebut “diinterogasi”(dikom “diinterogasi”(dikom-parasi,dikorelasi, dikonfirmasi) dengan penge tahuan lama yang telah dlmiliki sebelumnya. d.Pemberian makna terhadap informasi, berupa makna yang sama atau berbeda dengan penge tahuan yang yang lama. lama. Proses inilah yang disebut proses“pemaknaan”atau proses “mengetahui”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
50
2.Apa yang diketahui (obyek pengetahuan) berada di luar organ mengetahui. Obyek pengetahuan direpresentasikan sebagai”konstruksi akal” atau “mental konstruct” arau “concept”. Consept yang paling elementer (single concept) direpresentasikan dengan sebuah “kata” atau “world”. 3.Konsep elementer hanya memiliki satu makna yang berkenaan dengan satu wujud (realitas fisik atau non fisik, kongkrit atau abstrak).
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
51
~1.Metode adalah langkah dan aktivitas yang teratur, tertib dan terukur yang saling terkait secara fungsional untuk menghasilkan suatu produk. ~2.Langkah atau aktivitas dapat bersifat fisik, dapat pula bersifat mental (inelektual), atau secara bersama. ~3.B E R F I L S A F A T : aktivitas mental utamanya berpikir, dibantu oleh fungsi-fungsi mental lainnya seperti : tafakur (merefleksi), dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
52
~4.Metode adalah cara atau rangkaian beberapa cara yang teratur, sistematis, terukur dengan prosedur yang baku. ~5.Metode yang bersifat fisik lebih mudah dipahami karena wujudnya kongkrit (dapat diamati dengan alat dria). Sedangkan altivitas mental (intelektual) seperti “berfilsafat” tidak mudah karena wujud wujud-nya sangat abstrak. Namun demikian aktivitas mental terebut analog dengan aktivitas fisik. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
53
~ Pada dasarnya ada dua metode kefilsafatan paling dasar dan elementer, yaitu : 1. Menganalis Menganalisis is 2. Mensintesis ~ Proses menganalisi menganalisis s yaitu aktivitas mengurai unsur-unsur (bagian-bag (bagian-bagian) ian) yang papaling kecil dan esensial dari sesuatu obyek yang ada (being), baik yang nyata atau tidak nyata, kongkrit atau abstrak, eksist atau noneksist. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
54
~Metode analisis yaitu cara-cara mengurai / memisah-misahkan bagian-bagian atau komponen-kom nen yang menyusun sesuatu. ~”Sesuatu” yaitu : -Benda fisik, seperti : kayu, batu, besi, dan lain-lain. -Konsep atau hal-hal yang abstrak seperti : keamanan, kemakmuran, kebahagiaan, dan lain-lain. ~Konsep “keamanan” dapat dianalisis misalnya : 1. keamanan yaitu segala hal yang terkait (langsung / tak langsung dengan kondisi “aman”. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
55
2.”Aman” yaitu kondisi masyarakat masyarakat / orang / benda / hal dengan tempat tempat dan lingkungannya, lingkungannya, yang yang : - Tidak ada gangguan - Tidak ada ancaman - Tidak ada kericuhan - Tidak ada hambatan - Dan lain-lain 3.Sumber-sumber 3.Sumber-sum ber ancaman / gangguan antara lain : - Kemiskinan - Ketidakadilan - Keserakahan - dan lain-lain (berambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
56
(sambungan) ~Semua hal di atas merupakan proses analisis terhadap “keamanan” sebagai konsep yang abstrak. PRA B OTOT-PRA PRA B OT METODOLOGI
~Tujuan berpikir / berfilsafat pada hakikatnya adalah untuk membuat “kesimpulan yang benar” tentang sesuatu yang ada (being). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
57
~”Kesimpulan” atau “simpulan” adalah keakea an di mana kesadaran akal-budi (intelektu(intelektual) kita menerima / menolak / menyetujui makna kebenaran tertentu yang dibangun dari suatu rangkaian konsep atau premis yang dengan sendirinya “pasti brnar” atau “pasti salah”. ~Proses pencapaian “kesimpulan” itu dise dise-but L OG IK A atau OPERA SI L OGI OGIK K. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
58
~LOGIKA, ~ L O G I K A , adalah aturan-aturan atau cara-cara untuk mencapai kesimpulan yang benar melalui suatu perangkat premis. ~PREMIS, adalah pernyataan atau kalimat yang
mengandung pendapat (gagasan) yang telah terbukti kebenarannya atau benar dengan sendirinya. ~Sesuatu yang benar dengan sendirinaya, atau diakui kebenarannya yaitu kebenaran yang telah teruji melalui realitas, pengalaman, eksperimen, atau pendapat umum. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
59
A D A D U A J E N IS IS L O G IK IK A
1. Logika Induktif 2. Logika Deduktif ~Logika Induktif, adalah proses penyimpulan melalui proses berpikir atau bernalar yang mengacu pa da premis-premis khusus (premis yang lingkup kebenarannya lebih khusus dan terbatas, ~Atau proses berpikir yang bertolak dari premispremis khusus dan menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan lingkup kebenaran yang lebih luas. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
60
~Kesimpulan dari suatu proses logika induktif, mengandung “kebenaran probabilistik” (bukan kebenaran yang pasti, melainkan ber peluang untuk benar, atau kebenaranny kebenarannya a < 100% - 100%. ~Besarnya peluang (probabilitas) untuk benar ditentukan oleh kadar (proporsi) banyaknya premis khusus dari semua kemungkinan ke jadian. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
61
B E BE RA P A B E NTU NT U K L O GIK GIK A I N DUK DU K T IF IF
1. Penyimpulan secara kausal. 2. Penyimpulan berdasarkan probabilitas (penalaran statistik). 3. Penyimpulan berdasarkan analogi atau komparasi. 4. Penyipulan berdasarkan hasil ferivikasi. 5. Penyimpulan berdasarkan hasil pengamatan empirik. 6. Penyimpulan berdasarkan kontradiksi. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
62
1. Penyimpulan secara causal. ~Setelah mencermati sebab (causal) sejumlah kejadian, maka disimpulkan sebab-sesebab yang paling dominan, maka pada kesempatan-kesempatan sempatan-ke sempatan lain, setiap kali muncul penyebab dominan, maka disimpulkan / diramalkan akan timbul kejadian yang sama. 2. Penalaran statistik. MISAL : “Si A adalah seorang guru seko seko-lah / dosen”. (bersambung)) (bersambung 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
63
(sambungan) ~Kita akan bertaruh bahwa si A itu akan mencapai usia > 70 tahun. ~Untuk menyimpulkan bahwa si A berpeluang besar mencapai usia > 70 tahun, maka kita memerlukan data statistik tentang usia rata-rata dan usia maksimal guru baru meninggal. ~Data statistik itu merupakan premis yang cukup kuat kebenarannya. ~Berdasarkan data statistik itu dapat disimpulkan bahwa si A (yang guru / dosen itu) berpeluang atau tidak untuk mencapai usia > 70 tahun. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
64
3.Analogi dan komparasi ~Logika analogis / komparasi berusaha mencapai kesimpulan dengan mencoba mengamati apa yang akan disimpulkan dengan sesuatu yang lain (yang secara logis / empiris) ada persamaannya. Kesimpulan yang dicapainya kemudian dikembalikan / diperlakukan pada obyek semula. MISAL : Kita ingin membuktikan tentang adanya sang pencipta alam semesta yang dinamakan “TUHAN YANG MAHA PENCIPTA” (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
65
(sambungan) -Alam semesta yang sangat canggih dan rumit dianalogikan dengan sebuah sistem komputer / internet yang sangat canggih dan rumit, meskipun tidak secanggih dan serumit dengan alam semesta sebab komputer dan internet itu sendiri adalah bagian dari alam semesta. -Kita ketahui secara pasti bahwa komputer / internet itu tidak mungkin menciptakan dirinya atau tercipta dengan sendirinya. -Pasti ada sang insinyur yang telah merancang dan menciptakan komputer / internet. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
66
-Alam semesta yang sangat canggih dan rumit itu mustahil menciptakan dirinya atau tercipta dengan sendirinya. -Pasti ada Sang Maha Pencipta yang telah merancang dan menciptakan alam semesta yang canggih dan rumit itu, yaitu TUH TUHA A N YANG MAHA PEN PEN-CIPTA.
4.Metode Ferivikasi Empirik. ~Salah satu cara untuk mencapai mencapai kesimpulan yang benar (valid) adalah dengan mencocokkan suatu kesimpulan dengan fakta-fakta empirik, yaitu sesuatu yang benar- benar ada / terjadi dalam ruang dan waktu yang nyata. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
67
5.Observasi (pengamatan). ~Suatu kesimpulan dapat diuji kebenarannya melalui pengamatan, baik oleh orang yang menyimpulkan maupun oleh orang lain. MISAL : Jika ada pernyataan : “Di luar kelas hujan turun”. Pernyataan (kesimpulan) ini dapat diuji kebenaran nya melalui observasi. ~Jika hasil observasi membuktikan bahwa di luar benar- benar hujan turun maka kesimpulan itu benar. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
68
~Jika hasil observasi membuktikan bahwa di luarr tidak turun hujan, maka kesimpulan itu tidak benar. 6. Penyimpulan berdasarkan Kontradiksi ~Kebenaran suatu “kesimpulan” dapat diuji secara langsung dengan melihat kontradiksi yang dikandungnya dengan : - Axiomata yang ada. - Kesimpulan-kesimpulan lain yang sudah teruji kebenarannya. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
69
(sambungan) -Realitas umum yang sudah diterima kebenarannya secara umum / universal. -Hukum-hukum alam. MISAL : - Salah satu sudut segitiga besarnya nol dera jat. - Ia tetap kenyang, meskipun meskipun sudah tiga hari ia tidak makan. - Di kampung saya mata hari terbit uf. barat. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
70
L A N G K A H -L - L A N G K A H / P RO R O SE SE S B ER FI L SA FA T
1. Menyadari adanya “masalah” tentang sese sesuatu “yang ada” “Masalah” yaitu keadaan / kondisi di mana terjadi “kesenjangan” antara “apa yang ada” dengan : “apa yang seharusnya” ~Setiap kesenjangan biasanya berimplikasi : kerugian, kesusahan. kesusahan. kesengsaraan, dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
71
2. Mengenali seluk beluk masalah : - Jenis masalah - Intensitas masalah - Tempat dan waktu kejadian - Ruang lingkup masalah - Komponen-komponen yang terkait - Faktor-faktor penyebab / pemicu - Dan lain-lain 3. Mengenali dan memastikan unsur-unsur/ komponen-komponen masalah. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
72
(bersambung) - Menemuka Menemukan n bukti-bukti keterkaitan - Memahami konsep / substansi komponen. 4. Membangun kerangka konsepsional tentang saling keterkaitan antara komponenkomponen masalah. - Nemahami jenis / bentuk keterkaitan keterkaitan.. - Menguji (memferivikasi) secara empirik dan rasional tentang keterkaitan yang ada. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
73
5. Memikirka Memikirkan n alternatif gagasan untuk mengatasi masalah yang dihadapi (yang disadari) secara tentatif (hipotetik). - Identifikasi gagasan-gagasan yang paling feasibel dan paling praktis. - Identifikasi prosedur / langkah-lan langkah-langkah gkah yang paling tepat untuk mewujudkan gagagasan pemecahan masalah. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
74
6. Deskripsikan seluruh proses berfilsafat di atas, mulai dari kesadaran tentang adanya masalah sampai ditemukannya pemecahan masalah yang terbaik. ~ Pada tahap ini selesailah langkat / proses berfilsafat tersebut.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
75
ONTOLOGI PENDIDI PENDI DIK KAN
~ Pengertian “Ontologi”, Bahasa Inggeris : “ontolo“ontolo gy” ( ontos + logos ), atau dari Bahasa Yunani Yunani : on atau ontos, logos (studi,ilmu tentang : ~ Arti lain : Studi tentang ciri-ciri ciri- ciri esensial dari “yang ada” dalam dirinya sendiri, berbeda dari studi ten ten-tang sesuatu yang ada secara khusus. ~ Cabang filsafat yang menggeluti “tatanan” dan struktur realitas dalam arti yang seluas-luasnya, yang menggunakan kategori-kategori : - Ada / mengada / menjadi - Aktualitas / Aktualitas / potensialitas (bersambung)) (bersambung 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
76
(sambungan) - Nyata (nampak) - Perubahan -Waktu - Eksistensi dan noneksistensi -EsensI - Keniscayaan ~ Cabang filsafat yang mencoba : Melukiskan hakikat “ada” yang terakhir (yang ( yang esa, yang absolut, yang abadi dan sempurna). (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
77
(sambungan) - Menunjukkan bahwa segala segala hal hal tergantung tergantung padanya bagi eksistensiny eksistensinya. a. - Menghubungkan pikiran dan tindakan manusia yang bersifat individual dan hidup dalam sejarah dengan realitas tertentu. - Cabang filsafat yang : a. Melontarkan pertanyaan “Apa arti ada dan beraada?” b. Menganalisis berbagai macam makna yang memungkinkan suatu hal dapat dikatakan ada / berada.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
78
~ Cabang filsafat yang : a.Menyelidiki a.Menyelid iki status realitas (Misalnya : apa kah obyek pencerapan kita nyata atau ilusi?) b.Menyelidiki b.Menyelidi ki sejenis realitas yang dimiliki sesuatu hal. (Misalnya : jenis realitas apa yang dimiliki oleh : bilangan, persepsi, pikiran, perasaan, dan kesadaran itu sendiri. (bersambung) c,Menyelidiki c,Menyelid iki …………….. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
79
c.Menyelidiki realitas yang menentukan apa yang kita sebut : realitas dan ilusi. (Misalnya : Apakah realitas atau ilusi merupakan “obyek” yang bergantung pada pikiran kita, atau pada sesuatu sumber eksternal yang independen?). P A N D A N G A N B E B E RA R A P A F A IL O S O F
TENTANG “ONTOLOGI” ~Istilah “ontologi” …………… ( b e r s a m b u n g ) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
80
(sambungan) ~Istilah “ontologi” berarti “pengetahuan tentang yang ada {keberadaan), proses mengada (berada), cara-cara berada, jenis, bentuk dan sifat yang ada dan kebeadaan. ~Istilah “ontologi” diperkenalkan oleh Gollenus (1636), digunakan oleh Clauberg (1647), Micraeli us,- (1653, dan Du Hamer (1663), dan diterima oleh : Leibniz dan Baumgarten. ~Istilah “ontologi” sering dipersamakan dengan “METAFISIKA” 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
81
~Clauberg, menyebut “ontologi” sebagai “ilmu pertama”, studi tentang “yang ada” sejauh memang “ada”. Studi inidianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk ALLAH dan semua ciptaanNya dan yang mendasarinya, mendasariny a, baik fisika maupun teologi. ~Studi ontologi mencakup : - Prinsip dan aribut yang ada. - Analisis : sebab, tatanan, relasi, kebenaran dan kesempurnaan. ~Ontologi, biasa pula disebut “ontosophia”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
82
~Wolf, mendefinisikan “ontologi” sebagai ilmu tentang “yang ada” pada umumnya. dan sinonim dengan „Filsafat Pertama”. MeMe todenya ”deduktif” dan tujuannya “mencip“mencip takan sistem kebenaran yang niscaya dan pasti”. ~Baumgarten, mendefinisikan mendefinisikan “ontologi” sesebagai studi tentang “predikat-predikat “predikat -predikat yang paling umum atau abstrak dari semua hal pada umumnya”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
83
~Ontologi” disamakannya dengan “ontoso“ontoso phia”, “Metafisika Universal” dan “Filsafat Pertama”. ~Herbart, mengkontraskan “Metodologi” dan “ontologi”. Metodologi bertugas mereduksi kontradiksi-kontradiksi kontradiksi-kon tradiksi di dalam data. Sedang ontologi merupakan metode pemahaman realitas sejati. ~Rosmini - Serbati, mengkontraskan “ontolo“ontolo gi” dengan “teologi” dan “kosmologi”. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
84
(sambungan)
- “Ontologi” adalah : doktrin universal tentang “yang ada” - “Teologi” adalah : doktrin universal tentang “yang ada absolut”. - “Kosmologi” : adalah doktrin universal tentang “yang ada relatif dan terbatas”. ~Husserl, membedakan “Ontologi Formal” dan “Ontologi Material”. (Keduanya berurusan dengan analisis-analisis esensi). …… (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
85
(sambungan)
~Ontologi Formal, bergumul dengan esensi formal atau universal, merupakan basis terakhir dan terdalam semua ilmu. ~Ontologoi Material, menggeluti esensi-esen si material atau regional r egional dan merupakan ba sis dari semua “Ilmu Faktual”. ~ Heidegger, memahami ontologi sebagai eksistensi. eksistens i. Sebagai analisis konstitusi yang ada ………………… (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
86
(sambungan)
… dari eksistensi, ontologi menemukan keterba keterba-tasan eksistensi, dan bertujuan menemukan apa yang memungkinkan suatu eksistensi. ~ Quine, mengkontraskan ontologi dengan ideologi, sementara menghubungkan ontologi dengan “Te“Teori reherensi”. reherensi”. Bagi Quine, Quine, kedua istilah itu selalu berkaitan dengan teori-teori tertentu. Oleh karena itu pertanyaan ontologi, menyangkut apa yang ki taanut dalam konteks entitas-entitas di alam semesta. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
87
~Atas dasar berbagai pandangan para failosof tentang istilah “ontologi” maka kita dada pat berpikir tentang “Ontologi Pendikan”, baik pendidikan sebagai“Ilmu Pengatahuan” maupun sebagai “fenomena sosial budaya” ~Oleh karena itu, dari realias ini maka “pen“pen didikan” dapat disorot baik dari “Filsafat Ilmu” maupun dari “Filsafat Sosial Sosial--Budaya” di samping samping secara spesifk dari segi “Filsafat Pendidikan” sendiri. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
88
~Secara fenomenal, terlihat bahwa “pendi“pendi dikan” itu adalah suatu jenis / bentuk aktiviaktivi tas siosial-bud siosial-budaya aya manusia yang bertujuan untuk “memberdayakan” orang lain, agar mampu hidup secara kreatif, produktif, bertanggung jawab dan bermartabat, serta memberi manfaat yang berarti pada lingkungannya, baik pada lingkungan sosial maupun pada lingkungan alam-fisiknya. alam-fisiknya. ~Aktivitas sosial-budaya manusia tersebut didasari oleh suatu kesadaran dan rasa (bersambung) tanggung jawab ……… 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
89
(sambungan)
………dari manusia untuk memberdayakan sesa sesa-ma manusia dengan cara / metode dan alat tertentu dalam konteks (lingkungan) tertentu. ~ Aktivitas pemberdayaan tersebut diarahkan untuk menumbuhkembangkan dan mengaktualkan potensi fitrah (jasmaniah dan rohaniah) peserta didik, agar menjadi manusia (sebagai hamba Allah) yang cakap / cerdas, kreatif, dan bermartabat.Baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
90
~Jadi jelas bahwa “pendidikan” itu pada haki katnya adalah ; “suatu “suatu jenis aktivitas manu sia oleh dan untuk manusia dengan caracara manusiawi untuk mencapai tujuan- tu juan kemanusiaan kemanusiaan dan ke Ilahian” Ilahian” ~ Secara ontologis, “pendidikan” adalah susu atu “aktivitas sosial budaya” dengan melimeli batkan orang-orang, metode, dan alat-alat tertentu, untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Semua hal itu adalah “yang ada‟. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
91
~Secara fisik / material / substansial (ontolgi mate rial). pendidikan melibatkan unsur-unsur : * Manusia (orang-orang) : - Para pakar pendidikan - Pendidik - Peserta didik - Pengelola pendidikan - Orang tua murid - Stake holders - Lingkungan sosial - Dan lain-lain 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
92
*Sarana dan prasarana fisik - Lingkungan bio-fisik (ekologi) - Gedung-gedung (ruang-ruang : kelas, perpustakaan, laboratorium, kantor, workshop, dan lain-lain). - Halaman sekolah, lapangan upacara / olah raga, kebun sekolah, dan lain-lain. - Sumber-sumber belajar - Media / alat-alat pembelajaran (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
93
(sambungan)
- Kurikulum - Perangkat alat-alat administrasi pendidikkan. - Perangkat alat-alat laboratorium. - Perangkat alat-alat perbengkelan, perbengkelan, pertukangan, alat-alat olah raga, dan lain-lain. - Perangkat alat-alat pembelajara pembelajaran n (media. peta-peta, grafik, sketsa, foto-foto, model, ( be rs a mb un g ). dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
94
~Secara konseptual / ideal, pendidikan melibatkan : - Kepribadian / personalitas guru - Kompetensi profesional kependidikan/ keguruan. - Kesehatan fisik dan rohaniah guru - Motivasi dan etos kerja guru - Kesejahteraan sosial-ekonomi guru - Tingkat pendidikan guru - Pengalaman kerja guru - Cita-cita dan idelisme pendidikan guru (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
95
(sambungan)
- Kepemimpinan dan kemampuan manajerial Kepala Sekolah - Visi dan wawasan kependidikan Kepala Sekolah. - Kesehatan fisik (jasmaniah dan rohaniah peserta didik. - Potensi intelektual, emoisional, dan spiritual peserta didik. - Dukungan moril dan material masyarakat/ orang tua peserta didik. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
96
(saambungan)
* Proses-proses sosio-psikologis-kultural yang terjadi di lingkungan belajar di sekolah : - Interaksi / komunikasi pembelajaran yang akrab dan saling memahami dan menerima, Interaksi manajerial yang demokratis dan koperatif anta ra Kepala Sekolah, guru, dan seluruh staf (personil sekolah). - Interaksi sosial-cultural dengan masyarakat.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
97
~Keseluruhan aspek-aspek ontologi pendidik an tersebut di atas perlu dikaji dan diungkap esensi (hakikat) nya masing-masing dan diuji (diverivikasi) saling keterkaitan bermak na antara yang satu dengan yang lain. M A N USI US I A S EB E B A G A I O NTO NT O LO GI PENDIDIKAN
~Manusia pada hakikanya adalah mahluk ciptaan Allah s.w.a. yang terdiri dari dua unsur (bersambung) utama, yaitu : ………… 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
98
(sambungan)
……unsur jasmaniah (jazadiah) dan unsur jiwa (rohaniah). (rohaniah). ~ Pada mulanya unsur jasmaniah dan rohaniah belum teraktualisas teraktualisasikan ikan secara penuh, melainkan hanya terbatas.Lebih banyak (lebih besar) kemampuan jasmania dan rohani ah manusia terpendam sebagai potensi fitriah (yaitu potensi fitrah jasmaniah dan potensi fitrah rohaniah) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
99
~Agar manusia dapat menjalani hidup dan ke hidupannya secara wajar (normal), dalam ar ti : cakap, cerdas, kreatif, produktif dan bermartabat, serta mampu beradaptasi pada lingkungan fisik dan sosialnya, maka potensi fitrah jasamania jasamaniah h dan fitrah rohaniah harus teraktuali teraktualisasikan, sasikan, baik secara alamiah maupun melalui proses pemberdayaan. ~Salah satu wujud (bentuk) pemberdayaan pemberdayaan po tensi fitrah (jasmaniah dan rohaniah) manusia adalah upaya “PENDIDIKAN” 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
100
~Berdasarkan pikiran dasar tersebut di atas, maka “pendidikan” dapat dideskripsikan se bagai “upaya sadar dan bertanggu bertanggung ng jawab manusia dewasa untuk mengaktualisasikan potensi fitrah jasmaniah dan rohaniah peser ta didik, dengan pemberian perlakuan tertertentu dan lingkungan khusus, sehingga peserta didik tersebut menjadi cakap / cerdas, creatif / produktif, dan bermartabat, ser ta mampu beradaptasi pada lingkungan fisik dan sosialnya. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
101
~Proses pendidikan dalam arti umum, dapat berlangsung secara alamiah dalam proses hidup dan kehidupan itu sendiri (misalnya pendidikan informal dalam keluarga dan pergaulan hidup seharihari). Dapat pula berlangsung secara sengaja (pendidikan formal di sekolah dan di luar sekolah). ~Dalam proses “pendidikan” terlibat dan terkait de de-ngan berbagai hal yang bersifat substansial (ontologis) ……… (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
102
(sambungan)
… ,terlibat pula proses-proses proses-proses (langkah, prosedur, cara, me tode, dan dan pendekatan). pendekatan). Hal ini dinamakan aspek epistomo logi pendidikan. ~ Di samping itu, pendidikan harus mengacu pada tujuan pendidikan, yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai. Hal ini dinamakan aksiologi pendidikan. pendidikan. Dalam hal ini, baik ontologi pendidikan, maupun epistomologi pendidikan harus mengacu pada nilai-nilai luhur yang berlaku (dianut). ~ Proses-proses yang berlangsung dalam pendidikan biasa pula disebut sebagai perlakuan pendidikan (educational treatment).
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
103
~Perlakuan pendidikan (educational treatment), yaitu segala jenis tindakan dan bentuk-bentuk interaksi sosial-psikologis-kultural (yang secara senga ja atau tidak) terjadi antara pendidik dan peserta didik, yang mempunyai effek (pengaruh) positif ter hadap proses aktualisasi potensi fitrah jasmaniah dan rohaniah peserta didik. ~Potensi fitrah jasmaniah, meliputi segala aspek “biologis” manusia, yang meliputi antara lain : …………….. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
104
(sambungan)
……. Susunan (konstitusi) tubuh dengan seluruh sistem jaringan yang ada, seperti : sistem peredaran darah ,sistem pencernaan, sistem syaraf,sistem pertukaran zat, sistem otot dan tulang, sistem pernafasan, dan lain-lain. ~Seluruh potensi jasmaniah tersebut memerlukan perlakuan pendidikan (educational treatment) agar berumbuh dengan baik dan normal dan dapat berfungsi normal dan optimal.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
105
~bentuk-bentuk ~bentuk-bentu k perlakuan pendidikan untuk menumbuh kembangkan dan mengaktualkan potensi jasmaniah, disebut pendidikan jasmani (pendidikan (pendidikan jasmani / olah olah raga dan dan pendidikan kesehatan). ~Sudah barangtentu ada bentuk-bentu bentuk-bentuk k treatment lain yang bukan pendidikan untuk menumbuhkembangkan numbuhkembangk an potensi jasmaniah tersebut, misalnya : latihan olah raga, pola hidup sehat, konsumsi makanan sehat dan bergisi, vitamin dan obat-obatan dan lain2. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
106
~Perkembangan manusia secara utuh, hanya mung kin terjadi jika berlangsung secara bersama, serasi, dan berimbang antara potensi jasmaniah dan potensi rohaniah. Adalah suatu kemustahilan untuk terbentuk manusia seutuhnya dengan jasmani normal tetapi rohani abnormal atau sbaliknya. ~Kata “LINGKUNGAN” dari kata “lingkung” atau “sekitar”ditambah dengan akhiran “an” berarti se se-gala hal yang ada di dalam atau sebagai bagian (unsur) dari “lingkung” yang ……….. ) . ( b e r s a m b u n g ). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
107
sambungan)
….. berengaruh (secara langsung, atau tidak lang sung) terhadap “pendidikan” dalam arti ontologi. epistomologi, dan axiologi). ~Perlakuan-perlakuan khusus dan lingkungan khussus yang diciptakan untuk mempengaruhi secara positif pertumbuhan dan perkembangan fitrah jasmaniah dan fitrah rohaniah disebut sebagai “pendidikan formal”, yang dapat diselenggarakan di sekolah maupun di luar sekolah. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
108
~Kenyataan menunjukkan bahwa “anak ma ma-nusia” yang lahir ke dunia ini, potensi jasma niah dan rohohaniahn rohohaniahnya ya tidak secara otoma matis tumbuh dan berkembang secara normal dan optimal. ~Demikian pula segala bentuk perlakuan dan lingkungan yang diterima secara alamiah tidak secara otomatis berpengaruh secara positif, normal,dan optimal terhadap pertum buhan dan perkembangan jasmaniah dan ro haniah anak. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
109
~Itulah sebabnya maka kepada anak manusia tersebut perlu diberikan “perlakuan dan ling kungan” yang dirancang secara khusus unun tuk mempengaru mempengaruhi hi secara positif dan optimal pertumbuhan dan perkembang perkembangan an seluruh potensi jasmaniah dan rohaniahnya. ~Dengan kata lain, anak manusia perlu diberi “pendidikan” agar segala potensi jasmaniah dan rohaniahnya bertumbuh secara normal dan optimal. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
110
~ Anak-anak manusia yang memperoleh pendidikan (dengan bentuk, jenis, isi, dan tujuan tertentu tertentu)) akan menjadi manusia dewasa yang cakap-kreatif, terampil-kreatif,serta me miliki rasa tanggung jawab,sebagai jawab,sebagai individu dan warga masyarakat dan sebagai hamba Allah. ~ Individu-i Individu-individu ndividu seperti itu akan membentuk masyarakat yang maju dan dinamis,yang selanjutnya akan membangun budaya dan peradaban yang berciri “madani”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
111
~Budaya dan peradaban yang berciri madani yaitu budaya dan peradaban yang penuh toleransi, solidaritas, kerjasama dan perdamai an di bawah ridha Allah S.W.T. ~Pada hakikatnya, “pendidikan” itu bertujuan untuk membangun manusia berbudaya dan perkeadaban perkeadaba n yang menjunjung tinggi nilainilai Insaniah dan Ilahiah. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
112
“PENDIDIK” SEBAGAI ASPEK ONTOLOGI PENDIDIKAN
~Pendidik sebagai aspek “ontologi pendidikan” adaada lah manusia yang telah melalui fase pertumbuhan dan perkembangan potensi jasmaniah dan rohaniah sedemikian rupa sehingga ia telah mencapai tingkat kedewasaan dan tingkat kemampuan terten tu untuk memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pelaksana pendidikan atau sebagai “PENDI“PENDI DIK”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
113
~Kemampuan melaksanakan tugas khusus sebagai pendidik dimungkinkan oleh tingkat perkembangan potensi jasmaniah dan rohaniah yang normal dan matang. ~Potensi jasmanian yang normal dan matang artinya memiliki postur dan konstitusi jasmania (tubuh) yang : normal, sehat, kuat, dan mampu (kom peten) untuk melakanakan “TUGAS MENDIDIK”. ~Potensi rohaniah yang normal dan matang artinya memiliki …………………. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
114
(sambungan) … seluruh komponen rohaniah (kejiwaan) dalam kondisi cerdas (normal, sehat, dan mampu atau kompeten) melaksanakan “TUGAS -TUGA - TUGA S MENDIDIK”. ~Komponen-komponen rohanian (kejiwaan) yang cerdas yaitu : kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan estetis, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intraperesonal. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
115
- ~”TUGAS - TUGAS MENDIDIK” yaitu TUGAS yaitu antara la-
in : mengajar, melatih, membimbing, membimbing, mengarahkan, menaseha menasehati, ti, memberi contoh / telamemberi petunjuk, menuntun, memfa- silitas memotivasi, menginspirasi, membe ri tantangan, memimpin, pemperingatkan, memberi teguran, dan segala macam komunikasi dan perlakuan lainnya yang dimaksud untuk membawa peserta didik pada kea- daa jasmaniah dan rohaniah rohaniah yang lebih ba- ik, le maju, dan lebih berdaya. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
116
~Agar mampu melaksanakan segala macam tugas dan tanggung jawab dengan baik dan sempurna sebagai pendidik, sebagaimana dikemukakan di atas maka selain kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah, seorang pendidik dituntut pula memi liki : kompetensi personal dan sosial, serta kompetensi akademik (keilmuan) dan vocasional (profesional) sesuai dengan tuntutan tugas dan tanggung jawab utamanya sebagai pendidik.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
117
~Kompetensi personal, adalah kemampuan kepribadian yang sesuai dengan tugas mendidik, anttara lain : santun, ramah, simpatik, komunikatif, sabar, ulet, tabah, bersahaja, wibawa dan teladan dalam segala sifat-sifat yang baik. ~Kompetensi sosial, adalah kemampuan berkomuni kasi (bergaul) dengan orang lain, kemampuan memimpin dan menggalang orang banyak, kemampuan berorganisasi dan tampilmdi depar umum, dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
118
~Kompetensi akademik (keilmuan) ,adalah penguasaan berbagai disiplin keilmuan (teoretis dan praktis) sesuai tuntutan tugas-tugas pokoknya sebagai pendidik seperti : disiplin keilmuan yang diajarkan, psikologi belajar dan pembelajaran, psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, trategi belajar dan pemberlajaran, teori evaluasi dan pengukuran pendidikan, teori organisasi dan manajemen pendi dikan, fundasi-fundasi filosofis, sosiologis, dan kultural pendidikan dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
119
~Kompetensi vokasional (profesional) adalah kemampuan-kemapuan praktis dan teknis yang memungkinkan seseorang mampu melaksanakan dengan baik dan sempurna tugas-tugas profesionalnya ~Kata “profesional”berasal dari kata “profesi”,yaitu sebuah pekejaan khusus yang hanya dapat dilerjakan oleh orang-orang yang yang memiliki memiliki keahlian khusus yang terkait dengan pekerjaan tersebut, Atau dengan kata lain suatu pekerjaan yang menuntut keahlian khusus untuk dapat mengerjakannya, dan keahlian itu diperoleh dari pendidikan dan pelatihan khusus. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
120
Misalnya : Kompetensi vokasional (profesional) “mendidik” atau “pendidikan” antara lain : - Metode dan praktek mengajar. - Metode dan praktek bimbingan dan kounseling. - Membuat perencanaan pengajaran / pembelajaran. - Merancang, membuat, dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. - Dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
121
~Keseluruhan hal yang terkait dengan “pendidik” se bagai “ontologi pendidikan” seperti : potensi jasma niah, potensi rohaniah, kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi akademik (keilmuan), kompetensi vokasional (profesional) merupakan unsur-unsur ontologi pendidikan, yang masingmasing dapat dilihat (diperlakukan) sebagai variabel-variabel pendidikan yang mempengaruhi kualilitas proses dan produk pendidikan.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
122
PESERTA PESE RTA DI DIDI DIK K / WA RGA DI DIDI DIK K / A NA K DI DIDI DIK K SEB A GA I ONTOLOGI PENDI PENDIDI DIK KAN
~Peserta didik, atau warga didik, atau anak didik ada lah “ontologi utama pendidikan” karena merekalah yang paling berkepentingan dan paling membutuhkan upaya pendidikan. ~Peserta didik, atau warga didik, atau anak didik pada dirinya ada potensi tertentu yang perlu di berdayakan, ditumbuhkembangkan dan diaktualkan agar dapat berfungsi (difugsikan) secara optimal. ~Proses pemberdyaan, penumbuhkembangan, dan aktualisasi itu adalah tugas / fungsi pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
123
~Baik anak-anak maupun orang dewasa membutuhkan pendidikan dengan alasan yang berbeda ~Anak-anak membutuhkan pendidikan untuk memberdayakan, menumubuhkembagkan, dan mengaktualkan seluruh potensinya yang memang belum berdaya, belum tumbuh dan berkemang, dan belum teraktualisasikan. ~Orang dewasa membutuhkan pendidikan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan baru karena perobahan waktu dan lingkungan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
124
~Tiap peserta didik, warga didik, anak didik memiliki ciri dan karakteristik jasmaniah dan rohaniah, serta kebutukan pendidikan masing-masing.. Semua ciri dan karakteristik itu sing-masing adalah komponen-komponen ontologis dari anak didik sebagai ontologi pendidikan. ~Komponen-komponen ~Komponen-ko mponen ontologik tersebut dapat dilihat sebagai variabel-variabel variabel-variabel pendidik an yang mempengaruhi proses dan produk pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
125
~Ciri dan karakteristik kanak-kanak sebagai anak didik meliputi : (1) Ciri Ciri dan karakteristik jasmaniah, antara lain badan yang sehat dan kuat, postur tubuh yang besar atau kerdil, kondisi organ-organ tubuh yang normal atau ca-cat seperti : funa rungu, tuna daksa, bungkuk, pincang, dan ain-lain, (2) Ciri dan karakteristik rohani (mental) yang abnormal seperti idiot, debil, imbesil, nervous, gagap, lemah ingatan, dan lain-lain. ~Kondiei-kondisi seperti tersebut di atas jelas memembutuhkan treatment pendidikan khusus (terten tentu) yang berbeda-beda dan jelas mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
126
~Tingkat usia perkembangan anak didik, merupakan salah satu ciri dan karakteristik pesrta didik / warga didik / anak didik yang sekaligus merupakan komponen ontologis yang sangat penting dan menentu kan jenis, sifat dan bentuk pendidikan pendidikan . Pendidikan pada tingkat dini usia berbeda jenis, sifat, dan benbentuknya dengan jenis, sifat, dan benruk pendidikan pada tingkat usia remaja dan dewasa. ~Itulah sebabnya maka dikenal adanya pendidikan anak usia dini, pendidikan anak tremaja dan pendi dikan orang dewasa. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
127
~Fase-fase pertumbuhan / perkembangan anak manusia meliputi : 1. Fase janin dalam rahim ibu. 2. Fase orok, yang lemah pada saat lahir sampai beberapa hari / minggu. 3. Fase bayi, yang belum berdaya dalam pangkuan / timangan orang dewasa. 4. Fase kanak-kanak (bawah lima tahun atau balita) usia satu ampai di bawah lima tahun. 5. Fase anak-anak, usia lima tahun sampai lima belas tahun. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
128
(sambungan)
7. Fase remaja muda, usiam15 tahun sampai 18 tahun. 8. Fase remaja dewasa, usia 18 tahun sampai 25 tahun. 9. Fase dewasa,usia 25 tahun sampai 50 tahun 10. Fase tua, usia 50 tahun sampai 65 tahun, 11. Fase tua bangka (senium), usia lebih dari 60 tahun. ( b e r s a m b u n g ) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
129
~Pada dasarnya tidak ada batas waktu yang tegas dan tepat antara fase-fase perkembangan itu, karena pada kenyataannya pada batas-batas waktu yang disebutkan itu ada ciri / karakterist karakteristik ik yang berbaur (fase peralihan). ~Yang jelas adalah bahwa hal-hal yang memberi ciri / karakteristik pada tiap-tiap fase adalah faktor-faktor fisik (jasmaniah) dan fak tor-faktor mental (rohaniah). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
130
PENGELOL PEN GELOL A PEN PENDI DIDI DIK K A N SEB SE B A GA I ONTOLOGI PENDIDI PENDI DIK KAN
~ Peran dan fungsi ”pengelola pendidikan” sama pentingnya dengan peran dan fungsi pendidik”. Jika pendidik mejadi pelaku / pelaksana (aktor) da lam proses pendidikan, maka pengelola pendidkan berperan dan berfungsi untuk mefasilitasi / mengelola (mengadakan, menyiapkan, merawat) segala fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pendidikan ~Jelas sekali bahwa kualitas proses dan dan hasil kerja pengelola pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil kerja pendidik. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
131
~Pihak- pihak yang termasuk kategori “pengelola pendidikan” mulai dari pejabat birokrasi pendidik pendidik-an tertinggi seperti Menteri Pendidikan sampai pada para petugas pendidikan terbawah seperti pelayan dan penjaga sekolah. ~Para pengelola pendidikan tersebut juga memiliki sifat-sifat dan karakteristik jasmaniah dan rohaniah serta karakteristik kompetensi akademik (keilmuan) dan vocational (profesional) yang dapat dilihat sebagai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kualitas proses dan produk pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
132
~Komponen pengelola pendidikan yang paling langsung berhadapan dengan proses pendidikan (setelah pendidik), adalah kepala sekolah dan pengawas pendidikan. ~Kepala sekolah berperan sebagai pengelola (mana jer) pendidikan dan pembejaran, sekaligus sebagai sebagai pemimpin (leader) pendidikan. ~Sebagai seorang manajer, kepala sekolah dituntut menguasai fungsi-fungsi manajemen pendidikan (baik teoritis maupun praktek). Dengan kata lain ha harus memiliki ……………… 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
(bersambung) 133
(bersambung)
……..kompetensi keilmuan dan profesional di bibi dang manajemen. ~Sebagai pemimpin (leader) seorang kepala sekolah dituntut memiliki profil kepribadian,yang pantas sebagai pemimpin. ~Profil kepribadian yang pantas menjadi pemimpin antara lain, selain kompetensi akademik dan prof sional di bidang kepemimpinan, juga seharusnya memiliki sifat kharismatik (intergrasi antara sifatsifat : kejujuran, keberanian, keteguhan sikap tetapi arif dan santun, serta sifat dan karakter bersahaja). (Hal ini biasa disebut “INTEGRITAS PRIBADI”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
134
~Pengawas pendidikan pendidikan atau biasa disebut supervisor pendidkan adalah jabatan yan diben tuk, khusus untuk melakukan “pengawasan “pengawasan atau supervisi terhadap pelaksanaan / penye lenggaraan pendidikan dalam dua aspek, yai tu aspek administra administrasi si / manajemen dan aspek teknis / profesional pendidikan pendidikan / pembeajaran. ~Dua fungsi dan tujuan pengawasan (supervi visi) yaitu : pengendalian dan pembinaan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
135
~Fungsi pengendalian dari pengawasan / supervisi,yaitu pervisi,yait u untuk mengontrol jalannya / ber langsungnya proses administras administrasii / manajemen pendidikan dan pelaksanaan proses pendidikan, agar tetap berjalan di atas jalur yang benar menurut ketentuan / aturan yang berlaku. Atau mencegah terjadinya penyimpangan yang tidak perlu. ~Fungsi ~Fun gsi pembinaan yaitu ………. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
136
(sambungan)
~…….melakukan pencerahan atau pebaikan jika ditemukan penyimpa penyimpangan ngan / kesalahan kesalahan yang berarti, baik di bidang administrasi / ma najemen maupun di bidang pelaksanaan teknis pendidikan. ~Bentuk-bentuk ~Bentuk-bent uk pembinan di dasarkan pada ketentuan / peraturan yang berlaku, seperti teguran,peringatan ringan atau keras sampai pemberian sanksi administratif atau hukum. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
137
~ Bentuk-bentuk pembinaan lainya yaitu pendidikan dan pelatihan bagi pengelola pendidikan jika memang ditemukan oleh pengawas bahwa mereka memang kurang memiliki kompetensi, baik akademik maupun profesional. ~Jelaslah bahwa unsur kepala sekolah dan pengawas / supervisor pendidikan sebagai aspek ontologi pendidikan, sagat besar peranannya bagi baik atau butruknya mutu proses dan produk pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
138
~Ciri dan karakterisitik jasmaniah dan rohaniah serta kompetensi-kompetensi personal, sosial, akademik dan profesional pengelola pendidikan sangat berpengaruh dan menentukan kualitas proses dan hasil kerjanya di dalam mengelola pendidikan. ~Seluruh ciri dan karakteristik pengelola pendidikan merupakan komponen ontologi pengelola pendidik an, dan juga merupakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap mutu preoses dan produk pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
139
L INGKUNGA N SEBA GA I ONTO ONTOL L OGI PENDIDIKAN
~Faktor “lingkungan”di mana proses atau kegiatan pendidikan itu berlangsung juga adalah “ontologi pendidikan”,yang secara langsung atau tidak lang sung berpengaruh terhadap proses dan produk pendidikan. ~Lingkungan dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu “lingkungan fisikal” dan lingkungan sosial”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
140
~”Lingkungan fisikal” terbagi atas dua jenis, yaitu : lingkungan alamiah ( natural environment ) dan lingkungan buatan manusia / artificial environment ~Lingkungan alamiah yaitu lingkungan “geosfer‟ yang belum / tidak dicampuri oleh tangan-tangan manusia baik tenaga asli maupun tenaga buatan buatan / teknologi, misalnya : unsur-unsur atmosfir (iklim dan cuaca), unsur-unsur geologis / geomorfologis, unsur-unsur hidrologis, unsur-unsur biologis,dan unsur-unsur ruang dan waktu. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
141
~Lingkungan sosial, yaitu lingkungan yang terbentuk oleh aktivitas dan interaksi manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok sosial (ma syarakat). ~Lingkungan sosial ini juga dibedakan : lingkungan sosial alamiah (tanpa rekayasa) seperti : lingkungan pedesaan, lingkungan masyarakat miskin, lingkungan masyarakat industri. Lingkungan sosial bu atan (artificial) seperti : lingkungan masyarakat par tai, kelompok pencinta alam, masyarakat pegawai negeri, masyarakat masyarakat pendatang / perantau, dll. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
142
~Salah satu jenis lingkungan sosial buatan manusia adalah lingkungan sosial-politik di bidang pen didikan, misalnya Undang-Undang Pendidikan Nasional, kebijaka-kebijakan di bidang pendidikan dalam bentuk peraturan-peraturan menteri, direktur jenderal, direktur, rektor, kepala dinas, dinas, kepala seko lah dan lain-lain. ~Lingkungan sosial-politik pendidikan tersebut juga merupakan varabel-variabel yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kualitas pro ses dan produk pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
143
~Keseluruhan unsur-unsur lingkungan (fisikal dan sosial) tersebut di atas adalah unsurunsur “ontologi pendidikan” yang dapat dilidili hat sebagai variabel-varia variabel-variabel bel yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terha dap kualitas proses dan produk pendidikan.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
144
EPISTOMOLOGI PENDIDIKAN PENGERTIAN ~Istilah “epistomologi” dari Bahasa Yunani “epis“epis teme” yang artinya “pengetahuan” atau “ilmu pepe getahuan” atau “logos” atau “informasi” ~Biasa pula disebut “teori pengetahuan” yang mempersoalkan atau menyelidiki tentang : - Asal usul pengetahuan - Susunan pengetahuan - Metode / proses mengetahui (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
145
(sambungan) ~Jadi : Epistomologi merupakan merupakan cabang filsafat yang membahas atau menyelidiki masaah:asal,susunan, proses, dan, metode mem peroleh pengetahuan (ilmu pengetahuan) yang benar. ( Dalam konteks „pendidikan” „pendidikan”,, epistomologi menyelidiki asal. susunan. me tode, dan proses pemperoleh pengetahuan pengetahuan yang benar tentang pendidikan dan ilmu pen didikan yang benar. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
146
~Jadi, “epistomologi pendidikan” yaitu teori yang membahas secara mendasar dan tuntas segenap proses-proses, langkah dan prosedur yang benar di dalam uhaha / aktivitas mendidik, pendidikan, dan ilmu pendidikan. ~Secara epistomologis, pendidikan adalah suatu feomena kemanusiaan yang mengandung proses / ak tivitas interaksi manusia dan kemanusiaan yang bersifat manusiawi untuk lebih memanusiakan sesama manusia. ( Epistomologi pendidikan mengandung unsur-unsur : subyek pelaku, proses, metode sasaran dan tujuan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
147
~”Epistomologi pendidikan” mengkaji dan menjelaskan proses, langkah, prosedur yang benar da lam hal didik- mendidik, yaitu proses mengubah sikap dan prilaku peserta didik melalui upaya mem pengaruhi, mengajar, melatih, membimbing, meng arahkan, menantang dan mendisiplinkan, membia sakan dengan menggunakan strategi dan metode tertentu. ~Secara epistomologis, aktivitas / proses pendidikan memiliki ciri-ciri ciri-ciri sebagai berikut : ……………… (bersambung)
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
148
(s a m b u n g a n ) …… - sadar dan disadari. - sengaja dan disengaja. - dipertanggungjawabkan. - terkendali dan terkontrol. - terukur - bertahap. - berkesinambungan. - bertjuan positif - melibatkan : orang dewasa, sarana dan ptrasarana, sumber belajar, dll. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
149
~Secara epistomologis, proses / altivitas didik-mendidik adalah pemberian lingkungan khusus dan per lakuan khusus yang dirancang (didisain) secara khusus untuk menumbuhkembangkan seluruh potensi fitrah (jasmaniah dan rohaniah) peserta didik agar mereka mampu hidup secara wajar dan normal (cakap, kreatif, produktif, dan bermartabat) yang memungkinkan mereka beradaptasi dan mengelola lingkungan fisikal dan sosial secara baik dan ber tanggung jawab. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
150
~Lingkungan khusus di sini diartikan sebagai lingkungan alamiah yang dipilih sebagai tempat melak sanakan pendidikan atau lingkungan alamiah yang telah direkayasa (diubah) sedemikian rupa sebagai tempat melaksanakan pendidikan. ~Lingkungan alamiah yang dipilih sebagai tempat pendidikan adalah lingkungan yang dinilai memiliki unsur-unsur dan / atau karakrer yang sesuai sebapempat pendidikan (misalnya : gunung / tebing, jeram sungai adalah tempat yang yang sesuai untuk melamelatih kedisiplinan dan ketahanan fisik / mental). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
151
~Lingkungan alamiah yang direkayasa untuk pendidikan, artinya lingkungan alamiah yang telah ada, dimodifikasi (ditambah atau dikurangi unsur-unsur dan karakternya sedemikian rupa), bahkan membangun unsur-unsur / komponen-komponen baru sesuai dengan tuntutan (kebutuhan) proses pendidikan. MISALNYA : penambahan gedung dan ruang baru untuk laboratorium / workshop, pembuatan lapangan tempat latihan olah raga dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
152
~Secara material /substansial, faktor lingkungan (baik alamiah maupun artifisial) pada dasarnya merupakan aspek ontologi pendidikan. Namun demikian, karena faktor lingkungan alamiah dan artifisial tersebut merupakan faktor penentu dalam pelaksanaan aktivitas (kegiatan) pelatihan tertentu maka fakfaktor lingkungan tersebut memiliki sifat dan nuansa epistomologi. ~Misalnya latihan ketahanan fisik dan mental (keberanian) dengan “latihan panjat tebing), hanya da da-pat / mungkin dilakukan pada tebing-tebing di dae rah pengunungan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
153
~”Treatment--treatment pendidikan” sebagai aspek ~”Treatment epistomologi pendidikan pada mulanya berasal dan berkembang dari dan di dalam pengalaman interaksi sosial-budaya manusia sehari-hari. Karena bentuk-bentuk interaksi itu mempengaruhi manusia (orang) lain, maka bentuk-bentuk inreaksi itu diadop si sebagai cara-cara mendidik secara informal. ~Dengan berkembangnya teori-teori dan teknologi pendidikan, maka telah ditemukan berbagai teknik pembelajaran baru yang lebih efektif melalui percobaan-percobaan pembelajaran (eksperimentasi). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
154
~Bentuk-bentuk eksperimentasi pembelajaran dicobakan dalam berbagai variasi dan kondisi ontologis, dan ditemukanlah bermacam-macam model (metode) pembelajaran yang memiliki keampuhan tertentu dalam kondisi dan situasi ontologis terten tu pula. ~Tingkat kualitas proses dan produk pendidikan ditentukan oleh situasi dan kondisi ontologis yang ada, atau yang dapat disediakan oleh pengelola pendidikan dan oleh pendidik, termasuk sifat-sifat dan karakteristik pengelola dan pendidik itu sen diri. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
155
~Treatmen-treatmen ~Treatmen-trea tmen pendidikan (termasuk me tode dan model-mode model-modell pembelaja pembelajaran) ran) sebagai epistomologi pendidikan terkait secara langsung dengan tujuan pendidikan dan pem belajaran. ~Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan pen didikan tertentu diperlukan strategi / model model / metode / pendekata pendekatan n pendidikan tertentu (se bagai aspek epistomologi pendidikan). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
156
~Dikenal 3 (tiga) tujuan pendidikan, yaitu : 1. Tujuan pendidikan yang bersifat kognitif. 2. Tujuan pendidikan yang bersifat afektif. 3. Tujuan pendidikan yang bersifat psikomotorik. ~Untuk mencapai ke tiga jenis tujuan pendidikan tersebut diperlukan strategi strategi / model / metode metode / pendekatan yang berbeda. ~Tujuan-tujuan kognitif memerlukan strategi kognitif pula, seperti : metode-metode menghafal, menjelaskan, meragakan, memvisualisasi, menunjukkan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
157
~Metode „nyepi‟ dengan memanfaatkan kesekese nyapan malam, suasana sepi dan indah di pegunungan, solat tahajud di tengah malam nan sepi, dzikir / wirid dan berhalwat adalah bentuk-bentuk bentuk-ben tuk treatmen afeksi yang cukup ampuh untuk merangsang dan membentuk afeksi, terutama dengan disertai dzikrullah (pendekatan jiwa dan raga kepada Allah). ~Hanya dengan dzikrullah lah satu-satun satu-satunya ya cara dan metode untuk memba membangun ngun afeksi yang positif terhadap apapun juga. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
158
~Treatmen-treatmen khusus untuk membangun (melatih dan menumbuhkan) sikap-sikap : berani, tabah, tangguh, dan ulet adalah dengan pemberian tantangan alamiah dan artifisial secara sistematis. ~Tantangan alamiah dalam bentuk : panjat tebing, long march, cross country, arun jeram, latihan survival. ~Tantangan artifisial dalam bentuk : olahraga bela di ri, latihan fisik militer, pramuka, dan pencinta alam, dan penerapan aturan-aturan disiplin yang keras dan ketat di lingkungan pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
159
~Untuk mencapai tujuan-tujuan afektif diperlukan metode khusus yang mampu menggugah men ggugah dan meransang mer ansang afeksi (rasa / afeksi), yang disebut metode penggugahan. ~Rangsangan keindahan (seni) seperti irama lagu-lagu (musik), karya-kary karya-karya a seni dan keindahan alam adalah mediummedium yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan afektif. ~Semua momen-mome momen-momen n keindahan dan peristiwa-peristiwa (dalam kehidupan keseharian kita) yang merangsang rasa haru dan simpati merupakan medium yang baik untuk pendidikan afektif.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
160
~Untuk mencapain tujuan pendidikan yang bersifat psikomotorik, diperlukan pula treatmen-treatmen pendidikan yang sesuai, yaitu metode psikomotorik. ~Treatamen pendidikan psikomotorik, harus benarbenar- menyentuh dan merangsang organ-organ dan fungsi-fungsi psikomotorik. ~Beberapa persyaratan yang harus terpenuhi untuk membentuk keterampilan psikomotorik, antara lain …… (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
161
(sambungan)
- Mengidentifikasi dan menetapkan jenis-jenis keterampilan psikomotorik yang akan dibentuk. - Menyiapkan sarana dan prasarana praktik yang relevan dalam jumlah dan kualitas yang memadai. - Menyiapkan program dan jadwal latihan praktik yang teratur, intensif, dan berkesinambungan. - Melaksanakan latihan praktik yang teratur intensif dan berdisiplin tinggi. - Menyiapkan alat evaluasi dengan validitas yang tinggi.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
162
~Untuk mencapai tujuan pendidikan/ pembentukan somatis ( kesehatan dan kekuatan jasmaniah ), maka diperlukan treatmen yang dapat menyentuh dan mempengaruhi organ-organ somatis. ~Treatmen-treatmen yang sesuai untuk tujuan ituantara lain : 1. Pemberian makanan dan minuman yang sehat, bersih, bergizi, dan cukup serta halal. 2. Pemberian latihan-latihan fisik (jenis olah raga tertentu) secara intensif dan teratur. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
163
(sambungan)
3. Istirahat yang cukup dan teratur. 4. Menikmati hiburan-hiburan yang sehat, cukup, dan teratur. 5. Memelihara ketenangan dan stabilitas rohaniah (spiritual) dengan melaksana melaksanakan kan ritual-ritual keagamaan secara treatur, tertib dan berkesinambu berkesinambungan. ngan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
164
A K SI SIOL OL OGI PENDI PENDIDI DIK KAN ( N i l ai a i d a la l a m P en en d i d i k a n )
~ ”Aksiologi” dari bahasa Yunani “axios” berarti “nilai” dan “logos”: berarti “teori”. Jadi, aksiologi artinya teori tentang nilai atau teori nilai. ~ Teori nilai mencakup : 1. Teori nilai “etika” 2. Teori nilai “estetika”, 3. Teori nilai “fragmatika”, dan 4. Teori nilai “ridha” 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
165
1. NI NIL L A I ETI ETIK KA
~Istilah “etika” dari Bahasa Yunani “ethos* artinya : adat kebiasaan yang oleh masyarakat dinilai baik. ~Ada failosof yang memberi arti etika sama dengan “moral”, dari kata “mores” artinya “adat kebiasa kebiasa-an yang baik dan diterima oleh masyarakat, sebagai pedoman prilaku. ~Etika adalah cabang filsafat yang membahas perbuatan manusia dipandang dari sudut kebenaran. ~Jadi, ETIKA adalah filsafat tentang prilaku manusia dipandang dari segi nilai kebenaran, termasuk kegiatan : memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan Ilmu Pengetahuan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
166
~Jika “etika” diterapkan dalam konteks pendi didikan, maka menjadi “etika pendidikan”,ya itu segala hal yang terkait langsung / tidak langsung dengan “pendidikan”, baik dimendimen si ontologis maupun epistomologi epistomologis, s, termasuk kegiatan pemperoleh, mengelola, dan memamnfaatkan pendidikan / ilmu pendidikan harus selalu didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
167
~”Etika Pendidikan” diharapkan senantiasa menja menja-di landasan landasan , pegangan, dan arah dari segala ide / pemikiran, cita-cita, gagasan, kebijakan, dan langkah kita dalam bidang pendidikan. ~Dengan kata lain, setiap upaya pendidikan harus dilakukan dengan niat dan tujuan yang baik,degan cara-cara / metode yang baik, alat / insrumen yang baik, di lingkungan yang baik, dengan kuriku lum yang baik, dan dilaksanakan / dikelola secara baik oleh orang-orang yang memiliki kompetensi profesional yang baik serta rasa tanggung jawab. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
168
~Jadi, “etika pendidikan” adalah filsafat ten ten-tentang segala aspek (ontologis dan epistomologis) yang berkaitan langsung / tidak langsung dengan pendidikan, dipandang dari segi nilai-nilai kebenaran, ~”Etika pendidikan” berbeda dengan “psiko“psiko logi pendidikan pendidikan”, ”, “antropologi pendidikan” pendidikan”,, dan “sosiologi pendidikan” pendidikan”,, meskipun sa sa-sama- sama mengkaji “prilaku manusia” dalam kaitan dengan “fenomena pendidik pendidik-an”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
169
~Psikologi Pendidikan, mengkaji fenomena pendidikan dari segi “aspek“aspek-aspek kejiwaan, baik sebagai “ontologi” mau mau-pun sebagai “epistomologi” “epistomologi”.. ~Sebagai aspek ontologi, ontologi, psikologi pendidikan mengkaji fenomena psikologi seperti : kecerdasan (jenis, kekuatan, dan fungsinya), motivasi (jenis, kekuatan dan fungsinya), bakat (jenis , kekuatan dan fungsinya), fase-fase pertum buhan / perkembangan jiwa anak dan lain-lain. ~Sebagai aspek epistomologi, psikologi pedidikan mengkaji fenomena psikologi seperti : proses mengenal, mengenal, proses memengetahui, kecepatan berpikir, fenomena lupa, motivasi be lajar, kekuatan memusatan perhatian, dan lain-lain.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
170
~”Sosiologi Pendidikan” mengkaji fenomena pendipendi dikan dari segi gejala kelompok, baik sebagai aspek ontologi maupun epistomologi. ~Sebagai aspek ontologi, sosiologi pendidikan mem pelajari fenomena seperti : pengelompokan peserta didik (murid) ke dalam kelommpok-kelompok kecil, sedang dan besar, mengkaji kelompok homogen dan kelompok heterogen, mengkaji dinamika dan proses dalam kelompok belajar dan bermain, peran kepemimpinan dalam kelompok belajar dan bermain, dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
171
~Sebagai aspek epistomologi, sosiologi pendidikan mengkaji kekuatan-kekuatan dan dinamika-dinamika dalam kelompok : kecil, sedang, dan besar serta memanfaatkannya sebagai kekuatan pada fungsi-fungsi tertentu dalam proses pendidikan. Misalnya : Memanfaatkan teori-teori konflik / kompe tisi, kooperasi dan akomodasi, imitasi, diskusi, bermain dan bekerja pada proses pembelajaran dan pelatihan.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
172
~Antropologi Pendidikan, mengkaji fenomena pendi dikan dalam berbagai situasi dan kondisi budaya tertentu. Misalnya bagaimana intensitas dan kualitas proses dan produk pendidikan dan pelatihan dalam suatu kelompok etnis yang homogen atau yang heterogen (campuran), bagaimana intensitas pelatihan berlangsung dalam kelompok laki-laki, kelompok perempuan, dan kelompok campuran laki-laki dan perempuan, bagaimana proses dan pro duk pendidikan berlangsung dalam situasi damai (aman) dan situasi komflik (kacau), dan dalam berbagai situasi budaya lainnya. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
173
ETIK K A PEND PENDII DI DIK K A N ~ ETI , memberi penilaian baik atau buruk terhadap pendidikan baik ontologis maupun epistomologis, dalam semua situasi : psikologis, sosiologis, sosiologis, dan antropologis tersebut di atas.
~ Karena etika menilai semua hal “yang ada” terutama yang terkait dengan “perbuatan” manusia, maka obyek formal dari etika adalah norma “kesusilaan manusia”. ~ Apakah “Nilai Kesusilaan” itu? itu? (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
174
(sambungan)
~ “Nilai Kesusilaan” yaitu semua “nilai kebaikan” yang didasarkan pada nilai-nilai yang diterima sera universal yang merupakan jaminan kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia, seperti nilainilai : kesucian, keikhlasan, kejujuran, dan keadilan. ~ Nilai-nilai tersebut merupakan inti dari semua nilai kebaikan yang diajarkan oleh semua agama, yang berpangkal pada “Nilai Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah”, yang intinya adalah “penyerahan diri kepada Allah” menuju “KERIDHAANNYA”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
175
~ “Etika” pada pada hakikatnya adalah suatu ajaran tentang kebenaran dalam hubungan-hubung an manusia, yaitu : hubungan dengan dirinya dirinya sendiri, hubungan dengan lingkunganya, dan bungan dengan Tuhannya (Allah). ~ Jika ketiga dimensi hubungan manusia itu berlansung di atas nilai-niai “kebaikan” mak mak niscaya manusia akan mendapatkan jaminan keselamatan dan kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
176
~Nilai-nilai kebaikan dalam hubungan dengan dirinya sendiri, misalnya : manusia harus menjaga kondisi kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, beristirahat yang cukup, berolahraga secara teratur, dan menjaga kondisi higienis pada lingkungannya. Nilai-nilai kebenaran tersebut merupakan jaminan bagi terwu jud dan terpeliharanya kondisi kesehatan jasama niah orang yang bersangkutan.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
177
~ Nilai-nilai kebenaran dalam hubungan dengan ling kungannya (khususnya lingkungan alam), manusia harus menjaga kelestarian sumber daya alam seperti : tidak membabat hutan lindung untuk men jaga konservasi air dan tanah, tidak mengolah se cara intensif tanah-tanah berkemiringan tinggi untuk mencegah erosi dan longsor, dan lain-lain. Hanya dengan nilai-nilai kebenaran itulah yang dapat melindungi manusia dari ancaman bencana kekeringan, banjir, erosi, longsor, dan lain-lain.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
178
~ Nilai-nilai kebenaran dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta, satu-satunya kata kunci yang harus dilakukan oleh manusia, yaitu “pende “pende-katan dan penyerahan diri” seca total kepadaNya (Sikrul Ilallah). ~ “Sikrul Ilallah” yaitu yaitu “ketundukan dan ketaatan to to-tal kepada perintah dan larangan Allah yang terhim pun lengkap dalam ajaran-ajaran agama yang diturunkan ke ke dunia. (Bagi umat Islam, sudah terhimpun lengkap dalam Al Quranul Karim dan Assunnatul Rasul).
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
179
~ Hanya dengan nilai-nilai kebenaran itulah satu-satunya jalan bagi manusia untuk mendapatkan jalan keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. ~ Dalam kaitan dengan studi tentang Etika, JOHN H ER E R M A N RA R A N DA D A L L , mengajukan lima pertanyaan
mendasar berikut : 1. Apakah ada ukuran (kriteria) tentang “perbuatan baik” yang berlaku secara universal bagi umat manusia? (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
180
(sambungan) 2. Apakah dasar yang dipakai untuk menentukan ukuran (kriteria) universal tersebut? 3. Apakah yang dimaksud dengan “baik” dan “jahat” dalam perbuatan manusia? 4. Apakah yang dimaksud dengan “kewajiban” atau “tanggungn jawab” itu? 5. Apakah implikasi : perbuatan baik, perbuatan jahat, dan dorongan hawa nafsu?
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
181
Jawaban atas pertanyaan mendasar dari J O H N H ER ER M A N R A N D A L L :
1. “Perbuatan baik” yang bersifat universal yaitu sese mua jenis perbuatan yang menjamin hak yang paling dasar bagi manusia yaitu “hidup dan kehi kehi-dupan yang layak dan bermartabat sebagai hamba Allah Subhanahu Wataala” serta “kelestarian, keselamatan, dan kemanfaatan lingkunan dunia global secara optimal” bagi manusia dan kemakema nusiaan”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
182
2. Dasar untuk menentukan ukuran (kriteria) “keuniversalan” “keuniversala n” yaitu sesuatu yang tidak ada satu pihakpun di manapun dan kapan pun yang menolaknya, bahkan menjadi ke pentingan siapapun di manapun dan kapanpun, yaitu “hidup dan kehidupan” itu sendiri” disertai dengan “segala kepenting annya”, seperti : keamanan, keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan lain-lain. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
183
3. Pengertian “baik” dan “jahat” dalam per buatan manusia,yaitu : a. “Yang baik”, jika sejalan, searah, sesuai dan mendukung terwujudnya nilai-nilai universal. b. “yang jahat”, jika tidak sejalan, bertenbertentangan, bahkan menghalang menghalangii terwujudnya nilai-nilai universal. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
184
4.Yang dimaksud “tanggung jawab ” dan “kewajiban”, yaitu : a.”Tanggung a.”Tanggun g jawab” berkaitan dengan : ja ja-minan, dukungan, dan garansi yang diberikan oleh sesorang atas suatu perbuatan, di mana yang bersangkutan siap menerima segala resiko atas perbuatan tersebut. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
185
(sambungan)
b.“Kewajiban” b.“Kewajiban ” dari kata dasar “wajib” artinya “harus” dan “tidak boleh tidak”. Jika tidak patuh atau tidak taat atau tidak memenuhi kewajiban itu maka pemegang tanggun jawab tersebut akan menerima resiko (sanksi) tertentu. ( Sanksi hukum, sankasi sosial, atau sanksi moral)
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
186
5. Implikasi dari : a.“Perbuatan baik” akan membuka jalan, peluang bahkan dukungan atas terwujudnya nilai-nilai universal. b.”Perbuatan jahat” akan menutup jalan, menutup peluang, bahkan akan menghalangi terwujudnya nilai-nilai universal. c. Dorongan “hawa nafsu” tidak memberikan keke pastian tentang kebenaran, bahkan menjerumuskan seseorang untuk melakukan kejahatan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
187
~ Kriteria perbuatan (prilaku) manusia yang dapat dikenai penilaian etika (baik atau buruk) yaitu: a. Dilakukan secara sadar dan disengaja. b. Dilakukan atas dasar “kebebasan”, bukan karena tekanan atau paksaan. c. Orang yang bersangkutan sudah sudah dapat di anggap normal dan dewasa. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
188
~”Manusia” adalah mahluk ciptaan Allah yang dilengkapi dengan potensi “fitrah jasmaniah” jasmaniah ” dan “fitrah rohaniah”, rohaniah”, serta serta “fit“fitrah kebaikan”. ~Secara akaliah, “kebenaran” dapat dikenal melalui ukuran (kriteria) : “tidak bertentang bertentang-an dan tidak mengancam keselamatan dan kelansungan hidup dan kehidupan manusia itu sendiri, bahkan “harus menunjang dan memenuhi tuntutan keselamatan hidup dan kehidupan manusia. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
189
MENGAPA K I TA HA RUS MENGI MEN GIK K UTI
“NILAI KEBAIKAN”? ~ Secara akaliah (logika) bahwa : hanya dengan “ke“ke baikan” yang menjamin (syarat) bagi terwujudnya nilai-nilai universal (nilai-nilai : kesucian, keikhlasan, kejujuran, dan keadilan). Hanya dengan nilainilai universal itulah yang memungkinkan terwu judnya tatanan yang baik di bidang sosial, budaya, budaya, ekonomi, politik, dan hanya dengan tatanan yang baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang memungkinkan terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan yang hakiki bagi manusia di dudunia ini. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
190
~ Secara agamawi (religius), bahwa : hanya dengan “kebaikan “kebaikan” ” kita dapat memperoleh “Ridha Allah”, dan hanya denga Ridha Allah kita dapat memperoleh “keselamatan dan kesejahteraan kesejahteraa n di dunia dan akhirat”. ~ Sebenarnya dan hakikatnya hakikatnya,, terujudnya tatanan yang baik di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik itu, adalah wujud nyata (kongkrit) dari rihda dan rakhmat Allah kepada ummat manusia di dunia. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
191
~”Keberhasilan usaha dan kemanfaatan dunia wiah” adalah tujuan yang bersifat semu (ma ya), relatif,dan sementara. Dapat berubah se tiap saat, bahkan semua akan berakhir degan berakhirnya “kehidupan” ini. ~ Semua tujuan-tu tujuan-tujuan juan duniawiah akan berubah sesuai dengan perubahan ruang dan waktu serta keadaan, dan semuanya akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya kehidupan di dunia yang fana ini. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
192
~Keselamatan dan kebahagia ~Keselamatan kebahagiaan an dI akhirat di bawah Ridha Allah, merupakan keselamatan dan kebahagiaan yang kekal dan abadi. ~Ke arah itulah seharusnya semua upaya pen didikan ditujukan sebagai tujuan akhir pendidikan ( t h e ul ti m a te g o a l o f ed u c at io n ) . M A S IH IH A D A K A H TU T U J U A N L A I N YA Y A N G L E B IH IH B A I K D A R I T UJ U J U A N K E SE S E L A M A T A N DA DA N K E B A H A G IA IA A N A B A D I IT U ? ? ? 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
193
CATATAN :
1.Pengelolaan, pengembangan, dan pemanfatan Ilmu Pengetahuan, seyogianya mengacu pada pen capaian tujuan-tujuan universal dan abadi, yaitu mencapai kebahagiaan dan sesejahteraan di bawah ridha Allah. 2.Ilmu Pengetahuan yang diolah, dikembangkan, dan dimanfaatkan berdasarkan pada nilai-nilai ke benaran universal Ilahiah ini, pada dasarnya merupakan Ilmu Pengetahuan yang berdimensi religius. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
194
~Ilmu Pengetahuan yang diolah, dikembangkan dan dimanfaatkan semata-mata berdasarkan pada nilainilai dan tujuan duniawiah merupakan Ilmu Pengetahuan yang berdimenmensi sekuler (lmu Pengeta huan sekuler). DI SI SINI NIL L A H PA RA IL IL MUWA N ( PENGELOL A IL IL MU PEN PENGET GETA A HUAN) TER TERMA MA SUK PARA FAILOSOF DI DIPER PERHA HA DAPK A N PADA DUA VERSI VE RSI A K SI SIOOL OGI I L MU, YA Y A I TU A K SI SIOL OL OGI RELIGI R ELIGIUS US DA N AKSIOLOGI SEKULER.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
195
2 . NI NIL L A I ESTE ESTETI TIK KA
~Nilai “estetika” atau sesuatu yang memberi atau menimbulkan kesan estetis (keindahan) adalah lah sesuatu yang menimbulkan rangsangan terten tu, ditangkap oleh kesadaran emotif (rasa emotif) dibantu oleh kesadaran akal budi yang akhirnya menimbulkan makna “kenyamanan”, “keenakan”, “kesyahduan”, “kelezatan”,“ketakjuban”, “keha “keha-ruan” mendalam di dalam perasaan hati manusia.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
196
~Sesuatu rangsangan estetis yang diterima oleh kesadaran inderawi, yang dilanjutkan kepada kesadaran emosi (rasa), ternyata tidak selalu melalui fungsi berpikir. Artinya : “kesan estetis” di di dalam kesadaran akal manausia tidak didahului oleh proses berpikir, melainkan makna estetisnya langsung ditangkap (dikenal) dan dinikmati.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
197
WUJ UD EST E STETI ETIK K A YANG DA PAT DIK DI K ENAL I DA N DINI DI NIK K MA TI
1. Keindahan melalui alat indera penglihatan (keindahan visual) : - Keinahan warna - Keindahan bentuk (pola), susunan, proporsi, urutan, dan lain-lain. 2. Keindahan cita-rasa melalui pengecapan lidah. 3. Keindahan melalui indera penciuman : bau par fum, dan lain-lain.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
198
4.Keindahan melalui indera pendengara pendengaran n: keindahan nada-nada musik, kemerduan suara penyanyi, dan lain-lain. 5.Keindahan 5.Keindaha n dan kenyamanan melalui indera saraf : keempukan kasur, kehalusan kain sutera, kenyaman kenyamanan an mobil mercy, dan lainlain.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
199
B A GA I MA NA MUNCUL (TER ( TERJA JA DI DINYA) NYA) CITRA CI TRA ESTE ESTETI TIK K A I TU ?
~Ada dua persyaratan pokok terjadinya citra estetika, yaitu : 1. Subyek, penerima citra, dan 2. Obyek, sumber atau pengirim citra. ~Subyek penerima citra harus memenuhi syarat : - Alat-alat dria berfungsi baik dan normal - Memiliki akal budi yang sehat dan normal (bersambung)
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
200
(sambungan)
- Memiliki kepekaan emotif (rasa) untuk menangkap dan mengolah citra estetika / memiliki bakat/ apresiasi estetis yang baik. ~Obyek (sumber citra) : ~Obyek Yang dimaksud dengan obyek di sini adalah -Benda / barang yang memiliki nilai / unsur estetis, misalnya karangan bunga, lukisan, musik benda-benda seni, perhiasan dan assesori, dan lain-lain. (bersambung)
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
201
(Sambungan) - Benda yang memancarkan bau tertentu misalnya bau parfum, bau masakan, dan lain-lain. - Benda-benda yang memancarkan bunyi-bunyi an atau kombinasi nada-nada musik. - Suasana, keadaan, kondisi, panorama yang me mancarkan kesan dan suasana : tenang, teratur, tertib, bersih, serasi, dan lain-lain.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
202
~Kedua persyaratan pokok terjadinya citra estetika (subyek dan obyek) adalah mutlak. Tanpa salah satunya maka tidak mungkin ada citra estetis. ~Pada masing-masing persyaratan, terdapat permasalahan mendasar : - Pada subyek estetika, pertanyaannya pertanyaannya adalah : “Apa dan bagaimana bakat / apresiaapresiasi estetis pada manusia itu muncul dan menjadi baik, dan dapatkah dan bagaimana menumbuhkannya?” 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
203
~Tidak semua manusia (orang) memiliki bakat / apresiasi estetis yang baik, bahkan ada yang terkesan tidak memiliki sama sekali. ~Bagi orang yang tidak memiliki bakat / apreapresiasi estetis, jika menghadapi obyek estetis / menerima rangsangan estetis dari obyek estetis tersebut, tetap tidak mampu menang kap dan mengapresiasi / menikmati / menhayati dan rangsangan estetis tersebut. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
204
~Secara sederhana dapat dikatakan bahwa “bakat / apresiasi estetika” termasuk seba seba-gai porensi fitrah rohaniah yang terdapat pada manusia (semua orang). Tetapi potensi fitrah rohaniah tersebut perlu ditumbuh kembangkan melalui perlakuan-perlakuan khusus atau pemberian lingkungan yang kondusif yang memungkinkan teraktualisasikannya potensi fitrah tersebut. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
205
~“Potensi fitrah” adalah fitrah” adalah bibit-bibit kemampuan tertentu (jasmaniah dan rohaniah) yang telah ditanam oleh Sang Pencipta pada setiap manusia yang sempat lahir di dunia. ~Jika potensi fitrah (jasmaniah dan rohaniah) tersebut tidak diberi perlakuan dan lingkugan yang sesuai, maka ia tidak mungkin muncul dan teraktualisas teraktualisasi, i, termasuk dalam hal ini potensi fitrah rohaniah yang nama nya “bakat / apresiasi estetika”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
206
~Ada potensi fitrah yang mudah tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dan perkembanga perkembangan n jasmaniah dan rohaniah manusia pada lingkungan
biasa, seperti
potensi berbicara, potensi berjalan lan lain-lain. ~Ada pula potensi fitrah fitrah yang yang tidak mudah berkembang, yang memerlukan upaya-upay upaya-upaya a dan lingkungan khusus untuk menumbuhkem menumbuhkembangkanny bangkannya, a, seperti potensi bakat/ apresiasi estetika tersebut. Begitu pula misalnya potensi/ bakat dalam bidang sains dan matematika.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
207
~Untuk menumbuhkembangka menumbuhkembangkan n potensi fit rah (yang disebut bakat / apresiasi estetika) diperlukan upaya-upaya pemberdayan / pen cerahan khusus yang disebut “PENDIDIKAN ESTETIKA”. ~”Estetika” sebagai aspek “aksiologi pendi pendi-dikan, harus mendasari dan menjiwai se mua dimensi “Filsafat pendidkan” pendidkan”,, yaitu pa da aspek “ontologi pendidikan” dan “episomologi pendidikan”. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
208
~Pada “obyek estetika”, pertanyaannya estetika”, pertanyaannya yang mendasar adalah : “Unsur -unsur -unsur dasar apakah yang membangun nilai-nilai estetika pada sesuatu obyek, sehingga obyek tersebut disebut sebagai sesuatu yang estetis (indah)? ~Ada beberapa unsur dasar yang merupakan bahan (ramuan) dari sesuatu yang bernilai esrertis (indah) yaitu : (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
209
~Unsur-unsur dasar yang membangun nilai estetika, antara lain : 1. Keragaman unsur-unsur : warna, bunyi, bau, bentuk, sifat-sifat, suasana, dan lain-lain. 2. Keseimbangan dan keserasian susunan unsurunsur yang membangun : material, sifat-sifat, ukuran, bentuk, warna, dan lain-lain. 3. Kesesuaian dalam hal : ruang, waktu, konteks, suasana, dan lain-lain.
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
210
~Untuk mengatur / menata unsur-unsur : keragaman, keseimbangan, dan kesesuaian itu, belum ditemukan kriteria umum yang bersifat matematis, melainkan masih didasarkan pada kaidah-kaidah “rasa” dan “emosi”. ~Yang jelas bahwa, nilai-nilai estetika kental dengan nuansa subyektifisme, meskipun juga memiliki sifat-sifat universalisme. ~Kadar bakat / apresasi estetis,juga memiliki unsur unsur obyektivitas yang membangunnya sebagaimana dikemukakan di atas. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
211
~Yang jelas bahwa, nilai-nilai estetika memiliki sifat subyektifis yang ditentukan oleh kadar bakat / apresiasi estetik si subyek penghayat seni yang bersangkuta bersangkutan. n. ~Nila-nilai estetika juga memliki sifat obyektifis yang ditentukan oleh keterpenuha keterpenuhan n unsur-unsur yang membangun nlai-nilai estetika pada obyek estetis (keragaman, keseimbangan, dan kesesuaian unsur-unsur). 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
212
~Pada dasarnya ada dua jenis subyek estetika, yaitu : 1. Penikmat (konsumer) estetika. 2. Pencipta (produsen) hasil karya estetis (biasa disebut sebagai artis). ~Penikmat estetika, memiliki memiliki bakat dan apresiasi estetis, tetapi tidak memiliki keterampilan untuk mencipta karya estetis. Mereka mampu menilai tinggi / rendahnya kadar estetika suatu karya / obyek estetis. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
213
~Pencipta estetika (estetikawan (estetikawan / artis) memiliki bakat / apresiasi estetis yang tinggi dan memeiliki keterampilan untuk mencipta dan menghasilkan menghasilka n karya-karya estetis tertentu. K A IT AN A N TA T A R A ET IK IK A D A N ES E S TE T E TI T IK A
~Suatu hasil karya estetika, dapat memenuhi nilai estetika yang tinggi, tetapi belum tentu mampu mencapai “kebaikan”: “kebaikan”: yang tinggi pula. (bersambung) 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
214
~ Oleh karena itu nilai estetika harus dibingkai oleh nilai-nilai etika. FUNGSI NI NIL L A I- NI NIL L A I ESTETI ESTETIK KA
~ Nilai - nilai estetika pada dasarnya dapat memberikan kepuasan batin pada manusia dan dapat menumbuhkembangkan kehalusan budi pekerti. ~ Rasa estetis yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh manusia tertentu (para sasul, nabi, sufi) adalah penghayatan keIlahian. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
215
~Orang-orang khusus tersebut mampu mencapai su asana batin (spiritual) yang paling puncak, syahdu, yaitu merasakan Keridhaan Ilahi (Tuhan Yang Maha Kuasa). ~Inilah yang merupakan estetika paling puncak (keindahan sorgawi). ~Salah satu keindahan mutlak dan sorgawi yqng dapat dialami manusia pada umumnya adalah : 1. Keadaan orgasme pada puncak persetubuhan dengan pasangan suami-isteri. 2. Orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan khusnul khatimah. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
216
FUNGSII DA N MA NFAA T NIL FUNGS NIL A I EST ESTET ETII K A
1. Memberikan kepada manusia kenikmatan / kepuasan jiwa (spiritual dan sensual). 2. Memperhalus hati nurani dan rasa kemanusian. 3. Dapat dipakai sebagai medium untuk me ningkatkan penghayatan ke Ilahian. 4. Dapat menyingkap tabir yang menutup makna kemanusiaan / kemahlukan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
217
5. Dapat meningkatka meningkatkan n kecintaan dan apresiasi terhadap sesama mahluk ciptaan Allah Subhanahu Wataala. 6. Dapat menjadi medium komunikasi univer sal dengan alam semesta dan Penciptanya. ~Nilai-nilai estetika sebagai dimensi aksiologi pendidikan, harus pula mendasari ontologi pendidikan dan epistomolog epistomologii pendidikan. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
218
D A F TA T A R B U K U R U J U K A N UT UTA M A
1. Ash Shadr, Muhammad Baqir : F A L S A F A T UN A, (Terjemahan : Muhammad Nur Mufied), Penerbit MIZAN, Jakarta, 1993. 2. Kattsoff, Louis,O : P EN , E N GA NT A R FIL FIL SA F AT Alihbahasa Soejono Soemargono), Penerbii Tiara Wacana, Yogyakarta, 1987.
FIL L SA FA T IL IL MU, 3. Muhadjir, Prof.H.Noeng : FI TELA A H SIST SI STEMA EMA TI TIS S FUNGSIONA FUNGSIONA L K OM PA RA T IF , Penerbit Rake Sarasin,
Yogyakarta, 1998. FIL SA FAT 4. Palmquist, Dr. Stephen : POHON FIL
(Terjemahan Muhammad Shodiq), Penerbit, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000. 07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
220
07/11/2014
Dr. Ramli Umar, M.Si.
221