Filsafat filsafat kesehatan (konsep sehat menurut perspektif filsafat) Makna Kesehatan Menurut Filsafat Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit sebagai sesuatu itam atau Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. !nggapan !nggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan dengan mudah, akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit. Pendekatan yang digunakan pada abad ke-"#, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. $onsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktorfaktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. $edua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. %anyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. &asalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis psikologis maupun sosio budaya. KONSEP SEHAT DAR PERSPEKSTF PER SPEKSTF F!SAFA F!SA FAT T DEFNS F!SAFAT
$ata filsafat yang dalam bahasa !rab falsafah !rab falsafah,, yang dalam bahasa 'nggris disebut dengan istilah phylosopy istilah phylosopy.. berasal dari bhasa (unani unani philo-shopia philo-shopia terdiri terdiri atas philein atas philein yang yang berarti cinta )love* love* dan shopia dan shopia yang yang berarti kebijaksanaan )wisdom) ) wisdom),, sehingga secara estimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan )love )love of wisdom*. wisdom*. kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pytagoras )+"-/ 0&*. 0edangkan bila kita berfilsafat mempunyai pengertian berpikir secara mendalam tentang hakekat segala sesuatu dengan cara mencari makna yang paling mendalam 1 makna sesungguhnya. Definisi filsafat menurut beberapa ilmuwan antara lain2 #. P3!T4 Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli. ". !5'0T4T6360 Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, estetika )filsafat keindahan*. 7. 5686 D60$!5T60 Filsafat adalah kumpulan dari segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia sebagai objek penelitiannya.
. !3 F!5!%' Filsafat adalah )pengetahuan* tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. +. 84T48!9454 Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi menjadi objeknya objeknya dari sudut intinya intinya yang yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat. DEFNS SEHAT 0ehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. &enurut :4 )#;* 0ehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan ):4, #;*.
Definisi :4 tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif )6delman dan &andle. #*2 #. &emperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. ". &emandang sehat dengan mengidentifikasi ling
Pada >aman klasik 'lmu kedokteran berdasarkan pada filsafat alam yang berkembang pada waktu itu. ?ontohnya ilmu kedokteran ?ina yang mendasarkan fenomena sehat dan sakit pada filsafat pergerakan lima unsur di alam. 8amun demikian cukup cukup banyak pula penemuan berdasarkan pengalaman dan percobaan yang banyak banyak manfaatnya dalam ilmu pengobatan. &enurut ajaran filsafat dari ?ina1Taoisme, sehat adalah gejala ketidakseimbangan antara unsur yin dan yang, baik antara manusia )mikrokosmos* dengan alam semesta )makrokosmos*, maupun unsur-unsur yang ada pada kehidupan di dalam tubuh manusia sendiri. Dalam ajaran Taoisme, ditegaskan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya bisa digolongkan ke dalam dua kelompok yang disebut kelompok yin )sifatn ya mendekati air* dan kelompok yang )sifatnya mendekati api*. 0ifat yin dan yang saling berlawanan, saling menghidupi, saling mengendalikan, saling mempengaruhi tetapi me mbentuk sebuah kesatuan yang dinamis )harmonisasi*. ?ontohnya, lelaki-perempuan, panas-dingin, terang-gelap, aktif pasif, dan seterusnya. 0eseorang akan dikatakan sakit jika tejadi ketidak seimbangan antara yin dan yang.
0ebenarnya, dalam filsafat-filsafat kuno, atau perenialisme modern, ruh, pikiran dan raga tak pernah dilihat sebagai dua hal yang terpisah. 'stilahnya, yang sekarang kembali lagi populer, holistik )belakangan, sebagai alternatif terhadap kedokteran modern yang bersifat mekanistikragawi, orang mulai memperkenalkan kembali istilah kedokteran, atau penyembuhan )healing* holistik )holistic medicine*. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang fisika dan biologi pada akhir abad @@ ini, terutama penemuan-penemuan tentang teori relatifitas, teori kuantum, dan biomolekuler telah mempengaruhi paradigma kelimuan yang ditegakkan oleh 8ewton dan 5ene Descartes pada >aman renaissance. Dalam bidang ilmu kedokteran, pandangan terhadap manusia yang terlalu mekanistik, dan dikhotomik yang memisahkan antara fisik dan psikhis, telah bergeser menjadi lebih bersifat spiritual dan memandang manusia secara holistik dan seimbang, akan mempengaruhi perkembangan ilmu kedokteran, khususnya bioetika. $ecenderungan bioetika sebelumnya yang lebih bersifat sekuler, otonom dan pluralistik akan lebih disesuaikan dengan prinsip etika yang lebih memperhatikan perspektif spiritualitas dan holistik. Dengan adanya penemuan berbagai jenis kecerdasan pada manusia, seperti kecerdasan emosional dan spiritual disamping kecerdasan intelektual mendorong pendekatan pandangan tentang eAistensi manusia pada aspek-aspek non materi disamping aspek materi. Dalam filsafat 'slam , berkembang sebuah aliran yang disebut sebagai teosofi trasenden )alhikmah al-muatBCaliyah*. Dalam aliran ini, holisme kembali ditegaskan karena gagasannya tentang sifat ambigu eksistensi )tasykik* dan gerak substansial )al-harakah al-jawhariyah*. (akni, bahwa keberadaan manusia senantiasa berada dalam limbo, berada di antara satu tingkat dan tingkat lainnya dalam tangga keberadaan, bergerak dari yang sepenuhnya bersifat fisik dan material hingga ke yang sepenuhnya bersifat ruhaniah. Dan bahwa sesungguhnya tak ada batas yang memisahkan keberadaan fisikal dengan yang bersifat mental, psikologis, maupun ruhaniah )spiritual*. $apan saja, manusia bisa berada secara lebih fisikal, tapi juga bisa meningkat ke yang lebih spiritual. Dan sebaliknya. Dalam filsafat ini, sebagaimana juga dalam ajaran 'slam pada umumnya, orang menjadi lebih spiritual karena amal-amal salih yang dilakukannya. Dalam konteks pembicaraan kita ini, orang lebih spiritual dengan kata lain, lebih bahagia berkat amal-amal salih yang mendekatkannya pada kha>anah alam spiritual, kepada Tuhan sebagai puncak spiritualitas.
KONSEP #AR" TENTAN$ MAKNA SEHAT
$onsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang nilai, peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada >aman keemasan yunani bahwa sehat itu sebagai sesuatu yang dibanggakan sedang sakit sebagai sesuatu yang tidak bermanfaatE Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi ?artesian yang verorientasi pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang disebut sehat bila tidak ditemukan disfungsi alat tubuh. &ental dan roh bukan urusan dokter-dokter melainkan urusan agama. 0etelah ditemukan kuman penyebab penyakit batasan sehat juga berubah. 0eseorang disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab penyakit. Tahun lima puluhan kemudian definisi sehat :4 mengalami perubahan seperti yang tertera dalam == kesehatan 5' 8o."7 tahun #" telah dimasukkan unsure hidup produktif social dan ekonomi.Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti ?anada yang mengutamakan konsep sehat produktif. 0ehat adalah sarana atau alat
untuk hidup sehari-hari secara produktif. 0etelah tahun #; terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun # dianggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakt baru, karena sejak tahun #; terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. 0istem =paya Pelayanan $esehatan Dasar menurut Deklarasi !lma !ta ) #; * #. $esehatan adalah keadaan sempurna dalam aspek fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau kecacatan merupakan hak a>asi manusia yang fundamental ". $etidak seimbangan status kesehatan antara negara dan antar daerah dalam suatu negara diakui dan disadari oleh semua negara 7. Pemerintah bertanggung jawab atas kesehatan masyarakatnya dan masyarakat berhak dan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaanya . !gar dalam tahun " status kesehatan masyarakat di setiap negara memungkinkan setiap penduduk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
filsafat ilmu kesehatan mas%arakat
Filsafat 'lmu Pengetahuan P68965T'!8 F'30!F!T 0ecara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa (unani Philosophia, dan terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata 0ophia yang berarti kebijaksanaan. 0ecara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan )kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan*. 8amun pertanyaan kita selanjutnya adalah bagaimana kita mendefinisi filsafat itu sendiriG amersma )##2 #* mengatakan bahwa Filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan Hadi, dari definisi ini nampak bahwa kajian filsafat itu sendiri adalah realitas hidup manusia yang dijelaskan secara ilmiah guna memperoleh pemaknaan menuju Ihakikat kebenaranJ. 0ebenarnya, pengertian tentang filsafat cukup beragam. Titus et.al )dalam &untasyirK&unir, ""2 7* memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, sebagai berikut 2 Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis )arti informal*. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi )arti formal*. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. !rtinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacammacam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam )arti spekulatif* Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. ?orak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. ?iri-?iri %erpikir Dalam Filsafat Dalam memahami suatu permasalahan, ada perbedaan tentang karakteristik dalam berfikir antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain. &udhofir dalam &untasyirK&unir )""2 -+* mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir kefilsafatan sebagai berikut 2 5adikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan. =niversal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. $ekhususan berpikir kefilsafatan menurut Hespers terletak pada aspek keumumannya. $onseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. &isalnya 2 !pakah $ebebasan itu G $oheren atau konsisten )runtut*. $oheren artinya sesuai dengan kaidahkaidah berpikir logis. $onsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. 0istematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu. $omprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. %erpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. %ebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius. %ertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri. %idang dalam Filsafat 0ecara
umum, bidang-bidang utama filsafat terbagi menjadi 7 bagian, yaitu metafisika, epistimologi dan aksiologi. 0ecara ringkas ketiga bidang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut 2 &etafisika. &etafisika berasal dari bahasa (unani, yaitu meta ta physika yang berarti segala sesuatu yang berada di balik hal-hal yang sifatnya fisik. &etafisika sendiri dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang paling utama, yang membicarakan mengenai keberadaan )being* dan eksistensi )eAistence*. 4leh karena itu, metafisika lebih mempelajari sesuatu atau pemikiran tentang sifat yang terdalam )ultimate nature* dari kenyataan atau keberadaan. &enurut :olff, metafisika dapat diklasifikasikan ke dalam " kategori, yaitu 2 &etafisika =mum )4ntologi*, yaitu metafisika yang membicarakan tentang I!daJ )%eing*. &etafisika $husus, yaitu metafisika yang membicarakan sesuatu yang sifatnya khusus. Dalam metafisika khusus ini, :olff membagi ke dalam 7 )tiga* kategori 2 Psikologi, yang membahas mengenai hakekat manusia $osmologi, yang membahas mengenai alam semesta Theologi, yang membahas mengenai 6pistimologi. 6pistimologi berasal dari kata 6pisteme yang berarti pengetahuan )knowledge* dan logos yang berarti teori. 4leh karena itu, epistimologi berarti teori pengetahuan. Permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus pembicaraan epistimologi adalah asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dan kebenaran, dan se bagainya. Dalam epistimologi, pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan kebenaran. !ksiologi. !ksiologi berasal dari kata aAios yang berarti nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos yang berarti akal atau teori. 4leh karena itu, aksiologi dapat diartikan sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai. Dalam cabang ini, salah satu yang paling mendapatkan perhatian adalah masalah etika1kesusilaan. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. 0edangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perilaku manusia. D6F68'0' F'30!F!T '3&= &enurut %eerling )#+E #-"* filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara utnuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjuta. Dia merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan atau secondary refleAion. 5efleksi sekunder seperti itu merupakan syarat mutlak untuk menentang bahaya yang menjurus kepada keadaan cerai berai serta pertumbuhan yang tidak seimbang dari ilmu-ilmu yang ada. 5efelksi sekunder banyak memberi sumbangan dalam usaha memberi tekanan perhatian pada metodikaserta sistem dan untuk berusaha memperoleh pemahaman mengenai a>as-a>as, latar belakang serta hubungan-hubungan yang dipunyai kegiatan ilmiah. 0umbangan tersebut bisa berbentuk )#* mengarahkan metode-metode penyelidikan ilmiah kejuruan kepada penyelenggaaraan kegiatan ilmiahE )"* menerapkan penyelidikan kefilsafatan terhadap terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah. Dalam hal ini mempertanyakan kembali secara de-jure mengenai landasan-landasan serta a>as-a>as yang memungkinkan ilmu itu memberi pembenaran pada dirinya serta apa yang dianggapnya benar. Filsafat ilmu adalah refleksi
yang mengakar terhadap prinsip-prinsip ilmu. Prinsip ilmu adalah sebab fundamental dan kebenaran universal yang lengket didalam ilmu yang pada akhirnya memberi jawaban terhadap keberadaan ilmu. Dengan mengetahui seluk-beluk prinsip ilmu itu maka dapat diungkapkan perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, keterjalinan antar ilmu, ciri penanganan secara ilmiah, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan sebagainya yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri )0uriasumantri, #/E 7#-7"*. Filsafat ilmu pengetahuan membahas sebab musabab pengetahuan dan menggali tentang kebenaran, kepastian, dan tahap-tahapnya, objektivitas, abstraksi, intuisi, dan juga pertanyaan mengenai Idari mana asalnya dan kemana arah pengetahuan ituGJ )Lerhaak K aryono, #E #"-#7*. Perbedaan filsafat ilmu dengan filsafat atau ilmu-ilmu lain seperti sejarah ilmu, psikologi, sosiologi, dan sebagainya terletak apada masalah yang hendak dipecahkan dan metode yang akan digunakan. Filsafat ilmu tidak berhenti pada pertanyaan mengenai bagaimana pertumbuhan serta cara penyelenggaraan ilmu dalam kenyatannya, melainkan mempermasalahkan masalah metodologik, yakni mengenai a>as-a>as serta alasan apakah yang menyebabkan ilmu dapat menyatakan bahwa ia memperoleh pengetahuan ilmiah )%eerling, #+E "*. Pertanyaan seperti itu tidak dapat dijawab oleh ilmu itu sendiri tetapi membutuhkan analisa kefilsafatan mengenai tujuan serta cara kerja ilmu. Pertalian antara filsafat dan ilmu harus terjelma dalam filsafat ilmu. $edudukan filsafat iilmu dalam lingkungan fisafat secara keseluruhan adalah pertama, bahwa filsafat ilmu berhubungan erat dengan filsafat ilmupengetahuan )epistemologi*E kedua, filsafat ilmu erat hubungannya dengan logika dan metodologi, dan dalam hal ini kadang-kadang filsafat ilmu dijumbuhkan denganmetodologi )%eerling, #+E *. ubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan lebih erat dalam bidang ilmu pengetahuan manusia. 'lmu-ilmu manusia seringkali lebih jelas masih mempunyai filsafat ilmu tersembunyi )%ertens, #;E "# dan $atsoff, #/E #+-#/*. !$'$!T '3&= P6896T!=!8 'lmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren )IbertalianJ* tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. !ntara definisi filsafat dan ilmu pengetahuan memang hampir mirip namun kalau kita menyimak bahwa di dalam definisi ilmu pengetahuan lebih menyoroti kenyataan tertentu yang menjadi kompetensi bidang ilmu pengetahuan masing-masing, sedangkan filsafat lebih merefleksikan kenyataan secara umum yang belum dibicarakan di dalam ilmu pengetahuan )&untasyirK&unir,"2 #*. :alaupun demikian, ilmu pengetahuan tetap berasal dari filsafat sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang berdasarkan kekaguman atau keheranan yang mendorong rasa ingin tahu untuk menyelidikinya, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan. :ibisono )#;2 A* pada !rtikel kunci I9agasan 0trategik Tentang $ultur $eilmuan Pada Pendidikan TinggiJ, yang mengambil pendapat .H. Pos, beliau menandaskan bahwa abad ke-# dan ", dan bahkan sampai sekarang, diidentifikasi sebagai suatu abad yang ditandai oleh dominasinya peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan umat manusia. Dominasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia memang tidak dapat dipungkiri.
%etapa tidak, dominasi ini paling kurang membawa pengaruh dan manfaat bagi manusia, atau justru berpengaruh negatif dan membawa malapetaka. 0eperti yang diungkapkan oleh 5idwan !hmad 0yukri )#;2 #-#*, ilmu yang berorientasi pada kepentingan pragmatis, orientasi duniawi, atau mengesampingkan yang transenden, akan membawa malapetaka bagi kemanusiaan pada umumnya. 'lmu dinilai bukan karena dirinya sendiri, tetapi nilai ilmu pengetahuan berada dalam kesanggupannya membuat kehidupan lebih bernilai dan memberikan kebahagiaan, demi kebutuhan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia, maka bentuk ilmu itu memberikan kemanfaatan. 0elanjutnya, dalam bukunya yang berjudul 6pistemologi Dasar, H. 0udarminta mengatakan bahwa ciri-ciri hakiki pengetahuan manusia yaitu2 kepastian mutlak tentang kebenaran segala pengetahuan kita memang tidak mungkin, sebab manusia adalah makhluk contingent dan fallible. Tetapi ini tidak berarti bahwa semua pengetahuan manusia pantas dan perlu dipergunakan kebenarannya. &aka, skeptisisme mutlak pantas ditolak. subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa pengetahuan manusia melulu bersifat subjektif. &aka, subjektivisme radikal juga pantas disangkal. pengetahuan manusia memang bersifat relasional dan kontekstual, tetapi itu tidak berarti bahwa objektivitas dan universalitas pengetahuan menjadi tidak mungkin. &enurut 0udarminta )""2 /* pelbagai bentuk relativisme ilmu pengetahuan, walaupun punya sumbangan yang berharga, merupakan suatu pandangan tentang pengetahuan yang tidak bisa diterima. D!0!5-D!0!5 '3&= P6896T!=!8 !ristoteles mengawali metafisikanya dengan pernyataan Isetiap manusia dari kodratnya ingin tahuJ. Tetapi jauh sebelum !ristoteles, 0ocrates mengatakan hal yang nampaknnya bertentangan dengan ungkapan !ristoteles tersebut, yaitu bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mempunyai pengetahuan )adi, #2 #7*. $ontradiktif ini tidak perlu diperdebatkan. 0ebab menurut Plato bahwa filsafat dimulai dengan rasa kagum. $ekaguman filosofis ini bukanlah kekaguman akan hal-hal yang rumit, canggih atau kompleks, tetapi justru kekaguman akan sesuatu yang sederhana yang tampaknya jelas dalam pengalaman sehari-hari. adi )#2 #-#+* menyatakan kekaguman dalam hal ini adalah mempertanyakan hal-hal yang ada dihadakan kita, yang dalam anggapan umum dianggap telah diketahui. 4leh karena itu seseorang harus tahu apa yang dicarinya dan berusaha untuk menemukan apa yang dicari tersebut, demikian menurut Plato. Pengetahuan filosofis ingin menarik diri dari apa yang dianggap sebagai kejelasan umum untuk kembali ke dalam sesuatu yang eksistensial dalam keadaan aslinya. $arenanya, seorang filsuf tidak ada henti-hentinya bertanya. Pernyataan 0ocrates dan !ristoteles terkesan bertentangan, padahal sebenarnya tidak. &enurut !ristoteles, semua orang dari kodratnya ingin tahu, dan langkah pertama untuk mencapai pengetahuan itu adalah kesadaran socrates bahwa tidak ada seorang pun yang sudah tahu. =ntuk mencapai pengetahuan, %ernard PaduskaK5. Turman 0irait ) #;2 +*, seseorang harus sadar bahwa ia Ibelum tahuJ dan karena itu ia Iingin tahuJ. Dalam redaksi
berbeda, namun dapat disetir menjadi satu makna, bahwa menurut filsafat eksistensialisme anda adalah anda karena anda menghendaki demikian. Dengan uraian di atas, kita dapat melihat adanya dua macam bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan harian atau penggetahuan biasa )common sense* dan pengetahuan ilmiah. Dalam filsafat, pengetahuan biasa sering dianggap sebagai pengetahuan inderawi, sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan berdasarkan akal budi )intelektif*. $orelasi pengetahuan indrawi dan pengetahuan intelektif membentuk dasar dalam perkembangan ilmu pengetahuan secara global. 0ejarahnya telah terukir, betapa dua konsep dasar ini menjadi cikal-bakal yang meletakkan dasar konsep ilmiah. $eilmuan yang ilmiah dapat lahir dari pengamatan yang mendalam tentang semua objek, tetapi juga dasar ilmiah dapat dibangun dari perenungan yang jernih dan mendalam, terukur dan dapat dianalisa, sistematis serta dapat dipelajari, itulah sebagian konsep ilmiah. 0ocrates adalah tokoh yang sangat diperhitungkan, meskipun ia tidak secara langsung bicara tentang kebenaran ilmiah. $etika itu 0ocrates berhadapan dengan kaum sofis. Filsafat 0ocrates bahkan sering disebut sebagai reaksi terhadap kaum sofis. %agi 0ocrates, kebenaran objektif itu ada, dan bukan hal yang berbau teoritis tapi hidup praktis. &enurutnya, tidak sembarang tingkah laku disebut baik, ada kelakuan yang baik dan ada kelakuan yang kurang baikE ada tindakan yang pantas dan ada tindakan yang jelek. Dengan ini socrates meletakkan dasar berkembangnya gagasan tentang adanya kebenaran, kemudian dilanjutkan dengan oleh Plato. %agi Plato kebenaran adalah sesuatu yang terdapat pada apa yang dikenal, atau pada apa yang dikejar untuk dikenal . al ini sesuai dengan ajaran Plato mengenai idea-idea, bahwa realitas yang sesungguhnya berada didalam dunia idea sedangkan realitas inderawi hanyalah bayang-bayang )%ertens $, ##2 ##-###*. &enurut :ibisono dalam makalahnya mengatakan, 0ejalan dengan perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan pun berkembang dengan pesatnya. Dalam perjalanan selanjutnya, terdapat fenomena adanya suatu konfigurasi yang menunjukkan tentang bagaimana Ipohon ilmu pengetahuanJ itu te lah tumbuh mekar bercabang secara subur. &asing-masing cabang melepaskan diri dari batang-filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. %erkaitan dengan ilmu-ilmu, pengetahuan yang dicari dan diperoleh sering disebut dengan istilah pengetahuan ilmiah. &enurut %ahm ) #2 #* ada lima unsur pokok dalam suatu pengetahuan yang disebut ilmiah yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh tertentu. !ristoteles menguraikan sistem berpikir ilmiah yang dikenal dengan logika. &enurut !ristoteles terdapat sepuluh kategori yang berkaitan dengan pengertian, yaitu substanti, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan, mempunyai, berbuat, dan menderita. Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang sudah dipertanggung-jawabkan secara ilmiah atau diperoleh dengan metode ilmiah. 0ebaliknya, pengetahuan sehari-hari yang tidak atau belum dipertanggungjawabkan secara ilmiah disebut pengetahuan pra-ilmiah )3orens, #/2 /*. 0alah satu ciri pengetahuan ilmiah adalah adanya anggapan bahwa pengetahuan ilmiah itu berlaku ilmiah. &engeni apakah sesuatu dapat atau tidak disebut
ilmiah tidak tergantung pada faktor-faktor subjektif. %isa saja orang berbeda pendapat tentang dasar pembenaran suatu teori, tetapi hal tersebut hanya menunjukkan bahwa faktorfaktor objektif yang bersangkut paut dengan persoalan tadi tidak atau masih dapat membuahkan hasil yang tidak bermakna ganda )ambiguitas*. !danya saling pengaruh antara sifat dan kadar pengetahuan ilmiah dengan sarana-sarana untuk mencapainya mengakibatkan pergeseran-pergeseran, pengertian IilmiahJ sepanjang sejarah. 8amun demikian perkembangan ilmu secara mandiri harus dapat dipertahankan. &enurut %eerling,dkk )#/2 /-;* secara spesifik ada tiga macam pengenalan dari pengetahuan yang disebut ilmiah. )#* pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran. 0etiap pengetahuan ilmiah harus punya dasar pembenaran berdasarkan pemahaman-pemahaman yang dapat dibenarkan secara apriori serta secara empiris melalui penyelidikan ilmiah yang memadai. )"* pengetahuan ilmiah bersifat sistematis. Penyelidikan ilmiah tidak membatasi diri hanya pada satu bahan saja, tapi senantiasa mencari hubungan dengan sejumlah bahan lainnya dan berusaha agar hubungan-hubungan itu merupakan suatu kebulatan. )7* pengetahuan ilmiah itu adalah bersifat inter-subjektif. $epastian pengetahuan ilmiah tidak didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman orang perorangan yang subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri. Pengetahuan ilmiah haruslah sedemikian rupa sehingga dalam setiap bagiannya dan dalam bagian yang menyeluruh dapat ditanggapi oleh subjeksubjek lain. Terhadap hasil penyelidikan dimungklinkan ada kesepakatan yang bersifat intersubjektif. Di samping apa yang sudah diuraikan di atas, menurut 0udarminta )""2 7"-* perlu ditambahkan juga bahwa dasar-dasar pengetahuan itu tidak lepas dari peran pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa, dan kebutuhan hidup manusia . ?!5! &68?!P!' $6%68!5!8 Dalam sejarah kehidupan, manusia selalu berusaha untuk mencari kebenaran. Dan sepanjang sejarah itu pula perdebatan mengenai arti dan cara mencapai kebenaran diperdebatkan. Maman (unani $uno Diawali oleh 0ocrates ) N /-7* sebagai tokoh yang patut disebut mengawali pembicaraan mengenai kebenaran. &eskipun tidak secara langsung berbicara mengenai kebenaran ilmiah tetapi ia tidak menyetujui relativitas yang terdapat pada kaum sophis. &enurutnya terdapat kebenaran objektif, ada kelakuan yang baik dan ada kelakuan yang tidak baikE ada tidakan yang pantas dan ada yang tidak pantas. 0ocrates telah meletakkan dasar bagi berkembangnya gagasan tentang adanya kebenaran )%ertens, ##E /*. Pendapat 0ocrates dilanjutkan oleh Plato )";-7"" 0&*. &enurut Plato kebenaran merupakan ketak-tersembunyian adanya. al ini berarti selama kita masih terikat pada yang ada )the being* saja tanpa masuk adanya dari yang ada itu kita belum berjumpa dengan kebenaran karena adanya )being* itu masih tersembunyi. %arulah dengan hilangnya atau dia mbilnya selubung yang menutup adanya dari yang ada itu terhadap mata batin kita, maka terbukalah adanya dan serentak dengan itu tampillah kebenaran )Lerhaak K aryono, ##E #"/*. !ristoteles )7-7""* lebih melihat kebenaran dari cara yang dipakai pengenal melalui suatu sistem berfikir ilmiah yang dikenal
dengan logika. %erkaitan dengan ini dia mengemukakan bahwa cara berfikir ilmiah itu terdiri dari pengertian, petimbangan, dan penalaran. &enurutnya, pengertian mengngkapkan adanya # kategori yaitu substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan, mempunyai, berbuat, menderita. 0egala pengertian dapat digabungkan sehingga membentuk suatu pertimbangan. Dengan petimbangan tersebut dapat digabungkan sehingga menghasilkan silogisme )adiwiyono, #E +-;*. Maman !bad Pertengahan Tokoh yang patut disebut ddalam abad pertengahan ini adalah Thomas !Ouinas )#""-#";*. Thomas !Ouinas mendefinisikan kebenaran sebagai IadeOuatio rei et intellectusJ yaitu kesesuaian, kesamaan pikiran dengan hal, benda. 4leh karena itu kebenaran merupakan istilah transendental yang mengena kepada semua yang adaE dalam arti tertentu kebenaran bukanlah suatu pernyataan tentang cara hal-hal berada tetapi melulu hal-hal itu sendiri )%agus, #/E #+*. &enurut :ibisono )#* pada >aman abad pertengahan ini kita tidak bisa melupakan para filsuf !rab seperti !l-$indi, !l-Farabi, 'bnu 0ina, 'bnu 5usyd dan !l-9ha>aly. &ereka telah menyebarkan filsafat !ristoteles ke ?ordova 0panyol dan kemudian diwariskan serta dikembangkan oleh para kaum Patristik dan 0kolastik di dunia barat sehingga tepat apabila dikatakan jika orang-orang (unani adalah %apak &etode 'lmiah dan orang &uslim adalah %apak angkatnya. Maman &odern Pada >aman modern ini diwarnai dengan timbulnya aliranaliran tentang perolehan ilmu pengetahuan atau kebenaran ilmiah. Diantaranya adalah 5asionalisme, 6mpirisme dan $ritisisme. Tiga tokoh besar yang mewakili ketiga aliran tersebut adalah 5ene Descartes, David ume, dan 'mmanuel $ant. 5asionalisme !liran rasionalisme ini secara luas merupakan pendekatan filosofis yang menekankan adanya akal budi atau rasio sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas )terlepas* dari pengamatan inderawi )adiwiyono, #, "E #*. Peletak dasar dari aliran ini adalah 5ene Descarte )#+/-#/+*. &enurut Descartes, cara untuk membedakan ada tidaknya kebenaran adalah ada tidaknya ide yang jelas dan terpilah-pilah mengenai sesuatu )idea clara et distincta*. !kibat pernyataan itu lebih lanjut adalah isi ide yang jelas dan terpilah-pilah itu menjadi benar sehingga kebenaran disamakan dengan idea tersebut. 'dea itu pertama-tama terdapat dalam subjek pengetahuan, maka kebenaran-pun demikian, tanpa ada hubungan dengan dunia luar, maka kebenaran hanya sebagai suatu kesimpulan dari adanya kebenaran dalam idea tersebut. Terwujudnya kebenaran ditegaskan sebagai suatu kenyataan )adiwiyono, #E #*. 6mpirisme David ume sebagai tokoh peletak dasar bagi empirisme menolak rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan sejati berasal dari rasio. 0anggahan ume ini secara konsekuen terdapat dalam penjelasannya tentang tidak adanya substansi dalam kesadaran kita. %aginya kesatuan ciri-ciri yang disebut substansi oleh rasionalisme hanyalah fiksi, sekumpulan kesan-kesan )a bundle of collection of perception*, substansi hanyalah sekumpulan persepsi saja. &enurutnya hakekat ide-ide itu selalu empiris )(umartana, #7E "#*. !liran empirisme secara umum merupakan aliran filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi satusatunya sumber
pengetahuan baik pengalaman lahiriyah atau batiniyah. 'nformasi yang disajikan kepada kita berguna secara fundamental sebagai ilmu pengetahuan. !kal budi tidak dapat memberikan kepada kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita )%agus, #/E 7#-7* $ritisisme 'mmanul $ant adalah peletak dasar dari aliran kritisisme. Dalam arti luas, kritisisme merupakan sebuah epistemologi yang menempatkan akal budi sebagai nilai yang amat tinggi tetapi akal budi memiliki keterbatasan. 4leh karena itu $ant mencoba mendamikana rasionalisme dengan empirisme dengan berpendapat bahwa pengetahuan bersifat sintesis. Pengetahuan inderawi atau empirisme merupakan sintesis dari pengamatan ruang dan waktu. $emudian pengetahuan akal merupakan sintesis pengetahuan. 'mplikasinya yang dihasilkan bukanlah pengetahuan das ding an sich, untuk itu rasio dan akal budi memberi arah kepada akal ketika tidak mampu mengetahuinya. $ant menyebutnya sebagai idealisme transdental atau idealiseme kritis )adiwiyono, #, "E /7-"*. Positivisme !bad ke-# dapat diakatakan sebagai abad positivisme dengan tokohnya !uguste ?omte )#;-#+;* -, karena pengaruh aliran ini demikian kuatnya dalam dunia modern. Filsafat menjadi praktis bagi tingkah laku manusia sehingga tidak lagi memandang penting berfikir yang bersifat abstrak ):ibisono, #/E#*. Positivisme kata kuncinya terletak pada kata positif itu sendiri yaitu lawan dari kahayal, merupakan sesuatu yang riil dan objek penyelidikannya didasarkan pada kemampuan akal ):ibisono, #/E 7;*. $ata positif juga lawan dari sesuatu yang tidak bermanfaat dan disinilah terjadi progress )kemajuan*. Positif juga berarti jelas dan tepat. Disinilah diperlukan filsafat yang mampu memberi atau mebeberkan fenomena dengan tepat dan jelas. Positif juga lawan dari kata negatif dan ada keterkaitan selalu dengan masalah yang menuju kepada penataan atau penertiban. Penggilongan ilmu pengetahuan oleh ?omte didasarkan kepada sejarah ilmu itu sendiri yang menunjuk adanya gejala yang umum yang mempunyai sifat sederhana menuju kepada gejala yang komplek dan semakin konkret. 'lmu-ilmu yang dimaksud adalah ilmu pasti )matematika* dan secara berturut-turut astronomi, fisika, kimia, biologi, dan akhirnya fisika sosial atau sosiologi ):ibisono, #/E "+*. Penggolongan tersbut menyaratkan adanya perkembangan ilmu yang lambat dan cepat. (ang paling cepat perkembangannya adalah yang sederhana dan umum objeknya. Dan ada yang paling lambat perkembangannya adalah yang paling kompleks objek permasalahannya, misalnya fisika sosial. 0ejarah manusia berkembang menurut tiga tahap yaitu tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap positif atau riil ):ibisono, #/E ##*. Tahap teolohi atau fiktif merupakan tahap dimana manusia menggambarkan fenomena alam sebagai produk dari tindakan langsung, hal yang berifat supranatural. Pada tahap ini manusia mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan akhir segala sesuatu yang ada dengan selalu mengkontekstualisasikan dengan hal yang sifatnya mutlak. Tahap metafisik merupakan tahap dimana kekuatan-kekuatan supranatural digantikan oleh kekuatan yang bersifat abstrak, yang dipercaya mampu mengungkapkan rahasia fenomena yang dapat diamati. Dogma-dogma
telah ditingglakan dan kemampua akal budi manusia dikembangkan secara maksimal sehingga kekuatan yang bersifat magis digantikan dengan analisis berfikir untuk membedakan yang natural dan supranatural, yang fisik dan metafisik sehingga manusia berperan sebagai subjek yang berjaraak dengan objek. ?omte menggambarkan sebagai tahap perkembangan manusia dari sifat ketergantungan menuju sifat mandiri atau dewasa. Tahap ini merupakan masa peralihan yang penuh konflik dan merupakan tahap yang menentukan menuju tahap positivisme. Tahap ketiga adalah postivisme yaitu orang mulai menoleh, mencari sebab-sebab terakhir dari kejadian alam, kemudian berubah kepada penemuan hukum-hukum yang menyelimuti dengan menggunakan pengamatan dan pemikiran. Tahap ini merupakan tahap science dengan tugas pokok memprediksi fenomena alam dalam rangka memanfaatkannya. &anusia telah sampai pada pengetahuan yang positif yang dapat dicapai melalui observasi, eksperimen, komparasi dan hukum-hukum umum. Pengetahuan yang demikian menunjuk pada pengetahuan yang pasti, riil, jelas dan bermanfaat. ?omte dengan ilmu pengetahuan positifnya, yang pada tahap akhir perkembangan akal budi manusia menjadi pedoman hidup dan landasan kultural, institusional dan kenegaraan untuk menuju masyarakat yang maju dan tertib, merdeka dan sejahtera. %angunan ilmu pengetahuan positif itu adalah sebagai berikut. !sumsi pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat objektif )bebas nilai dan netral*. 4bjektivitas pengetahuan berlangsung dari dua pihak, pihak subjek dan objek. Pada pihak subjek seorang ilmuwan tidak boleh membiarkan dirinya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri misalnya sentimen, penilaian etnis, kepentingan pribadi atau kelompok, kepercayaan agama, filsafat dan lain sebagainya yang bisa mempengaruhi objektivitas dari objek yang sedang diamati. Pada pihak objek, aspekaspek dan dimensi-dimensi lain yang tidak bisa diukur dalam onservasi misalnya roh atau jiwa, tidak dapat ditolerir keberadannya. 3aporan atau teori-teori ilmiah hanya menjelaskan fakta-fakta dan kejadian-kejadian yang dapat diobservasi saja. !sumsi kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulangkali terjadi. !ndaikata ilmu pengetahuan hanya diarahkan kepada hal-hal unik, yang hanya sekali saja terjadi, maka pengetahuan itu tidak dapat membantu kita untuk meramalkan atau emamstikan hal-hal yang akan terjadi. Padhal rmalan atau prediksi merupakan suatu tujuan terpenting ilmu pengetahuan. !sumsi ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti setiap fenomena atau kejadian alam dari saling ketergantungan antar hubungannya dengan fenomena-fenomena lain. &ereka diandaikan saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu sistem yang bersifat mekanis. Perhatian ilmuwan bukan diarahkan kepada hakekat dari gejal-gejala melainkan pada relasi-relasi luar khususnya relasi sebab akibat, antara benda-benda, gejala-gejala atau kejadian-kejadian. =saha ?omte untuk merumuskan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat positif, objektif, ilmiah, dan universal pada akhirnya membawa dirinya pada ilmu pasti, dan studinya yang mendalam tentang hal ini mendorong dia pada kesimpulan bahwa ilmu pasti mempunyai tingkat kebenaran yang tertinggi, bebas dari penilaian-penilaian subjektuf dan
berlaku universal. 4leh sebab itu suatu penjelasan tentang fenomena tanpa disertai dengan pertimbangan ilmu pasti )matematika dan statistika* adalah non-sense belaka. Tanpa ilmu pasti ilmu pengetahuan akan kembali menjadi metafisika )!bidin, "E #"#-#"*. 4ntologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek yang ditela ah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan. 4bjek telaah 4ntologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu perwujudan tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. !danya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu. Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu2 #. &aterialismeE !liran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu adalah materi. 0esuatu yang ada )yaitu materi* hanya mungkin lahir dari yang ada. ". 'dealisme )0piritualisme*E !liran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang mengatakan bahwa hakikat pengada itu justru rohani )spiritual*. 5ohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi. 7. DualismeE !liran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang berpendapat bahwa hakikat pengada )kenyataan* dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani. . !gnotisisme. !liran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula tidak. %. 6pistemologi 4bjek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana membedakan dengan yang lain. Hadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu tentang sesuatu hal. 3andasan epistemologi adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, serta apa definisinya. 6pistemologi moral menelaah evaluasi epistemik tentang keputusan moral dan teori-teori moral. Dalam epistemologi muncul beberapa aliran berpikir, yaitu2 #. 6mpirismeE (ang berarti pengalaman )empeiria*, dimana pengetahuan manusia diperoleh dari pengalaman inderawi. ". 5asionalismeE Tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Hadi akal berada diatas pengalaman inderawi dan menekankan pada metode deduktif. 7. PositivismeE &erupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara objektif menentukan validitas dan reliabilitas pengetahuan. . 'ntuisionisme. 'ntuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. $emampuan ini yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap
dan unik. ?. !ksiologi !ksiologi adalah filsafat nilai. !spek nilai ini ada kaitannya dengan kategori2 )#* baik dan burukE serta )"* indah dan jelek. $ategori nilai yang pertama di bawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika, sedang kategori kedua merupakan objek kajian filsafat keindahan atau estetika. #. 6tika 6tika disebut juga filsafat moral )moral philosophy*, yang berasal dari kata ethos )(unani* yang berarti watak. &oral berasal dari kata mos atau mores )3atin* yang artinya kebiasaan. Dalam bahasa 'ndonesia istilah moral atau etika diartikan kesusilaan. 4bjek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral. &oralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. 0ejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan. %erkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah Deontologis dan Teologis. a. Deontologis. Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran 'mmanuel $ant, yang terkesan kaku, konservatif dan melestarikan status Ouo, yaitu menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. 0uatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang ada. b. Teologis Teori Teologis lebih menekankan pada unsur hasil. 0uatu perilaku baik jika buah dari perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana untung dan rugi ini dilihat dari indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme )utilisme*. Tokoh yang mengajarkan adalah Heremy %entham )#;" #7"*, yang kemudian diperbaiki oleh john 0tuart &ill )#/ #;7*. ". 6stetika 6stetika disebut juga dengan filsafat keindahan )philosophy of beauty*, yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis )(unani* yang artinya hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. 6stetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilainilai atas sesuatu yang disebut indak atau tidak indah. Dalam perjalanan filsafat dari era (unani kuno hingga sekarang muncul persoalan tentang estetika, yaitu2 pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran. 0ehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilainilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum. %!% # '3&=, F'30!F!T D!8 T64349' I!ku datang entah dari mana, aku ini entah siapa, aku pergi entah kemana, aku akan mati entah kapan, aku heran bahwa aku gembiraJ. )&artinus dari %iberach, tokoh abad pertengahan*. #. &anusia bertanya &enghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh pancainderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama2 I&anusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar keadaan hidup manusia. 0ama seperti dulu, sekarang pun rahasia tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam2 apa makna dan tujuan hidup kita, apa itu
kebaikan apa itu dosa, apa asal mula dan apa tujuan derita, mana kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa itu kematian, apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut, akhirnya apa itu misteri terakhir dan tak terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita, darinya kita berasal dan kepadanya kita menujuGJ Q Maman $ita )no.#*, Deklarasi $onsili Latikan '' tentang 0ikap 9ereja $atolik terhadap !gama-agama bukan $risten, #/+. 0alah satu hasil renungan mengenai hal itu, yang berangkat dari sikap iman yang penuh taOwa kepada !llah, terdapat dalam &a>mur 2 I(a Tuhan, !llah kami, betapa mulianya nama&u diseluruh bumiR $eagungan&u yang mengatasi langit dinyanyikan. &ulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu berbicara bagi&u, membungkam musuh dan lawan&u. Hika aku melihat langit&u, buatan jari&u, bulan dan bintang yang $autempatkanE apakah manusia, sehingga 6ngkau mengingatnyaG 0iapakah dia sehingga 6ngkau mengindahkannyaG Q 8amun 6ngkau telah membuatnya hampir sama seperti !llah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. 6ngkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan&uE segalanya telah $auletakkan dibawah kakinya2 kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padangE burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. (a Tuhan, !llah kami, betapa mulia nama&u di seluruh bumiRJ ". &anusia berfilsafat Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taOwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan )realitas* itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan. Hika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. 'lmu pengetahuan adalah pengetahuan yang )#* disusun metodis, sistematis dan koheren )JbertalianJ* tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan )realitas*, dan yang )"* dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang )pengetahuan* tersebut. &akin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan )realitas*, makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan )realitas*. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan )realitas*. Filsafat merupakan refleksi rasional )fikir* atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat )S kebenaran* dan memperoleh hikmat )S kebijaksanaan*. !l-$indi )# ;7 &* 2 I$egiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia %agian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaranJ. =nsur IrasionalJ )penggunaan akal budi* dalam kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan Isecara mendasarJ pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat. Disebut Isecara mendasarJ karena upaya itu dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang dipelajari )Jobyek materialJ*, yaitu Imanusia di dunia dalam mengembara
menuju akhiratJ. 'tulah scientia rerum per causas ultimas Q pengetahuan mengenai hal ikhwal berdasarkan sebab-musabab yang paling dalam. $arl Popper )#"-G* menulis Isemua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. !da yang berpendapat bahwa hidup itu tanpa harga, karena hidup itu akan berakhir. &ereka tidak menyadari bahwa argumen yang terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu bahwa kalau hidup tidak akan berakhir, maka hidup adalah tanpa hargaE bahwa bahaya yang selalu hadir yang membuat kita dapat kehilangan hidup sekurang-kuran gnya ikut menolong kita untuk menyadari nilai dari hidupJ. &engingat berfilsafat adalah berfikir tentang hidup, dan IberfikirJ S Ito thinkJ )'nggeris* S IdenkenJ )Herman*, maka menurut eidegger )##;/ *, dalam IberfikirJ sebenarnya kita IberterimakasihJ S Ito thankJ )'nggeris* S IdankenJ )Herman* kepada 0ang Pemberi hidup atas segala anugerah kehidupan yang diberikan kepada kita. &enarik juga untuk dicatat bahwa kata IhikmatJ bahasa 'nggerisnya adalah IwisdomJ, dengan akar kata IwiseJ atau IwissenJ )bahasa Herman* yang artinya mengetahui. Dalam bahasa 8orwegia itulah IvitenJ, yang memiliki akar sama dengan kata bahasa 0ansekerta IvidyaJ yang diindonesiakan menjadi IwidyaJ. $ata itu dekat dengan kata IwidiJ dalam Iyang :idiJ S Tuhan. $ata IvidyaJ pun dekat dengan kata (unani IideaJ, yang dilontarkan pertama kali oleh 0ocrates1Plato dan digali terus-menerus oleh para filsuf sepanjang segala abad. &enurut !ristoteles )7-7"" s&*, pemikiran kita melewati 7 jenis abstraksi )abstrahere S menjauhkan diri dari, mengambil dari*. Tiap jenis abstraksi melahirkan satu jenis ilmu pengetahuan dalam bangunan pengetahuan yang pada waktu itu disebut filsafat2 !ras abstraksi pertama fisika. $ita mulai berfikir kalau kita mengamati. Dalam berfikir, akal dan budi kita Imelepaskan diriJ dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu Imateri yang dapat dirasakanJ )Jhyle aisteteJ*. Dari hal-hal yang partikular dan nyata, ditarik daripadanya hal-hal yang bersifat umum2 itulah proses abstraksi dari ciri-ciri individual. !kal budi manusia, bersama materi yang IabstrakJ itu, menghasilan ilmu pengetahuan yang disebut IfisikaJ )JphysosJ S alam*. !ras abstraksi kedua matesis. Dalam proses abstraksi selanjutnya, kita dapat melepaskan diri dari materi yang kelihatan. 'tu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti )Jhyle noeteJ*. 'lmu pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis abstraksi dari semua ciri material ini disebut ImatesisJ )JmatematikaJ mathesis S pengetahuan, ilmu*. !ras abstraksi ketiga teologi atau Ifilsafat pertamaJ. $ita dapat meng-JabstrahereJ dari semua materi dan berfikir tentang seluruh kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang asas pembentukannya, dsb. !ras fisika dan aras matematika jelas telah kita tinggalkan. Pemikiran pada aras ini menghasilkan ilmu pengetahuan yang oleh !ristoteles disebut teologi atau Ifilsafat pertamaJ. !kan tetapi karena ilmu pengetahuan ini Idatang sesudahJ fisika, maka dalam tradisi selanjutnya disebut metafisika. 0ecara singkat, filsafat mencakup IsegalanyaJ. Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuanE disebut IsebelumJ karena semua ilmu pengetahuan khusus mulai sebagai bagian dari filsafat dan disebut IsesudahJ karena ilmu pengetahuan khusus pasti
menghadapi pertanyaan tentang batas-batas dari kekhususannya. 7. &anusia berteologi Teologi adalah2 pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. 0ecara sederhana, iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan !llah, (ang mutlak dan (ang kudus, yang diakui sebagai 0umber segala kehidupan di alam semesta ini. 'man itu ada dalam diri seseorang antara lain melalui pendidikan )misalnya oleh orang tua*, tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan hidupnya di hadapan 0ang pemberi hidup itu. Dalam hal ini !llah dimengerti sebagai 5ealitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga. 'man adalah sikap batin. 'man seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan perbuatannya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Hika iman yang sama )apapun makna kata IsamaJ itu* ada pada dan dimiliki oleh sejumlah atau sekelompok orang, maka yang terjadi adalah proses pelembagaan. Pelembagaan itu misalnya berupa )#* tatacara bagaimana kelompok itu ingin mengungkapkan imannya dalam doa dan ibadat, )"* tatanilai dan aturan yang menjadi pedoman bagi penghayatan dan pengamalan iman dalam kegiatan sehari-hari, dan )7* tatanan ajaran atau isi iman untuk dikomunikasikan )disiarkan* dan dilestarikan. Hika pelembagaan itu terjadi, lahirlah agama. $arena itu agama adalah wujud sosial dari iman. ?atatan. )#* Proses yang disebut pelembagaan itu adalah usaha yang sifatnya metodis, sistematis dan koheren atas kenyataan yang berupa kesadaran akan kehadiran 0ang 5ealitas yang mengatasi hidup. Dalam konteks inilah kiranya kata akal )JUaOlJ* dan kata ilmu )JUilmJ* telah digunakan dalam teks !l VurWan. $edekatan kata Uilm dengan kata sifat Ualim kata ulama kiranya juga dapat dimengerti. Periksalah pula buku (usuf Vardhawi, I!l-VurWan berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuanJ, 9ema 'nsani Press, #. 8amun sekaligus juga harus dikatakan, bahwa kata IilmuJ itu dalam pengertian umum dewasa ini meski serupa namun tetap tak sama dengan makna kata IilmuJ dalam teks dan konteks !l-VurWan itu. )"* Proses terbentuknya agama sebagaimana diungkapkan disini pantas disebut sebagai pendekatan Idari bawahJ. 'nisiatif seakan-akan berasal dari manusia, yang ingin menemukan hakekat hidupnya di dunia ini dikaitkan dengan 0ang sumber hidup dan kehidupan. &anusia meniti dan menata hidupnya sesuai dengan hasil penemuannya. Pendekatan Idari atasJ nyata pada agama-agama samawi2 !llah mengambil inisiatif mewahyukan kehendak8ya kepada manusia, dan oleh karena itu iman adalah tanggapan manusia atas IsapaanJ !llah itu. 0ebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan !llah dan manusia. &anusia berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkannya2 Iaku tahu kepada siapa aku percayaJ )"Tim #2#"*. Teologi bukan agama dan tidak sama dengan !jaran !gama. Dalam teologi, adanya unsur Iintellectus Ouaerens fidemJ )akal menyelidiki isi iman* diharapkan memberi sumbangan substansial untuk integrasi akal dan iman, iptek dan imtaO, yang pada gilirannya sangat bermanfaat bagi hidup manusia masa kini. . 4byek material dan obyek formal 'lmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. 4byek material adalah
apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan )materi* pembicaraan, yaitu gejala Imanusia di dunia yang mengembara menuju akhiratJ. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. &aka ada filsafat tentang manusia )antropologi*, filsafat tentang alam )kosmologi*, dan filsafat tentang akhirat )teologi filsafat ketuhananE kata IakhiratJ dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan*. !ntropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Huga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya. 4byek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Hika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat. Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi )merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman* menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat. Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. I0egala manusia ingin mengetahuiJ, itu kalimat pertama !ristoteles dalam &etaphysica. 4byek materialnya adalah gejala Imanusia tahuJ. Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali IkebenaranJ )versus IkepalsuanJ*, IkepastianJ )versus IketidakpastianJ*, IobyektivitasJ )versus IsubyektivitasJ*, IabstraksiJ, IintuisiJ, dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu )sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama* menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. $ekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. $ekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan. +. ?abang-cabang filsafat +.#. 0ekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat Ifilsafat tentangJ sesuatu2 tentang manusia, tentang alam, tentang akhirat, tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, 0emua selalu dikembalikan ke empat bidang induk2 #. filsafat tentang pengetahuan2 obyek material 2 pengetahuan )JepistemeJ* dan kebenaran epistemologiE logikaE kritik ilmu-ilmuE ". filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan2 obyek material 2 eksistensi )keberadaan* dan esensi )hakekat* metafisika umum )ontologi*E metafisika khusus2 antropologi )tentang manusia*E kosmologi )tentang alam semesta*E teodise )tentang tuhan*E 7. filsafat tentang nilainilai yang terdapat dalam sebuah tindakan2 obyek material 2 kebaikan dan keindahan etikaE estetikaE . sejarah filsafat. +.". %eberapa penjelasan diberikan disini khusus mengenai filsafat tentang pengetahuan. Dipertanyakan2 !pa itu pengetahuanG Dari mana asalnyaG !pa ada kepastian dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau dugaan belakaG Pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan pengetahuan, batas-batas pengetahuan, asal dan jenis-jenis pengetahuan dibahas dalam epistemologi. 3ogika )JlogikosJ* Iberhubungan
dengan pengetahuanJ, Iberhubungan dengan bahasaJ. Disini bahasa dimengerti sebagai cara bagaimana pengetahuan itu dikomunikasikan dan dinyatakan. &aka logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berfikir serta aturan-aturan yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan sah adanya. !da banyak ilmu, ada pohon ilmu-ilmu, yaitu tentang bagaimana ilmu yang satu berkait dengan ilmu lain. Disebut pohon karena dimengerti pastilah ada ibu )akar* dari semua ilmu. $ritik ilmu-ilmu mempertanyakan teoriteori dalam membagi ilmu-ilmu, metode-metode dalam ilmu-ilmu, dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan. +.7. &enurut cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat2 eksistensialisme, fenomenologi, nihilisme, materialisme, dan sebaginya. +.. Pastilah ada filsafat tentang agama, yaitu pemikiran filsafati )kritis, analitis, rasional* tentang gejala agama2 hakekat agama sebagai wujud dari pengalaman religius manusia, hakikat hubungan manusia dengan (ang $udus )8umen*2 adanya kenyataan transempiris, yang begitu mempengaruhi dan menentukan, tetapi sekaligus membentuk dan menjadi dasar tingkah-laku manusia. (ang $udus itu dimengerti sebagai &ysterium Tremendum et FascinosumE kepada8ya manusia hanya beriman, yang dapat diamati )oleh seorang pengamat* dalam perilaku hidup yang penuh dengan sikap Itakut-dan-taOwaJ, wedilan-asih ing Panjenengane. 0ebegitu, maka tidak ada filsafat agama @E yang ada adalah filsafat dalam agama @, yaitu pemikiran menuju pembentukan infrastruktur rasional bagi ajaran agama @. ubungan antara filsafat dengan agama @ dapat diibaratkan sebagai hubungan antara jemaah haji dengan kendaraan yang ditumpangi untuk pergi haji ke Tanah 0uci, dan bukan hubungan antara jemaah haji dengan iman yang ada dalam hati jemaah itu. ?atatan lain. #. 'man dapat digambarkan mirip dengan gunung es di lautan. (ang tampak hanya sekitar sepersepuluh saja dari keseluruhannya. $arena iman adalah suasana hati, maka berlakulah peribahasa2 Idalam laut dapat diduga, dalam hati siapa yang tahuJ. Tahukah saudara akan kadar keimanan sayaG ". 0ekaligus juga patut ditanyakan Idimanakah letak hati yang dimaksudkan disiniG Pastilah IhatiJ itu )misalnya dalam kata Isakit hatiJ jika seorang pemudi dibuat kecewa oleh sang pemuda yang menjadi pacarnya* bukan organ hati )dan kata Isakit hatiJ karena liver anda membengkak* yang diurus oleh para dokter di rumah sakit. Periksa pula apa yang tersirat dalam kata IbatinJ, IkalbuJ, Iberhati-hatilahJ, Ijantung hatiJ, Ijatuh hatiJ, Ihati nuraniJ, dan Isuara hatiJ. 7. &enurut Paul ! 0amuelson tirani kata merupakan gejala umum dalam masyarakat. 0ering ada banyak kata dipakai untuk menyampaikan makna yang sama dan ada pula banyak makna terkait dalam satu kata. &anusia ditantang untuk berfikir dan berbicara dengan jelas dan terpilah-pilah )Jclearly and distinctlyJ*, sekurang-kurangnya untuk menghindarkan miskomunikasi dan menegakkan kebenaran. 'tulah nasehat dari 5ene Descrates. %ahkan kedewasaan seseorang dalam menghadapi persoalan )termasuk persoalan-persoalan dalam hidupnya* erat hubungannya dengan kemampuannya untuk berfikir dan berbicara dengan jelas dan terpilah-pilah tersebut. /. 5efleksi rasional dan refleksi imani $etika bangsa (unani mulai membuat refleksi atas
persoalan-persoalan yang sekarang menjadi obyek material dalam filsafat dan bahkan ketika hasil-hasil refleksi itu dibukukan dalam naskah-naskah yang sekarang menjadi klasik, bangsa 'srael telah memiliki sejumlah naskah )yang sekarang dikenal sebagai bagian dari !lkitab yang disebut Perjanjian 3ama*. 8askah-naskah itu pada hakekatnya merupakan hasil refleksi juga, oleh para bapa bangsa itu tentang nasib dan keberuntungan bangsa 'srael Q bagaimana dalam perjalanan sejarah sebagai Ibangsa terpilihJ, mereka sungguh dituntun )bahkan sering pula dihardik dengan keras serta dihukum* oleh (: )dibaca2 (ahwe*, !llah mereka. 'katan erat dengan tradisi dan ibadat telah menjadikan naskah-naskah itu $itab 0uci agama mereka )!gama (ahudi*. Pada gilirannya, $itab 0uci itu pun memiliki posisi unik dalam !gama $ristiani. ?atatan. %angsa 'srael )dan 'srael dalam !lkitab* sebagaimana dimaksudkan diatas tidak harus dimengerti sama dengan bangsa 'srael yang sekarang ada di wilayah geografis yang sekarang disebut Inegara 'sraelJ. $edua refleksi itu berbeda dalam banyak hal. 5efleksi tokoh-tokoh (unani itu )misal Plato dan !ristoteles* mengandalkan akal dan merupakan cetusan penolakan mereka atas mitologi )faham yang menggambarkan dunia sebagai senantiasa dikuasai oleh para dewa dan dewi*. 0ebaliknya, refleksi para bapa bangsa 'srael itu )misal2 &usa yang umumnya diterima sebagai penulis + kitab pertama Perjanjian 3ama* merupakan ditopang oleh kalbu karena merupakan cetusan penerimaan bangsa 'srael atas peran 0ang (: dalam keseluruhan nasib dan sejarah bangsa itu. 5efleksi imani itu sungguh merupakan pernyataan universal pengakuan yang tulus, barangkali yang pertama dalam sejarah umat manusia, akan kemahakuasaan !llah dalam hidup dan sejarah manusia. 0ekarang ada yang berpendirian, bahwa hasil refleksi rasional para tokoh (unani itu, berasimilasi dengan tradisi refleksi hidup keagamaan yang monoteistis, ternyata menjadi bibit bagi lahirnya ilmu-ilmu pengetahuan yang dikenal dewasa ini. 4leh karena itu sering filsafat dikatakan mengatasi setiap ilmu. 0ementara itu, harus dicatat bahwa dalam lingkungan kebudayaan 'ndia dan ?ina berkembang pula refleksi bernuansa lain2 wajah !sia. 5efleksi itu nyata dalam buah pengetahuan yang terkumpul )misalnya dalam wujud Iilmu kedokteran alternatifJ tusuk jarum*, dan dalam karya-karya sastra Ikaliber duniaJ dari anak benua 'ndia. $arya-karya sastra itu sering diperlakukan sebagai kitab suci, atau dihormati sebagai $itab 0uci, karena diterima sebagai kitab yang penuh dengan hal-hal yang bernilai suci untuk menjadi pedoman hidup sehari-hari. &isalnya saja %hagavadgita )abad seb &asehi*. %hagawadgita )atau 9ita* diangkat dari epik &ahabharata, dari posisi sekunder )bagian dari sebuah cerita* ke posisi primer )sumber segala inspirasi untuk hidup*. Pada abad &asehi, 0ankara )seorang guru* menginterpretasi 9ita bukan sebagai pedoman untuk aksi, tetapi sebagai pedoman untuk ImokhsaJ, pembebasan dari keterikatan kepada dunia ini. 5amanuja )abad #" &asehi* melihatnya sebagai sumber devosi atas kerahiman Tuhan yang hanya bisa dihayati melalui cinta. Pada masa perjuangan kemerdekaan sekitar tahun -an, 9ita dilihat sebagai pedoman untuk ber-Jdharma yuddhaJ, perang penuh semangat menegakkan kebenaran terhadap penjajah yang tak adil. %agi Tilak, !rjuna adalah Ia man of actionJ
)Jkarma yoginJ*, dan 9ita mendorong seseorang untuk bertindak sedemikian sehingga ia menjadi ImokhsaJ melalui IperjuanganJ yang ditempuhnya. !urobindo, &ahatma 9andhi, %have, 5adhakrishnan, dan tokoh-tokoh lain membuat komentar yang kurang le bih sama. Tanpa interpretasi Tilak, misalnya, pergolakan di 'ndia pada waktu itu mudah dinilai sebagai bersifat politis murni )atau kriminal murniG*, yaitu tanpa landasan ideal, spiritual, teologis dan etis. 0esungguhnya, berefleksi merupakan ciri khas manusia sebagai pribadi dan dalam kelompok. 5efleksi merupakan sarana untuk mengembangkan spiritualitas dan aktualisasi menjadi manusia yang utuh, dewasa dan mandiri. &elalui refleksi pula, manusia dan kelompok-kelompok manusia )yaitu suku dan bangsa* menemukan jati dirinya, menyadari tempatnya dalam dimensi ruang dan waktu )dalam sejarah*, serta melaksanakan panggilannya untuk membuat sejarah bagi masa depan. ?atatan. !dakah refleksi tentang realitas yang khas 'ndonesiaG 0uatu kajian berdasar naskah-naskah sastra Hawa masa lalu terdapat dalam disertasi doktor P H Moetmulter 0H2 I&anunggaling $awula 9ustiJ )#7+*, yang telah diterjemahkan oleh Dick artoko 0H dan diterbitkan oleh PT 9ramedia.http211id.shvoong.com1social-sciences1sociology1#;#++/-pengantar-filsafat1 'lmu merupakan suatu cara berpikir tentang sesuatu objek yang khas dengan pendekatan tertentu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan ilmiah. 'lmiah dalam arti sistem dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. 0uatu keharusan bagi ilmuwan memiliki moral dan akhlak untuk membuat pengetahuan ilmiah menjadi pengetahuan yang didalamnya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, objektif, dan terbuka. Disamping itu, pengetahuan yang sudah dibangun harus memberikan kegunaan bagi kehidupan manusia, menjadi penyelamat manusia, serta senantiasa menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Di sinilah letak tanggung jawab ilmuwan untuk memiliki sikap ilmiah. Para ilmuwan sebagai profesional di bidang keilmuan tentu perlu memiliki visi moral, yang dalam filsafat ilmu disebut sebagai sikap ilmiah, yaitu suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif, yang bebas dari prasangka pribadi, dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dan kepada Tuhan. !dapun sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan sedikitnya ada enam, yaitu2 #. Tidak ada rasa pamrih )disinterstedness*, merupakan sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dan menghilangkan pamrih. ". %ersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi. 7. !danya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta budi )mind*. . !danya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan )belief* dan dengan merasa pasti ) conviction* bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian. +. !danya suatu kegiatan rutin bahwa ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset. Dan riset atau penelitian merupakan aktifitas yang menonjol dalam hidupnya. /. &emiliki sikap etis )akhlak* yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu bagi kemajuan ilmu dan untuk
kebahagiaan manusia. 0ecara terminologi, etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik dan buruk. (ang dapat dinilai baik dan buruk adalah sikap manusia yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata dan sebagainya. Dalam etika ada yang disebut etika normatif, yaitu suatu pandangan yang memberikan penilaian baik dan buruk, yang harus dikerjakan dan yang tidak. Penerapan dari ilmu membutuhkan dimensi etika sebagai pertimbangan dan yang mempunyai pengaruh pada proses perkembangannya lebih lanjut. Tanggung jawab etika menyangkut pada kegiatan dan penggunaan ilmu. Dalam hal ini pengembangan ilmu pengetahuan harus memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, keseimbangan ekosistem, bersifat universal dan sebagainya, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia dan bukan untuk menghancurkannya. Penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dapat mengubah suatu aturan alam maupun manusia. al ini menuntut tanggung jawab etika untuk selalu menjaga agar yang diwujudkan tersebut merupakan hasil yang terbaik bagi perkembangan ilmu dan juga eksistensi manusia secara utuh
Ke&unaan Filsafat 'alam lmu Kesehatan Mas%arakat :ell guys, ada banyak mata kuliah yang kita pelajari di bangku kuliah. &isalnya bahasa 'ndonesia, bahasa !rab, $imia, %iologi, &atematika, Fisika, !natomi dan masih banyak lagi )mata kuliah di jurusan saya, hehehe*. 0ewaktu pertama kali mengisi $50 )kartu rencana studi*, saya mengamati satu persatu mata kuliah yang nantinya akan saya pelajari selama semester #. Dengan polos saya hanya manggut-manggut ngelihatnya. !kan tetapi saya tertegun ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh dosen yang membawakan materi filsafat. Pak =sman, panggilan akrab untuk dosen saya itu bertanya kepada kami, sebagai calon sarjana kesehatan masyarakat apa manfaat yang kalian peroleh dalam mempelajari filsafat G. 0aya baru menyadari hal tersebut. &engapa saya seorang mahasiswa fakultas ilmu kesehatan harus mempelajari filsafat G ada hubungan apa filsafat dengan ilmu kesehatan masyarakat G. 0aya lalu berpikir, mencari titik temu antara filsafat dengan ilmu kesehatan masyarakat. :ell, dengan memahami pengertian filsafat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, akhirnya saya menemukan hubungan antara filsafat dan ilmu kesehatan masyarakat. Tapi, sebelum saya menjelaskannya lebih rinci, yuk lihat dulu apa sihh filsafat dan ilmu kesehatan masyarakat itu. Pengertian filsafat menurut Aristoteles ( (* + ,, SM) 2 %ahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. &enurut Si'i $a-al.a 2 %erfilsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal. &enurut /inslo01 ilmu kesehatan masyarakat yaitu ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya. 8ah, berdasarkan pengertian tersebut maka saya menarik kesimpulan bahwa kegunaan filsafat dalam ilmu kesehatan masyarakat adalah sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk mencari, meninjau, mengamati dan menyelidiki setiap masalah ataupun kejadian yang terjadi di masyarakat yang termasuk dalam ruang lingkup kesehatan masyarakat. &asalah tersebut diselidiki secara sistematis dengan lebih dalam untuk mendapatkan kebenaran, solusi ataupun pencegahannya. 0elain itu, dengan berfilsafat kita )khususnya sarjana kesehatan masyarakat* juga berpikir dengan lebih logis dan radikal sehingga setiap ide dan tindakan yang diperbuat dapat lebih terarah dan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. %egini, saya berikan contoh misalnya dalam ruang lingkup kesehatan masyarakat yaitu kesehatan lingkungan. Hika suatu daerah memiliki lingkungan yang udaranya tercemar maka kita akan menyelidiki apa penyebab udara di daerah tersebut tercemar, akibat yang ditimbulkannya, dampak baik secara langsung maupun tidak langsung serta solusi atau tindakan yang dilakukan untuk meminimalisir pencemaran udara dan bahkan menghilangkannya. 0emua hal tersebut dapat dilakukan dengan berfilsafat. 8ah, demikianlah hubungan filsafat dengan ilmu kesehatan masyarakat menurut pendapat saya. 0moga bermanfaat 2*