BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hookworm Disease atau penyakit cacing tambang adalah infeksi cacing umum yang didominasi oleh parasit nematoda Necator americanus americanus dan Ancylostoma duodenale. duodenale. Infeksi cacing tambang diperoleh melalui paparan kulit terhadap larva di tanah yang terkontaminasi oleh kotoran manusia. Di seluruh dunia, cacing tambang menginfeksi sekitar 440 juta orang. 1,2 Menurut data World Health Organisation Organisation (WHO) tahun 2005, memperkirakan 198 juta orang dikawasan Sub Sahara, Afrika terinfeksi, 149 juta orang terinfeksi di kawasan Asia Timur dan Pasifik, 71 juta di India, 59 juta di Asia Selatan, 50 juta di Amerika Latin dan Karbia, 39 juta di Cina, dan 10 juta di Timur Tengah dan Afrika Utara. Infeksi cacing tambang berhubungan erat dengan sanitasi yang buruk, kemiskinan, konstruksi rumah yang buruk, dan kurangnya akses untuk mendapat pelayananan kesehatan.3 Prevalensi infeksi cacing pada anak lebih tinggi karena mereka belum mengerti benar arti kesehatan dan kebersihan. Hasil survey infeksi cacing tambang sekolah dasar di 27 provinsi Indonesia pada tahun 2002 sebanyak 2,4%, tahun 2003 sebanyak 0,6%, pada tahun 2004 sebanyak 5,1%, tahun 2005 sebanyak 1,6%, dan pada tahun 2006 sebanyak 1,0%. 4 Prevalensi infeksi cacing tambang terbanyak pada daerah perkebunan, seperti di perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat sebanyak 93,1% dan pada perkebunan kopi di Jawa Timur 80,69%. 5 Sedangkan pada Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai pada sekolah dasar (SDN) dengan 173 siswa, data tahun kemarin menunjukkan bahwa infeksi cacing tambang pada siswa SDN Rejoso 20,5%. Hal tersebut dikarenakan masih adanya perilaku buang air besar disekitar rumah, dan perilaku anak-anak yang biasa bermain dengan tanah. Di Desa Rejoso, memiliki wilayah perkebunan seluas 5000 hektar berupa tanah kering yang merupakan tanah yang sesuai dengan perkembangan cacing tambang. Namun di desa tersebut, kepala keluarga (KK) umumnya berpendidikan sekolah menengah dan dasar dengan profesi tani atau buruh. Penghasilan orang
1
tua siswa sebagian besar masih dibawah upah minimum kota (UMK). Dalam kegiatan pekerjaan mereka KK umumnya tidak menggunakan alas kaki. Berdasarkan kasus pada Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai terdapat beberapa kesamaan penyebab terjadinya infeksi cacing tambang dengan daerah lain. Jadi perlu adanya penanggulangan terhadap terjadinya infeksi cacing tambang terutama pada Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai. Karena apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat terjadi prevalensi infeksi cacing tambang meningkat, anemia, dan intoksikasi pada penderita. B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menanggulangi terjadinya infeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai ? C. Tujuan 1. Tujuan umum
Menanggulangi terjadinya Infeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. 2. Tujuan khusus
a. Perbaikan dan pembangunan fasilitas sanitasi MCK di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. b. Penyuluhan tentang pencegahan infeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. c. Pemberian pengobatan pada masyarakat yang terinfeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai.
2
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Skenario Hookworm disease
Desa Rejoso adalah salah satu desa di kecamatan Karang Kabupaten Damai. Di desa tersebut terdapat Sekolah Dasar (SDN) dengan 173 siswa. Data tahun kemarin menunjukan bahwa kejadian Infeksi Cacing tambang pada siswa SDN rejoso 20,5%. Perilaku buang air besar di sekitar rumah 44,2%, Perilaku anak anak yang biasa bermain dengan Tanah sebesar 54,2%. Kota Damai Khususnya Kecamatan Karang Memiliki wilayah perkebunan seluas 5000 hektar berupa tanah kering yang merupakan tanah yg sesuai dengan perkembangan Cacing tambang. Kepala keluarga umumnya 65% Rendah dengan pekerjaan umumnya tani atau buruh tani (67%), Pemghasilan orang tua siswa sebagian besar masih di bawah upah minimum (66%), sebanyak 83% rumah mereka memiliki perkarangan atau lahan pertanian dan dalam menjalani pekerjaan
76% kepala keluarga tidak menggunakan alas kaki.
Bagaimana cara penanggulangan penyakit yang terdapat di desa tersebut. B. Analisis
Dari kasus yang terjadi di Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai, data tahun kemarin menunjukkan bahwa infeksi cacing tambang pada siswa SDN Rejoso sebanyak 20,5%. Hasil inventarisasi masalah terhadap terjadinya infeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai antara lain sebagai berikut : 1. Perilaku buang air besar disekitar rumah. Perilaku defekasi (buang air besar) yang kurang baik dan di sembarang tempat diduga menjadi faktor risiko dalam infeksi cacing tambang. Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus). Cacing betina dewasa mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja. 6 Pada waktu keluar bersama feses biasanya masih berupa unsegment ovum atau berisis 2-8 blastomere yang akan berkembang lebih lanjut. Pada keadaan obstipasi kadangkadang didapatkan telur yang berisi morula atau bahkan larva. 7 Adanya telur cacing tambang pada tinja penderita yang melakukan aktifitas defekasi di tanah
3
terbuka semakin memperbesar peluang penularan larva cacing tambang pada masyarakat di sekitarnya. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah. Hal inilah yang menjadikan resiko kecacingan tinggi. 2. Perilaku anak anak yang biasa bermain dengan tanah. Dari data yang di dapatkan, diketahui bahwa Desa Rejoso memiliki perkebunan seluas 5000 hektar, berupa tanah kering yang merupakan tanah yang sesuai dengan perkembangan cacing tambang. Apabila infektif larva dapat bertahan 3 sampai 4 minggu dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada kontak dengan inang manusia, larva menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah ke jantung dan kemudian ke paru-paru. 7 Jadi perilaku pada anak di Desa Rejoso yang biasa bermain dengan anak dapat menyebabkan masuknya larva filariform masuk menembus ke kulit dan menyebabkan terjadinya infeksi cacing tambang. Sehingga sangat dianjurkan untuk memakai alas kaki ketika beraktivitas di luar rumah dan tidak bermain yang berhubungan dengan tanah. 3. Wilayah perkebunan berupa tanah kering sesuai dengan perkembangan cacing tambang. Prevalensi infeksi cacing tambang terbanyak pada daerah perkebunan.5 Cacing tambang dan Strongyloides stercoralis memerlukan tanah pasir yang gembur, bercampur humus dan terlindung dari sinar matahari langsung. Oleh karena itu, tanah pada Desa Rejoso yang merupakan perkebunan dengan kondisi tanah
yang
kering
merupakan
tempat
yang
mendukung
untuk
berkembangbiaknya cacing tambang. Hal tersebut juga salah satu faktor risiko terjadinya infeksi cacing tambang. 4. Kepala Keluarga umumnya bependidikan rendah Rendahnya Pendidikan kepala keluarga merupakan faktor yang mendukung kurangnya pemahamanan tentang resiko-resiko penyakit yang dapat timbul akibat kurangnya menjaga kebersihan lingkungan peribadi, sekitar dan terutama
terhadap
lingkungan
keluarga,
dan
juga
sulitnya
untuk
mengaplikasikan kebiasan hidup bersih kepada diri sendiri dan lingkungan keluarga. 5. Penghasilan KK yang minimum. Penghasilan Kepala keluarga yang minimum ditambah dengan latar belakang perkerjaan yang umumnya petani atau buruh tani , Bisa menjadi salah 4
satu
alasan kurangnya ketersediaan alat-alat pelindung diri saat melakukan
pekerjaan atau aktifitas di perkebunan, itulah mengapa kepala keluarga di Desa rejoso memiliki kebiasaan tidak menggunakan alas kaki tertutup saat berada/berkontak dengan tanah saat lahan pertanian. Minimalnya ketersedian dana juga berdampak penggunaannya tinja sebagai pupuk, dimana tinja merupakan sumber infeksi cacing tambang. 6. Dalam kegiatan pekerjaan, kepala keluarga umumnya tidak menggunakan alas kaki Kaki merupakan bagian dari tubuh kita pertama yang melakukan kontak langsung dengan tanah. Seperti yang telah dijelaskan bahwa apabila infektif larva dapat bertahan 3 sampai 4 minggu dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada kontak dengan inang manusia, larva menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah ke jantung dan kemudian ke paru-paru. 7 Maka untuk menghindari masuknya telur atau larva cacing melalui perantaraan kulit kaki perlu di lakukan upaya penggunaan alas kaki bagi para petani.
5
Dari hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan dengan diagram fish bone sebagai berikut :
Input PROSES
Penghasilan Kepala Keluarga yang minimum Tidak menggunakan alas Kaki saat bekerja di sawah
Kepala keluarga berpendidikan rendah
Perilaku anak-anak yang biasa bermain dengan tanah Wilayah perkebunan berupa tanah kering yang sesuai dengan perkembangan cacing
Infeksi Cacing Tambang/ Hookworm disease
Perilaku buang air besar disekitar rumah
LINGKUNGAN
Gambar 2.1 : Diagram Fish bone Kejadian Cacing Tambang di Desa Rejoso, Kecamatan Karang Kabupaten Damai
6
C. Pembahasan 1. Perbaikan dan pembangunan fasilitas sanitasi MCK di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. a. Peran MCK dalam mencegah penularan cacing tambang
Ketersediaan
WC
sangat
di
perlukan
sebagai
sarana
tempat
pembuangan tinja. Pembuangan tinja yang kurang memenuhi syarat kesehatan, misalnya : tanah tergolong hospes perantara atau tuan rumah sementara, tempat berkembangnya telur-telur atau larva cacing sebelum dapat menular dari seseorang ke orang lain, yaitu larvanya yang ada di tinja menembus kulit memasuki tubuh. Pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan akan mengurangi jumlah infeksi dan jumlah cacing. Hal ini penting di perhatikan terutama bila berhubungan dengan anak-anak yang melakukan defekasi di tanah (Ascaris & Trichuris). Ada hubungan signifikan antara ketersediaan jamban SPAL dengan faktor risiko infeksi kecacingan pada anak. b. Perbaikan dan pengadaan MCK
Dari data yang didapatkan , diketahui bahwa masih tingginya perilaku buang air besar sekitar rumah, perilaku ini adalah salah satu faktor yang berperan besar dalam penyebaran penyakit, disamping itu peranan tinja dalam penyebaran penyakit dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, air,tanah serangga (lalat,kecoa dan sebagainya). Maka pentingnya untuk pengadaan dan perbaikan fasilitas MCK sebagai upaya preventif penyebaran penyakit yang di oleh kotoran manusia, Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan lewat tinja. Penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, cacing pita) . 2. Penyuluhan tentang pencegahan infeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai .
Penyuluhan adalah suatu ilmu social yang mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kasus ini penyuluhan tetang
7
pencegahan infeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai sebaiknya dilaksanakan. Dalam penyuluhan ini penjelasan tentang cacing tambang yang paling sering disebabkan oleh Cacing Ancylostoma duodenale dan Necator americanus, yaitu Cacing dewasa yang tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Kemudian telurnya akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen. Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. a. Sasaran (obyek) penyuluhan 1) Kepala keluarga Rendahnya pendidikan formal masyarakat terutama kepala keluarga yang sebagian besar(65%) adalah tamatan sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama
bisa saja menjadi salah satu alasan kurangnya
pengetahuan tentang penularan penyakit yang dapat terjadi akibat kurangnya menjaga sanitasi lingkungan , terutama lingkungan rumah atau keluarga. Mengingat sebagian besar pekerjaan kepala keluarga di Desa Rejoso adalah Tani atau Buruh Tani yang sehari-hari nya bekerja di sawah berhubungan dan sering berkontak langsung dengan tanah yang merupakan tempat perkembanganya cacing tambang. Dari Data yang didapatkan juga disebutkan bahwa sebagian besar kepala keluarga yang bekerja di pekarangan/lahan pertanian masih sering tidak menggunakan alas kaki. Maka penting dilakukannya penyuluhan terhadap kepala keluarga untuk menghindari perilaku/kebiasaan yang dapat memicu terjadinya Infeksi Cacing Tambang. 2) Murid-murid SDN Rejoso Dari data yang di dapatkan diketahui bahwa terjadinya sejumlah kasus Infeksi Cacing Tambang yang diaalami oleh murid -murid di SDN Rejoso hal ini bisa saja dipicu oleh kebiasaan/perilaku anak anak yang masih buang air besar di sekitar rumah dan perilaku sering bermain di 8
sekitar tanah ,mengingat dari data yang di dapatkan bahwa Desa Rejoso Kecamatan Karang ,Kabupaten Damai memiliki perkebunan seluas 5000 hektar, berupa tanah kering yang merupakan tanah yang sesuai dengan perkembangan Cacing Tambang. Maka pentingnya dilakukan penyuluhan kepada anak-anak SD Rejoso untuk membiasakan mejaga kebersihan diri sendiri dengan menghindari bermain di tanah dan mejaga kebersihan jajanan/makanan dikonsumsi untuk mencegah terjadinya Infeksi Cacing Tambang. b. Tujuan penyuluhan 1) Meningkatkan pengetahuan tentang pengenalan tanda-tanda penderita cacing tambang dan kemana mencari pertolongan pengobatan. Secara umum, tanda yang terlihat pada anak yang terkena kecacingan adalah : a. Badan terasa lemah, neusea, sakit perut, lesu, anemia, penurunan berat badan dan kadang-kadang diare dengan tinja berwarna hitam. b. Pada infeksi ringan gangguan Gastro Intestinal ringan. c. Menimbulkan anemia pada penderita. d. Pada infeksi berat dapat meyebabkan gejala mual, muntah, anoreksia bahkan ileus e. Menimbulkan penyakit ”Ground itch” (cotaneous larva migrans) dengan gejala :gatal-gatal, erythema, papula, erupsi dan vesicula pada kulit. Bila di dapatkan kecurigaan akan timbulnya gejala gejala tersebut hal yang pertama kali harus di lakukan adalah segera membapenderita ke rumah sakit atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera apabila terlalu lama tidak ditangani dapat menimbulkan resiko terjadinya komplikasi berupa Anemia, jika menimbulkan pendarahan. 2) Meningkatkan
pemahaman
bagaimana
mencegah
penularan
cacing
tambang. Langkah penting yang harus dilakukan dan dipahami untuk mencegah terjadinya penularan Infeksi Cacing Tambang antara lain:
9
a. Meningkatkan pengetahuan tentang bahaya akan terjadinya penyakit tesebut dan penularanya, dan penting juga untuk selalu menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar. b. Pengadaan Fasilitas MCK keluarga, sehingga kotoran manusia tidak menyebabkan pencemaran pada tanah disekitar lingkungan tempat tinggal kita. c. Menggunakan sarung tangan dan alas kaki yang tertutup saat berkontak dengan tanah, terutama tanah yang dicurigai sudah tercemar dengan kotoran manusia. d. Menghindari penggunaan tinja sebagai Pupuk. e. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Aktifitas dengan menggunakan sabun dan air mengalir. c. Metode penyuluhan 1) Memanfaatkan waktu pertemuan warga sebagai media penyuluhan. Pertemuan dengan warga sangat penting sebagai media untuk menyampaikan informasi tentang tentang pentingnya sanitasi lingkungan ,pengadaan fasilitas MCK, penambahan pengetahuan tentang proses terjadinya infeksi cacing tambang beserta faktor resiko terjadinya infeksi dan pengobatanya ,serta
pentingnya tindakan preventive
dengan
menggunakan alat-alat pelindung diri saat bekerja di perkebunan dan di lahan pertanian. Maka perlunya dilakukan penyususnan program.-program khusus untuk kegiatan penyuluhan di puskesmas. 2) Menyusun program khusus untuk kegiatan penyuluhan di Puskesmas.
Penghimbauan tentang pentingnya Sanitasi lingkungan Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Pengadaan dan perbaikan fasilitas MCK MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu sarana fasilitas umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk cukup padat dan tingkat kemampuan
10
ekonomi rendah. MCK komunal/umum adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi (300-500 orang/Ha). Jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan fungsinya pelayanannya yaitu: (Proyek REKOMPAK – JRF, 2008) a. MCK lapangan evakuasi/penampungan pengungsi. MCK ini berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi bencana, sehingga lokasinya harus berada tidak jauh dari lokasi pengungsian (dalam radius +/- 50 m dari lapangan evakuasi). b. MCK untuk penyehatan lingkungan pemukiman. MCK ini berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis ini idealnya harus ditengah para penggunanya/ pemanfaatnya dengan radius 50 – 100m dari rumah .
Pengelolahan Limbah Septic tank (tangki septik) adalah suatu bak berbentuk empat persegi panjang yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan menerima atau menampung kotoran dan air penggelontor yang berasal dari toilet glontor, termasuk juga segala buangan limbah rumah tangga. Periode tinggal (detention time) di dalam tangki adalah 1-3 hari. Zat padat akan diendapkan pada bagian tangki dan akan dicernakan secara anaerobik (digested anaerobically) dan suatu lapisan busa tebal akan terbentuk dipermukaan. Walaupun berlangsung
proses
secara
pencernaan
efektif,
namun
zat
padat
pengambilan
yang
terendap
lumpur
yang
terakumumlasi perlu dilakukan secara periodik antara 1-5 tahun sekali. Dan bila ditinjau dari kesehatan, efluen yang berasal dari tangki septik masih berbahaya sehingga perlu di alirkan ke tangki peresapan (soakaways) atau bidang peresapan (leaching/ drain fields). Efluen tersebut tidak boleh langsung disalurkan pada saluran drainase ataupun badan-badan air tanpa mengolah efluen tersebut terlebih dahulu. Walaupun pada umumnya tangki septik digunakan 11
untuk mengolah air limbah rumah tangga secara individual, namun tangki
septik
juga
dapat
digunakan
sebagai
fasilitas
sanitasi
komunal/umum untuk suatu lingkungan dengan penduduk sampai 300 jiwa.
Pentingnya Alat-alat Pelindung diri saat melakukan pekerjaan di perkebunan/saat berkontak langsung dengan tanah. Pentingnya alat pelindung diri saat melakukan pekerjaan di daerah perkebunan atau lahan pertanian harus terus di himbau kepada masyarakat di Desa Rejoso karena tindakan preventif yang palig penting dilakukan adalah selalu menggunakan alas kaki yang tetutup dan menggunakan sarung tangan mengingat penularan Infeksi cacing tambang melaui
kotoran (yang dijadikan
pupuk) dan tanah
perkebunan/lahn pertanian. d. Meteri penyuluhan 1) Infeksi cacing tambang dan tanda-tandanya. Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur memastikan diagnosis askariasis. Diagnosis juga dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui hidung, mulut, maupun tinja. Dari gejala klinis sering kali susah untuk menegakkan diagnosis, karena tidak ada gejala klinis yang spesifik sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis ascariasis ditegakkan berdasarkan menemukan telur cacing dalam tinja (melalui pemeriksaan langsung atau metode konsenntrasi), larva dalam sputum, cacing dewasa keluar dari mulut, anus, atau dari hidung. Tingkat infeksi ascariasis dapat ditentukan dengan memeriksa jumlah telur per gram tinja atau jumlah cacing betina yang ada dalam tubuh penderita. Satu ekor caci ng betina per-hari menghasilkan lebih kurang 200.000 telur, atau 2.000-3.000 telur per-gram tinja. Jika infeksi hanya oleh cacing jantan atau cacing yang belum dewasa sehingga tidak ditemukan telur dalam tinja penderita, untuk diagnosis dianjurkan dilakukan pemeriksaan foto thorax.
12
2) Siklus hidup cacing tambang.
Gambar 2.2 : Siklus hidup cacing tambang
Tahap-tahap dari siklus hidup cacing ini 7 adalah : 1. Telur dikeluarkan dalam tinja, 2. Dalam kondisi yang menguntungkan (kelembaban , kehangatan, temaram), larva menetas dalam 1 sampai 2 hari. Larva rhabditiform ini tumbuh dalam tinja dan/atau tanah, 3. Setelah 5 sampai 10 hari (mengalami dua kali molting) menjadi filariform larva (L3/tahap ketiga) yang infektif. 4. Infektif larva dapat bertahan 3 sampai 4 minggu dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada kontak dengan inang manusia, larva menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah ke jantung dan kemudian ke paru-paru. Mereka menembus ke dalam alveoli paru , naik cabang bronkial menuju faring , dan tertelan. 5. Larva mencapai usus kecil, tinggal dan tumbuh menjadi dewasa. Cacing dewasa hidup di lumen usus kecil, menempel pada dinding usus. Sebagian besar cacing dewasa dieliminasi dalam 1 sampai 2 tahun, tapi umur panjang bisa mencapai beberapa tahun.
13
Beberapa larva A. duodenale, setelah penetrasi kulit host, dapat menjadi dorman (di usus atau otot). Selain itu, infeksi oleh A. duodenale mungkin juga terjadi melalui oral dan transmammary route. Untuk N. americanus, bagaimanapun, memerlukan fase migrasi transpulmonary. 3) Cara mencegah penularan.
Pencegahan Primer Pencegahan
primer
dapat
dilakukan
dengan
mengadakan
penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan tentang kecacingan dan sanitasi lingkungan atau menggalakkan program UKS, meningkatkan perilaku higiene perorangan dan pembuatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang sehat dan teratur.
Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit dan memakan obat cacing tiap 6 bulan sekali .
Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan tindakan medis berupa operasi.
3. Pengobatan pada Infeksi cacing tambang
Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai macam anthelmintic, antara lain befenium hidroksinafloat, tetraldoretilen, pirantel pamoat, dan mebendazole. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfas ferrosus) per os dalam jangka waktu panjang dibutuhkan untuk memulihkan kekurangan zat besinya. Berikut merupakan cara dan dosis penggunaan obat-obatan anthelmintic : 1. Pemberian pirantel pamoat selama 3 hari, atau 2. Mebendazole 500 mg dosis tunggal atau 100 mg, 2x sehari, selama 3 hari, atau 3. Albendazole 400 mg, dosis tunggal, tidak diberikan pada wanita hamil. 4.Sulfasfer
14
BAB III RENCANA PROGRAM
Seperti yang telah dijelaskan bahwa masalah yang terjadi di desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai adalah penanggualangan terjadinya infeksi cacing tambang. Dari masalah tersebut terdapat beberaa alternative kegiatan yang diperlukan, yaitu sebagai berikut: 1. Perbaikan dan pembangunan fasilitas sanitasi MCK di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. 2. Penyuluhan tentang pencegahan infeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. 3. Pemberian pengobatan pada masyarakat yang terinfeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. Tabel 3.1 : Skoring untuk menentukan urutan prioritas kegiatan hasil skoring kelompok diperoleh urutan prioritas sebagai berikut:
Efektivitas No
1
Efisiensi
Hasil
Alternatif Kegiatan
Perbaikan dan pembagunan fasilitas dan
M
I
V
C
4
4
4
2
32
3
3
3
3
9
4
3
4
3
16
sanitasi MCK di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. 2
Penyuluhan tentang pencegahan infeksi cacing
tambang
di
Desa
Rejoso
Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. 3
Pemberian pengobatan pada masyarakat yang terinfeksi cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai.
15
P
: Prioritas jalan keluar
M : Maknitude, besarnya masalah yang bias diatasi apabila solusi ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah ini) I
: Implementasi, kelanggengan selesainya masalah.
V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah C : Cost, biaya yang diperlukan Dengan
demikian
prioritas
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan
untuk
memecahkan masalah kejadian cacing tambang di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai, adalah Perbaikan dan pembangunan fasilitas sanitasi MCK di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai. Yang lebih lanjut dirinci sebagaimana dapat dilihat pada Tabel Rencana Kegiatan sebagai berikut:
16
Tabel 3.2 : Rencana Kegiatan Perbaikan dan Pembangunan Fasilitas MCK di Desa Rejoso Kecamatan Karang, Kabupaten Damai No
Kegiatan
Sasaran
Target
1
Pendataan MCK
Rumah di kawasan desa Rejoso
100 % rumah dengan sanitasi kurang baik dan tidak ada fasilitas mck
2
Sosialisasi perbaikan dan pembangunan fasilitas MCK
Warga desa Rejoso
100 % warga desa yang memiliki rumah dengan sanitasi kurang baik dan tidak ada fasilitas mck
Volume kegiatan 1 tim yang telah ditunjuk
Rincian kegiatan Mendata rumah dengan sanitasi yang kurang baik dan tidak memiliki fasilitas mck
Lokasi pelaksana Desa rejoso, kecamatan karang kabupaten damai
Tenaga pelaksana Petugas puskesmas
1 tim sosialisasi yang telah ditunjuk
Memberikan sosialisasi tentang rencana perbaikan dan pembangunan fasilitas mck di rumah warga desa
Balai desa Rejoso
Tenaga puskesmas dan tenaga pembanguna n desa
Jadwal
Minggu 1
Minggu 2
Kebutuhan pelaksanaan ATK dan Transportasi
Ruang pertemuan lengkap dengan audio visual dan snack
17
3
Menyiapkan Petugas tenaga Menyia kesehatan pkan alat dan puskesmas bahan dan pembuatan pembangun MCK an desa
100% tenaga dan alat siap
1 tim yang telah ditunjuk
Alat dan bahan pembuatan mck 4
pembuatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang sehat dan teratur.
Rumah di Desa Rejoso dengan sanitasi kurang baik dan tidak ada fasilitas mck
80 % Rumah di Desa Rejoso dengan sanitasi kurang baik dan tidak ada fasilitas mck
1 Tahun
1. Memilih tenaga yang siap melaksanakan tugas 2.Inventarisasi kebutuhan bahan dan alat 3.Check and recheck
Di kantor desa Rejoso
1. Membangun saluran air bersih 2. Membangun toilet 3. Membangun sarana kebersihan lainnya yang layak digunakan
Desa Rejoso
Petugas kesehatan puskesmas
Minggu 3
Bahan material pembangunan sarana mck
Minggu 4
4. Dana 5. Sarana bangunan 6. Sarana kebersihan
Petugas pembanguna n desa
Tenaga pembanguna n , Warga Desa rejoso
18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Peran MCK sangat penting dalam mencegah penularan cacing tambang oleh karena itu diadakannya perbaikan MCK di desa tersebut akan mempengaruhi terhadap prevalensi infeksi cacing tambang. 2. Penyuluhan tentang pencegahan infeksi cacing tambang adalah bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara lain dengan asing-masing keluarga memiliki jamban keluarga sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk, menggunakan alas kaki saat berkontak dengan tanah, menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja, menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah, dan mencuci tangan sebelum dan setelah melakukkan aktifitas dengan menggunakan sabun. 3. Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan anthelmintic. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfas ferrosus) untuk memulihkan kekurangan zat besinya. B. Saran
1. Perlu adanya perilaku tanggap dari masyarakat Desa Rejoso Kecamatan Karang Kabupaten Damai untuk memperhatikan sanitasi MCK yang baik dan memadai dan menggunakannya. Jika sudah ada perlu adanya peningkatan sanitasi MCK. 2. Dalam hal penyuluhan terhadap pencegahan infeksi cacing tambang perlu adanya anjuran pengobatan 6 bulan sekali untuk mengonsumsi obat cacing (anthelmintic). 3. Disamping pengobatan dengan anthelmintic dan tablet besi, perlu adanya diit tinggi protein.
19
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
de Silva NR, Brooker S, Hotez PJ, Montresor A, Engels D, Savioli L. Soiltransmitted helminth infections: updating the global picture. Trends Parasitol . 2003 Dec. 19(12):547-51. Stoltzfus RJ, Dreyfuss ML, Chwaya HM, Albonico M. Hookworm control as a strategy to prevent iron deficiency. Nutr Rev. 1997 Jun. 55(6):223-32. World Health Organization. Parasitic Diseases. Available at http://www.who.int/vaccine_research/diseases/soa_parasitic/en/index2.html. Accessed: April 22, 2012. Brooker S, Bundy DAP. Soil-transmitted Helminths (Geohelminths). Cook GC, Zumla AI, eds. Manson’s Tropical Diseases. 22nd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders; 2009. 1515-48. Pullan RL, Smith JL, Jasrasaria R, Brooker SJ. Global numbers of infection and disease burden of soil transmitted helminth infections in 2010. Parasit Vectors. 2014 Jan 21. 7:37. Hotez PJ, Bethony J, Bottazzi ME, Brooker S, Buss P. Hookworm: "the great infection of mankind". PLoS Med . 2005 Mar. 2(3):e67. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:11).
KARYADI, D., TARWOTJO, 1., BASTA, S., SUKIRMAN, HUSAINI, ENOCH, H., MARGONO, S.S. and SALIM, A., : Nutritionand Health Status of Construcrion Workers at Three Selected Sitesin West Java, Indonesia. Bull. Penel. Keseh. (Bull. Hlth. Studies in Indon.) No. 2, 1: 47 77, 1974. 9. Gracia , Lynne S, Bruckner, David A. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran, Jakarta : EGC. 10. Brooker S, Bundy DAP. Soil-transmitted Helminths (Geohelminths). Cook GC, Zumla AI, eds. Manson’s Tropical Diseases. 22nd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders; 2009. 1515-48. 11. enters for Disease Control and Prevention. Hookworm. CDC DPDx: Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. Available at http://www.dpd.cdc.gov/DPDx/HTML/Hookworm.htm. 12. Craig, C.F., et al. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology. Michigan : Lea & Febiger CDC. Ascariasis. http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/ 13. Sumber : https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/). 14. Darmawan, A. (2016). Hubungan infeksi parasit usus dengan anemia ibu hamil di wilayah kerja puskesmas 1 Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 15. Faridan, K., Marlinae, L., & Audhah, N. A. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. Jurnal Buski, 4(3). 16. Adiantoro, H. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jombang : STIKES. 8.
20