FCC VOICE #2 WASIT GOBLOG http://flowerscitycasuals.tumblr.com
Adalah Penyulut Emosi Menuju LPI!!
Written by: @insureksionist 21012011
Kira-kira apa yang kamu harapkan ketika menontonsebuah pertandinga pertandingan n sepakbola?
Written By : @arvi_putra Perdebatan panjang tentang cara terbaik mendukung club kesayangan memang tidak pernah ada habisnya, apalagi untuk Persib kita tercinta. Semua berlomba untuk menjadi yang paling terdepan. Berbagai cara kita ungkapkan untuk menyemangati para punggawa Persib. Mulai dari menyanyikan lagu-lagu pembakar semangat para pemain, berteriak mencaci lawan, sampai melakukan tarian-tarian untuk sekadar membuat variasi dukungan. Semua itu menambah gairah kita untuk terus datang ke stadion. Semua cara untuk mendukung Persib tidak ada yang salah selama tidak merugikan Maung Bandung itu sendiri. Termasuk cara kami, FCC sebagai kelompok bobotoh yang selalu loyal mendukung Persib. Berjalan menuju stadion dengan mengenakan brand-brand semacam Segio Tacchini, Burberry, Stone Island, Adidas, Lacoste, Scott & Lyle menjadi gaya kami. Bila anda lebih memilih memakai baju-baju lokal yang bertuliskan Wasit Goblog, VikBon Satu Hati, Diputuskeun Kabogoh Demi Persib, itu terserah anda. Hanya saja saya sedikit gerah dengan pendapat bahwa kami adalah korban mode alias fashion victim. Oh, come on mate, semua manusia yang menapakan kakinya di muka bumi ini merupakan korban mode, bahkan mereka yang menganut paham “bobotoh ukulele” pun merupakan korban mode. Bukankah sekarang jeans sudah menjadi bagian dari kita? Apakah anda memakai carik setiap hari? Saya rasa tidak. Jeans yang bukan dari tradisi berpakaian di Indonesia pun sudah menjadi bagian dari apa yang kita pakai. Kita semua adalah korban mode
mate. Mereka yang datang ke stadion dengan bertelanjang kaki alias nyeker, memakai rompi kulit penuh spike, dan membawa ukulele merupakan cerminan dari seleranya, dan mereka bergaya seperti itu pun karena melihat para pendahulunya atau kelompok dalam lingkungannya bergaya seperti itu. Secara tidak langsung dia yang terinspirasi menjadi bobotoh ukulele pun merupakan korban dari apa yang dia lihat. Jangan salahkan kami bila kami lebih stylish. Inti dari semua ini bukan cara siapa yang paling baik dalam mendukung Persib, tapi apa yang bisa kita berikan. Kami lebih memilih untuk pergi ke stadion dengan stylish dan bersikap dewasa. Bila anda memilih nge-lem diluar stadion, memakai baju/jersey dari tim yang tidak ada hubungannya dengan pertandingan, dan berbuat rusuh di dalam stadion, SAREWELAH!!! Di Inggris sana sepakbolanya sudah mencapai tahap modern. Bila kita menyaksikan pertandingan-pertandingan Liga Inggris, coba sebutkan satu saja stadion yang tribunnya di tutupi pagar besi tinggi sebagai pembatas. Jawabannya? Tidak ada! Mengapa? Karena supporternya sudah dewasa dalam menonton pertandingan sepakbola. Saya sadari betul, tidak ada proses pendewasaan yang singkat. Penikmat sepakbola di negara kita juga sedang menuju kearah sana. Hanya saja semua itu harus dimulai dari sesuatu yang bersifat mendasar, yaitu sikap kita sebagai penonton. Kami menganggap hari sepakbola adalah hari yang sakral, hal itu tercermin dari apa yang kita pakai dan sikap kami. Karena bagi kami mendukung Persib dengan berdandan rapi dan ber-attitude baik merupakan bentuk dukungan yang dapat mempercepat pendewasaan atmosfir sepakbola di Indonesia. AMIN! WE”LL KEEP OUR BLUE FLAG UP IN THE SKY!!
Show cunts the red cards! Kekalahan dalam sebuah pertandingan yang disebabkan oleh perbedaan level skill pemain, keberuntungan dan salah strategi bagi saya yang merupakan seorang supporter bisa diterima dan pastinya saya akan menyalahkan strategi dari pelatih ataupun pemain yang kurang konsentrasi atau tidak mengikuti instruksi pelatih. Namun jika kekalahan tercipta karena campur tangan wasit goblog, tentu saja bukan hanya caci-maki yang keluar, tetapi juga rasa sakit hati dan kesal yang mendalam karena sebagai supporter tidak bisa ikut campur kecuali membuat kerusuhan sehingga pertandingan terhenti tanpa ada tim yang menang sebelum dibantu wasit goblog lebih jauh. Keputusan kontroversial wasit seringkali membuat saya mangkel atau jengkel yang sangat mendalam, apalagi ketika saya sedang melihat pertandingan dan menginginkan pertandingan tersebut berjalan seru serta enak dinikmati. Lebih menjemukan lagi ketika kegoblogan wasit disertai kecurangan perangkat penyiaran dimana tidak mengulang kejadian-kejadian penting yang menyebabkan keputusan kontroversial wasit goblog tersebut keluar.
wasit bisa saja membuat kesalahan. Namun beda masalah ketika kesalahan-kesalahan dalam kapasitasnya sebagai wasit dilapangan dilakukan berulang-ulang dan tidak masuk akal, serta dengan alasan yang mengadaada, dipastikan akan muncul pendapat miring dari penikmat pertandingan. Kejadian buruknya pengadil dilapangan tersebut terjadi bukan hanya sekali duakali di Indonesia, tetapi berulangkali, salah satunya ketika Persisam Putra menjamu Persib Bandung tanggal 20 Januari kemarin di stadion Segiri, Samarinda. Dari pertandingan tersebut selain si wasit goblog yang membuat pertandingan tidak berkualitas, stasiun televisi yang menyiarkan juga ikut andil, boleh dibilang semacam konspirasi untuk memenangkan tim tuan rumah antara wasit goblog dengan stasiun televisi dibawah komando badan sepakbola tertinggi tentunya. Keputusan kontroversial dalam pertandingan tersebut antara lain keputusan offside saat ada penyerangan dari kubu Persib yang entah menurut saya itu tidak offside, ketika saya menunggu cuplikan tayangan ulang ternyata tidak muncul juga, ketika saya bertanya ke beberapa teman yang menyaksikan juga menyatakan tidak offside. Kemudian lelucon sebenarnya ketika keputusan mengeluarkan kartu merah bagi Gonzales yang sampai tulisan ini selesai saya buat tidak diketahui alasannya dan lagi-lagi tidak ada cuplikan dari apa yang Gonzales lakukan sehingga dia dikartu merah. Saya pun makin penasaran, konspirasi apa lagi ini? Pihak stasiun televisi yang menyiarkan beralasan tidak terpasang kamera offside dilapangan Segiri. Hmm.. tidak masuk akal sekali alasannya, padahal replay bisa diambil dari kamera utama atau kamera pendukung lainnya yang ada disekitar lapangan. Keputusankeputusan wasit goblog tidak hanya itu saja, tetapi kotornya tingkah polah pemain dilapangan ada beberapa yang luput untuk dinyatakan pelanggaran, padahal bisa berakibat cedera.
Keputusan-keputusan wasit tersebut ada yang bisa dimaklumi dan ada pula yang patut dipertanyakan. Dimaklumi mengingat wasit juga manusia dan manusia tidak ada yang sempurna,
Kill the referee!! Dari pertandingan tersebut bukan kekalahannya yang saya dan mayoritas bobotoh lainnya jadikan fokus utama, melainkan masalah wasit goblog yang memimpin
Jika saya harus menjawab, mungkin saya akan dengan tegas mengatakan bahwa saya ingin pertandingan berkualitas, enak ditonton, baik dari strategi permainan maupun dari kehebatan skill individu setiap pemain, kemudian gol-gol indah dan yang paling utamanya adalah tim kesayangan saya dapat menang.
kagok goblok, aing wasitna kumaha aing we !!! pertandingan serta stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan. Setelah pertandingan tersebut caci maki para bobotoh terhadap wasit dan stasiun televisi di media sosial semacam Twitter dan Facebook menempati puncak popularitas di timeline, bahkan di Twitter menjadi Trending Topic. Ternyata bukan hanya pertandingan tersebut yang dipimpin wasit goblog, tetapi dalam satu minggu tersebut ada pertandingan lain yang saya kira dipimpin oleh wasit goblog, Okto yang pemain timnas & Sriwijaya FC pun dikartu merah atas alasan yang menurut saya tidak jelas, kemudian gol Arema ke gawang Persiba yang dianulir karena dinyatakan offside dan mungkin masih ada kejanggalankejanggalan lain yang supporter lain tau yang disebabkan keberatsebelahan wasit goblog. Ketidakpuasan-ketidakpuasan tersebut memunculkan stigma lama bahwa setiap pertandingan telah diatur siapa yang menang dan siapa yang kalah. Kemudian organisasi tertinggi sepakbola bernama PSSI menjadi sorotan tajam dan hal itu wajar saya kira, karena wasit berada dibawah otoritas mereka, bisa saja keputusankeputusan wasit tersebut muncul karena dibayar untuk melakukan hal paling kotor di jagad sepakbola negeri ini. Sehingga bisa dikatakan sepakbola tersebut bukan milik suporter tetapi milik mereka yang memiliki kewenangan penuh mengatur segala sesuatunya termasuk skor pertandingan. Kemungkinan sepakbola dijadikan kendaran politik dan tidak menutup kemungkinan digunakan partai-partai politik untuk menarik masa melalui politik pencitraan. Seperti yang kita tahu bahwa stasiun televisi kemudian beberapa klub termasuk organisasi sepakbola negeri ini diisi oleh salah satu atau lebih dari satu partai dan tidak perlu saya sebutkan mungkin anda tahu partai apa, sialnya partai-partai tersebut memiliki kendali penuh atas stasiun televisi, beberapa klub bola dan bahkan organisasi tertinggi sepakbola yaitu PSSI busuk. Ada klub yang diuntungkan ada juga yang dirugikan oleh tindakan wasit tersebut karena memang dari atasnya sudah busuk dan Bobotoh
sudah muak akan kekalahan-kekalahan yang mengadaada yang disebabkan oleh keputusan wasit maupun aturan-aturan liga yang merugikan. Keputusan berat sebelah wasit sepertinya sudah menjadi masalah laten di sepakbola kita dan sama sekali tidak ada perbaikan dari PSSI busuk sebagai organisasi tertinggi. Justru mereka cenderung lebih sibuk meningkatkan citra positif diri sendiri daripada memperbaiki kualitas kompetisi sepakbola. Hal tersebut menjadi pemantik pendapat mayoritas bobotoh PERSIB agar PERSIB pindah ke LPI karena bosan beberapa kali PERSIB dicurangi oleh wasit dan juga menyusul pernyataan direktur utama sekaligus manajer PERSIB, Umuh Muchtar yang menyatakan akan pindah ke LPI jika dikerjai wasit seperti itu. Isu keinginan PERSIB untuk pindah ke LPI semakin santer dan seolah-olah pasti melihat pernyataan petinggi dan pihak manajemen PERSIB. Erwan Setiawan yang merupakan ketua DPRD Kota Bandung sekaligus anak dari Umuh Muchtar pun mengancam akan membawa PERSIB keluar dari LSI. "Kami dikerjai habis-habisan oleh wasit dan hakim garis. Kami lebih baik mundur saja dari LSI (Liga Super Indonesia, Red) kalau seperti ini," ujar politikus dari Partai Demokrat ini. (source: tribun jabar). Saya merasa ada yang janggal dari pernyataan Erwan tersebut, PERSIB sudah profesional dan tidak lagi menggunakan dana APBD, tapi sepertinya masih ada campur tangan dari
pemerintah daerah dan seperti bulan Agustus kemaren dia menyodorkan APBD lagi padahal PERSIB baru mulai untuk mandiri alias bertransisi menjadi klub profesional. Jika tidak salah saat ada kisruh-kisruh antara konsorsium dengan dirut PT. PBB soal pemilihan pelatih Darko yang akhirnya pihak konsorsium menang dengan terpilihnya Darko menjadi pelatih. Kemudian akhirnya Umuh memanfaatkan Markus menjadi senjata untuk menyingkirkan Darko. Seperti kita tahu bahwa banyak bobotoh yang tidak respect kepada Markus, apalagi sejak insiden banting gelas di saat TC di Cirebon tempo hari. Markus sebelum bergabung di PERSIB adalah kiper di Arema, dia pun didepak karena tingkah lakunya yang menurut Robert Rene Albert pelatih Arema saat itu tidak benar sebagai pemain sepakbola profesional. Jangan salah bahwa Markus berani berulah kembali karena dilindungi sang manajer dan sekarang saat Darko tersingkir kemudian Daniel Roekito menjadi pelatih kemungkinan dia kesal tidak bisa macam-macam, kemarinkemarin pernah baca berita jika dibangkucadangkan ada ancaman akan pindah klub, kemungkinan itu dia. Well, saya tidak tahu pastinya, tapi sebagai seorang bobotoh firasat saya mengatakan begitu. Jika benar-benar ingin menjadi klub yang profesional seharusnya tidak ada campur tangan dari pihak pemerintahan maupun partai dan didukung dari badan liga itu sendiri, kenyataannya PSSI masih mendukung penggunaan APBD untuk klub-klub dibawah otoritasnya. Kembali lagi ke keinginan sebagian besar bobotoh agar PERSIB pindah ke LPI, saya kira wajar karena di LPI semua klub diharuskan mandiri dan profesional tanpa dana APBD. Selain itu juga di LPI konon katanya di setiap
pertandingannya akan di pimpin oleh wasit asing, walau saya belum melihat adanya wasit asing di laya r kaca yang menyiarkan setiap laga LPI sampai saat ini. Keinginan kepindahan tersebut harus diperhitungkan dan dipikirkan matang-matang, pertama LPI adalah liga baru, belum menjamin bahwa liga tersebut juga bersih apalagi bulan Januari ini liga tersebut baru bergulir. Kemudian yang kedua adalah mungkinkah PERSIB bisa lebih berkembang lebih baik lagi dibawah bendera LPI. Ketiga, saya yakin ada perjanjian sponsor-sponsor yang menjadi investor bagi PERSIB telah membuat kesepakat an dengan PT. PBB, apakah akan ada penalti jika pindah liga, pokoknya akan ada pembicaraan ulang masalah sponsorship tersebut. Saya kira masih ada hal lain yang perlu dipikirkan matangmatang oleh manajemen PT. PBB saat ini, semoga saja keputusannya tepat, akan pindah atau tidak. Hampir 1,5 musim tanpa APBD dan hidup bergantung pada pencarian dana sendiri saya kira belum menutupi dana yang keluar alias belum balik modal bagi PERSIB. Sangat berbeda dengan 3 klub sebelumnya (PSM, Persibo & Persema) yang sebelumnya menggunakan APBD, tinggal membuatnya menjadi sebuah perusahaan tanpa berpikir mengembalikan pinjaman saat menggunakan dana APBD saya kira. Tetapi tidak menutup kemungkinan PERSIB pindah ke LPI, wacana kepindahan tersebut berulang kali diucapkan oleh petinggi dan manajemen PT. PERSIB. Farhan wakil direktur dalam twitnya mengatakan "PSSI lbh sibuk berintrik2x politik drpd benerin kualitas wasit =( *masih adakah alasan bertahan di LSI ?" dan "jam pasir mulai meluncur ke bawah mas... dari LSI meluncur ke..." So, jangan sampai emosi akibat masalah Wasit Goblog menjadi satu-satunya alasan untuk pindah ke LPI, tetapi juga perlu dipikirka n matang-matang. PERS IB harus tetap eksis!! Referensi: @FarhanDeltaFM, @zenrs, @antvbola & twitter bobotoh sedunia tribunjabar.co.id, bolaindo.com, goal.com, google.com
r e n r o Written by @rizkiFCC kawan bahwa Adolf "Adi" Dassler (1900 - 1978) sang penemu brand Adidas (berasal dari kata Adi Dassler )tergabung CTahukan dengan partai NAZI, beliau sempat beralih profesi menjadi pengusaha "Panzerschreck"paberik peluncur roket anti tank pada masa Dunia ke II pecah. 3 garis pada logo adidas adalah representasi dari ke 3 anak dari Adolf Dassler logo daun trefoil pertama kali sPerang digunakan pada tahun 1972, seiring dengan dilangsungkannya Olimpiade di Munich (ingat tragedi penyanderaan atlet Israel pada leven tersebut ) Logo yang pada tahun 1996 dinyatakan sebagai logo klasik ini merupakan representasi dari semangat Olimpiade. alogo tersebut pertama kali dipakai pada trainers Adidas 1972 Olympics. uTidak semua produk Adidas identik dengan kultur Casuals, hanya "Adidas Originals" atau yang menggunakan logo trefoil lah yang sbisa diidentikan dengan kultur Casuals. beberapa type trainer adidas yang legendaris dalam kultur Casuals adalah Stan Smith, aDublin, Gazelle dan samba sebagai trainers adidas yang paling merakyat. C