29/09/2013
NANANG MUNIF YASIN, M.PHARM, APT FAKULTAS FARMASI UGM
[email protected]
1
9/29/2013
2
2
1
29/09/2013
KLASIFIKASI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
ISP ATAS
CROUP SINUSITIS OTITIS MEDIA
ISP
ISP BAWAH
BRONKITIS BRONKIOLITIS
TONSILITIS
FARINGITIS EPIGLOTITIS LARINGITIS
PNEUMONIA
3 9/29/2013
TUJUAN TERAPI
1. Mence Mencega gah h kema kemati tian an 2. Menyemb Menyembuhka uhkann pender penderita ita 3. Mencega Mencegah h kekambu kekambuhan han 4. Menurunkan Menurunkan tingkat tingkat penularan penularan
4 9/29/2013
2
29/09/2013
SASARAN TERAPI
1. Keluhan Keluhan/ge /gejal jalaa pasie pasien n: Sesak nafas, demam, batuk, pilek 2. Fakt Faktor or pen penye yeba bab b: bakteri, virus 3. Komp Kompli lika kasi si : Otitis Otitis media : mastoidit mastoiditis,meni is,meningiti ngitiss Sinusitis : meningitis, septikemia Bronkitis : PPOK, bronkhiektasis Pneumonia : atelektasis, abses paru, efusi paru, bakteremia •
•
•
•
•
•
5 9/29/2013
STRATEGI TERAPI
1. Perbai Perbaiki ki kond kondisi isi pasien pasien Hidrasi, oksigenasi 2. Ring Ringan ankan kan kel keluh uhan an// gejal gejalaa pasie pasien n 3. Atasi Atasi faktor faktor penyeb penyebab ab 4. Cegah Cegah dan dan atasi atasi komp komplik likasi asi •
6 9/29/2013
3
29/09/2013
SINUSITIS Sinusitis: Peradangan satu atau lebih dari rongga sinus paranasal, kemungkinan disebabkan alergi, virus, bakteri, atau jamur (jarang). • Akut − sinusitis berlangsung ≤ 4 minggu
Rhinitis: Peradangan pada mukosa hidung, penyebab paling umum virus atau alergi.
Rhinosinusitis: Peradangan mukosa hidung dan lapisan sinus, penyebab paling umum virus atau alergi.
• Recurrent − 4 atau lebih episode sinusitis akut per tahun berlangsung setiap 10 hari atau lebih dan - tidak adanya gejala antara episode • Kronik − sinusitis berlangsung 12 minggu atau lebih dengan atau tanpa pengobatan
Catatan: Rhinitis dan rinosinusitis sering misdiagnosed sebagai sinusitis.
LATAR BELAKANG Virus di pernapasan biasanya menyebabkan peradangan pada mukosa hidung dan sinus maksilaris. Kebanyakan kasus rinosinusitis akut akibat infeksi virus yang tidak komplek.
DIAGNOSIS Beda sinusitis karena bakteri dengan virus sangat ditentukan oleh durasi dan keparahan gejala Sinusitis virus kualitas dan warna sekret jernih dan cair. Rinosinusitis karena bakteri mungkin terjadi jika gejala menetap > 10 hari , atau memburuk setelah 5-7 hari dan ada lokalisasi ke sinus maksilaris. (J Clin Microbiol 1997; 35:2864; JAMA 1967; 202:158).
4
29/09/2013
PENATALAKSANAAN GEJALA
OUT COME
hidung tersumbat , sekret hidung kental dan nyeri wajah + / - demam, sakit gigi rahang atas, wajah bengkak
Membebaskan obstruksi Me(-) viskositas sekret Eradikasi bakteri
FARMAKOTERAPI
Terapi atibiotik umumnya tidak diindikasikan Analgesik-antipiretik untuk mengatasi nyeri dan demam Pengobatan dengan uap, humidifier dan semprot nasal salin Dekongestan topikal atau sistemik dengan durasi pendek bermanfaat (3-4 hari)
5
29/09/2013
CATATAN KHUSUS Dekongestan topikal atau sistemik dengan durasi pendek bermanfaat, tapi jika digunakan jangka panjang (> 5 hari) mengakibatkan penyumbatan berulang, komplikasi lokal (iritasi tenggorakan), dan tidak dianjurkan. (Madigan Army Medical Center. Sinusitis referral guideline. January 2004)
Dekongestan oral yang mengandung fenilpropanolamin (PPA) tidak disarankan untuk digunakan dalam sinusitis bakteri akut. ADE: cemas, imsononia, takikardi, peningkatan tekanan darah, tremor
( MMWR August 16, 1996: Adverse Events Associated with Ephedrine-Containing Products -Texas, December 1993 - September 1995)
Antihistamin harus dihindari pada sinusitis akut karena kecenderungan mereka untuk menyebabkan kekeringan yang berlebihan dengan penebalan cairan dan pengerasan kulit sehingga mengurangi drainase sinus ,yang dapat memperburuk sinusitis. ( Stafford C. The clinician’s view of sinusitis. Otolaryngology Head and Neck Surgery, 1990; 103 (5 part 2): 870-874)
Penggunaan kortikosteroid semprotan hidung kontroversial di sinusitis akut. Kortikosteroid bermanfaat dalam sinusitis kronis karena kemampuan untuk mengurangi edema dan inflamasi hidung dan dengan demikian menghasilkan drainage. (Poole M. A focus on acute sinusitis in adults: changes in disease management. American Journal Medicine, May 1999; 106(5A): 38S-47S).
PENATALAKSANAAN PRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK Kebanyakan pasien dengan rinosinusitis bakteri akut membaik tanpa pengobatan antibiotik. Sekitar 81% pasien yang diobati dengan antibiotik dan 66% dari kontrol meningkat pada 10-14 hari (manfaat absolut dari 15%). S pneumoniae & H influenzae terlibat di lebih dari 50% kasus sinusitis akut pada orang dewasa dan anak-anak. Moraraxella catarrhalis juga penyebab umum sinusitis akut. Pasien dengan gejala sedang atau berat mendapat manfaat dari terapi antibiotik. Amoksisilin tetap menjadi pilihan antibiotik untuk sinusitis bakteri akut : Mencover organisme yang terlibat dalam sinusitis akut Memiliki aktivitas terbaik dari semua agen β-laktam dalam mengatasi penicillin intermediate Streptococcus pneumoniae Efek samping yang relatif sedikit Potensi untuk terjadinya resisten rendah Tidak ada agen antibiotik lainnya telah terbukti unggul untuk amoksisilin dalam uji klinis Pertimbangkan agen lini kedua jika tidak ada perbaikan atau memburuk > 72 jam.
6
29/09/2013
7
29/09/2013
OTITIS MEDIA Otitis media adalah peradangan dan/atau infeksi telinga tengah. Otitis media akut terjadi bila ada infeksi bakteri atau virus di cairan telinga tengah yg menyebabkan produksi cairan / nanah. Otitis media efusi : cairan tanpa peradangan akut Otitis media kronis : cairan (otorrhea) yang purulen shg diperlukan drainase.
8
29/09/2013
ETIOLOGI Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus, namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan otoskop saja. OTITIS MEDIA AKUT
OTITIS MEDIA KRONIK
Bakteri yang terlibat : Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis
Bakteri yang terlibat : P. aeruginosa, Proteus species, Staphylococcus aureus,dan gabungan anaerob
17 29/09/2013
TANDA DAN GEJALA OTITIS MEDIA AKUT Peradangan lokal, otalgia, otorrhea, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun, nyeri, hilangnya pendengaran, demam, & leukositosis Anak < 3 tahun : Seringkali bersifat nonspesifik seperti iritabilitas, demam, terbangun pada malam hari, nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitis, konjungtivitis
OTITIS MEDIA KRONIK Dijumpainya cairan (otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase. Otorrhea semakin meningkat pada saat ISP atau setelah terekspose air. Nyeri jarang dijumpai padaotitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut. Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan tulang rawan.
18 29/09/2013
9
29/09/2013
DIAGNOSIS
Otitis media didiagnosis dengan melihat membrana timpani menggunakan Otoscope. Tes diagnostik lain adalah dengan mengukur kelenturan membrana timpani dengan Tympanometer . Dari tes ini akan tergambarkan ada tidaknya akumulasi cairan di telinga bagian tengah. Pemeriksaan lain menggunakan X-ray dan CT-scan ditujukan untuk mengkonfirmasi adanya mastoiditis dan nekrosis tulang pada otitis maligna ataupun kronik.
19 29/09/2013
PENULARAN & FAKTOR RESIKO
Oleh karena sebagian besar otitis media didahului oleh infeksi pernapasan atas, maka metode penularan adalah sama seperti pada infeksi pernapasan tersebut.
Faktor risiko untuk mengalami otitis media semakin tinggi pada anak dengan “otitis-prone” yang mengalami infeksi pernapasan atas.
20 29/09/2013
10
29/09/2013
KOMPLIKASI Komplikasi otitis media meliputi: Mastoiditis Paralisis syaraf ke-7 Thrombosis sinus lateral Meningitis Abses otak Labyrinthitis.
21 29/09/2013
PENATALAKSANAAN GEJALA
OUT COME
NYERI OTORRHEA IRITABILITAS NAFSU MAKAN < DEMAM
MENGATASI NYERI MENCEGAH KOMPLIKASI ERADIKASI INFEKSI FARMAKOTERAPI
Acetaminophen atau ibuprofen untuk mengatasi nyeri / demam Dekongestan, antihistamin, & kortikosteroid tidak direkomendasikan krn tidak bermanfaat dalam pengobatan namun justru meningkatkan risiko efek samping. Catatan: Beberapa ahli percaya bahwa antihistamin dan atau dekongestan mungkin bermanfaat ketika alergi berperan dalam etiologi OM. Prednison 2 x5 mg efektif menghentikan efusi pd otitis media k ronik
11
29/09/2013
FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK Agen penyebab AOM paling sering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh influenzae Haemophilis nontypeable (25%), Moraxella catarrhalis (10%), Grup A Streptococcus (2%) dan Staphylococcus aureus (2%) . Sekitar 20-30% diduga etiologi karena virus. Durasi standar terapi antibiotik untuk AOM telah 10 hari. Ada studi mengurangi durasi terapi dari 10 hari sampai 5 hari tampaknya memiliki khasiat setara untuk AOM tanpa komplikasi. Mengurangi durasi dari terapi memiliki beberapa keuntungan, termasuk mengurangi potensi resistensi antibakteri, mengurangi efek samping, meningkatkan kepatuhan, dan berkurangnya biaya. Anak-anak kurang dari 2 tahun atau mereka yang terdapat perforasi membran timpani harus menerima 10 hari terapi antibiotik Untuk pasien dengan sekret telinga (otorrhea), disarankan menambahkan terapi tetes telinga ciprofloxacin atau ofloxacin. Profilaksis bagi px dg riwayat otitis media ulangan menggunakan amoksisilin 20 mg/kg BB 1 x sehari selama 2-6 bulan berhasil mengurangi OM 40 -50%
12
29/09/2013
FARINGITIS Faringitis: Peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis, dan laryngitis.
13
29/09/2013
PENATALAKSANAAN OUT COME
GEJALA DEMAM tiba-tiba NYERI telan ADENOPATI SERVIKAL MALAISE, MUAL
MENGATASI GEJALA ME(-) MELUAS INFEKSI MENCEGAH KOMPLIKASI FARMAKOTERAPI
Antibiotik HANYA diindikasikan : Streptococcus grup A Parasetamol dan Ibuprofen membantu mengatasi rasa tidak nyaman dari faringitis Jangan menggunakan aspirin pd anak – risiko Reye’s Syndrome Enselopati pada anak yang jarang, akut, dan sering fatal, ditandai dengan pembengkakan otak akut – gangguan kesadaran & kejang
Kumur dengan larutan garam hangat, gargarisma khan Lozenges/tablet hisap untuk nyeri tenggorokan
14
29/09/2013
FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK Group A Streptococcal Pharyngitis Terapi antibiotik diberikan HANYA apabila ada kecurigaan karena bakteri (demam tiba-tiba, tanpa batuk, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior), sambil menunggu hasil kultur Demam dan gejala lainnya bisa hilang 3-4 hari meski tanpa antibiotik Terapi dapat ditunda sampai 9 hari sejak gejala pertama muncul dan tetap dapat mencegah komplikasi Terapi antibiotik untuk Group A Streptococcal Pharyngitis: Menurunkan keparahan simptom, durasi simptom, risiko transmisi (setelah 24 jam terapi) sehingga mencegah komplikasi Terapi antibiotik selama 10 hari. Blm ada bukti terapi < 10 hari sama efektifnya (termasuk sefalosporin atau makrolida baru) Pilihan pertamannya adalah amoksisilin bila tidak ada kontraindikasi
15
29/09/2013
BRONKHITIS Bronkhitis: Kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial. Proses inflamasi tidak meluas ke alveoli. Biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis, dan laryngitis. Bronkitis sering diklasifikasikan sebagai akut atau kronis. Bronkitis akut terjadi pada individu dari segala usia, sedangkan bronkitis kronis terutama mempengaruhi orang dewasa. Bronchiolitis adalah penyakit masa kanak-kanak. Bronkhitis akut umumnya terjadi pada musim dingin, hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi seperti polusi udara, dan rokok
ETIOLOGI Bronkitis AKUT
Bronkitis KRONIK
Umumnya virus seperti rhinovirus, influenza A & B, coronavirus, parainfluenza, dan respiratory synctialvirus (RSV).
Bakteri atypical
Penyebab bronkhitis kronik berkaitan dengan : Penyakit paru obstruktif Merokok Paparan terhadap debu, Polusi udara Infeksi bakteri
(Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae ) Bakteri atypical sulit terdiagnosis, tetapi mungkin menginvasi pada sindroma yang lama ( > 10 hari).
32 29/09/2013
16
29/09/2013
TANDA DAN GEJALA Batuk (sputum) yang menetap, >> parah pd malam hari Rhinorrhea (biasanya disebabkan oleh rhinovirus) Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban berat) Lemah, lelah, lesu Nyeri telan (faringitis) Laringitis (biasanya bila penyebab adalah chlamydia) Nyeri kepala Demam Adanya ronchii Skin rash (25% kasus)
33 29/09/2013
DIAGNOSIS
Tes C- reactive protein (CRP) sensitifitas : 80-100%, spesifisitas 60-70% ............. dalam mengidentifikasi infeksi bakteri.
Pemeriksaan sel darah putih, 25% kasus meningkat
Pulse oksimetri, gas darah arteri dan tes fungsi paru mengevaluasi saturasi oksigen di udara kamar.
Pewarnaan Gram pada sputum tidak efektif dalam menentukan etiologi maupun respon terhadap terapi antibiotika.
34 29/09/2013
17
29/09/2013
FAKTOR RESIKO Merokok Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atas dan menimbulkan batuk kronik Bronkhiektasi Anomali saluran pernapasan Foreign bodies Aspirasi berulang
35 29/09/2013
KOMPLIKASI
Komplikasi jarang terjadi kecuali pada anak yang tidak sehat.
Komplikasi meliputi antara lain : PPOK, bronkhiektasis, dilatasi yang bersifat irreversible dan destruksi dinding bronkhial.
36 29/09/2013
18
29/09/2013
PENATALAKSANAAN TEMUAN Tanda dan gejala Batuk persisten > 5 – 1 minggu Sakit tenggorokan, malaise, sakit kepala Demam jarang> 39 ° C Pemeriksaan fisik Ronki, lembab, rales bilateral Dahak purulen (50% pasien) Radiografi Normal
OUT COME MENGATASI GEJALA MENGHILANGKAN EKSASERBASI
FARMAKOTERAPI
Antibiotik TIDAK direkomendasikan dalam pengelolaan bronkitis akut Menghentikan rokok Meningkatkan kelembaban/ vaporizer Hidrasi yang baik Analgesik / antipiretik (parasetamol, NSAID) Bronkodilator (salbutamol, albuterol) : batuk berlarut-larut Antitusif (dextrometorfan, codein): meringankan batuk tapi tidak mengurangi durasi penyakit CATATAN: Kortikosteroid (dihirup atau oral) tidak direkomendasikan karena tidak cukup bukti yang mendukung penggunaannya dalam bronkitis akut Ekspektoran tidak secara rutin dianjurkan karena kemanjuran terbatas
FARMAKOTERAPI: SUPORTIF Analgesik-antipiretik membantu dalam meringankan kelesuan, malaise, dan demam Aspirin atau asetaminofen (650 mg pada dewasa atau 10-15 mg / kg per dosis pada anak-anak; maksimum dosis harian pediatrik 60 mg / kg; maksimum 4 dosis dewasa harian g) atau ibuprofen (200-800 mg pada orang dewasa atau 10 mg / kg per dosi s pada anak-anak; dosis harian maksimum 40 pediatrik mg / kg; dosis dewasa harian maksimum 3.2 g) harus diberikan setiap 4 sampai 6 jam. Pada anak-anak, aspirin harus dihindari karena menyebabkan Reye syndrome. Ibuprofen durasi efek antipiretik lebih lama (5-6 jam) dibanding aspirin dan parasetamol (3-4 jam) Aspirin dan ibuprofen dapat memperburuk fungsi ginjal pada pasien lebih muda dari 3 bulan, lansia pasien, dan individu dengan fungsi ginjal yang buruk.
19
29/09/2013
FARMAKOTERAPI: SUPORTIF OTC mengandung antihistamin, simpatomimetik, dan antitusif tidak terbukti efiktivitasnya, malah memperburuk dan memperpanjang proses pemulihan. Batuk, yang mungkin mengganggu, dapat diobati dengan dekstrometorfan atau kodein (tetapi tidak rutin digunakan terutama batuk produktif) Pada kasus yang berat, batuk mungkin terus -menerus cukup untuk mengganggu tidur, disarankan penggunaan obat penekan batuk disertai obat penenang ringanhipnotis Penggunaan ekspektoran masih dipertanyakan efektivitas klinisnya
FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK Bakteri patogen dipercaya memiliki peran minimal pada bronkitis akut. Meskipun S pneumoniae dan H influenzae kadangkala ditemukan pada kultur mikrobiologi, namun ini hanya menunjukkan kolinisasi daripada infeksi. Suatu meta-analisis yang mencakup 6 dari studi ini menyimpulkan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung penggunaan antibiotika untuk bronkitis akut Empat uji klinik yang mengevaluasi eritromisin, doksisiklin, atau TMP / SMX menunjukkan perbaikan yang minimal dalam gejala dan/atau waktu kerja yang hilang pada kelompok yang mendapat antibiotik. Empat uji lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan hasil antara kelompok plasebo dan mereka yang diterapi dengan eritromisin atau doksisiklin. Suatu meta-analisis dari 9 studi yang mengevaluasi pengobatan antibiotik untuk pencegahan infeksi bakteri pada penyakit pernapasan karena virus menyimpulkan bahwa antibiotik tidak mencegah atau mengurangi keparahan infeksi karena bakteri
20
29/09/2013
FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK Terapi antibiotik pada bronkitis aku t tidak dianjurkan kecuali bila disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya keterlibatan bakteri saluran nafas seperti S pneumonia, H influenzae.
PNEUMONIA Pneumonia Infeksi di ujung bronkial dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, virus, jamur,dan parasit. Macamnya dibagi 3 : 1. Community acquired pneumonia (CAP) 2. Hospital (Nosokomial) acquired pneumonia (HAP) 3. Aspiration pneumonia (AP)
21
29/09/2013
Tanda dan gejala Demam tiba-tiba, menggigil, dyspnea, dan batuk produktif Sputum berwarna (karat) atau hemoptysis Nyeri dada pleuritik Pemeriksaan fisik Sianosis Takipnea Takikardi Focal signs : konsolidasi (padat-inelastis) krepitasi Dada radiografi Lobar padat atau Infiltrat segmental Tes laboratorium Leukositosis dengan dominasi sel polymorphonuclear Saturasi oksigen yang rendah pada gas darah arteri atau nadi oksimetri
PENATALAKSANAAN GEJALA
OUT COME
DEMAM BATUK (sputum) TAKIPNEA TAKIKARDI KONSOLIDASI
MENCEGAH KEMATIAN ERADIKASI BAKTERI SEMBUH PARIPURNA
FARMAKOTERAPI
Pemberian oksigen : px dg sesak nafas, hipok semia Bronkodilator : px dg bronkospasme Fisioterapi dada : pengeluaran sputum Nutrisi yang baik dan cukup Hidrasi yang cukup, bila perlu dg parenteral Antipiretik pada pasien demam Terapi empiris dengan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur
22
29/09/2013
23
29/09/2013
24
29/09/2013
TERAPI DENGAN ANTIBIOTIK Pilihan pertama
Lini kedua
Otitis media
Amoksisilin
Koamoksiklav, Cefuroksim Klaritromisin, Azitromisin, Ceftriaxone
Sinusitis
Amoksisilin, Kotrimoksazol, Doksisiklin (dewasa)
Koamoksiklav, Cefuroksim, Klaritromisin, Azitromisin, Levofloxacin (dewasa)
Faringitis
Penisilin G, Penisilin V, Eritromisin, Klaritromisin, Amoksisilin, Azitromisin, Sefalosporin Koamoksiklav gen 1-2, Levofloxacin
Bronkitis akut
Tanpa antibiotik
Amoksisilin, Koamoksiklav Makrolida
Pneumonia (CAP)
Makrolida (Eritromisin, Klaritromisin, Azitromisin)
Koamoksiklav, Sefalosporin gen-3, Fluorokuinolon 50 9/29/2013
25
29/09/2013
Antibiotik
GRAM (+) AEROB SA
MRSA
SE
MR SE
GRAM (-) AEROB
St
Ec
E Coli
KP
EB
PM
SM
PA
HI
HI*
Penisilin
+
-
+
-
++++
++
-
-
-
-
-
-
-
-
Ampisilin
+
-
+
-
++++
++
++
-
-
+++
-
-
++++
-
Ticarcilin
+
-
+
-
++++
-
++
+
++
+++
+++
++
+++
-
Co-amoxiclav
++++
+
++++
-
++++
++
+++
++
-
++++
-
-
++++
++++
Cefazolin
++++
-
++++
-
++++
-
+++
+++
-
++++
-
-
+
-
Cefuroxime
++++
-
++++
-
++++
-
+++
+++
+
++++
+
-
++++
++++
TGC
+++
-
++
-
++++
-
++++
++++
+
++++
++++
+
++++
++++
Cefepime
+++
-
++++
-
++++
-
++++
++++
+++
++++
++++
++++
++++
++++
Cotrimoxazol
++++
+++
++++
+
++++
+
+++
+++
++++
++++
+++
-
++++
++++
Eritromisin
++
-
+
-
++++
++++
++++
++++
++++
++++
+++
++
++
Gentamisin Ciprofloksazin
+++
++
+++
++
+
+
++++
++++
++++
++++
++++
+++
++++
++++
Fluoroquinolon
++++
++
+++
++
++++
++
++++
+ +++
++++
+ +++
+ +++
++++
++++
++++
Imipenem
++++
+
++++
-
++++
++
++++
++++
++++
+++
++++
++++
++++
++++
Aztreonam
-
-
-
-
-
-
++++
++++
+
++++
++++
+++
++++
Vancomisin
++++
++++
++++
++++
++++
+ ++
AN AEROB
Antibiotik
BF
P
++++
51
9/29/2013
KETERANGAN
PS
C
Penisilin
+
-
+
-
Ampisilin
+
-
+
-
Ticarcilin
+
-
+
-
Co-amoxiclav
++++
+
++++
-
Cefazolin
++++
-
++++
-
Cefuroxime
++++
-
++++
-
TGC
+++
-
++
-
Cefepime
+++
-
++++
-
Cotrimoxazol
++++
+++
++++
+
Eritromisin
++
-
+
-
Ciprofloksazin
+++
++
+++
++
Fluoroquinolon
++++
++
+++
++
Imipenem
++++
+
++++
-
Aztreonam
-
-
-
-
Vancomisin
++++
++++
++++
++++
SA = Staphylococcus aureus SE = Staphylococcus epidermidis St = Streptococci Ec = Enterococci KP = Klebsiella pneumoniae EB = Enterobactercioacae PM = Proteus Mirabilis SM = Serratia marcescens PA = pseudomonas aeruginosa HI = Haemophillus Influenzae BF = bacteroides fragilis P = Peptococcus PS = Peptostreptococccus C = Clostridia
Gentamisin
52 9/29/2013
26
29/09/2013
ANALGETIK-ANTIPIRETIK Macamnya : Parasetamol, Ibuprofen Mekanisme aksi Parasetamol : menghambat sintesis prostlagandin di SSP Ibuprofen : menghambat COX yang memproduksi prostaglandin OBAT Parasetamol
MANFAAT
Ibuprofen
RESIKO
Demam Infeksi virus pada anak Nyeri ringan-sedang Inflamasi & nyeri terkait dengan penyakit RA & OA Harga murah
Demam Inflamasi & nyeri terkait dengan penyakit RA & OA Nyeri ringan-sedang Dismenorrhea
•
•
ESO : minimal Overdose, menyebabkan hepatotoksik
ESO : efek GI (kram perut, mual, pendarahan, iritasi, ulser) efek SSP (sakit kepala, pusing) efek kulit (ruam kulit, urtikaria) •
•
•
9/29/2013
53
ANTIHISTAMIN Selama beberapa tahun antihistamin digunakan dalam terapi rhinitis alergi. Macamnya : Generasi pertama : CTM, difenhidramin Generasi kedua : Setirizin, Loratadin Mekanisme aksi : Kompetisi dengan histamin pada reseptor H1 OBAT Generasi 1
MANFAAT Antialergi
Motion sickness Antiemetik (prometazin) Generasi 2
Antialergi
>>
RESIKO ESO : efek sedasi hipertensi ortostatik efek samping antikolinergik (mengeringkan hidung meler) •
•
•
ESO : efek sedasi lebih ringan tremor sakit kepala ruam kulit aritmia (terfenadin, makanya di AS sudah ditarik ) •
•
•
•
•
9/29/2013
54
27
29/09/2013
DEKONGESTAN Dekongestan nasal digunakan sebagai terapi simtomatik pada beberapa kasus infeksi nafas karena efeknya terhadap nasal yang meradang, si nus,serta mukosa tuba eustachius. Macamnya : dekongestan oral (pseudoefedrin, PPA) dekongestan topikal (oxymetazolin, f enilefrin, xylometazolin) Mekanisme aksi : vasokonstriksi pembuluh darah di mukosa nasa l
OBAT
MANFAAT
Dekongestan oral
Nasal dekongestan
RESIKO ESO (sistemik): takikardi, gelisah, tremor, imsonia, hipertensi KI pada pasien hipertensi, past MI, atau hipertiroid sebab dapat meningkatkan tekanan darah
•
•
Dekongestan topikal 9/29/2013
Nasal
dekongestan ESO Kongesti berulang (max 7 hari) Pusing, sakit kepala, tremor •
•
55
BRONKODILATOR Penggunaan bronkodilator pada infeksi pernafasan bawah adalah pada kasus bronkitis kronik yang disertai obstruksi pernafasan. Macamnya : ß Adrenoceptor Agonist : Salbutamol, Terbutalin Metilxantine : Teofilin Mekanisme aksi Stimulasi ß-2 menyebabkan meningkatnya AC yang akan meningkatkan cAMP di otot polos sehingga mengakibatkan bronkodilatasi OBAT
MANFAAT
ß Adrenoceptor Bronkodilator Agonist efek cepat
RESIKO ESO (terutama sediaan oral) TD turun, Nadi meningkat Tremor Cemas & eksitasi Lemah, pusing Rasa terbakar pada wajah & kulit Mual dan muntah •
•
•
•
•
•
Metilxantine
Bronkodilator durasi lama
ESO Iritasi GI Kejang (stimulasi SSP) Interaksi obat : makrolida •
•
9/29/2013
56
28
29/09/2013
KORTIKOSTROID Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi oedema subglotis dengan cara menekan proses inflamasi lokal. Sampai saat ini efektivitas kortikosteroid masih diperdebatkan, namun hasil suatu studi meta-analisis menunjukkan bahwa steroid mampu mengurangi gejala dalam 24 jam serta mengurangi kebutuhan untuk intubasi endotrakeal. Macamnya : deksametason, prednison
MUKOLITIK Mukolitik merupakan obat yang dipakai untuk mengencerkan mukus yang kental , sehingga mudah dikeluarkan. Umumnya dipakai pada terapi tambahan pada bronki tis dan pneumonia. Agen yang banyak dipakai asetilsistein, dengan mekanisme kerja membuka ikatan gugus sulfidril pada mucoprotein sehingga menurunkan viskositas mukus.
9/29/2013
57
INFORMASI PADA PASIEN 1. Tanda-tanda alergi & tindakan yang harus dilakukan 2. Hentikan faktor pencetus, misal rokok, alergen 3. Kontinuitas terapi sampai dengan antibiotik habis untuk meminimalkan resiko resistensi 4. Efek samping obat dan penanganannya 5. Perhatian khusus penggunaan obat • Tetes telinga, tetes hidung, obat kumur • Minum dengan segelas air : doksisiklin 6. Terapi suportif : nutrisi, hidrasi yang cukup, fisioterapi 7. Edukasi pencegahan: cuci tangan, masker, sanitasi
58 9/29/2013
29