EVOLUSI PLATYPUS Disusun untuk memenuhi memenuhi tugas mata kuliah Evolusi
Di susun usun Oleh Oleh :
Nama
: Haris Nurhuda
NIM
: K4312027
Kelas
:A
PROGRAM STUDI PENDIDKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
EVOLUSI PLATYPUS
A.
Silsilah keturunan Platypus dalam evolusi mamalia
Platypus atau Mallangong adalah mamalia separa-akuatik kecil endemic di bahagian timur Australia, dan satu dari empat unjuran monotreme, kumpulan mamalia tunggal yang bertelur dan bukannya beranak (tiga yang lain adalah echidnas). Ia merupakan
wakil
tunggal
bagi
keluarga
(Ornithorhynchidae)
dan
genus
(Ornithorhynchus), walaupun fossil keluarga berkait telah dijumpai, sebahagian mereka
juga
tergolong
dalam
genus
Ornithorhynchus.
Nama
saintifik
Ornithorhynchus anatinus secara harafiahnya bererti 'hidung burung' dalam bahasa Yunani, dan anatinus bererti 'itik'. Nama biasanya bererti 'kaki leper' dan asalnya diberikan sebagai nama genus Linnaean, tetapi ia kemudiannya diketahui telahpun diberikan kepada Kumbang Ambrosia pengorek kayu. Sejumlah ahli menyatakan mereka telah memetakan genetik platipus - salah satu mamalia berbulu berparuh bebek yang memiliki racun di taji kakinya. Para peneliti ini, yang sudah menganilisis genom platipus yang dipublikasikan pada Kamis di jurnal Nature, mengatakan hal ini akan menjelaskan bagimana mamalia, termasuk manusia, berevolusi dari bentuk reptil jutaan tahun lalu. Platipus termasuk dalam kelas mamalia karena ia memiliki bulu dan menyusui anaknya. Ia memiliki struktur ekor mirip berang-berang. Namun juga mirip burung dan reptil dengan paruh bebek dan kaki melebar mereka, namun hidupnya dihabiskan hampir seluruhnya di bawah air. Jantannya bahkan memiliki taji di tumitnya yang mengandung berisi racun. Platypus dipercayai sebagai monotreme yang disebut separuh-reptilia (quasireptilian), dan merupakan leluhur awal dari mamalia plasenta. Kini ia telah diketahui bahawa monotreme modern masih hidup berasal dari cabang awal pokok keluarga mamalia; cabang tersebut kemudian dipercayai menjadi kumpulan marsupial dan plasental. Fossil tertua monotreme (Teinolophos dan Steropodon) berkait rapat dengan Platypus modern. Secara ringkas, Platypus adalah saudara rapat leluhur mamalia, tetapi bukannya sebagian daripada rantaian evolusi mamalia. Cabangnya agak berbeda dengan apa yang diketahui.
B.
Mekanisme evolusi Platypus
Sejumlah ahli menyatakan mereka telah memetakan genetik platipus - salah satu mamalia berbulu berparuh bebek yang memiliki racun di taji kakinya. Para peneliti ini, sudah menganilisis genom platipus yang dipublikasikan di jurnal Nature, mengatakan hal ini akan menjelaskan bagimana mamalia, termasuk manusia, berevolusi dari bentuk reptil jutaan tahun lalu. Platipus termasuk dalam kelas mamalia karena ia memiliki bulu dan menyusui anaknya. Ia memiliki struktur ekor mirip berang-berang. Namun juga mirip burung dan reptil dengan paruh bebek dan kaki melebar mereka, namun hidupnya dihabiskan hampir seluruhnya di bawah air. Jantannya bahkan memiliki taji di tumitnya yang mengandung berisi racun. Jika dilihat sekilas, kehadiran platipus adalah sebagai hasil insiden evolusioner. Namun anehnya seperti tampilan hewan ini, urutan genomnya amatlah tak ternilai untuk memahami bagaimana proses evolusi biologi. Penelitian ini memperlihatkan fitur hewan tersebut dari banyak aspek yang terefleksikan lewat DNA yang bercampur dengan gen-gen silang dalam klasifikasi hewan-hewan yang berbeda
Ilmuwan meyakini bahwa semua mamalia berevolusi dari reptil, dan hewan yang menjadi platipus dan yang juga menjadi manusia, berbagai jejak evolusioner sekitar 165 juta tahun lalu saat cabang perubahan platipus terhenti. Tak mirip dengan evolusi mamalia lainnya, platipus mempertahankan karakteristik gabungan ular dan kadal, termasuk daya ampuh racunnya yang dapat digunakan jantan untuk melumpuhkan saingannya.Lebih dari 100 ilmuwan asal AS, Australia, Jepang dan beberapa negara lain ikut ambil bagian dalam riset, menggunakan koleksi DNA dari betina platipus bernama Glennie. Tugas mereka adalah mencantumkan daftar pertumbuhan
sejumlah
yang
susunan
genetiknya
sudah
diurai.
Dengan
membandingkan gen-gen platipus dengan manusia dan mamalia lainnya, ilmuwan berharap untuk mengisi celah pengetahuan tentang evolusi mamalia dan upaya lebih pasti dalam mengidentifikasi spesifik spesies tertentu. Des Cooper, seorang ahli biologi evulusioner di University of New South Wales, yang tidak ikut serta dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa penelitian itu merupakan representasi sebuah langkah besar ke depan dalam hal pengenalan dunia pengetahuan tentang mamalia. Platipus selalu disangka sebagai hewan primitif karena kebiasaan meletakkan telurtelurnya. Terdapat konklusi bahwa gen-gen yang menentukan jenis kelamin pada seekor platipus hampir mirip dengan yang terjadi pada burung, dan bukannya mamalia. Para peneliti juga menemukan gen-gen yang mengindikasi platipus (yang tergantung pada kemampuan elektrosensor pada reseptor di paruh mereka untuk kepentingan navigasi manakala berada di dalam air dengan mata tertutup) hampir memiliki kemampuan mencium saat berada di bawah air. Hewan unik Australia ini telah membingungkan para pengamatnya selama berabad-abad. Legenda Aborigin menjelaskan itu adalah keturunan perkawinan campuran seekor bebek dan tikus air. Saat British Museum mendapatkan spesimen pertama mahluk ini di tahun 1798, ahli hewan George Shaw sangat tercengang dan mencoba untuk memotong lapisan mulutnya dengan gunting untuk memastikan paruh tersebut tidak direkatkan secara sengaja oleh seseorang.