LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL “Sediaan Steril Amonium Klorida”
Disusun oleh:
Mutia Quratu Ayuni P17335114046 Dosen pembimbing : Patihul Husni, M.Si., Apt.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN D3-FARMASI 2015
INFUS AMONIUM KLORIDA 0.45%
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu membuat sediaan steril infus Amonium Klorida dengan formula yang tepat serta dapat mengevaluasi sediaan yang dibuat
II.
PENDAHULUAN
Pengobatan secara parenteral adalah cara pemberian obat langsung ke dalam cairan tubuh atau jaringan tubuh. Pengontrolan sediaan parenteral memerlukan persyaratan yang lebih dari sediaan farmasi yang sudah lazim. Sediaan parenteral yang diberikan secara penyuntikan intravena, subkutan, dan intramuskular merupakan rute pemberian obat yang kritis jika dibandingkan dengan pemberian obat secara oral. Salah satu keuntungan pemberian obat secara parenteral adalah respon fisiologi segera dapat dicapai jika dipelukan (Goeswin, 2013). Sediaan yang berisi larutan injeksi dengan volume 100 ml atau lebih dinamakan sebagai Large Volume Parenteral ( LVP) dan biasa digunakan untuk rute intravena (Goeswin, 1013). Banyak sediaan yang mempunyai respon fisiologi yang sama namun berbeda pada onset kerja obatnya. Dalam praktikum ini, i ni, dibuat sediaan parenteral volume besar yaitu infus. Infus adalah suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu digunakan untuk menggantikan cairan yang hilang dan menyeimbangkan elektrolit tubuh (Handaya,2010). Pada kondisi emergency misalnya pada pasien dehidrasi, stres metabolik berat yang menyebabkan syok hipovolemik, asidosis, gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DBD), luka bakar, syok hemoragik serta trauma, infus dibutuhkan dengan segera untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang (Handaya, 2010). Infus juga digunakan sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam, dll. Sediaan infus ammonium klorida ini dibuat untuk mempermudah pasien mendapatkan respon fisiologi yang segera atau onset yang cepat
ketika menggunakan menggunakan
sediaan ini. Pemberian amonium klorida menghasilkan diuresis sementara dan asidosis. Pemberian sediaan injeksi ammonium klorida ini dapat digunakan dalam pengobatan alkalosis metabolik yang parah dan bekerja dengan cepat karena pemberiannya secara intravena. Dengan demikian sediaan infus ammonium klorida ini dibuat.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Amonium klorida menghasilkan diuresis sementara dan asidosis. Ini dapat digunakan dalam pengobatan alkalosis metabolik yang parah. Setiap g amonium klorida merupakan 18,69 mmol klorida. Amonium klorida biasanya diberikan sebagai larutan dengan kadar 1 sampai 2% dengan dilepas lambat melalui infus intravena, dosis tergantung pada tingkat keparahan alkalosis tersebut. Sebuah larutan pekat dari amonium klorida dapat diencerkan dengan injeksi natrium klorida (Anonim,2013). Dosis besar amonium klorida dapat menyebabkan asidosis mendalam dan hipokalemia yang harus ditangani gejalanya. Ammonium klorida untuk injeksi bekerja dengan cara ion amonium diubah menjadi urea di hati; anion dengan demikian dibebaskan ke dalam darah dan cairan ekstraseluler menyebabkan metabolisme asidosis dan menurunkan pH urin, ini diikuti oleh diuresis sementara. Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang haru terbebas dari kontaminan viable, sediaan yang bebas dari mikroorganisme hidup, baik bentuk vegetative maupun spora. Bentuk sediaan parenteral yang berada dipasaran
terbagi menjadi 3, yaitu
(Goeswin,2013) 1. Parenteral volume kecil ( SVL) 2. Sediaan parenteral volume besar (LVP) 3. Sediaan parenteral bentuk serbuk untuk di rekonstitusi. Sediaan parenteral volume besar berisi larutan injeksi 100 ml atau lebih. Larutan volume besar yang sekarang sering terlihat dipasaran termaksut dalam 2 kategori yaitu, elektrolit dan non elektrolit. Contoh larutan dengan volume besar adala infus.
Fungsi dan Kegunaan Infus (Ansel,2008)
Terapi Pemeliharaan Larutan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien yang akan memasuki atau pulih dari operasi dan untuk pasien yang tidak sadar dan juga pasien yang tidak mampu diberikan cairan, elektrolit, dan nutrisi secara oral. Terapi Pengganti Larutan parenteral volume besar juga dapat digunakan dalam terapi pengganti bagi pasien yang menderita kekurangan cairan dan elektrolit seperti diare berat/muntah, mula-
mula dapat diberikan larutan parenteral dalam jumlah yang lebih besar dari yang lazim kemudian diberikan terapi pengganti. Kebutuhan Air Air hilang setiap harinya dalam urin dan feses dan dari kulit serta pernapasan. Terapi pengganti air untuk orang dewasa, dibutuhkan 70 ml air per kg/hari disamping kebutuhan air untuk pemeliharaan. Karena pemberian air secara intravena dapat menyebabkan hemolisis osmotik sel darah merah, dan karena penderita yang menerima air umumnya memerlukan nutrisi atau elektrolit, maka pemberian air secara parenteral umumnya sebagai larutan yang mengandung dekstrosa atau elektrolit sehingga larutan mempunyai tonisitas yang cukup untuk mencegah sel darah merah pecah. Kebutuhan Elektrolit Kebutuhan kalium setiap harinya adalah kurang lebih 100 mEq dan kehilangan kalium setiap harinya kurang lebih 40 mEq, sehingga pada terapi pengganti, harus paling sedikit dikandung 40 mEq ditambah sejumlah yang dibutuhkan untuk pengganti kehilangan tambahan. Natrium merupakan kation utama ekstrasel. Kebutuhan Na rata-rata 135-170 mEq (8-10 gr NaCl). Tubuh dapat menahan natrium bila ion ini hilang atau jumlahnya kurang dalam makanan. Bila terjadi kehilangan natrium, pemberian 3-5 gr NaCl (51-85 mEq) setiap harinya akan mencegah imbangan negatif natrium. Kebutuhan Kalori Umumnya penderita yang memerlukan cairan parenteral diberi dekstrosa 5% untuk memperkecil kekurangan kalori yang biasa terjadi pada penderita yang mengalami terapi penggantian atau pemeliharaan. Penggunaan dekstrosa juga mengurangi ketosis & kerusakan protein. Hiperalimentasi parenteral Merupakan infus yang mengandung sejumlah besar nutrisi dasar yang cukup untuk sintesis jaringan aktif dan pertumbuhan. Digunakan pada pemberian larutan protein jangka panjang lewat intravena yang mengandung dekstrosa kadar tinggi (kurang lebih 20%), elektrolit, vitamin, dan pada beberapa keadaan mengandung insulin.
Keuntungan sediaan parenteral (Dhadhang,2013) :
1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat 2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti 3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna 4. Kerusakan obat dalam saluran pencernaan dapat dihindarkan 5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma
Kelemahan sediaan parenteral (Dhadhang,2013) :
1. Rasa nyeri pada saat disuntik, apalagi kalau harus diberikan berulang kali 2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik 3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki, terutama sesudah pemberian i.v 4. Obat hanya diberikan kepada penderita di rumah sakit atau di tempat praktik dokter dan perawat yang kompeten
Persyaratan Infus Intravena (FI edisi III 1979 hal 12)
1. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi 2. Bebas pirogen 3. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah 4. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m 5. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar 6. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel 7. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak /menunjukkan pemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus intravena harus dinyatakan 8. Volume netto atau volume terukur tidak kurang dari nilai nominal 9. Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi. Kecuali dinyatakan lain, syarat injeksi meliputi : Keseragaman volume Keseragaman bobot Pirogenitas (tercakup di atas)
Sterilitas (tercakup di atas) Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal Penandaan : etiket menyatakan konsentrasi mosmol total dalam satuan
mosmo/L
IV.
FORMULASI
1. Bahan aktif Zat
Ammonium klorida (FI V pg 121)
Pemerian
Hablur tidak berwarna, halus atau kasar, berwarna putih rasa asin dan dingin (FI V pg 121)
Kelarutan
Mudah larut dalam air dan dalam gliserin dan lebih mudah larut dalam air mendidih (FI V pg 121)
Stabilitas
Terdekomposisi
Panas
pada
suhu
338°c
(pubchem.ncbi.nim.nih.gov)
pH sediaan
4.0 – 6.0 ( USP 29-Nf pg 150)
cahaya
Tidak ditemukan di literature (FI V, FI IV, BP, JP, Martindale)
Tidak ditemukan di literature (FI V, FI IV, BP, JP,
hidrolisis/oksidasi
Martindale)
Zat aktif yang digunakan
Garam
Bentuk sediaan
Larutan
Cara sterilisasi sediaan
Sterilisasi akhir. Autoklaf 121°c, 15 menit, 15 psi
Kemasan
Botol infus bening kaca
2. Natrium Klorida Pemerian
Serbuk
kristal
putih,tidak
bewarna,rasa
asin,hablur,berbentuk kubus. (HOPE 6th2009, hlm 637) Kelarutan
Sedikit larut dalam etanol,larut dalam liserin 1:10 ; larut dalam etanol (95%) 1:250 ;larut dalam air 1:28 dan 1:26
suhu 100 oC. (HOPE 6th2009, hlm 637) Stabilitas Panas
Meleleh pada suhu 804 oC. (HOPE 6 th2009, hlm 639)
Hidrolisis/oksidasi
Tidak di temukan di berbagai pustaka HOPE,FI,USP,JP.
Cahaya
Stabil terhadap cahaya. (HOPE 6 th2009, hlm 637)
pH sediaan injeksi
4,5-7,0 (HOPE 6 th2009, hlm 637)
Kegunaan
Pengisotonis ; pengencer kapsul dan tablet (HOPE 6 th2009, hlm 637)
Inkompabilitas
larutan natrium klorida berair merusak besi. Mereka juga bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan merkuri. Oksidator kuat membebaskan klorin dari solusi natriun
klorida
diasamkan.
Kelarutan
methylparaben
pengawet antimikroba menurun dalam larutan natrium klorida berair dan viskositas gel karbomer dan solusi dari hidroksietil selulosa atau hidroksipropil selulosa berkurang dengan penambahan natrium klorida (HOPE 6 th2009, hlm 637)
3. Carbon aktif Pemerian
Serbuk halus, bebas dari butiran; hitam; tidak berbau; tidak berasa ( FI V hlm.130 pdf )
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( FI V hlm.130 pdf )
Stabilitas
Karbon aktif ditentukan stabil di bawah kondisi yang diuraikan
penyimpanan,
pengiriman
dan
penggunaan.
(MSDS) Kegunaan
Depirogenasi
Inkompabilitas
Pembakaran yang cepat adalah mungkin ketika kontak dengan oksidasi kuat seperti ozon, oksigen cair, klorin, dll (MSDS)
4. WFI Pemerian
Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. (HOPE 6th2009, hlm 766) Larut dengan kebanyakan pelarut polar. (HOPE 6th2009, hlm
Kelarutan
766) Stabilitas Panas
Stabil terhadap panas. (HOPE 6 th2009, hlm 766)
Hidrolisis/oksidasi
Stabil di semua keadaan fisik(padat,cair,gas). (HOPE 6th2009,
Cahaya
hlm 766)
pH sediaan injeksi
Tidak di temukan literatur 5,0-7,0 (HOPE 6 th2009, hlm 766)
Kegunaan
Pelarut (HOPE 6th2009, hlm 766)
Inkompabilitas
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi di keberadaan air atau uap air). Air dapat bereaksi dengan logam alkali dengan cepat , seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan tertentu dan kalsium karbida. (HOPE 6th2009, hlm 766)
V.
PENDEKATAN FORMULA No. Nama Bahan
VI.
Jumlah
Kegunaan
1
Ammonium klorida
0,49%
Zat aktif
2
NaCl
0,383%
Pengisotonis
3
HCL / NaOH 0,1 N
Qs
Adjust pH
4
WFI
Ad 100%
Pelarut, pembawa
PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR Perhitungan Tonisitas – Osmolaritas
Infus 1 botol @500 ml Tiap botol dilebihkan 2%
: (2% x 500 ml) + 500 ml
: 10 ml + 500 ml : 510 ml Total sediaan di lebihkan 20%: (20% x 510 ml) + 510 ml : 102 ml + 510 ml : 612 ml ~ 650 ml Kadar ammonium klorida untk injeksi : 95% - 105%. Kadar yang di buat 0,45%. Kadar
: 0,45% x 650 ml : 2,925 g
Dilebhkan 5% : (5% x 2,925 g) + 2,925 g : 3,071 g ~ 0,47%
Tonisitas
Ammonium klorida
:EXC : 1,1 x 0,47% : 0,517% ( Hipitonis)
NaCl yang dibutuhkan : 0,9% - 0,517%
: 0,383%
Osmolaitas
Ammonium klorida
NaCl
:
:
g L
4,7 x 1 x 53,47
= 175,733 mosmol / L
3,83 1 58,44
= 131,074 mosmol /L
Total osmolaritas : 306,807 mosmol / L (Isoosmol) VII.
PENIMBANGAN
Infus 1 botol @500 ml Tiap botol dilebihkan 2%
: (2% x 500 ml) + 500 ml : 10 ml + 500 ml : 510 ml
Total sediaan di lebihkan 20%: (20% x 510 ml) + 510 ml : 102 ml + 510 ml : 612 ml ~ 650 ml Penimbangan dibuat sebanyak 650 ml berdasarkan pertimbangan penambahan 2% sediaan infus yang merupakan LVP dengan viskositas rendah serta penambahan 20% untuk mencegah kehilangan volume selama proses produksi.
No
Nama bahan
Jumlah yang ditimbang
1
Ammonium klorida
3,224 g
2
NaCL
0,383% x 650 ml : 2,489 g
3
Carbon aktif
0,1% x 700 ml : 0,7 g 0,1% x 650 ml : 0,65 g
4
WFI
650 ml – ( 3,224 + 2,489 + 30 + 32 ) : 582,287 ml
VIII. STERILISASI
1. Alat Nama Alat
Cara Sterilisasi
Waktu
Jumlah
Sterilisasi
Kaca arlogi
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
3
Spatel
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
3
Beaker glass 50 ml
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
1
Beaker glass 100 ml
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
1
Beaker glass 250 ml
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
1
Batang pengaduk
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
3
Pipet
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
3
Corong
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
1
Erlenmeyer
Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
1
Membrane filter 0,45 µm Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
1
Membrane filter 0,22 µm Autoklaf 121 °c, 15 Psi
15 menit
1
Gelas ukur 10 ml
Oven 170 °
1 jam
1
Gelas ukur 25 ml
Oven 170 °
1 jam
1
Gelas ukur 250 ml
Oven 170 °
1 jam
1
Karet pipet
Alcohol 70%
1 hari
3
2. Wadah No.
Nama alat
Jumlah
Cara sterilisasi (lengkap)
1
Botol infus
1
Autoklaf 121 °c, 15 Psi, 15 menit
2
Tutup karet botol
1
Alcohol 70%, 1 hari
3
Tutup aluminium
1
Autoklaf 121 °c, 15 Psi, 15 menit
3. Bahan No.
Nama bahan Jumlah
Cara sterilisasi (lengkap)
1
Ammonium klorida 3,224 g
Autoklaf 121 °c, 15 Psi, 15 menit
2
NaCL
2,489 g
Autoklaf 121 °c, 15 Psi, 15 menit
3
Carbon aktif
0,7 g dan 0,65 g Autoklaf 121 °c, 15 Psi, 15 menit
4
WFI
700 ml
IX.
Autoklaf 121 °c, 15 Psi, 15 menit
PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG
PROSEDUR
1. Semua alat dan wadah dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan dikeringkan Grey (Sterilisasi)
area
2. Botol infus 500 mL dikalibrasi 510 mL, kemudiann dikeringkan 3. Bagian mulut botol infus, gelas ukur, gelas kimia, erlenmeyer dan
pipet tetes disumbat dengan aluminium foil atau kertas perkamen 4. Gelas ukur (250 ml, 25 mL), Membran filtrasi (0,45 , 0,22 ), pipet tetes disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 ℃ selama 15 menit, 15 psi. 5. Batang pengaduk, gelas kimia (1L,50mL), spatula, kaca arloji disterilisasi menggunakan oven pada suhu 170 ℃ selama 60 menit 6. Tutup botol infus dan karet pipet disterilisasi dengan cara desinfeksi yaitu direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam 7. Pembuatan aqua pro injeksi Aqua bidest dalam gelas kimia 1L disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 ℃ selama 15 menit, dikalibrasi 650 mL tambahkan 0,7 karbon aktif ke dalam aqua pro injeksi panaskan pada suhu 60-70 ℃ selama 15 menit (waktu dihitung setelah dicapai suhu 60-70 ℃)
sambbil sesekali diaduk, cek suhu dengan termometer. Siapkan erlenmeyer steril bebas pirogen, corong dan kertas saring rangkap 2 yang telah dibasahi dengan air bebas pirogen. Saring larutan hangathangat ke dalam erlenmeyer steril sebanyak 2 kali untuk menghilangkan karbon aktif. 8. Setelah disterilisasi alat-alat dipindahkan ke white area dengan pass box Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan infus di timbang dengan menggunakan timbangan analitik 1. Amonium klorida di timbang sebanyak 3,224 g pada kaca arloji dan ditutup dengan aluminium foil dan diberi label nama serta jumlah bahan 2. NaCL di timbang sebanyak 2,289 g pada kaca arloji dan ditutup dengan aluminium foil dan diberi label nama serta jumlah bahan 3. Karbon aktif di timbang sebanyak 0,7 g dan 0,65 g pada kaca arloji dan ditutup dengan aluminium foil dan diberi label nama serta Grey area (ruang
jumlah bahan Setelah dilakukan penimbangan, bahan dimasukan ke dalam box yang
penimbangan) berada di grey area yang kemudian di tranfer ke ruang white area
1. Bersihkan meja dngan alcohol 70%. Kemudian bagi meja menjadi 3 bagian. Bagian bersih, kerja dan bagian kotor. 2. Amonium klorida sebanyak 3,224 g dilarutan dalam aqua pro injeksi yang telah didepirogenasi sebanyak 30 ml (diukur dengan gelas ukur 100 ml) dalam gelas kimia 1L (gelas kimia utama yang dikalibrasi 650 ml). Aduk ad larut dengan batang pengaduk. 3. NaCL sebanyak 2,289 g dilarutkan dalam aqua pro injeksi sebanyak 25 mL (diukur dengan gelas ukur 25 mL) dalam gelas kimia 50 mL. Aduk ad larut dengan batang pengaduk. Masukkan ke dalam beaker glass utama. Gelas kimia 50 mL dibilas dengan 3 mL aqua pro injeksi sebanyak 2 kali. Hasil bilasan dimasukkan ke beaker glass utama 4. Tambahkan 80% dari aqua pro injeksi ke dalam beaker glass utama. Aduk ad homogen. 5. Tentukan pH sediaan dengan menggunakan pH meter. Lakukan adjust pH bila perlu sampai pH sesuai. Aduk campuran dengan batang pengaduk ad homogen. 6. Sisa aqua pro injeksi ditambahkan ke dalam gelas kimia utama sampai tanda batas kalibrasi (650mL). Aduk hingga homogen dengan menggunakan batang pengaduk 7. Sediaan yang telah jadi dilakukan depirogenasi sediaan dengan carbon aktif 0,65 g di Erlenmeyer. White area (grade baground B) Grade c
8. Masukkan sediaan yang telah jadi ke dalam botol infus dengan A
menggunakan corong 9. Botol ditutup dengan tutup karet Botol di tutup menggunakan penutup aluminium, setelah itu dimasukkkan
(ruang capping) mesin untuk mengencangkan penutup aluminium di grey area Grey area (ruang
Sediaan yang telah dibuat dilakukan sterilisasi akhir dengan menggunakan
sterilisasi)
autoclave pada suhu 121 selam 15 menit dengan tekanan 15 Psi
Grey area
1. Dilakukan evaluasi sediaan
(ruang
2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian dikemas dalam wadah
evaluasi)
sekunder
X.
No
DATA PENGAMATAN DAN EVALUASI SEDIAAN
Jenis evaluasi
Prinsip
Jumlah
Syarat
Hasil
sample Evaluasi
1
fisika 1 Uji kebocoran
Sediaan yang telah
Tissue
tertutup
wadah
rapih
diletakan
dalam Tissue tidak
secara
boleh
dalam
setelah 5 menit
terbalik
di
wadah
beralaskan
basah
dalam wadah tidah basah, sediaan
tissue, tunggu hingga
tidak bocor
5 menit. 2
pH sediaan
Pengukuran
pH
mengguakan
pH
1
pH sediaan yang pH = 5,95 tertera
meter
sesuai
dengan pH yang diinginkan yaitu 4,0 – 6,0
3
Uji kejernihan
Uji
kejenihan 1
Sediaan
harus
jernih
bebas jernih bebas
partikel
viable partikult
hitam dibawah lampu
jika
dilihat viable diliat
untuk
melihat
secara visual
partikel
viable.
Sediaan
disamakan
menggunakan belakang
dengan
latar
berwarna
Sediaan
secara visual
larutan
aquadest 4
Uji kejernihan Uji dan wana
kejenihan
dan
Sediaan
harus
warna menggunakan
jernih
bebas jernih bebas
latar
partikel
belakang
1
berwarna hitam dan
berwarna
putih
dibawah
dilihat
lampu untuk melihat
visual
Sediaan
partikult jika berwarna secara diliat secara visual
partikel
partikel
berwarna 5
Bahan
Uji
menggunakan
partikulat
latar berwarna hitam
partikulat secara bebas
dan
visual
partikulat
Dispesasi
Dispensasi
1
Dispensasi
Dispensasi
1
Dispensasi
Dispensasi
1
Dispensasi
Dispensasi
putih
melihat
1
untuk
Sediaan
bebas
Sediaan
partikulat
dalam sediaan Evaluasi kimia
1 Menggunakan
1
2
Identivikasi
spectrum
serapan
zat aktif
infra merah
Penetapan
Menggunakan
kadar
kromatografi
cair
kinerja tinggi Evaluasi
Menguji suhu bahan
biologi
dengan
teknik
inokulasi 1
Uji sterilisasi
langsung
atau filtrasi langsung untuk
melihat
ada
tidaknya pertumbuhan mikroba meggunakan mikroba cair
troglikonat
dan
soybean
casein digest 2
Uji
Dlakukan
endotoksin
menggunakan
bakteri
limulus
amecbcyte
lysale (LAL). Teknik menggunakan jendal gel fotometri
3
Uji
pirogen Dilihat dari kenaikan
untuk volume
suhu hewan pada uji
sekali
hewania
1
Dispensasi
Dipensasi
penyuntikan
XI.
PEMBAHASAN
Dalam praktikum teknologi sediaan steril ini, praktikan membuat sediaan steril infus intravena dengan bahan aktif ammonium klorida 0,45%. Infus amoniun klorida ini menghasilkan diuresis sementara dan asidosis. Ini dapat digunakan dalam pengobatan alkalosis metabolik yang parah dan perlu penanganan secara cepat (Anonim,2013). Infus merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi (Britis Pharmacope, 2009). Bahan aktif yang digunakan adalah bahan aktif yang mudah larut dalam air (Depkes RI, 2013) bahan yang digunakan merupakan bentuk garamnya dan mudah larut dalam air, sehingga sediaan infus ini dibuat dalam bentuk larutan. Penggunaan WFI sebagai pelarut zat
aktif.
Sediaan
infus
merupakan
bentuk
sediaan
parenteral
volume
besar
(Goeswin,2013). Sediaan infus dengan bahan aktif yang tidak larut sempurna dengan air dapat dibuat dalam bentuk emulsi. Emulsi yang biasa dibuat adalah emulsi m/a dengan air sebagai fase kontinu. Emulsi pada infus tidak menunjukkan adanya pemisahan fase (Britis Pharmacope, 2009). Infus
tidak
mengandung
tambahan
berupa
pengawet
antimikroba
(Britis
Pharmacope, 2009) sehingga dalam pembuatan formula, praktikan tidak mencantumkan adanya pengawet anti mikroba. Pengawet anti mikroba tidak diperbolehkan karena infus merupakan sediaan yang langsung di injeksikan ke pembulu darah, dikhawatirkan dosis penggunaannya akan berlebih dan dapat berakibat toksik secara cepat untuk tubuh. Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena (Depkes RI, 2013) dengan demikian, penggunaan pengawet anti mikroba tdak dianjurkan untuk penggunaan sediaan infus. Zat aktif yang digunakan adalah zat aktif yang tahan pemanasan. Terdekomposisi pada suhu 338° c (pubchem.ncbi.nim.nih.gov) sehingga zat aktif tersebut dapat di sterilsasi akhir. Karena zat tersebut terdekomposisi pada suhu yang cukup tinggi dan sediaan yang dibuat berupa larutan, sterilisasi akhir menggunakan autoklaf 121°c 15 psi selama 15 menit.
Sediaan steril infus intravena yang dibuat oleh praktikan merupakan sediaan yang bersifat hipotonis. Sediaan infus isotonis setara dengan 0,9% NaCl. Sediaan infus biasanya dibuat isotonis dengan darah (Britis Pharmacope, 2009), sehingga perlu penambahan pengisotonis yaitu NaCl. Penggunaan NaCl sebagai pengisotonis karena dengan penambahan NaCL zat aktif yang digunakan tidak rusak. Sediaan infus juga merupakan sediaan yang diinginkan memiliki pH yang sesuai dengan pH darah namun dalam keadaan tersebut diinginkan zat aktif yang tetap stabil. Penambahan adjust pH dianjurkan bila sediaan yang dinginkan belum memenuhi pH yang diinginkan. Praktkan tidak menggunkan pengadust pH karena sediaan yang diinginkan telah masuk rentang pH yang diinginkan. Larutan untuk infus, diperiksa secara visibel pada kondisi yang sesuai adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Dengan demikian praktkan melakukan penyaringan untuk mendapatkan sediaan yang bebas partikel. Penyaringan dilakukan sebanyak 2 kali menggunakan membranfilter dengan ukuran yang berbeda. Pertama menggunakan membrane filter 0,45 µm kemudian menggunakan membrane filter 0,22 µm. sediaan yang telah jadipun dilakukan depirogenasi untuk mencegah adanya bakteri atau pirogen. Sediaan ini di depirogenasi mengguakan karbon aktif selama 15 menit dengan suhu 60-70°c kemudian dilakukan penyaringan. Sedian tersebut bebas partikel dan bebas pirogen. Zat aktif yang digunakan merupakan zat aktif yang biasa digunakan intuk injeksi intra
vena.
Kadar
ammonium
klorida
untuk
injeksi
adalah
95%
-
105%
(pubchem.ncbi.nim.nih.gov) sehingga zat aktif yang digunakn dilebihkan 5 %. penetapan volume terpindahkan untuk masing- masing wadah sebesar 2% ml (Depkes RI, 2003) sehingga sediaan dilebihkan 2% per botolnya. Dikhawatirkan terjadinya kehilangan volume saat roses pembuatan dan depirogenasi sediaan, sediaan total dilebihkan 20%. Sediaan infus ammonium klorida ini tidak hanya isotonis, namun harus memenuhi penetapan osmolaritasnya. Sediaan infus diharapkan isoosmol yaitu antara 270 – 327 mosmol / L. Dalam sediaan yang dibuat, sediaan telah memenuhi kriteria isoosmol, yaitu 306,807 mosmol/L. nilai osmolatitas harus tertera pada etiket. Sediaan infus yang telah jadi dikemas rapih dalam wadah tertutu. Sediaan infus disimpan dalam suhu sejuk. Praktikan melakukan ujI evaluasi untuk sediaan infus ammonium klorida. Sediaan yang dibuat memenuhi syarat uji evaluasi. Sediaan yang dihasilkan adalah sediaan bebas partikel secara visual, bebas progen dan memiliki pH yang sesuai denan ph yang diinginkan. Sediaan yang dibuat juga tidak mengalami kebocoran.
Sediaan infus ammonium klorida memenuhi syarat penetapan volume terpinahkan. Pada etikrt harus tertera bahwa sediaan yang dibuat memenuhi syarat peetapan volume injeksi dan keseragaman volume. XII.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril infus adal ah sebagai berikut. No.
Nama bahan Jumlah
Keguaan
1
Ammonium klorida 3,224 g
Zat aktif
2
NaCL
2,489 g
Pengisotonis
4
WFI
700 ml
Pelarut, pembawa
Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan infus Amonium Klorida adalah Autoklaf 121 °c, 15 Psi, 15 menit. Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan infus yang dibuat adalah memenuhi syat uji evaluasi.
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=270301&val=7115&title=Mon itoring%20dan%20Identifikasi%20Gangguan%20Infus%20Menggunakan%20Mikr okontroler%20AVR 02.41 WIB 4/12/2015 2. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj a&uact=8&ved=0ahUKEwiJ04DBqMPJAhXDjo4KHX1jD80QFggaMAA&url=htt p%3A%2F%2Felisa.ugm.ac.id%2Fuser%2Farchive%2Fdownload%2F24122%2Fa 33f52e2912649c349410e562d569438&usg=AFQjCNHrRJDvjaB4WhHCB6sUDh0gQmFnQ&sig2=2pjtOyk3shjn9TW01aUxgA&bvm=bv.108538919,d.c2E 02.41 WIB 4/12/2015 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV . Jakarta: Departemen Kesehatan. 4. Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed., London: Pharmaceutical Press. 5. Sweetman,
S.C.,
2009.Martindale
The
Complete
Drug
Reference
36.
Pharmaceutical Press: London Chicago 6. Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Universitas Indonesia Press : Jakarta Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril . Penerbit ITB: Bandung 7. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunan, dan Efek Sampingnya Edisi Keenam Cetakan Ke-3. Jakarta : PT. Gramedia.
Brosur
STERIL DAN BEBAS PIROGEN LARUTAN INFUS UNTUK PEMAKAIAN INTRAVENA KOMPOSISI Setiap 500 ml mengandung : Amonium Klorida 0,49% Natrium Klorida 0,383% Aqua pro injeksi bebas pirogen ad. 500 ml INDIKASI Terapi alkalosis KONTRAINDIKASI Pasien yang mengalami asidosis. Pasien yang hipersensitif pada komponen sediaan EFEK SAMPING Menyebabkan asidosis, menimbulkan enselopati hepatik jika diberikan secara cepat PENYIMPANAN Simpan pada suhu kamar/ruangan (25-30ºC) No. Reg DKL1500102249A1
PT. PHARAFAMU FARMA BANDUNG – INDONESIA
Etiket
Kemasan