Tugas Mata Kuliah Dosen
: Individu : Ekonomi Kesehatan : Dr. Darmawansyah, SE, MS
PERMINTAAN DAN PENAWARAN JASA PELAYANAN KESEHATAN
OLEH : IBRAHIM DORU P1802216015
DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT, karena atas limpahan rahmat
dan
hidahnya,
penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
menegnai
“PER MINTAAN ”. INTAAN DAN PENAWAR PENAW AR AN JAS A PE LAYANAN KES EHATAN ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam kelulusan mata kuliah Ekonomi Kesehatan.
Makalah ini berisi tentang definisi,
konsep
permintaan dan penawaran jasa pelayanan kesehatan serta hubungannya dalam konteks ekonomi. ekonomi . . Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Permintaan dan penawaran Jasa Pelayanan Kesehatan, dan Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini dibuat melalui telaah literatur, namun kami menyadari bahwa banyak keterbatasan yang belum terungkap yang menjadi
kekurangan dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin ya Rabbal Rabbal Alamin. Alamin.
Makassar,
Februari 2017
Penulis
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT, karena atas limpahan rahmat
dan
hidahnya,
penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
menegnai
“PER MINTAAN ”. INTAAN DAN PENAWAR PENAW AR AN JAS A PE LAYANAN KES EHATAN ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam kelulusan mata kuliah Ekonomi Kesehatan.
Makalah ini berisi tentang definisi,
konsep
permintaan dan penawaran jasa pelayanan kesehatan serta hubungannya dalam konteks ekonomi. ekonomi . . Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Permintaan dan penawaran Jasa Pelayanan Kesehatan, dan Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini dibuat melalui telaah literatur, namun kami menyadari bahwa banyak keterbatasan yang belum terungkap yang menjadi
kekurangan dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin ya Rabbal Rabbal Alamin. Alamin.
Makassar,
Februari 2017
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................ ......................................................................... .........................
1
KATA PENGANTAR PENGANTAR................................................. .......................................................................... .........................
2
DAFTAR ISI................................................. ........................................................................... ...................................... ............
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakang ................................................ ..................................................................... .....................
4
B. Rumusan Masalah ................................................... ............................................................... ............
6
C. Tujuan Penulisan Penulisan.................................................. .................................................................. ................
6
D. Manfaat Penulisan Penulisan ................................................... ............................................................... ............
7
BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Konsep Permintaan ( Demand) dan .......................................................... ........ Penawaran (Supplay) ..................................................
8
B. Tinjauan tentang Konsep Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan 16 C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Kesehatan ................................................... ............................................................................ .........................
20
D. Perbedaan Permintaan ( Demand) Pelayanan Kesehatan dengan Permintaan ( Demand) Produk Secara Umum..........
33
E. Karakteristik Permintaan Kesehatan dan Jasa Pelayanan Kesehatan Kesehatan dalam Konteks Ekonomi ..................................... .....................................
36
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan.................................................. ........................................................................... .........................
38
B. Rekomendasi Rekomendasi............................................... ........................................................................ .........................
38
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari tentang suplay dan demand sumber daya pelayanan kesehatan
dan dampak sumber daya
pelayanan kesehatan terhadap populasi. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup untuk mengembangkan keturunan, sehingga timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Teori ekonomi mikro tentang permintaan ( demand ) jasa pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik dengan jumlah permintaan jasa pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa jika jasa pelayanan kesehatan merupakan normal good , makin tinggi income keluarga maka makin besar demand terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakan inferior good ,
meningkatnya
pendapatan
keluarga
akan
menurunkan
demand
terhadap jenis jasa pelayanan kesehatan (Folland et al., 2001). Jasa pelayanan kesehatan terdiri dari dua macam yaitu jasa pelayanan kesehatan modern dan tradisional. Jasa pelayanan kesehatan modern adalah jasa yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu
pengetahuan kedokteran yang modern, termasuk di dalamnya adalah jasa pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah. Pelayanan kesehatan harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Maka pelayanan kesehatan juga harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya sesuai dengan kebutuhan
4
pemakai jasa pelayanan dan terjamin mutunya ( ascessibility, affordability, quality assurance).
Ronald Andersen et al (1975), membagi faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan menjadi tiga yaitu faktor predisposing yaitu kecenderungan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang di tentukan oleh serangkaian variabel seperti keadaan demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan), keadaan sosial (pendidikan, ras, jumlah keluarga, agama, etnik, pekerjaan), sikap/kepercayaan yang muncul (terhadap pelayana kesehatan, terhadap tenaga kerja, perilaku masyarakat terhadap sehat dan sakit) ; faktor pendukung yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan oleh variabel sumber
pendapatan
keluarga
(pendapatan
dan
tabungan
keluarga,
asuransi/sumber pendapatan lain, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia serta keterjangkauan pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun harga pelayanan), sumber daya yang ada di masyarakat yang tercermin dari ketersediaan kesehatan termasuk jenis dan rasio masing-masing pelayanan dan tenaga kesehatannya dengan jumlah penduduk, kemudian harga pelayanan kesehatan yang memadai dan sesuai dengan kemampuan mereka); faktor kebutuhan yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan. Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Laksono (2005) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan yaitu : kebutuhan berbasis fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatan, variabel-variabel ekonomi
5
tarif, penghasilan masyarakat, adanya asuransi kesehatan dan dan jaminan kesehatan, variabel-variabel demografis dan umur, dan jenis kelamin. Operasi pasar pelayanan kesehatan agak berbeda dengan pasarpasar lain dan pasar pelayanan kesehatan akan cenderung gagal untuk beroperasi dengan baik karena terjadinya beberapa alasan. Kenyataan menunjukkan bahwa sumberdaya itu langka sedangkan keinginan manusia tidak terbatas yang akan membentuk landasan penting bagi konsep permintaan dan penawaran. Permintaan merupakan kemauan konsumen membayar berbagai barang dan jasa yang dikonsumsinya. Penawaran berkaitan dengan sisi produksi yaitu bagaimana biaya faktor-faktor produksi dan harga produk berpengaruh terhadap barang yang ditawarkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan
pada
latar
belakang
di
atas,
maka
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran konsep permintaan dan penawaran jasa pelayanan kesehatan serta hubungannya dengan konsep ekonomi.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui gambaran konsep permintaan dan penawaran jasa pelayanan kesehatan. 2. Untuk mengetahui tentang Konsep Permintaan ( Demand) dan Penawaran (Supply).
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan. 4. Untuk mengetahui Perbedaan Permintaan ( Demand) Pelayanan Kesehatan dengan Permintaan ( Demand) Produk Secara Umum.
6
5. Untuk
mengetahui
Karakteristik
Permintaan
Kesehatan
dan
Jasa
Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Ekonomi.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan terkhusus bagi penulis sebagai bahan literatur untuk penyusunan tesis , skripsi ataupun makalah tentang Permintaan dan Penawaran Jasa Pelayanan Kesehatan. .
7
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinajuan tentang Konsep Permintaan ( Demand) dan Penawaran (Supply) 1. Pengertian Permintaan ( Demand) Permintaan/ demand adalah sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen pada beberapa tingkat harga pada suatu waktu tertentu dan pada tempat atau pasar tertentu (Palutturi, 2005). Menurut Lipsey (1990), demand adalah jumlah yang diminta merupakan jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditas, harga komoditas lain, pendapatan, selera, dan lain-lain. Fungsi permintaan menunjukan hubungan antara kuantitas suatu barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya: harga, pendapatan, selera dan harapan-harapan untuk masa mendatang (Arsyad, 1991 : 22 ). Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Q = f ( Harga, Pendapatan, Selera, Harapan-harapan ................)
Dalam hukum permintaan dihipotesiskan bahwa semakin rendah harga suatu komoditas (barang dan jasa) semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang diminta, sebaliknya semakin tinggi harga suatu komoditas semakin sedikit komoditas tersebut diminta ( ceteris paribus) (Sugiarto, 2005). Sedangkan definisi tentang Permintaan ( Demand ) dalam pelayanan kesehatan adalah : a. Suatu keinginan, kebutuhan yang direalisasikan dengan tindakan dan mendapatkan pelayanan kesehatan secara nyata. b. Barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien.
8
c. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti pendapatan dan harga obat. Demand berbeda dengan need dan want. d. Permintaan pelayanan kesehatan timbul melalui proses perubahan persoalan kesehatan menjadi persoalan kesehatan yang dirasakan, dilanjutkan dengan merasa dibutuhkannya pelayanan kesehatan dan akhirnya dinyatakan dengan permintaan aktual. Dalam upayanya mengubah kebutuhan pelayanan yang dirasakan menjadi suatu bentuk permintaan
yang
efektif,
konsumen
harus
memiliki
kesediaan
(willingness) dan kemampuan ( ability ) untuk membeli atau membayar sejumlah jenis pelayanan kesehatan yang diperlukan. 2. Pengertian Penawaran ( Supply) Penawaran ( Supply) adalah seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu (Putong 2003). Penawaran pelayanan kesehatan adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang ditawarkan kepada perorangan oleh tenaga pelayanan kesehatan (seperti dokter, perawat, teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas (seperti puskesmas, rumah sakit, klinik rawat jalan, laboratorium klinis, dan lainnya) pada periode tertentu. Fungsi supply (produksi) menggambarkan hubungan antara output yang berupa pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan sumber daya
(resources) yang digunakan untuk memproduksinya. Berdasarkan hukum penawaran, maka diperoleh fungsi penawaran, yaitu:
9
Keterangan :
Qs
= Jumlah barang yang ditawarkan
Px
= Harga barang itu sendiri
Py
= Harga barang lain
T, C, P... = Faktor- faktor selain harga yang dianggap konstan (cateris paribus)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Supply Pelayanan Kesehatan adalah : a. Man (Sumber Daya Manusia) Contoh: dokter, dokter spesialis, bidan, perawat, farmasis/apoteker, S.KM, tenaga administrasi, ahli gizi b. Money Merupakan modal yang dibutuhkan untuk melakukan produksi. Modal dalam pelayanan kesehatan adalah biaya operasional di rumah sakit, biaya investasi, dan biaya lain yang mendukung proses produksi. c. Material Dapat diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk proses produksi, misalnya: obat-obatan, suntik, bahan makanan. d. Method Diartikan sebagai prosedur kerja. Prosedur kerja dalam pelayanan kesehatan adalah berupa SOP (Standard Operating Procedure ) rumah sakit, Standar Pelayanan Minimal (SPM), prosedur tindakan medis. e. Machine Diartikan sebagai mesin untuk produksi.
10
Mesin produksi dalam pelayanan kesehatan adalah segala peralatan medis yang menunjang pengoperasian pemberian layanan kesehatan, diantaranya: peralatan laboratorium, peralatan pemeriksaan kesehatan, tempat tidur opname, peralatan operasi, alat bedah. f. Market Wilayah bertemunya produsen dan konsumen disebut sebagai market. Dalam hal pelayanan kesehatan, market dapat berupa wilayah kerja pelayanan kesehatan, segmentasi pasar, masyarakat sasaran yang dibidik. g. Technology Dalam pelayanan kesehatan, kecanggihan dan kemutakhiran teknologi yang digunakan diantaranya: USG, peralatan operasi laser, dan lain-lain h. Time Merupakan waktu yang digunakan untuk pemberian layanan kesehatan atau unit pelayanan pada rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya i. Information Informasi untuk menunjang pemberian layanan kesehatan, seperti menggunakan media internet, leaflet, spanduk, brosur, dan lain-lain. 3. Konsep wants – needs – demand Dalam manajemen pemasaran (Kasali, 2000) terdapat dua konsep yang sangat mendasar yaitu kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Kebutuhan adalah hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Tanaman membutuhkan air, tanah, pupuk dan udara untuk hidup. Manusia tidak hanya membutuhkan makanan dan minuman, tetapi juga cinta, penghargaan, persaudaraan, pengetahuan
11
dan sebagainya. Kalau kebutuhan itu tidak terpenuhi, mereka akan merasa tidak bahagia, ada yang dirasakan kurang dalam kehidupannya. Kebutuhan manusia amat bervariasi dan kompleks. Sedangkan
keinginan
adalah
pernyataan
manusia
terhadap
kebutuhan-kebutuhannya yang dipertajam oleh budaya dan kepribadiannya. perbedaannya dengan kebutuhan terletak pada barang-barang yang dipilih untuk melangsungkan kehidupannya. Untuk membahas pengertian ini, model dari Cooper (Posnett 1988) dalam Palutturi (2005) juga sangat menarik untuk dibahas. Dalam model Cooper, keinginan ( wants) diartikan sebagai keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup. Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya. Permintaan (demand ) merupakan keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran. Sedangkan kebutuhan ( needs) adalah keadaan kesehatan yang dinyatakan oleh tenaga kedokteran harus mendapatkan penanganan medis. Cooper (1975) mencoba memformulasikan ketiga hal di atas secara diagramatis seperti pada gambar berikut ini
Ingin dilayani
Ingin dilayani
Realisasi dari
sebaik mungkin
sebaik mungkin
keinginan dan
tetapi belum tentu
kebutuhan
dibutuhkan Gambar 1. Konsep wants – needs - demand
12
Pembedaan want, need, dan demand penting karena tujuannya adalah memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan orang, dengan cara memperbaiki keputusan dokter, dan mendekatkan keinginan dan permintaan sedekat mungkin dengan kebutuhan, melalui pendidikaan kesehatan, dan sebagainya. Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup. Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya
Keinginan (wants)
Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran
Permintaan ( demand )
Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus menda atkan enan anan medis
Kebutuhan ( needs)
Gambar 2. Penerapan konsep keinginan (wants), permintaan (demand) , dan kebutuhan
(needs) dalam pelayanan kesehatan menurut Cooper (Posnett, 1988)
4. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. (Depkes RI,2009) Pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas permintaan dalam pelayanan kesehatan yaitu pendekatan permintaan menurut model
13
Grossman. Grossman mengemukakan pentingnya mengenai pelayanan kesehatan di mana dalam penelitiannya itu diungkapkan bahwa demand terhadap layanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap kesehatan itu sendiri. Kesehatan menurut Becker (1965) merupakan komoditi yang penting sehingga berdasarkan hal tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam human capital approach di mana arena pemilihannya diperluas hingga menyangkup pemilihan atas status kesehatan. Menurut Grossman, para konsumen memiliki permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena dua alasan yaitu: a. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi konsumsi Pelayanan kesehatan sebagai sebuah komoditi konsumsi membuat konsumen sebagai pengguna layanan kesehatan merasa lebih baik. b. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi investasi Investasi dalam kesehatan merupakan nilai moneter sebab kesehatan dapat menurunkan jumlah hari sakit. Dengan menurunnya waktu sakit maka akan meningkatkan waktu yang tersedia untuk bekerja maupun adanya waktu luang untuk melakukan aktifitas lainnya.
5. Cara Mengukur Demand Dalam Pelayanan Kesehatan
Secara garis besar pengukuran demand untuk pelayanan Kesehatan dapat dilakukan melalui analisis pasar atau melakukan peramalan demand . a. Riset Pasar Tujuan analisis pasar adalah menyediakan informasi mengenai keadaan pasar saat ini dan kemungkinan trend
pasar di masa
mendatang. Melalui informasi yang diperoleh, rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan, menetapkan kebijakan pelayanan baru,
14
menetapkan
tarif
dan
strategi
promosi.
Analisis
pasar
akan
menghasilkan profil pasar yang sebaiknya memuat informasi mengenai konsumen, kinerja (performance) rumah sakit, dan keadaan pasar. Pada profil pasar dalam hal konsumen akan diteliti mengenai jumlah total konsumen, data epidemiologi, distribusi daerah tempat tinggal, pendapatan total, pendapatan per rumah tangga, distribusi pendapatan, selera
konsumen,
ciri-ciri
dan
frekuensi
penggunaan
pelayanan
kesehatan oleh konsumen.Profil mengenai keadaan pasar mencakup berbagai hal misalnya data mengenai efek dari kenaikan tarif yang terkait dengan pengukuran elastisitas harga. Adanya data mengenai efek
kenaikan
atau
penurunan
pendapatan
masyarakat
dan
pengaruhnya terhadap konsumsi rumah sakit akan menyangkut elastisitas rumah sakit terhadap pendapatan. Data lain adalah keunikan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, identifikasi pelayanan kesehatan, jumlah dan sifat pesaing. Situasi persaingan ini harus dapat dianalisis tidak hanya dalam batas-batas wilayah tetapi juga mencakup ke jangkauan transportasi ataupun kemampuan masyarakat dalam menggunakan rumah sakit. b. Forecasting Demand Tindakan ini mempunyai pengertian kegiatan peramalan. Data yang ada akan dianalisis untuk mendapatkan peramalan penggunaan rumah sakit di masa mendatang. Masa mendatang ini dapat berupa jangka pendek (setahun) ataupun jangka menengah dan panjang. Perlu diingat bahwa semakin panjang jangka waktu yang diramalkan, maka potensi meleset hasil peramalan menjadi terdapat tiga tahap peramalan
lebih besar. Dalam hal ini
demand . Tahap 1, penilaian keadaan
umum ekonomi nasional dan lokal. Penilaian ini akan memberikan informasi
mengenai
kebijakan
15
pemerintah
dan
kemungkinan-
kemungkinan dampak kebijakan baru terhadap tingkat pendapatan masyarakat,
trend kependudukan, epidemiologi, dan potensi sumber
daya masyarakat untuk pelayanan kesehatan. Pada tahap 2, dilakukan penilaian terhadap
demand total penduduk terhadap pelayanan
kesehatan, khususnya rumah sakit. Berbagai faktor demand yang ada harus diperhatikan dan disusun dalam suatu model. Pada tahap 3, dilakukan penilaian posisi rumah sakit terhadap total demand yang ada. Pada tahap ini dapat diuji coba beberapa tindakan, misalnya merubah tarif untuk menguji pasar atau melakukan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial.
B. Tinjauan tentang Konsep Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Prinsip dasar teori ekonomi menyatakan bahwa suatu barang atau jasa sebagai faktor produksi mempuyai harga dapat ditukar dengan barang lain atau mempunyai kegunaan dan bersifat langka (jumlah yang tersedia sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan). Debreu (1959) dalam Palutturi (2005) mengemukakan bahwa sesuatu dapat dikategorikan sebagai komoditas
bila
memiliki
sifat
temporary (mempunyai
jangka
waku
penggunaan), spatially (membutuhkan tempat untuk memakainya), dan physically (mempunyai ukuran , jam kerja tertentu dalam pemakiannya).
Kriteria tersebut dimiliki oleh jasa pelayanan kesehatan dan karenanya dapat dikatakan sebagai komoditas ekonomi yang dikonsumsi individu atau rumah tangga. Adanya demand terhadap jasa pelayanan kesehatan menurut Grossman (1972) karena kesehatan merupakan komoditas yang harus dibeli (consumption commodity ) sebab dapat membuat pembelinya merasa dirinya lebih baik dan nyaman. Kesehatan dianggap sebagai suatu investasi (investment commodity ) artinya bila keadaan sehat maka semua waktu yang
16
tersedia dapat digunakan secara produktif sehingga secara tidak langsung merupakan investasi. Meskipun jasa pelayanan kesehatan merupakan suatu komoditas ekonomi, namun memiliki perbedaan dengan komoditas ekonomi pada umumnya karena adanya karakteristik tersendiri berupa; demand terhadap jasa pelayanan kesehatan timbul akibat adanya permintaan kesehatan yang baik,
dimana
meningkatnya
umur
seseorang
bisa
merupakan
mulai
menurunnya kondisi kesehatan yang lebih baik; demand terhadap jasa pelayanan kesehatan mempunyai faktor-faktor eksogen antara lain ketidak tahuan pasien-pasien sehingga penderita mendelegasikan keputusannya kepada petugas kesehatan (dokter/ paramedik), faktor penghasilan pemakai jasa pelayanan kesehatan dan sebagainya; dan demand terhadap jasa pelayanan kesehatan melibatkan banyak hal, antara lain penyediaan dan tingkat keterampilan petugas kesehatan yang ada, dimana peran ganda yang dimilikinya (penyedia jasa pelayanan medis dan wakil pasien) dapat menciptakan motif ekonomi berupa jasa pelayanan kesehatan yang berlebihlebihan ( unnecessary procedure) Amran Razak (2000) dalam Haeruddin (2007). Beberapa faktor yang mempengaruhi demand terhadap jasa pelayanan kesehatan yaitu faktor kebutuhan yang berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti : tarif, ada tidaknya sistem asuransi, dan penghasilan, serta variabel-variabel demografis dan organisasi. Disamping faktor-faktor tersebut masih ada faktor lain misalnya: pengiklanan, pengaruh jumlah dokter dan fasilitas jasa pelayanan kesehatan, serta pengaruh inflasi. Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Palutturi (2005).
17
Faktor pertama dan kedua sangat erat hubungannya. Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medik. Keputusan petugas medik ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Dari situasi ini maka demand pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan dalam pola epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat (Palutturi: 2005). Menurut Santerre dan Neun (2000) dalam Andhika (2010), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan pemeliharaan pelayanan kesehatan ( Quantity demanded ) seperti harga pembayaran secara langsung oleh rumah tangga, pendapatan bersih (real income), biaya waktu (time cost ), termasuk di dalamnya adalah biaya (uang) untuk perjalanan termasuk muatan bis atau bensin di tambah biaya pengganti untuk waktu, harga barang substitusi dan komplementer, selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status pernikahan, pendidikan dan gaya hidup, phisik dan mental, status kesehatan serta kualitas pelayanan ( quality of care ). Menurut Mills & Gilson (1990) dalam Andhika (2010), hubungan antara teori permintaan dengan jasa pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat dipengaruhi oleh pendapatan, sarana dan kualitas pelayanan kesehatan. Pendapatan memiliki hubungan (asosiasi) dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi. Sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan. Kemanjuran
18
dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan pemberi jasa tertentu. Ada 2 pendekatan yang lazim digunakan dalam membahas permintaan (demand ) terhadap jasa pelayanan kesehatan. Pertama yaitu teori agency relationship atau yang lebih dikenal dengan supplier - induced demand model.
Sedangkan pendekatan yang kedua yaitu investment model yang diajukan oleh Grossman (1972). Supplier Induced Demand menggambarkan suatu keadaan dimana
seorang dokter menetapkan demand pasiennya dengan cara tidak berbasis pada need . Penetapan ini dilakukan dengan basis usaha meningkatkan demand dari tingkat yang seharusnya. Dengan demikian istilah terjemahannya adalah “dokter meningkatkan demand” pasiennya. Supplier Induced Demand terjadi akibat tidak seimbangnya informasi yang ada pada dokter pasiennya (McGuire et.Al. 1998) dalam Palutturi (2005). Berbasis pada pendidikan dan pengalamannya dokter lebih menguasai informasi keluhan penyakit yang diderita oleh pasien dibanding si pasien sendiri. Akibat ketidakseimbangan pengetahuan ini maka hubungan kerja menjadi berat ke arah keuntungan dokter. Keadaan ini terjadi terutama pada sistem pembayaran free-for-service. Apabila tidak pada etik yang kuat, maka dengan mudah akan terjadi penyimpangan profesi seperti: diperiksanya pasien dengan USG walaupun secara medis tidak memerlukan pemeriksaan tersebut. Dengan bergesernya sifat rumah sakit menjadi suatu lembaga ekonomi, maka risiko penyimpangan profesi akan semakin tinggi akibat tuntutan investasi. Pada kasus diatas. Apabila pembelian USG dilakukan atas dasar pinjaman kredit bank, maka kaidah-kaidah investasi harus diperhatikan misalnya melalui pay-back period . Prinsip bahwa “bangsal rumah sakit harus diisi” dapat mendorong terjadinya Supplier Induced Demand”.
19
Supplier Reduced Demand mencerminkan keadaan dimana justru
dokter atau rumah sakit menetapkan demand di bawah yang seharusnya. Pada kasus pasien yang seharusnya diperiksa menggunakan USG. Akan tetapi mungkin re-imburstment asuransi kesehatan yang dimiliki perusahaan tersebut memberikan ganti rugi yang di bawah unit cost pemerikasaan USG. Rumah sakit akan rugi jika menggunakan USG untuk pasien tersebut. Secara perhitungan ekonomi, tidak diperiksanya dengan USG akan menghindarkan rumah sakit dari kerugian. Dengan demikian need pasien tersebut tidak dapat terwujud sebagai demand. Contoh lain adalah pada sistem pembayaran rumah sakit yang berbasis pada anggaran. Apabila rumah sakit dapat menyelenggarakan pelayanan di bawah anggaran, misalnya 90% maka 10% sisanya dapat masuk sebagai jasa rumah sakit. Dengan konsep seperti ini rumah sakit akan mempunyai insentif untuk melakukan Supplier Reduced Demand. Perbedaan utama antara kedua pendekatan tersebut ada pada asumsinya
tentang
kedudukan
pasien
dalam
model
tersebut.
Pada
pendekatan pertama, peranan pasien begitu kecil dibandingkan pada ahli kesehatan/ dokter dalam membentuk permintaan terhadap jasa pelayanan kesehatan. Sementara Grossman menyatakan bahwa konsumen (pasien) cukup memiliki informasi dan kebebasan dalam menentukan permintaannya.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pelayanan Kesehatan Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dan Laksono (2005) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan yaitu : 1. Kebutuhan berbasis aspek fisiologis
20
Faktor ini menekankan pada pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini maka demand pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan dalam pola epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkan puncak gunung es yaitu demand , bukan kebutuhan (needs).
2. Penilaian pribadi akan status kesehatan Secara
sosio-antropologis,
penilaian
pribadi
akan
status
kesehatan
dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat.
Indonesia
sebagai
negara
Timur
sejak
dahulu
telah
mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat bahwa demand terhadap pelayaanan pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan
status
kesehatannya,
sebagian
lain
tidak
memperhatikannya. 3. Variabel-variabel ekonomi tarif Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif, sangat penting dicatat bahwa hubungan negatif antara tarif dan demand terhadap pelayanan kesehatan secara khusus terlihat pada pasien
yang
mempunyai
pilihan.
Pada
pelayanan
rumah
sakit,
tingkat
demand pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari
21
dokter mempengaruhi length of stay , jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam
mempengaruhi
demand,
sehingga
elastisitas
harga
bersifat
inelastik.Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup. 4. Penghasilan masyarakat Kenaikan
penghasilan
keluarga
akan
meningkatkan
demand untuk
pelayanan kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal, akan tetapi ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu kenaikan penghasilan keluarga justru menurunkan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan yang menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan antrian untuk mendapatkan pelayanan medis harus dikurangi dengan menyediakan pelayanan rawat jalan dengan perjanjian misalnya. Faktor penghasilan masya-rakat dan selera mereka merupakan
bagian
penting
dalam
analisis
demand untuk
keperluan
pemasaran rumah sakit. 5. Asuransi Kesehatan dan dan Jaminan Kesehatan Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat
22
miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan
demand terhadap pelayanan
kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-banyaknya. 6. Variabel-variabel demografis dan umur Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri meningkat
demand-nya
terhadap pelayanan kuratif. Sementara itu, demand terhadap pelayanan kesehatan preventif menurun. Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa bahwa keun-tungan dari pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil diban-dingkan dengan saat masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi. 7. Jenis kelamin Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
demand terhadap
pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua,
23
karena angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus yang bersifat darurat perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata. 8. Pendidikan Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran
akan
status
kesehatan,
dan
konsekuensinya
untuk
menggunakan pelayanan kesehatan. 9. Faktor-Faktor Lain Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayan-an kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan secara tradisional dilarang karena bertentangan dengan etika dokter dan apabila akan diberikan maka dalam bentuk informasi mengenai pelayanan rumah sakit. Patut dicatat bahwa pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara pening-katan demand . Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand . Fuchs (1998) menyatakan bahwa pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter spesialis bedah sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%. Kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan
24
demand untuk
operasi tonsilektomi. Kehadiran dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan meningkatkan demand untuk pelayanan bedah caesar . Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga, dan asuransi kesehatan. Faktor ini harus diperhatikan oleh rumah sakit karena pada saat inflasi tinggi, ataupun pada resesi ekonomi, demand terhadap pelayanan kesehatan akan dapat terpengaruh. Menurut Mills & Gilson (1990) hubungan antara teori permintaan dengan
pelayanan
kesehatan
di
negara-negara
berkembang
sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini : 1. Pendapatan, ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. 2. Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi. 3. Sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan. Kemanjuran dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan pemberi jasa tertentu Sedangkan menurut Santerre dan Neun (2000) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi demand terhadap pelayanan kesehatan adalah : 1.
Harga pembayaran secara langsung oleh rumah tangga.
25
2.
Pendapatan bersih (real income)
3.
Biaya waktu ( time cost ), termasuk di dalamnya adalah biaya (uang) untuk perjalana termasuk muatan bis atau bensin di tambah biaya pengganti untuk waktu.
4.
Harga barang substitusi dan komplementer
5.
Selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status pernikahan, pendidikan dan gaya hidup.
6.
Fisik dan mental hidup
7.
Status kesehatan
8.
Kualitas pelayanan ( quality of care ) . Konsumer sangat tergantung kepada penyedia (provider) pelayanan
kesehatan. Oleh karena pada umumnya consumer tidak tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan yang dibutuhkannya. Dalam hal ini Provider lah yang menentukan jenis dan volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumer. Hal ini berarti pasien menyerahkan semua pengambilan keputusan kepada dokter dengan alasan minimnya pengetahuan dan kurangnya wewenang dari pasien itu sendiri untuk memutuskan pengobatan apa yang sebaiknya diterima. Selain sebagai provider atau penasehat pasien, dokter juga
memiliki
peran
sebagai
pemasok
layanan
medis.
Sebagai
pemasok layanan, dokter memiliki kepentingan keuangan dalam pelayanan pengobatannya, dapat dilihat bahwa dengan peningkatan pasokan dokter di suatu
daerah, baik harga
dan kuantitas
pelayanan dokter.
26
akan
meningkatkan
pula
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Faktor-faktor ini berasal dari pasien maupun dari dokter sebagai
pemberi
pelayanan
kesehatan.
Faktor
yang
mempengaruhi
permintaan pasien terhadap pelayanan kesehatan antara lain insiden penyakit, provider , karakteristik budaya-demografi dan factor ekonomi. Dua factor
pertama berakar dari persepsi keluarga tentang masalah medis dan keyakinan mereka terhadap kemanjuran pelayanan kesehatan yang berpengaruh terhadap
keinginan
pelanggan
menerjemahkan keinginan
untuk
pelayanan
kesehatan.
Ketika
ini menjadi pengeluaran, keluarga dibatasi oleh
tingkat sumberdaya yang tersedia. 1. Insiden penyakit atau penyakit yang dirasakan Awal penyakit dan pemanfaatan rumah sakit adalah kejadian yang tidak diharapkan oleh kebanyakan orang. Sehingga penyakit biasa dianggap sebagai peristiwa random, tapi berkaitan dengan usia dan jenis kelamin populasi secara keseluruhan, penyakit memiliki prediktabilitas yang sama. Seperti usia individu, insiden penyakit meningkat dan pola-pola morbiditas berubah, penyakit kronis menjadi determinan yang lebih penting dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan. 2. Peran provider (dokter) dalam permintaan terhadap pelayanan kesehatan Dalam
pasar
nonmedis,
konsumen
dengan
beragam
tingkat
pengetahuan memilih barang dan jasa yang ia inginkan. Sedangkan dalam pelayanan kesehatan, pasien tidak memutuskan jenis pengobatan apa yang ia terima, ia lebih memilih dokter yang menentukan pilihan tersebut. Dalam bertindak menurut kepentingan pasien, para dokter menggunakan kesadaran mereka akan sumber keuangan dan kebutuhan medis pasien. Saat memilih komponen-komponen perawatan yang digunakan dalam pengobatan, para dokter tidak hanya dipandu oleh kemampuannya, tapi juga oleh harga relative mereka terhadap pasien. Misalnya, seorang pasien bisa dirawat dengan rawat jalan atau rawat
27
inap. Oleh karena asuransi hanya berlaku untuk pasien rawat inap, maka biaya yang dikeluarkan oleh pasien lebih rendah apabila mereka dimasukkan dalam rawat inap. Bagaimanapun, pilihan jenis pengobatan oleh dokter menurut kepentingan pasien akan menghasilkan harga total pelayanan medis yang lebih tinggi. Dengan adanya pertumbuhan asuransi rumah sakit yang lebih komprehensif, keterbatasan financial menjadi kurang penting dan para dokter mampu menentukan kualitas pelayanan kesehatan terbaik untuk pasiennya. Hal tersebut merupakan perilaku rasional antara pasien dan dokter, karena keuntungan marginal dari perawatan yang terdiri dari uji atau tes tambahan dan pelayanan lainnya, seberapa kecilpun itu, kemungkinan masih lebih besar daripada harga yang dibayar sendiri oleh pasien. Bagaimanapun juga, factor lain mungkin bisa mencegah dokter untuk bertindak menurut kepentingan pasien. Beberapa rumah sakit mungkin mempunyai komite peninjau yang meninjau ketepatan administrasi dan lama tinggal pasien. Berhadapan dengan keefektifan komite tersebut, seorang dokter akan menemui kesulitan untuk menentukan perawatan rumah sakit dan atau lama tinggal yang bias memuaskan pasien. Ada alasan yang lebih penting mengapa dokter tidak bertindak semata-mata atas kepentingan pasien. Sebagai salah satu input dalam pengobatan pasien,
seorang
dokter
mempunyai
kepentingan
ekonomi.
Dalam
menentukan perawatan untuk pasien, dokter bertindak tidak hanya menurut kepentingan pasien, tapi juga menurut kepentingannya sebagai penyedia pelayanan. Satu contoh jelas`dari dampak peran ganda tersebut yaitu penurunan kunjungan rumah ( home visit ). Faktor lain yang berasal dari dokter ( provider ): a. Dokter sebagai advisor
28
Dokter sebagai penasehat bagi pasien untuk memberi masukan terhadap
pelayanan
kesehatan
pada
pasien.
Dalam
hal
ini
kemungkinan kecil seorang pasien akan menolak nasehat dari dokter, ini adalah salah satu sifat pelayanan kesehatan yang disebut asymetric knowledge dimana wawasan dokter lebih luas dari pasien.
b. Dokter sebagai supplier pelayanan kesehatan Dokter memberi usulan dan perlakuan atau memberi tindakan medis atau lainnya yang dianggap bermanfaat bagi pasien, misalnya memberikan obat baik oral maupun suntik, merujuk rawat inap, atau bahkan sampai tindakan operasi. Dalam hal ini terkadang dokter memberikan pelayanan kesehatan pada pasiennya tidak berdasarkan kebutuhan pasien. Ini terjadi karena asymetric knowledge di mana antara pasien dan dokter memiliki
perbedaan pengetahuan, terkadang dokter melakukan hal ini untuk menambah pendapatannya 3. Karakteristik budaya-demografi a. Jenis kelamin Meskipun pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan yang kurang lebih sama untuk kedua jenis kelamin pada tahun-tahun awal, ada perbedaan dalam kebutuhan pelayanan kesehatan antara pria dan wanita. Di kemudian hari, pengeluaran yang dikeluarkan oleh perempuan melebihi dari yang dikeluarkan oleh laki-laki terutama karena biaya kandungan. b. Usia Hubungan
antara
umur
dan
penggunaan
pelayanan
medis,
bagaimanapun tidak linier juga tidak sama untuk setiap jenis pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, hubungan antara umur dan
29
penggunaan pelayanan rumah sakit berbeda antara umur dan penggunaan pelayanan perawatan gigi. c.
Status perkawinan dan jumlah orang dalam keluarga Status
perkawinan
dan
jumlah
orang
dalam
keluarga
juga
mempengaruhi permintaan untuk pelayanan kesehatan. Orang yang belum berkeluarga umumnya menggunakan perawatan di rumah sakit lebih
dari
yang
dilakukan
oleh
orang
yang
sudah
menikah.
Ketersediaan orang di rumah untuk merawat seseorang mungkin pengganti hari tambahan mempengaruhi
di rumah sakit. Besarnya keluarga juga
permintaan,
sebuah
keluarga
besar
memiliki
pendapatan per kapita yang lebih rendah (meskipun tidak selalu proporsional
kurang)
daripada
sebuah
keluarga
kecil
dengan
pendapatan yang sama. d. Pendidikan (keluarga) Pendidikan juga diyakini dapat mempengaruhi permintaan pelayanan medis. Sebuah jumlah yang lebih besar dari pendidikan di rumah tangga dapat memungkinkan keluarga untuk mengenali gejala awal penyakit, sehingga kesediaan yang lebih besar untuk mencari pelayanan kesehatan awal. Tingginya tingkat pendidikan juga dapat menyebabkan peningkatan efisiensi dalam pembelian keluarga dan penggunaan pelayanan medis. e. Preferensi pasien Preferensi yang dimiliki pasien bisa didapatkan melalui iklan, orang sekita dan dokter yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh pasien. 4. Faktor ekonomi a. Pendapatan Sejumlah
penelitian
telah
mengungkapkan
hubungan
antara
pendapatan keluarga dan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan.
30
Ketika studi ini didasarkan pada data survey, sering ditemukan bahwa keluarga-keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk pelayanan kesehatan. Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk pelayanan kesehatan. b. Harga Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan. Pada
pelayanan
dipengaruhi
rumah
oleh
sakit,
keputusan
tingkat dokter.
demand
Keputusan
pasien
sangat
dari
dokter
mempengaruhi length of stay , jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik. Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup. c.
Jaminan atau asuransi kesehatan Asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan
demand
terhadap pelayanan kesehatan, dengan demikian hubungan dari asuransi
kesehatan
dan
jaminan
kesehatan
terhadap
demand
terhadap pelayanan kesehatan adalah bersifat positif. d. Nilai waktu bagi pasien Tiga implikasi kebijakan menunjukkan bahwa biaya waktu berdampak penting terhadap permintaan akan layanan kesehatan, yaitu: 1) Ketika harga yang dibebankan terhadap pasien berkurang, permintaan untuk pelayanan kesehatan akan menjadi lebih
31
responsif
terhadap
biaya
waktu.
Jika
kuantitas
pelayanan
kesehatan yang disuplai tidak meningkat secara cukup untuk memenuhi peningkatan permintaan, seperti dalam kasus dibawah sebuah system yang mirip dengan British National Health Service, maka kemungkinan metode pemikirannya adalah mengalokasikan perawatan pada mereka yang bersedia menunggu. Mereka yang dengan
biaya
waktu
rendah
lebih
mungkin
mendapatkan
perawatan daripada mereka dengan peluang biaya waktu tinggi. 2) Masyarakat menentukan bahwa kelompok-kelompok populasi tertentu harus meningkatkan pengggunaan jasa medisnya. Meski harga-harga uang untuk kelompok-kelompok tersebut dikurangi, mungkin diharapkan untuk lebih meningkatkan penggunaan layanan medisnya. Meski harga uang untuk kelompok-kelompok tersebut berkurang, mungkin lebih diharapkan meningkatkan penggunaan jasa lebih lanjut dengan mengurangi biaya waktu mereka. Membangun klinik didekat kelompok-kelompok populasi tersebut akan mengurangi biaya perjalanan dan meningkatkan penggunaan layanan medis. 3) Ketika system pengiriman layanan medis direncanakan, biaya waktu pasien harus dipertimbangkan bersama dengan biaya institusional, sebagai biaya yang relevan untuk diminimalkan oleh para perencana. Para konsumen bersedia membayar untuk mengurangi
biaya
waktu.
Kecuali
ini
dimasukkan
dlam
perencanaan system pengiriman pelayanan kesehatan, para perencana mungkin berusaha mengurangi biaya rumah sakit dan bentuk perawatan lain dengan membangun lebih sedikit unit-unit yang lebih besar, sehingga meningkatkan biaya waktu travel pasien.
32
D. Perbedaan Demand Pelayanan Kesehatan dengan Demand Produk Secara Umum
Aplikasi ilmu ekonomi pada sektor kesehatan perlu mendapat perhatian terhadap sifat dan ciri khususnya sektor kesehatan. Sifat dan ciri khusus tersebut menyebabkan asumsi-asumsi tertentu dalam ilmu ekonomi tidak berlaku atau tidak seluruhnya berlaku apabila diaplikasikan untuk sektor kesehatan. Ciri khusus tersebut antara lain: 1. Kejadian penyakit tidak terduga Adalah tidak mungkin untuk memprediksi penyakit apa yang akan menimpa kita dimasa yang akan datang, oleh karena itu adalah tidak mungkin mengetahui secara pasti pelayanan kesehatan apa yang kita butuhkan dimasa yang akan datang. Ketidakpastian (uncertainty) ini berarti adalah seseorang akan menghadapi suatu risiko akan sakit dan oleh karena itu ada juga risiko untuk mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit tersebut. 2. Consumer Ignorance Konsumer sangat tergantung kepada penyedia
(provider) pelayanan
kesehatan. Oleh karena pada umumnya consumer tidak tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan yang dibutuhkannya. Dalam hal ini Providerlah yang menentukan jenis dan volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumer. 3. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan
33
distribusi
pelayanan
kesehatan
sering
sekali
dilakukan
atas
dasar
kebutuhan (need) dan bukan atas dasar kemampuan membayar (demand). 4. Ekstemalitas Terdapat efek eksternal dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Efek eksternal adalah dampak positif atau negatif yang dialami orang lain sebagai akibat perbuatan seseorang. Misalnya imunisasi dari penyakit menular akan memberikan manfaat kepada masyarakat banyak. Oleh karena itu imunisasi tersebut dikatakan mempunyai social marginal benefit yang jauh lebih besar dari private marginal benefit bagi individu tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus dapat menjamin bahwa program imunisasi harus benar-benar dapat terlaksana. Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan mempunyai ekstemalitas yang besar, sehingga dapat digolongkan sebagai “komodity masyarakat”, atau public goods. Oleh karena itu program ini sebaiknya mendapat subsidi atau bahkan disediakan oleh pemerintah secara gratis. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif akan mempunyai ekstemalitas yang rendah dan disering disebut dengan private good , hendaknya dibayar atau dibiayai sendiri oleh penggunanya atau pihak swasta. 5. Non Profit Motive Secara ideal memperoleh keuntungan yang maksimal (profit maximization) bukanlah tujuan utama dalam pelayanan kesehatan. Pendapat yang dianut adalah “Orang tidak layak memperoleh keuntungan dari penyakit orang lain”. 6. Padat Karya Kecendrungan spesialis dan superspesialis menyebabkan komponen tenaga dalam pelayanan kesehatan semakin besar. Komponen tersebut bisa mencapai 40%-60% dari keseluruhan biaya.
34
7. Mixed Outputs Yang dikonsumsi pasien adalah satu paket pelayanan, yaitu sejumlah pemeriksaan diagnosis, perawatan, terapi dan nasihat kesehatan. Paket tersebut bervariasi antara individu dan sangat tergantung kepada jenis penyakit. 8. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi Dalam jangka pendek, upaya kesehatan terlihat sebagai sektor yang sangat konsumtif, tidak memberikan return on investment secara jelas. Oleh sebab itu sering sekali sektor kesehatan ada pada urutan bawah dalam skala prioritas pembangunan terutama kalau titik berat pembangunan adalah pembangunan ekonomi. Akan tetapi orientasi pembangunan pada akhirnya adalah pembangunan manusia, maka pembangunan sektor kesehatan sesuangguhnya adalah suatu investasi paling tidak untuk jangka panjang. 9. Restriksi berkompetisi Terdapat
pembatasan
praktek
berkompetisi.
Hal
ini
menyebabkan
mekanisme pasar dalam pelayanan kaesehatan tidak bisa sempurna seperti mekanisme pasar untuk komodity lain. Dalam mekanisme pasar, wujud kompetisi adalah kegiatan pemasaran (promosi, iklan dan sebagainya). Sedangkan dalam sektor kesehatan tidak pernah terdengar adanya promosi discount atau bonus atau banting harga dalam pelayanan kesehatan. Walaupun dalam prakteknya hal itu sering juga terjadi dalam pelayanan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan berbeda dengan demand bidang
ekonomi disebabkan oleh:
35
1. Pada dasarnya orang tidak menyukai pelayanan kesehatan berbeda dengan pakaian, rumah, mobil. Yang diharapkan konsumen dalam pelayanan kesehatan adalah cepat sehat. 2. Konsumer pelayanan kesehatan berada dalam posisi lemah dan sangat ditentukan oleh pemberi pelayanan kesehatan. 3. Demand yang terjadi bukan keputusan konsumer walaupun memutuskan dimana mau berobat tapi tidak bisa memutuskan jenis perawatan atau pengobatan untuknya.
E. Karakteristik Permintaan Kesehatan dan Jasa Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Ekonomi
Jasa pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan jasa pelayanan ekonomi lainnya. Jasa pelayanan kesehatan atau jasa pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seorang. Karena sifatnya yang sangat heterogen, jasa pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa
karakteristik
khusus
jasa
pelayanan
kesehatan
yaitu
intangibility, inseparability, inventory, dan inkonsistensi (Santerre dan Neun,
2000) dalam Andhika (2010). Intangibility merupakan karakteristik jasa pelayanan kesehatan yang tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, atau mengecap jasa pelayanan kesehatan. Inseparability yaitu karakteristik dimana produksi dan konsumsi jasa pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama). Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian. Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien. Inventory merupakan karakteristik dimana jasa pelayanan kesehatan tidak bisa
disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. Inkonsistensi
merupakan karakteristik jasa pelayanan kesehatan dimana
36
komposisi dan kualitas jasa pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun jasa pelayanan kesehatan yang digunakan antar pasien, bervariasi. Jadi jasa pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya jasa pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan (jumlah dokter atau tempat tidur rumah sakit per 1,000 penduduk) atau penggunaan (jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita) (Palutturi: 2005). Hubungan antara keinginan kesehatan dengan permintaan akan jasa pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja yang sederhana, namun sebenarnya
sangat
kompleks.
Penyebab
utamanya
karena
persoalan
kesenjangan informasi. Menterjemahkan keinginan sehat menjadi konsumsi jasa pelayanan kesehatan melibatkan berbagai informasi tentang berbagai hal, antara lain; aspek status kesehatan saat ini, informasi status kesehatan yang lebih baik, informasi tentang macam pelayanan yang tersedia, tentang kesesuaian pelayanan tersebut, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena
permintaan
jasa
pelayanan
kesehatan
mengandung
masalah
uncertainty (ketidakpastian), sakit sebagai ciri-ciri persoalan kesehatan
merupakan suatu ketidakpastian. Keduanya,
imperfect information
dan
uncertainty merupakan karakteristik umum dari permintaan kesehatan dan jasa
pelayanan kesehatan.
BAB III
37
PENUTUP A. Kesimpulan
Meskipun jasa pelayanan kesehatan merupakan suatu komoditas ekonomi, namun memiliki perbedaan dengan komoditas ekonomi pada umumnya karena adanya karakteristik tersendiri berupa; demand terhadap jasa pelayanan kesehatan timbul akibat adanya permintaan kesehatan yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi demand terhadap jasa pelayanan kesehatan yaitu faktor kebutuhan yang berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti : tarif, ada tidaknya sistem asuransi, dan penghasilan, serta variabel-variabel demografis dan organisasi.
B. Saran
Pelayanan kesehatan harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Maka pelayanan
kesehatan
juga
harus
memenuhi
beberapa
persyaratan,
diantaranya sesuai dengan kebutuhan pemakai jasa pelayanan dan terjamin mutunya (ascessibility, affordability, quality assurance ).
DAFTAR PUSTAKA
38