ETIOLOGI Tidak diketahui dengan pasti. Pre-eclampsia, the disease of theories (Zweifel, 1916).Faktorpredisposisi: 1)Primigravida atau nullipara, terutama pada umur reproduksi ekstrem, yaitu remaja dan umur 35 tahun ke atas. 2)Multigravida dengan kondisi klinis : a)Kehamilan ganda dan hidrops fetalis. b)Penyakit vaskuler termasuk hipertensi esensial kronik dan diabetes mellitus. c)Penyakit-penyakit ginjal. 3)Hiperplasentosis : --Molahidatidosa,kehamilan ganda, hi drops fetalis, bay i besar,diabetes mellitus. 4)Riwayat keluarga pernah pre-eklamsia atau eklamsia. 5)Obesitas dan hidramnion. 6)Gizi yang kurang dan anemi. 7)Kasus-kasus dengan kadar asam urat yang tinggi, defisiensikalsium, defisiensi asam lemak tidak jenuh, kurang antioksidans. PATOGENESISBelum diketahui dengan pasti. Proses iskemik uteroplasenter menyebabkan vasospasmusarteriole/kapiler secara umumsehingga menimbulkan kelainan patologis pada organ-organvital. PRE-EKLAMSIA RINGAN Kriteria 1) Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan darah sistoliknaik > 30 mmHg atau kenaikan tekanan darah diastolik > 15mmHg tetapi < 160/110 mmHg. 2)Edema dan/atau3) Proteinuria, setelah kehamilan 20 minggu. Pencegahan Karena etiologi belum pasti, faktor predisposisi harusdihindari/diperkecil. Pemeriksaan antenatal harus teratur, clancukup istirahat dan diet yang sesuai.
Pengobatan A.Rawat jalan : -Banyak istirahat (baring/tidur miring). -Makanan cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemakdan garam. -- Sedativa : phenobarbital 3 x 30 mg per hari/oral atau diaze-pam 3 x 2 mg per hari/oral (7 hari). -Roboransia (vitamin dan mineral). TIDAK BOLEH DIBERIKAN DIURETIKUM ATAU ANTIHIPERTENSI. -Periksa ulang 1 x 1 minggu. -- Pemeriksaan Laboratorium : Hb, hematokrit, trombosit,asam urat, urine lengkap (m.s.u), fungsi hati, fungsi ginjal. B.Penderita baru dirawat : 1)Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjuk-kan adanya perbaikan gejalagejala pre-eklamsi. 2)Kenaikan berat badan ibu ? 1 kg per minggu selama 2 kaliberturut-turut. 3)Kalau setelah 1 minggu dirawat tidak jelas terjadi perbaikan,penderita dimasukkan ke golongan PE berat, atau kalau dijumpaisalah satu atau lebih gejala PE berat. Persalinan : penderita PE ringan yang mencapai normotensif selamaperawatan, persalinannya ditunggu sampai 40 minggu. LewatTP dilakukan induksi partus. -- Penderita PE ringan yang tekanan darahnya turun selamaperawatan tetapi belum mencapai normotensif, terminasi keha-milan dilakukan pada kehamilan 37 minggu. Catatan : 1)Pre-eklamsia ringan bukan berarti risiko kurang terhadapibu dan janin, sebab pre-eklamsia ringan pun mungkin menjadipre-eklamsia berat atau eklamsia pada waktu yang singkat. 2)Tekanan darah saja tidak dapat dipakai sebagai parameteruntuk menentukan ringanberatnyapenyakit, sebab tekanan darah135/85 pun pada seorang wanita dapat menyebabkan kejang,sedangkan wanita lain dengan tekanan darah 180/120 belumtentu menderita kejang. 3)Sebaiknya pre-eklamsia ringan dirawat di rumah sakit jikafasilitas memungkinkan.
Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya S. Pedoman pengelolaan hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Satgas Gestosis POGI, Ed I, 1985. 2. Angsar MD dkk. Pedoman diagnosis dan terapi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1988. 3. Mac Gillivray J. Preeclampsia, the hypertensive diseases of pregnancy. WB Saunders Co [ad, 1983. 4. Prawirohardjo S. Preekaamsia dan eklamsia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1976. 5. Pritchard JA et at. Hypertensive disorders in pregnancy. William Obstetrics, 17th Ed. 1985. 6. Simanjuntak P dkk. Penanganan preeklamsi dan eklamsi. Medical Committee Bag. Obgin FK-USU/RSU. Dr. Pimgadi Medan, 1979. 7. Simanjuntak P. Pedoman penanganan hipertensi dalam kehamilan, Kongres Nasional IBI ke-IX, Medan, 198 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992 PRE EKLAMPSIA RINGAN Posted on Juli 17, 2008 by kuliahbidan
Pre eklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endothel. Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan : 1. Desakan darah 140/90 – 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang cermat. 2. Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 atau lebih. 3. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali anasarka. Pengelolaan pre eklampsia ringan dapat secara : 1. Rawat jalan (ambulatoir) 2. Rawat inap (hospitalisasi) Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) : 1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan. 2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus. 3. Vitamin pre natal. 4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam. 5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum. 6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu. Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) : 1. Indikasi pre eklampsia ringan yang dirawat inap (hospitalisasi) a. Hipertensi yang menetap selama lebih 2 minggu. b. Proteinuria yang menetap selama lebih 2 minggu. c. Hasil tes laboratorium yang abnormal. d. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat. 2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur. b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen. c. Penimbangan berat badan pada saat ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan tiap hari. d. Pengamatan dengan cermat gejala pre eklampsia dengan impending eklampsia : - Nyeri kepala frontal atau occipital. - Gangguan visus - Nyeri kuadran kanan atas perut - Nyeri epigastrium 3. Pemeriksaan laboratorium a. Proteinuria dipstick pada waktu masuk dan minimal diikuti 2 hari setelahnya. b. Hematokrit dan trombosit 2 kali seminggu. c. Tes fungsi hepar 2 kali seminggu. d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat dan BUN. e. Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap). 4. Pemeriksaan kesejahteraan janin a. Pengamatan gerakan janin setiap hari b. NST 2 kali seminggu c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif. d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG setiap 3-4 minggu. e. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina. Terapi medikamentosa : 1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar. 2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda pre eklampsia dan umur kehamilan 37 minggu atau lebih, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari lalu boleh dipulangkan. Pengelolaan obstetrik
Tergantung umur kehamilan : a. Bila penderita tidak inpartu - Umur kehamilan kurang 37 minggu Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm. - Umur kehamilan 37 minggu atau lebih 1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus. 2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan. b. Bila penderita sudah inpartu Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO. Selama dirawat di rumah sakit dilakukan konsultasi pada : 1. Bagian penyakit mata 2. Bagian penyakit jantung 3. Bagian lain atas indikasi. Update : 23 Februari 2006 Sumber : Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/pre-eklampsia-ringan/
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu berapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Media Aesculapius, Jakarta, 2000). Etiologi Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta. Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). Klasifikasi Pre-eklamsi Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan : Pre-eklamsia ringan : kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg. : kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140 mmHg. : protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg. Pre-eklampsia berat : tekanan diastolik >110 mmhg : protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L). hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran. Patologi Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut. Perubahan-perubahan pada organ :
Perubahan hati Perdarahan yang tidak teratur Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler Retina Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus Ablasio retina (lepasnya retina) Menyebabkan penglihatan kabur Otak Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis Menimbulkan nyeri kepala yang berat Paru-paru Berbagai tingkat edema Bronkopnemonia sampai abses Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis Jantung Perubahan degenerasi lemak dan edema Perdarahan sub-endokardial Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung Aliran darah keplasenta Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kemaian janin
Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin Perubahan ginjal Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga fitrasi glomerolus berkurang Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain Perubahan pembuluh darah Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998). Gambaran Klinik Pre-Eklampsi Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema. Pada kaki dan tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-eklamsi ringan gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan sebagai berikut : Sakit kepala terutama daerah frontal Rasa nyeri daerah epigastrium Gangguan penglihatan Terdapat mual samapi muntah Gangguan pernafasan sampai sianosis Gangguan kesadaran
Diagnosis Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan hipertensi manahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil.pada keadaan muda atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong. Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1997). Pencegahan Pre-Eklamsia Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia. (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif … Media Aesculapius, Jakarta : 2000) Penanganan Tujuan utama penanganan ialah : Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia Melahirkan janin hidup Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya. Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih. Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang Penambahan edema berlebihan tiba-tiba Penanganan pre-eklamsia ringan Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah. Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat. Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu. Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). http://www.scribd.com/doc/15417765/Pre-Eklamsia-Ringan-PKK-II Preeklamsia – Hipertensi karena kehamilan Pengertian
Preeklamsia adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Keluhan ini muncul saat tekanan darah menjadi tidak normal, tinggi, selama kehamilan, bersama dengan meningkatnya kadar protein di urin dan berbagai gejala umum lainnya seperti kaki bengkak. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH). Preeklamsia paling sering ditemukan sesudah usia kehamilan 28 minggu. Penyebab pasti terjadinya kasus preeklamsia tidak diketahui. Pre-eklamsia jika tidak ditangani dengan baik dapat membawa efek yang buruk untuk ibu dan janin yang sedang dikandung. Ibu Hamil yang berisiko menderita Preeklamsia Berikut ini daftar ibu hamil yang memiliki resiko tinggi mengalami preeklamsia: · Baru pertama kali hamil · Ibu hamil yang ibunya atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia · Ibu hamil dengan kehamilan kembar; ibu hamil usia remaja; dan ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun · Ibu hamil yang sebelum kehamilannya memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal Gejala-gejala preeklamsia Preeklamsia digolongkan preeklampsia ringan dan preeklamsia berat dan gejala serta tanda sebagai berikut: Preeklamsia ringan 1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval pemeriksaan 6 Jam 2. Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mm Hg dengan interval periksaan jam. 3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam satu minggu. 4. proteinuria (protein dalam urin) 0,3 gr setelah kehamilan 20 minggu : partikel protein yang padat ditemukan dalam urin sesudah urin dididihkan ; sebagai akibat dari kerusakan yang sebenarnya pada ginjal, proteinuria merupakan tanda bahwa peristiwa preeklamsia tersebut serius. 5. Edema : pada wajah, tangan (menggunakan cincin yang terlalu ketat) Preeklamsia berat: 1. Sakit kepala 2. Pandangan kabur 3. Tidak dapat melihat cahaya yang terang, 4. Kelelahan, mual/muntah, 5. Sedikit buang air kecil (BAK), 6. Sakit di perut bagian kanan atas, 7. Napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter bila mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan jarang sekali BAK. Pemeriksaan penunjang Pada pemerikasaan penunjang dilakukan sebelum kelahiran untuk menegakkan diagnosis dapat mencangkup: Pemeriksaan spesimen urin mid-steam untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi urin. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kada ureum darah (untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin. Pemeriksaan retina: untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.
Pemeriksaan kadar human laktogen plasental (HPL) dan estriol di dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasental. Dokter juga dapat melakukan beberapa tes, termasuk diantaranya: pemeriksaan ginjal, fungsi pembekuan darah; pemeriksaan dengan USG untuk melihat pertumbuhan janin, dan penilaian dengan alat Doppler untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta. Pengobatan untuk preeklamsia Pengobatan yang dilakukan tergantung pada seberapa dekat tanggal perkiraan kelahiran. Bila sudah dekat dengan tanggal perkiraan kelahiran, dan bayi sudah dianggap sudah cukup berkembang, maka dokter mungkin akan menyarankan untuk mengeluarkan bayi sesegera mungkin. Bila seseorang mengidap preeklamsia sedang dan bayi belum berkembang secara penuh, dokter mungkin akan merekomendasikan agar melakukan hal-hal berikut ini: · Istirahat total ( bed-rest ) · Sering melakukan pemeriksaan sebelum kelahiran. Tujuan kunjungan adalah deteksi dini sehingga tidak perlu dirawat dan kondisi ibu-anak baik pada akhirnya. · Mengurangi makan garam · Minum 8 gelas air per hari Dokter juga akan menyarankan untuk berbaring pada sisi kiri saat beristirahat. Hal ini akan meningkatkan aliran darah dan mengurangi beban pembuluh darah besar Bila mengidap preeklamsia berat, dokter mungkin akan mengobatinya dengan memberikan obat-obat untuk menekan tekanan darah sampai perkembangan bayi cukup untuk dapat dilahirkan dengan selamat. Contoh obat yang diberikan yaitu dengan penyuntikan sodium fenobarbital (200 mg setiap 8 jam), sodium fenitoin (100 mg setiap 8 jam) dan diazepam( 10 mg setiap 6 hingga 8 jam) dapat dilakukan dengan pemberian tunggal atau kombinasi. Preeklamsia dapat mempengaruhi bayi Preeklamsia dapat membuat plasenta tidak mendapatkan darah dalam jumlah yang cukup. Bila plasenta tidak mendapatkan cukup darah, maka bayi tidak akan mendapatkan cukup oksigen dan makanan. Ini dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan rendah. Kebanyakan ibu hamil yang menderita preeklamsia dapat melahirkan bayi yang sehat bila preeklamsia dapat dideteksi secara dini dan ditangani dengan perawatan teratur sebelum kelahiran. Bahaya bagi ibu adalah gagal jantung, perdarahan otak, kerusakan mata, gagal hati dan ginjal, perdarahan hingga meninggal. Cara mencegah preeklamsia: Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Ada faktor-faktor yang dapat penyebab terjadinya tekanan darah tinggi yang dapat dikontrol, ada juga yang tidak. Ikuti instruksi dokter mengenai diet dan olahraga diantaranya: · Gunakan sedikit garam atau sama sekali tanpa garam pada makanan anda · Minum 6-8 gelas air sehari · Jangan banyak makan makanan yang digoreng dan junkfood · Olahraga yang cukup · Angkat kaki beberapa kali dalam sehari · Hindari minum alkohol · Hindari minuman yang mengandung kafein · Dokter mungkin akan menyarankan untuk minum obat dan makan suplemen tambahan.
Daftar Pustaka : goggle.com