Tugas Maternitas
Sulistyohana Theresia Ganta PPN 15304
Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1. Februari 2014 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS WORI KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Suharty Dahlan Lucky kumaat Franly Onibala Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email :
[email protected]
Puskesmas Wori merupakan salah satu sarana kesehatan yang terletak tepat ditengah Desa Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Puskesmas Wori memiliki 13 wilayah kerja yaitu : Desa Wori, Tiwoho, Kima Bajo, Minaesa, Talawaan Atas, Talawaan Bantik, Budo, Darunu, Bulo, Ponto, Lansa, Lantung dan Kulu yang sebagian besar adalah wilayah pesisir pantai dengan mata pencaharian penduduk yang terbanyak yaitu petani dan nelayan. Akses masyarakat ke Puskesmas Wori yang terjauh yaitu Desa Kulu dengan jarak ± 18 km dan desa yang terdekat yaitu Kima Bajo ± 1 km. Sedangkan jarak yang ditempuh dari Puskesmas Wori ke RS terdekat di Kota Manado untuk akses rujukan ± 15 km yang dapat ditempuh selama 60 menit, sehingga pengetahuan dan kemampuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) dari tenaga kesehatan Puskesmas Wori sangat diperlukan untuk menangani pada fase gawat darurat (golden period) karena keadaan para korban akan semakin buruk atau berujung pada kematian apabila tidak ditangani.
Tenaga kesehatan yang bertugas didaerah terpencil dan rawan bencana diharapkan memiliki pengetahuan tentang BHD. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan pendidikan kesehatan.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini menggunakan Desain penelitian one group pre test-post test design untuk membandingkan pengetahuan tentang BHD sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, Sampel berjumlah 50 orang, teknik pengambilan data melalui kuesioner. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank test pada responden yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai p-value = 0,000 (α < 0,05). Kesimpulan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Rekomendasi : Pengembangan pengetahuan tenaga kesehatan yang bertugas didaerah terpencil dan rawan bencana tentang BHD dengan mengikuti pendidikan kesehatan berupa seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan Bantuan Hidup Dasar secara berkala tiap tahun untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Pengetahuan tentang BHD akan meningkatkan pengetahuan individu tentang mengidentifikasi tanda-tanda korban yang harus diberikan BHD, cara-cara melakukan tahapan BHD dan juga mengetahui tandatanda korban yang telah dalam keadaan pulih atau tidak terselamatkan. Pengetahuan tentang BHD ini tentunya dapat mengurangi kematian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rau (2007) bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan kemampuan melakukan Bantuan Hidup Dasar di IRD RSUP Kandou Manado. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai P-value = 0,000 ( α < 0,05 ) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang BHD terhadap tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lontoh (2013) yang mengatakan bahwa ada pengaruh pelatihan teori BHD terhadap pengetahuan resusitasi jantung paru siswa-siswi SMA Negeri 1 Toili. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan sebagai orang yang pertama kali menemukan korban dapat melakukan pertolongan pertama pada siapapun dalam keadaan yang gawat darurat terutama pada orang yang mengalami henti jantung dan henti nafas yang merupakan indikasi dari pemberian BHD.
Dengan pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan maupun masyarakat tentang BHD dan sangat menunjang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan apabila diikuti dengan pelatihan BHD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Lontoh (2013) yang mengatakan bahwa ada pengaruh pelatihan teori BHD terhadap pengetahuan resusitasi jantung paru siswa-siswi SMA Negeri 1 Toili. Peranan orang awam maupun tenaga kesehatan sebagai penemu pertama korban sangat berpengaruh. Meskipun keterlambatan hanya beberapa menit jantung seseorang berhenti, dapat memberi perbedaan antara hidup dan mati, dan memberi bantuan sementara sampai mendapatkan perawatan medis yang kompeten. (Thygerson, 2009).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa terjadi peningkatan pengetahuan bagi tenaga kesehatan, dari yang awalnya tidak paham menjadi paham mengenai BHD, hal ini jelas menyatakan bahwa terdapat pengaruh besar mengenai pendidikan dalam hal BHD khususnya bagi tenaga kesehatan. Sehingga dapat mengurangi angka kematian dan meningkatkan keselamatan jiwa bagi yang membutuhkan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR PERAWAT GAWAT DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Dede Kharisma Yanti Bala1 , Abdul Rakhmat2 , Junaidi3 1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus di pikirkan suatu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera (Rahmanta, 2007). Data yang di peroleh dari bagian rekam medik RSUD Labuang Baji Makassar, dalam 10 bulan terakhir terhitung sejak Maret 2011 sampai Desember 2012 jumlah pasien mencapai 876 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 30 orang, ini membuktikan masih tingginya angka kematian dan begitu pentingnya tindakan bantuan hidup dasar harus di miliki oleh semua perawat. Sehubungan dengan fenomena diatas membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, sehingga pada tahap awal ini untuk mendapatkan data yang akurat dengan pertimbangan jarak serta waktu yang singkat maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dengan judul "Gambaran Pengetahuan dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Perawat Gawat Darurat di RSUD Labuang Baji Makassar".
Basic Life Support merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa dan atau alat gerak. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organorgan tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan. Tujuan Bantuan Hidup Dasar adalah mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi, memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah deskritif dengan metode survey yaitu peneliti melihat gambaran yang jelas tentang "Pengetahuan dan pelaksanaan Bantuan hidup sadar perawat Gawat Darurat " dengan cara mengajukkan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan kuesioner serta ceklis observasi. Penelitian ini dilaksanakan di ruang IGD RSUD. Labuang Baji Makassar yang di laksanakan pada bulan 14 juni s/d 14 juli 2013. Populasi Penelitian adalah semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan di Ruang IGD RSUD Labuang Baji Makassar yang berjumlah 23 orang yang terbagi dalam 4 TIM. penelitian ini penulis mengambil sampling jenuh teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi di gunakan sebagai sampel. Hal ini sering di lakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.
Dari 23 responden semua responden yang bertugas di ruang IGD memiliki pengetahuan yang baik tentang bantuan hidup dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100 %). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat tentang Bantuan Hidup Dasar salah satunya adalah pernah atau tidaknya mengikuti pelatihan.
Oleh karena itu perawat dituntut untuk memiliki kompetensi dalam menangani korban yang membutuhkan bantuan hidup dasar. Salah satu upaya dalam peningkatan kompetensi tersebut dilakukan melalui pelatihan bantuan hidup dasar, pelatihan ini merupakan pelatihan dasar bagi perawat dalam menangani korban yang memerlukan bantuan hidup dasar akibat trauma dan gangguan kardiovaskuler. Penanganan masalah tersebut ditujukan untuk memberikan bantuan hidup dasar sehingga dapat menyelamatkan nyawa dan meminimalisir kerusakan organ serta kecacatan penderita.
KESIMPULAN
Pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar merupakan hal utama yang harus dikuasai oleh seorang perawat sebelum melakukan tindakan tersebut. Diharapkan pengetahuan perawat dan keterampilan tindakan bantuan hidup dasar untuk selalu di tingkatkan baik formal maupun non formal sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada situasi kritis dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Community Health No 1 Januari 2014 Halaman 21 - 31VOLUME II Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Badung Tahun 2013 Kadek Herna Rikayanti * 1 , Sang Ketut Arta 1 Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas Udayana Email:
[email protected] *Penulis untuk berkorespondensi
Infeksi nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit yang telah dideritanya. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien.
Kegagalan menjalankan kebersihan tangan merupakan penyebab utama infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi akibat pelayanan kesehatan di rumah sakit setelah 48 jam atau lebih). Pengendaian infeksi menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan Rumah Sakit. Belum disiplinnya perilaku petugas kesehatan melakukan cuci tangan dengan dilakukannya observasi yang pengambilan sampelnya secara acak, tidak semua tenaga kesehatan melakukan pengendalian penyakit infeksi yang hendaknya tenaga kesehatan melakukan 5 moment hand hygiene dengan demikian pengendalian penyakit infeksi dengan cara mencuci tangan sangat penting dilakukan di RSUD Badung untuk melakukan pengendalian berbagai kasus penyakit infeksi. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 74 responden tenaga kesehatan di RSUD Badung yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, fisioterapis, laboratorium/analis, dan radiografer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang memiliki disiplin baik sebanyak 58,1% memiliki pengetahuan yang baik dan 41,9% yang memiliki pengetahuan buruk. RSUD Bandung harus melakukan evaluasi kembali tentang keefektifan program pencegahan infeksi nosokomial rumah sakit khususnya tentang kepatuhan tenaga kesehatan melakukan cuci tangan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan perilaku mencuci tangan tenaga kesehatan.
KESIMPULAN
Tingkat pengetahuan mencuci tangan yang baik sebanyak 75% dan kurang baik 27%. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD masih harus melakukan evaluasi untuk meningkatkan pengetahuan serta perilaku tenaga kesehatan dalam hal mencuci tangan dalam pengendalian infeksi nosokomial yang sangat berpengaruh besar dalam kesehatan.
KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 75 Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan …….. (Fajar Ardi Desiyanto) EFEKTIVITAS MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH TANGAN ANTISEPTIK (HAND SANITIZER) TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN Fajar Ardi Desiyanto, Sitti Nur Djannah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
[email protected]
Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, hepatitis A, dan bahkan flu burung. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan.
Seiring dengan bertambahnya kesibukan masyarakat terutama di perkotaan, dan banyaknya produk - produk instan yang serba cepat dan praktis, maka muncul produk inovasi pembersih tangan tanpa air yang dikenal dengan pembersih tangan antiseptik atau hand sanitizer. Produk hand sanitizer ini mengandung antiseptik yang digunakan untuk membunuh kuman yang ada di tangan, yang terdiri dari alkohol dan triklosan. Jenis produk hand sanitizer inipun juga semakin beragam, baik komposisinya, zat pembawanya, serta telah dipasarkan produk-produk baru yang digunakan secara meluas di masyarakat.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah angka kuman antara mencuci tangan menggunakan air mengalir, sabun, hand sanitizer A, hand sanitizer B. Hasil ini menunjukan bahwa perlakuan mencuci tangan dengan menambahkan zat anti kuman atau desinfektan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah angka kuman. Pada perlakuan mencuci tangan tanpa pemberian zat anti kuman, jumlah angka kuman masih tinggi, sedangkan pada perlakuan mencuci tangan dengan menambahkan zat anti kuman jumlah angka kuman menjadi lebih rendah. Perlakuan cuci tangan dengan air mengalir hasilnya tidak signifikan, hal tersebut berarti dapat disimpulkan bahwa perlakuan cuci tangan dengan air mengalir tidak efektif, sedangkan kelompok perlakuan cuci tangan dengan sabun, hand sanitizer A, dan hand sanitizer B efektif dalam penurunan jumlah angka kuman. Cuci tangan yang baik adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun plain atau sabun antiseptik yang mengandung anti mikroba, menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan tangan dan mencucinya dengan air mengalir dan mengeringkannya secara keseluruhan dengan menggunakan handuk sekali pakai.
Alkohol akan bekerja maksimal pada konsentrasi 60-80%. Konsentrasi terbaik alkohol sebagai antiseptik adalah 60-80%. Konsentrasi alkohol lebih tinggi mengurangi kemampuannya dalam mendenaturasi protein karena denaturasi protein membutuhkan air. Sehingga dalam pemilihan hand sanitizer sebagai alternatif untuk mencuci tangan, perlu dipertimbangkan komposisinya agar dalam pemakaiannya benar-benar efektif terhadap penurunan jumlah angka kuman pada tangan
KESIMPULAN
Mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau menggunakan antiseptik dalam produk hand sanitizer sama efektif. Hanya yang membedakan efektif atau kurang efektifnya adalah cara melakukan cuci tangan dalam 6 langkah cuci tangan. Jika kita menggunakan bahan apapun tapi cara atau tindakan kita belum maksimal dalam mencuci tangan maka hal itu dapat dikatan belum efektif. Kemudian bahan yang dikandung dalam sabun maupun antiseptik yang digunakan berpengaruh, karena sabun yang digunakan mengandung anti mikroba dan hand sanitizer yang mengandung konsentrasi alcohol yang terbaik adalah