UNDANG-UNDANG PSIKOTROPIKA,DAN OBAT PREKURSOR
KELOMPOK 4
Lola Widola
Maria Ulfa
M. Nurul Ikhwani
Nanda Hanif Trisnantoro
Nela Sukmawati
Jalur Distribusi Psikotropika
Untuk jalur distribusi Psikotropika seperti Shabu-shabu, Bahan baku pembuat Ekstasy dan Obat-obatan Golongan IV, dilihat dari gambar disamping (garis merah) bahwa barang haram tersebut masuk ke Indonesia khususnya Jakarta berasal dari China.
Dari semua barang haram Psikotropika yang masuk Indonesia khususnya ke Jakarta, kemudian di distribusikan/diedarkan secara gelap ke seluruh wilayah Indonesia dan negara-negara tetangga bahkan sampai ke Belanda dan Australia (garis biru).
4. Pemusnahan psikotropika. Menurut UU No.5 tahun 1997 pasa 53 tentang psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila :
kadaluarsa;
tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan
berkaitan dengan tindak pidana.
Sehubungan dengan pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat Berita Acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam 7 hari setelah mendapat kepastian.
3. Pelaporan psikotropika. Apotek wajib membuat dan meminta catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai dengan UU No. 5 tahun 1997 pasal 33 ayat (1) dan pasal 34 tentang psikotropika. Pelaporan psikotropika dilakukan secara sendiri-sendiri oleh apotek yang bersangkutan dan laporan penggunaan narkotika setiap bulannya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai Besar POm, Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, dan untuk arsip apotek. pelaporan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Isi meliputi penambahan, pengeluaran, dan sisa obat.
Pengelolaan psikotropika
UU No. 5 1997 Pasal 5 Produksi
Yang boleh memproduksi Psikotropika hanya Kimia Farma. Dan pemesanan psikotropik. Obat-obat psikotropika dapat dipesan apotek dari gudang PBF dengan menggunakan SP yang diperoleh dari PBF PT.Kimia Farma dan ditandatangani oleh APA (surat pesanan terlampir).
2. Penyimpanan psikotropika.Sampai saat ini penyimpanan untuk obat-obat psikotropika belum diatur dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obat psikotropika ini cenderung untuk disalahgunakan maka disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu stock psikotropika.
Psikotropika UU No. 5 1997 Pasal 3
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna
kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan
psikotropika.
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
OD : jantung berdebar, panik, mengamuk, paranoid, tensi naik, kejang, pendarahan otak, suhu badan naik, kerusakan ujung syaraf otak kematian
Contoh Psikotropika Gol. IV
Golongan IV:
- Mempunyai khasiat pengobatan jelas
- Disalahgunakan merugikan
- Diawasi
- Potensi ringan untuk adiksi
Contoh:
- alpazolam, barbital, bromazepam
- fenobarbital, etinamat, flurazepam
- klordiazepoksida, lorazepam
- meprobamat, nitrazepam.
Menurut UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika pasal 14 :
Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit,puskesmas, balai pengobatan, dan dokter
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/pasien
Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas, hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien
Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal :
(a) menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan,
(b) menolong orang sakit dalam keadaan darurat,
(c)menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari apotek.
Label dan Iklan Psikotropika
UU No.5 1997 Pasal 29 tentang Label dan Iklan
Ayat 1 : Pabrik obat wajib mencantumkan
label pada kemasan psikotropika.
Ayat 2 : Label psikotropika adalah setiap
keterangan mengenai psikotropika
yang dapat berbentuk tulisan,
kombinasi gambar dan tulisan atau
bentuk lain yang disertakan pada
kemasan atau dimasukkan dalam
kemasan,ditempelkan atau merupakan
bagian dari wadah dan/atau
kemasannya.
Penandaan untuk resep obat psikotropika diatur dalam Kepmenkes RI No. 2396/A/ SK/VIII/86 yaitu :
TABEL II
ASETON
ASAM N -ASETIL ANTRANILAT & GARAMNYA
DIETILETER
HYDROCHLORIC ACID
METIL ETIL KETON
PHENYLACETIC ACID
PIPERIDINE
ASAM SULFAT: OLEUM
TOLUEN
Catatan : dalam UU Narkotika No.35 Tahun 2009 terdapat lampiran Prekursor Narkotika.
JENIS JENIS PREKURSOR
TABEL I
ACETIC ANHYDRIDE
N-ACETYLANTHRANANILIC ACID
EFEDRIN & GARAMNYA
ERGOMETRIN ( INN ) & GARAMNYA
ERGOTAMIN ( INN ) & GARAMNYA
ISOSAFROL
ASAM LISERGAT & GARAMNYA
3,4 METILEN DOKSIFENIL 2 PROPANON
1- FENIL-2PROPANON
NOREFEDRIN
PIPERONAL
POTASSIUM PERMANGANAT
PSEUDOEPHEDRINE (INN) & GARAMNYA
SAFROLE
OBAT PREKURSOR
Yang dimaksud dengan prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan psikotropika.
UU No.5 Tahun 1997 Pasal 42 Pemantauan Prekursor.
Dampak Negatif
Pemakaian Psikotropika yang Salah
Merusak sel syaraf
Perubahan perilaku
Ketergantungan
Menimbulkan penyakit (HIV, jantung, radang lambung, merusak hati dan pankreas)
Menimbulkan kriminal dan gangguan ketertiban umum
Menimbulkan masalah sosial
Ayat 2 :
Ayat 3 :
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di samping dipidananya pelaku tindak
pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Menurut UU No.5 tahun 1997 tentang pasal 59 Ketentuan Pidana Psikotropika
Ayat 1 Barang siapa :
a. Menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) ; atau
b. Memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi
psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6;
atau
c. Mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ke-
tentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3); atau
d. Mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan
ilmu pengetahuan; atau
e. Secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa
psikotropika golongan I.dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah), dan paling banyak
Rp.750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
OBAT PREKURSOR
Contoh Psikotropika Gol. III
Jenis- Jenis Psikotropika
Pasal 2 ayat (3)
PSIKOTROPIKA
GOLONGAN I :
Tujuan iptek potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan
GOLONGAN II :
Tujuan iptek & untuk terapi potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan
GOLONGAN III :
Obat, terapi dan Tujuan iptek potensi sedang dalam mengakibatkan sindrom ketergantungan
GOLONGAN IV :
Obat, terapi dan Tujuan iptek potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan
Beberapa orang yang mengkonsumsi ekstasi di temukan meninggal karena terlalu banyak minum air dikarenakan rasa haus yang amat sangat.
Ekstasi akan mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang melampaui batas maksimum dari kekuatan tubuh itu sendiri. Kekeringan cairan tubuh dapat terjadi sebagai akibat dari pengerahan tenaga yang tinggi dan lama.
Berdasarkan ketentuan Pasal 153 UU 35/2009 tersebut, dapat diketahui bahwa UU 35/2009 mencabut UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, dan tidak mencabut UU 5/1997. Akan tetapi, Lampiran UU 5/1997 mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II telah dicabut, karena telah ditetapkan sebagai Narkotika Golongan I dalam UU 35/2009.
Di dalam penjelasan umum UU 5/1997 disebutkan bahwa psikotropika terbagi menjadi 4 golongan. Dengan berlakunya UU 35/2009, UU 5/1997 beserta Lampirannya masih berlaku, kecuali Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II.
Kemudian, menjawab pertanyaan Anda apakah UU 35/2009 hanya menggantikan UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, atau juga menggantikan UU 5/1997. Mengenai hal itu, kita dapat merujuk pada ketentuan Pasal 153 UU 35/2009 yang menyebutkan bahwa:
Golongan III:
- Mempunyai khasiat pengobatan jelas
- Disalahgunakan merugikan kesehatan
- Diawasi
- Untuk pengobatan dan iptek
- Potensi sedang untuk adiksi
Contoh:
- amobarbital, butalbital, flumitrazepam.
- glutemide, pentobarbital, siklobarbital,
katina.
Ayat 3 : Jenis- jenis Psikotropika
Psikotropika golongan I
Psikotropika golongan II
Psikotropika golongan III
Psikotropika golongan IV
UU 5 1997 Pasal 2
Ayat 1 : Ruang Lingkup pengaturan di bidang
psikotropika dalam undang-undang ini adalah
segala kegiatan yang berhubungan dengan
psikotropika yang mempunyai potensi
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Ayat 2 : Psikotropika yang mempunyai potensi
mengakibatkan sindroma ketergantungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan
menjadi :
Psikotropika golongan 1
Psikotropika golongan 2
Psikotropika golongan 3
Psikotropika golongan 4
UU 5 1997 Pasal 2
Ruang Lingkup dan Tujuan ayat 1
Penggolongan Narkotika ayat 2
Jenis-jenis Psikotropika ayat 3
Ketentuan lebih lanjut untuk penetapan dan perubahan jenis-jenis psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur oleh Menteri.
PENGERTIAN
Pengertian Psikotropika berdasarkan UU 5 1997 Pasal 1.
Psikotropika yaitu zat atau obat, baik alami maupun sintesis bukan narkotik yang berkhasia psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf dan menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika UU RI No.5 Tahun 1997
Psikotropika UU No. 5 1997 ayat 2 Penggolongan Psikotropika :
Golongan 1:
- Belum/tidak mempunyai khasiat yang jelas.
- disalah gunakan merugikan kesehatan.
- Diawasi ketat penggunaannya.
- Hanya untuk iptek bukan therapi.
- Berpotensi adiksi.
Contoh :
- 3,4,methylen dioksi met-amphetamine (MDMA)
- methylen dioksi ethyl amphetamin (MDEA)
- methylen dioksi ampetamin (MDA)
- lysegic acid diethylamid (LSD)
- psilosibin
Narkotika, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ("UU 35/2009"), adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika ("UU 5/1997"), pengertian psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
Halusinogenik
UNDANG-UNDANG PSIKOTROPIKA
DAN OBAT PREKURSOR
Contoh Psikotropika Gol I:
LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
Menimbulkan Halusinasi untuk orang gangguan jiwa dan sakit ingatan
Cara kerja : membuat otot-otot yang tegang menjadi rileks
Efek Jika Menggunakan :
- Menjadi bersemangat
- Gelisah dan tidak bisa diam
- Tidak bisa tidur
- Tidak bisa makan
- Kegilaan
- Paranoid
- Lever terganggu
Gejala Pecandu : - Cepat marah
- Tidak tenang
- Cepat lelah
- Tidak bersemangat/ingin
tidur terus
Met-ampetamin (shabu-shabu)
Nama aslinya methamphetamine.
Berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap masakan.
Jenisnya antara lain yaitu gold river, coconut dan kristal. Sekarang ada
yang berbentuk tablet.
Obat ini dapat di temukan dalam bentuk kristal dan obat ini tidak mempunyai warna maupaun bau, maka ia di sebut dengan kata lain yaitu Ice. Shabu-shabu juga di kenal dengan julukan lain.
seperti : Glass, Quartz, Hirropon.
Obat ini juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf. Si pemakai shabu-shabu akan selalu bergantung pada obat bius itu dan akan terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian.
Ekstasi
Ekstasi adalah salah satu obat bius yang di buat secara ilegal di sebuah laboratorium dalam bentuk tablet atau kapsul.
Efek Jika menggunakan Ekstasi :
Ekstasi dapat membuat tubuh si pemakai memiliki energi yang lebih dan juga bisa mengalami dehidrasi yang tinggi. Sehingga akibatnya dapat membuat tubuh kita untuk terus bergerak.
Golongan II:
- Mempunyai khasiat pengobatan jelas
- disalahgunakan merugikan kesehatan
- Diawasi ketat
- Digunakan untuk pengobatan dan
iptek
- Berpotensi adiksi
Contoh:
- ampetamin, met-ampetamin (shabu-shabu)
- deksampetamin, fenetilin, pensiklidin (PCP)
Psilosibin
Psilosibin dan psilosin berasal daripada sejenis cendawan bernama "Psilochbe Mexicana" yang ditanam di Mexico.Ia juga digunakan oleh Orang Indian Amerika yang menjadi ahli Native American Church. Psilosibin juga dikeluarkan secara sintetik dan terdapat dalam bentuk serbuk putih atau sebagai larutan jernih.
Yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain : jamur tahi sapi, ganja, kecubung, dll.
Jenis halusinogenik yang sering disalahgunakan dalam kelompok ini adalah zat yang diperoleh dari pohon ganja dan dari sejenis jamur yang banyak tumbuh di Bali yang dikenal sebagai "wong tai sampi" atau jamur tahi sapi.
Contoh Psikotropika Gol II
Amfetamin
Hasil sintesisnya berupa ekstasi dan sabu
Gejala : siaga, percaya diri, gembira berlebihan, banyak bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-debar, tensi menurun, napas cepat.
Kelompok zat ini mempengaruhi otak manusia yaitu :
merangsang beberapa zat aktif saraf.
khususnya beberapa jenis serotonin dan dopamin
sehingga merubah persepsi panca indera yang dikenal sebagai halusinasi.
Ada orang-orang tertentu merasa ini sebagai suatu sensasi yang menarik, tanpa mengetahui bahwa efek sampingnya dan akibat pada kesehatan juga sangat mengkhawatirkan.
Haga clic para cambiar el estilo de título
Haga clic para modificar el estilo de texto del patrón
Segundo nivel
Tercer nivel
Cuarto nivel
Quinto nivel
11/5/2014
#
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click icon to add picture
Click to edit Master text styles
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master subtitle style
11/5/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
11/5/2014
#