TEKNIK PEMERIKSAAN OESOPHAGUS
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Teknik Radiografi 3
Pengampu: Rasyid S.Si, MT
Disusun Oleh :
Kelompok 4 2B
Arum Sekaring Putri P1337430215023
Dimas Achmad Nur Said P1337430215028
Dwi Roma Dian Ningsih P1337430215029
Franzeska Sunar Pramudita P1337430215016
Hasna Wahyu Hanifah P1337430215071
Ikhlasul Amal P1337430215046
Veryana Febrianti Nugroho P1337430215045
Rosalia Olga Ventimahatmi P1337430215068
Seli Yulita P1337430215052
Yanuar Seso Adhe Widodo P1337430215036
PROGRAM STUDI D IV TEKNIK RADIOLOGI
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan juga kami berteri makasih kepada Bapak Rasyid S.Si, MT selaku dosen mata kuliah Teknik Radiografi 3 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teknik Pemriksaan Oesophagus. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritikdan saran yang membangun demi perbaikan di masadepan.
Semarang, 13 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penulisan 1
Manfaaat Penulisan 1
BAB II PAMBAHASAN
Anatomi 2
Indikasi dan Kontra Indikasi 7
Teknik Pemeriksaan 9
BAB III PENUTUP
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat. Begitu juga dengan bidang kesehatan, salah satunya dibidang radiologi. Radiologi adalah suatu ilmu yang yang memanfaatkan radiasi untuk kepentingan diagnosa maupun terapi.
Bekerja ditempat lapangan radiasi adalah suatu pekerjaan yang berbahaya. Maka setiap pekerja radiasi (Radiografer) harus memperlengkapi diri dengan berbagai macam pengetahuan tentang radiasi, seperti : Penguasaan Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Anatomi Fisiologi, bahan kontras yang digunakan maupun Anatomi Radiologi.
Oesophagus adalah saluran berotot yang relatif lurus dan berjalan memanjang dianatara faring dan lambung. Pemeriksaan Radiografi Oesophagus adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan media kontras ( positif ) untuk menampakkan kelainan pada oesophagus. Biasanya menggunakan Barium Sulfat. Perbandingan untuk barium encer adalah BaSO4 : air = 3:1 dan untuk barium kental dengan perbandingan BaSO4 : air = 1:1. Teknik pemeriksaannya dilakukan dengan cara pasien harus menelan media kontras (barium). Media kontras positif adalah jenis obat yang mengandung unsur tertentu yang digunakan untuk membantu penampakan densitas pada radiograf sehingga dapat membedakan kelainan organ.
Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi oesophagus?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi oesophagus.
Manfaat
Untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun penulis tentang prosedur pemeriksaan radiografi oesophagus sehingga dapat menegakkan diagnose yang telah diberikan oleh dokter.
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi dan Fisiologi
Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus dan berjalan memanjang dianatara faring dan lambung. Sebagian besar esofagus terletak di dalam rongga thorax dan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di rongga abdomen beberapa centimeter di bawah diafragma. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang diafragma tepat anterior terhadap aorta. Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur berotot berbentuk seperti cincin yang jika tertutup, mencegah lewatnya benda melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus adalah sfingter faringoesofagus dan sfingter bawah adalah sfingter gastroesofagus (Sherwood, 2001).
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm. Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v.pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45cm. Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun (Chandramata, 2000).
Gambar 1. Oesophagus tampak anterior
Bagian servikal:
Panjang 5-6 cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebra thoracalis I
Anterior melekat dengan trachea
Anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid
Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus
Posterior berbatasan dengan hipofaring
Pada bagian lateral ada carotid sheath beserta isinya (Chandramata,2000).
Bagian torakal:
Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra torakalis II-IX
Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis
Dalam rongga toraks disilang oleh arcus aorta setinggi vertebratorakalis IV
dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra torakalisV
Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis
Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpus vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena intercostalis (Chandramata, 2000).
Bagian abdominal:
Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi vertebratorakalis X sampai vertebra lumbalis III
Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan cardia gaster disebut gastroesophageal junction (Chandramata, 2000).
Gambar 2. Gross Anatomy Esophagus (Netter, 2011)
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah. Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal (Chandramata, 2000).
Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut :
Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik.
Upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan.
Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi.
Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring.
Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung.
Usaha untuk membersihkan kembali esofagus. Proses menelan di mulut, faring, laring, dan esofagus secara keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan (Soepardi, 2007).
Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk masuk ke esofagus. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea (Sherwood, 2009). Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan. Kontraksi m.levator palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut (Soepardi, 2007).
Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan, menutup saluran hidung atau nasofaring dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung . Makan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis (Sherwood, 2009). Faring dan laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.salfingofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika dan m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga pengentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus (Soepardi, 2007).
Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, proses menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi (Sherwood, 2009).
Fase menelan ada 3 yaitu :
Fase Oral
Makanan yang dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan volunter lidah.
Fase Faringeal
Palatum mole & uvula menutup rongga hidung, laring terangkat dan menutup glotis, mencegah makanan masuk trakea. Kemudian bolus melewati epiglotis menuju faring bagian bawah dan memasuki esofagus.
Fase Esofageal
Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian distal, kemudian menuju lambung.
Gambar 3. Proses Menelan Makanan
Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi
Akhlasia
Disebut juga cardiospasme, disebabkan oleh kegagalan fungsi motorik yang berupa hilangnya gerakan peristaltik dibagian bawah oesophagus dan disebabkan oleh kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor kondisi di mana kerongkongan (esofagus) kehilangan kemampuan untuk mendorong makanan dari mulut ke perut. Penyakit ini tergolong langka, dapat diwariskan, dan bisa menyerang orang dari berbagai usia. Namun, kebanyakan penderita akalasia berusia paruh baya(penurunan pergerakan peristaltic 2/3 distal esophagus)
Anatomi Anomalies
Anatomi Anomalies dapat bersifat congenital atau disebabkan oleh penyakit seperti kanker. Pasien penderita stoke juga dapat diserang penyakit ini sehingga terganggu pada mekanisme motoriknya.
Barret's Esofagus
Atau barret's syndrome adalah pergeseran dari epithelium squamosa, pergeseran ini menyebabkan striktura (penyempitan) pada bagian distal esophagus. Atau Suatu kondisi di mana warna dan komposisi dari dinding sel esofagus lebih rendah dibandingkan dinding kerongkongan, biasanya karena paparan berulang terhadap asam lambung.
Carcinoma Esofagus
Adenocarcinoma adalah salah satu keganasan yang sering terjadi di oesofagus. Pasien sulit menelan, sakit dan berdarah saat menelan, carcinosarcoma, yang dapat menghasilkan polip yang besar dan irregular serta pseudocarcinoma
Dysphagia
Kesulitan menelan yang dapat disebebkan karena congenital atau kondisi yang didapat. Penyebab dysphagia adalah jebakan bolus makanan, kelumpuhan otot faring atau oesofagus dan penyempitan atau pelebaran oesofagus. Penderita dispagia kesulitan menelan dan mungkin juga memiliki pengalaman buruk saat menelan. Sebagian orang bahkan sampai tidak mampu menelan sama sekali. Terkadang, dispagia membuat penderita kesulitan untuk mendapatkan kalori yang cukup bagi kebutuhan tubuh.
Oesofagus Reflux
Masuknya isi lambung ke dalam oesofagus, mengiritasi dinding oesofagus dan lama-elamaan keadaan ini dapat menghasilkan oesofagogitis. Hal imi terjadi ketika asam lambung atau terkadang isi lambung naik kembali ke esofagus (refluks) sehingga seseorang akan mengalami mual bahkan muntah. Akibat naiknya asam lambung maka akan mengiritasi dan membakar esofagus atau kerongkongan sehingga menimbulkan rasa panas pada dada (heartburn) sampai bagian dalam leher bahkan tenggorokan.
Oesofagogitis
Oesofagogitis atau radang oesofagus disebabkan oleh zat korosif, uremi, tuberculosis, dan antinomycosys.Penyebap paling umum dari esofagogitis adalah refluks asam lambung diamna sering menyaebapkan mulas,
Zenker's diverticulum
Divertikulum esofagus adalah kantong, atau saku, jaringan membentang yang berkembang di mana saja di sepanjang kerongkongan, mendorong keluar melalui dinding otot nya.Hal ini jarang terjadi, dan dapat bawaan atau diperoleh.Jika divertikulum Zenker"s biasanya berbentuk kantong tunggal, paling sering berada di dekat bagian atas kerongkongan.
Kontra Indikasi
Jarang ditemukan karena menggunakan BaSO4
Adanya komplikasi perforasi pada oesophagus yang tidak diketahui sebelumnya
Teknik Pemeriksaan
Persiapan alat
Pesawat + Flouroskopi
Baju Pasien
Gonad shield
Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
Grid
X-Ray marker
Tissue/kertas pembersih
Bahan kontras
Air Masak
Sendok / sedotan
Gelas
Persiapan bahan
Jenis media kontras yang digunakan adalah BaSo4. Berbeda dengan pemeriksaan Collon in Loop yang menggunakan barium tawar , pada pemeriksaan Oesophagografi bariumnya cenderung memiliki rasa.
Perbandingan :
Aquades : BaSo4 (Kental) = 1 : 1
Aquades : BaSo4 (Encer) = 1 : 3
Persiapan pasien
Prinsip tidak ada persiapan khusus, kecuali dilanjutkan untuk pemeriksaan lambung & duodenum
Penjelasan kepada pasien
Proyeksi
Proyeksi AP
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatomi dan neoplasma oesofagus.
Posisi pasien : Memposisikan pasien pada posisi supine diatas meja pemeriksaan atau erect di depan bucky stand
Posisi objek :
Mengatur MSP tubuh pasien pada pertengahan meja pemeriksaan.
Mengatur shoulder dan hip agar tidak terjadi rotasi
Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder
Gambar 4. Proyeksi AP
Pengaturan sinar :
CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yatiu 1 inchi inferior dari sternal angle atau 3 inchi inferior dari jugular notch
FFD : 100 cm atau 183 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Eksposi : 1-2 detik setelah menelan media kontras
Kriteria evaluasi :
Tampak oesofagus terisi barium
Tidak adanya rotasi pada pasien
Tampak oesofagus dalam radiograf
Tampak oesofagus superposisi dengan vertebra thorakal (Bontrager, 2001).
Gambar 5. Radiograf Proyeksi AP
Proyeksi posisi RAO dan LAO
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatomi dan neoplasma oesofagus dalam pandangan oblique
Posisi pasien : Memposisikan pasien tidur miring pada salah satu sisi tubuh atau erect
Posisi objek :
Mengatur posisi pasien dari posisi PA dirotasikan sebesar 35-40 derajat dengan sebelah kanan atau kiri anterior tubuh jauh dari kaset.
Menempatkan lengan kiri atau kanan di samping tubuh.
Mengatur pertengahan thorak sejajar pada kaset.
Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder
Gambar 6. Proyeksi RAO
Pengaturan sinar :
CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yaitu 2-3 inchi inferior menuju jugular notch
FFD : 100 cm atau 180 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Eksposi : 1-2 detik setelah menelan media kontras
Kriteria evaluasi :
Tampak oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung
Tampak oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung dengan adanya rotasi yang cukup dari tubuh pasien
Oesofagus terisi barium
Otot bawah tidak superposisi dengan oesofagus (Bontrager, 2001).
Gambar 7. Radiograf Proyeksi RAO
Proyeksi lateral
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu struktur, benda asing, anomaly anatomi dan neoplasma oesofagus dalam pandangan lateral
Posisi pasien : memposisikan pasien tidur recumbent atau erect
Posisi objek :
Menempatkan kedua lengan pasien di dekat kepala, elbow ditekuk dan saling superposisi.
Mid coronal plane pada pertengahan meja pemeriksaan.
Menempatkan shoulder dan hip pada posisi true lateral.
Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder
Gambar 8. Proyeksi Lateral
Pengaturan sinar :
CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yaitu 2-3 inchi inferior dari jugular notch
FFD : 100 cm atau 180 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Eksposi : 1-2 detik setelah menelan media kontras
Kriteria evaluasi :
Tampak oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung
Tampak kosta posterior saling superposisi
Tampak kedua lengan tidak superposisi dengan oesofagus
oesofagus terisi barium (Bontrager, 2001)
Gambar 9. Radiograf Lateral
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari urian makalah yang penulis telah tulis,dapat disimpulkan bahwa:
Pada pemeriksaan oesophagus terdapat 3 proyeksi pemotretan ,yang pada umumnya proyeksi-proyeksi ini dipilih tergantung pada klinis pasien.
Semua proyeksi yang ada sama tujuannya namun berbeda pada teknik positioning terhadap pasien
Saran
Persiapan pasien harus benar-benar dilakukan agar pemeriksaannya dapat dilaksanakan dengan benar,sehingga diagnose yang telah diberikan dokter dapat ditegakkan
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth .L. dan John P. Lampignano. 2005. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Sixth Edition. Westline Industrial Drive: St.Louis.