TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI CT-SCAN KEPALA DENGAN KLINIS CORPUS ALIENUM DI INSTALASI RADIODIGNOSTIK RSUD
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan televisi sehingga mampu menAmpilkan gambar anatomis tubuh dalam manusia dalam bentuk irisan atau slice. Prinsip kerja CT-Scan menggunakan sinar-x sebagai sumber radiasi. Sinar-x berasal dari tabung yang terletak berhadapan dengan sejumlah detektor, dimana keduanya bergerak secara sinkron memutari pasien sebagai objek yang ditempatkan diantaranya (Rasad, 2000). Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat akhir-akhir ini telah menimbulkan banyak perubahan khususnya di bidang pencitraan diagnostik dengan ditemukannya Computerized Tomography Scanner (CT- Scan). CT-scan baru berkembang setelah terjadinya era komputerisasi kom puterisasi dengan dikembangkannya perpaduan antara pemeriksaan Radiologi dengan komputer oleh seseorang berkebangsaan Inggris, Godfrey Hounsfileds pada tahun 1969. CT- Scan adalah suatu metode pencitraan dengan menggunakan sinar-x dan merupakan bagian dari pemeriksaan radiodiagnostik yang dapat menampilkan gambaran anatomi tubuh dalam bentuk slice/lembaran, pemeriksaan CT- Scan dapat membantu menegakkan diagnosa salah satunya adalah terhadap klinis corpus alienum. Di Instalasi Radiodiagnostik RSUD, pemeriksaan CT Scan kepala dengan klinis Corpus alienum pada daerah sekitar orbita dilakukan dengan prosedur yang sama dengan pemeriksaan CT-Scan kepala biasa, ia tidak tidak secara langsung melakukan pemeriksaan CT-Scan Orbita. Disamping itu dalam pengambilan gambarnya menggunakan 3D. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin mengkaji lebih l ebih lanjut mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan klinis corpus alienum di Instalasi Radiodiagnostik dan mengangkatnya sebagai laporan kasus yang berjudul. 1.1 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka m aka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala pada kasus corpus alienum di Instalasi Radiodiagnostik? 1.1 Tujuan Masalah Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala pada kasus corpus alienum di Instalasi Radiodiagnostik ? 1.4.1 Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengalaman dan dapat mengetahui lebih lanjut tentang teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan indikasi corpus alienum di Instalasi Radiodiagnostik 1.4.2 Bagi Pembaca Pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan indikasi corpus alienum di Instalasi Radiodiagnostik 1.4.2 Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan dorongan dalam meningkatkan pelayanan diagnostik, khususnya pada pemeriksaan CT-Scan kepala dengan klinis corpus alienum. 1.1 Sistimatika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang anatomi, fisiologi dan patologi dari pada otak dan mata. Dasardasar CT-Scan, serta teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala. BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang paparan kasus dan pembahasan. BAB IV : PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar-agar dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium (tengkorak), yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa. Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala, tulang tengkorak, selaput o tak (meninges), dan cairan cerebrospinalis. Selaput otak terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid, dan piamater. Di dalam tempat tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium dan membaginya menjadi tiga kompartemen. Tentorium merupakan sekat yang membagi rongga cranium menjadi kompartemen supratentorial dan infratentorial, memisahkan bagian-bagian posterior-inferior hemisfer cerebri dan c erebelum (Listiono, 1998). Otak (encephalon) dapat dibagi dalam tiga komponen utama : hemisfer cerebri (otak besar), batang otak, dan cerebellum (otak kecil). Cerebri adalah bagian otak terbesar (85%) yang berasal dari pronsecephalon. Ia terdiri dari sepasang hemisfer yaang berstruktur sama, yang dipisahkan oleh flax cerebri
dan dihubungkan oleh sekumpulan serabut saraf yang disebut c orpus callosum, yang berfungsi untuk menyampaikan impuls di antara keduanya. Cerebri dari luar ke dalam tersusun oleh korteks (massa kelabu atau subtansia grisea atau grey matter), massa putih (subtansia alba), dan massa kelabu yang dikenal sebagai ganglia basalis (Listiono, 1998)..
Gambar 1 : Cerebrum potongan Axial(Woodruff, 1993)
Gambar 2 : Cerebrum potongan Sagital (Woodruff, 1993)
Gambar 3 : Cerebrum potongan dari lateral (Woodruff, 1993) Korteks cerebri (subtansi gricea) terdiri dari sel-sel saraf. Subtansia alba cerebri berisi serabut-serabut saraf (akson) dalam saluran-saluran yang menonjol, contoh korona radiata. Serabut-serabut ini arahnya konvergen, m embentuk kapsula interna, di sefalad otak tengah. Ganglia basalis yang terletak di sebelah dalam cerebri, berbatasan dengan ventrikel III, terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus. Nukleus kaudatus berjalan di lateral
ventrikel lateralis dan talamus. Talamus dan hipotalamus juga termasuk dalam substanis gricea (Listiono, 1998; Woodruff, 1993). Di dalam parenkim otak bagian dalam terdapat empat buah rongga yang saling berhubungan dan berisi cairan cerebrospinalis. Rongga-rongga ini dibatasi oleh epitel apindema, disebut ventrikel otak. Sistem ventrikel otak terdiri atas ventriel lateralis kanan dan kiri, ventrikel III, dan ventrikel IV. Cairan cerebrospinalis dibentuk setiap hari oleh pleksus khoroideus di dalam ventrikel dan ruang subarakhnoid (Woodruff, 1993). Batang otak, dari sefalad ke kaudal, terdiri dari empat komponen utama : disencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla (Woodruff, 1993). Diencephalon terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus, dan sub talamus. Mesencephalon atau otak tengah terdiri dari tektum, tegmentum, substansia nigra, dan pedunkulus cerebri. Saraf III dan IV keluar dari mesensefalon. Akuaduktus silvii yang menghubungkan ventrikel III dan IV terletak dalam otak tengah bagian dorsal. Pons merupakan penghubung antara otak tengah dan medulla oblongata, terdiri dari bagian ventral (basis) dan bagian dorsal (tegmentum). Ia membentuk komponen utama dari batang otak dan berlokasi di bagian fossa medio-posterior. Saraf V-VII berasal dari pons. Permukaan dorsal pons membentuk dasar ventrikel IV. Medulla merupakan komponen yang paling kaudad dari batang otak. Saraf VIII -XII berasal dari medula. Medula akan melanjutkan diri ke kaudal sebagai medula spinalis. Medula meruncing ke kaudal dan bergabung dengan medula spinalis servikal pada foramen magnum (Listiono, 1998; Woodruff, 1993). Cerebellum terletak dorsal dari pons dan medulla dan menempati terbesar dari fossa cerebri posterior. Cerebellum terdiri dari vermis di garis tengah dan dua lobus lateral (hemisfer).Seperti hemisfer cerebri, cerebellum terdiri dari korteks dan bagian tengah (white matter) dengan inti bagian dalam. Cerebellum bergabung dengan tiga segmen batang otak melalui pasangan pedunkulus : cerebelaris inferior dengan medulla oblongata (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri, yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Di dalam rongga cranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus willisi. 2/3 aliran darah cerebri dialirkan kesebagian besar cerebri dan diensefalon melalui sistem karotis dan 1/3 sisanya dialirkan ke medula
oblongata, pons, otak tengah, lobus temporalis bagian medial dan inferior, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan cerebellum melalui sistem vertebralis. Gambar 4. Arkus aorta beserta cabang-cabang besarnya (Osborn, 1994) Keterangan : 1. Arkus aorta 2. Trunkus brakhiosefalika 3. Arteri subklavia kanan 4. Arteri vertebralis kanan 5. Arteri karotis komunis kanan 6. Arteri karotis interna kanan 7. Arteri karotis eksterna kanan 8. Arteri karotis komunis kiri 9. Arteri karotis interna kiri 10. Arteri karotis eksterna kiri 11. Arteri subklafia kiri 12. Arteri vertebralis kiri 13. Arteri vertebralis bergabung menjadi arteri basilaris 14. Sirklus willisi 15. Arteri serebri anterior 16. Arteri serebri media 17. Arteri mammaria internal 18. Trunkus tiroservikal 19. Trunkus kostoservikal
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula ke vena serta didrainase ke sinus duramater. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. Vena serebral dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem vena serebral eksterna (drainase darah dari korteks dan subkorteks) dan sistem vena serebral interna (menerima aliran darah balik dari jaringan otak yang lebih dalam) (Listiono, 1998).
Gambar 5. Sistem vena serebri (Osborn, 1994)
1. Sinus sagitalis superior 11. Vena septalis 2. Sinus sagitalis inferior 12. Vena talamotriata 3. Straight sinus 13. Vena labbe 4. Torcular herophilli 14. Vena serebri media superfisialis 5. Sinus tranversus 15. Vena trolard 6. Sinus sigmoid. 16. Sinus kavernosus 7. Sinus oksipitalis 17. Pleksus venosa klival 8. Vena galen 18. Sinus petrosa superior 9. Vena basalis 19. Rosenthal Sinus petrosa inferior 10. Vena serebri interna 20. Sinus sfenoparietal
2.2 Anatomi dan Fisiologi Orbita Orbita dibentuk dari tujuh tulang yang berbeda. Tiga dari tulang cranial yaitu : frontal, sphenoid dan etmoid. Empat tulang wajah yaitu maxilla, zygoma, lacrimal dan palatum. Circumfrence orbita atau daerah outer rim dibentuk oleh tujuh tulang. Frontal, zygoma dan maxilla empat tulang yang membentuk bagian belakang orbita. Orbiata panjangnya ± 35 mm, lebar 40 mm dan kedalaman 40 pada orang dewasa. Dibentuk oleh berbagai tulang yang berbeda dari kepala. Muskulus rektus pada lingkaran tendon yang mengelilingi saraf optik dalam foramen optikum berjalan kedepan dalam garis lurus dan masuk didepan dari circumfrence maksimum dari bola mata di dalam sclera. Muskulus optikum superior terdapat di atas musculus rectus medialis. Membran ini biasanya tidak luas dalam orbit. Selain oleh lapisan lemak orbita yang membuat orbita tetap di tengah juga di dukung oleh kelenjar lacrimal yang terletak secara langsung pada orbita diatas, luar dan sudutnya (Whole Body Computerized Tomografi, 1983).
Gambar 6, mata (Port,1993,h 1120) Bagian paling luar (bagian anterior) mata terdiri dari suatu membran putih kuat yang terbungkus bola mata, disebut sclera. Di tengah mata, sclera menjadi membran transpara, kornea. Berkas sinar masuk ke mata melalui kornea. Karena kelengkungan alaminya, kornea membiaskan berkas-berkas cahaya, menyebabkan cahaya menjadi tidak terpencar dan lebih terfokus ke jaringan di bawahnya. Bayangan yang diproyeksikan melalui kornea menjadi berbalik menjadi terbalik keatas-bawah dan kanan-kiri sewaktu jatuh ke bagian belakang mata (Corwin, Elizabeth J, 2000).
Koroid, suatu membran berpigmen yang berada di bawah sclera, membantu mengurangi perpendaran cahaya. Tepat di bawah kornea, koroid berubah menjadi iris. Iris adalah membran berwarna yang menyebabkan mata memiliki warna. Di bagian tengah mata terdapat pupil. Kornea memfokuskan berkasberkas cahaya pada pupil. Garis tengah pupil dikontrol oleh otot-otot polos yang terdapat di iris. Otot-otot ini menyebabkan pupil berkontraksi pada keadaan terang dan berdilatasi pada keadaan gelap. Variasi dalam diameter pupil mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke bagian dalam mata. Di sebelah posterior iris dan pupil terdapat lensa. Lensa adalah struktur transparan melengkung yang membiaskan cahaya lebih lanjut. Dengan melewati lensa, berkas-berkas cahaya difokuskan tepat di bagian yang paling posterior dan peka mata, retina. Bentuk lensa dikontrol oleh benda-benda dekat atau jauh ke retina. Retina mengandung fotoresertor mata : batang dan kerucut. Batang dan kerucut mengubah berkas cahaya menjadi impuls listrik yang diterjemahkan otak sebagai suatu penglihatan. Di bagian tengah retina terdapat macula, tempat penglihatan yang paling tajam dan halus . Fovea sentralis adalah suatu cekungan pada macula yang sesuai dengan titikpenlihatan sentral. Di antara retina dan lensa, bola mata terisi pembuluh dan suatu cairan gelatinosa, yang disebut cairan vitrosa (Corwin, Elizabeth J, 2000).
Gambar 7, mata (W. Ballinger. 1986) 2.3 Patologi Corpus Alienum Pada Orbita Patologi orbita antara lain tumor vascular, tumor reticulendothelial, karsinoma, meningioma, tumor cystis,melanoma ganas, tumor saraf, serta tomor mixet (Whole Body Computerized Tomografi, 1983). Patologi lain karena korpus alienum adalah suatu yang tidak seharusnya ada di dalam tubuh. Salah satu cara untuk mendiagnosa dengan menggunakan modalitas imaging yang khusus. CT-Scan digunakan secara lebih khusus guna meneliti lebih lanjut fraktur dan kecelakaan pada kepala. CT-Scan juga biasa untuk mengeluarkan dari tumor yang tudak di ketahui sebabnya (Ballinger, 2003). Untuk corpus alienum pada daerah sekitar orbita dilakukan pemeriksaan CT-scan kepala di instalasi Radiologi Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital. Berdasarkan pada teknik ( Whole Body Computerized Tomography, 1983) pemeriksaan CT-scan kepala pada klinis corpus alienum dilakukan untuk mensejajarkan slice CT dan NOP (Naso Ocular Plane) yang dibentuk oleh lensa,
papilla, dan canal optik dengan mata dalam posisi yang tidak langsung juga parallel pada garis OML. Proyeksi ini dapat menampakan saraf optik musculus recti dan sircumfrence maksimum dari bola mata. 2.3 Dasar-Dasar CT-Scan CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor. Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian gambar dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh (Rasad, 1992). Pada CT-Scan prinsip kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal, sagital, oblik, diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut ( Tortorici, 1995 ). 2.3.1 Komponen dasar CT-Scan Menurut Tortorici (1995) CT-Scan memiliki tiga komponen utama yaitu : gantry, meja pemeriksaan (couch), dan konsul. Gantry dan couch berada didalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul diletakkan terpisah dalam ruang kontrol.
12 Gambar 8 : Komponen CT-Scan (Bontrager, 2001) CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator konsul. Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja pemeriksaan (couch) dan gantry (Bontrager, 2001). Bagian – bagian dari scan unit : 2.4.1.1 Gantry Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor. 2.4.1.2 Tabung sinar-X Berdasarkan stukturnya tabung sinar-X sangat mirip dengan tabung sinar-X konvensional namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi disebabkan karena perputaran anoda yang tinggi dengan elektron-elektron yang
menumbuknya. Ukuran fokal spot yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi. 2.4.1.3 Kolimator Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas gambar. CTScan menggunakan 2 buah kolimator yaitu pre pasien kolimator dan pre detektor kolimator. 2.4.1.4 Detektor Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah teratenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika detektor-detektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton berinteraksi dengan detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil yang disebut sinyal output analog. Sinyal ini besarnya sebanding dengan intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan detektor yang tinggi akan berakibat kualitas gambar lebih optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state dan isian gas. 2.4.1.5 Meja pemeriksaan (couch)Meja pemeriksaan (couch) Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry. 2.4.1.6 Sistem konsul Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih menggunakan dua system konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan sendiri dan untuk perekaman dan pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memakai system satu konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari system konsul ini yaitu : 1. Sistem Kontrol Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan kV, mA, waktu scaning, ketebalan irisan (slice thicknes), dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan keyboard untuk memasukan data pasien dan pengontrolan fungsi tertentu dalam komputer. 2. Sistem Pencetakan Gambar Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut dipindahkan ke dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan menggunakan kamera multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di monitor dn memindahkannya kedalam film. Tampilan gambar di film dapat mencapai lebih dari 2 – 24 gambar tergantung ukuran filmnya (biasaya 8 x 10 inchi atau 35 x 43 cm) 3. Sistem Perekaman Gambar Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data – data pasien yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat. Biasanya
system perekaman ini beupa disket optik dengan kemampuan penyimpanan sampai ribuan gambar. Ada pula yang menggunakan magnetic tape dengan kemampuan penyimpanan data yang sampai melebihi 200 gambar. 2.3.2 Parameter CT-Scan Dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah : 2.4.2.1 Slice thickness Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi maka akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise. 2.4.2.2 Range Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness. Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan. 2.4.2.2 Faktor eksposi Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. 2.4.2.3 Field of View (FOV) FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi. 2.4.2.4 Gantry Tilt Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masingmasing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif. 2.4.2.5 Rekonstruksi matriks Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya. 2.4.2.6 Rekonstruksi Algorithm
Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan dihasilkan. Denagn adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, s oft tissue, dan jaringan-jarringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor. 2.4.2.7 Window width Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit). 2.4.2.8 Window level Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan. 2.1 Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala 2.1.1 Pengertian Teknik pemeriksaan CT-Scan kepada adalah teknik pemeriksaan secara radiology untuk mendapatkan informasi anatomis irisan atau penampung melintang kepada yang diolah dengan menggunakan teknologi komputer (Brooker, 1986) 2.1.2 Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001) · Tumor, massa dan lesi · Metastase otak · Perdarahan intra krinal · Aneurisma · Abses · Atropi otak · Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom) · Kelainan kongential 2.1.3 Persiapan Pemeriksaan 2.1.3.1 Persiapan pasien Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi – isntruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksessoris seperti gigi paslu, rambut palsu, anting – anting, penjepit rambut dan alat bantu pendengar harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut (Brooker, 1986).
2.1.3.2 Persiapan Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT- Scan kepala secara umum adalah pesawat CT-Scan lengkap dengan komponen pendukungnya seperti media pencetakan gambar. Alat pemifiksasi, selimut, tabung oksigen. Jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras maka alat dan bahan tambahan yang diperlukan adalah sebagai berikut : · Wings needle · Spuit · Kassa dan kapas · Alkohol dll 2.1.3.3 Persiapan Media Kontras Dalam pemeriksaan CT-Scan dibutuhkan penggunaan media kontas agar stuktur – struktur anatomi tubuh seperi pembuluh darah dan organ – organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontas maka dapat menampakkan adanya kelainan – kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor. Adapun beberapa Teknik Injeksi secara intra vena · Jenis media kontras : o Media kontras negatif : Oksigen dan CO2 o Media kontras positif : a) Jenis Iodine berupa : Conray, angiograpin, urograpin, hypaque iopamiro dll b) Jenis Barium berupa : a. BaSO4% W/V b. Micropaque 50-100% c. Raybar 75% W/V. · Volume pemakaian : 30 ml – 50 ml · Injeksi rate : Injeksi cepat (3 ml / detik) · Waktu scan : Scanning seharusnya dilakukan pada saat 10 – 15 detik setelah pemasukan awal media kontras. 2.1.3.4 Teknik Pemeriksaan a) Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry. b) Posisi obyek : kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi dengan head clem pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien (Nesseth, 2000).
Gambar 9: Posisi pasien pada pemeriksaan CT-scan kepala c) Scan Parameter : · Scanogram : kepala lateral · Range : range 1 dari basis cranii sampai pars petrosus dn range II dari pars petrosus sampai verteks. · Slice thickness : 2 – 5 mm (range 1) dan 5 – 10 mm (rangeII) · FOV : 24 cm · Gantry tilt : sudut gantry tergantung pada besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meatal line (OML) dengan garis vertical. · kV : 120 · mAs : 250 – 300 · Rekonstruksi alogarithma : soft tissue · Window width : 0 – 90 HU (otak supratentorial) 110 – 160 HU (otak pada fossa posterior) 2000 – 3000 HU (tulang) · Window level : 40 – 45 HU (otak supratentorial) 30 – 40 HU (otak pada fossa posterior) 200 – 400HU(tulang) d) Foto sebelum dan sesduah pemasukan media kontras Secara umum pemeriksaan CT-Scan kepala membutuhkan 10 – 12 irisan axial. Namun ukuran tersebut dapat bervariasi tergantung keperluan diagnosa. Untuk kasus seperti tumor maka jumlah irisan akan mencapai dua kalinya karena harus dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesusah pemasukan media kontras adalah agar dapat membedakan dengan jelas apakah organ tersebut mengalami kelainan atau tidak. e) Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan kepala pada umumnya dapat terwakili oleh beberapa criteria dibawah ini : 1. Potongan Axial I Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria gambarnya adalah tampak : a. Bagian anterior sinus superior sagital b. Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum) c. Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri) d. Sulcus e. Gyrus f. Bagian posterior sinus superior sagital
Gambar10. Posisi Irisan Otak (Bontrager, 2001)
Gambar 11. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak (Bontrager, 2001) 2. Potongan Axial IV Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel. Criteria gambarnya tampak : a. Anterior corpus collosum b. Anterior horn dari ventrikel lateral kiri c. Nucleus caudate d. Thalamus e. Ventrikel tiga f. Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)
g. Posterior horn dari ventrikel lateral kiri Gambar 12. Posisi Irisan otak (Bontrager, 2001)
Gambar 13. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak (Bontrager, 2001) 3. Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar yang tampak : a. Anterior corpus collosum b. Anterior horn ventrikel lateral kiri c. Ventrikel tiga d. Kelenjar pineal
e. Protuberantia occipital interna Gambar 14. Posisi Irisan Otak (Bontrager, 2001)
Gambar 15. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak (Bontrager, 2001) 4. Potongan Axial VII Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan. Modifikasimodifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah tampak : a. Bola mata / occular bulb b. Nervus optic kanan c. Optic chiasma d. Lobus temporal e. Otak tengah f. Cerebellum
g. Lobus oksipitalis h. Air cell mastoid i. Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid
Gambar 16. Posisi Irisan Otak (Bontrager, 2001)
Gambar 17. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak (Bontrager, 2001). - See more at: http://radiologynet.blogspot.com/2013/09/teknik-pemeriksaan-radiologi-ctscan.html#sthash.ARXxpcTR.dpuf