TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BAUNG ( Mystus nemurus) DI BALAI BENIH IKAN I KAN KABUPATEN BANGKA, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
ARTIKEL ILMIAH PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh : ABANG ALDHIAN RANDIANI PUTERA BANGKA – KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BAUNG ( Mystus ( Mystus nemurus nemurus)) DI BALAI BENIH IKAN KABUPATEN BANGKA, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Artikel Ilmiah Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh: ABANG ALDHIAN RANDIANI PUTERA NIM. 060610224 P
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Yudi Cahyoko, Ir, M.Si NIP. 19620927 198903 198903 1 003
Surabaya, 14 Oktober 2010 Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, DEA., Drh NIP. 19520517 197803 197803 2 001
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BAUNG ( Mystus ( Mystus nemurus nemurus)) DI BALAI BENIH IKAN KABUPATEN BANGKA, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Abang Aldhian R. Putera dan Yudi Cahyoko. 2010. 8 hal . Abstrak
Ikan baung merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang bernilai protein tinggi, sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi, ikan ini hanya didapatkan dari penangkapan di alam bebas. Untuk mencegah terjadinya eksploitasi yang berlebihan pada ikan ini, akhirnya para petani mulai melakukan pembenihan dan pembesaran ikan ini. Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mempelajari, memahami, dan mempraktekkan secara langsung tentang teknik pembenihan ikan baung, dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam usaha pembenihan ikan baung, serta untuk mendapatkan tambahan wawasan ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja dari suatu obyek kegiatan di bidang perikanan. Pemeliharaan induk ikan baung dilakukan di kolam tanah dengan diberi pakan pellet ditambah ikan rucah. Pembenihan ikan baung dilakukan secara buatan dengan metode induced breeding . Penyakit yang sering menyerang benih yaitu jamur dan bakteri, pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian methylene blue dosis 0,05 ppm pada akuarium. Larva yang baru menetas belum diberi makan hingga berumur 3 hari, karena masih terdapat yolk sac (kuning telur) yang berfungsi sebagai s ebagai persediaan per sediaan makanan. Larva diberi pakan mulai umur 4-14 hari, pakan yang diberikan adalah pakan alami Artemia sp. dan cacing sutera (Tubifex spp.). Daerah pemasaran benih ikan baung ini sekitar wilayah kabupaten Bangka sendiri. Pemasaran dilakukan pada umur 30 hari dengan harga Rp.350,-/ekor benih.
Kata kunci : ikan baung, pemeliharaan induk, pakan dan penyakit.
THE BREEDING TECHNIQUE OF TROPICAL CATFISH ( Mystus ( Mystus nemurus) nemurus) IN PLACE FISH HATCHERY COMPANY (BBI) DISTRICT BANGKA, PROVINCE BANGKA BELITUNG ARCHIPELAGO
Abang Aldhian R. Putera and Yudi Cahyoko. 2010. 8 pp .
Abstract
The tropical catfish Mystus nemurus is one of consumed fish that has high protein value, so it was widely consumed by the people. However, this fish only
can be gotten from the catching in nature. To prevent the over exploitation to this fish, finally the fish-farmers begin to do the breeding and growing of the fish. The goals of this Field Work Practices is to study, to comprehend, and to practice about technique seeding of tropical catfish, and to know factors any kind of influencing in effort seeding of tropical catfish, and also to get knowledge addition, experience and good softskill from an activity object in fishery field. The culture of tropical catfish broodstock was done in soil pond that given pellet feed and added with trash fish. The tropical catfish breeding was done artificially using induceed breeding method. The diseases that often attack the seeds were fungi and bacteria. Medication can be done by giving methylene blue 0,05 ppm in dosage. The newly hatched larva has not been fed yet until 3 days old, because there was yolk sac that function as the feed supply. The larva was fed on 4 to 14 days old. The natural feed that given to larva was Artemia sp. and silk worm (Tubifex spp.). The marketing area of this tropical catfish seed around the region of District, Bangka. The marketing was done on 30 days old. The price of seed Mystus nemurus nemurus was Rp. 350,- per seed.
Keywords: tropical catfish, broodstock treatment, feed and disease.
Pendahuluan Latar Belakang
Upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, khususnya petani/ nelayan dapat dilakukan melalui kegiatan budidaya ikan. Kegiatan budidaya beberapa jenis ikan, seperti ikan mas, nila, mujair, gurame, lele, dan patin sudah umum dikembangkan di masyarakat. Salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudidayakan adalah jenis ikan baung ( Mystus nemurus), karena ikan ini memiliki nilai jual yang tinggi di pasar ekspor di samping untuk suplai pasar lokal. Keberadaan ikan ini banyak ditemukan di daerah Sumatera dan Kalimantan, sehingga untuk peminat lokal ikan ini lebih banyak diminati oleh masyarakat daerah Sumatera dan Kalimantan saja. Sedangkan peminatnya di Pulau Jawa belum terbentuk, akan tetapi penggemar ikan air tawar di Pulau Jawa mulai melirik ikan ini, seperti yang dilakukan oleh UPTD Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang, Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat yang melakukan Uji Coba pengembangan ikan ini pada tahun 2000-an (Tang, 2003). Tujuan pengembangan ini adalah untuk menjaga kelestarian habitat ikan
ini, karena sampai saat ini produksi ikan baung kebanyakan hanya dapat diperoleh dari alam bebas dikarenakan para petani ikan yang baru mulai berkembang setelah ditemukan teknik budidaya baung yang intensif, sehingga bukan tidak mungkin akan terjadi eksploitasi yang berlebihan pada ikan ini (Gaffar, 1998). Untuk itu perlu dilakukan perbanyakan keturunan terhadap ikan ini untuk mencegah terjadinya kepunahan. Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Bangka adalah salah satu UPTD milik pemerintah yang sudah pernah melakukan usaha pembenihan pembenihan ikan baung beberapa kali guna memperoleh benih yang lebih berkualitas dan berkuantitas.
Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan ini dilaksanakan mulai akhir 24 Agustus – 25 September 2009. Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode diskriptif, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian pada suatu daerah tertentu (Suryabrata, 1993). Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara pengambilan data primer dan data sekunder yang meliputi wawancara, observasi, partisipasi aktif, dan data tidak langsung seperti dokumentasi, laporan, dan pustaka.
Hasil dan Pembahasan
Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Bangka merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Lokal milik pemerintah Kabupaten Bangka yang didirikan sejak tahun 1994 oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka, dimana pada saat itu Pemkab Bangka sendiri masih milik kabupaten Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Namun kemudian pada tanggal 21 November 2000 berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pemkab Bangka ini berpindah menjadi milik Kabupaten Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Balai Benih Ikan ini didirikan berfungsi untuk menyediakan benih ikan dan memberikan pelatihan pembenihan ikan bagi para masyarakat petani ikan.
Persiapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan pemijahan ikan baung yaitu seleksi induk guna mendapatkan induk baung yang sudah matang. Induk yang sudah memasuki tahap seleksi dan lolos untuk dipijahkan dipisahkan dari induk lainnya yang belum matang, ini di fungsikan untuk memberikan perlakuan lebih pada induk yang sudah matang gonad, seperti penambahan nutrisi untuk ikan melalui pakan. Pemijahan yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Bangka pada ikan baung yaitu menggunakan pemijahan secara buatan yaitu dengan rangsangan hormon, dimana proses pemijahan dilakukan dengan penyuntikan hormon ke dalam tubuh betina, sedangkan jantan tidak disuntik dengan perbandingan jantan dan betina 2 : 5. Hormon yang disuntikkan adalah berjenis ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg ikan resipien yang dilarutkan dengan NaCl 0,9% sebanyak 2,4 ml/kg ikan resipien. Penyuntikan homon dilakukan pada bagian kiri dan kanan sirip dorsal ( pinna pinna dorsalis dorsalis) ikan resipien. Induk yang telah disuntik akan mengalami ovulasi yaitu dimana telur induk menjadi matang dan siap untuk dibuahi. Pengecekan dilakukan dengan menekan lubang genital secara perlahan-lahan. Apabila telur sudah keluar, berarti ikan siap untuk dilakukan stripping guna mengeluarkan telur. Ikan diurut pelan pelan mulai dari pangkal perut sampai anus. Telur yang keluar dimasukkan ke dalam baki atau mangkuk plastik bersih untuk dilakukan proses pembuahan. Proses pembuahan telur dilakukan secara buatan yaitu dengan cara mengambil sperma langsung dari kantung sperma ikan jantan dengan cara dibedah. Cairan sperma ditampung dalam gelas yang sudah diisi NaCl 0,9% sebanyak 3 ml untuk dilarutkan. Setelah itu, larutan sperma dengan NaCl 0,9% diaduk menggunakan bulu ayam hingga rata sampai sperma berwarna putih susu agak encer. Dalam hal ini, NaCl 0,9% digunakan sebagai pelarut sperma agar sperma menjadi tidak terlalu pekat. Pembuahan dilakukan yaitu dengan cara memasukkan larutan sperma sedikit demi sedikit ke dalam baki yang berisi telur dan diaduk menggunakan bulu ayam sampai merata. Kemudian ditambahkan Aquabides sebanyak 2,5 ml dan diaduk lagi kira-kira 3 – 5 menit sampai merata
sehingga pembuahan dapat berlangsung dengan baik. Untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, telur dibilas menggunakan air Aquabides sebanyak 2–3 kali sampai bersih. Telur yang sudah bersih dimasukkan kedalam akuarium
penetesan yang sudah diisi air dan aerasi. aera si. Cara memasukkan, telur diambil dengan bulu ayam, lalu disebarkan ke seluruh permukaan akuarium sampai merata. Kemudian telur di inkubasi inkubasi selama lebih kurang 36 jam dan telur akan menetas. Hasil pemijahan menghasilkan 47.519 telur dari 5 induk ikan baung. Lama inkubasi telur 36 jam. Tingkat pembuahan telur 48,80% dan daya tetas telur 61,07%. Jumlah larva pada awal penetasan sebanyak 14.161 ekor dan pada akhir pemeliharaan larva, jumlah benih yang hidup sebanyak 11.532 ekor. Sehingga kelangsungan hidup benih ikan baung sebesar 81,43%. Larva diberi pakan mulai umur 4-14 hari, pakan yang diberikan adalah pakan alami Artemia sp. dan cacing sutera (Tubifex spp.). Benih yang siap panen dan siap untuk dipasarkan berumur 30 hari. Benih dijual dengan harga Rp.350,-/ ekor benih. Penyakit yang sering menyerang benih yaitu jamur dan bakteri, pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian methylene blue dosis 0,05 ppm pada akuarium.
Kesimpulan
1. Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Bangka Bangka menggunakan pemijahan buatan dengan sistem hormonal manipulation didalam memijahkan ikan baung, dengan menggunakan metode induced breeding (kawin suntik). 2. Faktor yang menentukan keberhasilan pembenihan ikan baung ( Mystus nemurus) adalah proses seleksi induk yang tepat, matang gonad, sehat dan
tidak cacat. 3. Pakan yang digunakan dalam pemeliharaan induk berupa berupa ikan rucah ( trash fish).
Saran
1. Sebaiknya penyediaan pakan pada pemeliharaan induk ikan baung diadakan secara lebih kontinyu. 2. Ikan rucah untuk pakan diusahakan dalam keadaan segar.
Daftar Pustaka
Gaffar, A. K. 1998. “Ikan Baung ( Mystus nemurus) Si Kumis dari Perairan Tawar.” Dalam: Loka Penelitian Penelitian Perikanan Perikanan Air Tawar. Tawar. Palembang. Suryabrata, S. 1993. Metode Penelitian. CV. Rajawali. Jakarta. 115 hal. Tang, U.M. 2003. Teknik Budidaya Ikan Baung. Kanisius. Yogyakarta. Hal. 1 – 50.