Teknik Anestesi dan indikasinya dalam praktik kedokteran gigi
Macam Anastesi Lokal 1
Anastesi Topikal
Diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah kulit dan membrane mukosa yang dapat dipenetrasi untuk mengebalkan ujung-ujung saraf superficial. Anestesi ini paling sering digunakan untuk mengebalkan mukosa sebelum dilakukan penyuntikan. 2
Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak. 3
Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
Topikal Anestesi Teknik Cara melakukan anastesi topikal adalah : 1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal. 2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif. 3. Pasien bayi dapat menggunakan m enggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan topikal aplikasi. 4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.
Indikasi -
Anestesi Infiltrasi Teknik Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi : 1. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dengan rubber cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil. 2. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum menjauhi gigi. 3. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di depan jarum Injeksi intra ligamen pada anak. 4. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira-kira 2 mm. 5. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada penyuntikan dan jaringan di sekitar jar um memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut. 6. Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml. 7. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar. 8. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar. 9. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan. Indikasi Ada beberapa indikasi yang ditujukan untuk pemakaian anestesi infiltrasi, antara lain: 1. Natal tooth/neonatal tooth Natal tooth : gigi erupsi sebelum lahir Neonatal tooth : gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi:
Mobiliti
Dapat mengiritasi : menyebabkan ulserasi pada lidah
Mengganggu untuk menyusui 1. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat direstorasi sebaiknya dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan space maintainer. 2. Infeksi di periapikal atau di interradikular dan tidak dapat disembuhkan kecuali dengan pencabutan.
3. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah mau erupsi. 4. Gigi sulung yang persistensi 5. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi pertumbuhan gigi tetap. 6. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus 7. Untuk perawatan ortodonsi 8. Supernumerary tooth. 9. Gigi penyebab abses dentoalveolar 10. Jika penderita atau ahli bedah ata u ahli anestesi lebih menyukai anestesi lokal serta dapat meyakinkan para pihak lainnya bahwa anestesi lokal saja sudah cukup 11. Anestesi lokal dengan memblok saraf atau anestesi infiltrasi sebaiknya diberikan lebih dahulu sebelum prosedur operatif dilakukan dimana rasa sakit akan muncul
Anestesi Blok Teknik Fisher : Prosedur : Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique eksterna., . Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah. Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar. Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis. Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali. Teknik modifikasi Fisher : Setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas
dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral ( kedaerah trigonum retromolar ), aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Bukalis. Kemudian Spuit ditarik keluar.
Indikasi: • Menghilangkan rasa sakit pada gigi dan jaringan pendukung • Sedikit perubahan dari fisiologi normal pada pasien lemah • Insidensi morbiditas rendah • Pasien pulang tanpa pengantar • Tidak perlu tambahan tenaga terlatih • Teknik tidak sukar dilakukan • Persentase kegagalan kecil • Pasien tidak perlu berpuasa Kontra Indikasi: • Pasien menolak / takut/ khawatir • Infeksi • Di bawah umur • Alergi • Bedah mulut besar • Penderita gangguan mental • Anomali lain
Pada anestesi infiltrasi, larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Teknik infiltrasi dibagi menjadi:
Anestesi submukosa
Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat di balik membrane mukosa. Suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal panjang sebelum pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.
Anestesi supraperiosteal
Anestesi ini merupakan teknik yang paling sering digunkan pada kedokteran gigi dan sering disebut sebagai "suntikan infiltrasi"
Anestesi Subperiosteal
Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal, karena struktur ini terikat erat, suntikan akan menimbulkan sakit yang sangat. Pada teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal
Anestesi Intraoseus
Pada teknik ini larutan didepositkan pada tulang medularis. Prosedur ini sangat efektif bila dilakukan dengan bantuan bur tulang dan jarum yang didesain khusus untuk tujuan t ersebut.
Anestesi intraseptal
Merupakan modifikasi teknik intraoseus yang kadang-kadang digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila akan dipasang geligi tiruan immediate serta bila teknik supraperiostel tidak mungkin digunakan.
Anestesi intraligamental atau ligament periodontal
Pada teknik ini jarum diinsersikan pada sulkus gingival dengan bevel mengarah menjauhi gigi. Jarum kemudian didorong ke membrane periodontal bersudut 30 derajat terhadap sumbu panjang gigi. Jarum ditahan dengan jari operator untuk mencegah pembengkokan dan didorong ke penetrasi maksimal sehingga terletak antara akar-akar gigi dan tulang interkrestal. Tekanan maksimal diaplikasikan pada pegangan syringe selama 5 detik dengan tekanan ke belakang yang kuat untuk mendepositkan sejumlah kecil larutan pada membrane periodontal. Untuk akar yang berakar jamak, dilakukan penyuntikan untuk tiap akar. Suntikan dengan tekanan ke belakang yang kuat mempunyai angka keberhasilan yang besar. Teknik ini mempunyai angka keberhasilan yang besar. Teknik ini mempunyai beberapa manfaat. Efeknya yang terbatas memungkinkan dilakukan perawatan pada suatu gigi dan membantu perawatan pada kuadran mulut yang berbeda. Suntikan ini juga tidak terlalu sakit bagi pasien yang umumnya tidak menyukai "rasa bengkak" yang sering m enyertai anestesi local.
Suntikan ini juga dapat menghindari terjadinya baal pada lidah, pipi dan jaringan lunak lainnya, jadi mengurangi rasa kurang enak bagi pasien sehingga ia dapat makan, minum dan berbicara secara normal. Efeknya terlokalisir membuat teknik ini dapat digunakan sebagai suntikan diagnostic untuk mengedintifikasi sumber sakit.