MAKALAH TASAWUF AKHLAK
(Konsep Tasawuf Akhlaki, Objek Kajian Akhlak,
Norma Dasar & Tolak Ukur Akhlak, dan Karakter Akhlak Islami)
Untuk memenuhi materi kuliah Tasawuf Akhlak
Dosen Pengampu : M. Anang Firdaus, M.Pd.I
KELOMPOK I :
"Dinda Sari Nur Afifah "931304516 "
"Linda Dewi Rahayu "931306616 "
"Rany Silvia Pebrian "931307116 "
"Jurike Nofitasari "931308616 "
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS/JURUSAN SYARIAH
STAIN KEDIRI
KEDIRI
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Tasawuf Akhlaki 2
B. Objek Kajian Akhlak 2
C. Norma Dasar dan Tolak Ukur Akhlak 4
D. Karakter Akhlak Islami 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu
menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut
dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak,
moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap
perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan
perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga
banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada
perilaku yang kurang baik.
Tasawuf adalah salah satu cabang islam yang menekankan dimensi atau
aspek spritual dalam islam. Tasawuf sendiri lebih menekankan kehidupan
akhirat ketimbang kehidupan dunia yang sifatnya sementara. Dalam hal ini
norma dasar-dasar islam perlu diterapkan dan diterapkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembentukan karakter akhlak islami,
sehingga tercemin akhlak islami sehinggga tercemin akhlak mulia dan
dekat dengan Allah swt.
Dalam makalah ini, penulis makalah akan mencoba membahas tentang
konsep tentang tasawuf akhlaki, objek kajian akhlak, norma dasar & tolak
ukur akhlak dan karakter akhlak islami.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tasawuf akhlaki?
2. Apa saja objek kajian/ruang lingkup akhlak?
3. Apa norma dasar dan tolak ukur sebuah akhlak?
4. Sebutkan karakter akhlak islami?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Tasawuf Akhlaki
Perilaku manusia dalam islam diarahkan untuk mengisi kebaikan, baik
bagi sesama maupun pencipta. Karena itu, manusia diarahkan untuk menjadi
manusia yang mencapi kebersihan lahir dan batin. Maksudnya, yaitu
menjernihkan, menata, dan mengatur jiwa dengan sedemikian rupa sehingga
menjadi jiwa yang suci. Salah satu jalan menuju pencapaian jiwa yang
suci adalah melalui pendekatan zuhud dan kemudian lebih dikenal dengan
pendekatan tasawuf. Tasawuf adalah cabang keilmuan atau hasil kebudayaan
islam yang lahir setelah Rasulullah saw. wafat. Ketika beliau hidup,
istilah ini belum ada dan hanya sebutan sahabat bagi orang islam yang
hidup pada masa Rasulullah dan sesudah itu generasi islam disebut
tabi'in. Istilah tasawuf baru terdengar pada pertengahan abad II
Hijriyah, sedangkan menurut Nicholson dalam bukunya At-Tashawuf Al-Islam
wa Tarikhih, pada pertengahan abad III Hijriah.[1]
Pada dasarnya akhlak adalah aktualisasi ajaran islam secara
keseluruhan. Dalam kacamata akhlak tidaklah cukup iman seseorang dalam
bentuk pengakuan apalagi hanya dalam bentuk pengetahuan.
Yang kaffah adalah Iman, Ilmu dan Amal. Amal itulah yang dimaksud
akhlak.[2]
B. Objek Kajian Akhlak
Akhlak Islam itu sebenarnya adalah mencakup seluruh ajaran Islam.
Karena kata akhlak tersebut bermakna umum, maka untuk menunjuk akhlak
terkait dengan perbuatan-perbuatan spesifik-parsial tertentu, maka
digunakanlah istilah "adab" yang dapat diartikan sebagai etiquette. Adab
atau etiquette (etiket) tersebut merupakan suatu norma akhlak (baik-
buruk) yang melekat pada unit-unit tindakan atau perbuatan tertentu,
seperti perbuatan makan itu ada adab, menikah itu ada etiketnya, tidur
ada etiketnya. Demikian juga orang beribadah (sholat, zakat, haji dan
lain-lain) ada adab/etiketnya. Semua adab tersebut adalah tatakrama,
aturan atau norma-norma dari masing-masing unit perbuatan yang semuanya
sudah diatur oleh Islam, berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah rasul. [3]
Berdasarkan pada uraian pembahasan akhlak tersebut, maka menjadi
jelas bahwa matra (cakupan isi) akhlak Islam itu amat luas, bahkan dapat
berkembang terus berdasarkan hasil ijtihad akhlaki (mungkin ingin
meminjam istilah fikih, yaitu ijtihad hukum Islam/fikih) seiring dengan
dinamika perbuatan manusia itu sendiri. Akan tetapi, dalam kerangka
studi dan pengembangan matra dan dalam kerangka mengetahui objeknya,
maka akhlak dapat dikategorikan ke ruang lingkup dan juga matra akhlak,
terlebih dahulu harus ditegaskan bahwa secara aplikatif, akhlak adalah
berpusat pada manusia. Artinya, manusialah yang menjadi subjek akhlak.
Walaupun, pada sisi yang lain, manusia juga menjadi objek atau sasaran
akhlak tersebut. [4]
Dengan kata lain, sasaran perbuatan akhlak atau muara akhlak adalah
ruang lingkup pelaksanaan akhlak, yaitu tujuan dimanifestasikannya
perbuatan akhlak. Secara kategoris, ruang llingkup atau muara
pelaksanaan perbuatan akhlak Islam itu ada 4 (empat): (1) akhlak
terhadap Allah, (2) akhlak terhadap sesama manusia, (3) akhlak terhadap
diri sendiri, (4) akhlak terhadap lingkungan (alam binatang, tumbuhan,
dan benda-benda yang lain). Masing-masing dari lingkup akhlak tersebut
memiliki matra sendiri-sendiri yang mesti dicermati. Matra akhlak adalah
isi dari masing-masing lingkup akhlak yang berisi satuan-satuan
perbuatan akhlak. Sebagai contoh, lingkup akhlak terhadap Allah adalah
terdiri dari (matra) satuan-satuan etiket (tatakrama), dan disebut
sebagai adab beribadah (berinteraksi atau berkomunikasi pengabdian)
kepada Allah. Misalnya tatakrama beribadah, tata krama berdoa atau
bermunajat kepada Allah dan lain-lain. [5]
Sama halnya dengan ilmu akhlak, ilmu tasawuf juga membicarakan
persoalan perilaku manusia. Ilmu akhlak tidak membatasi dirinya pada
wilayah hubungan manusia dan Sang Pencipta saja, tetapi terkonsentrasi
pada pengupayaan pembentukan perilaku baik dan bajik dalam konteks
hubungan sesama manusia. Jadi, bahasanya meliputi diri pribadi, orang
lain dan masyarakat, serta Tuhan sebagai pemilik akhlak yang
sesungguhnya. Berbeda dengan itu, ilmu tasawuf bahasanya terkonsentrasi
pada bagaimana menciptakan hubungan yang sedekat-dekatnya pada Tuhan dan
alam semesta melalui pengalaman-pengalaman yang rutin dan terus-menerus
untuk menjaga dirinya dari segala perilaku yang tidak baik. Pembicaranya
lebih menyangkut hubungan manusia dengan pencipta saja, bahkan tidak
jarang mengabaikan hubungan individu dengan individu yang lain dan
masyarakat sesama manusia.[6]
C. Norma Dasar dan Tolak Ukur Akhlak
1. Norma Dasar/Dasar-dasar Akhlak Tasawuf
Tasawuf adalah aspek ruhani (esoteris) dalamm islam. Cara
mendekatinya pun harus dengan pendekatan ruhaniyah. Di antara unsur
ruhani yang terdapat pada diri manusia, yaitu ruh. Terkait hal ini,
dikatakan bahwa ada tiga unsur dalam diri manusia, yaitu ruh, akal,
dan jasad. Kemuliaan manusia dibanding makhluk lainnya adalah karena
manusia memiliki ruh ilahi. Ruh yang dinisbahkan kepada Allah swt
sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Hijr (15) : 29
2. (29). فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Artinya :
"Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud." Q.S. Al-Hijr [15] : 29.
عَنْ اَنَسٍ ابْنِ مَالِكٍ قَالَ النَّبِىُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا
مَا تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ.
Artinya:
"Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi SAW: telah ku tinggalkan
atas kamu sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang pada
keduanya maka tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan sunnah
RosulNya".
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا
يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ
مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ (الحديد : 16)
Artinya:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah
turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian berlalulah masa
yang panjang atas mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan
kebanyakan diantara mareka adalah orang-orang yang fasik" (Q.S. Al-
Hadida [57]:16). [7]
3. Tolak Ukur Akhlak
a. Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang,
yaitu usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela. Hal
Ini dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam
segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.
Yang dimaksud dengan takhalli itu sendiri ialah mengosongkan diri
dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi dengan
cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai hawa nafsu.
Takhalli (membersihkan diri dari sifat tercela) para sufi dipandang
penting karena semua sifat-sifat tercela merupakan dinding-dinding
tebal yang membatasi manusia dengan tuhannya. Oleh karena itu, untuk
dapat mendalami tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari
sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak terpuji untuk
dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
b. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan
tahalli ini dilakukan setelah jiwa dikosongkan dari akhlak-akhlak.
Ada beberapa cara untuk menghiasi diri kita untuk memdekatkan diri
pada Allah diantaranya: qona'ah, shabar, tawakkal hatinya, ridho,
syukur, masuk dalam kategori kriteria jiwa atau mental yang sehat.
c. Tajalli
Tajalli dapat dikatakan terungkapnya nur ghaib untuk hati.
Rasulullah Saw. bersabda: "ada saat-saat tiba karunia dari tuhanmu,
maka I siapkanlah dirimu untuk itu. Oleh karena itu, setiap calon
sufi mengadakan latihan jiwa, berusaha untuk membersihkan dirinya
dari sifat-1 sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat yang keji
ataupun dari hal-hal duniawi, lalu mengisinya dengan sifat-sifat
terpuji seperti: beribadah, zikir, menghindarkan diri dari hal-hal
yang dapat mengurangi kesucian diri dan seluruh jiwa (hati) semata-
mata hanya untuk memperoleh tajalli yaitu menerima pancaran ilahi".
Apabila Tuhan telah menembus hati hambanya dengan nurnya, maka
berlimpah ruahlah rahmat dan karunianya. Pada tingkatan ini, hati
hamba akan bercahaya terang-benderang, dadanya terbuka luas, dan
terangkat tabir rahasia alam malakut dengan karunia rahmat Tuhan
tersebut.[8]
D. Karakter Akhlak Islami
Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:
1. Melandaskan diri pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalam ajaran-
njarannya, cenderung memakai landasan Qur'ani dan Hadis sebagai
kerangka pendekatannya.
2. Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan
antara tasawuf (sebagai aspek batiniahnya) dengan fiqh (sebagai
aspek lahirnya).
3. Bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan manusia.
4. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan
pengobatan jiwa dengan cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan
tajalli).[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf adalah cabang keilmuan atau hasil kebudayaan islam yang lahir
setelah Rasulullah saw. wafat. Ketika beliau hidup, istilah ini belum
ada dan hanya sebutan sahabat bagi orang islam yang hidup pada masa
Rasulullah dan sesudah itu generasi islam disebut tabi'in.
Secara kategoris, ruang lingkup atau muara pelaksanaan perbuatan
akhlak Islam dan tasawuf itu ada 4 (empat): (1) akhlak terhadap Allah,
(2) akhlak terhadap sesama manusia, (3) akhlak terhadap diri sendiri,
(4) akhlak terhadap lingkungan.
Tolak ukur akhlak yang di bagi menjadi 3 tahap yaitu takhalli,
tahalli, dan tajalli. Adapun cirri-ciri tasawuf akhaki adalah
melandaskan diri pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, kesinambungan antara
hakikat dengan syariat, bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan
antartuhan dan manusia, lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan.
DAFTAR PUSTAKA
Amril, 2015. Akhlak Tasawuf : Merentas Jalan Menuju Akhlak Mulia. Bandung:
Refika Aditama.
Haris, Abd. 2007. Pengantar Etika Islam. Sidoarjo: Alafkar Press.
Nasution, Ahmad Bangun. Rayani Hanum Siregar. 2013. Akhlak Tasawuf :
Pengenalan, Pemahaman, dan Pendalamannya. Jakarta: Raja Grifindo
Persada
Rajab, Mansur Ali. 1961. Ta'ammulat fi falsafah al-Akhlaq. Kairo: Maktabah
al-Anjalu al-Misriyyah.
Syukur, M. Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tualeka, Hamzah. 2011. Akhlak Tasawuf. Surabaya : IAIN SA Press.
Umi Nurvitasari Al-Rimbany. Surgaditelapakibu.blogspot.co.id.
www.syahdotme1.files.wordpress.com/2012/03/akhlak-etika-moral-tasawuf-dan-
mahabbah.pdf.
-----------------------
[1] M. Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)
hlm. 3, 21 September 2016, 13.40 WIB
[2] https://syahdotme1.files.wordpress.com/2012/03/akhlak-etika-moral-
tasawuf-dan-mahabbah.pdf, 15 September 2016, 21.35 WIB
[3] Abd. Haris, Pengantar Etika Islam (Sidoarjo: Alafkar Press, 2007), hlm
83-84,21 September 2016, 19.30 WIB
[4] Mansur Ali Rajab, Ta'ammulat fi falsafah al-Akhlaq (Kairo: Maktabah al-
Anjalu al-Misriyyah, 1961), hlm 30-32, 21 September 2016, 19.35 WIB
[5] Amril,. Akhlak Tasawuf : Merentas Jalan Menuju Akhlak Mulia. (Bandung:
Refika Aditama, 2015), 20 September 2016, 13.00 WIB
[6] Hamzah Tualeka, Akhlak Tasawuf, (Surabaya : IAIN SA Press), 2011, 16
September 2016, 14.00 September 2016, 21.35 WIB
[7] Umi Nurvitasari Al-Rimbany, Surgaditelapakibu.blogspot.co.id, 20
September 2016, 19.45 WIB
[8] Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf : Pengenalan, Pemahaman, dan
Pendalamannya. (Jakarta: Raja Grifindo Persada 2013), 20 September 2016,
14.43 WIB
[9] Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf : Pengenalan, Pemahaman, dan
Pendalamannya. (Jakarta: Raja Grifindo Persada 2013), 20 September 2016,
14.43 WIB
-----------------------
ii
1
8
3
4
5
6
7
2
9