KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah analisis tentang kasus “pembunuhan berencana”. berencana”. Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah analisis ini. Serta saya ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan saya yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan laporan ini. Saya mohon maaf apabila dalam makalah ini sangat banyak kekurangan dan kesalahan, karena memang didunia tidak ada makhluk yang sempurna. Oleh karena itu, saya minta kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kesalahan dalam laporan ini.
Jakarta, 20 Desember 2014
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................
1
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................
3
Latar belakang.............................................................................................................................. 3 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 4 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................................................
5
Perilaku Sosial ............................................................................................................................. 5 Kajian Normatif ........................................................................................................................... 6 Kajian Empiris ............................................................................................................................. 6 Radical Criminology (kriminologi radikal) ................................................................................. 6 Sosialisasi ..................................................................................................................................... 7 BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................................................
8
Ringkasan ..................................................................................................................................... 8 Analisis ...................................................................................................................................... 10 BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................................
13
Kesimpulan ................................................................................................................................ 13 Saran .......................................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................
14
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Berbicara mengenai permasalahan hukum di Indonesia sangat menarik untuk dianalisis karena banyaknya hal yang janggal dalam penerannya baik itu berdasarkan keputusan Hakim maupun peraturan atau Undang-Undang yang sulit untuk dimengerti masyarakat awam. Selain itu perubahan hukum yang terjadi di Indonesia yang awalnya lebih cenderung menggunakan atau menerapkan hukum tradisional dan bentuknya tidak tertulis yang bersifat mengekang dimana dalam mengadili suatu permasalahan menggunakan cara adat istiadat yang berlaku, yang kemudian seiring berjalannya waktu hukum yang berlaku pun berubah dengan menggunakan suatu aturan yang tertulis yang sifatnya memulihkan. Dengan melihat kasus-kasus yang ada belakangan ini, tentunya hal ini menarik untuk melihatnya dengan menggunakan pandangan yang berbeda karena pada umumnya dalam penerapannya Hakim melalui penetapannya cenderung lebih mengutamakan apa yang tertulis dalam Undang-Undang dan tidak melihat dari sisi yang berbeda, dalam hal ini konteks yang dimaksud adalah melihatnya dari sudut pandang sosiologi. Jadi pada umumnya dalam suatu persidangan, Hakim akan memutuskan atau mengadili sang terdakwa hanya berdasarkan apa yang telah tertulis, padalah jika ditilik lebih dalam lagi dengan melihatnya dari kenyataan yang ada di lapangan dan juga berdasarkan faktor yang ada di masyarakat, mungkin akan membuat adanya perbedaan keputusan yang akan diambil oleh Hakim dalam berbagai pertimbangannya. Alasan-alasan yang diluar Undang-Undang atau yang tertulis tersebutlah yang membuat Hukum lebih menarik untuk dibahas dibandingkan jika hanya melihatnya atas apa yang telah tertulis saja. Hukum di Indonesia memang selalu disbanding-bandingkan dengan hukum yang ada di Negara lain, hal ini mungkin dikarenakan hukum yang diterapkan di Indonesia tidaklah terlalu tegas dibandingkan Negara lainnya yang apabila adanya suatu pelanggaran seperti perampokan atau bahkan pembunuhan, maka sang pelanggar tersebut 3
akan langsung dijatuhi hukuman yang sangat tegas dan mutlak. Dan hal ini hampir sangat berbeda jika melihat hukum di Indonesia yang banyak dikatakan oleh beberapa orang tidaklah tegas dalam mengadili suatu kejahatan dengan alasan bahwa Indonesia sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dengan memberikan berbagai keringanan kepada para pelaku tindak kriminal. Dan inilah yang membuat suatu kasus yang terjadi menjadi menarik untuk ditilik lebih dalam tentang suatu pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Hakim yang dengan alasan atau pertimbangan yang dapat dilihat dengan cara pandang sosiologis. Untuk itu, penulis dalam kesempatan ini akan membahas suatu kasus tentang pembunuhan yang dikatakan sebagai pembunuhan berencana dengan melihatnya dari perspektif sosiologis, yang tentunya hal ini akan m emperlihatkan bahwa apa yang diputuskan oleh Hakim tidak selalu mengacu pada apa yang tertulis begitu saja yang ada di dalam Undang-Undang, melainkan ada alasan lain dibalik keputusan yang dibuat oleh Hakim. B. Rumusan Masalah Kasus yang akan dibahas di bawah ini adalah mengenai kasus pembunuhan berencana atas dasar motif dendam. Untuk itu rumusan masalah yang akan dibahas berikut ini adalah: 1. Bagaimana keputusan Hakim dalam mengadili kasus pembunuhan berencana ini dalam putusan No: 115/Pid.B/2011/PN.Jkt.Sel? 2. Bagaimana kesadaran warga masyarakat setempat dalam melihat kasus yang terjadi tersebut?
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perilaku Sosial Dalam sosiologi, paradigma atau pandangan tentang perilaku sosial lebih melihat segala sesuatunya berdasarkan kenyataan sosial atau kenyataan yang ada di lapangan. Paradigma ini juga lebih menggunakan pendekatan yang objektif dibandingkan dengan pendekatan subjektif. “Menurut paradigma perilaku sosial, data empiris mengenai kenyataan sosial hanyalah perilaku-perilaku individu yang nyata. Penjelasan mengenai perilaku individu yang nyata, hanya mungkin dalam hubungan dengan rangsangan lingkungan tertentu, yang dapat diukur secara empiris.” (Yesmil Anwar dan Adang, 20 08:79). Paradigma perilaku sosial lebih memusatkan perhatiannya kepada (Yesmil Anwar dan Adang, 2008): Hubungan antara individu dengan lingkungannnya, yang terdiri atas bermacam-macam objek sosial dan non-sosial.Singkatnya, pokok persoalan dari perilaku sosial ini adalah tingkah laku individu, yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan, yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan tingkah laku dan perubahan lingkungan aktor.(h. 80).
Jadi dalam melihat suatu peristiwa, kita dapat menggunakan paradigma ini untuk melihat bagaimana individu bertindak atau melakukan suatu perbuatan dengan menilik lebih dalam apa yang menyebabkan seseorang atau individu tersebut dapat melakukan suatu tindakan tertentu, yang mana hal ini dapat dilihat berdasarkan pengaruhnya dari hubungan individu dengan lingkungan atau bisa juga individu dengan individu yang lainnya. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001 dalam Didin Budiman). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. (Didin Budiman, h. 1). Jadi perilaku seseorang dilakukan atas dasar apa yang telah ia rasakan sebelumnya atau ia dapatkan dari orang lain.
5
B. Kajian Normatif Kajian normatif lebih cenderung digunakan oleh orang-orang ilmu hukum, dimana hukum bagi mereka merupakan sebuah aturan baku yang semuanya diatur oleh hukum tersebut. “Kajian ini memandang hukum dalam wujudnya sebagai kaidah yang menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Kajian ini sifatnya preskriftif , menentukan apa yag salah dan apa yang benar.” (Yesmil Anwar dan Adang, 2008:83). Oleh karena itu, kajian normatif lebih terlihat sebagai law in the books atau melihat hukum hanya mengacu pada aturan apa saja yang terdapat dalam hukum yang tertulis (misalmya UndangUndang) dan tidak melihat hukum berdasarkan kenyataan apa yang terjadi di masyarakat. C. Kajian Empiris “Kajian ini memandang hukum sebagai kenyataan yang mencakup kenyataan sosial, kultur.” (Yesmil Anwar dan Adang, 2008:94). Kajian ini lebih bersifat deskriptif. Dalam hal ini jelas terlihat bahwa kajian ini bertentangan dengan kajian normatif yang hanya memakai acuan hukum yang ada di buku atau tertulis dan dalam prosesnya hanya mengedepankan logika saja, sedangkan kajian ini lebih melihat apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat dan melihatnya dari perilaku yang dilakukan oleh pelanggar hukum. Maka dari itu kajian ini biasa dikatakan sebagai law in action atau law in society yang melihat hukum berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat. D. Radical Criminology (kriminologi radikal) Sebuah kasus kejahatan dapat pula dilihat dengan menggunakan teori kriminologi radikal yang mana teori ini mencoba menjelaskan suatu tindak kejahatan lewat terminologi kondisi ekonomi, maksudnya adalah kejahatan atau suatu perbuatan kejahatan dilakukan atas alasan karena suatu permasalahan yang terkait dengan suatu kondisi ekonomi, dan kejahatan tersebut merupakan suatu bentuk ekspresi dari kon flik sosial (Koentjoro, 2012). Menurut Bonger dalam Koentjoro (2012), kejahatan adalah sebuah kenyataan sosial dan berdasarkan motivasinya dapat dibagi empat macam, yang salah satunya adalah kejahatan balas dendam, kejahatan ini adalah akibat dari kondisi yang diciptakan oleh sebuah sistem ekonomi yang mendorong terjadinya perselisihan dan kompetisi (h. 15-16). Jadi
6
kejahatan dengan motif balas dendam ini akan terjadi jika dalam suatu situasi atau kondisi perselisihan yang melibatkan individu dengan yang lain yang dikarenakan persoalan ekonomi. E. Sosialisasi Sosialisasi pada dasarnya merupakan suatu proses adaptasi di masyarakat yang melalui interaksi yang terjalin antar sesama anggota masyarakat dengan memahami suatu nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Dalam Damsar (2011) menjelaskan ada dua hal penting dalam suatu proses sosialisasi, yaitu satu, tentang proses, yaitu suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma dan perilaku esensial. Kedua, tentang tujuan, yaitu sesuatu yang diperlukan agar mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat (h. 66).
7
BAB III PEMBAHASAN
A. Ringkasan Pembunuhan berencana Dalam kasus ini dengan nomor: 115/Pid.B/2011/PN.Jkt.Sel, terdakwa atau pelaku dalam tindak pidana yang bernama Wahidin alias Wahid bin Lakoni (21 tahun) telah melakukan tindak pelanggaran hukum berupa pembunuhan berencana terhadap Samidi selaku korban. Adapun barang bukti dari kasus tersebut yaitu; satu bilah pisau dengan gagang kayu warna hitam dengan sarungnya, sepasang sarung tangan warna hitam, satu tas warna hitam yang semuanya itu dirampas untuk dimusnahkan, dan 1 kaos warna telur asin yang dikembalikan kepada saksi Saefudin. Masalah yang saat itu terjadi adalah karena hutang piutang yang melibatkan Samidi (korban/yang memiliki hutang) dan Wahidin (yang menagih hutang.Kronologi kasus ini sebagai berikut; Wahidin merupakan salah satu karyawan di Koperasi Citra Permata Mandiri yang mana bertugas untuk melakukan penagihan hutang kepada korban Samidi.Koperasi Citra Permata Mandiri sendiri merupakan perusahaan bank keliling yang menawarkan pinjaman dan pembayaran yang berupa cicilan lewat penagihan keliling yang dilakukan oleh karyawannya. Tempat kejadian perkara / TKP saat itu terjadi di Jalan Gandaria V Nomor : 16 RT.008/01 Kelurahan Kramat Pela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang mana merupakan bengkel tempat korban bekerja.
Kejadiannya terjadi pada hari Kamis pada
tanggal 18 November 2010 sekitar jam 11.00 WIB, yang pada saat itu Wahidin datang menemui korban untuk menagih cicilan hutang yang sebesar Rp. 50.000,-. Namun, sebelum pelaku atau Wahidin datang menemui Samidi, ia pergi ke pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan untuk membeli sebilah pisau dengan gagang kayu berwarna hitam lengkap dengan sarungnya.
8
Tujuan Wahidin membeli sebilah pisau tersebut dengan maksud apabila korban atau Samidi kembali menolak untuk membayar hutang seperti saat sebelumnya, maka ia sudah berniat untuk mencelakai korban dan bahkan sampai membunuhnya. Alasan kenapa Wahidin berniat seperti itu karena berdasarkan pengakuan pelaku, pada saat beberapa hari sebelumnya Wahidin sudah pernah menagih cicilan hutang kepada Samidi, naum Samidi menolaknya dengan keras berupa menampar atau berbuat kasar kepada Wahidin.Atas alasan sakit hati, maka Wahidin pun berniat untuk mencelakai Samidi. Kemudian pada saat hari kejadian tersebut, Wahidin menagih hutang kepada Samidi namun masih tetap ditolak, dan setelah itu Wahidin mengajak Samidi untuk mengikutinya dengan mengatakan ingin menyelesaikan masalah tersebut secara baik-baik. Mereka berjalan beriringan dengan posisi pelaku / Wahidin ada di depan dan korban / Samidi ada tepat dibelakangnya. Tiba-tiba Wahidin mengeluarkan pisau yang baru dibelinya tersebut dari dalam tasnya yang berwarna hitam dan kemudian ia membalikkan badannya dan langsung memukul kepala Samidi dengan tangan kanannya yang sambil memegang pisau. Akibat dipukul, Samidi terjatuh dan pada saat ia terjatuh, Wahidin langsung menusukkan pisaunya ke arah dada sebelah kiri Samidi yang tepat dibagian jantung yang akhirnya membuat Samidi mengalami pendarahan. Saat kejadian tersebut, Dede selaku saksi yang sedang berada di depan rumah melihat kejadian tersebut yang kemudian ia berteriak minta tolong. Kemudian Hamza sekalu saksi dan juga sebagai Ibu RT setelah mendengan teriakan minta tolong, ia langsung keluar rumah dan berteriak maling, yang mengakibatkan sang pelaku langsung panik dan pergi meninggalkan korban. Saat pelaku lari karena diteriaki maling, pelaku membuang pisau yang sudah bengkok ke dalam selokan yang pada saat itu ada Nur Asiah yang tepat berada di depan rumah yang melihat pelaku membuang pisau tersebut yang kemudian segera diamankan. Pelaku berlari kearah masjid yang berada di Jl. Bacang tetapi pelaku berhasil ditangkap oleh Pak Asmil Saldi (suami dari Hamza) dan juga warga masyarakat yang selesai sholat Dzuhur di masjid tersebut. Dalam kasus tersebut ada juga saksi yang bernama AQ. Chandra Maulana yang menolong korban dengan membawanya ke UGD RS.Muhammadiyah. Dan ada juga Saefudin sebagai saksi juga dan sebagai anak dari korban yang mendengar ada kejadian tersebut, ia 9
langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ayahnya, dan karena keadaan ayahnya yang sudah kritis, tidak beberapa lama kemudian akhirnya nyawanya tidak dapat terselamatkan. Setelah itu Saefudin melaporkan pelaku ke Polsek Metro Kebayoran Baru guna mengusut kasus tersebut lebih lanjut. Saat di persidangan, terdakwa atau Wahidin terkena pasal 340 KUHP dalam dakwaan kesatu primair, karena ia telah menghilangkan atau merenggut nyawa seseorang dengan sengaja atau yang telah direncanakan. Atas kasus tersebut, penuntut menginginkan agar Majelis Hakim untuk mengadilinya dengan manjatuhkan hukuman dengan pidana penjara selama 17 tahun penjara.Setelah menimbang-menimbang, akhirnya Hakim memutuskan untuk menerima tuntutan tersebut namun dengan beberapa pertimbangan yang akhirnya terdakwa dijatuhkan hukuman penjara selama 12 tahun penjara. Pertimbangan Hakim dalam memutuskannya yaitu karena terdakwa dengan terus terang mengakui akan perbuatannya dan sadar akan kesalahannya dan mengaku menyesal, dan juga terdakwa belum pernah dihukum atau terlibat dalam kasus apapun sebelumnya dan masih berusia muda sehingga diharapkan masih dapat memperbaiki tingkah lakunya. B. Analisis Dalam kasus dengan nomor: 115/Pid.B/2011/PN.Jkt.Sel, didalamnya membahas mengenai bagaimana Wahidin selaku terdakwa harus menerima hukuman akibat membunuh Samidi karena yang diduga awalnya terjadi perselisihan yang akhirnya Wahidin memiliki rasa dendam terhadap Samidi. Wahidin dikenai pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana yang berbunyi: “Barang siapa yang dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.” Dalam pasal ini dijelaskan bahwa siapa pun yang dengan sadar dan dengan sengaja atau direncanakan untuk merenggut nyawa seseorang, maka hukuman yang pantas diterima oleh pelaku pembunuhan berencana adalah sesuai apa yang tertera dalam pasal tersebut yaitu dengan hukuman mati atau bisa juga dengan hukuman penjara. Berdasarkan pasal tersebut Wahidin memenuhi semua aspek yang dibutuhkan untuk dijadikan sebagai terdakwa karena
10
berdasarkan pengakuannya ia memang telah merencanakan untuk mencelakai dan bahkan membunuh Samidi sebelum ia datang untuk menagih hutang dari Samidi. Berdasarkan alasan yang diutarakan oleh Wahidin selaku terdakwa dalam kasus ini yang mengatakan bahwa ia sebelum menagih hutang kepada Samidi memang telah merencanakan untuk mencelakai dan ingin membunuh Samidi, jika Samidi kembali menolak untuk membayarnya, karena Wahidin secara pribadi memiliki dendam pribadi terhadap Samidi yang disebabkan oleh perselisihan yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Perselisihan tersebut berupa yang bisa dibilang sebagai kekerasan yang dilakukan oleh Samidi kepada Wahidin berupa tamparan yang akhirnya Wahidin memiliki dendam terhadap Samidi. Atas dasar alasan ini dapat dikaitkan dengan teori kriminologi radikal yang melihat suatu tindak kejahatan dilakukan atas dasar dendam akibat perselisihan yang terjadi antara Wahidin dan Samidi yang disebabkan masalah ekonomi yang dalam kasus ini adalah maslah hutang piutang. Wahidin melakukan perbuatan tersebut dapat dikatakan karena mengalami “gangguan” jiwa yang mengakibatkan dirinya sulit mengendalikan emosinya dan akhirnya menanamkan perasaan dendam kepada Samidi. Hal ini juga dapat dilihat berdasarkan teori perilaku sosial yang mengatakan bahwa perilaku seseorang atau tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan lingkungan sekitar termasuk dengan orang-orang yang ada disekelilingnya. Dalam kasus ini tindakan yang akan dilakukan oleh Wahidin sangat dipengaruhi oleh hubungannya yang terjadi dengan Samidi. Mereka berdua saling kenal, namun karena Samidi telah berbuat kasar terhadap Wahidin, hal inilah yang memperngaruhi Wahidin untuk bagaimana bertindak selanjutnya karena pengaruh yang ia terima. Untuk dari sisi warga masyarakat setempat, menunjukkan akan kepeduliannya terhadap sesama anggota masyarakatnya yang segera bertindak cepat saat melihat kejadian tersebut dan segera menyerahkan pelaku kepada polisi agar dapat diselesaikan lebih lanjut. Kemudian bila melihat dari sisi Samidi sendiri, berdasarkan pengakuan dari beberapa saksi yang diwawancarai dalam berita acara pemeriksaan oleh polri, menunjukkan bahwa Samidi merupakan orang kurang atau bahkan hampir tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga atau warga setempatnya, karena mereka (saksi) mengaku hanya mengenalnya kalau ia 11
(Samidi) merupakan warga yang bertempat tinggal di Jl. Gandaria V, selebihnya mereka tidak mengetahui bagaimana kepribadian yang dimiliki oleh Samidi. Dalam kehidupan sangatlah penting untuk dapat bersosialisasi agar dapat berperan aktif di masyarakat sehingga orang lain pun bisa mengenali dan mengetahui pribadi seseorang. Karena bahkan dalam pengakuan salah satu saksi tersebut mengatakan ia memang mengenalnya bahwa Samidi juga merupakan salah satu warga yang bertempat tinggal di daerahnya sudah dari 20 tahun yang lalu, namun ia tidak mengenal dekat bagaimana pribadi Samidi. Kemudian kembali kepada kasus tersebut, jika melihat apa keputusan yang dibuat oleh Hakim dapat dilihat apakah keputusan tersebut merupakan suatu yang bersifat normatif ataukah bersifat empiris. Maksudnya normatif adalah bahwa keputusan Hakim akan sangat bergantung pada apa yang telah tertulis di Undang-Undang, sedangkan empiris yang berarti keputusan Hakim sangat dipengaruhi oleh kenyataan yang ada di lapangan atau di masyarakat. Pada dasarnya setiap putusan yang diadili oleh Hakim tidak akan pernah lepas dari aturan yang tertulis dan berlaku seperti Undang-Undang, hanya saja yang membuatnya menarik untuk dilihat adalah pertimbangan apa atau alasan apa yang digunakan oleh Hakim dalam mengambil keputusan tersebut. Seperti misalnya dalam kasus ini yang mana Hakim mengadili terdakwa (Wahidin) dengan hukuman pidana penjara selama 12 tahun dengan alasan bahwa Wahidin dalam pemeriksaan dan persidangan telah berkata sejujurnya apa yang telah ia perbuat dan juga ia belum terjerat oleh kasus apapun sebelumnya dan karena usianya yang masih terbilang muda, maka diharapkan Wahidin dapat memperbaiki perbuatan dan sikapnya dengan merenunginya dalam penjara dalam waktu tersebut. Jika melihat pada pasal yang menyebutkan bahwa pelaku pembunuhan berencana akan dihukum mati atau penjara seumur hidup atau dalam waktu tertentu yang paling lama 20 tahun, putusan Hakim terbilang sangat besar pengurangan waktu tahanan untuk Wahidin, hal ini dikarenakan beberapa alasan yang telah disebutkan sebelumnya meskipun ia (Wahidin) telah menghilangkan nyawa orang lain.
12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan serta analisis mengenai kasus tersebut diatas, dapat saya simpulkan bahwa keduanya (Wahidin dan Samidi) sudah salah dalam bertindak, karena Samidi lah yang memulai perselisihan dengan berbuat kasar dan Wahidin juga yang akhirnya melakukan tindak kejahatan pembunuhan. Bagaimanapun motifnya, segala kekerasan dan bahkan melakukan pembunuhan atas dasar dendam sangat tidak dapat dibenarkan karena akan merugikan untuk diri sendiri. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa keduanya memang telah salah dalam mengambil tindakan yang berujung pembunuhan. Hukum memang harus ditegakkan atas kesalahan apa yang ia lakukan dan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Namun disamping itu, hal penting lainnya yaitu dengan mempertimbangkan hukuman yang akan diberikan mengingat beberapa hal yang mungkin dapat menjadi pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan. Hal ini juga bisa lebih dipandang kearah manusiawi karena mengambil keputusan tidak hanya berdasar apa yang tertulis namun ada hal lain diluar itu yang bisa menjadi pertimbangan-pertimbangan dengan melihat keadaan seseorang yang akan dijatuhi hukuman seperti yang terlihat dalam keputusan Hakim dalam kasus ini yang tidak memberikan hukuman mati, melainkan memberikan hukuman yang bersifat memulihkan dengan tujuan agar elaku dapat memperbaiki dirinya selama menjalani hukumannya. B. Saran Dalam penulisan makalah ini penulis sadar akan banyaknya kekurangan yang harus diperbaiki lagi agar kedepannya penulis dapat membuat sebuah tulisan yang lebih baik lagi. Untuk itu penulis sangat mengharapkan sebuah saran atau komentar atau bahkan kritik dari pembaca terhadap tulisan ini, tentunya kritik yang diberikan oleh pembaca akan membuat penulis dapat memperbaiki kekurangan yang ada. 13
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Yesmil dan Adang. 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Grasindo. Budiman, Didin. Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak Dalam Penjas PGSD. Diambil dari: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072001121DIDIN_BUDIMAN/psikologi_anak_dlm_penjas/PERILAKU_SOSIAL.pdf .
Diunduh
tanggal: 18 Desember 2014. Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Koentjoro. 2012. Kriminologi Dalam Perspektif Psikologi Sosial . Diambil dari: http://koentjoro psy.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Kriminologi-1.pdf .
Diunduh
tanggal:
18
Desember 2014.
14