PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sukardi Ikhsan,M.Si
Amir Mahmud, S.Pd., M.Si
NIP 130515747
NIP 132205936
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman. M.Si NIP 131967646
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sukardi Ikhsan,M.Si
Amir Mahmud, S.Pd., M.Si
NIP 130515747
NIP 132205936
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman. M.Si NIP 131967646
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal :
Penguji Skripsi,
Rediana Setyani, S.Pd., M.Si. NIP. 132320173
Anggota I
Anggota II
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si. NIP.130515747
Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. NIP.132205936
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si. NIP. 131658236
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan karena jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
Januari 2009
Agus Nur Ikhsan Kurniawan
NIM.3301404526
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto ;
“Didalam kehidupan terkadang Tuhan tidak memberikan apa yang kamu inginkan, akan tetapi sebenarnya Tuhan telah memberikan sesuatu kepadamu, dan begitu juga sebaliknya”. (Imam ibnu Atha’illah As Sakandary dalam kitab Al Hikam)
“Menunda amal perbuatan yang baik karena menanti-nanti kesempatan yang lebih baik merupakan tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa”. (Ibnu Atha’illah dalam Gubuk Maya Gus Mus)
“Tak ada rahasia untuk mencapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan”. (General Colin Power)
Persemb ahan ; Dengan tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah SWT, kupersembahkan karyaku ini dengan penuh cinta dan ketulusan untuk : •
Ibu bapakku tercinta, terima kasih atas cinta,
kasih
sayang,
do’a
dan
dukungannya. •
Adikku Dwi Maghfiroh makasih atas do’a dan semangatnya.
•
Dek Barid YNs terima kasih atas do’a, bantuan, duk ungan dan semangatnya.
•
Teman- teman pendidi kan akunt ansi 2004
v
•
Teman- teman kost Zona Ngapak
•
Almamaterku
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta Se-Kabupaten Kendal” Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik dan selesai tepat waktu tanpa adanya dukungan dan batuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada: 1. Prof. Drs. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi 3. Drs. Sukirman, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan surat ijin penelitian. 4. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi. 5. Amir Mahmud, S.Pd,. M.Si Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi. 6. Kepala BAPPEDA Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
vi
7. Kepala DIKPORA Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 8. Kepala SMK se-Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 9. Guru-guru di SMK se-Kabupaten Kendal yang telah bersedia membantu penulis dalam mengisi angket penelitian. 10. Ibu, bapak, adikku beserta keluarga besarku atas do’a dan dukungannya. 11. Dek Barid YNs atas do’a dan semangatnya. 12. Teman-temanku dikost Zona Ngapak beserta alumninya atas bantuan dan motivasinya. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi catatan amal baik, serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah yang Maha Pemurah. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Semarang,
Januari 2009
Penulis
vii
SARI PENELITIAN
Kurniawan, Agus Nur Ikhsan. , 2009. Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta Se-Kabupaten Kendal. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si., Pembimbing II: Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. Kata Kunci : Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta.
Formula agar sekolah dapat diberdayakan secara optimal, sekolah perlu diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk mengelola sekolah secara mandiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah merasa perlu untuk menerapkan manajemen berbasis sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, dan manajemen sarana prasarana di SMK negeri dan swasta se-Kabupaten Kendal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK negeri dan swasta seKabupaten Kendal yang berjumlah 17. Sampel penelitian berjumlah 4 SMK negeri dan 13 SMK swasta dengan teknik populasi sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, dan manajemen sarana prasarana. Metode pengumpulan data, dengan metode angket. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment, sedang uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Metode analisis data adalah analisis deskriptif kualitatif dengan kategorisasi skor tiap variabel. Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata SMK negeri pada komponen kepemimpinan kepala sekolah berkriteria sangat ideal, manajemen kurikulum sangat optimal, manajemen tenaga kependidikan sangat ideal, manajemen kesiswaan sangat tinggi, dan manajemen sarana prasarana optimal serta output berkriteria tinggi. Kemudian pada SMK swasta komponen kepemimpinan berkriteria sangat ideal, manajemen kurikulum sangat optimal, manajemen tenaga kependidikan ideal, manajemen kesiswaan sangat tinggi, manajemen sarana prasarana optimal, serta output berkriteria tinggi. Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa kinerja manajemen sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Kabupaten Kendal sudah optimal. Saran dalam penelitian ini masing-masing kepala sekolah baik SMK negeri maupun swasta hendaknya dapat mengoptimalkan kompetensi manajerialnya. Khusus pada SMK swasta ditambah lagi untuk dapat mengoptimalkan program supervisi. Pada aspek kurikulum hendaknya SMK swasta membuat kalender pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Pada aspek out put, hendaknya sekolah merencanakan dampak yang akan dialami oleh lulusannya. Pada perekrutan tenaga laborat dan pustakawan sebaiknya di cari orang yang memiliki keahlian dibidangnya. Pada aspek sarana prasarana, SMK
viii
negeri hendaknya meningkatkan usahanya dalam pengadaaan dan inventarisasi secara lengkap. Sedangkan untuk SMK swasta disarankan dalam pengadaan dan pemeliharaaan agar ditingkatkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
PERNYATAAN ...........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
SARI PENELITIAN ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
1.2 Rumusan Permasalahan ...............................................................
10
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................
11
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................
11
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
13
ix
2.1 .............................................................................................. Kinerj a ...................................................................................................
13
2.1.1 ..................................................................................... Penger tian Kinerja ......................................................................
13
2.2 .............................................................................................. Penger tian Manajemen dan Fungsi-fungsi Manajemen .........................
13
2.2.1 ..................................................................................... Penger tian Manajemen ...............................................................
13
2.2.2 ..................................................................................... Fungsi -fungsi Manajemen ..........................................................
14
2.3 .............................................................................................. Manaj emen Sekolah ...............................................................................
16
2.3.1 ..................................................................................... Penger tian Manajemen Sekolah ..................................................
16
2.3.2 ..................................................................................... Tujuan Manajemen Sekolah .........................................................
17
2.3.3 ..................................................................................... Fungsi -fungsi Manajemen Sekolah ............................................
18
2.3.4 ..................................................................................... Prinsip -prinsip Manajemen Sekolah ...........................................
21
2.3.5 ..................................................................................... Kepem impinan Kepala Sekolah ..................................................
x
22
2.3.6 ..................................................................................... Manaj emen Komponen-komponen Sekolah ..............................
26
2.4 .............................................................................................. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................................
42
2.4.1 ..................................................................................... Hasilhasil yang sudah diteliti ...................................................
42
2.4.2 ..................................................................................... Kajian Penelitian yang telah dilakukan .......................................
44
2.5 .............................................................................................. Kerang ka Berfikir ....................................................................................
46
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
53
3.1 .............................................................................................. Jenis Penelitian .....................................................................................
53
3.2 .............................................................................................. Popula si Penelitian ..................................................................................
53
3.3 .............................................................................................. Variab el Penelitian .................................................................................
54
3.4 .............................................................................................. Metod e Pengumpulan Data ....................................................................
58
3.4.1
58
Metode Angket ................................................................
3.5 .............................................................................................. Validit as dan Realibilitas ........................................................................
60
3.5.1
60
Validitas ...........................................................................
xi
3.5.2 Realibilitas .......................................................................
63
3.6 .............................................................................................. Metod e Analisis Data .............................................................................
64
3.6.1
Analisis Deskriptif Kualitatif ...........................................
64
3.6.1.1 Pengkategorian Skor ............................................
64
3.6.1.2 Penyusunan Tabel Kritria Manajemen Sekolah ...
67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
84
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................
84
4.1.1
Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian .........
84
4.1.2
Analisis Diskriptif Variabel dan Indikator Penelitian ......
85
4.2 Pembahasan ................................................................................. 4.2.1
112
Kinerja Manajemen SMK negeri dan swasta di Kabupaten Kendal ...........................................................
112
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................
122
5.1 Simpulan ......................................................................................
122
5.2 Saran ............................................................................................
124
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
126
LAMPIRAN .................................................................................................
128
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir ....................................................................... 52
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Kompetensi-kompetensi kepala sekolah ........................................................ 24 Kajian penelitian yang telah dilakukan .......................................................... 44 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 54 Variabel-variabel penelitian ........................................................................... 55 Jumlah angket yang disebar disekolah ............................................................ 59 Hasil uji coba validitas angket ....................................................................... 62 Distribusi skor manajemen sekolah ............................................................... 66 Kategori skor kepemimpinan kepala sekolah ................................................ 66 Kategori skor kurikulum ................................................................................ 66 Kategori skor tenaga kependidikan ................................................................. 66 Kategori skor manajemen kesiswaan ............................................................. 67 Kategori skor output ........................................................................................ 67 Kategori skor sarana prasarana ...................................................................... 67 Kepemimpinan kepala sekolah ....................................................................... 68 Kategori skor kompetensi kepribadian kepala sekolah ................................... 69 Kategori skor kompetensi manajerial kepala sekolah .................................... 69
xiv
Kategori skor kompetensi kewirausahaan kepala sekolah .............................. 70 Kategori skor kompetensi supervisi kepala sekolah ...................................... 70 Kategori skor kompetensi sosial kepala sekolah ............................................ 71 Manajemen Kurikulum .................................................................................. 71 Kategori skor KTSP ....................................................................................... 72 Kategori skor kalender pendidikan ................................................................ 73 Kategori skor program pembelajaran .............................................................. 73 Kategori skor penilaian hasil belajar ............................................................... 74 Kategori skor peraturan akademik .................................................................. 74 Manajemen tenaga kependidikan..................................................................... 75 Kategori skor wakil kepala sekolah ................................................................ 76 Kategori skor guru .......................................................................................... 76 Kategori skor konselor .................................................................................... 77 Kategori skor pustakawan .............................................................................. 77 Kategori skor laborat ...................................................................................... 78 Kategori skor tenaga administrasi ................................................................... 79 Manajemen kesiswaan .................................................................................... 79 Kategori skor input siswa ................................................................................ 80 Kategori skor proses pengajaran ..................................................................... 80 Kategori skor out put (kelulusan) ................................................................... 81 Manajemen sarana prasarana .......................................................................... 81 Kategori skor pengadaan sarana prasarana sekolah ....................................... 82 Kategori skor pemeliharaan sarana prasarana sekolah .................................... 82
xv
Kategori skor inventarisasi sarana prasarana sekolah .................................... 83 Deskripsi kepemimpinan kepala sekolah negeri ............................................. 86 Deskripsi kepemimpinan kepala sekolah swasta ............................................ 89 Deskripsi kurikulum sekolah negeri ............................................................... 92 Deskripsi kurikulum sekolah swasta ............................................................... 95 Deskripsi manajemen tenaga kependidikan sekolah negeri ............................ 97 Deskripsi manajemen tenaga kependidikan sekolah swasta ........................... 101 Deskripsi manajemen kesiswaan sekolah negeri ............................................ 104 Deskripsi output SMK Negeri ....................................................................... 105 Deskripsi manajemen kesiswaan sekolah swasta ............................................ 106 Deskripsi output SMK swasta ......................................................................... 107 Deskripsi manajemen sarana prasarana sekolah negeri .................................. 108 Deskripsi manajemen sarana prasarana sekolah swasta .................................. 110 Rekap hasil penelitian ..................................................................................... 111
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Instrumen Penelitian Lampiran B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran C. Cara Perhitungan Skor Setiap Variabel dan Sub Variabel Lampiran D. Hasil Penelitian Lampiran E. Surat Ijin Penelitian Lampiran F. Surat Rekomendasi dari BAPPEDA dan DIKPORA Kendal Lampiran G. Surat Keterangan Penelitian
xvii
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa yang bersangkutan untuk memandang dan menyikapi secara benar persoalan-persoalan yang dihadapi. Salah satu persoalan yang perlu kita pandang sangat penting adalah pendidikan. Pendidikan dalam kehidupan tidak bisa ditinggalkan dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Artinya bangsa yang selalu memandang penting dan perlunya sebuah pendidikan bagi manusia yang menghuni didalamnya, maka bangsa tersebut sudah menanamkan modal dari setengah tujuan dan cita-cita bangsa dalam lingkup nasional. Dalam perkembangannya, manusia ingin mencapai suatu kehidupan yang lebih baik. Untuk meningkatkan kehidupannya itu manusia akan selalu berusaha untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Usaha tersebut adalah sebuah fenomena nyata sebuah pendidikan yang sedang dijalankan oleh manusia. Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita nasional dalam dimensi pendidikan. Sesuai dengan tujuan negara sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945, pemerintah berkewajiban mencerdaskan
2
kehidupan bangsa, maka pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam undangundang. Dengan demikian tugas pemerintah begitu berat menyangkut pendidikan yang diemban didalamnya, karena mengandung unsur perbaikan moral, keimanan, ketakwaan dan akhlaq sehingga memerlukan substansi materi pendidikan yang cocok dan juga penggunaan sistem yang baik. Amanat yang berat ini, tentunya tidak bisa dilaksanakan oleh pemerintah pusat sendiri. Adanya otonomi daerah yang memungkinkan bagi masing-masing wilayah/daerah untuk mengembangkan identitas wilayahnya terutama pada dunia pendidikan, menciptakan keringanan tersendiri pada diri pemerintah pusat. Perbedaan model pendidikan diseluruh wilayah Indonesia, memberikan nilai positif tersendiri dimasing-masing daerah. Alasan yang tepat untuk menjelaskan hal diatas adalah, karena tanggungjawab dan peraturan yang dibuat guna mencerdaskan kehidupan bangsa adalah milik pemerintah daerah. Bisa dikatakan dalam otonomi daerah peranan dan kebijakan penting ada pada pemerintah daerah. Sehingga mutu sumber daya manusia yang ada didaerah akan semakin terjaga sesuai dengan kelebihan daerah tersebut dan akan meningkat seiring dengan semakin baiknya penanganan pendidikan khususnya dalam sekolah. Agar sekolah dapat diberdayakan secara optimal, sekolah perlu diberikan kepercayaan dan wewenang serta kesempatan untuk mengelola sendiri sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai pendidikan nasional dan desentralisasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini pemerintah merasa perlu untuk menerapkan dan
3
mengembangkan model manajemen yang disebut ”school based manajement” atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Menurut Morphi (2005) menyebutkan bahwa, salah satu indikator efisiensi manajemen pendidikan adalah terkelolanya sekolah secara optimal dalam situasi yang kondusif, seluruh komponen manajemen sekolah memiliki kinerja yang efektif, serta kepala sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan manajemen sekolah. Selanjutnya Helmi (2005) menjelaskan bahwa manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ditandai dengan adanya otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat
tanpa
mengabaikan
kebijaksanaan
nasional
dengan
harapan
kemandirian sekolah, partisipasi orang tua dan masyarakat, efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Secara realitas, sekolah terdiri atas sekolah yang maju, sedang dan tertinggal. Kemudian secara ekstrim dibagi atas sekolah negeri dan swasta, oleh sebab itu, sekolah perlu penanganan kegiatan manajemen sekolah yang spesifik sesuai kondisi obyektifnya. Sistem pendidikan disekolah dalam konsep manajemen sekolah menganut pola otonomi sekolah yang memiliki suatu landasan pada pemberdayaan seluruh potensi sekolah. Sekolah menggunakan perencanaan strategis yang lebih menjamin efektifitas dan efisiensi, serta kualitas manajemen sekolah untuk memenangkan persaingan mutu. Manajemen pendidikan dipandang merupakan hal yang primer bagi peningkatan mutu pendidikan. Tidak adanya manajemen pendidikan disuatu lembaga pendidikan, adalah simbol matinya sistem pendidikan. Dalam
4
perkembangannya istilah manajemen disamakan secara substansial dengan istilah administrasi. Perbedaan keduanya terletak pada ruang lingkupnya saja. Administrasi lebih luas ruang lingkupnya dibanding dengan manajemen. Keduanya menekankan pada tercapainya efisiensi dan efektifitas kerja sebagai implementasi tujuan organisasi. Pada hakikatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai yang sering disebut tujuan institusional (kelembagaan) baik tujuan institusional umum (visi) maupun institusional khusus (misi). Dalam melaksanakan tugas kelembagaan tersebut diperlukan adanya proses manajemen yang baik. Proses manajemen yang baik manakala didalamnya terdapat kegiatan manajerial yang operatif. Dapat dikatakan tujuan manajemen sekolah adalah membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara efektif dan efisien. Dasar dari model penerapan manajemen sekolah adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), karena sifat yang dimiliki oleh manajemen sekolah hanya berbasis pada lingkup pengaturan organisasi sekolah itu sendiri. Manajemen berbasis sekolah merupakan pelimpahan wewenang pada lapis sekolah untuk mengambil keputusan mengenai alokasi dan pemanfaatan sumbersumber berdasarkan akuntanbilitas yang berkaitan dengan sumber tersebut, (Yusufhadi, 2004:726). Tujuan manajemen sekolah adalah agar sekolah dapat : 1) meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber, 2) meningkatkan efektivitas sekolah melalui perbaikan mutu belajar dan pembelajaran, 3) lebih responsif
5
terhadap kebutuhan dan kondisi customer, 4) menambah kesempatan bagi siapa saja untuk mengikuti pendidikan, 5) memberikan kesempatan kepada masyarakat termasuk keluarga untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Meskipun sekolah diberikan wewenang khusus untuk mengatur dan mengelola pendidikan secara mandiri, namun perlu diingat sekolah tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Ada beberapa rambu-rambu legal yang harus diikuti oleh masing-masing sekolah. Salah satu rambu-rambu tersebut adalah tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat selaku poros utama dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, kemudian dirumuskan kembali oleh masing-masing daerah dengan tidak melenceng dari tujuan utama pendidikan nasional. Terakhir oleh setiap sekolah merumuskan lebih rinci tentang tujuan yang ingin dicapai dimasing-masing organisasi sekolah. Pada saat ini Kabupaten Kendal menjadi salah satu daerah untuk program percontohan SMK di wilayah Jawa Tengah. Dimana Sekolah Menengah Kejuruan akan dioptimalkan guna mengembangkan potensi yang ada diwilayah Kendal. Hal yang sangat menggembirakan bagi para sivitas akademika didaerah tersebut, lebih jauh lagi lulusan SMK akan langsung bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang mereka miliki. Namun demikian sedikitnya terdapat empat komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, hal ini untuk mengoptimalkan kualitas pendidikan diwilayah Kendal. Manajemen tersebut adalah manajemen kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, dan sarana prasarana (sarpras) pendidikan.
6
Komponen-komponen manajemen sekolah tersebut akan dikendalikan oleh pimpinan sekolah, dalam hal ini adalah peranan kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama bagi keberhasilan dalam setiap proses pendidikan yang ada disekolah. Kepala sekolah selain memimpin penyelenggaraan pendidikan disekolah juga berperan sebagai pendidik, manager, administrator, supervisor, pembaharu dan pembankit minat. (Suprihatin, 2004:79) Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Maret 2008 dalam pelaksanaan manajemen sekolah di SMK se-Kabupaten Kendal pada aspek kepemimpinan kepala sekolah teryata dalam kaitannya dengan MBS, kepala sekolah belum bisa secara optimal menjalankan fungsinya. Yaitu dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah. Menurut Pidarta dalam Suprihatin (2004:80) mengemukakan tiga macam ketrampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya, yaitu ketrampilan konseptual; ketrampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi, ketrampilan manusiawi; ketrampilan untuk bekerjasama, memotivasi, memimpin, serta ketrampilan teknik; ketrampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Lebiha lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama ketrampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
7
1.
Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan pegawai seklah lainnya;
2.
Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana;
3.
Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan;
4.
Memanfaatkan hasil penelitian orang lain;
5.
Berfikir untuk masa yang akan datang;
6.
Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan. Dari berbagai kegiatan-kegiatan diatas yang belum dilaksanakan secara
berkala oleh kepala SMK kendal adalah memanfaatkan hasil penelitian orang lain. Hal ini tentunya untuk menambah masukan pada kegiatan manajemen yang ada disekolah. Apabila seorang kepala sekolah belum bisa memanfaatkan temuan yang dihasilkan dari sebuah penelitian, khususnya terkait dengan manajemen sekolah, maka dapat diperkirakan bahwa sekolah yang dipimpin akan terlambat pemahamannya tentang manajemen sekolah. Hasil temuan pada manajemen kurikulum adalah dalam melaksanakan model kegiatan pembelajaran, guru belum mengacu pada Standar Proses. Padahal dalam Permendiknas 2007 manajemen kurikulum pada aspek program pembelajaran mengemukakan bahwa mutu pembelajaran disekolah dikembangkan dengan; 1) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses, 2) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis.
8
Temuan pada aspek manajemen tenaga kependidikan berupa tidak tepatnya pemberian tugas kepada tenaga kependidikan, yang dalam hal ini adalah tenaga laborat, pustakawan dan sebagian tenaga pendidik (guru mata pelajaran). Diungkapkan oleh Suprihatin (2004:42) agar para personel atau tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugasnya secara tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna, mereka perlu ditata berdasarkan prinsip ”The right man on the right
place”,
dengan
memperhatikan
latar
belakang
pendidikan,
ijazah/keahliannya, dan interes kerjanya. Sebaliknya, demi suksesnya penataan itu, dari pihak pimpinan sekolah hendaknya dapat menyediakan situasi dan kondisi kerja yang memadai, tenteram, aman serta nyaman sehingga para pegawai makin mencintai pekerjaannya, makin menekuni tugasnya, puas dengan hasil kerjanya, bangga dengan jabatannya, sehingga menimbulkan kepuasan lahir dan batin yang dapat senantiasa memotivasi peningkatan kariernya disertai loyalitas kerja yang tinggi. Pada SMK swasta tenaga kependidikan belum merasakan kondisi kerja yang tersebut diatas. Fakta ini menujukkan belum ada insentif kepada tenaga kependidikan di SMK swasta. Setidaknya ini juga disampaikan oleh Pak Said (salah seorang guru besar Universitas Kebangsaan Malaysia), bahwa sebetulnya yang sangat mempengaruhi kualitas guru adalah kondisi sosial guru. Berikut adalah unkapannya "Di Indonesia sebetulnya gurunya pintar-pintar jika dibandingkan dengan Malaysia, lalu kenapa pendidikan disana lebih maju pesat, karena kami saat mengajar dalam benak kami tidak punya pikiran aduh gimana
9
besok, sehingga kami benar-benar bekerja keras untuk pendidikan". (Artikel Info
Pendidikan, 18 Juni 2008) Dalam bidang manajemen kesiswaan baik SMK negeri maupun swasta mengalami kondisi yang sama, yaitu mereka masih disulitkan dengan pengelolaan dampak dari para lulusan (out put) yang mereka ciptakan. Hal ini terlihat para lulusan SMK masih sulit untuk mengaplikasikan ilmunya, baik itu dengan bekerja diperusahaan maupun berwirausaha. Penyelenggaraan pendidikan di SMK pada hakikatnya merupakan suatu proses sistem yang secara utuh meliputi, pelayanan kepada siswa sebagai masukan (in put), pelayanan proses pembelajaran dalam satuan waktu tertentu, dan pelayanan pada tamatan (out put). {Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992, Pasal 25 ayat (1)}. Pelayanan kepada tamatan yang dimaksud adalah pemasaran dan penelusuran tamatan. Untuk menjamin kelangsungan kegiatan pemasaran dan penelusuran tamatan secara berkesinambungan dan mencapai sasaran yang diharapkan, SMK menunjuk petugas khusus untuk menanganinya. Hal ini belum dilakukan secara menyeluruh pada SMK di Kab. Kendal, sehingga mengakibatkan para lulusan di SMK Kendal belum bisa terserap secara maksimal oleh lowongan pekerjaan yang ada. Pada manajemen sarpras, perlengkapan dan fasilitas sekolah sudah cukup lengkap dan mendukung sekolah, akan tetapi dilihat dari SMK negeri dan swasta, SMK negeri lebih lengkap dari pada SMK swasta yang meliputi ruang kelas, ruang laboratorium bahasa, laboratorium komputer, perpustakaan, ruang keterampilan, dan ruang serba guna. Sarana olah raga seperti lapangan voly,
10
lapangan sepak bola, tenis meja, lapangan basket. Sarana kebersihan meliputi tempat sampah, kamar mandi untuk guru dan siswa. Sarana penunjang lainya yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, dan ruang ibadah. Manajemen sarpras baik SMK negeri maupun swasta juga tidak mensosialisasikan seluruh program pengelolaan sarpras pendidikan kepada pendidik, tenaga pendidik, dan peserta didik. Hal ini seharusnya dilaksanakan oleh setiap sekolah, karena telah termaktub dalam Permendiknas tahun 2007. Maksud dari hal tersebut adalah supaya semua sivitas akademika turut bertanggung jawab agar sarpras yang ada terpelihara dengan baik. Melihat sangat pentingnya penerapan manajemen sekolah dalam aspek manajemen kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan dan sarana prasarana, seperti dalam praktiknya yang sudah ditemukan dilapangan, maka penyusunan skripsi hanya dibatasi pada hal tersebut. Berpijak dari latar belakang diatas, judul yang dapat dipetik adalah ”Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta se-Kabupaten Kendal”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagaimana kinerja kepemimpinan kepala sekolah di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal?
2.
Bagaimana kinerja manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta sekabupaten Kendal?
11
3.
Bagaimana kinerja manajemen tenaga kependidikan di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal?
4.
Bagaimana kinerja manajemen kesiswaan di SMK negeri dan swasta sekabupaten Kendal?
5.
Bagaimana kinerja manajemen sarana dan prasarana di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disajikan maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui kinerja kepemimpinan kepala sekolah di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal.
2.
Untuk mengetahui kinerja manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal.
3.
Untuk mengetahui kinerja manajemen tenaga kependidikan di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal.
4.
Untuk mengetahui kinerja manajemen kesiswaan di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal.
5.
Untuk mengetahui kinerja manajemen sarana dan prasarana di SMK negeri dan swasta se-kabupaten Kendal.
1.4
Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah: 1.4.1 Kegunaan teoritis:
12
a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat selama kuliah, sehingga terciptanya wacana ilmiah. b. Bagi para akademisi, dapat digunakan sebagai referensi dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan, khususnya tentang manajemen sekolah. 1.4.2 Kegunaan Praktis: a. Bagi
pihak
sekolah,
dapat
memberikan
masukan
dalam
usaha
meningkatkan mutu sekolah dengan mengimplementasikan manajemen sekolah yang efektif & efisien. b. Bagi praktisi pendidikan, yaitu seluruh personel sekolah, mahasiswa calon guru, ilmuan pendidikan dan masyarakat luas sebagai pemerhati pendidikan, diharapkan dapat terbantu memberi arah, dasar dan titik tolak penyelenggaraan pendidikan disekolah.
13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja Menurut Vroom dalam Asa’ad (2000:50) kinerja adalah tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang didalam melakukan tugas pekerjaanya, sehingga kegiatan yang lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja pegawai yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan atau peran dalam organisasi.
2.2
2.2.1
Pengertian Manajemen dan Fungsi-fungsi Manajemen
Pengertian Manajemen Definisi manajemen menurut Stoner dalam T. Hani Handoko (2003:8)
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menggunakan kata proses bukan seni yang berarti cara yang sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen diartikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatankegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Menurut Handoko (2003;12) manajemen bukan hanya merupakan ilmu atau seni, tetapi kombinasi dari keduanya. Kombinasi ini tidak dalam proporsi yang
14
tetap tetapi dalam proporsi yang bermacam-macam. Pada umumnya manajer yang efektif mempergunakan pendekatan yang ilmiah dalam pembuatan keputusan, apalagi dengan berkembangnya peralatan komputer. Dilain pihak dalam banyak aspek perencanaan, kepemimpinan, komunikasi, dan segala sesuatu yang menyangkut unsur manusia, bagaimanapun manajer harus menggunakan pendekatan artistik (seni). 2.2.2
Fungsi-fungsi Manajemen Fattah (2003:1) mengungkapkan, bahwa dalam proses manajemen terlibat
fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu perencanaan ( planning), pengorganisasian ( organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan ( controlling). Oleh karena itu manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi pengorganisasian meliputi fungsi, hubungan, dan struktur. Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan memepengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama. Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat
15
kaitannya
dengan
perencanaan,
karena
melalui
pengawasan
efektivitas
manajemen dapat diukur (Nanang, 2003:2). Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan. Bila fungsi perencanaan dan fungsi pengorganisasian lebih banyak menyangkut aspek-aspek abstrak proses manajemen, kegiatan pengarahan langsung menyangkut orang-orang dalam organisasi. Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi-fungsi pengawasan (controlling). Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai berikut: a. Penetapan standar pelaksanaan b. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan c. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar. Fungsi manajemen menurut Bafadal (2003:42) meliputi, perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan. Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses kerja sama sehingga tercipta
16
suatu sistem kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dilakukan berdasarkan tujuan dan program kerja sebagaimana dihasilkan dalam perencanaan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses memepengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan, dan menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap dan bertindak sesuai aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semua fungsi-fungsi manajemen ini harus dilaksanakan oleh manajer kapan saja dan dimana saja kelompok-kelompok diorganisasi, walaupun ada perbedaan tekanan untuk tipe organisasi, jabatan-jabatan fungsional, dan tingkatan manajemen yang berbeda. Akhirnya gagal atau suksesnya suatu organisasi sangat tergantung pada kemampuan manajer untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut secara efektif.
2.3
2.3.1
Manajemen Sekolah
Pengertian Manajemen Sekolah Menurut Suprihatin (2004:2), mengungkapkan pengertian manajemen
sekolah sebagai aplikasi ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Demikian pula istilah administrasi pendidikan, merupakan aplikasi ilmu administrasi kedalam bidang pendidikan. Penggunaan istilah administrasi dan manajemen dalam bidang persekolahan atau pendidikan secara substansial sebenarnya tidak ada perbedaan, keduanya dapat dipandang secara esensial dari tiga sudut pandang yakni sebagai ilmu, seni dan sebagai proses kegiatan. Pengertian manajemen sekolah menurut Sagala (2006:55) adalah proses pendayagunaan sumber daya sekolah melalui kegiatan fungsi-fungsi perencanaan,
17
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien dengan segala aspeknya dengan menggunakan semua potensi yang tersedia agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta produktifitas sekolah yang bermutu. 2.3.2
Tujuan Manajemen Sekolah Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan
sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai yang disebut tujuan institusional (kelembagaan) baik tujuan institusional umum maupun institusional khusus. Tujuan institusional umum mengacu pada jenjang dan jenis pendidikan, sedangkan tujuan institusional khusus disamping diwarnai oleh jenjang dan jenis pendidikan juga diwarnai oleh penyelenggara pendidikan itu sendiri (Suprihatin, 2004:4) Suatu tujuan institusional baik umum maupun khusus akan tercapai manakala ada suatu proses kegiatan dalam lembaga (organisasi sekolah). Dengan kata lain tujuan institusi dapat tercapai tergantung dari bagaimana lembaga tersebut
melakukan
tugas
kelembagaannya.
Dalam
melaksanakan
tugas
kelembagaan tersebut diperlukan adanya proses manajemen yang baik. Proses manajemen yang baik manakala didalamnya terdapat keemauan untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara efektif dan efisien. Kehadiran manajemen dalam proses persekolahan sebagai salah satu alat untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses kegiatan sekolah.
18
Manakala tujuan pada tiap jenjang dan jenis sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan telah tercapai dengan baik, maka diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik diperlukan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat. Secara lebih terinci tujuan khusus dilaksanakannya manajemen sekolah yang baik agar: pertama, pada tiap jenis dan jenjang pendidikan terjadi adanya efektivitas produksi. Para lulusannya dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan diatasnya, dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan keterampilannya. Kedua, tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, t idak terjadi pemborosan baik waktu, tenaga, maupun uang dan lainnya. Ketiga, lulusannya mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan dimasyarakat, dan keempat, terciptanya kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah. Untuk itu perlu dibangun suatu iklim organisasi sekolah yang sehat. 2.3.3
Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah Menurut Suprihatin (2004:5), fungsi manajemen sekolah dilihat dari wujud
problemanya terdiri dari bidang-bidang garapan dari manajemen sekolah. Problema-problema yang merupakan bidang garapan dari manajemen sekolah terdiri dari: a. Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum b. Bidang kesiswaan c. Bidang personalia d. Bidang keuangan e. Bidang sarana
19
f. Bidang prasarana, dan g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas) Fungsi manajemen sekolah menurut Sagala (2007:56-64) adalah sebagai berikut: a. Fungsi perencanaan Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi terciptanya stabilitas kegiatan belajar-mengajar disekolah. Sekolah harus membuat rencana jangka pendek pada tiap semester dan tahunan, karena kegiatannya selalu berubah. Perencanaan adalah proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Baghart dan Trull dalam Sagala (2007:56) mengemukakan ’ Educational planning is first of all a rational procces”
b. Fungsi pengorganisasian Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama sekolah. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian. Salah satu prinsip pengorganisasian terbaginya tugas-tugas
dalam
berbagai
unsur
organisasi,
dengan
kata
lain
pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan
20
tugas-tugas kedalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi secara proporsional. c. Fungsi penggerakan Menggerakkan menurut Terry dalam Sagala (2007:60) berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusiasdan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan personal sekolah melaksanakan program kerjanya. d. Fungsi pengkoordinasian Koordinasi dalam operasionalnya mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalu lintas informasi, dan pengawasan seefektif mungkin, semuanya harus seimbang dan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Organisasi yang baik menurut Sergiovanni dalam Sagala (2007:61) memberikan
susunan
administratif,
aturan-aturan,
mekanisme
pengkoordinasian yang dibutuhkan untuk memudahkan menjalankan aktivitas organisasi secara maksimal. e. Fungsi pengarahan Pengarahan dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan.
21
f. Fungsi pengawasan Pengendalian manajemen menurut Stoner (1982:257) ialah proses melalui manajer dapat memastikan bahwa aktivitas yang aktual sesuai dengan yang direncanakan, sedangkan proses pengawasan mencatat pengembangan ke arah tujuan
dan
memungkinkan
manajer
mendeteksi
penyimpangan
dari
perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat. Pengawasan dan pengendalian sekolah harus dilakukan oleh kepala sekolah, pengawasan layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan yang diberi wewenang untuk itu. Pengendalian dan pengawasan penggunaan anggaran dalam penyelenggaraanprogram sekolah harus ditentukan batas dari sumber-sumber anggaran sekolah yang dapat digunakan untuk menjalankan operasi sekolah. Kualitas layanan belajar biasanya akan diawasi melalui metode pengawasan kualitas menurut ilmu statistik dan ilmu pendidikan dalam hal pengukuran kemajuan belajar siswa dan juga kinerja sekolah secara keseluruhan. 2.3.4
Prinsip-prinsip Manajemen Sekolah Menurut Suprihatin (2004:7) dalam pengelolaan sekolah agar dapat
mencapai tujuan sekolah yang baik, maka perlu mendasarkan pada prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut: a. Prinsip efisiensi, yakni dengan penggunaan modal yang sedikit dapat menghasilkan hasil yang optimal. b. Prinsip efektivitas, yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan yang diharapkan
22
c. Prinsip pengelolaan, yakni seorang manajer harus melakukan pengelolaan sumber-sumber daya yang ada. d. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan, yakni seorang manajer harus mengutamakan tugas-tugas pokoknya. e. Prinsip kerja sama, yakni seorang manajer hendaknya dapat membangun kerja sama yang baik secara vertikal maupun secara horizontal. f. Prinsip kepemimpinan yang efektif, yakni bagaimana seorang manajer dapat memberi pengaruh, ajakan pada orang lain untuk pencapaian tujuan bersama. 2.3.5
Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Richard dalam Sagala (2007:19), kepemimpinan adalah salah satu
fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit dipahami, sedangkan menurut Joseph dalam Sagala (2007:19), kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab mengelola sekolah menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah sebagai” Human Resource Manager ” adalah individu yang biasanya menduduki jabatan yang memainkan peran sebagai adviser (staff khusus) tatkala bekerja dengan manajer lain terkait dengan urusan SDM. Kepala sekolah termasuk pemimpin akademik, adalah pemain alam yang berangkat dari masing-masing latar pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.
23
Karena itu kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki jiwa entrepreneurship, konsep kelembagaan, dan visioner. Setiap kepala sekolah membawa pengaruh besar terhadap pengajaran untuk kebaikan atau keburukan. Kepala sekolah memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai aspek lingkungan sekolah dan kinerjanya dalam memantau perjalanan kearah masa depan yang menjanjikan. Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola sekolah, menurut PERMENDIKNAS No.13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah, maka kepala sekolah harus memiliki beberapa kualifikasi
dan kompetensi kompetensi yang yang harus harus dipenuhi, dipenuhi, kualifikasi dan kompetensi kompetensi
tersebut adalah sebagai berikut: A. Kualifikasi 1.
Kualifikasi Umum a. Memilki kualitas akademik sarjana (SI) atau diploma empat (D IV) kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun. c. Memilki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga berwenang.
24
2.
Kualifikasi Khusus Kualifikasi
khusus
bagi
kepala
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah sebagai berikut: a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK. b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK. c. Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. B. Kompetensi Seorang kepala sekolah harus memiliki beberapa kompetensi yang terdiri dari kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial., kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Kompetensi-kompetensi Kompetensi-kompetensi Kepala Sekolah NO 1
DIMENSI KOMPETENSI Kepribadian
2
Manajerial
KOMPETENSI a. Berakhlak mulia, mengembangkan mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas sekolah b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah. f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan a. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan. b. Mengembangkan Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan c. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah
25
menuju organisasi pembelajar yang efektif e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal g. Mengelola sarana prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan pendayagunaan secara optimal. h. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah. i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan pengembangan kapasitas peserta didik. j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan tujuan pendidikan nasional. k. Mengelola keuangan sekolah sesuai prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. l. Mengelola ketata usahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah. m.Mengelola m.Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik disekolah. n. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen manajemen sekolah p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan merencanakan tindak lanjutnya. 3
Kewirausahaan
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah. b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya f ungsinya sebagai pemimpin sekolah. d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah. e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
26
4
Supervisi
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. c. Menindaklanjuti hasil observasi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
5
Sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Sumber : PERMENDIKNAS TAHUN 2007
2.3.6
Manajemen Komponen-komponen Sekolah Salah satu cara untuk mengembangkan manajemen sekolah adalah dengan
menggunakan pendekatan sistem, yang memberikan gambaran menyeluruh terhadap semua komponen serta lingkungan yang mempengaruhi sistem sekolah yang bersangkutan.
Menurut Mulyasa (2004:22), manajemen sekolah akan
melihat bagaimana manajemen substansi-substansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar, dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam manajemen sekolah adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Menurut Suprihatin (2004:5) bahwa fungsi manajemen sekolah dilihat dari wujud problemanya terdiri dari bidang-bidang garapan dari manajemen sekolah. Problema-problema yang merupakan bidang garapan dari manajemen sekolah terdiri dari: 1). Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum, 2). Bidang
27
personalia, 3). Bidang kesiswaan, 4). Bidang keuangan, 5). Bidang sarana, 6). Bidang prasarana, dan 7). Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas). 1) Manajemen Kurikulum Dalam program akademik yang bersifat umum, kurikulum sekolah sekarang sudah sedemikian inovatif sampai kejenjang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini tidak harus berarti bahwa seluruh materi pelajaran yang ditentukan dalam kurikulum tersebut harus diliput atau diajarkan. Yang lebih penting adalah bahwa siswa mampu menguasai kemampuan dasar (basic competencies) dari tiap mata pelajaran, yang mengarah pada pencapaian kualifikasi akademik. Ukuran keberhasilan pendidikan tidak semata-mata didasarkan pada keberhasilan lulusan dalam Ujian Nasional sehingga dapat diterima diperguruan
tinggi.
Terbentuknya
sikap
yang
positif
terhadap
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta terhadap lingkungan, merupakan indikator keberhasilan yang lebih penting. Kecuali itu atas penguasaan piranti (tools) atau metode untuk belajar lebih lanjut/sepanjang hayat juga merupakan indikator yang lebih penting dari pada hanya sekedar mampu menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal ujian. Kedua hal terakhir ini (mampu menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal) merupakan apa yang dilakukan oleh lembaga bimbingan belajar, dan bukanlah tugas dari lembaga pendidikan. Penguasaan atas tujuan belajar harus diusahakan tidak hanya pada jenjang yang rendah. Dalam ranah kognitif misalnya, penguasaan itu tidak cukup
pada
kemampuan
untuk
mengingat
dengan
menyebutkan,
28
mengidentifikasi, dan mengulang, melainkan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi seperti kemampuan menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam ranah afektif tujuan tidak hanya pada jenjang pengenalan dan pemberian respons, melainkan pada jenjang pengorganisasian dan pengamalan (Yusufhadi, 2004:732). Manajemen kurikulum mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Sekolah yang paling penting adalah merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi objektif lingkungan, perlu dikembangkan dan mendapat perhatian yang besar. Pengembangan kurikulum muatan lokal sperti diamanatkan dalam UUSPN [Pasal 50 Ayat (5)] merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Namun sekolah perlu memberikan masukan agar dimungkinkan adanya fleksebilitas dalam pelaksanaan kurikulum tersebut agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk orang tua siswa dan kemampuan sekolah. Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum nasional maupun muatan lokal yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler, dan instruksional. Menurut Mulyasa (2004:24) manajemen atau
29
administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien. Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dalam manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional kedalam program tahunan, caturwulan dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Manajemen kurikulum meliputi tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, peserta didik, dan seluruh sivitas akademika atau warga sekolah. 1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru meliputi a. Pembagian tugas guru yang dijabarkan dari struktur program pengajaran dan ketentuan tentang beban mengajar wajib bagi guru, beban tugas maksimum seorang guru 24 jam per minggu. b. Tugas guru dalam mengikuti jadwal pelajaran. Adapun jadwal tugas guru ada tiga yaitu 1) Jadwal pelajaran kurikuler dengan memperhatikan ketentuan akademik seperti keseimbangan berat ringan bobot pelajaran tiap hari, pengaturan mata pelajaran mana yang didahulukan/ ditengah/diakhir pelajaran, mata pelajaran bersifat praktikum/ PKL/PPL.
30
2) Jadwal pelajaran non kurikuler, disusun sesuai situasi dan kondisi individual atau kelompok peserta didik. 3) Jadwal pelajaran ekstra kurikuler disusun diluar jam pelajaran. Kurikuler
dan
program
kurikuler,
biasanya
bersifat
pengembangan ekspresi, hobi, bakat, minat serta prestasi seperti seni tari, musik, Pencinta Alam (PA), palang merah remaja, pramuka serta penunjang proses belajar mengajar lainya. c. Tugas guru dalam kegiatan proses belajar mengajar meliputi 1) Membuat persiapan atau perencanaan pengajaran 2) Melaksanakan pengajaran 3) Mengevaluasi hasil pengajaran 2. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik Tugas ini adalah tugas guru dalam membimbing siswa supaya dapat melaksanakan belajar dengan hasil yang maksimal. 3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademika. Kegiatan ini merupakan pedoman sinkronasi segala kegiatan sekolah, yang kurikuler, ekstra kurikuler, akademik atau non akademik, hari-hari kerja, hari-hari libur, karya wisata, hari-hari besar nasional atau agama. (Suprihatin, 2002 : 10-11) Berdasarkan PERMENDIKNAS Tahun 2007 peraturan di bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1) Sekolah atau madrasah menyusun KTSP
31
2) Penyusunan KTSP memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan, Standar isi, dan peraturan pelaksanaannya. 3) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, potensi atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. 4) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab atas KTSP. 5) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggungjawab atas pelaksanaan penyusunan KTSP 6) Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan penyusunan KTSP. 7) Dalam penyusunan sillabus, guru dapat bekerjasama dengan kelompok kerja guru, MGMP, LPMP atau perguruan tinggi. 8) Penyusunan KTSP dikoordinasi, disupervisi, dan difasilitasi oleh Dinas
Pendidikan
Provinsi
yang
bertanggungjawab
dibidang
pendidikan, sedangkan untuk penyusunan KTSP Pendidikan agama islam oleh kantor wilayah Departemen Agama Provinsi. b. Kalender pendidikan 1) Sekolah/madrasah menyusun kalender pendidikan yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur. 2) Penyusunan kalender akademik didasarkan pada standar isi, berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah selama satu tahun dan dirinci
32
secara semesteran, bulanan dan mingguan, serta diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah. 3) Sekolah menyusun jadwal penyusunan KTSP 4) Sekolah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada semester gasal, dan semester genap. c. Program pembelajaran 1) Sekolah/madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya. 2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan, standar isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan Standar Penilaian. 3) Mutu pembelajaran disekolah/madrasah dikembangkan dengan model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses, melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis, tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berfikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan dan memprediksi serta pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh guru 4) Setiap guru mempertanggungjawabkan terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
33
agar peserta didik mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan, mengolah informasi menjadi pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain, dan mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar. 5) Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah 6) Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran. 7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya. d. Penilaian hasil belajar peserta didik 1) Sekolah/madrasah menyusun program penilaian hasil belajar yang berkeadilan, bertanggungjawab dan berkesinambungan 2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada standar penilaian pendidikan. 3) Sekolah/madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh kelompok mata pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahan program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan, laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas atau kelulusan, dan dokumentasi 4) Seluruh program penilaian disosialisasikan kepada guru.
34
5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik. 6) Sekolah menetapkan prosedur yang mengatur transparasi sistem evaluasi hasil belajar. 7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang dinilai. 8) Sekolah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai penilaian hasil belajar. 9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan. 10) Seperangkatn metode penilaian yang sesuai dengan metode/strategi pembelajaran yang digunakan. 11) Sekolah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil belajar sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. 12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau 13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti bukti kesahihan, keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode penilaian. 14) Sekolah/madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta didik, komite sekolah, dan institusi diatasnya. e. Peraturan akademik 1) Sekolah menyusun dan menetapkan peraturan akademik. 2) Peraturan akademik berisi, persyaratan minimal kehadiran siswa, ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan kelulusan, ketentuan mengenai hak siswa, ketentuan mengenai
35
layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran, wali kelas dan konselor. 3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah.
2) Manajemen Tenaga Kependidikan Pengembangan kapabilitas dan tenaga merupakan aspek yang sangat penting dalam setiap usaha pembaharuan, meskipun disadari bahwa tenaga yang kapabel dan kompeten saja tidak akan cukup untuk dapat mencapai tujuan yang diharapakan. Keseluruhan organisasi perlu dikembangkan secara serentak. Tenaga yang perlu dikembangkan meliputi guru dan tenaga kependidikan lain, baik yang bertugas didalam sekolah dan berinteraksi langsung dengan siswa seperti guru, pustakawan, dan konselor maupun mereka yang bertugas diluar sekolah dan tidak berintraksi langsung dengan siswa-siswa seperti supervisor/pengawas, kepala sekolah, orang tua siswa, pengurus yayasan, dan pengelola program pendidikan di daerah (provinsi, kabupaten dan kota) dan di Pusat. Para pengelola ini berperan memfasilitasi dan membina pengembangan persekolahan secara keseluruhan. Pengembangan
tenaga
guru
merupakan
prioritas
pertama.
Pengembangan ini dengan mendidik kembali dan menatar guru yang telah ada sehingga berkelayakan, menambah guru baru yang sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan penugasan yang cocok dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Pengembangan tenaga dalam lingkup sekolah tidak hanya dilakukan oleh guru semata, melainkan tenaga kependidikan lain seperti
36
konselor, pustakawan dan kepala sekolah sendiri perlu deberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan profesionalismenya sesuai dengan tuntutan perkembangan IPTEK. Kepala sekolah selaku tampuk pimpinan tinggi yang ada dalam manjemen sekolah merupakan faktor sangat penting dalam pengambilan setiap kebijakan terkait dengan manajemen tenaga kependidikan. Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan, mengkaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar peilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi. Berdasarkan PERMENDIKNAS Tahun 2007, peraturan di bidang tenaga kependidikan adalah: a. Sekolah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan b. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah. c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah.
37
d. Sekolah perlu mendukung upaya, promosi pendidik dan tenaga kependidikan
berdasarkan
asas
kamanfaatan,
kepatutan
dan
profesionalisme, pengembangan tenaga kependidikan yang diidentifikasi secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah, penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan fisik jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas, serta mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lainnya didasarkan pada analisis jabatan. e. Sekolah/ madrasah mendayagunakan kepala sekolah sebagai pengelola sekolah, wakil kepala sekolah sebagai pembantu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana sebagai pembantu dalam mengelola sarana prasarana, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sebagai pembantu dalam mengelola peserta didik, guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembelajaran, konselor memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik, instruktur memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik pada kegiatan pelatihan, tenaga perpustakaan melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan, tenaga laboratorium
membantu
laboratorium,
tenaga
administratif,
dan
guru
mengelola
administrasi
tenaga
kebersihan
kegiatan
praktikum
menyelenggarakan malaksanakan
memberikan layanan kebersihan lingkungan.
di
pelayanan
tugas
dalam
38
4) Manajemen Kesiswaan Peserta didik (kesiswaan) merupakan komponen utama setiap program pendidikan. Sesuai dengan ketentuan perundangan (UUSPN No. 20 Pasal 5 ayat 1), setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu penerimaan siswa baru harus tidak dibatasi pada kriteria keunggulan atau jenis kelamin dan suku tertentu, melainkan diterima dengan kriteria yang berlaku umum atau yang disepakati bersama dengan komite sekolah. Setiap siswa berhak untuk memperoleh perlakuan adil sesuai dengan karakteristik masing-masing. Mereka yang memiliki keunggulan tertentu diberikan kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, misalnya dengan program pengayaan. Sedangkan mereka yang mengalami hambatan, misalnya lambat dalam belajar, perlu mendapat bimbingan atau program remidial, sehingga mampu dicapai dengan standar minimum yang diharapkan. Para siswa perlu dipersiapkan sehingga mampu menguasai pengetahuan, mampu mengenal jati diri, mampu berkarya, dan mampu untuk hidup bersama dalam keselarasan dengan lingkungan. Pemilihan jurusan atau program pendidikan ketrampilan harus dilakukan sesuai dengan kemampuan serta bakat dan minat maing-masing siswa. Mereka yang tidak berminat untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, perlu diberi
kesempatan
untuk
mengembangkan
kemampuannya
atau
ketrampilannya hingga dapat bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat, baik untuk memasuki dunia kerja, maupun untuk berwirausaha.
39
Manajemen peserta didik merupakan hal yang penting untuk menjadi sebuah pemikiran utama dalam setiap manajemen sekolah. Pemikiran yang selalu
berevolusi
sehingga
menghasilkan
inovasi
guna
menunjang
perkembangan siswa diharapkan jangan pernah berhenti untuk menuju titik inovasi yang maksimal.
Menurut Soetjipto (2007:165) terdapat tiga kegiatan dalam manajemen kesiswaan, yaitu penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan penamatan program siswa di sekolah. Ketiga program tersebut yaitu: 1. Penerimaan siswa Penerimaan siswa adalah proses pencatatan dan layanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu. 2. Pembinaan siswa Pembinaan siswa adalah pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Pembinaan dilakukan dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajarnya. 3. Tamat belajar Apabila siswa telah menamatkan semua mata pelajaran atau telah menempuh kurikulum sekolah dengan memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat tanda tamat belajar. 5) Manajemen Sarana dan Prasarana Menurut Mulyasa (2004:49) sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sarana yang dikembangkan disekolah meliputi ruang kelas dengan perabotannya, laboratorium dengan kelengkapannya, perpustakaan dengan koleksi buku serta bahan belajar lain, ruang ketrampilan dengan peralatannya,
40
ruang perkantoran, gedung serbaguna, dan sarana penunjang lain, seperti mushola, kamar kecil dan lain-lain. Semua sarana diatas dapat didayagunakan secara optimal dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi program pembelajaran. Sarana ini harus diusahakan sebagai tempat yang menyenangkan dan menarik untuk belajar. Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, maka sarana dan prasarana sangat mutlak dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi dalam Bafadal (2003:2) mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam sarana pendidikan, yaitu ditinjau dari sudut habis tidaknya dipakai, bergerak tidaknya pada saat digunakan, dan hubungannya dengan peroses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar dan prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses balajar mengajar. Menurut
Bafadal
(2003:5)
secara
umum,
tujuan
manajemen
perlengkapan sekolah adalah memberikan layanan secara profesional di bidang saran prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan malalui sistem perencanaan dan
41
pengadaan yang hati-hati dan seksama, untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secar tepat dan efisien, dan untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah. Berdasarkan PERMENDIKNAS tahun 2007 mengatur bidang sarana prasarana sebagai berikut: a. Sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana prasarana. b. Program pengelolaan sarana prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam hal merencanakan, memenuhi, mendayagunakan, mengevaluasi, pemeliharaan, melengkapi, menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan serta pemeliharaan semua fasilitas fisik dan
peralatan
dengan
memeperhatikan
kesehatan
dan
keamanan
lingkungan. c. Seluruh
program
pengelolaan
sarana
dan
prasarana
pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik d. Pengelolaan sarana prasarana sekolah direncanakan secara sistematis dan dituangkan dalam rencana pokok yang meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya. e. Pengelolaan perpustakaan perlu menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan bahan pustaka lain, merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lain, membuka pelayanan
42
minimal enam jam sehari pada jam kerja, melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik internal maupun eksternal f.
Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
g. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan mengacu pada standar sarana dan prasarana.
2.4
Hasil Penelitian Terdahulu
2.4.1 Hasil-hasil yang sudah Diteliti Untuk mendukung pencapaian hasil secara maksimal dalam pelaksanaan MBS, berbagai program pendukung/pengiring hingga saat ini telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat, propinsi, maupuan kabupaten/kota, bekerjasama dengan komponen masyarakat (LSM). Beberapa program yang telah dilakukan antara: 1)
Program Advokasi dan Pendampingan MBS Tujuan program ini adalah meningkatkan pemahaman dan komitmen para penyelenggara pendidikan, mancakup unsur pimpinan dan pelaksana (pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru) terhadap pentingnya menerapkan program MBS dalam pengelolaan pendidikan (sekolah). Agar pemahaman dan komitmen para penyelenggara sekolah terhadap program MBS tetap tinggi dan terarah, maka dilakukan advokasi dan pendampingan. Hasil yang diperoleh adalah adanya pemahaman dan komitmen yang
43
meningkat dari para penyelenggara pendidikan terhadap pentingnya pelaksanaan MBS secara maksimal di sekolah. 2)
Program Pelatihan Peran Serta Masyarakat (PSM) Program ini bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder pendidikan dalam mendukung program-program sekolah, terutama berkaitan dengan pelaksanaan MBS. Implementasi program ini berupa: (a) pelatihan bagi pelaksana pendidikan, kelompok (tokoh/LSM) masyarakat, Komite Sekolah yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di lingkungannya;
(b)
mendorong
kelompok
masyarakat/LSM
untuk
menciptakan program-program kerjasama dengan lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikakan yang melaksanakan program MBS. Hasil-hasil yang dapat dicapai dalam program PSM ini antara lain: a) Meningkatnya pemahaman dan apresiasi penyelenggara pendidikan, kelompok masyarakat/LSM, Komite Sekolah, serta stakeholder terkait, terhadap substansi program MBS; b) Meningkatnya dukungan masyarakat/komite sekolah dalam pengelolaan sekolah melalui program MBS; c) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan, baik pada konteks lokal, regional maupun nasional. 3)
Program Pembelajaran Aktif, Kretaif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Program ini berkaitan langsung dengan pelaksanaan MBS, khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
44
Sebagai salah satu unsur manajemen sekolah yang didesentralisasikan, guru sejatinya
adalah
aset
utama
pendidikan.
Untuk
itu,
kinerja
dan
profesionalismenya harus selalu berkembang. Model PAKEM, pada dasarnya telah diakui keberadaannya oleh kalangan pendidik tingak pendidikan dasar. Dalam konteks MBS, model ini perlu diadopsi oleh guru-guru yang sekolahnya melaksanakan program MBS. Hasil yang diharapkan bagi guru-guru peserta pelatihan PAKEM adalah bahwa dirinya memiliki bekal kemampuan yang meningkat, serta berpeluang menerapkan dan mengembangkan pembelajaran secara kreatif khususnya merujuk kepada prinsip pembelajaran PAKEM. 2.4.2 Kajian Penelitian yang telah Dilakukan
No
1
2
Judul Daman (2001) Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MBS) di SLTP Kota Semarang
Tabel.2.2 PENELITIAN TERDAHULU Variabel Hasil Temuan
1. Aspek Keterbukaan Manajemen Sekolah 2. Kerjasama 3. Kemandirian 4. Ketercapaian sasaran dan dampak MBS Jasman Indarto (2002) Kontribusi 1.Manajemen Penerapan kepala MBS Terhadap sekolah Kualitas Penyelenggara 2.Proses Pendidikan pembelajaran Tingkat Dasar Di Jawa 3.Partisispasi Tengah masyarakat
Analisis
1.Secara umum MBS dilaksanakan dengan kategori baik. 2. Hasilnya mencapai 77,36%
Pada tahun 2001 prosentase ketercapaian mencapai angka 73%. Hasil ini belum maksimal karena terkendala masalah belum terbiasanya pengelola sekolah menerapkan MBS
1. Hasil 65,3% kategori cukup. 2. Hasil 90,3% kategori tinggi 3. Hasil
Pada tesis ini ditunjukkan cukup siginifikannya kontribusi MBS terhadap kualitas pengelola sekolah tingkat dasar. Artinya semakin baik pelaksanaan
45
88,9% kategori cukup
3
4
Andini Arsika Sari (2008) Analisis Kepemimpinan kinerja kepala sekolah, manajemen manajemen kurikulum, kurikulum, kependidikan manajemen (personalia), kependidikan kesiswaan, (personalia), sarana dan manajemen prasarana sarana dan sekolah di prasarana SMA se kabupaten Jepara Sri Yuliningtias Analisis Portofolio Kinerja Manajemen Kinerja Manajemen Madrasah Aliyah (MA) Negeri dan Swasta se-Kab. Rembang
(2008) Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kurikulum, Kependidikan, Kesiswaan, Keuangan, Hudungan Masyarakat, Layanan Khusus, Sarana dan Prasarana (Sarpras)
1. kepemimpina n kepsek sangat ideal 2. kurikulum dengan kriteria ideal 3. kependidikan dengan kriteria ideal 4. kesiswaan dengan kriteria cukup tinggi 5. keuangan berkriteria tinggi 6. Humas berkriteria ideal 7. Layanan khusus 8. Sarpras Berkriteria ideal Sumber: Studi Pustaka
MBS pada tiga aspek ini akan semakin baik juga kualitas penyelenggaraan pendidikan. 1. Kepemimpinan kepala sekolah sangat ideal 2. Manajemen kurikulum berkritria ideal 3. Kependidikan berkritria ideal 4. Kesiswaan berkriteria cukup tinggi 5. Manajemen sarana dan prasarana berkritria ideal 1. Kepemimpinan kepsek lemah pada kompetensi sosial 2. Kurikulum lemah pada program pengajaran 3. Kependidikan lemah pada tenaga laborat 4. Kesiswaan memiliki input yang rendah 5. Keuangan, MA negeri lebih tinggi dari pada MA swasta 6. Humas baik 7. Layanan khusus sudah baik terutama kesehatan 8. Sarpras lemah pada inventarisasi
46
Daman (2001) dalam penelitiannnya menyebutkan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan MBS antara lain di SLTP adalah pengelola sekolah belum terbiasa melaksanakan teori-teori MBS; dan budaya masyarakat baik guru, siswa, tata usaha, maupun orang tua murid belum banyak menyadari pentingnya pendidikan.
Rekomendasi dalam penelitian tersebut adalah perlu dilakukan
sosialisasi ke semua lapisan masyarakat tentang adanya MBS baik dari kalangan struktural maupun lapisan masyarakat dan perlu diperbanyak model-model pengembangan peningkatan mutu sekolah melalui pemberdayaan sumber-sumber belajar. Jasman Indarno (2002) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara manajemen kepala sekolah, proses pembelajaran, dan partisipasi masyarakat terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan Andini (2008) dalam penelitiannya mendeskripsikan bahwa kinerja manajmen sekolah di SMA se-Kabupaten Jepara sudah optimal kacuali manajemen kesiswaan. Merujuk pada penelitian terdahulu, kendati tidak menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan akan tetapi penelitian pada jenjang SMK, terlebih di KabupatenKendal belum pernah dilakukan. Oleh karenanya
penelitian ini
mencoba meneliti perihal tersebut.
2.5
Kerangka Berfikir
Usaha peningkatan Mutu Pendidikan Dasar yang ditandai dengan dikeluarkannya INPRES Nomor 5 Tahun 1994 tentang Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, telah banyak memperlihatkan hasil yang positif. Namun hasil itu banyak pula mengalami penurunan karena krisis ekonomi
47
yang diikuti oleh krisis multidimensional yang melanda dunia dan negara kita. Krisis tersebut secara umum telah mengganggu pelaksanaan sistem pemerintahan dan pembangunan bidang pendidikan. Untuk menata kembali sistem pemerintahan, telah dilakukan perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, bahkan telah direvisi melalui Undang-undang Nomor 32 tahun 2004. Perubahan sistem pemerintahan ini telah menggeser hak dan kewenangan penyelenggaraan pendidikan dari pusat ke lini terdepan pendidikan, yakni sekolah dan masyarakat. Implementasi penyelenggaraan pendidikan yang berbasis kepada sekolah dan masyarakat ini diwujudkan melalui penerapan konsep manajemen berbasis sekolah (School Based Management) dengan titik berat Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa model peningkatan mutu pendidikan sudah bukan merupakan upaya baru dan memang seharusnya menjadi komitmen semua pihak. Akhir-akhir ini, kita mencoba pendekatan model pembelajaran "joyful learning" atau yang lebih dikenal dengan model pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan). Dari berbagai pengalaman yang amat berharga tersebut, dapat disimpulkan bahwa apapun konsep yang diterapkan di sekolah akan sangat bergantung kepada sekolah dan seluruh stakeholder pendidikan yang ada di sekolah. Itulah sebabnya, maka kebijakan dan program yang sedang diluncurkan
48
harus dimulai melalui upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat sebagai pemilik dan ujung tombak pendidikan. Program "Bantuan Operasional untuk Manajemen Mutu (BOMM)" yang telah diluncurkan sejak tahun 1999 merupakan langkah maju untuk memberikan kepercayaan secara penuh kepada sekolah dan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. Program seperti ini sudah seharusnya ditindaklanjuti dan dikembangkan melalui program-program lainnya dengan menggunakan sumber dana dari pusat, propinsi maupun kabupaten/kota. Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah maupun pihak sekolah yang secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini karena dalam melaksanakan program-program tersebut diterapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan proses pelaporan dan umpan baliknya. Dengan kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsipprinsip demokratis, transparan, profesional dan akuntabel. Melalui pelaksanaan program ini para pengelola pendidikan di sekolah termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua pihak saling memberikan kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan melalui kegiatankegiatan yang disebutkan di atas, dikelola langsung oleh Komite Sekolah/Majelis Madrasah sebagai langkah awal aplikasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
49
Peningkatan mutu pendidikan melalui MBS ini berlandaskan pada asumsi bahwa sekolah akan meningkat mutunya jika kepala sekolah bersama guru, orang tua siswa dan masyarakat setempat diberi kewenangan yang cukup besar untuk mengelola
kegiatannya
sendiri.
Pengelolaan
ini
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan pembinaan, baik dalam hal keuangan maupun pembelajaran secara umum. Bukankah upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan akumulasi dari upaya peningkatan mutu pembelajaran di tingkat sekolah. Oleh karena itu sudah saatnya sekolah diberikan kewenangan bersama seluruh komponen masyarakat yang ada di sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, mengorganisir dan memberikan kontrol pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran di sekolah masing-masing. Untuk melaksanakan hal ini memang diperlukan perubahan yang sangat mendasar. Artinya manajemen sekolah yang diterapkan harus benar-benar dimulai dari awal dan harus dibantu dengan kesadaran bersama antar pelaku organisasi (sekolah) dalam menjalankan tugasnya. Dalam penelitian yang akan digali secara mendalam oleh penulis hanya akan diambil 4 (empat) aspek manajemen sekolah saja, selain manajemen dana dan manajemen dampak penulis beranggapan bahwa keempat manajemen tersebut adalah inti dari kinerja manajemen sekolah. Keempat aspek tersebut adalah : 1) Manajemen Kurikulum 2) Manajemen Tenaga Kependidikan 3) Manajemen Kesiswaan dan
50
4) Manajemen Sarana Prasarana Ada satu lagi yang perlu diteliti dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu kepimimpinan kepala sekolah. Hal ini dikarenakan kepala sekolah merupakan manajer dilingkup organisasi sekolah. Seorang kepala sekolah bersama warga sekolah lain, seperti orang tua dan masyarakat berhak menentukan arah pendidikan sekolahnya sendiri tanpa melenceng dari tujuan pendidikan nasional. Kepala sekolah sebagai pimpinan disekolah harus tahu dan mengenali apa yang dinilai tinggi oleh masyarakat dan memilih proporsi nilai apa yang akan diberikan. Pemimpin dituntut untuk menjadi pelayan bagi organisasi dan bawahan. Visi organisasi tidak hanya dimiliki oleh pemimpin, tetapi oleh seluruh anggota organisasi. Pelaksanaan fungsi pemimpin oleh seorang administrator atau manajer adalah mutlak, baik dibidang pemerintahan, sosial, maupun pendidikan. Menurut Yuliningtias (2008:72) Faktor-faktor penentu kinerja sekolah melaksanakan fungsi tugasnya secara maksimal indikatornya antara lain adalah: a. Manajemen kurikulum yang lugas dan fleksibel berpedoman pada standar nasional b. Proses belajar mengajar yang efektif menggunakan strategi yang tepat dengan mengedepankan fungsi pelayanan belajar yang berkualitas untuk memperoleh mutu yang terbaik. c. Lingkungan sekolah yang sehat terdiri dari lingkungan fisik dan kerja sama yang kondusif d. Sumber daya manusia dan sumber daya lain yang handal yaitu memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan mengacu pada profesionalisme e. Standardisasi pengajaran yang tinggi dan evaluasi hasil belajar yang terukur.
51
Seluruh personel sekolah harus memiliki cara-cara yang benar dalam berkarya atau bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sesuai dengan harapan mereka masing-masing dan sesuai pola dan tujuan sekolah. Mengingat pentingnya peran personal sekolah, manajemen harus mempunyai program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan sekaligus meningkatkan kualitas kinerja sekolah. Dengan kualitas kinerja yang tinggi diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan kemajuan sekolah khususnya mutu pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta di Kabupaten Kendal adalah lembaga pendidikan yang khusus ditugaskan untuk mencetak lulusan agar bisa langsung bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh para lulusannya. Untuk merealisasikan hal tersebut, harus ada kerja keras dari semua komponen pendidikan yang bersangkutan. Kerja keras yang diharapkan tidak terlepas dari prinsip efektif dan efisien. Prosedur yang paling cocok untuk memperoleh prinsip efektif adan efisien adalah dengan menerapkan manajemen sekolah pada setiap keberlangsungan pendidikan. Dalam mengaplikasikan manajemen sekolah, baik SMK Negeri dan Swasta di Kendal telah berupaya melaksanakan keempat aspek yang tersebut diatas. Fakta ini menunjukkan bahwa ada keseriusan dalam mengelola pendidikan di Kendal khususnya pada jenjang SMK. Dukungan lebih signifikan lagi adalah kepala sekolah selaku manajer utama dalam organisasi sekolah bekerja keras untuk kebehasilan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
52
Penelitian yang dilakukan penulis hanya sebatas melihat kinerja manajemen sekolah di SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Kendal. Sehingga pembahasan cendrung pada penilaian keunggulan dan kekurangan disetiap SMK Negeri dan Swasta. Bisa digambarkan secara menyeluruh penelitian yang akan dilaksanakan penulis adalah sebagai berikut : Manajemen Sekolah Negeri
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Manajemen Sekolah Swasta
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
2. Manajemen Kurikulum
2. Manajemen Kurikulum
3. Manajemen Tenaga
3. Manajemen Tenaga
Kependidikan
Kependidikan
4. Manajemen Kesiswaan
4. Manajemen Kesiswaan
5. Manajemen Sarana dan
5. Manajemen Sarana dan
Prasarana
Prasarana
OUT PUT
OUT PUT
DIDESKRIPSIKAN Gambar 1: Kerangka Berfikir
53
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif yang berbentuk deskriptif, dimana dalam memberikan penafsiran dan penjelasan dari hasil data yang diperoleh bersamaan dengan pengunpulan data. Data yang didapat biasanya hanya sekedar pernyataan-pernyataan yang berupa lembar tertulis semata. Namun demikian, bukan berarti penelitian kualitatif tidak boleh menggunakan angka-angka dalam pengumpulan datanya. Dengan kata lain, penelitian kualitatif bisa menggunakan angka seperti penelitian kuantitatif, akan tetapi model pengolahan data tersebut bersifat sederhana. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang sangat detail dalam proses pengolahan datanya.
3.2
Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2002:15), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2002:6). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK Negeri dan Swasta seKabupaten Kendal yang berjumlah 17, dengan rincian 4 SMK negeri dan 13 SMK swasta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, maka populasi penelitian juga merupakan sampel penelitian.
54
Berikut adalah nama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta se-Kabupaten Kendal yang dijadikan sampel penelitian : Tabel 3.01 Sampel Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
3.3
No Nama Sekolah SMK Negeri 1 Kendal Negeri SMK Negeri 2 Kendal Negeri SMK Negeri 3 Kendal Negeri SMK Negeri 4 Kendal Negeri SMK Muhammadiyah. 1 Weleri Swasta SMK Muhammadiyah. 2 Boja Swasta SMK Muhammadiyah. 3 Weleri Swasta SMK Muhammadiyah. 4 Sukorejo Swasta SMK Nahdhotul Ulama’ 01 Kendal Swasta SMK Nahdhotul Ulama’ 02 Rowosari Swasta SMK Nahdhotul Ulama’ 03 Kaliwungu Swasta SMK Nahdhotul Ulama’ 04 Patebon Swasta SMK Teknologi Nusantara Sukorejo Swasta SMK Bhakti Persada Patebon Swasta SMK Lentera Kendal Swasta SMK YPPM Boja Swasta SMK Darul Amanah Sukorejo Swasta Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kab. Kendal
Status
Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1999:425) populasi adalah semua keadaan, faktor, kondisi perlakukan atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penenlitian. Karena variabel sebagai objek penelitian, maka menurut Nazir (1999:149), variabel adalah konsep yang mempunyai macam-macam nilai. Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, dan manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
55
Tabel 3.02 Variabel-variabel penelitian
No 1.
2.
Aspek/Dimensi
Kepemimpinan Kepala Sekolah a. Kepribadian
Pengukuran
Skor
Kriteria
Integritas kepemimpinan
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
b. Manajerial
Kemampuan manajerial
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
c. Kewirausahaan
Jiwa wirausaha
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
d. Supervisi
Kemampuan supervisi
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
e. Sosial
Kepekaan sosial
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
Implementasi KTSP sesuai standart. (aturan PERMENDIKNAS tahun 2007)
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat optimal Optimal Cukup optimal Kurangoptimal Tidak optimal
Pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai dengan
5 4 3
a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai
Kurikulum a. Kurikulum KTSP
b. Kalender Pendidikan
56
3.
program yang tertera didalam kalender akademik
2 1
d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai
c. Program Pembelajaran
Kondisi pelaksanaan kegiatan pembelajaran
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat optimal Optimal Cukup optimal Kurang optimal Tidak optimal
d. Penilaian Hasil Belajar
Kondisi pelaksanaan sesuai standart ketuntasan belajar (nilai mata pelajaran masingmasing)
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
e. Peraturan Akademik Pelaksanaan sesuai peraturan yang telah disepakati warga sekolah
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
Kompetensi profesional dalam tugas dan tanggung jawabnya
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
b. Guru
Kondisi kesesuaian antara background pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
c. Konselor
Kondisi kesesuaian background pendidikan konselor dengan profesinya sebagai konselor
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
d. Pustakawan
Kesesuaian background pendidikan
5 4 3
a) Sangat sesuai b) Sesuai c) Cukup sesuai
Tenaga Kependidikan a. Wakil Kepala Sekolah
57
4.
5.
pustakawan dengan profesinya
2 1
d) Kurang sesuai e) Tidak sesuai
e. Laborat
Kondisi kesesuaian background pendidikan laborat dengan profesinya
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
f. Tenaga Administrasi
Kondisi kesesuaian background pendidikan tenaga administrasi dengan profesinya
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
Nilai siswa baru (NEM SLTP/sekolah sebelumnya)
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Kurang tinggi Tidak tinggi
b. Proses Pembelajaran
Kondisi kegiatan belajar mengajar serta kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum yang ada (KTSP)
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat optimal Optimal Cukup optimal Kurang optimal Tidak optimal
c. Output
Tingkat kelulusan, nilai dan tingkat diterimanya bekerja diperusahaan
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Kurang tinggi Tidak tinggi
Kesesuaian dengan kebutuhan sekolah
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat ideal Ideal Cukup ideal Kurang ideal Tidak ideal
Kondisi sarana prasarana sesuai dengan kondisi sekolah
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat optimal Optimal Cukup optimal Kurang optimal Tidak optimal
Kesiswaan a. Input
Sarana Prasarana a. Pengadaan
b. Pemeliharaan
58
c. Inventarisasi
3.4
Kegiatan inventarisasi sarana prasarana sekolah
5 4 3 2 1
a) b) c) d) e)
Sangat optimal Optimal Cukup optimal Kurang optimal Tidak optimal
Metode Pengumpulan Data
Penentuan metode pengumpulan data yang tepat sangat menentukan kebenaran ilmiah suatu penelitian. Selain itu, penentuan metode pengumpulan data yang tepat dan sesuai
dengan masalah yang diteliti akan membantu
memperlancar tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.4.1
Metode Angket Angket atau kuosioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2002:108). Menurut Ridwan (2002:25), angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Digunakannya metode ini dengan alasan bahwa : (a) data yang diperoleh nantinya akan benar-benar valid karena pihak yang mengisi angket bukan orang yang diteliti, sehingga tidak akan terjadi manipulasi data; (b) pihak yang diberi angket adalah orang yang terlibat langsung dan mengetahui pelaksanaan manajemen sekolah disekolahnya masing-masing; (c) hemat waktu, biaya, dan tenaga.
59
Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana responden tidak diberi kesempatan untuk memberi jawaban dengan kata-kata sendiri. Responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Respondn yang dijadikan sumber informasi adalah kepala sekolah dan guru di masing-masing sekolah, dengan asumsi bahwa pemberi respon atas angket yang disebar layak untuk dijadikan sumber informasi utama dalam penelitian. Pengambilan sampel responden dengan menggunakan rumus Slovin dengan standar error 5%. Berikut rumus Slovin yang digunakan dalam pengambilan sampel responden disetiap sekolah : n
:
N 1 + N.e2
Keterangan :
n
: Jumlah Responden
N
: Jumlah Responden dalam Sampel
e
: Standar Error
Husein Umar (2003:120) Hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin disetiap sekolah adalah sebagai berikut: Tabel 3.03 Jumlah Angket
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Sekolah
SMK Negeri 1 Kendal SMK Negeri 2 Kendal SMK Negeri 3 Kendal SMK Negeri 4 Kendal SMK Muh. 1 Weleri SMK Muh. 2 Boja SMK Muh. 3 Weleri SMK Muh. 4 Sukorejo SMK NU 01 Kendal
Status Negeri Negeri Negeri Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
JumlahJumlah Guru Sampel 74 62 89 73 51 40 60 46 30 26 58 51 52 46 34 31 49 44
Jumlah Angket 41 47 33 37 23 36 34 26 32
60
10 11 12 13 14 15 16 17
SMK NU 02 Rowosari SMK NU 03 Kaliwungu SMK NU 04 Patebon SMK Teknologi Nusantara SMK Bhakti Persada SMK Lentera Kendal SMK YPPM Boja SMK Darul Amanah
Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
32 40 25 17 27 5 45 20
30 36 23 16 25 4 40 19
24 28 20 14 21 3 31 16
Dalam menyusun angket ini, digunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial tertentu (Ali, 1993 : 5). Jadi dengan skala likert ini, peneliti ingin mengetahui sikap, pendapat, dan persepsi responden tentang pelaksanaan manajemen sekolah disekolahnya masing-masing. Untuk penskoran dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden, peneliti menentukan sebagai berikut: a. Skor 5 untuk jawaban sangat memenuhi b. Skor 4 untuk jawaban memenuhi c. Skor 3 untuk jawaban cukup memenuhi d. Skor 2 untuk jawaban tidak memenuhi e. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak memenuhi 3.5 Validitas dan Reliabilitas 3.5.1
Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2002:144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
61
rendahnya validitas suatu instrument adalah menunjukan sejauh mana data terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Berdasrkan pengujiannya validitas dibedakan menjadi dua yaitu validitas internal dan eksternal. Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas internal. Validitas internal adalah validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan keseluruhan (Arikunto, 2002:147) dengan kata lain sebuah instrument dikatakan validitas internal apabila setiap instrument mendukung misi instrument secara keseluruhan yaitu dapat mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis butir, yaitu dengan mengkorelasikan
tiap
butir
pertanyaan
dengan
skor
total,
kemudian
dikonsultasikan dengan tabel nilai r dengan taraf signifikasi 95%. Instrumen valid jika hasil korelasi skor tiap butir soal lebih besar dengan nilai tabel sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan produk momen dari pearson, sebagai berikut :
∑ XY −(∑ X )(∑ Y ) { N ∑ X − (∑ X ) }{ N ∑ Y − (∑ Y ) } N
r
xy
=
2
rxy N
2
2
2
= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y = Jumlah subyek
∑ x = Jumlah skor total item X ∑ y = Jumlah skor total item Y (Arikunto, 2002:146)
62
Untuk
menentukan
valid
tidaknya
instrumen
adalah
dengan
cara
mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai koefisien korelasi (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%. Berikut adalah tabel hasil uji coba validitas pada tiap butir pertanyaan dalam angket, dengan 41 responden. Tabel 3.04 Hasil Uji Coba Validitas Angket No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
r xy
r tabel
Kriteria
0,401 0,541
0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0,473 0,485 0,421 0,462 0,424 0,333 0,472 0,516 0,548 0,511 0,488 0,451 0,577 0,412 0,433 0,451 0,556 0,452 0,488 0,750 0,726 0,716 0,665 0,663 0,785 0,790 0,794 0,803 0,825 0,553 0,686
No item 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
r xy
r tabel
Kriteria
0,842 0,815
0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0,616 0,686 0,579 0,871 0,761 0,883 0,785 0,394 0,796 0,609 0,720 0,758 0,438 0,568 0,337 0,698 0,697 0,613 0,780 0,723 0,542 0,774 0,771 0,711 0,668 0,742 0,818 0,418 0,574 0,408 0,724
63
34 35 36 37 38 39 40 41 42
3.5.2
0,777 0,799 0,810 0,687 0,713 0,771 0,788 0,823 0,816
0,767 0,308 Valid 76 0,620 0,308 Valid 77 0,805 0,308 Valid 78 0,737 0,308 Valid 79 0,698 0,308 Valid 80 0,731 0,308 Valid 81 0,821 0,308 Valid 82 0,741 0,308 Valid 83 0,674 0,308 Valid 84 Sumber : Olahan Data Penelitian
0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur (Nazir Moh, 1999:162). Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliabel dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam penelitian ini untuk mencari reabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha, karena instrumen ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan dari 1 samai 5. rumus Alpha adalah sebagai berikut :
r11
2 σ b ⎞ ⎛ k ⎞⎛ ∑ ⎜ ⎟ ⎜⎜ ⎟⎟⎜1 − 2 ⎟ (k − 1) ⎠⎝ σ t ⎠ = ⎝
rxy
= Reliabilitas instrument
K
= Banyaknya butir pertanyaan
∑
t 2
σ
b
σ
2
= Jumlah varians
= Varians total
64
Kemudian menentukan reliabel tidaknya instrumen dilakukan dengan cara mengkonsultasika dengan r tabel. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengambil data dalam penelitian.
3.6 Metode Analisis Data 3.6.1
Analisis Deskriptif Kualitatif
Menurut Santoso dalam Novia (2008:26) Analisis Deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data statistik yang diperoleh dari hasil sensus, survei, atau pengamatan lainnya. Umumnya masih acak, ‘mentah’ dan tidak terorganisir dengan baik (raw data). Dalam penelitian ini, data yang didapat berasal dari skor angket. Data-data tersebut kemudian diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk table dan pengkategorian skor, hal ini dilakukan sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan. Kemudian
dalam
proses
penggunaan
analisis
ini
ditujukan
untuk
memperkaya pemahaman tentang variabel-variabel penelitian, pemahaman terhadap variabel akan lebih dapat dilakukan sehingga analisa akan lebih mendalam pada inti permasalahan sehingga ditemukan solusi yang tepat. Maka dalam analisis tersebut dipilihlah program Microsoft Office Excel 2007 untuk menghitung data kuantitatif dari angket. 3.6.1.1 Pengkategorian Skor Skor mentah yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor item-item dalam skala itu. Untuk memberikan makna yang memiliki nilai
65
diagnostik skor mentah perlu diderivasi dan diacukan pada suatu norma kategorisasi (Azwar, 2007:107) Untuk mengkategorisasikan subjek pada penelitian ini dengan menggunakan kategori jenjang. Tujuan kategori ini adalah menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Banyaknya jenjang kategori diagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang dan tidak kurang dari tiga jenjang (Azwar, 2007:107). Kategori ini bersifat relatif, sehingga kategorisasi indikator-indikator dalam penelitian ini, dibuat berbeda berdasarkan standar yang terdapat pada masingmasing indikator. Adapun syarat untuk kategorisasi sebagai berikut: a
( x ≤ μ -1.5σ)
Sangat rendah
b
( μ -1.5σ < x ≤ μ -0.5σ)
Rendah
c
( μ -0.5σ < x ≤ μ + 0.5σ)
Sedang
d
( μ + 0.5σ < x ≤ μ + 1.5σ)
Tinggi
e
( μ + 1.5σ < x)
Sangat tinggi
Dalam penyajiannya, hasil analisis ini didasarkan pada distribusi frekuensi yang memberikan gambaran mengenai distribusi subjek menurut kategori-kategori nilai variabel. Untuk mengetahuinya didasarkan pada nilai atau skor yang telah ditetapkan untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam angket. Penyusunan tabel kriteria manajemen sekolah, adalah sebagai berikut:
66
Tabel. 3.05 Distribusi Skor Manajemen Sekolah 1 2 3 4 5. 6.
No
Variabel Skor Skor Tertinggi Terendah Kepemimpinan kepala sekolah 105 21 Kurikulum 100 20 Ketenaga kependidikan 100 20 Kesiswaan 50 10 Output 15 3 Sarana prasarana 50 10 Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik Tabel
Ratarata 63 60 60 30 9 30
Standar Deviasi 14 13.33 13.33 6.67 2 6.67
kategori skor masing-masing variabel secara keseluruhan adalah
sebagai berikut: Tabel 3.06 Kategori Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah Skor Kriteria Sangat ideal 84
67
Tabel 3.09 Kategori Skor Manajemen Kesiswaan Skor Kriteria Sangat tinggi 40.005
3.6.1.2 Penyusunan Tabel Kriteria Manajemen Sekolah dengan Masing-masing Indikatornya a) Variabel kepemimpinan kepala sekolah Data kepemimpinan kepala sekolah didapat dari data angket penelitian. Kriteria penilaian kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan nilai maksimum sebesar 105 (jika kepala sekolah memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi
68
sosial yang ideal dan menggunakannya secara optimal dan relevan), dan nilai terendah 21 (jika kepala sekolah tidak memiliki kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah serta tidak menggunakannya secara optimal). Sedangkan untuk penyusunan tabel kriteria masing-masing indikator adalah sebagai berikut: Tabel 3.12 Kepemimpinan Kepala Sekolah Indikator Kepribadian
Statistik Hipotetik Skor Tertinggi 25 Skor Terendah 5 Rata-Rata 15 Standar Deviasi 3.33 Manajerial Skor Tertinggi 35 Skor Terendah 7 Rata-Rata 21 Standar Deviasi 6.33 Kewirausahaan Skor Tertinggi 15 Skor Terendah 3 Rata-Rata 9 Standar Deviasi 2 Supervisi Skor Tertinggi 15 Skor Terendah 3 Rata-Rata 9 Standar Deviasi 2 Sosial Skor Tertinggi 15 Skor Terendah 3 Rata-Rata 9 Standar Deviasi 2 Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik 1.
Kompetensi Kepribadian Data kompetensi kepribadian kepala sekolah didapat dari data angket
penelitian. Kriteria penilaian kompetensi kepribadian kepala sekolah yaitu dengan nilai maksimum sebesar 25 (jika kepala sekolah memiliki akhlak mulia, memilki integritas kepemimpinan, memiliki sikap terbuka dan bisa mengendalikan diri),
69
dan nilai terendah 5 (jika kepala sekolah tidak memilki aspek kompetensi kepribadian yang ideal. Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi kepribadian: Tabel 3.13 Kategori Skor Kompetensi Kepribadian Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria 19.995
1 2 3 4 5
2.
Kompetensi Manajerial Data tentang kompetensi manajerial dengan nilai maksimum 35 (jika kepala
sekolah melaksanakan aspek-aspek manajerial dengan optimal) dan dengan nilai minimal 7 (jika tidak dapat melaksanakan dari aspek-aspek manajerial secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi manajerial: Tabel 3.14 Kategori Skor Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah 1 2 3 4 5
3.
No Interval Skor Kriteria 30.495
Kompetensi Kewirausahaan Data tentang kompetensi kewirausahaan dengan nilai maksimum 15 (jika
kepala sekolah memiliki jiwa kewirausahaan dan menggunakannya secara optimal
70
dalam mengembangkan sekolah yang dipimpinnya) dan dengan nilai minimal 3 (jika
kepala
sekolah
tidak
memiliki
jiwa
kewirausahaan
dan
tidak
melaksanakannya secara optimal ). Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi kewirausahaan: Tabel 3.15 Kategori Skor Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
No
1 2 3 4 5
4.
Interval Skor Kriteria 12
Kompetensi Supervisi Data tentang kompetensi supervisi dengan nilai maksimum 15 (jika kepala
sekolah memiliki program supervisi, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil supervisi) dan dengan nilai minimal 3 (jika kepala sekolah tidak memiliki program supervisi). Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi supervisi: Tabel 3.16 Kategori Skor Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
No
1 2 3 4 5
5.
Interval Skor Kriteria 12
Kompetensi Sosial Data tentang kompetensi sosial dengan nilai maksimum 15 (jika kepala
sekolah memiliki aspek sosial yang baik, serta menggunakannya secara optimal)
71
dan dengan nilai minimal 3 (jika kepala sekolah tidak memiliki dan tidak menggunakan aspek sosial secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi sosial : Tabel 3.17 Kategori Skor Kompetensi Sosial Kepala Sekolah
No
1 2 3 4 5
Interval Skor Kriteria 12
b) Manajemen Kurikulum Data tentang kurikulum dan program pengajaran dengan nilai maksimum 100 (jika sekolah melaksanakan KTSP secara optimal, memiliki kalender pendidikan dan dijalankan sesuai dengan apa yang tertera dikalender pendidikan, memiliki program pembelajaran, memiliki pedoman penilaian hasil belajar dan memiliki peraturan akademik, serta peraturan tersebut ditaati oleh seluruh warga sekolah) dan dengan nilai minimal 20 (jika
tidak bisa melaksanakan dari
komponen manajemen kurikulum dan program pengajaran secara optimal). Tabel 3.20 Manajemen Kurikulum Indikator
Statistik
Hipotetik
KTSP
Skor Tertinggi
25
Skor Terendah
5
Rata-Rata
15
Standar Deviasi
3.33
Kalender
Skor Tertinggi
10
Pendidikan
Skor Terendah
2
Rata-Rata
6
Standar Deviasi
1.33
72
Program
Skor Tertinggi
30
Pembelajaran
Skor Terendah
6
Rata-Rata
18
Standar Deviasi
4
Penilaian
Skor Tertinggi
20
Hasil Belajar
Skor Terendah
4
Rata-Rata
12
Standar Deviasi
2.67
Peraturan
Skor Tertinggi
15
Akademik
Skor Terendah
3
Rata-Rata
9
Standar Deviasi
2
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik 1.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Data tentang KTSP dengan nilai maksimum 25 (jika sekolah menggunakan
dan melaksanakan KTSP sesuai dengan peraturan Permendiknas) dan dengan nilai minimal 5 (jika sekolah melaksanakan KTSP tidak sesuai dengan peraturan Permendiknas). Berikut disajikan tabel kriteria skor KTSP: Tabel 3.19 Kategori Skor KTSP 1 2 3 4 5
2.
No Interval Skor Kriteria 19.995
Kalender Pendidikan Data tentang kalender pendidikan dengan nilai maksimum 10 (jika sekolah
memiliki kalender pendidikan dan melaksanakan kegiatan sekolah sesuai dengan
73
kalender pendidikan) dan dengan nilai minimal 2 (jika sekolah tidak memiliki kalender pendidikan). Berikut disajikan tabel kriteria skor kalender pendidikan: Tabel 3.20 Kategori Skor Kalender Pendidikan 1 2 3 4 5
3.
No Interval Skor Kriteria 7.995
Program Pembelajaran Data tentang program pembelajaran dengan nilai maksimum 30 (jika
sekolah memiliki program pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran yang kondusif, efektif dan efisien) dan dengan nilai minimal 6 ( jika sekolah tidak dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien). Berikut disajikan tabel kriteria skor program pembelajaran: Tabel 3.21 Kategori Skor Program Pembelajaran
No
1 2 3 4 5
4.
Interval Skor Kriteria 24
Penilaian Hasil Belajar Data tentang penilaian hasil belajar dengan nilai maksimum 20 (jika
sekolah memiliki program penilaian hasil belajar dan melaksanakan evaluasi belajar secara optimal dan rutin) dan dengan nilai minimal 4 ( jika sekolah tidak dapat melaksanakan penilaian hasil belajar secara optimal).
74
Berikut disajikan tabel kriteria skor penilaian hasil belajar: Tabel 3.22 Kategori Skor Penilaian Hasil Belajar 1 2 3 4 5
5.
No Interval Skor Kriteria 16.005
Peraturan akademik Data tentang peraturan akademik dengan nilai maksimum 15 (jika sekolah
memiliki peraturan akademik, peraturan akademik tersosialisasi dengan baik serta diipatuhi) dan dengan nilai minimal 3 (jika sekolah tidak memiliki peraturan akademik). Berikut disajikan tabel kriteria skor peraturan akademik: Tabel 3.23 Kategori Skor Peraturan akademik
No
1 2 3 4 5
Interval Skor Kriteria 12
c) Manajemen Tenaga Kependidikan Data tentang manajemen tenaga kependidikan dengan nilai maksimum 100 (jika tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dengan profesinya, serta tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 20 (jika
tidak memiliki
75
kualifikasi akademik yang memadai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan tabel data manajemen tenaga kependidikan: Tabel 3.24 Manajemen Tenaga Kependidikan Indikator Wakil Kepala Sekolah
Statistik Hipotetik Skor Tertinggi 50 Skor Terendah 10 Rata-Rata 30 Standar Deviasi 6.67 Guru Skor Tertinggi 10 Skor Terendah 2 Rata-Rata 6 Standar Deviasi 1.33 Konselor Skor Tertinggi 10 Skor Terendah 2 Rata-Rata 6 Standar Deviasi 1.33 Pustakawan Skor Tertinggi 10 Skor Terendah 2 Rata-Rata 6 Standar Deviasi 1.33 Laborat Skor Tertinggi 10 Skor Terendah 2 Rata-Rata 6 Standar Deviasi 1.33 Tenaga Skor Tertinggi 10 Administrasi Skor Terendah 2 Rata-Rata 6 Standar Deviasi 1.33 Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
1. Wakil Kepala Sekolah Data tentang kepala sekolah dengan nilai maksimum 50 (jika wakil kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 10 (jika wakil kepala sekolah tidakmelaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik). Berikut disajikan tabel kriteria skor wakil kepala sekolah:
76
Tabel 3.25 Kategori Skor Wakil Kepala Sekolah 1 2 3 4 5
No Interval Skor Kriteria 40.005
2. Guru Data tentang guru dengan nilai maksimum 10 (jika guru memiliki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika guru tidak memiliki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara ideal). Berikut disajikan tabel kriteria skor guru. Tabel 3.26 Kategori Skor Guru 1 2 3 4 5
3.
No Interval Skor Kriteria 7.995
Konselor Data tentang konselor dengan nilai maksimum 10 (jika konselor memiliki
kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika konselor tidak memilki kualifikasi akademik
77
yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor konselor: Tabel 3.27 Kategori Skor Konselor 1 2 3 4 5
4.
No Interval Skor Kriteria 7.995
Pustakawan Data tentang pustakawan dengan nilai maksimum 10 (jika pustakawan
memiliki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika pustakawan tidak memilki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor pustakawan Tabel 3.28 Kategori Skor Pustakawan
No
Interval Skor
Kriteria
1
7.995
Sangat sesuai
2
6.665
Sesuai
3
5.335
Cukup sesuai
4
4.005
Kurang sesuai
5
2
Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
78
5.
Laborat Data tentang laborat dengan nilai maksimum 10 (jika laborat memiliki
kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika laborat tidak memilki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor laborat: Tabel 3.29 Kategori Skor Laborat 1 2 3 4 5
No Interval Skor Kriteria 7.995
6. Tenaga Administrasi Data tentang tenaga administrasi dengan nilai maksimum 10 (jika tenaga administrasi
memiliki
kualifikasi
akademik
yang
memadai,
background
pendidikan sesuai dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika tenaga administrasi tidak memilki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor tenaga administrasi:
79
Tabel 3.30 Kategori Skor Tenaga Administrasi
No
Interval Skor
Kriteria
1
7.995
Sangat sesuai
2
6.665
Sesuai
3
5.335
Cukup sesuai
4
4.005
Kurang sesuai
5
2
Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi d) Manajemen Kesiswaan Data tentang kesiswaan dengan nilai maksimum 65 (jika input siswa baik, proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efisien) dan dengan nilai minimal 13 (jika semua butir aspek hanya minimum). Berikut disajikan tabel data manajemen kesiswaan: Tabel 3.31 Manajemen Kesiswaan Indikator Input siswa
Statistik Hipotetik Skor Tertinggi 15 Skor Terendah 3 Rata-Rata 9 Standar Deviasi 2 Proses Skor Tertinggi 35 Pembelajaran Skor Terendah 7 Rata-Rata 21 Standar Deviasi 4.67 Out Put Skor Tertinggi 15 Skor Terendah 3 Rata-Rata 9 Standar Deviasi 2 Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik 1. Input Kriteria penilaian input siswa yaitu dengan nilai maksimum sebesar 15 (jika nilai input siswa tinggi, yang berupa nilai NEM sekolah sebelumnya/SMP) dan nilai terendah 3 (jika nilai input siswa rendah).
80
Berikut disajikan tabel kriteria skor input siswa Tabel 3.32 Kategori Skor Input Siswa
No
1 2 3 4 5
Interval Skor Kriteria 12
2. Proses Pengajaran Kriteria penilaian Proses pengajaran yaitu dengan nilai maksimum sebesar 35 (jika sekolah bisa menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien) dan nilai terendah 7 (jika sekolah tidak dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien). Berikut disajikan tabel kriteria skor proses pembelajaran: Tabel 3.33 Kategori Skor Proses Pembelajaran 1 2 3 4 5
3.
No Interval Skor Kriteria 28.005
Output Data tentang output siswa dengan nilai maksimum 15 (jika output siswa
mempunyai kualitas tinggi) dan dengan nilai minimal 3 (jika output siswa rendah). Berikut disajikan tabel data output siswa:
81
Tabel 3.34 Kategori Skor Output Siswa
No
1 2 3 4 5
Interval Skor Kriteria 12
e) Manajemen Sarana Prasarana Data tentang sarana prasarana dengan nilai maksimum 50 (jika sekolah memiliki program pengadaan sarana prasarana yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, serta melakukan pemeliharaan dan inventarisasi secara optimal) dan dengan nilai minimal 10 (jika sekolah tidak memanajemen sarana prasarana secara optimal). Berikut disajikan tabel data manajemen sarana prasarana: Tabel 3.35 Manajemen Sarana Prasarana Indikator Pengadaan
Statistik Hipotetik Skor Tertinggi 15 Skor Terendah 3 Rata-Rata 9 Standar Deviasi 2 Pemeliharaan Skor Tertinggi 15 Skor Terendah 3 Rata-Rata 9 Standar Deviasi 2 Inventarisasi Skor Tertinggi 20 Skor Terendah 4 Rata-Rata 12 Standar Deviasi 2.67 Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
82
1.
Pengadaan Sarana Prasarana Data tentang pengadaan sarana prasarana sekolah dengan nilai maksimum
15 (jika pengadaan sarana prasarana disesuaikan dengan kebutuhan dan dana yang dimiliki sekolah) dan dengan nilai minimal 3 (jika pengadaan sarana prasarana tidak terprogram secara ideal). Berikut disajikan tabel kriteria skor pengadaan sarana prasarana sekolah: Tabel 3.36 Kategori Skor Pengadaan Sarana Prasarana
No
Interval Skor
Kriteria
1
12
Sangat ideal
2
10
Ideal
3
8
Cukup ideal
4
6
Kurang ideal
5
3
Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi 2.
Pemeliharaan Sarana Prasarana Data tentang
pemeliharaan sarana prasarana sekolah dengan nilai
maksimum 15 (jika pemeliharaan sarana prasarana dilakukan dengan optimal) dan dengan nilai minimal 3 (jika pemeliharaan sarana prasarana tidak dilakukan secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor pemeliharaan sarana prasarana sekolah: Tabel 3.37 Kategori Skor Pemeliharaan Sarana Prasarana
No
1 2 3 4 5
Interval Skor Kriteria 12
83
3.
Inventarisasi Sarana Prasarana Data tentang perawatan sarana prasarana sekolah dengan nilai maksimum
20 (jika inventarisasi sarana prasarana dilakukan secara optimal) dan dengan nilai minimal 4 (jika perawatan sarana prasarana tidak dilakukan secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor inventarisasi sarana prasarana: Tabel 3.38 Kategori Skor Inventarisasi Sarana Prasarana 1 2 3 4 5
No Interval Skor Kriteria 16.005
84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh Kabupaten Kendal merupakan sebuah wahana pendidikan yang terus dipacu untuk dikembangkan lebih baik menuju amanat tujuan pendidikan di tingkat SMK. Pemerintah yang selalu tanggap, menunjukkan keseriuasan tersendiri bagi dunia pendidikan di Kabupaten Kendal. Seluruh SMK di Kabupaten Kendal merupakan sebagian kelompok SMK di Indonesia yang menjadi program percontohan Mentri Pendidikan Nasional. Hal tersebut sangat menggembirakan bagi generasi muda yang ada di Kabupaten Kendal dan sekitarnya. Melalui SMK mereka bisa mengembangkan bakat dan ketrampilan yang dimiliki, tidak tanggung-tanggung, pemerintah akan menjamin lapangan kerja yang luas. Artinya bagi mereka yang lulus SMK adalah orangorang yang siap menjalankan pekerjaan dikemudian hari sesuai dengan keahlian mereka masing-masing. Program keahlian yang diterapkan disemua SMK di Kendal baik negeri maupun swasta, dapat dikatakan sangatlah lengkap. Dimulai dari Teknik Mesin (Otomotif), Teknik Elektro, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Teknik Pendingin dan Tata Udara, Teknik Bangunan, Tata Busana, Bisnis Manajemen (Bismen) dan program keahlian Akuntansi. Sedangkan Program keahlian
85
Budidaya
Tanaman,
Ternak.
Ikan,
Teknologi
hasil
Pertanian,
Geologi
Pertambangan, dan lain sebagainya, Pemerintah kabupaten Kendal akan berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan program keahlian tesebut. Merujuk pada kompleksnya program keahlian yang ada diseluruh SMK Kendal, maka penulis tidak melihat lebih jauh tentang program keahlian tersebut. Penulis hanya meneliti manajemen sekolah secara umum yang diterapkan dimasing-masing Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diseluruhn Kabupaten Kendal dengan status sekolah negeri dan swasta. Sekolah Menengah Kejuruan baik negeri dan swasta yang ada di Kabupaten Kendal dapat dikatakan mempunyai persaingan yang kompetitif disetiap unsur sistem manajemen sekolah, dimulai dari model persaingan penerimaan siswa baru, proses belajar mengajar, dan menentukan prestasi lulusan. Lebih detail dan semakin dalam lagi, kepemimpinan kepala sekolah pun diuji dalam persaingan yang sehat dan penuh pengertian, tenaga pendidikan, administrasi dan lain sebagainya selalu ada persaingan menjadi yang lebih baik dari seluruh SMK di Kendal. Namun demikian tidak berarti antar sekolahan saling menjatuhkan sama lain, hal yang demikian tidak terjadi di SMK Kendal. Malainkan hal sebaliknya yang tersaji dalam persaingan tersebut, yaitu saling melengkapi kekurangan yang dimiliki masing-masing sekolah.
4.1.2 Analisis Diskriptif Variabel dan Indikator Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta di Kabupaten Kendal merupakan SMK yang menerapkan banyak program keahlian. Banyaknya program keahlian yang di tempuh oleh sekolah, menjadikan sekolah tersebut
86
memerlukan kinerja manajemen yang optimal untuk mendukung berjalanya kegiatan sekolah. Manajemen kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, dan manajemen sarana prasarana merupakan komponen manajemen yang harus dijaga kualitasnya agar kesemua manajemen tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan masing-masing sekolah. Kepala sekolah selaku penggerak utama dalam semua kebijakan untuk menjalankan amanat dimasing-masing manajemen, harus berperan kooperatif guna menciptakan kondisi yang maksimal disetiap kinerja manjemen. Analisis diskriptif yang akan penulis sampaikan disetiap variabel beserta indikatornya, digunakan untuk lebih memudahkan dan agar komunikatif dalam mendiskripsikan hasil penelitian. Berikut adalah hasil penelitian dengan menggunakan metode angket di setiap SMK Negeri dan Swasta se Kabupaten Kendal. A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.01 Deskripsi Kepemimpinan Kepala SMK Negeri Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah Kepribadian 23.43 20.93 22.18 Manajerial 32.18 26.95 29.565 Kewirausahaan 13.73 11.74 12.735 Supervisi 13.79 10.78 12.285 Sosial 13.89 12.07 12.98 Total 96.92 82.47 89.745 Sumber: Data Penelitian (Diolah)
Standar Deviasi 0.417 0.872 0.332 0.502 0.287 2.408
Nilai rata-rata secara keseluruhan pada tabel diatas menunjukkan kondisi kepemimpinan kepala SMK negeri di Kabupaten Kendal. Berdasarkan tabel diatas
87
dapat dilihat dari nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat ideal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti kecenderungan mendekati kriteria rata-rata, berarti kepemimpinan kepala sekolah sudah menggunakan secara maksimal kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun dalam komponen kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi manajerial masih kurang maksimal bagi kepala SMK negeri. Berdasarkan nilai rata-rata, kompetensi manajerial berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria ideal, atau merupakan kelemahan dari variabel kepemimpinan kepala sekolah. Kelemahan tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim yang inovatif dalam pengembangan sekolah. Secara lebih rinci deskripsi kepemimpinan kepala sekolah akan dijelaskan seperti berikut : a)
Kompetensi Kepribadian Skor rata-rata kepribadian kepala sekolah memiliki kriteria sangat ideal, hal
ini banyak dikarenakan kepala sekolah selalu bersikap mulia sehingga mampu menjadi teladan bagi warga sekolah, dan juga selalu menggunakan sikap terbuka dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala sekolah
juga bisa
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek kepribadian hanya sebesar 0.417.
88
b)
Kompetensi Manajerial Kompetensi manajerial pada SMK negeri masuk dalam kriteria ideal, hal ini
menunjukkan belum sempurnanya proses manajemen yang ada disekolah. Fakta tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa mengelola pensesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim yang inovatif dalam pengembangan sekolah. Kepala sekolah juga belum secara signifikan dalam mengelolah staff guru dan karyawan. Terbukti penyimpangan dalam aspek manajerial mencapai sebesar 0.872. c)
Kompetensi Kewirausahaan Nilai
rata-rata
dari
tabel
4.01
diatas
menunjukkan
kompetensi
kewirausahaan dalam kriteria sangat ideal. Nilai tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah telah menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, kepala sekolah juga bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah. Kompetensi kewirausahaan juga tercermin pada sikap kepala sekolah yang pantang menyerah dalam menghadapi kendala sekolah, semua dikoordinasikan dan dipecahkan secara bersama-sama dengan warga sekolah melalui rapat-rapat rutin yang dilaksanakan oleh sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek kewirausahaan sebesar 0.332. d)
Kompetensi Supervisi Tabel 4.01 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari komptensi supervisi
masuk dalam kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan kepala sekolah telah merencanakan dan melaksanakan program supervisi akademik dalam rangka profesionalisme guru, dan juga telah menggunakan pendekatan dan teknik
89
supervisi yang tepat. Terbukti dengan penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar 0.502. e)
Kompetensi Sosial Nilai rata-rata dari komptensi sosial pada table 4.01 menunjukkan kritria
sangat idal. Hal ini terjadi lebih dikarenakan kepala sekolah sudah bisa berkomunikasi langsung oleh masyarakat sekolah dan masyarakat luar sekolah. Sehingga permasalahan yang sering dihadapi oleh sekolah bisa terselesaikan dengan baik dan bijaksana. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek sosial hanya sebesar 0.287.
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.02 Deskripsi Kepemimpinan Kepala SMK Swasta Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah Kepribadian 24.43 19.22 21.825 Manajerial 33.71 25.43 29.57 Kewirausahaan 14.57 11.31 12.94 Supervisi 14.00 9.00 11.5 Sosial 14.21 10.52 12.365 Total 100.92 75.48 88.2 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.868 1.38 0.543 0.833 0.615 4.24
Nilai rata-rata pada tabel diatas menunjukkan kondisi kepemimpinan kepala sekolah pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai ratarata kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat ideal. Dengan standar deviasi menunjukkan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti kepemimpinan kepala sekolah SMK swasta sudah mendekati kriteria sangat ideal. Kepala sekolah menggunakan secara maksimal kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun dari kelima
90
kompetensi kepala sekolah, kompetensi manajerial dan supervisi yang masih kurang. Berdasarkan nilai rata-rata kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah, menggambarkan kompetensi tersebut pada kepala sekolah SMK swasta di Kabupaten Kendal berada pada kategori kedua dan berkriteria ideal. Kelemahan pada kompetensi manajerial menunjukkan belum sempurnanya proses manajemen yang ada disekolah. Fakta tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim inovatif dalam pengembangan sekolah. Sementara itu untuk kompetensi supervisi masuk dalam kriteria ideal atau masih terdapat kelemahan dalam kompetensi supervisi di SMK swasta. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum merencanakan dan melaksanakan program supervisi akademik secara tepat, akibatnya dalam pencapaian profesionalitas guru belum sepenuhnya tercapai. Secara lebih rinci deskripsi kepemimpinan kepala sekolah seperti berikut ini : a)
Kompetensi Kepribadian Perolehan nilai rata-rata kepribadian kepala sekolah memiliki kriteria sangat
ideal, hal ini dikarenakan kepala sekolah selalu bersikap mulia sehingga mampu menjadi teladan bagi warga sekolah, dan juga selalu menggunakan sikap terbuka dalam
melaksanakan
tugas
dan
fungsinya.
Kepala
sekolah
juga
bisa
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek kepribadian hanya sebesar 0.868.
91
b)
Kompetensi Manajerial Pada SMK swasta kompetensi manajerial masuk dalam kriteria ideal, hal ini
menunjukkan belum sempurnanya proses manajemen yang ada disekolah. Fakta tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa mengelola pensesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim inovatif dalam pengembangan sekolah. Terbukti penyimpangan dalam aspek manajerial mencapai sebesar 1.38. c)
Kompetensi Kewirausahaan Skor rata-rata pada kompetensi kewirausahaan dalam kriteria sangat ideal.
Nilai tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah telah menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, kepala sekolah juga bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah. Kompetensi kewirausahaan juga tercermin pada sikap kepala sekolah yang pantang menyerah dalam menghadapi kendala sekolah, semua dikoordinasikan dan dipecahkan secara bersama-sama dengan warga sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek kewirausahaan sebesar 0.543. d)
Kompetensi Supervisi Tabel 4.02 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari kompetensi supervisi
masuk dalam kriteria ideal atau masih terdapat kelemahan dalam kompetensi supervisi di SMK swasta. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum merencanakan dan melaksanakan program supervisi akademik secara tepat, akibatnya dalam pencapaian profesionalitas guru belum sepenuhnya tercapai. Terbukti dengan penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar 0.833.
92
e)
Kompetensi Sosial Nilai rata-rata dari komptensi sosial pada table 4.02 menunjukkan kriteria
sangat ideal. Hal ini terjadi lebih dikarenakan kepala sekolah aktif berkomunikasi langsung dengan masyarakat sekolah maupun masyarakat luar sekolah. Sehingga permasalahan yang sering dihadapi oleh sekolah bisa terselesaikan dengan baik dan bijaksana. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek sosial hanya sebesar 0.615.
B. Manajemen Kurikulum
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.03 Deskripsi Manajemen Kurikulum SMK Negeri Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah KTSP 23.21 20.76 21.985 Kalender Pendidikan 9.68 8.73 9.205 Program Pembelajaran 27.97 25.22 26.595 Penilaian Hasil Belajar 18.48 17.07 17.775 Peraturan Akademik 14.00 12.71 13.355 Total 93.34 84.49 88.915 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.408 0.158 0.458 0.235 0.215 1.475
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kurikulum dan program pengajaran pengajaran SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari dari nilai rata-rata kurikulum berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti berarti
semakin mendekati kriteria rata-rata, rata-rata, berarti berarti
kurikulum dan program pengajaran sekolah sudah sangat optimal. Pelaksanakan kurikulum telah sesuai dengan aturan. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kurikulum adalah seperti berikut ini :
93
a)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Analisis yang digunakan untuk menjawab penilaian pada skor rata-rata yang
tertulis diatas dengan kriteria sangat optimal adalah karena seluruh SMK negeri telah menggunakan KTSP dan penyusunannya telah memperhatikan standar kompetensi lulusan, standar isi dan dan praturan pelaksanaannya pelaksanaannya.. KTSP yang ada dalam sekolah juga telah dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan dan kondisi sosial masyarakat setempat. Dukungan yang lebih kuat lagi datang dari staff pengajar yang mana mereka telah bertanggungjawab menyusun SILABUS dan RPP disetiap
mata
pelajaran
yang
diampunya.
Sehingga
dalam
pencapaian
terlaksananya KTSP dalam lingkup proses belajar selalu optimal. Penilaian sangat optimal yang dimiliki oleh masing-masing sekolah dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan penyimpangan dalam aspek KTSP hanya sebesar 0.408. b)
Kalender Pendidikan (Kaldik) Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata dari kaldik
menunjukkan kriteria sangat sesuai. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh sekolah sudah susuai dengan kaldik. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek kalender pendidikan dari masing-masing SMK negeri hanya sebesar 0.158. c)
Program Pengajaran Pelaksanaan program pengajaran di SMK negeri sudah sangat optimal.
Kriteria sangat optimal yang dimiliki oleh SMK negeri lebih disebabkan bahwa semua
tenaga
pendidikan
dari
mulai
staf
waka
kurikulum
sebagai
94
penanggungjawab dan guru pengampu mata pelajaran telah menerapkan program pengajaran dengan sangat optimal, seperti halnya guru telah membuat program pengajaran yang berkualitas dan dapat membuat suasana belajar yang kondusif. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek program pengajaran hanya sebesar 0.458. d)
Penilaian Hasil Belajar (PHB) Penilaian yang dilaksanakan meliputi post-test, ujian praktek, mid semester,
ujian semester dan untuk kelas XII ada Ujian Akhir Nasional (UAN). Untuk menentukan siswanya yang berhasil dalam penilaian, SMK negeri juga memiliki pedoman kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan kriteria sangat sesuai. Kritria tersebut menunjukkan bahwa SMK negeri di Kendal telah menggunakan pedoman KKM, dan melaksanakan hal seperti penilaian selalu dilaporkan kepada peserta didik, wali murid, komite sekolah dan institusi diatasnya. Hal ini terbukti, bahwa penyimpangan dalam aspek penilaian hasil belajar hanya sebesar 0.235. e)
Peraturan Akademik Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan
kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan peraturan akademik selalu diperbarui, disosialisasikan dan ada komitmen bersama warga sekolah untuk menaatinya. Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek peraturan akademik hanya sebesar 0.215.
95
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.04 Deskripsi Manajemen Kurikulum SMK Swasta Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah KTSP 23.50 17.67 20.585 Kalender Pendidikan 9.50 7.19 8.345 Program Pengajaran 28.25 21.47 24.86 Penilaian Hasil Belajar 18.64 13.67 19.86 Peraturan Akademik 14.24 10.31 12.275 Total 94.13 70.31 82.22 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.972 0.385 1.13 0.828 0.655 3.97
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kurikulum pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata manajemen kurikulum berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti manajemen kurikulum dan program pengajaran SMK swasta sudah sangat optimal. Pelaksanaan kurikulum sudah dilaksanakan sesuai aturan. Namun dalam komponen manajemen kurikulum masih memiliki kekurangan pada indikator kalender pendidikan. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kurikulum adalah seperti berikut ini : a)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Skor rata-rata yang tertulis pada tabel 4.04 dengan kriteria sangat optimal
adalah lebih dikarena seluruh SMK swasta telah menggunakan KTSP dan penyusunannya telah memperhatikan standar kompetensi lulusan, standar isi dan peraturan
pelaksanaannya.
KTSP
yang
ada
dalam
sekolah
juga
telah
dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan dan kondisi sosial masyarakat setempat. Penilaian sangat optimal yang
96
dimiliki oleh masing-masing sekolah dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan dalam aspek KTSP hanya sebesar 0.972. b)
Kalender Pendidikan (Kaldik) Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata dari kaldik
menunjukkan kriteria sesuai. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh sekolah sudah susuai dengan kaldik. Akan tetapi pelaksanaan kaldik belum maksimal, hal ini terlihat dengan kurang tepatnya pelaksanaan ujian semester. Sehingga dalam menyiapkan anak didiknya, seorang guru tidak maksimal dalam mengajar. Seorang guru kadang tidak lengkap dan tuntas dalam memberi materi pelajaran, karena waktu yang sudah habis untuk kegiatan belajar mengajar. Fakta ini ditunjukkan dengan penyimpangan dalam aspek kalender pendidikan dari masing-masing SMK swasta sebesar 0.385. c)
Program Pengajaran Pelaksanaan program pengajaran di SMK swasta sangat optimal. Kriteria
sangat optimal yang dimiliki oleh sekolah lebih disebabkan bahwa semua tenaga pendidikan dari mulai staf waka kurikulum sebagai penanggungjawab dan guru pengampu mata pelajaran telah menerapkan program pengajaran dengan sangat optimal, seperti halnya guru telah membuat program pengajaran yang berkualitas dan dapat membuat suasana belajar yang kondusif. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek program pengajaran hanya sebesar 1.13. d)
Penilaian Hasil Belajar (PHB) Penilaian yang dilaksanakan meliputi post-test, ujian praktek, mid semester,
ujian semester dan untuk kelas XII ada Ujian Akhir Nasional (UAN). Untuk
97
menentukan siswanya yang berhasil dalam penilaian, SMK swasta juga memiliki pedoman kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan kriteria sangat sesuai. Kritria tersebut menunjukkan bahwa SMK swasta di Kendal telah menggunakan pedoman KKM, dan melaksanakan hal seperti penilaian selalu dilaporkan kepada peserta didik, wali murid, komite sekolah dan institusi diatasnya. Hal ini terbukti, bahwa penyimpangan dalam aspek penilaian hasil belajar hanya sebesar 0.828. e)
Peraturan Akademik Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan
kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan peraturan akademik selalu diperbarui, disosialisasikan dan ada komitmen bersama warga sekolah untuk menaatinya. Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek peraturan akademik hanya sebesar 0.655.
C. Manajemen Tenaga Kependidikan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 4.05 Deskripsi Manajemen Tenaga Kependidikan SMK Negeri Indikator Skor Skor Rata-rata Standar Tertinggi Terendah Deviasi Wakil Kep.Sek 46.28 40.78 43.53 0.917 Guru 9.34 8.05 8.695 0.215 Konselor 9.24 7.49 8.365 0.292 Pustakawan 8.64 7.00 7.82 0.273 Laborat 8.40 6.63 7.515 0.295 Administrasi 8.89 7.78 8.335 0.185 Total 90.79 77.73 84.26 2.177 Sumber: Data Penelitian, Diolah
98
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi tenaga kependidikan SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata tenaga kependidikan berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat ideal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria awal, berarti tenaga kependidikan sekolah sudah mendekati kriteria sangat ideal. Hal ini berarti tenaga kependidikan di sekolah tersebut telah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Namun dalam komponen ini masih terdapat kekurangan dalam hal tenaga pustakawan dan laborat. Secara lebih rinci deskripsi manajemen tenaga kependidikan adalah seperti berikut ini : a)
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, wakasek memperoleh kriteria
sangat ideal. Kriteria tersebut disebabkan semua SMK negeri telah memiliki 4 Wakil kepala sekolah yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana dan hubungan masyarakat. Semua wakil kepala sekolah tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan sangat maksimal. Dalam hal ini kepala sekolah sangat terbantu dengan adanya wakasek dalam bidangnya masing-masing. Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek wakasek hanya sebesar 0.917. b)
Guru Nilai rata-rata yang diperoleh dari indicator guru berkriteria sangat sesuai
perolehan skor rata-rata menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMK negeri sudah mememiliki kualifikasi akademik yan memadai. Disamping itu, guru juga telah memberikan motivasi, mendidik, membimbing, memfasilitasi, dan melatih
99
peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek guru hanya sebesar 0.215. c)
Konselor Nilai rata-rata dari indikator guru Bimbingan Konseling (BK) atau koselor
yang ada di SMK negeri mendapat kriteria sesuai. Nilai tersebut dikarenakan konselor yang mengajar di sekolah sesuai dengan latar belakangnya, sehingga dalam memberikan layanan bisa terlaksana dengan maksimal. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek tenaga konslor dari masing-masing sekolah negeri hanya sebesar 0.292. Dalam memberikan bimbingan dan konseling terhadap para siswa, guru selalu tepat pada tujuan yang diinginkan saat membimbing dan saat memberikan konseling. Dengan latar belakang yang cocok dengan pekerjaannya, mereka tidak kesulitan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi siswa dan sekolah. d)
Pustakawan Perolehan skor rata-rata pada indikator pustakawan dalam kriteria sesuai
atau mrupakan kelemahan dari indikator pustakawan. Namun demikian tenaga pustakawan telah bekerja dengan sebaik mungkin, hal ini terlihat dari pengamatan langsung dimana tatanan buku yang ada di perpustakaan tertata rapi sehingga membuat siswa dan warga sekolah yang lain senang dan nyaman untuk membaca buku di perpustakaan. Pelayanan dalam menggunakan fasilitas perpustakaan juga telah maksimal dilaksanakan. Dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan dalam indicator pustakawan hanya sebesar 0.273.
100
e)
Tenaga Laborat Berdasarkan deskripsi perolehan skor rata-rata aspek tenaga laborat
mendapat kriteria sesuai. Nilai rata-rata tersebut memberi arti bahwa tenaga laborat biasanya hanya
membantu guru yang bersangkutan dalam melakukan
percobaan atau penelitian dilaboratorium, kegiatan belajar mengajar di dalam laborat yang dominan tetap dilakukan guru yang bersangkutan. Di SMK negeri belum ada tenaga laborat yang khusus untuk menjaga dan menangani ruang laboratorium. Karena masih belum adanya tenaga laborat yang sesuai dengan kualifiksi akademik, maka dalam indikator tenaga laborat terdapat penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar 0.295. f)
Tenaga Administrasi Perolehan nilai rata-rata dari indikator tenaga administrasi menunjukkan
bahwa tenaga administrasi umumnya sudah memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dengan pekerjaannya. Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan, mereka telah bekerja dengan baik dan maksimal. Fakta tersebut bisa dilihat seperti halnya dokumen telah tertata rapi, baik itu data tenaga personalia sekolah ataupun yang berhubungan dengan dokumen sekolah lainya. Pelayanan tenaga administrasi juga telah sangat sesuai, ini terlihat pelayanan kepada guru maupun siswa sudah optimal, sehingga jika guru dan siswa mempunyai keluhan soal keadministrasian bisa terselesaikan dengan baik. Fakta ini terbukti, dengan penyimpangan dalam aspek tenaga administrasi hanya sebesar 0.185.
101
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 4.06 Deskripsi Manajemen Tenaga Kependidikan SMK Swasta Indikator Skor Skor Rata-rata Standar Tertinggi Terendah Deviasi Wakil Kep.Sek 44.63 35.78 40.205 1.475 Guru 9.50 6.92 8.21 0.43 Konselor 8.77 7.39 8.08 0.23 Pustakawan 8.35 6.27 7.31 0.347 Laborat 8.63 5.75 7.19 0.48 Administrasi 9.13 7.08 8.105 0.342 Total 89.01 69.19 79.1 3.303 Sumber: Data Penelitian, Diolah Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen tenaga
kependidikan pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata manajemen tenaga kependidikan berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria ideal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria ratarata, berarti manajemen tenaga kependidikan SMK swasta sudah mendekati kriteria ideal. Secara keseluruhan tenaga kependidikan di sekolah tersebut telah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Namun dalam komponen tenaga pustakawan dan laborat masih kurang. Secara lebih rinci deskripsi manajemen tenaga kependidikan adalah seperti berikut ini : a)
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, wakasek memperoleh kriteria
sangat ideal. Kriteria tersebut disebabkan semua SMK swasta telah memiliki 4 Wakil kepala sekolah yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana dan hubungan masyarakat. Semua wakil kepala sekolah tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan sangat maksimal, sehingga kepala sekolah
102
sangat terbantu dengan adanya wakasek dalam bidangnya masing-masing. Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek wakasek hanya sebesar 1.475. b)
Guru Nilai rata-rata yang diperoleh dari indikator guru berkriteria sangat sesuai
perolehan skor rata-rata menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMK swasta sudah mememiliki kualifikasi akademik yan memadai. Disamping itu, guru juga telah memberikan motivasi, mendidik, membimbing, memfasilitasi, dan melatih peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek guru hanya sebesar 0.43. c)
Konselor Nilai rata-rata dari indikator guru Bimbingan Konseling (BK) atau koselor
yang ada di SMK swasta mendapat kriteria sesuai. Nilai tersebut dikarenakan konselor yang mengajar di sekolah sesuai dengan latar belakangnya, sehingga dalam memberikan layanan bisa terlaksana dengan maksimal. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek tenaga konselor dari masing-masing sekolah swasta hanya sebesar 0.23. d)
Pustakawan Perolehan skor rata-rata pada indikator pustakawan dalam kriteria sesuai
atau masih ada kelemahan pada indikator pustakawan. Akan tetapi tenaga pustakawan telah bekerja dengan sebaik mungkin, hal ini terlihat dari pengamatan langsung dimana tatanan buku yang ada di perpustakaan tertata rapi sehingga membuat siswa dan warga sekolah yang lain senang dan nyaman untuk membaca buku di perpustakaan. Pelayanan dalam menggunakan fasilitas perpustakaan juga
103
telah maksimal dilaksanakan. Dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan dalam indikator pustakawan hanya sebesar 0.347. e)
Tenaga Laborat Berdasarkan deskripsi perolehan skor rata-rata pada aspek tenaga laborat
mendapat kriteria sesuai. Nilai rata-rata tersebut memberi arti bahwa tenaga laborat biasanya hanya
membantu guru yang bersangkutan dalam melakukan
percobaan atau penelitian dilaboratorium, kegiatan belajar mengajar di dalam laborat yang dominan tetap dilakukan guru yang bersangkutan. Di SMK swasta belum ada tenaga laborat yang khusus untuk menjaga dan menangani ruang laboratorium. Karena masih belum adanya tenaga laborat yang sesuai dengan kualifiksi akademik, maka dalam indikator tenaga laborat terdapat penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar 0.48. f)
Tenaga Administrasi Perolehan nilai rata-rata dari indikator tenaga administrasi menunjukkan
bahwa tenaga administrasi umumnya sudah memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dengan pekerjaannya. Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan, mereka telah bekerja dengan baik dan maksimal. Fakta tersebut bisa dilihat seperti halnya dokumen telah tertata rapi, baik itu data tenaga personalia sekolah ataupun yang berhubungan dengan dokumen sekolah lainya. Pelayanan tenaga administrasi juga telah sangat sesuai, ini terlihat pelayanan kepada guru maupun siswa sudah optimal, sehingga jika guru dan siswa mempunyai keluhan soal keadministrasian bisa terselesaikan dengan baik. Fakta
104
ini terbukti, dengan penyimpangan dalam aspek tenaga administrasi hanya sebesar 0.342.
D. Manajemen Kesiswaan
No 1. 2.
Tabel 4.07 Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Negeri Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah In Put 14.30 12.63 13.465 Proses 32.26 28.12 30.19 Total 43.655 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.278 0.69
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi kesiswaan SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata kesiswaan berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti manajemen kesiswaan SMK negeri sudah sangat tinggi. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kesiswaan adalah seperti berikut ini : a)
In Put Nilai rata-rata dari indikator in put siswa SMK negeri mendapat kriteria
sangat tinggi. Fakta ini dikarenakan banyak dari calon siswa SMK beralasan setelah mereka lulus dari sekolah, ingin langsung bekerja dari pada melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, seperti masuk kuliah ke perguruan tinggi. Berangkat dari alasan inilah mereka melanjutkan kejenjang sekolah kejuruan, dan mereka cendrung untuk memilih SMK negeri terlebih dahulu dari pada SMK swasta.
105
Karena banyaknya peminat yang ingin masuk pada SMK negeri, maka SMK negeri menyiapkan dengan seksama terutama yang berkaitan dengan penerimaan siswa baru. Hal ini yang menyebabkan nilai atau kriteria yang dimiliki SMK negeri sangat tinggi. Walaupun memang ada penyimpangan sedikit hanya sebesar 0.278. b)
Proses Pembelajaran Nilai rata-rata dari indikator proses pembelajaran menunjukkan criteria
sangat optimal. Hal ini diduga karena sekolah terutama guru dalam mengajar selalu berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan efisien agar menghasilkan lulusan yang berkualitas memiliki daya saing tinggi. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek PBM dari masing-masing SMK negeri hanya sebesar 0.69.
No 1.
Tabel 4.08 Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Negeri Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah Out Put 13.12 9.80 11.46 Total 11.46 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.553
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi output (lulusan) pada SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata output (lulusan) berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria tinggi. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti output (lulusan) SMK negeri sudah mendekati kriteria tinggi. Hasil analisis angket penelitian menunjukkan, output SMK negeri sudah termasuk dalam kriteria tinggi. Tingkat kelulusan dalam
106
kurun waktu 4 tahun terakhir mengalami peningkatan. Siswa yang diterima diperusahaan untuk bekerja semakin meningkat, dengan demikian secara keseluruhan grafik perkembangan akademik mengalami kenaikan.
No 1. 2.
Tabel 4.09 Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Swasta Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah In Put 14.52 10.47 12.495 Proses 34.13 24.78 29.455 Total 41.95 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.675 1.558
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kesiswaan pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata manajemen kesiswaan berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti manajemen kesiswaan SMK swasta sudah sangat tinggi. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kesiswaan adalah seperti berikut ini : a)
In Put Nilai rata-rata dari indikator in put siswa SMK swasta mendapat kriteria
sangat tinggi. Fakta ini dikarenakan banyak dari calon siswa SMK beralasan setelah mereka lulus dari sekolah, ingin langsung bekerja dari pada melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, seperti masuk kuliah ke perguruan tinggi. Berangkat dari alasan inilah mereka melanjutkan kejenjang sekolah kejuruan. Karena banyaknya siswa yang ingin masuk pada SMK swasta, maka SMK swasta menyiapkan dengan seksama terutama yang berkaitan dengan penerimaan siswa baru. Hal ini yang menyebabkan nilai atau kriteria yang dimiliki SMK
107
swasta sangat tinggi. Walaupun memang ada penyimpangan sedikit hanya sebesar 0.675. Standar deviasi tersebut menunjukkan perlu adanya perbaikan sistem pada model penerimaan siswa baru. Perbaikan ini harus terus dijalankan untuk bisa bersaing dengan SMK negeri. b)
Proses Pembelajaran Nilai rata-rata dari indikator proses pembelajaran menunjukkan kriteria
sangat optimal. Hal ini diduga karena sekolah terutama guru dalam mengajar selalu berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan efisien agar menghasilkan lulusan yang berkualitas memiliki daya saing tinggi. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek PBM dari masing-masing SMK swasta hanya sebesar 1.558.
No 1.
Tabel 4.10 Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Swasta Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah Out Put 12.52 8.54 10.53 Total 10.53 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.663
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi output (lulusan) pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata output (lulusan) berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria tinggi. Sedangkan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil berarti semakin mendekati nilai rata-rata, artinya output (lulusan) SMK swasta sudah mendekati kriteria tinggi.
108
E. Manajemen Sarana dan Prasarana
Tabel 4.11 Deskripsi Manajemen Sarana Prasarana SMK Negeri No. Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah 1. Pengadaan 13.11 10.76 11.935 2. Pemeliharaan 13.22 10.95 12.085 3. Inventarisasi 17.72 14.22 15.97 Total 44.05 35.93 39.999 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.392 0.378 0.583 1.353
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi sarana dan prasarana SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata manajemen sarana dan prasarana berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti manajemen sarana dan prasarana SMK negeri sudah mendekati kriteria sangat optimal. Namun dalam komponen ini masih terdapat kekurangan dalam hal pengadaan dan inventarisasi sarana prasarana. Pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana untuk unsur pemeliharaan mencapai taraf sangat optimal. Sedangkan untuk aspek pengadaan dan inventarisasi hanya berkriteria optimal. Secara lebih rinci deskripsi manajemen sarana dan prasarana adalah seperti berikut ini : a)
Pengadaan Kritria ideal yang diterima dari skor rata-rata diatas, jika dianalisis artinya
SMK negeri pada aspek pengadaan sarana dan prasarana seperti halnya membeli perlengkapan untuk kebutuhan sekolah dalam taraf wajar-wajar saja. Karena pada aspek pengadaan sarpras, SMK negeri tidak membutuhkan sarpras yang baru, sehingga pembelian sarpras tidak diutamakan dalam anggaran belanja sekolah.
109
Keterangan diatas mengindikasikan masih adanya kelemahan pada indikator pengadaan sarpras. Terbukti, penyimpangan dalam aspek pengadaan sarana prasarana dari masing-masing sekolah hanya sebesar 0.392. b)
Pemeliharaan Hal ini dikarenakan SMK negeri mempunyai daya dan kemampuan lebih
untuk menjaga sarana yang ada, seperti terdapat tenaga kerja yang selalu menjaga sarana disekolah, dan juga dana yang mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana disekolah. Berbeda halnya dengan SMK swasta, disamping kurangnya tenaga kerja untuk merawat sarana dan prasarana, mereka juga lemah dalam pendanaan pendanaan dalam dalam pemeliharaan sarpras. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek pemeliharaan sarana prasarana dari SMK negeri hanya sebesar 0.378. Walaupun sudah unggul dari SMK swasta, SMK negeri harus lebih meningkatkan kualitas dan tata cara penjagaan sarpras disekolahan. Karena jika dilihat masih terdapat penyimpangan nilai dari skor rata-rata pada aspek pemeliharaan. Sehingga dengan peningkatan tata cara pemeliharaan sarpras, diharapkan umur ekonomis dari barang tersebut masih cendrung utuh atau sedikit penyusutannya. c)
Inventarisasi Berdasarkan pengamatan langsung sarana prasarana yang di miliki oleh
SMK Negeri umumnya dalam keadaan teratur. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek inventarisasi sarana prasarana hanya sebesar 0.583.
110
Tabel 4.12 Deskripsi Manajemen Sarana Prasarana SMK Swasta No. Indikator Skor Skor Rata-rata Tertinggi Terendah 1. Pengadaan 13.75 10.00 11.875 2. Pemeliharaan 14.00 9.89 11.945 3. Inventarisasi 18.50 13.64 16.07 Total 46.25 33.53 39.89 Sumber: Data Penelitian, Diolah
Standar Deviasi 0.625 0.685 0.81 2.21
Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen sarana dan prasarana pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai ratarata manajemen sarana dan prasarana berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti manajemen sarana dan prasarana SMK swasta sudah mendekati kriteria optimal. Namun
terdapat kekurangan kekurangan dalam hal pengadaan dan pemeliharaan pemeliharaan sarana sarana
prasarana. Secara lebih rinci deskripsi manajemen sarana dan prasarana adalah seperti berikut ini : a)
Pengadaan Kritria ideal yang diterima dari skor rata-rata diatas, jika dianalisis artinya
SMK negeri pada aspek pengadaan sarana dan prasarana seperti halnya membeli perlengkapan untuk kebutuhan sekolah dalam taraf wajar-wajar saja. Karena pada aspek pengadaan sarpras, SMK swasta tidak membutuhkan sarpras yang baru, sehingga pembelian sarpras tidak diutamakan dalam anggaran belanja sekolah. Keterangan diatas mengindikasikan masih adanya kelemahan pada indikator pengadaan sarpras. Terbukti, penyimpangan dalam aspek pengadaan sarana prasarana dari masing-masing sekolah hanya sebesar 0.392.
111
b)
Pemeliharaan Hal ini dikarenakan SMK swasta mempunyai daya dan kemampuan lebih
untuk menjaga sarana yang ada, seperti terdapat tenaga kerja yang selalu menjaga sarana disekolah, dan juga dana yang mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana disekolah. Berbeda halnya dengan SMK negeri, disamping kurangnya tenaga kerja untuk merawat sarana dan prasarana, SMK swasta juga lemah dalam pendanaan dalam pemeliharaan sarpras.
Hal ini terbukti, terbukti,
penyimpangan dalam aspek pemeliharaan sarana prasarana dari SMK swasta hanya sebesar 0.378. c)
Inventarisasi Berdasarkan pengamatan langsung sarana prasarana yang di miliki oleh
SMK Negeri umumnya dalam keadaan teratur. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek inventarisasi sarana prasarana hanya sebesar 0.583. Standar deviasi menunjukkan perlu adanya pendataan kembali sarpras yang dimiliki sekolah. Karena sangat rugi jika sarana yang telah dimiliki oleh sekolah hilang, dan akhirnya system pendidikan yang ada disekolah dirugikan Tabel 4.13 Rekapitulasi Skor Kinerja Manajemen Sekolah Negeri dan Swasta
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Variabel Penelitian Kepemimpinan Kepala Sekolah Kurikulum Tenaga Kependidikan Kesiswaan Sarana dan Prasarana Output
SMK Negeri 89.745 88.915 84.26 43.655 39.999 11.46
SMK Swasta 88.2 82.22 79.1 41.95 39.89 10.53
Sumber: Data Penelitian, Diolah
Tabel 4.13 menunjukkan secara keseluruhan kinerja manajemen sekolah antara SMK negeri dan swasta. Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata SMK
112
negeri pada komponen kepemimpinan kepala sekolah berjumlah 89.745 (sangat ideal), manajemen kurikulum 88.915 (sangat optimal), manajemen tenaga kependidikan 84.26 (sangat ideal), manajemen kesiswaan 43.655 (sangat tinggi), dan manajemen sarana prasarana 39.999 (optimal) serta output 11.46 (tinggi). Kemudian pada SMK swasta komponen kepemimpinan berjumlah 88.2 (sangat ideal), manajemen kurikulum 82.22 (sangat optimal), manajemen tenaga kependidikan 79.1 (ideal), manajemen kesiswaan 41.95 ( sangat tinggi), manajemen sarana prasarana 39.89 (optimal), serta output 10.53 (tinggi). Terlihat bahwa SMK negeri lebih unggul sedikit dari SMK swasta. Akan tetapi, kriteria yang diterima baik SMK negeri maupun swasta dalam kategori yang seimbang. Artinya, kinerja manajemen sekolah di SMK negeri dan swasta di Kabupaten Kendal dalam kondisi maksimal sesuai dengan teori dan Permendiknas tahun 2007.
4.2 Pembahasan 4.2.1
Kinerja Manajemen SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Kendal
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam hal kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah SMK negeri dan swasta sudah sangat optimal pada semua kompetensi, hanya pada aspek kompetensi manajerial pada kepala sekolah negeri dan swasta belum bisa optimal atau merupakan kelemahan pada aspek tersebut. Kelemahan dalam aspek kompetensi manajerial dikarenakan dalam merumuskan kurikulum, kepala sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan dunia usaha dilingkungan Kendal dan
113
sekitarnya, atau yang sering dikenal dengan kebutuhan yang berorientasi pada pelanggan. Artinya bahwa kompetensi manajerial dalam dimensi pengelolaan dan pengembangan kurikulum serta kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan tujuan pendidikan belum dilaksanakan oleh kepala sekolah. Fakta diatas disebabkan kepala sekolah belum mengadakan hubungan kerja sama dengan perusahaan, baik perusahaan manufaktur, dagang maupun jasa di wilayah Kabupaten Kendal. Padahal disamping untuk mengetahui perkembangan teknologi yang digunakan oleh perusahaan dan untuk memperbaiki kualitas kelulusan, sekolah juga dapat mengelola kelulusan agar bisa bekerja pada perusahaan terkait. Kegiatan kerjasama hanya sebatas dalam lingkup kegiatan praktik kerja industri (Prakerin) saja, belum mencapai tahap kerjasama perkembangan teknologi dan pengelolaan kelulusan. Sedangkan alasan mengapa kerjasama antara sekolah dan perusahaan tidak terjadi, adalah karena pihak sekolah belum siap dengan tenaga pendidik yang ada untuk mengikuti perkembangan teknologi perusahaan. Penyebab lain adalah karena pihak perusahaan menganggap bahwa kerjasama dengan sekolah tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan. Hal ini memberi arti bahwa harus ada perbaikan pada SMK se-Kabupaten Kendal, karena alasan diatas menunjukkan bahwa pihak sekolah dinilai belum mampu menjamin out put yang berkualitas untuk pelanggan atau dunia usaha. Menurut Kemenade dan Garre (2003;33) dalam Martinis Yamin (2007;78)
menyebutkan
bahwa
standarisasi
kelulusan
pendidikan
114
mempersyaratkan delapan kategori, yaitu : 1) berorientasi pada pelanggan, 2) memiliki pengetahuan praktis dan aplikasi alat-alat total quality management (TQM), 3) mampu membuat keputusan berdasarkan fakta, 4) memiliki
pemahaman bahwa kerja adalah suatu proses, 5) berorientasi pada kelompok, 6) komitmen untuk peningkatan terus menerus, 7) pembelajaran aktif. Merujuk pada penelitiannya Daman (2001), bahwa pelaksanaan manajemen sekolah harus memenuhi syarat tentang keterbukaan manajemen, kerjasama intern dan ekstern sekolah, kemandirian dan ketercapaian sasaran dan dampak manajemen sekolah. Pada penelitian ini, aspek yang belum maksimal adalah kerjasama diluar (ekstern) sekolah. Kerjasama yang perlu dilakukan pada jenjang SMK adalah kerjasama sekolah dengan dunia usaha, karena hal ini akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas lulusan. Jadi bisa disimpulkan bahwa temuan dari penelitian ini tidak konsisten dengan apa yang dikatakan oleh Daman. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum bisa mengelola pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Sementara itu, temuan pada SMK swasta adalah terdapat kelemahan pada kompetensi supervisi, hal ini terjadi karena kepala sekolah tidak maksimal dalam mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak memantau secara berkala perkembangan peserta didik, dan belum bisa memberikan tugas dan tanggungjawab kepada bawahannya yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Kepala sekolah hanya memberikan tugas-tugas sekolah kepada orang-orang kepercayaannya saja, sehingga profesionalitas didalam sekolah tidak bisa tercipta.
115
Penyebab dari fakta diatas adalah kepala sekolah mengganggap bahwa guru yang mengajar dikelas sudah memiliki kemampuan yang maksimal, sehingga dibiarkan saja dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dikelas. Padahal sebenarnya masih banyak guru tidak berkualitas dalam KBM. Seperti kurang tepatnya metode pembelajaran dengan pokok bahasan, tidak tepatnya penanganan masalah dalam kelas dan kurang bisa memotivasi peserta didik dalam
belajar.
Sedangkan
penyebab
ketidaksesuaian
pemberian
tanggungjawab dari kepala sekolah kepada bawahannya adalah kurangnya tenaga pendidik yang ada dalam sekolah, sehingga hanya orang yang dipercaya kepala sekolah saja yang digunakan untuk memegang mata pelajaran yang sebenarnya tidak sesuai dengan keahlian dan profesionalitas. Upaya untuk meningkatkan kompetensi supervisi dapat dilakukan dengan upaya pendayagunaan SDM adalah upaya-upaya memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan potensi serta sikap SDM yang ada di sekolah maupun masyarakat secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Pendayagunaan SDM ini dapat dilakukan dengan: a) Mengidentifikasi tugas yang harus dikerjakan; b) Mengidentifikasi kemampuan, minat dan sikap SDM yang ada; c) Mengupayakan agar tugas-tugas dilaksanakan oleh tenaga yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman dan sikap seseorang dengan mnggunakan moto ” the right man on the right place” ; d) Merumuskan tugas dan tanggung jawab (pembagian kerja secara individual maupun secara kelompok) dengan koordinasi yang memadai;
116
e) Intensifkan komunikasi antara pimpinan dan staf dan sesama staf untuk mendiskusikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab bersama maupun tanggung jawab masing-masing; f) Lakukan supervisi secara berkala dan sampaikan umpan balik dari hasil supervisi dengan segera.
2. Manajemen Kurikulum Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis angket penelitian, pelaksanaan manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta memperoleh kriteria sangat optimal. Karena kurikulum yang di terapkan di semua SMK negeri dan swasta adalah kurikulum KTSP. Pelaksanaan kurikulum KTSP berdasarkan Permendiknas tahun 2007 No.22 dan No.23 tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan. Indikator lain seperti kalender pendidikan, program pembelajaran, penilaian hasil belajar dan peraturan akademik yang dipakai juga telah dilaksanakan dengan sangat optimal. Seperti yang dikatakan oleh Yusufhadi (2004:732), penguasaan atas tujuan belajar dalam kurikulum harus diusahakan tidak hanya pada jenjang yang rendah. Dalam ranah kognitif misalnya, penguasaan itu tidak cukup pada kemampuan untuk mengingat dengan menyebutkan, mengidentifikasi, dan mengulang, melainkan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi seperti kemampuan menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam ranah afektif tujuan tidak hanya pada jenjang pengenalan dan pemberian respons, melainkan pada jenjang pengorganisasian dan pengamalan.
117
Akan tetapi di SMK swasta ada kelemahan pada indikator kalender pendidikan (kaldik). Kelemahan ini dikarenakan dalam memberikan kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan kaldik kurang maksimal diterapkan. Penyebab dari lemahnya pelaksanaan kontrol terhadap kegiatan kaldik adalah kurang jelasnya peran pihak yang bertanggung jawab atas kontrol kegiatan kaldik. Ketidakjelasan ini terjadi karena sekolah tidak pernah memberi wewenang kepada salah satu tenaga kependidikannya untuk mengawasi dan mengontrol keberlangsungan kegiatan kaldik. Sebagai contoh kegagalan dalam kaldik yaitu ; 1) pelaksanaan ujian nasional
sering
mengalami
ketidaktepatan,
sehingga
mengakibatkan
konsentrasi persiapan belajar siswa terganggu, 2) masih banyak guru yang tidak masuk pada awal tahun ajaran, sehingga mengakibatkan banyak waktu yang kosong terbuang. Hal ini yang membuat tujuan belajar belum tercapai sesuai dengan yang dirumuskan oleh Yusufhadi. Menurut Yuliningtias (2008:150) bahwa salah satu ketercapaian tujuan pendidikan adalah pelaksanaan kaldik dengan tepat sesuai dengan yang direncanakan. Jika kegiatan pendidikan yang terjadi terlepas dari ramburambu kaldik, maka dimungkinkan sekolah akan melenceng dari tujuan awal yang telah ditetapkan. Kalaupun tidak melenceng, dapat dipastikan mengalami keterlambatan dalam pencapaian tujuan. Mengacu pada penelitian tersebut, maka kaldik pada SMK swasta tidak konsisten. Hal ini dikarenakan tingkat kontrol terhadap kaldik masih lemah, dan perencanaan kaldik belum secara keseluruhan disesuaikan dengan
118
perencanaan tujuan sekolah, baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
3. Manajemen Tenaga Kependidikan Pelaksanaan ke-enam manajemen tenaga kependidikan yang meliputi wakil kepala sekolah, guru, konselor, pustakawan, laborat, dan tenaga administrasi secara keseluruhan memperoleh kriteria sangat ideal. Sekolah memiliki tenaga kependidikan yang lengkap, seperti wakil kepala sekolah, guru bidang studi, konselor, pustakawan, laborat dan tenaga administrasi. Akan tetapi masih terdapat kelemahan pada tenaga pustakawan dan laborat. Diungkapkan oleh Suprihatin (2004:42) agar para personel atau tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugasnya secara tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna, mereka perlu ditata berdasarkan prinsip ”The right man on the
right
place” , dengan memperhatikan latar belakang pendidikan,
ijazah/keahliannya, dan interes kerjanya. Hal ini tidak konsisten dengan tenaga laborat dan pustakawan dimasing-masing sekolah. Fakta diatas terjadi karena pada SMK negeri dan swasta belum mempunyai kualifikasi akademik yang memadai untuk tenaga laborat dan pustakawan. Sehingga untuk alokasi tenaga laborat masih dipegang secara rangkap oleh guru masing-masing bidang studi. Sedangkan untuk pustakawan, belum sesuai dengan bidang keahliannya. Padahal seharusnya sekolah menempatkan tenaga khusus untuk fokus pada tugas laborat dan tugas pengelolaan perpustakaan. Temuan peneliti perihal tersebut masih terkait soal kurangnya dana untuk menggaji tenaga laborat dan pustakawan.
119
4. Manajemen Kesiswaan Secara keseluruhan skor manajemen kesiswaan yang meliputi indikator in put dan Proses Belajar Mengajar (PBM) mempunyai kriteria sangat tinggi kriteria yang dimiliki oleh masing-masing SMK menunjukkan bahwa sekolah telah berusaha maksimal dalam menyaring siswa baru dan telah optimal dalam menciptakan kondisi belajar mengajar. Temuan ini sesuai dengan teori input-process-output yang disampaikan oleh Suparlan dkk bahwa elemen-elemen sekolah dianggap sebagai suatu sistem. Sistem dimana antara masing-masing unsur akan saling berpengaruh. Artinya terjadi hubungan kausalitas/sebab-akibat yang cukup signifikan. Lebih lanjut Suparlan menggariskan salah satu indikator keberhasilan MBS pada aspek peserta didik adalah dengan adanya kemampuan pengembangan potensi. Artinya, jikalau sekolah swasta mengintensifkan pegembangan potensi maka kelemahan tersebut akan dapat diatasi. Beberapa upaya
diantaranya
dengan
melakukan
variasi
pembelajaran
dengan
mengkolaborasikan dengan media pembelajaran yang tepat dan efektif. Jasman (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada manajemen proses pembelajaran terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan. Temuan Jasman menunjukkan bahwa proses pembelajaran tanpa dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kualitas pendidikan yang rendah. Jika alasan sekolah untuk proses pembelajaran kurang optimal dikarenakan dari in putnya kurang baik atau tidak berkualitas, maka alasan tersebut harus ditolak. Karena proses pembelajaran yang
120
berkualitas datangnya dari manajemen proses pembelajaran yang berkualitas pula. Dalam manajemen kesesiswaan baik negeri maupun swasta, telah konsisten dengan apa yang dikatakan oleh Jasman.
5. Aspek Out Put (Lulusan) Pada aspek lulusan rata-rata yang diperoleh antara SMK negeri dan swasta dengan kriteria tinggi. Artinya walaupun tidak berkriteria sangat tinggi, baik SMK negeri maupun swasta para lulusannya telah banyak memasuki dunia usaha, namun demikian belum secara keseluruhan SMK se-Kabupaten Kendal para lulusannya terserap dalam dunia usaha. Bagi yang belum bisa bekerja karena belum diterima di industri tertentu, untuk menghindari pengangguran mereka menutupi permasalahan tersebut dengan berwirausaha dan melanjutkan ke perguruan tinggi.
6. Manajemen Sarana dan Prasarana (Sarpras) Manajemen sarana dan prasarana sekolah di maksudkan agar sarana prasarana pendidikan tetap memberikan kontribusi secara optimal dalam proses pendidikan. Hal-hal yang terkait dengan pengelolaan sarana prasarana, menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan dibantu oleh wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana. Menurut
Bafadal
(2003:5)
secara
umum,
tujuan
manajemen
perlengkapan sekolah adalah memberikan layanan secara profesional di bidang saran prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk mengupayakan
121
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan malalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secar tepat dan efisien, dan untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah. Pada SMK negeri, pelaksanaan yang menjadi titik lemah manajemen sarana dan prasarana (sarpras) adalah pada pengadaan dan inventarisasi sarpras. Sedangkan SMK swasta memiliki kelemahan pada pengadaan dan pemeliharaan. Dalam hal pengadaaan, SMK negeri mempunyai dua alasan untukmenjawab ketidak optimalan dalam pengadaan sarpras. 1) kurangannya dana untuk membeli sarpras, dan 2) tidak membutuhkan sarana yang baru. Sedangkan pada SMK swasta, terjadi ketidakoptimalan dikarenakan tidak mempunyai dana untuk pembelian sarpras. Begitu juga dengan tidak maksimalnya inventarisasi sarpras pada SMK negeri dan pemeliharaan sarpras pada SMK swasta, kedua-duanya didasari dengan alasan kurangnya biaya dalam kegiatan tersebut.
122
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta se-kabupaten Kendal memiliki kinerja manajemen sekolah sebagai berikut: 1.
Aspek Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan kepala sekolah pada SMK negeri dan swasta memiliki kriteria sangat ideal. Akan tetapi antara SMK negeri dan swasta memiliki kekurangan yang sama dalam kompetensi manajerial dengan kritria ideal. Hal ini dikarenakan dalam merumuskan kurikulum, kepala sekolah belum bisa menyesuiakan dengan kebutuhan dan perkembangan dunia usaha, sehingga iklim inovatif disekolahan tidak berkembang. Sedangkan kelemahan lainnya pada SMK swasta terdapat pada kompetensi supervisi. hal ini terjadi karena kepala sekolah tidak maksimal dalam mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas, sehingga tenaga pendidik dan siswa tidak terpantau perkembangannya.
2.
Aspek manajemen kurikulum Manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta berkriteria sangat optimal. Namun pada SMK swasta terdapat kriteria yang belum maksimal, yaitu pada aspek kalender pendidikan dengan kriteria sesuai. Hal ini dikarenakan dalam memberikan kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan kaldik
123
kurang maksimal diterapkan, sehingga tujuan belajar belum bisa tercapai secara dengan baik. 3.
Pada aspek manajemen tenaga kependidikan Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan secara keseluruhan memperoleh kriteria sangat ideal. Namun, baik SMK negeri dan swasta samasama memiliki kekurangan pada tenaga laboratorium dan pustakawan, fakta ini
dikarenakan
rata-rata
background pendidikan
laboratorium
dan
pustakawan tidak sesuai dengan profesinya. 4.
Pada aspek manajemen kesiswaan Manajemen kesiswaan yang meliputi indikator in put dan Proses Belajar Mengajar (PBM) mempunyai kriteria sangat tinggi. SMK negeri memiliki input yang sedikit lebih bagus kualitasnya dari pada SMK swasta, hal ini disebabkan SMK swasta mendapatkan input dari siswa yang belum mendapat kesempatan diterima pada SMK negeri. Sedangkan indikator PBM tercatat sudah maksimal dilaksanakan.
5.
Pada aspek out put (lulusan) Aspek out put (lulusan) dalam manajemen kesiswaan rata-rata skor yang diperoleh antara SMK negeri dan swasta dengan kriteria tinggi. Kriteria tersebut dikarenakan belum semua tamatan terserap oleh lowongan kerja yang ada, walaupun sebenarnya sebagian besar telah dapat bekerja.
6.
Aspek manajemen sarana prasarana Manajemen sarana prasarana memiliki skor rata-rata dengan kriteria optimal. Namun pada SMK negeri belum maksimal pada indikator pengadaan
124
dan inventarisasi sarpras, sedangkan SMK swasta pada indikator pengadaan dan pemeliharaan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dari penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pada aspek kepemimpinan kepala sekolah, saran yang dapat diajukan adalah : a. Baik kepala SMK negeri maupun swasta hendaknya meningkatkan kompetensi manajerial, dengan selalu membuat kurikulum yang sesuai kebutuhan pelanggan atau dunia usaha. Upaya ini agar kegiatan belajar mencapai titik efektif dan efisien. b. Untuk SMK swasta disarankan pada kompetensi supervisi, kepala sekolah hendaknya mengarahkan, mengkoordinasi, membantu dan membimbing tenaga kependidikan. Agar dapat memperbaiki kualitas peserta didik dengan mengoptimalkan proses pelajar mengajar. 2. Aspek manajemen kurikulum di SMK swasta hendaknya lebih ditingkatkan dalam hal Kalender Pendidikan (kaldik). Yaitu dengan membuat kaldik sesuai tujuan pendidikan ditingkat sekolah maupun ditingkat nasional dan dilaksanakan disertai kontrol yang ketat sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. 3. Dalam
aspek
tenaga
kependidikan,
hendaknya
perekrutan
karyawan
laboratorium dan pustakawan harus disesuaikan background pendidikan dengan profesi yang akan ditekuninya.
125
4. Aspek out put atau lulusan, hendaknya sekolah mengadakan kontrak perjanjian dengan perusahaan-perusahaan didalam wilayah Kendal maupun diluar Kendal untuk memberi informasi tentang teknologi mutakhir yang digunakan agar sekolah dapat menyesuaikan melalui kurikulumnya, sehingga para lulusan tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang disyaratkan oleh perusahaan untuk bekerja. 5. Pada aspek manajemen sarana prasarana, disarankan : a. Hendaknya SMK negeri untuk meningkatkan usahanya dalam pengadaan sarpras untuk mendukung kegiatan belajar. Kemudian pada aspek inventarisasi hendaknya menata dan mencatat kembali sarana prasarana yang telah dimiliki agar bisa terjaga dan termonitor keberadaannya. b. Untuk SMK swasta disarankan untuk meningkatkan usahanya dalam pengadaan sarpras guna mendukung kegiatan belajar. Kemudian pada aspek pemeliharaaan ditingkatkan supaya sarana prasarana yang dimiliki disekolah bisa mendukung proses pendidikan.
126
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Helmi. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dan Kemungkinan Penerapannya. Kota Padang Panjang Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek . Jakarta : Rajawali Press Azwar, Saifudin. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar As’ad, Mohamad.. 2000. Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri. Edisi IV. Yogyakarta: Liberty Ali, Muhammad. 1993. Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Arsika Sari, Andini. 2008. Analisis kinerja manajemen kurikulum, kependidikan (personalia), kesiswaan, sarana dan prasarana sekolah di SMA se kabupaten Jepara. Skripsi. Universitas Negeri Semarang (UNNES). Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar . Jakarta: PT. Bumi Aksara Daman. 2001. Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) di SLTP Kota Semarang. Laporan Penelitian, FIP Unnes. Depdiknas. 2002 . Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Buku I Konsep dan Pelaksanaan Fattah, Nanang. 2003. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Handoko, Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta : BPFE Hamonangan, S. 2004. Kesiapan Pengelolaan dan Pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Grobogan. Semarang: Sari Penelitian-Lemlit UNNES. Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Indarno, Jasman. 2002. Konstribusi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah terhadap Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tingkat Dasar di Jawa Tengah. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.