JUDUL : FILSAFAT ILMU KARYA : RIZAL MUSTANSYIR DAN MISNAL MUNIR
IDENTITAS BUKU
Judul Buku
: Filsafat Ilmu
Penulis
: Rizal Mustansyir dan Misnal Munir
Kota Terbit
: Yogyakarta
Penerbit
: Pustaka Pelajar
Cetakan
: VII, 2008
Tebal
: XII + 180 halaman
RESUME ISI BUKU : BAB I : PENGENALAN ILMU FILSAFAT A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, philo artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan sophia sedangkan sophia artinya artinya kebijaksanaan. Jadi seacara sederhana filsafat adalah cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Ada beberapa definisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak dan fungsinya sebagai berikut: 1.
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang bisanya diterima secara tidak kritis (arti informal)
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (Arti formal) 3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4.
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logo lo go sentrisme
5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Filsafat kecendrungan kebijaksanaan manusia yang mempelajari sikap, kepercayaan, pemikiran, analisa logis serta problema kehidupan manusia yang berdasarkan kemanusiaan, sains, pengalaman yang menghasilkan pandangan yang konsisten untuk hidupnya di dunia dan akhirat.
B. Ciri-ciri Berpikir Kefilsafatan
Beberapa ciri berfikir kefilsafatan yaitu radikal, universal, konseptual, koherendan konsisten, sistematik, komprehensif, bebas, dan bertanggung jawab. Dari ciri filsafat ini menggambarkan bahwa berfikir filsafat itu berbeda dari ilmu-ilmu lainnya Serra menempatkan bahwa berfikir filsafat itu keilmuan yang netral.
C. Beberapa Gaya Berfilsafat
Beberapa gaya dalam berfilsafat : 1. Berfilsafat terkait erat dengan sastra 2. Berfilsafat yang dikaitkan dengan sosial politik 3. Berfilsafat yang terkait erat dengan metodologis 4. Berfilsafat yang berkaitan dengan kegiatan analisis bahasa 5. Berfilsafat yang dikaitakan dengan menghidupkan kembali permikiran filsafat dimasa lampau 6.
Masih ada gaya berfilsafat lain yang cukup mendominasi pemikiran banyak orang, terutama di abad keduapuluh ini yakni berfilsafat dikaitkan dengan filsafat tingkah laku atau etika.
D. Cabang-cabang Utama Filsafat
Asas-asas filsafat merupakan suatu kajian yang mengetengahkan prinsip-prinsip pokok bidang filsafat. Dalam hal ini dikaji beberapa bidang utama filsafat seperti: metafisika, epistemologi dan aksiologi. 1. Metafisika Adalah filsafat pertama dan filsafat yang paling utama. Cabang filsafat ini membahas tentang keberadaan (being) atau eksistensi (eksistensi). Istilah metafisika itu sendiri berasal dari kata Yunani meta ta physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada dibalik atau dibelakang benda -benda fisik. Aristoletes menyebut beberapa istilah yang maknanya dapat dikatakan setara dengan metafisika,yaitu: filsafat pertama (first philosophy), pengetahuan tentang sebab, studi tentang ada sebagai ada, studi tentang Ousia, studi tentang hal-
hal abadi dan yang tidak dapat digerakkan, dan Theologi. Christian wolff mengklasifikasikan metafisika sebagai metafisika umum (Ontologi), metafisika khusus (psikologi, kosmologi, theology). Beberapa peran metafisika dalam ilmu pengetahuan, yaitu: a. Metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. b. Metafisika menuntut orisinalitas berpikir yang sangat diperlukan bagi ilmu pe ngetahuan. c. Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan , terutama pada wilayah praanggapan-praanggapan, sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat. d. Metafisika juga membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi d i dalam melihat realita, karena tidak ada kebenaran yang benar-benar absolut. 2. Epistemologi Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “episteme”artinya pengetahuan dan “ logos” artinya teori. Istilah-istilah yang lain yang setara dengan epistemologi adalah: a.
Kriteriologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan ukuran benar atau tidaknya pengetahuan
b. Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis c.
Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilmiah
d.
Logika Material, yaitu pembahasan Logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi bentuknya Objek material epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemologi berkisar pada masalah asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia. Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak akan eksis. Bahm menyebutkan 8 hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia, yaitu:
a.
Mengamat: pikiran dalam mengamati objek-objek,
b. Menyelidiki: ketertarikan pada objek dikondisikan oleh jenis-jenis objek yang tampil,
c.
Percaya: manakala suatu objek muncul dalam kesadaran, biasanya objek-objek itu diterima sebagai objek yang nampak,
d. Hasrat: kodrat hasrat ini mencakup kondisi-kondisi biologis dan p sikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa, e.
Maksud: kendatipun seseorang memiliki maksud ketika akan mengobservasikan, menyelidiki, mempercayai dan berhasrat, namun sekaligus perasaanya tidak berbeda bahkan terdorong ketika melakukannya,
f.
Mengatur: setiap pikiran adalah organisme yang teratur dalam diri seseorang.
g. Menyesuaikan: menyesuaikan pikiran-pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh didalam fisik, biologis, lingkungan sosial, dan kultural dan keuntungan yang terlihat pada tindakan hasrat dan kepuasan. h. Menikmati: pikiran mendatangkan keasyikan. Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebagai berikut: a.
Pengetahuan biasa, pengetahuan ini bersifat subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.
b.
Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan pendekatan metodologis yang khas pula, arinya metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan diantara para ahli yang sejenis.
c.
Pengetahuan filsafati, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatann ya melalui metodologi pemikiran filsafat.
d. Pengetahuan agama, yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan pada keyakinan dan ajaran agama tertentu. Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut: a.
Pengetahuan indrawi, yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan atas sense atau pengalaman manusia sehari-hari.
b. Pengetahuan akal budi, yaitu jenis pengetahuan yang disadarkan atas kekuatan rasio, c.
Pengetahuan intuitif, jenis pengetahuan yang memuat pemahaman secara cepat.
d. Pengetahuan kepercayaan, yaitu jenis pengetahuan yang dibangun atas dasar kredibilitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang dianggap profesional dalam bidangnya.
3. Aksiologi Istilah aksiologi berasal dari kata axios nilai atau sesuatu yang berharga dan logos artinya teori. Artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai. Aksiologi ini membahas tentang masalah nilai. Problem utama aksiologi ujar Runes berkaitan dengan empat faktor penting, sebagai berikut: a. b.
Kodrat nilai berupa problem mengenai: apakah nilai itu berasal dari keinginan, kesenangan Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai instrinsik, ukuran dan kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental yang menjadi penyebab mengenai nilainilai instrinsik.
c.
Kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi sekaligus oleh psikologi dan logika.
d.
Status metafisika nilai persoalan tentang bagaimana hubungan antara nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu kealaman. Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas masalah nilai baik atau nilai buruk adalah bidang etika. Etika mengandung 3 pengertian:
a.
Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,
b. Etika berarti sekumpulan asas atau nilai moral. Misalnya kode etik. c.
Etika merupakan ilmu tentang yang baik dan buruk.
E. Prinsip-Prinsip dalam Berfilsafat
Berfilsafat selalu terkait dengan pengalaman umum manusia. Oleh karena itu tidak tepat kalau dikatakan bahwa orang yang berfilsafat itu melamun, tidak berpijak pada kenyataan, atau tidak menginjak bumi. The Liang Gie menyatakan 5 prinsip penting dalam berfilsafat agar calon filsuf itu mendapatkan hasil yang optimal, yaitu: a.
Meniadakan kecongkakan maha tahu sendiri,
b. Perlunya sikap mental berupa kesetiaan pada kebenaran, c.
Memahami secara sungguh-sungguh persoalan-persoalan filsafat serta berusaha memikirkan jawabannya,
d.
Latihan intelektual itu dilakukan secara aktif dari waktu dan diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis,
e.
Sikap keterbukaan diri, artinya orang yang mempelajari filsafat seyogyanya tidak dihinggapi oleh prasangka tertentu atau pandangan sempit yang tertuju dari satu arah.
BAB II : SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU A. Objek Material dan Formal Filsafat Ilmu
Bahasan dari filsafat imu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. Disini akan terlihat perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan lebih bersifat umum dan didasarkan atas pengalaman sehari-hari sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat khusus yang mempunyai ciri sistematik, metode ilmiah tertentu, serta dapat d i uji kebenarannya. Semua orang bisa berpengetahuan tapi tidak bisa terlibat di dalam aktivitas ilmiah karena untuk menjadi ada prasyaratnya, yaitu Prosedur ilmiah yang harus dipenuhi agar hasil kerja ilmiah itu diakui oleh para ilmuan lain, Metode ilmiah yang berguna, Diakui secara akademis, Ilmuan harus memiliki kejujuran ilmiah, Harus memiliki rasa ingin tahu. Objek formal filsafat ilmu adalah suatu ilmu yang lebih menaruh kepada problem-problem dasar ilmu pengetahuan. Jika digambarkan sebagai berikut: Landasan ontologism pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuan, landasan epistemologis pengembangan ilmu pengetahuan artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara atau prosedur dalam memperoleh kebenaran, sedangkan landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus di kembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitanya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
B. Pengertian Filsafat Imu
Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie. 1. Robert Ackermann: sebuah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dewasa ini. 2.
Lewis White Beck : Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3.
Cornelius Benjamin : filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan pranggapannya serta letaknya dalam kerangka.
4.
May Broadbeck: sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukis dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
C. Tujuan dan Implikasi Filsafat Ilmu
1. Tujuan Filsafat Ilmu Tujuan-tujuan Filsafat Ilmu adalah a.
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan, c.
Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
2. Implikasi Mempelajari Filsafat Ilmu a.
Bagi yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial,
b. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak dalak pola pikir “menara gading” yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkan dengan kenyataan yang ada di luar dirinya.
BAB III :
SEJARAH DAN PERANAN PEMIKIRAN FILSAFAT BARAT DALAM
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Kebudayaan manusia ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang teramat cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari pengaruh pemikiran filsafat barat. Pada awal perkembangan pemikiran filsafat barat pada zaman Yunani Kuno, filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, artinya antara pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan pada waktu itu tidak dapat dipisahkan. Pada abad pertengahan terjadi perubahan, filsafat pada zaman ini identik dengan agama, artinya pemikiran filsafat pada waktu itu menjadi satu dengan dogma Gereja (agama). Filsafat pada zaman modern tetap sekuler, namun sekarang filsafat ditinggalkan oleh ilmu pengetahuan. Artinya ilmu pengetahuan sebagai “anak -anak” filsafat berdiri sendiri dan terpecah menjadi berbagai cabang.
Perkembangan Pemikiran Filsafat Barat A. Zaman Yunani Kuno ( abad 6 SM- 6 M )
Kelahiran pemikiran filsafat barat diawali pada abad ke 6 sebelum masehi ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Ada dua bentuk mite yang berkembang pada waktu itu, yaitu mite kosmogonis, yang mencari tentang asal usul alam semesta, dan mite kosmologis, berusaha mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian alam semesta. Ciri yang menonjol dari filsafat Yunani Kuno diawal kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan sesuatu asas mula yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala. Thales menyimpulkan bahwa air merupakan asas mula dari segala sesuatu pandapatnya ini didukung oleh kenyataan bahw air meresapi seluruh benda-benda dijagad raya. Filsafat Yunani telah berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta. Socrates tidak memberikan suatu ajaran yang sistematis, ia langsung menerapkan metode filsafat langsung dalam kehidupan sehari-hari. Metode berfilsafat yang diuraikannya disebut “dialektika” yang berarti bercakap-cakap, disebut demikian karena dialog atau wawancara mempunyai peranan hakiki dalam filsafat Socrates. Plato adalah murid Socrates yang meneruskan tradisi dialog dalam berfilsafat. Plato memilih dialog karena ia berkeyakinan bahwa filsafat pada intinya tidak lain daripada suatu dialog. Plato dikenal sebagai filosof yang dualisme, artinya mengakui adanya dua kenyataan terpisah dan berdiri sendiri, yaitu dunia ide merupakan dunia yang tetap abadi, didalamnya tidak ada perubahan, dunia bayangan merupakan dunia yang berubah, mencakup benda-benda jasmani yang disajikan pada indera. Pemikiran filsafat Yunani mencapai puncakn ya pada murid plato yang bernama Aristoletes, ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab-penyebab objek yang diselidiki. Aristoletes berpendapat bahwa tiap-tiap kejadian mempunyai empat sebab yang semuanya harus disebut, bila manusia hendak memahami proses kejadian segala sesuatu. Keempat penyebab itu menurut Aristoteles adalah: a.
Penyebab material inilah bahan darimana benda dibikin,
b. Penyebab formal inilh bentuk yang menyusun bahan, c.
Penyebab efisien inilah sumber kejadian,
d. Penyebab final, inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian.
Sumbangan Aristoteles dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah pemikiran tentang sillogisme. Sillogisme adalah suatu cara menarik kesimpulan dari premis-premis sebelumnya. Pasca Aristoteles filsafat Yunani mengalami “kemunduran” dalam arti filsafat cenderung untuk memasuki dunia praktis bahkan berlanjut mengarah kedunia mistik sebagaimana dikembangkan oleh faham Stoisisme, Epucurisme, dan Neo Platonisme. B. Zaman Pertengahan ( 6-16 M )
Zaman Pertengahan di eropa adalah zaman keemasan bagi keristenan. Abad pertengahan selalu sibahas sebagai zaman yang khas, karena dalam abad-abad itu perkembangan alam pikiran eropa sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama. Zaman pertengahan biasanya dipandang terlampau seragam, dan lebih dari itu dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran sebenarnya. Filsafat Agustinus (354-430) merupakan filsafat mengenai keadaan ikut bagian, suatu bentuk Platonisme yang sangat khas. Ada beberapa tokoh filsafat pada zaman ini, yaitu: 1. Agustinus (354 - 430), suatu platonisme yang sangat khas. 2.
Thomas Aquinas (1125-1274), melahirkan suatu aliran yang bercorak thomisme yang dikenal dengan predikat “ancilla theologiae”
C. Zaman Renaisans (14-16 M )
Renaisans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir, tokohnya antara lain : Nicolaus Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626). Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari jamannya dengan menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan. D. Zaman Modern (17-19 M )
Filsafat Barat Modern yang kelahiranya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan “ renaissans “ dan dimatangkan oleh “ gerakan” Aufklaerung di abad ke 18 itu, didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Filsafat Barat Modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat abad pertengahan. Perbedaan itu terletak terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Pada zaman ini muncullah aliran filsafat, antara
lain : Rasionalisme, pada abad ke-17 adalah abad dimulainya pemikiran – pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal, sehingga tampaklah adan ya keyakinan bahwa dengan kemampuan akal itu pasti dapat diterangkan segala macam persoalan, dapat dipahami segala macam persoalan, dapat dipahami segala macam permasalahan, dan dapat dipecahkannya segala macam masalah kemanusiaan. Ada 2 hal pokok yang merupakan ciri dari Rasionalisme : 1. Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarannya. 2. Adanya suatu penjabaran suatu logik atau dengan diskusi yang dimaksudkan untuk memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai lain-lain segi dari seluruh sisa bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-keben aran hakiki. Tokoh- tokohnya antara lain : Descartes, Spinoza, Leibniz. Tokoh yang terpenting adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga pendiri filsafat modern. a. Empirisisme Para penganut aliran empirisisme dalam berfilsafat bertolak belakang dengan para penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-pendapat para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat a priori . Aliran empirisisme pertama kali berkembang di Inggris pada abad ke – 15 dengan Francis Bacon sebagai pelopornya. Bacon memperkenalkan metode eksperimen dalam penyelidikan atau penelitian. Menurutnya, manusia melalui pengelaman dapat mengetahui benda-benda dan hukum-hukum relasi antara benda-bend a. Secara ringkas dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan yang bersifat a priori terdiri dari proposisi analitik, yakni proposisi yang predikatnya sudah tercakup dalam subyek. Contohnya : semua angsa putih, es itu dingin, lingkaran itu bulat dan lain-lain. b. Kritisisme Seorang filsuf besar jerman yang bernama Immanuel Kant (1724-1804) telah melakukan usaha untuk menjembatani pandangan-pandangan yang saling bertentangan yaitu antara rasionalisme dan empirisisme. Filsafat Immanuel Kant disebut dengan aliran filsafat krititisme. Krititisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme
dan empirisisme dalam suatu hubungan yang seimbang. Untuk menyelesaikan perbedaan pandangan antara rasionalisme dan empirisisme Kant mengemukakan bahwa pengetahuan itu seharusnya sisntesis a priori. Dengan filsafat kritisnya Immanuel Kant telah menunjukan jasanya yang besar, karena berdasarkan atas penglihatan ya yang begitu jelas mengenai keadaan yang saling mempengaruhi di antara subyek penyetahuan dan obyek pengetahuan. c.
Idealisme Bagi Hegel pikiran adalah essensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang di onyektifkan. Setelah era Hegel muncullah beberapa filsuf yang menyebut dirinya sebagai penganut aliran idealisme. Yang sangat berpengarug terhadap munculn ya filsafat analitik pada abad ke – 20.
d.
Positivisme Pendiri dan tokoh terpenting dalam aliran ini adalah Auguste (1798-1857). Filsafat ini penting sebagai pencipta ilmi sosiologi. Kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi, berasal dari Comte. Comte memberikan tempat kepada fakta- fakta individual sejarah dalam suatu teori umum, sehingga terjadi sintesis yang menerangk an fakta-fakta itu.
e.
Marxisme Pemikiran Marx menghubungkan dengan sangat erat ekonomi dengan filsafat, bagi Marx filsafat bukan hanya masalah pengetahuan dan masalah kehendak murni yang utama, melainkan masalah tindakan.
E. Zaman Kontemporer ( abad ke – 20 dan seterusnya)
Tema yang menguasai dalam filosofis ini adalah pemikiran tentang Bahasa. Russell dan Wittgenstein melangkah lebih jauh atau keyakinan onotologis memilih alternatif terbaik bagi aktivitas berfilsafat. Tokoh pertama adalah Edmund Husserl selaku pendiri aliran fenomenologi ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke -20 ini secara amat mendalam. Perkembangan filsafat pada zaman ini ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat dan kebanyakan dari aliran itu merupakan lanjutan dari aliran filsafat yang telah berkembang pada abad modern, seperti: neo-thomisme, neo-kantianisme, neo-hegelianisme, neo-marxisme, neo positivisme. Namun demikian ada pula filsafat baru dengan cirri dan corak yang berbeda, yaitu: fenomenologi (Edmund Husserl, 1859-1938), eksistensialisme (Jean Paul Sartre, 1905-1980), pragmatisme (William James, 1842-1910), strukturalisme (Michel Foucault, 1926-1984) dan postmodernisasi (Francois Lyotard, 1924).
BAB IV : PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI A. Beberapa Pandangan tentang Prinsip Metodologis 1. Rene Descartes
Dalam karyanya “Discourse On Menthod”, risalah tentang metode, diajukan enam bagian penting, yaitu: a. Membicarakan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan akal sehat yang pada umumnya dimiliki semua orang. b. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. c. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang jadi landasan bagi penerapan metode. d. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acapkali terkecoh oleh indera e. Menegaskan perihal dualism dalam diri manusia, yaitu jiwa bernalar dan jasmani f.
Dua jenis pengetahuan yaitu spekulatif dan praktis.
2. Alfred Jules Ayer
Pemikiran Ayer yang termuat dalam bukunya yang berjudul Language, Truth and Logic tersebut. Ajaran yang terpenting terkait dengan masalah metodologis adalah prinsip Verifikasi. Ayer seorang penganut Positivisme Logik yang muncul kemudian, atau dapat dikatakan sebagai generasi penerus tradisi Positivisme Logik, menyadari pula kelemahan yang terkandung dalam prinsip pentasdikan yang diajukan Schlick itu. 3. Karl Raimund Popper
Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran terhadap teori yang telah ada. Ia mempunyai prinsip : a.
Pertama, menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarnya melalui prinsip vertifikasi.
b.
Kedua, cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan secara yeliti gejala yang sedang diselidiki.
c.
Ketiga, menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip falsifiabilitas, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya.
BAB
V
:
PERKEMBANGAN,
PENGERTIAN,
DAN
KLASIFIKASI
ILMU
PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap, evolutif. Oleh karena itu untuk memahami strategi pengembangan ilmu, maka kita perlu mengetahui secara global sejarah perkembangan ilmu. Sejarah perkembangan ilmu itu sendiri merupakan suatu tahapan yang terjadi secara periodik. Setiap periodik menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sejarah perkembangan ilmu dan kebudayaan umat manusia ditenggarai tidaklah terpusat di satu tempat tertentu. Penemuan-penemuan empirik yang kelak melahirkan temuan-temuan ilmiah justru menyebar dari Babylonia. Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu lahir karena manusia dihadapkan pada dua masalah, yaitu alam luaran dan soal sikap hidup. Strategi pengembangan ilmu yang perlu dilakukan dewasa ini, teritama di indonesia, harus belajar banyak pada sejarah perkembangan ilmu di satu pihak. A. Periode Perkembangan Ilmu 1. Periode Pra – Yunani Kuno
Memiliki ciri – ciri sebagai berikut : a.
Know How dalam kehidupan sehari – hari yang didasarkan kepada pengalaman
b.
Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu doterima sebagai fakta dengan sikap recep-live mind , keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
c.
Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
d. Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan. e.
Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi.
2. Zaman Yunani Kuno
Zaman yang dipandang sebagai zaman keemasan dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide pendapatnya.
b. Masyarakat pada masa ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi, yang dianggap sebagai suatu bentuk pseudo-rasional. c.
Masyarakat tidak dapat menerima pengelaman yang didasarkan pada sikap receptive allitude melainkan menumbuhkan sikap an inguiring attitude
3. Zaman Pertengahan
Era pertengahan ini ditandai dengan tampilnya para theolog di lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia Eropa. Pada zaman pertengahn ketika manusia Eropa berada dalam masa tidur panjang akibat pengaruh dogma-dogma agama, maka kebudayaan Islam di jaman dinasti abbasiyah berada pada puncak keemasannya. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia, abadi agama. Namun di timur terutama Negara islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Sumbangan sarjana Islam dapat di klasifikasikan dalam tiga bid ang, yaitu: a.
Menerjemahkan peninggalan bahasa yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa.
b. Memperluas lapangan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan. c.
Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar. Ali Kettani menengarai kemajuan umat Islam pada masa itu lantaran didukung oleh semangat universalism, tolerance, international character of the market, respect for science and scientist dan the Islamic nature of both the ends and means of science.
4. Zaman Renaissance (14-17 M)
Ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad ten gah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi tokoh-tokohnya yang terkenal seperti : Copernicus, Kepler, Galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern. Langkahlangkah yang dilakukan Galileo dalam bidang ini menanamkan pen garuh yang kuat bagi pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukan beberapa hal seperti: pengamatan, penyingkiran atas segala peristiwa yang tidak diamati. 5. Zaman Modern (17-19M)
Zaman modern ini ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini menurut Slamet Iman Santoso sebenarnya memiliki sember dari hubungan antara kerajaan islam di semenanjung Iberia dengan negara-negara perancis, perang salib (1100-1300) dan istambul jatuh ke tangan bangsa Turki pada tahun 1453. Rene Descrates dikenal dengan bapak filsafat Modern mengemukakan langkah-langkah berfikir kritis adalah sebagai berikut: a.
Tidak menerima apapun sebagai hal yang benar, kecuali diyakini sendiri bahwa itu memang benar.
b. Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk memudahkan penyelesaian. c.
Berfikir runtun dengan mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d.
Perincian yang lengkap dan pemeriksaan menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan.
6. Zaman Kontemporer ( abad 20 dan seterusnya)
Menurut Trout, fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsure-unsur fundamental yang membentuk a lam semesta. Fisakawan terkenal pada masa ini adalah Albert Einsten yang menyatakan bahwa alam semesta itu bersifat kekal atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Pada tahun 1929 Hubble dengan penemuanya menggunakan teropong bintang yang sangat besar mengatakan teorinya yang menentang teori einsten yaitu bahwa alam semesta itu tidak statis, melainkan dinamis, maka runtuhlah teori einsten. Disamping teori fisika yang merajai pada jaman ini maka banyak teori-teori lain yang berkembang. Hal ini di tandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih seperti teknologi komunikasi dan informasi, pada bidang lain seperti ilmu kedokteran terjadinya spesialis-spesialis, subspesialis dan super spesialis.
B. Pengertian Ilmu
Ilmu dalam pengertian klasik dipahami sebagai pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul. Istilah pengetahuan biasanya dilawankan dengan pengertian opini, sedang istilah sebab (causa) diambil dari kata yunani “ aitia” yakni prinsip pertama. Gaston Bachelard menyatakan ilmu pengetahuan adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus menyesuaikan antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar. Bachelard
menengarai bahwa adanya dua aspek subjektif dan objekti melahirkan dua pandangan yang berbeda dalam epistemologi yaitu pandangan rasionalisme dan realisme universal. Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu yaitu: mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren, tanpa pamrih karena hal itu berkaitan dengan tanggung jawab, universal ilmu pengertahuan, objektifitas, dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah bersangkutan, progresivitas, kritis dan dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori
dengan
praktis.
Lyotard mengajukan beberapa argumentasi yang disyaratkan bagi pernyataan ilmiah yaitu diakui aturan-aturan yang telah ditentukan alat argumentasi dan karakternya sebagai bentuk permainan pragmatis. Rickert sebagaimana dikutip oleh Hatta men yebutkan bahwa aktifitas ilmiah sangat di tentukan oleh metode yang dipilih. Daoded Joesoef menunjukan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal : produk-produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenaranya oleh masyarakat ilmuan. Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunis alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak tanduknya, perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ket entuan yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih dan skeptisisme yang teratur.
C. Beberapa Pandangan tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan sebagai berikut : 1. Christian Wolff (1679 – 1754) Yang lebih dikenal sebagai pembela setia ajaran – ajaran Leibnitz, namun disamping itu ia juga cukup gigih mengembangkan logika matematik sistem filsafat yang terkait dengan berbagai lapangan pengetahuan dengan mempergunakan sarana metode deduktif seperti yang dipakai dalam matematik. Tentang pokok pikirannya mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan sebagai berikut : a.
Dengan mempelajari kodrat pemikiran rasional
b. Pengetahuan kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis c.
Ilmu – ilmu murni dan filsafat praktis sekaligus merupakan produk metode berpikir deduktif
d. Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berpikir. e.
Jiwa manusia dalam pandangan Wolff dibagi menjadi 3 yaitu mengetahui, mengendaki dan merasakan
2. Auguste Comte (1791-1857) Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan sejalan dengan sejarah ilmu pengetahun itu sendiri, yang menunjukan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan sebagai berikut : a.
Ilmu Pasti (Matematika) Merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan karena sifatnya yang tetap, abstrak dan pasti.
b. Ilmu perbintangan (astronomi) Didasari dengan rumus-rumus ilmu pasti, maka ilmu pengetahuan dapat menyusun hukum-hukum yang bersangkutan dengan gejala-gejala benda langit. c.
Ilmu alam (fisika) Merupakan ilmu yang lebih tinggi dari pada ilmu perbintangan, maka pengetahuan mengenai benda-benda langit merupakan dasar bagi pemahaman gejala-gejala dunia anorganik.
d. Ilmu kimia (chemistry) Gejala lebih komplek dari pada ilmu alam, dan ilmu kimia mempunyai kaitan dengan ilmu hayat bahkan juga dengan sosiologi. e.
Ilmu hayat Merupakan ilmu komplek dan berhadapan dengan gejala-gejala kehidupan.
f.
Fisika Sosial Merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan, yang paling lonkret dan khusus yaitu gejala yang berkaitan dengan kehidupan umat manusia dalam berkelompok.
3. Karl Raimund Popper Mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan manusia dapat dikelompokan dalam 3 dunia : bahwa dunia 1 merupakan kenyataan fisis dunis, sedang dunia 2, adalaj kejadian dan kenyataan
psikis dalam diri manusia, dunia 3, gejala hipotesa, hukum dan teori ciptaan manusia dan hasil kerjasama antara dunia 1 dan dunia 2 serta seluruh bidang kebudayaan. 4. Thomas S. Kuhn Pandangan Kuhn merespon pendapat Popper yang terlebih dahulu menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui jalan hipotesa untuk kemudian diberlakukan prinsip falsifikasi. Sejarah ilmu pengetahuan hanya dipergunakan Popper sebagai : “bukti” untuk mempertahankan pendapatnya. Ia jusru lebih mementingkan sejarah ilmu sebagai titik tolak penyelidikan. 5. Jurgen Habermas Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses kepada realitas dan tujuan ilmu pengetahuan itu dsendiri.
BAB VI :
STRATEGI PENGEMBANNGAN ILMU DI INDONESIA
Model pembangunan ilmu sangat terkait dengan pembangunan, sebab ilmu merupakan prasyarat bagi pembangunan. Beberapa syarat yang dibutuhkan bagi strategi pengembangan ilmu di Indonesia adalah: 1.
Terbentuknya masyarakat ilmiah yang memiliki kekuatan tawar-menawar, baik dengan pemerintah maupun dengan perusahaan-perusahaan besar.
2.
Pengembangan ilmu di Indonesia tidak bebas nilai, melainkan harus memperlihatkan landasan metafisis, epistemologi dan aksiologis dari pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Pengembangan ilmu di Indonesia haruslah memperhatikan relasi antara ilmu tanpa men gorbankan otonomi antara masing-masing disiplin ilmu. 4.
Pengembangan ilmu di Indonesia harus memperhatikan dimensi religiulitas, karena masyarakat Indonesia masih sangat kental dengan nuansa religius. PENUTUP Buku "FILSAFAT ILMU" ini memberikan gambaran pemikiran yang jernih tentang hidup ini.
Hidup ini sungguh memerlukan pemikiran, agar mampu hidup secara proporsional. Hidup ini sesungguhnya apa, bagaimana, hidup harus ada, untuk apa saya hidup, akan terjawab lewat filsufi didalam buku ini. Menurut periview, dalam buku ini bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami, dan nampaknya sengaja ingin membantu setiap orang yang sudah memberikan stigma negatif pada
filsafat. Memang sering muncul pemahaman yang sangat keliru, bahwa filsafat itu abstrak, memeras otak, bahkan hanya diperuntukkan orang orang tertentu. Penulis ingin menepis hal itu. Filsafat itu untuk semua orang, tanpa pandang suku atau ras apa, atau tanpa p andang tua dan muda. Filsafat itu laik dipelajari, karena dengan filsafat orang akan dituntun jika melihat sesuatu harus jeli, radikal dan penuh atau untuh. Buku ini memiliki keunggulan ketika membahas pilar keilmuan (Ontologi, Epistemologi dan Axiologi). Bagi seorang-orang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu. Baik ilmu alam maupun ilmu sosial, sehingga antar ilmu dapat saling menyapa. Menyadarkan seorang-orang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menaragading”. Yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Harus diakui bahwa perhatian terhadap hal ini telah melahirkan banyak aliran dalam filsafat dengan segala persamaan dan perbedaannya, dan itu semua melahirkan filsafat ilmu yang dibahas secara terperinci dalam buku ini oleh sang penulis. Tulisan ini merupakan obsesi penulis untuk memajukan pola pikir bangsa ini serta mengembangkan, menguji dan membuat ilmu dalam satu wadah khusus yaitu filsafat ilmu. Namun, penulis mengembangkan tulisannya tentang filsafat ilmu masih berkiblat kepada filosof-filosof Yunani, seperti Aristoteles, Socrates dan lain-lain. Walau demikian, perlu diakui, bahwa pemikiran-pemikiran yang diangkat oleh penulis untuk membantu khazanah kita untuk memikirkan atau ikut serta berpikir tentang masalah filsafat ilmu yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehingga ilmunya dapat memberikan manfaat yang positif bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.