Tugas
PROBLEMATIKA PERTAMBANGAN PT. ANTAM POMALA Tbk
PADA LINGKUNGAN DAN KONDISI MASYARAKAT
OLEH :
KELOMPOK IV
ADITYA DWI LAKSONO ( F1B3 14 017)
AGUSRIAN ( F1B3 14 019)
AMBANG RAMADHAN ( F1B3 14 020)
LISWAN ( F1B3 14 028)
MUH. DIRGA FATWA ( F1B3 14 015)
MUH. NUR ( F1B3 14 024)
RISAL GUNAWAN ( F1B3 14 012)
THEOFILUS SALEA ( F1B3 14 034)
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bagian dari Pulau Sulawesi
yang memiliki wilayah daratan seluas 38.140 km² dan wilayah perairan
seluas 110.000 km². Secara administratif provinsi ini terdiri dari 8
(delapan) wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Buton, Muna, Konawe, Kolaka,
Konawe Selatan, Wakatobi, Bombana, Kolaka Utara dan 2 (dua) wilayah
kota, yaitu Kota Bau-Bau dan Kota Kendari yang sekaligus sebagai ibukota
provinsi.
Sulawesi Tenggara merupakan daerah dengan potensi Sumberdaya Alam
yang sangat melimpah, baik Sumberdaya Alam yang ada di darat maupun
Sumberdaya Alam yang ada di perairan. Sumber daya alam mencakup tanah,
air, udara, mineral, batu bara, minyak bumi, sumber daya energi, sumber
daya laut dan pesisir, hutan dan fauna. Kegiatan pemanfaatan Sumberdaya
Alam yang sangat menonjol di Sulawesi Tenggara adalah kegiatan
pertambangan. Kegiatan pertambangan merupakan suatu kegiatan yang
meliputi: eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/ pemurnian, pengangkutan
mineral/ bahan tambang
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang
diandalkan pemerintah untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan
devisa industri pertambangan juga menyediakan lapangan kerja dan bagi
Kabupaten dan Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Potensi pertambangan yang dimiliki oleh Sulawesi Tenggara sangat beragam
diantaranya adalah Tambang aspal di Kabupaten Buton, Tambang nikel di
kabupaten Kolaka, Konawe Utara dan Konawe, potensi tambang marmer, batu
granit dan krom tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara dan
untuk potensi tambang minyak di Kabupaten Buton Utara dan Buton. Hal ini
membuktikan bahwa Sulawesi Tenggara memilki potensi pertambangan yang
dapat diandalkan. Sektor pertambangan provinsi Sulawesi Tenggara menjadi
perhatian investor nasional maupun asing yang bergerak di bidang
pertambangan. Sehingga banyak investor yang tergoda dengan potensi ini
untuk mendirikan perusahaan tambang yang mengolah hasil tambang
tersebut.
Kami mengangkat judul ini untuk mengetahui keadaan kegiataan
pertambangan Nikel di Pomalaa serta keadaan lingkungan di sekitar
aktivitas pertambangan apakah semakin baik atau sebaliknya, dan mungkin
melalui ini kami menginformasikan kepada pembaca tentang hal-hal yang
mencakup kerusakan lingkungan serta keadaan sosial masyarakat setelah
masuknya perusahaan tambang tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan paper ini yaitu :
a. Untuk mengetahui bagaimana Pengelolaan Lingkungan Tambang Nikel
Pomalaa.
b. Untuk Mengetahui Konflik Sosial yang terjadi di lokasi pertambangan
c. Untuk mengetahui hubungan antara Masyarakat dengan pihak perusahaan
Antam di Pomalaa dalam Bidang pertambangan.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penyusunan paper ini yaitu :
a. Dapat mengetahui bagaimana Pengelolaan Lingkungan Tambang Nikel
Pomalaa.
b. Dapat Mengetahui Konflik Sosial yang terjadi di lokasi pertambangan
c. Dapat mengetahui hubungan antara Masyarakat dengan pihak perusahaan
Antam di Pomalaa dalam Bidang pertambangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kegiatan Pertambangan
Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam
bumi Indonesia. Pembangunan pertambangan bertujuan untuk menyediakan
bahan baku bagi industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan
penerimaan negara serta memperluas kesempatan berusaha dan lapangan
kerja.
Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral
atau batu bara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pertambangan bahan-
bahan galian dibedakan menjadi 8 (delapan) macam yaitu:
Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui
kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.
1. Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi,
bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari
bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan
lingkungan hidup.
2. Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang
meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk
pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak
lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.
3. Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian
dampak lingkungan.
4. Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan/atau batu bara dan mineral ikutannya.
5. Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan/atau batu bara serta untuk memanfaatkan
dan memperoleh mineral ikutan.
6. Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dan atau batu bara dari daerah tambang dan/atau tempat
pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.
7. Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan mineral atau batu bara.
Usaha pertambangan ini dikelompokkan atas:
a. Pertambangan mineral
b. Pertambangan batu bara.
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang
memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur
atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau
padu. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang
berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta
air tanah. Pertambangan mineral digolongkan atas:
1. Pertambangan mineral radio aktif;
2. Pertambangan mineral logam;
3. Pertambangan mineral bukan logam;
4. Pertambangan batuan.
Sedangkan batu bara adalah endapan senyawa organik karbonan yang
terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Pertambangan batu bara
adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk
bitumen padat, gambut, dan batuan aspal ( Risna Resnawaty,2001).
2.2 Dampak Kegiatan Penambangan terhadap Perairan
Kegiatan penambangan sangat rentan terhadap isu-isu kerusakan
lingkungan. Hal ini dikaitkan dengan keberadaan bahan tambang itu
sendiri yang cukup sulit diambil sehingga diperlukan proses-proses yang
cenderung destruktif. Pada kegiatan penambangan emas, industri-industri
penambangan umumnya menggunakan bahan kimia berbahaya bahkan tergolong
dalam logam berat. Digunakannya bahan kimia tersebut bertujuan sebagai
penghancur batu-batuan yang mengandung emas, sehingga nantinya emas dan
batuan dapat dipisahkan dengan mudah. Jenis logam berat yang
dipergunakan yaitu merkuri (Hg) atau arsen (As) untuk kegiatan
penambangan skala besar.
Pengunaan merkuri (Hg) dalam kegiatan tersebut sering menyebabkan
pencemaran lingkungan, salah satunya pencemaran air. Merkuri (Hg) yang
terbuang ke sungai, pantai, atau badan air dapat mengkontaminasikan
ikan-ikan kecil dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tanaman
air (Rusli, 2005). Selanjutnya ikan-ikan dan makhluk air lainnya
mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan lainnya yang lebih besar
atau masuk melalui tubuh melalui insang, kerang dapat mengumpulkan
merkuri (Hg) dalam cangkang (rumahnya). Sebagian besar dari senyawa
logam berat bersifat toksik, artinya dalam batas, jumlah, atau
konsentrasi tertentu dalam tubuh organisme dapat menyebabkan kematian.
Di lingkungan perairan merkuri dapat berada dalam bentuk
metal, senyawa- senyawa anorganik dan senyawa organik. Merkuri
yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah
oleh aktivitas mikroorganisme memenjadi komponen metil merkuri (CH3-
Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping
kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut
mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan
biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar
merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan
air. Sanusi mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi merkuri di
dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up take
rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses
ekresi. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai
pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya
yang stabil dalam sedimen ( Sanusi,1980 ).
2.3 Dampak Pencemaran Perairan terhadap Perekonomian Nelayan
Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran perairan
akibat kegiatan pertambangan juga memberi akibat penurunan perekonomian
nelayan. Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan
penurunan hasil tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa negara Indonesia merupakan
negara maritim, yakni memiliki wilayah perairan yang cukup luas.
Sebagian besar warga pesisir pantai berprofesi sebagai nelayan. Para
nelayan sangat menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan di perairan.
Dengan keberadaan merkuri serta bahan-bahan kimia lain yang berbahaya
telah menimbulkan pencemaran di wilayah perairan sehingga mengakibatkan
produktivitas perairan menjadi turun seiring dengan turunnya kualitas
badan air. Sifat toksik yang dihasilkan bahan-bahan kimia tersebut dapat
menyebabkan kematian sejumlah ikan yang menjadi tangkapan para nelayan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pendapatan nelayan yang menurun akibat pencemaran perairan secara
tidak langsung mempengaruhi Gross Domestic Product (GDP) negara
Indonesia. Akibat turunnya kualitas lingkungan, kemiskinan nelayan
meningkat. Sebab secara umum jumlah tangkapan nelayan menjadi
berkurang, sehingga masyarakat nelayan yang hidup dan bergantung pada
sumberdaya lautan mengupayakan berbagai strategi untuk dapat bertahan
hidup (survival strategies) dari besarnya dampak pencemaran. Hal ini
mengakibatkan hilangnya mata pencaharian nelayan yang secara langsung
akan menurunkan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang akses
terhadap sumberdaya. Menurunnya kesejahteraan ekonomi akan berdampak
pada aspek kehidupan yang lain, misalnya pendidikan dan kesehatan (
Susilo,2008 )
2.4. Konflik Di Pertambangan
Konflik adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana seseorang
individu atau kelompok dalam mencapai tujuan maka individu atau kelompok
yang lainnya akan mengalami kehancuran, sedang yang lain menilai bahwa
konflik merupakan sebuah proses social dimana individu-individu atau
kelompok individu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang
pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan .Konflik di Pertambangan bisa
berupa konflik Masyarakat dengan masyarakat,bisa juga konflik masyarakat
dengan pemilik perusahaan tambang (Santosa, 1999 ).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kerusakan Lingkungan akibat pertambangan nikel PT. Antam tbk di
Pomalaa
Endapan bijih nikel yang terdapat di Pomala Sulawesi Tenggara
ditemukan pertama kali oleh E.C. Abendanon pada tahun1909. Bone Tolo
Maatschappij mengadakan eksplorasi ke daerah Pomalaa dan berhasil
menemukan endapan bijih nikel di sekitar Tanjung Pakar pada tahun 1934
dengan kadar rata-rata 3,00 % - 3,50 %. Sejak tahun 1942 penambangan
dilakukan oleh Oost Borneo Maatschappij (OBM) kemudian dilanjutkan oleh
Sumitomo Metal Mining Co (SMM) dan berhasil membangun sebuah pabrik
pengolahan. Pada tahun 1957 – 1961 penambangan bijih nikel di Pomalaa
dimulai oleh salah satu perusahaan swasta nasional yaitu NV. Perto.
Berlakunya Undang – Undang Pertambangan No. 37 tahun 1960 yang
menyatakan bahwa bahan galian nikel adalah bahan galian strategis, maka
seluruh aktivitas penambangannya diambil alih oleh pemerintah. Dengan
demikian maka didirikanlah sebuah perusahaan bersama antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yang berstatus Perseroan Terbatas (PT).
Berdasarkan PP. No. 22 tahun 1968, PT. Pertambangan Nikel
Indonesia bersama BPU Pertambun beserta PT/Pertambangan nikel dan proyek
dijajarannya disatukan menjadi Pertambangan Nikel. Aneka Tambang Pomalaa
selaku unit produksi dengan nama Unit Pertambangan Nikel Pomalaa. Pada
tanggal 30 Desember 1974 status pertambangan nikel berubah menjadi PT.
Aneka Tambang (Persero).
Pelaksanaan pembangunan pabrik unit I dimulai 12 Desember 1973 dan
diresmikan pada tanggal 23 Oktober 1976 oleh Wakil Presiden Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Pabrik unit II mulai dibangun 2 November 1992 dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 11 Maret 1996.
Kerusakan lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan
kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan
(merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang
disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah
industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi
seperti semula.
Namun pada bebrapa dekade belakang ini,banyak negara mengencam akan
kelestarian alam yang terjadi di indonesia. Hal tersebut dikarenakan
semakin banyaknya industri-industri pertambangan yang mulai muncul di
indonesia khususnya Daerah Sulawesi Tenggara. Tak pelak industri
pertambangan baru tersebut melakukan sesuatu hal yang merusak lingkungan
agar mendapatkan keuntungan yang besar.Berkurangnya sumber keseimbangan
alam seperti hutan, air dan tanah yang subur sebagian besar disebabkan
oleh kegiatan pertambangan yang menghasilkan polutan yang sangat besar
sejak awal eksploitasi sampai proses produksi dan hanya mementingkan
keuntungan pribadi tanpa memperhatikan faktor kelestarian
lingkungan.Berikut Kerusakan Lingkungan Akibat pertambangan Nikel PT.
Antam di Pomalaa :
3.1.1.Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Slag
Pemerintah baru saja mengesahkan Peraturan Pemerintah No. 101
Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun,
yang merupakan pengganti dari peraturan sebelumnya Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan kewajiban bagi setiap
individu penghasil limbah B3 sesuai dengan PP No. 101 Tahun
2014,Pasal 3 (1), bahwa Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3
wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya.
Limbah hasil pengolahan bijih nikel milik PT. Antam di
Pomalaa dalam bentuk slag ternyata digunakan masyarakat sebagai
material timbunan. Tak hanya itu, obyek wisata Pantai Harapan yang
dibentuk dengan cara menimbun laut itu juga menggunakan limbah
nikel. Padahal ampas slag termasuk dalam limbah yang mengandung
unsur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Slag ini tidak bisa dijadikan bahan timbunan jalan apalagi
untuk rumah masyarakat karena mengandung limbah berbahaya.
Politi PPRN ini mengaku pihaknya telah melayangkan teguran pada
manejemen PT. Antam agar tak lagi membiarkan limbah slag
berhamburan di pemukiman umum bahkan dipergunakan untuk menimbun
lokasi Pantai Harapan. PT. Antam keliru membuat obyek wisata
permandian di Pomalaa yang semuanya dikelilingi oleh limbah batu
slag. Sementara slag ini jika bersenyawa dengan air laut
menyebabkan adanya unsur kimiawi yang bisa menyebabkan orang yang
mandi di pantai itu terkena kanker kulit.
3.2.2. Rusaknya lahan Karena Tidak Adanya Reklamasi secara
Menyeluruh
Risiko terbesar yang dihadapi pelaku bisnis pertambangan,
tak terkecuali ANTAM, adalah potensi ancaman kerusakan lingkungan
yang bisa mengganggu ekosistem di sekitar lokasi penambangan.
Kenyataan ini sangat disadari Perusahaan sehingga berupaya agar
operasional penambangan di seluruh unit bisnis ANTAM dijalankan
sesuai praktik penambangan yang baik dan sejalan peraturan yang
berlaku, baik sejak perencanaan maupun setelah selesai
(pascatambang).
Sedikitnya 5000 hektar lahan yang telah digarap oleh perusahaan
tambang tanpa adanya reklamasi saat ini. Jaminan reklamasi dari
tahun 2007 hingga saat ini tidak sampai Rp. 100 Milyar sementara
dampak kerusakan lingkungan secara materi mencapai triliunan. Di
Kolaka, dana jaminan reklamasi itu hanya Rp. 70 juta per hektar,
itupuin nanti berlaku awal tahun 2012. Sementara sejak tahun 2007
hingga 2011, jaminan reklmasi itu tidak ada.
3.2.3. Hancurnya Biodiversity Pesisir Laut Pomalaa yang berdampak
pula pada perekonomian masyarakat.
Menurut Hamzah,(2009) Bagi sebagian masyarakat Desa
Hakatutobu, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara
, laut, merupakan sumber kehidupan utama sekaligus rumah bagi
mereka. Setiap harinya, sekitar 275 kepala keluarga menggantungkan
hidupnya pada sumber daya alam yang ada di pesisir. Namun, sejak
masuknya kuasa pertambangan (KP), lingkungan pesisir laut menjadi
rusak, akibat banjir lumpur merah dari sisa-sisa material tambang
yang mengalir ke laut. Dampak dari itu, bukan hanya berimbas pada
biodiversity pesisir laut Pomalaa, namun berdampak pula pada
perekonomian masyarakat.
Diawal maraknya aktifitas pertambangan di Bumi Mekongga,
tidak sedikit masyarakat yang mempunyai lahan, rela menyewakan
sebidang tanahnya untuk dapat dipergunakan oleh perusahaan. Namun,
bagi mereka yang tidak mempunyai lahan, terpaksa memilih menjadi
buruh kasar. Tetapi, pasca diberlakukannya aturan tentang
perusahaan terlebih dahulu harus memurnikan hasil olahan mineralnya
di dalam negeri, sebelum akhirnya diekspor keluar, sebagian besar
perusahaan melakukan PHK massal. Imbasnya, masyarakat banyak yang
kehilangan pekerjaan.
Di sekitar wilayah Pomalaa, tempat di mana sebagian
masyarakat membudidayakan rumput laut, kondisi air mengalami
kekeruhan dengan jarak pandang hanya empat meter, terdapat terumbu
karang yang tertutup sedimentasi (lumpur), akibatnya biota
mengalami hambatan pertumbuhan. Selain itu area vegetasi lamun
(Pasik) tidak menampakkan ikan, terumbu karang rusak parah dengan
coverage tinggal 10 persen.
Menurut pengakuan seorang warga petani rumput laut
,menurutnya Sekarang rumput laut tidak bisa berkembang dengan baik.
Belum genap seminggu, rumput lautnya sudah mati. Lihat saja,
bagaimana mau tumbuh kalau air laut warnanya merah akibat limbah
Nikel. Karena rumput laut tidak bisa tumbuh, ia memutuskan untuk
menjadi nelayan.
3.2.4. Polusi Debu yang dirasakan oleh Masyarakat Lokal maupun
Daerah luar Pomalaa
Perusahaan Tambang seharusnya memiliki konstribusi terbesar
buat pembangunan Infra Struktur di Daerah Pomalaa ini,namun
ironisnya hal ini belum sama sekali dirasakan masyarakat Pomalaa.
Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Daerah lain di
Kabupaten Kolaka yang dapat menghirup udara segar,sebaliknya
masyarakat Pomalaa hanya dapat menghirup debu-debu yang
berterbangan.
Keluhan ini juga datang dari masyarakat diluar daerah
Pomalaa." kami resahkan akibat debu ketika mengendarai sepeda
motor,yang lebih parah lagi ketika hujan turun dimana jalan – jalan
dipenuhi becek yang begitu licin dan sangat berbahaya.
Pandangan inilah yang membuat masyarakat Pomalaa merasa
adanya diskriminasi yang besar terhadap daerah mereka.Patut di
sayangkan ,ketika Pemerintah Daerah Kab.Kolaka sedang tidur
terlelap dan selalu bahagia dengan kursi kemewahan yang mereka
miliki.Justru masyarakat Pomalaa harus tidur dengan pemikiran masa
depan kampung halaman mereka yang memiliki sejuta potensi kekayaan
alam yang begitu besar,namun tidak mereka rasakan.
3.3. Konflik Sosial
Konflik merupakan suatu masalah sosial yang timbul karena ada
perbedaan pendapat maupun pandangan yang terjadi dalam msaayarakat dan
negara. Biasanya konflik muncul akibat tidak adanya rasa toleransi dan
saling mengerti kebutuhan masing-masing individu. Dalam pengertian
konflik ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai
konflik.Menurut Alabaness, konflik adalah sebuah keadaan dimana antara
pihak yang bermasalah tidak mencapai tujuan dan kesepakatan yan ada
sehingga hal ini bisa mencampuri urusan masing-masing pihak.Jadi
kesimpulannya konflik adalah sebuah proses dimana ada keadaa yang terus
berubah dan ada banyak kepentingan yang butuh penyelesaian sehingga
bisa menyamakan persepsi agar tidak ada konflik parah yang bisa merusak
hubungan kedua belah pihak.
3.3.1. Konflik Laten antara PT. Aneka Tambang dengan Masyarakat Desa
Konflik yang bersifat laten adalah pertentangan yang tertutup dan
belum mencuat ke permukaan. Misalnya, kesenjangan dalam pengupahan
antara pekerja perempuan dengan pekerja laki-laki dalam suatu
perusahaan yang berlangsung secara diam-diam tertutup oleh dominasi
budaya patrimonial pada suatu saat meledak dan menjadi konflik terbuka.
Contoh lain, misalnya dominasi posisi badan pemerintahan oleh etnis
atau ras tertentu dapat mengundang kecemburuan dan kekecewaan etnis
lain yang merupakan suatu konflik yang bersifat laten. Suatu konflik
laten yang tidak segera diatasi pada suatu ketika akan meletus dan
menjadi perselisihan terbuka.
Warga desa melihat bahwa orang-orang yang mendapat bantuan dari
PT. Antam adalah orang-orang yang hanya dekat dengan Kepala Desa
Tambea. Stereotip yang terjadi sebagai pelabelan kepada para pendukung
dan bukan pendukung kepala desa. Streotip ini juga yang membuat
hubungan antara masyarakat menjadi tidak harmonis. Ketidak harmonisan
antara penerima bantuan dan yang tidak menerima bantuan. Sulit untuk
dipercaya bahwa mereka mempunyai hubungan keluarga tetapi tidak
harmonis, hal ini memperkuat yang telah dijelaskan di atas bahwa setiap
orang selalu ingin dihargai, mempunyai fasilitas yang nyaman.
Berdasarkan intensitas konfliknya, yang terjadi di masyarakat Tambea
adalah konflik laten dimana masing-masing pihak belum menyadari bahwa
telah terjadi konflik di antara mereka.
3.3.2. Konflik Laten Penerapan CSR PT. Aneka Tambang
PT. Antam telah melaksanakan tanggung jawabnya kepada masyarakat
dari penambangan yang dilakukan di daerah pabrik tersebut beroperasi
dengan memberikan bantuan. Tetapi, baru 10 tahun terakhir bantuan-
bantuan PT. Antam diberi nama program-program CSR seiring berjalannya
definisi CSR tersebut dalam perusahaan.
Dalam hubungan masyarakat yang mempertemukan orang-orang dengan
karakter berbeda dan kepentingan berbeda merupakan hal yang sulit untuk
menciptakan sebuah keharmonisan. Tetapi sulit bukan berarti tidak bisa
karena pada dasarnya manusia membutuhkan manusia lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Harmonis adalah suatu hubungan yang saling pengertian dan
persesuaian antara kedua belah pihak, yang satu sama lain saling
memberikan keuntungan dan merasa senang. Dengan adanya konflik
menandakan bahwa masyarakat tersebut dalam keadaan tidak harmonis. .
Tetapi setelah salah satunya diberi bantuan, mereka yang awalnya
akrab kini sudah tidak saling menegur. Program rumah sehat misalnya,
ada beberapa warga desa yang dianggap tidak layak mendapatkan karena
masih mampu menghidupi diri mereka sendiri tetapi mendapatkan bantuan
tersebut. Sedangkan masih banyak keluarga yang rumahnya sudah tidak
layak huni, papan-papannya sudah mau rubuh malah tidak mendapat bantuan
rumah sehat.
3.5. Hubungan antara Masyarakat dengan Pihak Perusahaan PT. Antam di
Pomalaa dalam Bidang Ekonomi
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa CSR PT. Antam bergerak dalam
dua superintenden, yaitu PKBL dan Comdev. PKBL memberikan bantuan modal
kepada para wiraswasta di desa Tambea untuk mengembangkan usahanya. Bantuan
dana bergulir tersebut diberikan dengan bunga yang sangat rendah, yaitu 0,6
% per tahun lebih rendah dari bunga pinjaman dari bank. Setelah laut mereka
menjadi kotor karena limbah pembungan perusahaan-perusahaan tambang, warga
Tambea sudah putus asa untuk membudidayakan teripang lagi. Walaupun
budidaya teripang sudah tidak bisa, tetapi teripangnya diambil dari luar
desa Tambea dan di kemas di Tambea sebelum dikirim ke Jepang dan Negara-
negara lain. Mereka pun dibantu dengan dana pinjaman Antam, tetapi butuh
kerja keras untuk membangunnya dari awal.
Walaupun begitu banyak dari mereka berharap akan terbantu secara
ekonomi dengan hadirnya PT. Antam di Pomalaa. Banyak pemuda-pemuda Tambea
menggantungkan harapan untuk bisa menjadi karyawan PT. Antam. Sangat
menyedihkan memang dengan pendidikan minim yang mereka punya mengharapkan
pekerjaan tersebut. Hal ini karena mereka tergiur dengan gaji yang tinggi,
bahkan mereka menganggap bahwa masuknya mereka menjadi karyawan adalah
bentuk tanggung jawab perusahaan karena telah mencemari laut mereka
sehingga pekerjaan mereka sebagai nelayan terganggu.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
A. Sejarah penemuan bijih nikel yang terdapat di Pomala Sulawesi
Tenggara ditemukan pertama kali oleh E.C. Abendanon pada tahun1909.
Bone Tolo Maatschappij mengadakan eksplorasi ke daerah Pomalaa dan
berhasil menemukan endapan bijih nikel di sekitar Tanjung Pakar pada
tahun 1934 dengan kadar rata-rata 3,00 % - 3,50 % dan berhasil
membangun sebuah pabrik pengolahan. Pada tahun 1957 – 1961 penambangan
bijih nikel di Pomalaa dimulai oleh salah satu perusahaan swasta
nasional yaitu NV. Perto.
B. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan di Pomalaa yaitu:
Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Slag
Rusaknya lahan Karena hanya sebagian di adakan Reklamasi
Hancurnya Biodiversity Pesisir Laut Pomalaa yang berdampak pula pada
perekonomian masyarakat. Polusi Debu yang dirasakan oleh Masyarakat
Lokal maupun Daerah luar Pomalaa
C. Masyarakat desa telah menerima bantuan dalam bidang pendidikan,
kesehatan, dan sosial. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Tanggapan
masyarakat terhadap implementasi program CSR umumnya positif walaupun
akhirnya dari beberapa segi menyingkap adanya konflik dalam pemberian
bantuan.
D. Dampak dari program CSR PT. Aneka Tambang tidak hanya dalam bentuk
positif tetapi juga negatif. Akibat dari pemberian bantuan tersebut
memicu timbulnya konflik laten dalam masyarakat Desa.
3.2. Saran
Pemberian bantuan seharusnya mendapat pengawasan yang ketat dari
perusahaan khususnya pada biro CSR PT. Antam agar tidak terjadi
penyalahgunaan pemberian bantuan. Diharapkan juga kepada pemerintah
Kabupaten Kolaka agar tidak selalu member ijin penambangan pada Kuasa
Pertambangan (KP) karena tanah dan gunung di desa Tambea dan beberapa
daerah telah gundul dan tidak direklamasi.
DAFTAR PUSTAKA
(BPDL) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2001. Aspek Lingkungan dalam
Amdal Bidang Pertambangan. Jakarta . Pusat Pengembangan dan Penerapan
Amdal Bapedal.
Hamzah. 2009. Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi
Tenggara [tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2012d. Laporan RKL RPL Triwulan I Tahun 2012 UBPN
Sultra.
PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2010. Rencana Pengelolaan Lingkungan UBPN Sultra.
Pusat Kesehatan Masyarakat Pomalaa. 2012. Surveilance Terpadu Penyakit
Berbasis Puskesmas.
Sanusi,1980. Sifat-Sifat Logam Berat Merkuri Di Lingkungan Perairan Tropis.
Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rusli, 2005. Analisa Merkuri (Hg) Air Sungai Muara Botung oleh Limbah
Merkuri (Hg) Akibat Penambangan Emas Tradisional di Desa Muara Botung
Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Susilo, 2008. Sosiologi Lingkungan, Jakarta: Rajawali Pers.