Kementerian Kementerian Perencanaan Perencanaan Pembangunan Pembangunan Nasional/ Nasional/ BAPPENAS BAPPENAS
Kementerian Kementerian Keuangan Keuangan
Kementerian Kementerian Dalam DalamNegeri Negeri
Kementerian Kementerian Pemberdayaan Pemberdayaan Perempuan Perempuandan dan Perlindungan Perlindungan Anak Anak
PETUNJUK PETUNJUKPELAKSANAAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG YANG RESPONSIF RESPONSIF GENDER GENDER UNTUK PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAG KEMENTERIAN/LEMBAGA A LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN NOMOR SURAT : 270/M.PPN/11/2012 EDARAN NOMOR: :270/M.PPN/11/2012 SE-33/MK.02/2012 NOMOR NOMOR : 050/4379A/SJ NOMOR : SE-33/MK.02/2012 NOMOR : SE 46/MPP-PA/11/2012 NOMOR : 050/4379A/SJ NOMOR : SETENTANG 46/MPP-PA/11/2012 STRATEGI NASIONAL TENTANG PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN PERCEPAT STRATEGI NASIONALGEND ER ȍPUGȎ MELALUI PERCEPAT PERCEPA TAN PENGARUSUTAMAAN GEND ER ȍPUGȎ PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER ȍPPRGȎ MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER ȍPPRGȎ
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS
Kementerian Keuangan
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
REPUBLIK INDONESIA
PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER UNTUK PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN 2 SURAT EDARAN SURAT NOMOR : 270/M.PPN/11/2012 NOMOR : SE-33/MK.02/2012 NOMOR : 050/4379A/SJ NOMOR : SE 46/MPP-PA/11/2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PercePatan Pengarusutamaan gender (Pug)
MELALUI Perencanaan dan Penganggaran yang resPonsif gender (PPrg)
Surat Edaran Bersama tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) Melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG). Lampiran 2 Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Pemerintah Daerah ©2012 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Diterbitkan oleh: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tim Penyusun: 1. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS); 2. Kementerian Keuangan; 3. Kementerian Dalam Negeri. 4. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
Mitra Pendukung: 1. The Asia Foundation 2. Pusat Telaah Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) (PATTIRO)
ii
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
KATA PENGANTAR DEPUTI MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan hidayah-Nya sehingga Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (Juklak PPRG), yang disusun dalam rangka mendukung implementasi Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Reponsif Gender (Stranas PPRG) ini dapat diselesaikan. Sebagaimana telah diketahui, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menjamin hak setiap warga negaranya untuk menikmati dan berpartisipasi dalam pembangunan di berbagai bidang. Namun demikian, perolehan akses, manfaat, dan partisipasi dalam pembangunan, serta kontrol terhadap sumber daya antara penduduk perempuan dan laki-laki belum setara. Untuk memperkecil kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, pada tahun 2000, dikeluarkan Instruksi Presiden (lnpres) Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Instruksi ini mengharuskan semua kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah untuk melaksanakan Pengarusutamaan Gender (PUG). Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan PUG di berbagai bidang pembangunan, sebagaimana yang terlihat pada sejumlah dokumen perencanaan pembangunan nasional. Dasar pelaksanaan PUG dalam pembangunan 20 tahun ke depan dikuatkan melalui Undang-undang (UU) No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Dalam tahap pertama RPJPN - yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, gender ditetapkan sebagai salah satu prinsip yang harus diarusutamakan di seluruh program/kegiatan pernbangunan, selain prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good
iii
governance) dan pembangunan yang berkelanjutan. Pada tahap kedua RPJPN, RPJMN 2010-2014; kesetaraan gender merupakan salah satu yang diarusutamakan dalam pembangunan nasional, yang meliputi tiga isu/ kebijakan nasional, yaitu: 1) peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; 2) perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; dan 3) peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan. Dengan dernikian, telah terjadi penguatan dasar hukum pelaksanaan PUG, baik pada tingkat UU maupun Peraturan Presiden. Pada tahun 2009, dalam rangka mempercepat penerapan PUG di berbagai bidang pembangunan, inisiatif perencanaan dan penganggaran responsif gender (PPRG) dimulai dengan dibentuknya Tim Pengarah dan Tim Teknis PPRG melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, No. Kep.30/M.PPN/HK/03/ 2009. Untuk mendukung pelaksanaan PPRG tersebut, kemudian disusunlah Stranas PPRG, yang dimaksudkan untuk percepatan pelaksanaan pengarusutamaan gender, yang sekaligus menunjang upaya pencapaian kepemerintahan yang baik (good governance), pembangunan yang berkelanjutan, serta pencapaian target target Millenium Development Goals (MDGs). Stranas PPRG tersebut dituangkan dalam bentuk Surat Edaran oleh 4 Tim Penggerak PPRG, yaitu: Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri. dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pada tataran pelaksanaan, Stranas PPRG dilengkapi dengan Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (Juklak PPRG), yang disusun agar pelaksanaan PUG dalam siklus pembangunan menjadi lebih terarah, sistematis dan sinergis, serta berkelanjutan, baik di tingkat nasional, maupun daerah. Untuk itu, ucapan terima kasih kami tujukan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Stranas dan Juklak PPRG ini, baik dari Kementerian PPN/Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri, dan KPP&PA, dan K/L lainnya yang terkait maupun para pemerintah provinsi; UN Women dan para tenaga ahli, atas segala masukan untuk penyusunan Stranas dan
iv
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Juklak PPRG ini. Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada seluruh pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu di sini, serta para anggota Tim Penyusun di lingkungan Kementerian PPN/ Bappenas; khususnya Sdr. Dr. Sanjoyo, MEc. (Direktur Kependudukan, Pemberdayaan Perernpuan, dan Perlindungan Anak), yang telah mengoordinasikan pelaksanaan penyusunan Stranas ini, didukung oleh Sdri. Fithriyah, SE, MPA, Ph.D. sebagai pelaksana penyusunan Stranas dan Juklak PPRG tersebut, bersama Sdri. Aini Harisani, SE. Akhir kata, semoga Stranas dan Juklak PPRG ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya dalam rangka percepatan penerapan PUG melalui PPRG ke depan, baik untuk tingkat nasional, maupun daerah.
v
KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan Surat Edaran Bersama (SEB) tentang Strategi Percepatan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) dengan salah satu lampiran berupa Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Pemerintah Daerah (Pemda). Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional mewajibkan setiap Kementerian/Lembaga untuk melaksanakan pengarusutamaan gender di seluruh sektor pembangunan, di semua tingkat pemerintahan. Pada proses penyu-sunan anggaran, ketentuan PPRG diatur dalam PMK mengenai Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L dimana dalam materi Anggaran Responsif Gender (ARG) mengatur bahwa Kementerian/Lembaga yang telah mendapatkan pendampingan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) mengenai PPRG wajib melaksanakan ARG. Penerbitan SEB ini akan melengkapi ketentuan yang ada mengenai penerapan PPRG sehingga pelaksanaannya akan lebih fokus dan terarah. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat di dalam penyusunan SEB ini. Semoga dengan diterbitkannya SEB ini, dapat membantu Pemerintah Daerah untuk memahami serta melaksanakan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender sehingga pelaksanaan PUG lebih fokus dan terarah mulai dari perencanaan sampai evaluasi seluruh proses penyelenggaraan pembangunan.
vi
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan pembangunan sebelumnya yang difokuskan pada upaya penataan kembali berbagai langkah strategis di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup, serta kelembagaannya agar bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi sejajar, serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat internasional. RPJPN memberikan arah yang sangat kuat untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing salah satunya melalui pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas yang antara lain ditandai dengan meningkatnya lndeks Pembangunan Manusia (IPM), lndeks Pembangunan Gender (lPG), serta tercapainya pertumbuhan penduduk yang seimbang dengan angka kelahiran total (total fertility rate) sebesar 2,1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut selanjutnya meng-amanatkan perlunya peningkatan berbagai prioritas program di bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak. Untuk mendukung pencapaian visi dimaksud, misi ke depan diarahkan salah satunya untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing yang ditandai dengan: a) meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kesadaran untuk hidup sehat, b) meningkatnya kualitas hidup perempuan, kesejahteraan, perlindungan anak, penurunan kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender, serta c) meningkatnya kualitas SDM yang bermartabat dan berakh!ak mulia dan mampua bersaing di era global pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Pengarusutamaan Gender (PUG) sebagai strategi pembangunan telah menjadi komitmen Pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera sejak tahun 2000 sebagaimana tertuang dalam lnstruksi Presiden (INPRES) Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
vii
Gender Dalam Pembangunan. Komitmen tersebut secara terus menerus dilakukan Pemerintah sebagaimana tertuang dalam lnstruksi Presiden (INPRES) Nomor 1Tahun 2010 tentang Percepatan Prioritas Pembangunan serta dalam lnstruksi Presiden (INPRES) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan. Pengintegrasian Gender dalam Program Pembangunan, antara lain bertujuan untuk: Mewujudkan Kesetaraan Gender di berbagai bidang pembangunan di daerah; dan Mewujudkan sistim politik yang demokratis, pemerintahan yang desentralistik, pembangunan daerah yang berkelanjutan, serta pemberdayaan masyarakat yang partisipatif. Untuk lebih mengefektikan pelaksanaan PUG melalui PPRG di tingkat
Nasional dan Daerah, selain Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, juga telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah dan se!anjutnya untuk memberikan kerangka waktu yang jelas maka teiah disusun Strategi Nasional (Stranas) Percepatan PUG melalui PPRG yang bertujuan untuk percepatan pelaksanaan pengarusutamaan gender sesuai RPJMN 2010 - 2014. Stranas tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Kementerian/Lembaga. Kami berharap Petunjuk Pelaksanaan ini dapat memberikan kontribusi pada Kementerian/Lembaga dalam mengimplementasikan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender sehingga dapat memberikan dampak dan manfaat positif bagi masyarakat perempuan dan laki-laki sebagai penerima program di daerah.
viii
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
KATA PENGANTAR SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Pengarusutamaan Gender (PUG) telah menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi nasional yang dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 pada buku II bab I. RPJMN ini juga telah memuat kebijakan dalam sistem perencanaan dan penganggaran, menggunakan data terpilah dalam analisis, memuat indikator gender, dan menyusun sasaran pembangunan yang responsif gender. Hasil evaluasi analisa gender dalam perencanaan pembangunan pada tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Bappenas, menunjukkan bahwa pelaksanaan PUG telah mengalami kemajuan dengan terbentuknya kelembagaan PUG di sebagian besar Kementerian/Lembaga. Namun, ternyata perspektif kesetaraan gender belum terintegrasi dalam proses pembangunan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Pada tahun 2009, inisiatif Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) dimulai dengan dibentuknya Tim Pengarah dan Tim Teknis PPRG melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas. Pada tahun 2009 itu pula untuk pertama kalinya Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No.119/2009 terkait dengan penyusunan dan penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) yang di dalamnya juga diatur tentang perencanaan dan penganggaran yang responsif gender yang mulai dilaksanakan di empat pilot Kementerian/Lembaga ada juga “driver”. Adapun ke empat pilot K/L yang melaksanakan PPRG adalah Kemendikbud, Kementerian PU, Kemen-terian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan. Sedangkan ketiga driver yang menjadi pilot adalah di Kemeneg PPN/ Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kemeneg PP dan PA. Demikian halnya dengan hasil review terhadap peraturan yang terkait mekanisme pelaksanaan pembangunan daerah menunjukkan bahwa esensi pengarusutamaan hanya terfokus pada pemberdayaan perempuan, belum pada perwujudan kesetaraan gender di semua lini pembangunan.
ix
Untuk menjamin terintegrasinya PPRG dalam semua proses pembangunan daerah, pelaksanaan PPRG agar bertumpu pada peraturan perundangan yang lebih kuat dan berlaku dalam waktu yang lama seperti Peraturan Daerah (PERDA). Dengan demikian, pelaksanaan PPRG di daerah dapat berlangsung lintas waktu (multi-years) dan terintegrasi di dalam mekanisme dan proses perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah secara terus menerus dan berkesinambungan. Mengingat pentingnya penguatan pada peraturan perundang-undangan di daerah, maka peranan Kementerian Dalam Negeri dalam penerapan PPRG di daerah tersebut menjadi hal yang penting dan dapat menjadi motor penggerak bersama dengan Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Untuk lebih mengefektikan pelaksanaan PUG melalui PPRG di tingkat
nasional dan daerah dan untuk memberikan kerangka waktu yang jelas maka disusunlah Strategi Nasional Percepatan PUG melalui PPRG yang dimaksudkan untuk percepatan pelaksanaan pengarusutamaan gender sesuai RPJMN 2010–2014 stranas tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Kementerian/Lembaga. Kami berharap Petunjuk Pelaksanaan ini dapat memberikan kontribusi pada Kementerian/Lembaga dalam mengimplementasikan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender sehingga dapat memberikan dampak dan manfaat positif bagi masyarakat perempuan dan laki-laki sebagai penerima program dari Kementerian/Lembaga.
x
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
KATA PENGANTAR •
Kata Pengantar Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala BAPPENAS Bidang Sumber Daya Manusia dan • •
Kebudayaan Kata Pengantar Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Kata Pengantar Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri
iii vi vii
Kata Pengantar Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
ix xi xiii xiv xv
BAB I PENDAHULUAN
1
I. II.
Latar Belakang Peraturan Perundang-Undangan dan Kebijakan Terkait
1 3
III. IV.
Tujuan Sasaran
4 4
BAB II. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
5
I. II.
Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
5 8
III.
Instrumen PPRG dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah
10
BAB III PENERAPAN INSTRUMEN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
18
I.
19
Pengintegrasian Gender Dalam Dokumen Perencanaan
xi
II.
Pengintegrasian Gender dalam Dokumen Penganggaran
37
III.
Pengintegrasian Gender dalam Dokumen Pelaksanaan Kegiatan dan Pertanggungjawaban
42
IV.
Peran Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dalam Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
43
BAB IV. PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER DI DAERAH I. Pengertian Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender di Daerah
xii
45 45
II.
Indikator Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan dan
III.
Penganggaran yang Responsif Gender di Daerah Pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi
46 52
IV.
Pelaporan Hasil Pengendalian dan Evaluasi
53
BAB V PENUTUP
56
LAMPIRAN-LAMPIRAN •
Lampiran 1
57 58
•
Lampiran 2
63
•
Lampiran 3
74
•
Lampiran 4
76
•
Lampiran 5
80
•
Lampiran 6
81
•
Lampiran 7
84
•
Lampiran 8
87
•
Lampiran 9
88
•
Lampiran 10
92
•
Lampiran 11
95
•
Lampiran 12
98
•
Lampiran 13
101
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahapan Penyusunan dan Penetapan APBD
6
Tabel 2.2. Matrik Gender Analysis Pathway
13
Tabel 2.3. Keterkaitan GAP dan GBS
14
Tabel 2.4. Format Gender Budget Statement dan Cara Penyusunannya
16
Tabel 3.1. Implementasi GAP dalam Struktur RPJMD
21
Tabel 3.2. Integrasi Gender dalam Dokumen Renstra SKPD
26
Tabel 3.3. Integrasi Gender dalam Dokumen RKPD
31
Tabel 3.4. Integrasi Gender dalam Dokumen Renja SKPD
34
Tabel 3.5. Integrasi Gender dalam Dokumen KUA-PPAS
37
Tabel 3.6. Integrasi Gender dalam Dokumen RKA/DPA SKPD
40
Tabel 3.7. Peran Kelembagaan PUG dalam Penyusunan PPRG
43
Tabel 4.1. Indikator Pengendalian dan Evaluasi PPRG di Daerah
47
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1. Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan Daerah
5
Diagram 3.1 Posisi GAP dan GBS dalam Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah
19
Diagram 3.2. Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Kabupaten/Kota
20
Diagram 3.3. Alur Penyusunan Renstra SKPD
25
Diagram 3.4. Penyusunan Rancangan Awal RKPD Kabupaten/Kota
30
Diagram 4.1. Prosedur Pengendalian dan Evaluasi
53
Diagram 4.2. Alur Pelaporan Hasil Pengendalian dan Evaluasi
54
xiii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Analisis Gender
: Identiikasi secara sistematis tentang isu-isu gender yang disebabkan karena adanya pembedaan peran serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki. Analisis gender perlu dilakukan, karena pembedaan-pembedaan ini bukan hanya menyebabkan adanya pembedaan diantara keduanya dalam pengalaman, kebutuhan, pengetahuan, perhatian, tetapi juga berimplikasi pada pembedaan antara keduanya dalam memperoleh akses dan manfaat dari hasil pembangunan, berpartisipasi dalam pembangunan serta penguasaan terhadap sumberdaya pembangunan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
: Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
: Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan ditetapkan dengan Undang-Undang.
Anggaran Responsif Gender (ARG)
: Anggaran yang merespon kebutuhan, permasalahan, aspirasi dan pengalaman perempuan dan laki-laki yang tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Badan : Unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan Perencanaan yang melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan Pembangunan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksaDaerah (BAPPEDA) naan rencana pembangunan daerah.
xiv
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Badan Perwakilan Desa (BPD)
: Lembaga yang dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999. BPD merupakan salah satu unsur pemerintah desa selain Kepala Desa, BPD mempunyai 4 (empat) fungsi: (1) mengayomi adat istiadat; (2) membuat peraturan desa; (3) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; serta (4) melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah Desa.
Bersifat Indikatif
: Data dan informasi, baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen rencana, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan tidak kaku.
Bias Gender
: Suatu pandangan yang membedakan peran, kedudukan, hak serta tanggung jawab perempuan dan laki-laki dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan pembangunan serta memihak kepada salah satu jenis kelamin.
Data Terpilah
: Data terpilah menurut jenis kelamin, status dan kondisi perempuan dan laki-laki di seluruh bidang pembangunan yang meliputi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, bidang politik dan pengambilan keputusan, bidang hukum dan sosial budaya dan kekerasan.
Dewan Perwakilan : Lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur Rakyat Daerah penyelenggara pemerintahan daerah. (DPRD) Dinas Pengelolaan : Dinas yang bertugas melaksanakan urusan Keuangan dan Aset pemerintah daerah di bidang pendapatan, Daerah (DPKAD) pengelolaan keuangan dan aset daerah yang menjadi kewenangan daerah. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA SKPD)
: Dokumen yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Kepala SKPD sebagai pengguna anggaran.
xv
xvi
Focal Point Pengarusutamaan Gender (Focal Point PUG)
: Individu-individu yang telah sensitif gender yang berasal dari instansi/lembaga/organisasi/unit organisasi yang mampu melaksanakan pengarusutamaan gender ke dalam setiap kebijakan, program, proyek dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah masingmasing.
Forum SKPD provinsi dan kabupaten/kota
: Wahana antar pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD provinsi dan kabupaten/kota.
Gender
: Perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara perempuan dan laki-laki yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas. Jadi, gender merupakan konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
Gender Analysis Pathway (GAP)
: Disebut juga alur kerja analisis gender, merupakan model/alat analisis gender yang dikembangkan oleh Bappenas bekerjasama dengan Canadian International Development Agency (CIDA), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) untuk membantu para perencana melakukan pengarusutamaan gender.
Gender Budget Statement (GBS)
: Pernyataan anggaran responsif gender atau Lembar Anggaran Responsif Gender adalah dokumen pertanggungjawaban spesiik gender yang disusun pemerintah yang menunjukkan kesediaan instansi untuk melakukan kegiatan berdasarkan kesetaraan gender dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan-kegiatan tersebut.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Gender Empowerment Measure (GEM)
: Disebut juga Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indikator yang dikembangkan oleh UNDP yang bertujuan untuk mengukur kemajuan perempuan terutama partisipasi dalam forumforum politik dan ekonomi. GEM menganalisa sejauh mana perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi dalam dunia politik dan ekonomi dan mengambil bagian dalam pengambilan keputusan.
Gender-related : Disebut juga Indeks Pembangunan Gender (IPG) Development Index adalah indikator yang dikembangkan oleh UNDP (GDI) yang lebih menaruh perhatian pada penggunaan kapabilitas dan pemanfaatannya dalam kesempatan-kesempatan dalam hidup. GDI mengukur pencapaian dimensi dan variabel yang sama dengan HDI (Human Development Index ), namun menangkap ketidakadilan dalam hal pencapaian antara perempuan dan laki-laki. Hasil (outcome)
: Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
: Organisasi profesi bidan di Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
: Organisasi profesi kedokteran di Indonesia.
Indikator Kinerja
: Instrumen untuk mengukur kinerja, yaitu alat ukur spesiik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan. Untuk mengukur output pada tingkat Kegiatan digunakan instrumen Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), sedangkan untuk mengukur hasil pada tingkat Program digunakan instrumen Indikator Kinerja Utama (IKU).
xvii
Isu Gender
: Suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan perempuan dan laki-laki atau ketimpangan gender. Kondisi ketimpangan gender ini diperoleh dengan membandingkan kondisi yang dicitacitakan (kondisi normatif) dengan kondisi gender sebagaimana adanya (kondisi subyektif).
Isu-isu Strategis
: Kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signiikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang.
Keadilan Gender ( gender equity )
: Perlakuan adil bagi perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan proses kebijakan pembangunan nasional, yaitu dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan, hambatan sebagai perempuan dan sebagai laki-laki untuk mendapat akses dan manfaat dari usaha-usaha pembangunan; untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan (seperti yang berkaitan dengan kebutuhan, aspirasi) serta dalam memperoleh penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya seperti dalam mendapatkan/ penguasaan keterampilan, informasi, pengetahuan, kredir dan lain-lain
Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
: Dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
Kebijakan/ : Kebijakan/program yang responsif gender Program Responsif berfokus kepada aspek yang memperhatikan Gender kondisi kesenjangan dan kepada upaya mengangkat isu ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin.
xviii
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Kegiatan
: Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input ) untuk menghasilkan keluaran (output ) dalam bentuk barang/jasa.
Kegiatan Prioritas
: Kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai secara langsung sasaran program prioritas.
Keluaran (output )
: Barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan, yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
Kepala Daerah dan : Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi, Wakil Kepala Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten, Daerah Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota. Kerangka Acuan Kerja (KAK) / Term of Reference (TOR)
: KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/ Lembaga. Dalam KAK tercakup latar belakang, maksud dan tujuan, indikator keluaran dan keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggungjawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan.
Kerangka Anggaran
: Rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang akan didanai APBD untuk mencapai tujuan pembangunan daerah.
Kerangka Pendanaan
: Program dan kegiatan yang disusun untuk mencapai sasaran hasil pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari anggaran pemerintah/daerah, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh.
xix
Kerangka Regulasi : Sekumpulan pengaturan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah dalam bentuk perundangundangan untuk mencapai sasaran hasil pembangunan, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh. Kesenjangan Gender ( gender gap)
: Ketidakseimbangan atau perbedaan kesempatan, akses, partisipasi, kontrol dan manfaat antara perempuan dan laki-laki yang dapat terjadi dalam proses pembangunan.
Kesetaraan Gender ( gender equality )
: Kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil yang dampaknya seimbang.
Kinerja
: Prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
: Salah satu lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong royong masyarakat desa.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
: Organisasi non pemerintah yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.
Millenium : Disebut juga Tujuan Pembangunan Milenium Development Goals adalah hasil kesepakatan kepala negara dan (MDG’s) perwakilan dari 189 negara Perserikatan BangsaBangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, dan mencakup delapan sasaran untuk dicapai pada 2015, yaitu: (1) mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, (2) pendidikan universal, (3) kesetaraan gender, (4) kesehatan anak, (5) kesehatan ibu, (6) , penanggulangan HIV/AIDS, (7) kelestarian lingkungan, dan (8) kemitraan global. xx
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
: Forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan.
Netral Gender
: Kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak kepada salah satu jenis kelamin.
Pemangku Kepentingan
: Pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah antara lain unsur DPRD provinsi dan kabupaten/kota, TNI, POLRI, Kejaksaan, akademisi, LSM/Ormas, tokoh masyarakat provinsi dan kabupaten/kota/desa, pengusaha/ investor, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pemerintahan desa, dan kelurahan serta keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan termajinalkan.
Pembangunan Daerah
: Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.
Pengarusutamaan Gender (PUG)
: Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan.
Perencanaan
: Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
xxi
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG)
: Instrumen untuk mengatasi adanya perbedaan atau kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan bagi perempuan dan lakilaki dengan tujuan untuk mewujudkan anggaran yang lebih berkeadilan.
Perencanaan yang Responsif Gender
: Perencanaan yang dibuat oleh seluruh lembaga pemerintah, organisasi profesi, masyarakat dan lainnya yang disusun dengan mempertimbangkan empat aspek seperti: peran, akses, manfaat dan kontrol yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-laki. Artinya adalah bahwa perencanaan tersebut perlu mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan pihak perempuan dan laki-laki, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam pelaksanaan kegiatan.
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
: Pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan eisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut.
Perencanaan Pembangunan Daerah
: Suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/ daerah dalam jangka waktu tertentu.
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
: Rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.
Problem Base : Teknik analisis yang dikembangkan melalui kerja Approach (PROBA) sama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, dan UNFPA, dengan pendekatan yang berbasis masalah. xxii
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Program
: Bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah.
Rencana Kerja
: Dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka anggaran.
Rencana Kerja dan : Dokumen perencanaan dan penganggaran yang Anggaran SKPD berisi rencana pendapatan, rencana belanja (RKA SKPD) program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
: Dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah.
Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD)
: Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
: Dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
: Dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
: Dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
: Dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
xxiii
Rencana Strategis SKPD (Renstra SKPD)
: Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.
Responsif Gender
: Perhatian dan kepedulian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat yang disertai upaya menghapus hambatanhambatan struktural dan kultural dalam mencapai kesetaraan gender.
Sasaran
: Target atau hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
: Perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Sensitif Gender
: Kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil-hasil pembangunan serta relasi antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat.
Standar Pelayanan : Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan Minimal (SPM) dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Statistik Gender
xxiv
: Kumpulan data dan informasi terpilah menurut jenis kelamin yang memperlihatkan realitas kehidupan perempuan dan laki-laki yang mengandung isu gender. Statistik gender biasanya dipakai dalam konteks kebijakan, dengan tujuan untuk (1) melihat adanya ketimpangan gender secara komprehensif; (2) membuka wawasan para penentu kebijakan atau perencana tentang kemungkinan adanya isu gender dan; (3) bermanfaat untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan/program yang responsif gender.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
SWOT Analysis
: Suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengidentiikasi secara internal faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness ) dan secara eksternal mengenai peluang (opportunities) dan ancaman (threats), untuk menyusun program aksi sebagai tindakan dalam mencapai sasaran dan tujuan dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
: Tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, DPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.
xxv
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan perpektif gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan. Pelaksanaan integrasi PUG ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran di tingkat pusat dan daerah diharapkan dapat mendorong pengalokasian sumber daya pembangunan menjadi lebih efektif, dapat dipertanggungjawabkan, dan adil dalam memberikan manfaat pembangunan bagi seluruh penduduk Indonesia, baik perempuan maupun laki-laki. Pelaksanaan PUG harus tereleksikan dalam proses penyusunan
kebijakan yang menjadi acuan perencanaan dan penganggaran untuk menjamin program dan kegiatan yang dibuat oleh seluruh lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah menjadi responsif gender. Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) merupakan perencanaan yang disusun dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-laki. Hal ini berarti bahwa perencanaan dan penganggaran tersebut mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan pihak perempuan dan laki-laki, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pelaksanaan kegiatan. PPRG bukanlah suatu proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada, dan bukan pula penyusunan rencana dan anggaran khusus untuk perempuan yang terpisah dari laki-laki. Di samping itu penyusunan PPRG bukanlah tujuan akhir, melainkan merupakan sebuah kerangka kerja atau alat analisis untuk mewujudkan keadilan dalam penerimaan manfaat pembangunan.
1
PUG adalah salah satu dari 3 (tiga) strategi nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 pada Buku II Bab I. RPJMN ini telah memuat kebijakan PUG dalam sistem perencanaan dan penganggaran, menggunakan data terpilah dalam analisis, memuat indikator gender, dan menyusun sasaran pembangunan responsif gender. Dalam konteks daerah, penggunaan analisis gender sebelum penyusunan perencanaan pembangunan juga telah diamanatkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah pasal 33 ayat 3. Secara spesiik, PPRG juga merupakan bentuk implementasi dari Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) yang menjadi ilosoi dasar sistem
penganggaran di Indonesia di mana pengelolaan anggaran memperhitungkan komponen gender pada input, output, dan outcome pada perencanaan dan penganggaran, serta mengintegrasikan indikator keadilan (equity ) sebagai indikator kinerja, setelah pertimbangan ekonomi, eisiensi, dan efektivitas. Dengan demikian, Anggaran Responsif Gender (ARG) menguatkan secara signiikan kerangka penganggaran
berbasis kinerja menjadi lebih berkeadilan. Dalam rangka melakukan percepatan pelaksanaan PPRG ini, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) telah mengeluarkan Peraturan Bersama mengenai Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG). Strategi nasional ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Bersama Bappenas, Kemendagri, Kemenkeu, dan KPP&PA tentang Petunjuk Pelaksanaan PUG melalui PPRG di Daerah.
2
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
II. Peraturan Perundang-Undangan dan Kebijakan Terkait Beberapa peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang terkait dengan PPRG adalah sebagai berikut: 1.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap Wanita (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women);
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3.
Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional; 4.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah;
8.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20102014;
9.
Instruks i Presiden Nomor 9 Tahun Instruksi Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Pengarus utamaan Gender dalam Pembangunan Nasional;
10. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010; 11. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
3
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Mente ri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Mente ri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Mente ri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Di Daerah;
III. Tujuan 1.
Memberi rujukan untuk pelaksanaan Percepatan PUG melalui PPRG di daerah agar lebih terarah, sistematis, dan sinergis di tingkat daerah (Provinsi dan Kabupaten/K Kabupaten/Kota); ota);
2.
Menjadi pedoman dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PPRG di daerah yang dilaksanakan oleh Bappenas, Kemendagri dan KPP&PA.
IV.. Sasaran IV 1.
Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Pemerintahan Kota dalam menyusun dan merencanakan anggaran yang responsif gender;
2.
Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Pemerintahan Kota dalam melakukan pengendalian dan evaluasi evalua si perencanaan dan penganggaran daerah.
4
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
BAB II
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
I. Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan dasar dari sinkronisasi siklus perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah sebagaimana dijelaskan melalui diagram 2.1 dibawah ini.
Diagram 2.1. Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan Daerah Pedoman Pedoman
RENSTRA KL Pedoman
dijabarkan
RPJM NASIONAL
Pedoman
RPJP DAERAH
Pedoman
RKP
RAPBN
APBN
Pedo doma man n
dijabarkan
RPJM DAERAH
RKPD
Pedo doma man n
RAPBD
KUA
APBD
PPAS
Pedoman Pedoman
RENSTRA SKPD
P e P m u e s r a i n t t a h
Diserasikan melalui MUSRENBANGDA
diperhatikan
diacu
RINCIAN APBN
diacu
Pedoman
RPJP NASIONAL
RKA-KL
RENJA KL
RENJA SKPD
PERENCANAAN PROGRAM
Pedoman
RKASKPD
PENJABARAN APBD
P e D m a e e r r i a n h t a h
PENGANGGARAN
5
Dalam diagram di atas dapat dilihat keterkaitan antara beberapa tingkatan perencanaan serta keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran. Perencanaan terkait dengan penentuan prioritas ,
tindakan untuk mencapai tujuan t ert entu sedangkan penganggaran menggambarkan bagaimana alokasi sumber daya yang diperlukan ,
untuk mencapai tujuan
t ersebut.
Perencanaan pembangunan di
daerah tidak terpisah dari perencanaan pembangunan di tingkat nasional sebagaimana disebutkan dalam PP Nomor 8 Tahun 2008 pasal ,
2 ayat 1. Berikut ini adalah proses perencanaan dan penganggaran di daerah beserta pelaku, tahapan dan waktu penyusunannya:
Tabel 2.1. Tahapan Penyusunan dan Penetapan APBD No
Tahapan
Pelaku
1 Musrenbang Komponen masyarakat Desa/Kelurahan (ketua RT/RW, kepala dusun, LPM, ketua adat, kelompok perempuan, kelompok pemuda, ormas, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah), kepala desa/lurah dan aparat desa/kelurahan, BPD, Camat dan aparat kecamatan, kepala Puskesmas, kepala sekolah, LSM 2 Musrenbang Kecamatan
6
Output Usulan kegiatan desa/ kelurahan
Waktu Januari
Delegasi kelurahan/desa (ter- Usulan Februari dapat perwakilan perempuan), kegiatan organisasi masyarakat di ting- kecamatan kat kecamatan, Bappeda, perwakilan SKPD, kepala cabang SKPD, kepala unit pelayanan di tingkat kecamatan, anggota DPRD dari daerah pemilihan kecamatan bersangkutan, camat dan aparat kecamatan bersangkutan, LSM, ahli/ profesional (jika dibutuhkan)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
No
Tahapan
3 Forum SKPD
Pelaku
Output
Waktu
Delegasi Kecamatan (terdapat Re Renj nja a SKPD SKPD Ma Mare ret t perwakilan kelompok perempuan), organisasi sektoral (misal: Dewan Pendidikan untuk Forum Pendidikan, IDI dan IBI untuk Forum Kesehatan), Kepala SKPD, LSM dengan bidang kerja sesuai dengan fungsi SKPD, ahli/profesi
4 Musrenbang Delegasi musrenbangcam, RKPD delegasi Forum SKPD, DPKAD, kabupaten/kota DPRD, LSM yang bekerja di tingkat kota/kabupate kota/kabupaten, n, perguruan tinggi, perwakilan Bappeda Provinsi, Tim Penyusun RKPD, Tim Penyusun Renja SKPD, Panitia/Tim Anggaran eksekutif maupun DPRD
Masukan terhadap dokumen RKPD
Maret
5 Pembahasan KUA dan PPAS
TAPD dan DPRD
Dokumen KUA dan PPAS
Pertengahan Juni-akhir Juli
6 Penyusunan RKA SKPD
SKPD
Dokumen RKA SKPD
Agustus
7 Penyusunan TAPD RAPBD (Kompilasi dari RKA)
Dokumen RAPBD
SeptemberOktober
8 Pembahasan TAPD dan DPRD RAPBD di DPRD
APBD
OktoberDesember
9 Evaluasi oleh Gubernur
Tim Evaluasi Gubernur
APBD yang lolos evaluasi dan siap dibuat Perda
Pertengahan Desember
10 Pen ener erbi bita tan n Perda APBD
Pemda dan DPRD
Perda APBD
Akhir Desember
7
Siklus APBD terdiri dari empat tahapan, yaitu 1) tahap penyusunan yang terdiri dari perencanaan dan penganggaran, 2) tahap pembahasan dan penetapan, 3) tahap pelaksanaan, dan 4) tahap pertanggungjawaban APBD. Dari keseluruhan tahapan ini, tahap pertama dan kedua sangat menentukan bentuk atau proil APBD.
II. Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Perencanaan Responsif Gender (PRG) dilakukan untuk menjamin keadilan dan kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki dalam aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat pembangunan. Perencanaan ini dibuat dengan mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan, permasalahan, dan pengalaman perempuan dan laki-laki, l aki-laki, baik dalam proses penyusunannya penyusunannya maupun dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam konteks perencanaan daerah, PRG ini direleksikan dalam dokumen RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, dan Renja SKPD. Perencanaan Responsif Gender diharapkan dapat menghasilkan Anggaran Responsif Gender (ARG), di mana kebijakan pengalokasian anggaran disusun untuk mengakom mengakomodasi odasi kebutuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. la ki-laki. ARG ini direleksikan direl eksikan dalam dokumen dokume n KUA-PP KUA-PPAS, AS, RKA SKPD dan DPA SKPD. Dengan mengimplementasikan PRG dan ARG diharapkan perencanaan dan penganggaran daerah dapat: 1.
Lebih efektif dan eisien.
Pada analisis situasi/analisis gender dilakukan pemetaan peran perempuan dan laki-laki, kondisi perempuan dan laki-laki, kebutuhan perempuan dan laki-laki serta permasalahan perempuan dan lakilaki. Dengan demikian analisis gender akan mengurai dan memberikan jawaban yang lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam penetapan program/kegiatan dan anggaran, menetapkan kegiatan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kesenjangan gender, dan siapa yang sebaiknya dijadikan target sasaran dari sebuah program/kegiatan, kapan dan bagaimana program/kegiatan akan dilakukan.
8
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
2.
Mengurangi kesenjangan tingkat penerima manfaat pembangunan. Dengan analisis situasi/analisis gender akan dapat mengidentiikasikan adanya perbedaan permasalahan dan kebutuhan antara perempuan dan laki-laki, sehingga dapat membantu para perencana maupun pelaksana untuk menemukan solusi dan sasaran yang tepat dalam rangka menjawab permasalahan dan kebutuhan yang berbeda.
Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan PRG dan ARG yaitu: 1.
Syarat utama untuk melaksanakan PRG dan ARG adalah kemauan politik dan komitmen dari pembuat kebijakan publik;
2.
Penerapan PRG dan ARG fokus pada program dan kebijakan dalam rangka: a.
Penugasan prioritas pembangunan daerah yang mendukung prioritas pembangunan nasional dan pencapaian MDG’s;
b.
Pelayanan kepada masyarakat (service delivery ) berdasarkan pencapaian SPM; dan/atau;
c. 3.
Pencapaian visi dan misi pembangunan daerah.
PRG dan ARG merupakan penyusunan perencanaan dan anggaran guna menjawab secara adil kebutuhan setiap warga negara, baik perempuan maupun laki-laki (keadilan dan kesetaraan gender).
4.
PRG dan ARG bukan fokus pada perencanaan perencan aan dan penyediaan anggaran dengan jumlah tertentu untuk pengarusutamaan gender saja, tapi lebih luas lagi, bagaimana perencanaan dan anggaran keseluruhan dapat memberikan manfaat yang adil untuk perempuan dan laki-laki. Prinsip tersebut mempunyai arti: a.
PRG dan ARG bukanlah program dan anggaran yang terpisah untuk perempuan dan laki-laki;
b.
PRG dan ARG sebagai pola anggaran yang akan menjembatani kesenjangan status, peran dan tanggungjaw tanggungjawab ab antara perempuan dan laki-laki;
9
c.
PRG dan ARG bukanlah dasar yang dapat dijadikan untuk meminta tambahan alokasi anggaran;
d. PRG dan ARG tidak selalu berarti penambahan program dan anggaran yang dikhususkan untuk program perempuan; e.
PRG dan ARG bukan berarti ada jumlah program dan alokasi dana 50% untuk perempuan dan 50% untuk laki-laki dalam setiap kegiatan;
f.
Peluang integrasi isu gender dapat tercermin dalam:
ȃ Proses perencanaan partisipatif di mana perempuan dan lakilaki terlibat dan menyampaikan aspirasi serta kebutuhan mereka secara aktif.
ȃ Dokumen perencanaan, baik secara tersurat maupun tersirat dalam rumusan kondisi daerah, visi dan misi, isu strategis, sasaran, program atau kegiatan suatu SKPD yang berkomitmen untuk mengurangi kesenjangan gender.
ȃ Program dan kegiatan khusus pemberdayaan perempuan. ȃ Indikator dan target yang terpilah. ȃ Target dan indikator yang berfokus pada isu-isu terkait gender tertentu.
III. Instrumen PPRG dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah PPRG dilakukan melalui analisis gender dan penyusunan Gender Budget Statement (GBS). Hasil analisis yang dilakukan dan GBS dijadikan acuan
dalam
menyusun
seluruh
dokumen
perencanaan
dan
penganggaran.
A. Analisis Gender
Dalam melakukan proses perencanaan dan penganggaran agar responsif gender, yang pertama-tama harus dilakukan adalah menganalisis adanya isu kesenjangan gender dalam output kegiatan. Pada proses ini diperlukan piranti untuk melakukan analisis gender, seperti model:
10
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Harvard, Moser, SWOT, PROBA, GAP, dan lain sebagainya. Tahap analisis gender dalam proses PPRG dapat menggunakan alat analisis Gender Analysis Pathway (GAP) sebagaimana yang ada dalam contoh. Dengan telah teridentiikasinya isu kesenjangan gender yang ada pada level
output, informasi yang di dapat kemudian dimasukkan ke dalam dokumen GBS. Analisis yang digunakan sebagai contoh dalam pedoman ini adalah Gender Analysis Pathway (GAP) yang meliputi sembilan langkah sebagai berikut: Langkah 1
: Melaksanakan analisis tujuan dan sasaran kebijakan, program dan kegiatan yang ada.
Langkah 2
: Menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin dan usia. Hasil kajian, riset, dan evaluasi dapat digunakan sebagai pembuka wawasan untuk melihat apakah ada kesenjangan gender (baik data kualitatif maupun kuantitatif). Jika data terpilah tidak tersedia, dapat menggunakan data-data proksi dari sumber lainnya.
Langkah 3
: Identiikasi faktor-faktor penyebab kesenjangan berdasarkan: a.
akses,
yaitu
identiikasi
apakah
kebijakan/program
pembangunan telah memberikan ruang dan kesempatan yang adil bagi perempuan dan laki-laki; b.
partisipasi, yaitu identiikasi apakah kebijakan atau program pembangunan melibatkan secara adil bagi perempuan dan laki-laki dalam menyuarakan kebutuhan, kendala, termasuk dalam pengambilan keputusan;
c.
kontrol, yaitu identiikasi apakah kebijakan/program memberikan kesempatan penguasaan yang sama kepada perempuan dan laki-laki untuk mengontrol sumberdaya pembangunan;
d.
manfaat, yaitu identiikasi apakah kebijakan/program memberikan manfaat yang adil bagi perempuan dan lakilaki.
11
Langkah 4
: Menemukenali sebab kesenjangan di internal lembaga (budaya organisasi) yang menyebabkan terjadinya isu gender.
Langkah 5
: Menemukenali sebab kesenjangan di eksternal lembaga, yaitu di luar unit kerja pelaksana program, sektor lain, dan masyarakat/ lingkungan target program.
Langkah 6
: Reformulasi tujuan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan menjadi responsif gender (bila tujuan yang ada saat ini belum responsif gender). Reformulasi ini harus menjawab kesenjangan dan penyebabnya yang diidentiikasi di langkah 3,4, dan 5.
Langkah 7
: Menyusun rencana aksi, menetapkan prioritas, output dan hasil yang diharapkan dengan merujuk isu gender yang telah diidentiikasi. Rencana aksi tersebut merupakan rencana kegiatan untuk mengatasi kesenjangan gender.
Langkah 8
: Menetapkan base-line atau data dasar yang dipilih untuk mengukur suatu kemajuan atau progres pelaksanaan kebijakan atau program. Data dasar tersebut dapat diambil dari data pembuka wawasan yang relevan dan strategis untuk menjadi ukuran.
Langkah 9
: Menetapkan indikator kinerja (baik capaian output maupun outcome) yang mengatasi kesenjangan gender di langkah 3,4, dan 5.
Matrik yang digunakan dalam metode Gender Analysis Pathway (GAP) sebagaimana dalam tabel 2.2 dibawah ini.
12
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
9 h a k g n a L
8 h a k g n a L
) P A G (
y a w h t a P . s 2 . i 2 s y l l e a b n a T A r e d n e G
k i r t a M
7 h a k g n a L
6 h a k g n a L
5 h a k g n a L
4 h a k g n a L
3 h a k g n a L
2 h a k g n a L 1 h a k g n a L
n t a g u d n r k p , a n i t a o y i a 4 t j a , u r g a e n r b o ) s i 3 l k ( e n d a i n n a o a r h s i i a n u m t k t a j a j a d a a e k i K n d p g o n r p k H I a u c e i e a n t d n p a t e s n g n . u e e n e n i a a a 5 T i k c m o m k g l r u k n a g a d u a ) e . n a s r k i g e a a y g a u r u n n t n a b a b p i k e n e l a i u - n g d n 2 d d P D m l s e a a n i e s h n d i s k a a s a p y b p a k a n t a v a a m a g l B B e j u p t w ( a t e a n a n i a a e i e a T l d d w l r u t d s a n t , a i g u g 4 r n i a j n a , n o d n s n n a i u a 3 a k t r a a y f . y p A c n a i p t d a h a i u n e k s a n g a d a a n u d s p k e t u k t a n t i n a y e r t n g j a a p o a u i g n i s a K b n c n g k p n o g n u a s a a a a e u e r t j a a n e b l e k k k n t . n a a i j r u k e e n a a g p 5 p R d l u k / g d n e y i i c a a n a s s r t i t c n n e s n n r n e e a e a e e e k a e d e T a m y g m k p a d T e r b h R . n . g 5 a m r i b n d i u e s n n a a d n a g a n l d u a k n s e r b a a b n a e y i a l n k s d a i , j y n e a k u a s i i g h s a k 4 a , i n n a b u j b i g m l i f n a n f j i 3 a t i e r i i u u b o k j u a s h a t e f T m j n n w n a a u a K e a r n n e o j t k s R u n e o a d g u l j f a a p i s j s e e i d e u e i n a R u t b a r T m k d l n l i n g i s n a a l a a n r n e a g s a . g l a a a n b b n n o n a y g e a a r n a a r m a r d n n g p a k b r j e b j g a s r t a u e e r e n n s u y o e d n e a k k b g S e t a a t k s E m n k s n t g s m d l e r n k e a e o e e a e e a i K T p f k g d l e l p p p r o n t a l i k n g g a l r b n i r a f a n a n a . g e a j a a n b r e a n a y d b d l n e m n e a a t a k n S e n b j r g s a e e n e n n s u I k r y e d a e a r G g e m n s n t o t l K u e a e e e e s n p r T p k g d i p I a , g i y s s n n n e n u a a a a s s a i p y h i k o r i r g n i s r n n l t n n i o n p a a t t a a o t j a a i a a a r g g . k n h k n k n d a r f a n p l t m n ) a e e d a a a n e a F s k r c n p r - j , o a u r j e n a s r n n a e u d f t o g t n n o e e v t e t K m n e e r n m n s s a a k s e e e e e k e o e l k c a a T g p d m f k a k m ( f k e r f n i h i t a a a n t l a f i k a m , t i a i , t l a a a a n p u s d k l t b a r a a a i e t a e i u s w n u t k s t k D m a a a b u e s n k g i i w P W j m a n n n a n a e a e a u a S p w y j d k d / / n n a m a a k t a a m a r j a i g i g N b o e r K e P K
n i / a r / k s a n a n i l d k m a a t a u a t n a j i r i g u b o g n j e r e a d u t K P K
i s a k i f i t n e d I
r u 3 e a 1 t d r a n o , e n g a . m s o i k s N s a a i j i t l i i r a b r g n e i o a a k r d a n p n k e n e a m m a m g r u i e k n s e P o d a d i n k a o l u u t a u t u a s n a u t s e s e t a e h n l i n k a i a n p n d i a u i s d k r i r u g a c y n s a n a a e y d d e p u r b e t r m n b e a e a b l , y a t k n d r e t a r y i n m a n l k i a a a p t b a d i i t a g d l a e a g o k n p d u a i a a a t g . s g a n a u a t m a b m a y a a e s s a r n g , a n g t n m a a o r g i a k p a a g y k i e s r a e t u k - a b e a t n l k i a o t a d n a t l g a a a i u n k s a g t a i a e b j i k a s b s e a n m a i a a t k l r a a b d g i n a i o r i r d a p c p a s c n h n n k i e a a a r u . t r k g u n b n a u e t a d e m a k s t a l i i n m a a u s d n g t a t a g e a n a a l i a k i m g d s i p p e n i a k a s g m d a a a a t b b d m n a a i r e e a k r s n b e g a g e k P p o p - P r u A A n r G G e p e n a t t i n m a a s m u k a i a 6 g k t k g 0 e a o n d k n i e i n t 0 2 a u i m a d n l i g e g g l b u a : p b P h a n A a p e n I m e s G T A m a t a t a . . . C a b c
13
B. Gender Budget Statement Gender Budget Statement (GBS) adalah Pernyataan Anggaran Gender
disebut juga dengan Lembar Anggaran Responsif Gender (Lembar ARG) merupakan dokumen akuntabilitas yang berperspektif gender dan disusun oleh lembaga pemerintah untuk menginformasikan suatu kegiatan telah responsif terhadap isu gender yang ada, dan apakah telah dialokasikan dana pada kegiatan bersangkutan untuk menangani permasalahan gender tersebut. GBS dalam proses penganggaran daerah disusun pada saat persiapan RKA SKPD. Untuk menjaga konsistensi antara GAP dan GBS, perlu dikaitkan antara keduanya. Berikut adalah tabel yang menggambarkan keterkaitan antara GAP dan GBS sebagaimana berikut:
Tabel 2.3. Keterkaitan GAP dan GBS Tahapan
14
GAP
GBS
Langkah 1
Kebijakan/program/kegiatan
Program/kegiatan
Langkah 2
Data pembuka wawasan
Analisis situasi
Langkah 3
Faktor kesenjangan
Analisis situasi
Langkah 4
Sebab kesenjangan internal
Analisis situasi
Langkah 5
Sebab kesenjangan eksternal
Analisis situasi
Langkah 6
Reformulasi tujuan
Capaian Program, Tolok Ukur
Langkah 7
Rencana aksi
Rencana aksi (Kegiatankegiatan yang berkontribusi pada kesetaraan gender)
Langkah 8
Data dasar (baseline)
Mendukung Capaian Program , Indikator dan Target Kinerja
Langkah 9
Indikator kinerja
Capaian Program , Indikator dan Target Kinerja
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Berikut adalah komponen dan cara pengisian GBS: 1) Program; rumusannya sesuai hasil restrukturisasi program/ kegiatan yang tercantum dalam dokumen perencanaan (RKA). Jika program yang dicantumkan merupakan program multiyears, maka GBS disusun cukup satu saja, tetapi setiap tahun dilakukan penyesuaian sesuai dengan capaian program. 2) Analisis situasi; berisi uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output. Analisis ini mencakup data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab permasalahan kesenjangan gender, serta menerangkan bahwa keluaran dan hasil kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu. Pengambilan butir-butir dari “langkah GAP” disusun dalam bentuk narasi yang singkat, padat dan mudah dipahami bagi pembaca. Isu gender dapat dilihat melalui aspek: akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. 3) Capaian Program; Merupakan indikator-indikator kinerja yang akan dicapai dengan adanya kegiatan-kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan program. Capaian program terdiri dari tolok ukur serta indikator dan target kinerja yang diharapkan. 4) Jumlah Anggaran Program; Merupakan jumlah keseluruhan alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan dari program yang dianalisis. 5) Rencana aksi; terdiri atas kegiatan, berikut masukan, keluaran, dan hasil yang diharapkan . Tidak semua kegiatan dicantumkan. Pilih kegiatan prioritas yang secara langsung mengubah kondisi kearah kesetaraan gender. 6) Penanda tangan GBS adalah Kepala SKPD.
Tabel 2.4 di bawah ini adalah format GBS untuk memastikan suatu kegiatan sudah responsif terhadap kebutuhan perempuan dan lakilaki.
15
Tabel 2.4. Format Gender Budget Statement dan Cara Penyusunannya PERNYATAAN ANGGARAN GENDER (GENDER BUDGET STATEMENT ) SKPD TAHUN ANGGARAN PROGRAM
: (Nama SKPD) : (Tahun Anggaran)
Nama Program (GAP langkah 1)
KODE PROGRAM Kode Program (Sesuai dengan Form RKA 2.2.1) ANALISIS SITUASI
1. Data Pembuka Wawasan (Data Pilah Gender). (Diambil dari GAP langkah 2) 2. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender a. Faktor Kesenjangan (Diambil dari GAP langkah 3) b. Penyebab Internal (Diambil dari GAP langkah 4) c. Penyebab Eksternal (Diambil dari GAP langkah 5)
CAPAIAN PROGRAM
1. Tolok Ukur Tujuan Program yang telah diformulasi (Diambil dari GAP langkah 6) 2. Indikator dan Target Kinerja (Diambil dari GAP langkah 9)
JUMLAH NGGARAN PROGRAM
Informasinya sama dengan yang ada dalam form 2.2 RKA SKPD
RENCANA AKSI
Kegiatan 1
(Diambil dari GAP langkah 7) Informasinya sama dengan yang ada dalam Form RKA 2.2.1 Masukan Keluaran Hasil
16
Rp.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Kegiatan 2
(Diambil dari GAP langkah 7) Informasinya sama dengan yang ada dalam Form RKA 2.2.1 Masukan
Rp.
Keluaran Hasil
………, …………….....….. KEPALA SKPD
NAMA Pangkat/Gol NIP
17
BAB III
PENERAPAN INSTRUMEN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
Secara umum, pengintegrasian gender dalam dokumen perencanaan dan penganggaran diawali dengan analisis gender yang dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen GAP ataupun alat analisis lainnya. Analisis gender diintegrasikan kedalam dokumen perencanaan baik itu yang berada di tingkat pemerintah daerah seperti RPJMD dan RKPD, maupun di tingkat SKPD seperti Renstra SKPD dan Renja SKPD. Hasil analisis gender secara konsisten mempengaruhi dan dijabarkan dalam dokumen lainnya. Hasil analisis gender dalam RPJMD dijabarkan ke dalam RKPD dan mempengaruhi Renstra SKPD, yang selanjutnya dijabarkan dalam Renja SKPD. Kemudian hasil analisis gender dalam dokumen perencanaan dituangkan dalam dokumen penganggaran sebagai respon dari sisi alokasi anggaran, RKPD dituangkan dalam KUA-PPAS dan Renja SKPD dituangkan dalam RKA SKPD. KUA-PPAS kemudian dijabarkan dalam RKA SKPD. Untuk memastikan bahwa penganggaran sudah merespon kesenjangan dalam analisis gender, dibutuhkan satu pernyataan bahwa ada alokasi anggaran dalam program dan kegiatan untuk untuk mengatasi permasalahan kesenjangan gender. Pernyataan ini dituangkan dalam GBS yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari RKA-SKPD. Kumpulan RKA dari seluruh SKPD menjadi dokumen APBD. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Diagram 3.1 di bawah ini.
18
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Diagram 3.1. Posisi GAP dan GBS dalam Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah
ANALISIS GENDER
GAP
RPJMD
RESTRA SKPD
RKPD
RENJA SKPD
KUA PPAS
RKA SKPD
GBS
RKA SKPD 1 RKA SKPD 2 RKA SKPD 3 APBD Dokumen Perencanaan dan Penganggaran di Tingkat Pemda
Dokumen Perencanaan dan Penganggaran di Tingkat SKPD
I. Pengintegrasian Gender dalam Dokumen Perencanaan Dalam melakukan integrasi gender, instrumen GAP digunakan untuk penyusunan PRG (RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD). Sedangkan instrumen GBS digunakan untuk penyusunan ARG (KUA-PPAS, RKA dan DPA SKPD).
A. Integrasi Gender dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, 19
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dalam lampirannya menggambarkan tahapan penyusunan RPJMD sebagai berikut :
Diagram 3.2. Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Kabupaten/Kota Telaahan terhadap RPJPD Kabupaten/kota
Perumusan Strategi dan Arah Kebijakan
VISI, MISI dan Program KDH Penelaahan RJPMN, RPJMD Provinsi dan RPJMD kab/ kota lainnya
Persiapan Penyusunan RPJMD Kab/ Kota
Analisis isu-isu strategis Pembangunan jangka menengah Kab/Kota
Pengolahan data dan informasi
Hasil evaluasi capaian RPJMD
Perumusan penjelasan visi dan misi
Perumusan Tujuan dan Sasaran
Penelaahan RTRW Kab/ Kota & RTRW Kab/ Kota lainnya
Analisis Gambaran umum kondisi daerah kab/ kota
Perumusan Kebijakan umum dan program pembangunan daerah Kab/Kota Perumusan Indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Rancangan Awal RPJMD • Pendahuluan • Gambaran umum kondisi daerah • Gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan • Analisis isu-isu strategis, visi, misi, tujuan dan sasaran • Strategi dan arah kebijakan • Kebijakan umum dan program pembangunan daerah • Indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan • Penetapan Indikator Kinerja Daerah • Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan
Pembahasan dengan SKPD kabupaten/kota
Perumusan Permasalahan Pembangunan Daerah Kabupaten/ Kota
Analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan
Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik Pembahasan dengan DPRD utk memperoleh masukan dan sasaran Penyelarasan Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan
Dari bagan alir Penyusunan Rancangan awal RPJMD tersebut dapat dilakukan integrasi gender dalam dokumen RPJMD yang diambil dari hasil analisis gender dengan menggunakan alat/metode GAP. Dalam hal ini GAP diintegrasikan sebagai pola pikir penyusunan dalam setiap struktur RPJMD sebagaimana tabel 3.1. di bawah ini.
20
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
) 9 1 P h a A k G g n a l (
D M J P R r u t k u r t S . 1 . m 3 a l l e a b d a T P A G i s a t n e m e l p m I
r e d n e G i s a r g e t n I h a k g n a L D M J P R r u t k u r t S
D M J P R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
a k u b m n e a P s a a t w a a D W i a a y n n n n . a a n e l g h n a i m a i g n a a i n a , s j d u y a l a r g a a l n j k e m a u e r a e n k u i u k n j a l b a s p d t l k a m u e s a i e o a d i s m a k i s a v s s i s u e d s a d p a e d t i a n t e l H D k r u m a a h l i u e k u r M a d a t l t e s t i g a J a b a d n a h k k s h a t e a h a a P d r t a a f r s s n - t d e , a i l a R i h n a n n D n d a a d p n a n i d n a a u h a i a d a a k m a k n j e s l e n t k t h k a n k g u e g a a , b n e t k l u e u u d u s h r m a s a s s h a i j r e a a s r j a d u a l e n n d r k i y p m i a y g e a n n l u e u m G n m p l a t s e U e e r i a a e m i a i n e n e t n e M P p M t w d y S d a k u k g n a u l u h a d n e P
m u h m a r U e a n D a r i s a i b d m n a o G K
n n a g a k a i , n r n a n a e a r r a i a b c u a n c m k r n e i r e e r u t l s e e e t h a s m s i h p k a j H s a i . l i a e r s u r s h a n e a t u e a s a n g d r k r m a s e r e i a a o t k e d f s t a i m r p l n r i a s g e a u a n m n c i s , n a u a e n a k s a n i d s s i u i h a d a s d a . a t l y a h l u a i d a o a n a y o n D p n d g b k : m e k n i i n m e a s o p e a u p g p a k a r l n i a s e n a b a d d m a b e b r s s m e o u h n a k h f n a s a r d a a g n n a y , d k i u a m u a g h h l n h i u n n a a a t w m m e u t ) r k d a g n e i u m e a a a e t d t i n k d p m a s g n l u d n a a t n a ( n n a 5 n a n a y u y g a n a a n a n s a y k l h u i g r t b e a a a n a p k n l m a s o b u m e g a k k n g d e a k t n m r e a r r e e e p e u i s s l i P p b a d s p k
a y a g d m n n k u a a k e m d n n y e p u h a u s p n p s a a a a n a r y a d h a n a a A a u a r l a i g t . t i d n b w g a a m i n t y e o r m i l , u s a i e k e a G d y / m m : n n n e m u p a o e e h k t p t a a n u n a r g a a p a k n e n j u a r e a a r y e b a p a d t a n s l g n i i k g a e e k s p i t n n n ) e a d n a a l k a i d e g i n k t e i y ( o s a p s s p n k l a a n 3 a e i , c i v p t t m e r o a u j a n o r j u k p p r i a m e t a l e r m u k h n i a i e a n n r k m y a d s a n k a r a i e n s i a a s a d a m i i t b h r n a l n . a a p a h m a r e n a s h a a e c a i r a r g a k a t e r e d d u t s n a o i i g d i t h d s s r n a a u i i i j g l d d e k e n i t a n n m d n o e e n n e s e i A k p p i p k a s
21
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
) 9 1 i s a P h l a u A k G g m n r a n f o u a l e j u ( R t r e d n e G i s a r g e t n I h a k g n a L D M J P R r u t k u r t S
D M J P R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
i s k A a n a c n e R
n a l n i a d a n r k a a a s s a n h d s a i a l a t s l n e e u a k j a n d m s a n e n u a r m d P a n n n n m u j a a i a l a u n k a u g a t , k a g s n d i u s e a i n s l r j a a e n e m b y d , m n e n i m e e s e e s i e M p k g v p
g i r e n a d a p n y a e r c . e n g s i - d e n s i l m a a m n e a r a g n r f m a t a e a g i l i o a s d r s n e d p o i k g s n n n p a s u a a y k e b r d u i k r s u t n s m a i a l a r n o i i g d a u m o k r e r e a e s M p b k e s
i s i M i s i V
h a r A n a d n a i k g a e t j i a b r t e S K
n s a a n t n i a n r a h k u i o g a a g i m a r k a n r r , n n e e a g l a u h d a a n d d b p g l i d m n i n a a n m a e p a l j n e r n a r a r a p g m e a p a k u j o t s n n p n e u a r u a a h a t k l p s l g t i : d a i i n e s r n t a n n e a k a i a a h g a a d a b d a n r b k w m g s d n e u a a n e n a l g b r l e p a u e b a n k a e j j p u d n y a n e t h a n b ) i t n e k n a k a c a m a a r m l i a e a p j i n : k s e e P p a a b c i u a n m s w m d e k i n r i a k ( e a e r l p n u m h b a k r a i , a s a a i p e r d n e r d a p s a a i h a S k a o d m v a s i n a h u d r a d e n r e d e m m a a a a p r p n l s d u n r g a o r a a a e o u a l j k e d l r u e p a u p a j j a i t p p u p r n p n d u n a T e e e s a t h r g a p k e n n a k r g i i a d e n s t m a n s i n a a a y a u n h t a h y d s m l a , g m r a i u n i r a e r k h a a i n D u a g p l m d e r s a e a a r j P u a m i p J P s d e t r i n e r a P e s i b e e P v s m t p R •
s i a n n g i a n n a a t a o v l g d a a j i n n t o t n r k a e h u a a j k n e r d h u a d k n r u t e a a i n g n a e r l i d s i k n n a d t a a u n a e a n u k n k p g a a k n y a e a a u t j p a n c a k u d k r a i b d e n n d n a e f a a e n l i m e a e i n s b g i g n e g r d e m n e a k a t g t m n h n a i e g a p n g a k m r a D k e p i t a y a r . a a p S n e n n n a e n a : a a e u d b m d n , a y t r g a n a D i i e s i j u i d s a m b b d a n h , k a s a a t a r e m n t e a c m s a g k e j e n n r a o r i e n a p o m m r e r d b r i a f i p t e e e f d e d a e t t r y j k p m i a a s t a , l a a i k g i e k h n a p n s g a P a e u g a j r e a u a f r s e t a i a e s y a m a a u n a g m r r e a s y m a r t o t n m s g a n e a f a u a m t s n u - c r j m m s d r i t e a n a i n a s s a a i n l i a p , r n g k g f a s , a a t e D a d i s t n t a b M i a s i a d a e a p g J n n t r y a c r n , e u a k k P t k n l e r s e a R h o u r n e a n u r e k s i r n m t n n a n a a P b a p . a l k u e . s n t r m e i g a m s i s s t a r u a u a n p e t a s o m a a i t i r b a k m k a d m s k c , j s k u a r i a g u n k p o o r b t n m i p n e e r a a n r i e e a a f e P k t d y u b p m b k n i
23
) 9 1 P h a A k G g n a l (
n a r u k u l g i n s e a P H f ) n i l t t i a i . l a a s i k t a a p i j t a r d a ( l d n h e a e l i a a e i a n i k k u r m s g k r a a k a e l o h g a b n c n c e y i a g n s t a m h n r f u d a n a e u i o a r t s k a a g r d a y n u t o p i n a e u r d n n l u a a p p n k a a r n u e p e k k u m k k b a g e g u i r u n j n t s s u h i n a e a e a p l s i u b p i s l n m i m u p i r g e a r a a n e e a e M m t d a m p b
r e d n e G i s a r g e t n I h a k g n a L
24
D M J P R r u t k u r t S
m u m m n a U a n u n r g a g n k o r a h a j i P b a r b n m e e a e a K d P D
a a j n r a e n c n a i n n K e u n R a r s g i n p o a s m t h t a a a a a i t k r b r k r e i a i g o m n d e i d o a r r e e n P P P P I n D I
D M J P R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
n n a a n k s k a h a k l a h n n r e o j r a a a a t r n g k k r u e n r a a g t f a M e a r r n : M s e a e o ; d h s r t M p a k u e a n n r k f a a e o b g a f l n d n ; a d n a n k n e d a o m g a m d i u s n r n a a l a s a m r a a r g g n b a s n u n o i a r o n i a m i t a t a d p s r n p e g e r t n a a n t a e a r i t p p c n e d p m e b n o e t e e , m t p h m k i m i u r b k a e d k e n m k a u l t i t n g u n o g n n r a n k d e u a , n g n a k a d n k i y a a a l a i m h i m g i j l i s n i s a e a a a b p r p r i h e s g d r g d n k h o e o r u g b i r n b p p n e g a k n e n a s l n a y a a u i h i u t h g i g i d m e l l i n t n t i e e u a r a m n m u r e r e e e t t e r P s p s p p p
h i e b n a d a i e g i l s o r g n p s n i a a n l h a u t u a a s h r a a e g s i k k u a i t a r a o a t p t t n a a l n d r e a k g m i s a e a t r d a p r u n n u i u a i a b i t o r n h u k d r h p a i t u t i i r r o a k a s p a e r a m i u d e l i s n a d i a p e r p t p r a n a m r a h r p p u a a n a a d n m u a a d u m d s m a b a d a d m r h a r g t a m i a r n n a e r p t g a u r i d i a n a n a h t f t u , r o g a r g s t k i d r e g h o r s a a o b s o k ) r a a e i r r p a r k j g e u r p t r p i n j m e n a e p . e f i r e a m t p h a n b e n r k i e a g p t n o n r u n t a s d a a a a u i p c t m l i m g i t b n n k s s i e d u a k n n d a u t i i n a t r s o e r e a a d : a y d r n i ( s o g S s n n e d r g h g n t l e u u i m r e o a t : n a a e o a r r r i a k n m t e b m g u e k i p n a y d a a n g u a k u a p r h a a t y n D l p a r b a a e i r g a a j n a a s n n e i P n e r n g o c m p a . a a r a u e m n j a u o r i c d r e m a a n h p d r t n c o i e e t t k a n a a n n a p a i g d e n r d u a j n i a i S i u n r r j r e d e g o k u k l s a e s a K r i i i . r e t p i o a i r h n n s n s a r e h u d r d a i i a s o a a a l p t g s n t o n k k p i e t a r k a o d n r s g n i h e a a k s p k a c a i u n e n k a d u i r a a b i t i i o t k t a p a d d t a e d n a a g a e y i u i m n b g k t k i r p s n g i a b a a I n n p n e b e k n a a . a d n u n p n i c a a p n t a u a y e n a i h h a k r n s k i t d u n a p a a d s o i e u a h n t n i t a n g s t p a a h s u a n d n t a p n D u t a a m r a i t u u l u g a e c a u M m k u e i e i u r s k m g m h n d n n t h J r d a p P i e e i a a n e e P b d u r p u j a t y u P p e s a t R d n i a c
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
B. Integrasi Gender dalam Dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dalam lampirannya menggambarkan tahapan penyusunan Renstra SKPD sebagai berikut:
Diagram 3.3. Alur Penyusunan Renstra SKPD
Dari alur penyusunan Rancangan Renstra SKPD tersebut dapat dilakukan integrasi gender dalam dokumen Renstra SKPD dengan mengacu kepada hasil analisis gender menggunakan alat/metode GAP. Dalam hal ini GAP diintegrasikan sebagai pola pikir penyusunan dalam setiap struktur Renstra SKPD sebagaimana tabel 3.2. 25
) 9 1 P h a A k G g n a l (
D P K S a r t s n e R n e m . u 2 . k o 3 l D e b m a a T l a d r e d n e G i s a r g e t n I
26
a k u b m n e a P s a a t w a a D W
i s h n s n a a a u a m a r l a . i k t d a g l g t p a e e r a r n a t t e d r a b a d D s e r s n , e y a P I d n t a a t K i p n a n d h n k S s a r a e k a n a g e u n f a u k G k , n b i a p u g d h a s d r j e a l , m a n n a n a j a y y a a d e i a n a m L l l s m s e e n e i o e e e M k g w s k m p
n n n u a a a s g d l b i g n n l a a s a n i b j j a r e a r s n i n n l e o r e y t t e a s k n s e s n e a e e t k n A k F p k i e n a D n k a r P s a g e K i p d r n S g u o n e j n r t a a e t e n l k n a i g n e a r n a m l f s d t a n a a e a y s n k k g a l i l a u a a n s a o d k b d s i y r a e a i u i p t s b e r e k a e k e p a m a g d r d a i a m y n n l a t e e a n e k e a b M p d g a k d e s
a n r t m a s u n n e D m a y a R P u l e r K n P a u S t r i a s k i b d u D r m n P t a o K S G K S
s a g D u T P K n s i a S g k i s e g t r a n a s r u t a F S d r n u e a s I B d
D P K S a r t s n e R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
l i i a a a s j r a t p a n h s m e m m l n a . D a n i R u e t a P s a s n l R u y K k a e i h a b D a S n a s i P n n e a s s u t a t a u a K a r u g u e l m k t S s i s a d m k d a r i r v f a o e n i a e l e o b t e r e r k s l n m R i i e n n a g p e s n d p e m n n ( a a o a R , a a n H k i g h g a : a r n n e y n l e a a l i p e a s u p c a o D j a r D n n r P d r i e a e a K e m a r s p S b r m P i p n t k o a K a d a S a l r f m u a t a e y n s s m r i n t a p u n a s h a i l s n m n d s e e D t a u e a a b R P n d l u 5 a K a e R p l r S g a a b n a t e n w a e t a e a s a h v r k e n t d ) a d e n a l n e s i i n a s n d u n u b s m a a p e a o t h h e c u i a s R h r y a m , t g i i a e n n s s a n e l n n a a s r i o p e u g s a g D p u l u D n g l u n u n P i n a a P h s e e K g i e a v K P S b M d d v e e S a t
i r s n t a a n e d r g t a i n r e r s o b a a a o t t P t S m k a , i / ( k a . n i g t a M i D D P s P n r K n i P d n a a e s i S S i d s d K S l i a t i n i a g s u a s n s n r d g a n n n u A n , u e g a n b : e k f t o n r e i a j D m n a a a P u m s P u , e p a , w d D k K m d a n s S a r y a a P n a e n s g K n m b S l a a m u u t n o n n D l u r i a l a a P e u d e y k K b k a n g a a p j u n l a S e y t n s e e r a a n e l p e u p a j e r m p k ) i e d n h o l g n a a n n e i i r r d s k e m a a p a D h a i y p P b n a n l a D i n a n m K a S i P M a s a n a h s K n u a l a G a p a S r a m c s n i r a n u a t a s r i e s a a a y i t - k s y a p m l a a u a l g n l n r n e n e a e e s e i A p t R P s d p
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
) 9 1 P h a A k G g n a l ( i s a r g e t r e n d I h n a e k G g n a L a r t s n e R D r P K u t S k u r t . S D P K S a r t s n e R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
i s a l u m r n o a u f e j R u t n a n h , i r a r s a a s l i e u a d v s a n n m s a n e a s u a g s n r m d a a d l n n n n a e a i a l n i j k a n a n g d k a u s n a e j a u p e a n k s l a t a m u a e j n , y d i e i a a m y s n l l s t e e e e a i e M p k k d m p n a u j u n T , a r i s i a s a M S , i s i n a V d
h D s k t , P i h a r a e a n a s K a a e y i a k m p n . l y l S i a a s a a e a d g n a s i u r g d k l a d r p n u a a g g s a a n a . n i n a D a n a d a g l n g t k a y g n a t y m n d n a P a s n s u p n a r a s i u n a i f u a n a k i b K a a a u u a a u g u f d a t n p g l e l p s S r s n p m e p s a a e n a u h a n n i e u p d a a n a d a s a a u a s t g b a d a k n u a i l d y a a n g a r a a i d a l n n a n s d t a k t h a b a m n e a k a n m t i m r e d k a s a s h a a a a g a p n a s k g a r b i u , r n e i r n a m d k b h d n h g u i d a e s g u a e a e k e t n t n n t u p m i s a j D r n a t l p u a i e D i a s n a n t e a n a i m n t d e P u i g c h u P d p a a j u K a n k s a n p b i a r n a s n t i n n t u a s n K j s n S d u g a k a t i h r k a e e S s n s u a a g t i k y l , i m i b m a i a l k i n r a r n e b i a n a u m s r a a s a a n a n g e m a l , e s i a a a s h e i s a m i l n i n m g l p b p p b a a d n a e n a m l r e a a u r d g c b g d g , k m p a s i t a e i n n e e r n n n n k n k a k e j i t y t r a a k s a t u a n i a i a a a b e a e s p a s i r y d y a S d a s m v n y e k d s a k i i u , g i b a m a f h i i n n . j t n n . r l i n i l g s p g a n a d d a r a t n a a g a a l a a g e n i i n a n n e a b l i s t e h m g i n h a s i g n y a o D a n a i d t a a s a u n i m a a m a b u a r s j a r i e j r a k P l : D l d k y i k a l a t i n e t a g e p e d a K e j D P a a t s r i l t s r r e a d n k a k k m a b m i t p s K a t n S r i , e i u p v / P S a k u e k i p e a c i p s n s g n u i n g r i a y s i a a p e g p K i u n a a m n a d - s i n s a t i i d k c a S a i k a i a t t n g b s b b n - n n y d a k u i l l r e a k n y s a n y l n c m u n e a i u o h e u d n a s k k o n b a g a e k a n s a m s t i I i s p a k a h j l i n a u n n d u m h i j : n e a n h o a r s i a m a a g a i m a m r t e m m y d j u a i D l j a d p u l t y e g e d a u t e e m t n n a u a a i n w a P a k a a l l l c l n r s a s s e k n e e i e e p e e a r n K d i a u e e a e a p i d A S a d d S k m d p d d i e a P p V m m u k d t s
27
) 9 1 P h a A k G g n a l (
i s k A a n a c n e R n a g a r a a r n n e y a a a d t y c n n e n e r i i s u a e h e s g k p k i r f i a a n i c n a a s n n a u k n . a e d s e s k o u i p s j n m u s i s s u a r l l h t a e e i r g l a d d a m i a s a n n e k n i a d e e a M a y a k g d
i s a r g e t r e n d I h n a e k G g n a L a r t s n e R D r P K u t S k u r t . S D P K S a r t s n e R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
28
g n i , a s s y i i n l m g e a n t a a u a j h h n r e n u a u l a t k n a a t d t a k s y a n u t a l h a u u a k t u i s g n a m t e i D a , p h n a a i p u a P s a a t h s k n i K t k r S s i a a i d ) n l r e i i a g s k e e a e u m p s n e n d t j a i g t m p m . l n , n s n , n ( e n a a t a i j e a r ( u r r u 5 m f a i m k e t s u e v s a i p n u u u k n , t l y a n t a a i i r u k r a n k k d n r a e a a e r p d s a e a , h y r i t w w p a c p n t a o n g - n a d a t l a r a k a u i a n e h g r a p g t d k a m l i a a n c i a e d n s e a t k a i y s t a a a g n n a u s p l j s u a i s y t a a i n n y n a e n s a d m n s a m r n d a a a k , l s a n g i l e u r a a h s a a u j r n p n e h r i h l a d m e a e a p d h k s d a u n n l o n u n a a l u a g a m i i a r i s t a k k n d r s k k e a a k d l h a a o r a P r o k a a y , n ) f i a . o i i t p r a n d c h n a a d t a m e e s n k a u a r p a k r g l a u i o g j r m a p d l e s n a e c l u e a a a i i e n e n a T p m d S y d d d i k y
n a d n a k m a a j i r b g e o r K P . g g n s a n i n n a l a a a a k e k j y p a y e g r D u j n n a l e n i P a c u a i b a v b p i K a e n n g S i t d k ( m i u a a i g a n h h e d y a n g b s e n a g m t , n g t i n a k n ; i a n a r a i e b r a k m e l t r t f u : e a s n k n a p k a m n i g n n a t n n : o a i g a n n k a a r i o a u a e d k a k a s a t s k k l k r , i a t a e u n a s r j a j n n a r s s i a s s u a a n n b h g b y i n a k h n u u e r a m a i b d m o t l a n k k e d l e f i r l / i d e n e a e a t h p n d m a b k a m a m i a a p e l n k r r n i p j s i a a u a a c j n u s a k c u a r n y t e e n n e u a n s p a m n t k o e n a l a i r u a p s k a s h r a m n u g d r n b a e n a h h n a r i a i e a a d a r b g D l k r a g m m j P a i u o s s e a y n j K h e d l g s a t i i i S e u a a d n a a a s g g y g a k m a t t e r g e a n e i a g a t a t n u r b t d m s t t a p a r a n s o i a ; r r i l i e n u i n t t j t r d p h a a n s m s k g a i e p e h a n s n s l n a n a i s o g b a k u a l b a i i m i a e k a e g g s a l s s m s e b ) d a u u e e r a j j a t t i u e r g g t m t a a r m n e o n a d b r r e e u e r u u d e t t p r a P R m s R k a K s s o p y
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
) 9 1 P h a A k G g n a l (
n a r u k u l g i n s e a P H n t i s a u k d p a n t a r j r r a u s e a n e r u o n d a e d u p a a n t n a u i a y n k u p c e l k g a e n u a u n g i n t n a a g a s n n m r e k a d k a a i a e r s y i s n u g s k a h a t k f b p l i ( i k n n u g n k t f h a p a a a e u ) i . u u n i a u j t r a t a n m r t u n n s t j i a e u h a o a u t u a a t t s n g g i y l i g n l i p c n l a n n e m a a i l t t r n s e u u a a u e u a e e e e s e M k k d h o p o H m p m m k
i s a r g e t r e n d I h n a e k G g n a L a r t s n e R D r P K u t S k u r t . S D P K S a r t s n e R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
n a s d a t i r n o a t n r g i k a o r n a a f p d - ; d r k n n m o a u a t a r d k r g i g a a t f s o r n r a a n a s p g d a i a n k i a g p g a D u r n a b a c P e b n n K p a e n . t S m i i a a m t s r m r k i g g e u e n u t u p t k u a r m f m n e u n e u n a n a p a h m n g i d n l a a i s g n n l i t a s m a n i g a e g e n n h p u t d e e r i n p e d e n b a d k a h e k a g r i k l h j n a i n a a p e r t g i u a n g d t m n g n a g e n g e t l r e n n n e a e a e y p m y b m
, , n n a a a r t j r a n a e i n s a a a g i S e K n n K a a k d s a r f o o i u n t p n t e a m P a m a c k u i l i o n k r n d e e n e a d n P R I K d I e k m o o p c t h . e a m n l u m o i o m a a l r r r y a e a t o i e e n r s k i g i u u r p , l i n s e a b e j e d p g o r r k e b / n p g e r s r g n s u n e f u e i o i a n r t t k a t a y r e a s a n y t i b r k i a a c o i n m t d k m f a f a l a a I p a n e k n r k a a n i : t g a e n d i d f e o b i n i r m k n t t m i p n a r a d , k t a u e n i h a t a j c k i a a r n a n t d l g e n u a e p e e i i t n k i u h g n g k m r a e e g g n n k a r a n a t m n o a n a y t e a n a s a e n a y i a d g k e u m c n a i e t t i o n e r d c m n k e i n a e i t r p o r t i u k n r a r n a p n g e d O a a . t n s d k n j t a m a u n m a a a a r p a m a r r r g u g m f a u r l a n u r a o r e o r a a l e s e a P s p m p d m k
29
C.
Integrasi Gender dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dalam lampirannya menggambarkan tahapan penyusunan RKPD sebagai berikut :
Diagram 3.4. Penyusunan Rancangan Awal RKPD Kabupaten/Kota Penelaahan Terhadap RPJMN dan RPJMD provinsi
Pengolahan data dan informasi
Anali sis Gambaran Umum Kondisi Daerah
Penelahaan pokok-pokok pikiran DPRD Kab/Kota
Perumusan Permasalah an Pembangunan DaerahKab/ Kota
Anali sis Ekonomi dan Keuangan Daerah Perumusan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah beserta pagu indikatif
Evaluasi kinerja tahun lalu
Perumusan Kerangka Ekonomi dan Kebijakan Keuangan Daerah
Perumusan program prioritas beserta pagu indikati
RPJMD Kab/ Kota
Evaluasi dokumen RKPD Kab/ Kota tahun lalu
Dokumen RKPD Kab/ Kota tahun berjalan
Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik
Penyelarasanprogram priorit as daerah beserta Pagu Indikatif
RANCANGAN AWAL RKPDKABUPATEN/KOTA pendahuluan ; evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu ; rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan ; prioritas dan s asaran pembangunan ; rencana program prioritas daerah
Surat Edaran KDH (perihal penyampaian rancangan awal RKPD sebagai bahan penyusunan rancangan renj a-SKPD) agenda peny usunan RKPD, agenda forum SKPD, agenda musrenbang RKPD, batas waktu penyampaian rancangan renja-SKPD kepada Bapped a
Penyusunan Rancangan Renja SKPD Kabupaten / Kota
Dari bagan alir penyusunan rancangan awal RKPD tersebut dapat dilakukan integrasi gender dalam dokumen RKPD dari hasil analisis gender menggunakan alat/metode GAP. Dalam hal ini GAP diintegrasikan sebagai pola pikir penyusunan dalam setiap struktur RKPD sebagaimana tabel 3.3. 30
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
) 9 1 P h a A k G g n a l (
D P K R n e m u k o . D 3 . m 3 a l l e a b d a T r e d n e G i s a r g e t n I
r a o k t n n n u a k a a b a g d l f b g m n n l a a n s s e a a a i i a n s r b j j r s P a s e e i i n n l e d l y e n r e a w a a t a n s e t s n a n s e e n e e t k n D W A k g A p k i e
r e d n e G i s a r g e t n I h a k g n a L
n k a i l a j a a r k g n n n b r e k a n a e a r a i a h n a h i n g d y e t u i u a r a s l y a n n n t h k s a p a a e c d n r r a a a a a j s e n t s b k a e e l m c e u n d g n a i s a a d a a D e b e i a a d d v P s n e a u d n n a t l i e K e l a y n t a a r a e p l u m a d i u g a d l e g a n a n d c l n R k d n p a n e n n d n n a t a n a p u n n n s a a u n a a j h a k k a a a u u n i k k h e n l a a r a g h m u f b a k a k d m k g e d g o r t n n a u i a i t l s u u a n r h e k d i t a a t s a s a k s j a s a a k a a e a j a a l n a g n j a k . r i k f r d e D m b d a e i a u m n n e r s P l a m p t t n b l e n e a a t e e K a m a e e e e l e i r e n a M k t d k m s p l M d d i b k R d p
D P K R r u t k u r t S
u l a l n n a u a h i a s n a a s T u k D l a P a l v e K E p R r g o n g n t i u n a a h a a k d s . r a i n h a a i a r n i t a d p y r - m e a a r u l a n r i g m n i a r e k a a i a a n l s d e a d s u a u a e a n g a d h s t n r t a a n d d u m h h n d i , u a , H n p t a g g e ) m i k a u t u r r d a . u i a t n n h a n j g b D a o , r a n a h e a u a p f i e d r n m P y l g d k a n y a A p s a n u s e a r l e u P n a g . i a u c s a n a i a k s i g a g r g i e p r m s m n s r L a b e e n t k n i p w a o n d y e ( l t u n t i a e s o m i t a h a n e b d g y i n e l n k p s n a a i e / n s d n k g a a b r u m a h e G t a n u a w d y k n e e n a a k a a t n a l e e a s e p a : n n e i a h a u n d r t t y e o p u h t v b e s g D a n e i a s t t k e k p p t a s e n a i i D h u s g s a r r h n a s g a a n l a h i a j u i y e i a n n P l r y a a a u r b a n s K t a n t a a a j r a e d e i n y m e a t D t i R d s d a n e a g l m a n s n r k n m P n i i i a A k b n e a n e u a i e t m g a s e : , m a s t t k n i d K p u u e a m h a R i y r n d a i d n k m K n e a s m g h a l n n o a a i i s a a u h a y a e u : a P t a r t w o k a i n s s s n i p - a r s u g m p r k m e p a a k s l n a l e a i a n r u o a n n d a a a a l a a u l i l b g c o n r d a n m e v ) n a L f e j a r g s a o u n r e a a n p w a v n a u r n g r u a o y g i e n p n i e t k e i r s n a m p a a u - a a a u m a l t l h s j l n a m n ( e g a h y e a u g i k h c e u n s a y i a a n s i 3 a n n n l d e m g a s g a a a d r n i p T l h a u k r e e n t n n a a r g r k a v s a p u e j a u i a t p k a a i e g u p y d b k k a a k u r p m n a t l b t s s i i e h r n j i e d e l a a n t n m a r s u l a s t p e m n a a e , i a r h n r e a n s u e a t s a h h e p y e a d n e k a a a K h P i m a k a i G d h a n a n n d s t k i l k i n i u s i d n a p k a m g a a s e n n e i s i l s n i s n r a i k u n a a a s s r l a a a o r l u g a u i m m r i a e i l u a r e j l d d a n y g e e i e u n l u u o m l s a n b p b b m r a k k a n n m p p t a a e e i e e a e i n o e e a i v o a o a P b d k s k p d A k p p c d m E d L d v e
D K P R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
31
) 9 1 P h a A k G g n a l (
32
r e d n e G i s a r g e t n I h a k g n a L
i k s o k k u r g p o a b i a i n l i s a s r p d t k a y e D m o m i t a l n l b A a h g P e l - n o i o a n k e r k k a t k i k a i h a c a a a l a t l j e a k n a a n p u s a a a b a d a d s p a t i p e n d n a s a b a y a e p u , n k n m n p a n b D i a a i k u p S r A e u i a u . t P m p l a h s p d n a m a a o m h m n a l i . r e k a s e t m r h e r l i n d e e r a e a a r e M p e t d b d m p e r a
D P K R r u t k u r t S
a h k a r g e n a a r n n D e a a a i K g k m a a n g o t n a a c n n r d n a r o e s a e k e n e R K E b P
D K P R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
n n g a g r i a a n n o y u d m t n p n a a g n a n h y k a h n o n a a a n m y n d a a a l m n f r u a n o u b k k y i a i l e g s e h i n d a u a n a a m n e g e a a a b l e a a a k g n j a k n g s y a a k d a b a a e o l s H a u n a . i k g i b s r n m a n n e b r n r g n m d a e e e m a u n n a o p e h p s a g n t u i b a n p w , g u a a g a n h t d r u i i a t D n n e i o a s e s a e j r g o a a u k d k a j e - a M t e t r d k b k s k a e J d n p e k i n m i n p a t f a a P / u n b u a y i i a k a a k n - m t k d r R g e h d t m g k h e a u g n a n a i r a t a y n l t r e p h j n o n e g u r a e t g a g g a e : r n a d a b i l d d t r p a r e o n e i m k r u h a l g a r t i a r k e t b u g h e a n e k f h s p s b r i s e p a c a e a r u , n s g e m e l t t n l s a y a i u r a a m b e p a n e a n i e d : k g n g a n d a u s i n d a l a a a l a / n m n n c a h s n n p n k n n a u i i a a r l n c a t a a y m a l u s e n r l i n c a k a m g i t a a h l s e e y u s a l r a , a a g r i n i a a g a y a n p n n g n t p n n h a h a a n a d g h n u e o D u u a h s n g m i n j r a r a k e d a a i k r u u e P a a o e o b p j a s h k a t b d n d K k a i y n b a n R i c b a i m e u a u d n p n e l h t e j k e k e n d n a n a s i n a i k n p l m m a D e k a n d a a d , i s a h a p n h k i u r n a u M a k h j a l r a a u a a e J a r u r n a n j p a r m a a d n l a l m P r a a n h g t a a s e a o o a n s g a a k R e n n h s n a e a e m d t r n s n t a e i a a a a e a p n o d . k a l d k g h t n p n p n e n p r a a n b e n e m a p o a e s m m e a a i i e y a k n n p t i a a m r m p n n a a i e a s d s k e d m i i i i r b n i s a s e u n p d k h h i s h a p a m r s m a j i i l a a m g l g l a e b i k a i l u u i c g r u n a r g l a a n n a d m t n a a l r m r e n e n e e e v a a e e e n a a a m i n e a r i r e p p m e p g p p p A y d m d A d d d k
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
) 9 1 P h a A k G g n a l ( r e d n e G i s a r g e t n I h a k g n a L
r o i s n t a k a k i n ) A r d a a u n d e i k n ( t a u m o c u i g l p c n n s t t e e a u u R P H o o n a i s u j i a k u a t p a n g a g c a r n n a n n a a e a a t y y c e n r m s u e e h e s r d a k i i l n n a n a a e a u g d s . k f a d e k i a i s s n u s s y i s n n l a r l a o r i e a i d d m p h a n n e s i e e a k M e r a k g d
D P K R r u t k u r t S
D K P R l a w A n a g n a c n a R n a n u s u y n e P n a p a h a T
n s a h a i h n m t i u h a b a k a u r r i r e a h l a t n r o o g d a i r d t a e e m o u r i r a g e e k g t a r t m h p r n a , d f a n n a m p a g i d n n i m e a u r e u r a d t o k y p e p g t a u l r a r a n n a h a n o D u d e a u n a e u p a r l a s S n g u n P P a n g t r e g : m ( : K m a n e e b a u n n k S g n e f y g t n a a i i r a n s n a g n t h n u d b b d k a i a e u g n a n o s l e n a m h k a b m u r o s e a i l g . e u l n g g n g p e m a p d n l n p e e u n b r n ) t p n a l u a n p s a i a i n i s e a a k m b g u a t b i S n e u m r g a i u a . a b r a r e n r r h p h i l g n m b a m a i a m i o l a a g c m r e ( t a i e l e a n s p g p a g a r p e s a b m p a r n s a r e n s n n n y n t e k g n n i t n m s r a a l a i o a a a r k e r r l e e r n a d t a r d n k e e n a s a g a p i b s s p h a s r y s a g a u p n i a d t a s a a a i n a l t t s n s u r r t g a s d n i a t a e i e r n i a p a n a y a n k n d r a a a a o a u c r i i a a ) y e p d n o e y a s d a i i r i a d p h r c n y i a m t m u s p m s h l p g a s n l c a i p a a a m e a i t n i p r a m t n n r a d r c u a i g m a r l i n u m a o r r g d r e e r o a n e e i t e r k n r o a ( t D r g r g u a a t i p a d i p p o . k n r o D s g i r u r d a u p n n b a P a n u t a n t p p a m i e u t d b k a n n K a e s a a a f n y n S ) c l a a m p n s a s k i i s s u n d b u a s g n r g s r i p e a u n l h a o a n s a a r u e b d a a t t t t a p u i u t i m b u a n l b e t i t s r r u e g c a u y u u i u h g r g r o o o r m g d n n p b i n i i e h n e e n a a e a r e r e a r P p u n i a t d y p d p P P m l p k
33
D. Integrasi Gender dalam Rencana Kerja SKPD
Integrasi gender ke dalam format Renja SKPD dari hasil analisis gender menggunakan alat/metode GAP.
Tabel 3.4. Integrasi Gender dalam Dokumen Renja SKPD
Struktur Renja SKPD
34
Langkah Integrasi Gender
GAP (langkah 1-9)
Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah Dan Program/Kegiatan
Urusan pemerintahan daerah, uraian nama bidang urusan pemerintahan daerah; sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, uraian judul program yang direncanakan dan uraian judul kegiatan yang direncanakan (Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)
Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan (output )
Uraian indikator hasil program yang akan dicapai Indikator selama periode Renstra SKPD yang direncanakan Kinerja sebagaimana tercantum dalam Renstra SKPD, atau (Langkah 9) yang telah disesuaikan berdasarkan hasil evaluasi. Indikator kinerja kegiatan (output/keluaran), adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai suatu kegiatan yang dapat berupa isik atau non isik, yang diharapkan dapat mengurangi ketimpangan gender. Indikator atau tolok ukur keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Indikator kinerja kegiatan yang memuat ukuran spesiik secara kuantitatif dan/atau kualitatif masukan, keluaran yang akan dicapai dari kegiatan yang menampilkan data terpilah, jika kegiatan tersebut melibatkan perempuan dan laki-laki. Tetapi jika hasil dari kegiatan tersebut berupa isik, maka target kinerjanya disesuaikan dengan volume hasil kegiatan, dengan mempertimbangkan aspek konsistensi dan rumusan indikator dan kerangka kinerja logis, sejak dari input, kegiatan, keluaran, hasil, dan dampak.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Struktur Renja SKPD
Langkah Integrasi Gender
GAP (langkah 1-9)
Lokasi
lokasi dari kegiatan untuk tahun rencana, yang penentuannya mengacu pada analisis gender yang mempertimbangkan keterlibatan perempuan dan laki-laki atau kelompok rentan lainnya. Selain itu penentuan lokasi harus mempertimbangkan tingkat kesenjangan gender atau prevalensi kasus berbasis gender yang tinggi.
Target capaian kinerja
Target kinerja capaian program/kegiatan pada tahun Indikator rencana yang memuat ukuran spesiik secara Kinerja kuantitatif dan/atau kualitatif hasil yang akan dicapai (Langkah 9) dari program. Target capaian harus menampilkan data terpilah, jika program/kegiatan tersebut tersebut melibatkan perempuan dan laki-laki. Tetapi jika hasil dari kegiatan tersebut berupa isik, maka target kinerjanya disesuaikan dengan apa yang menjadi target dari hasil pembangunan isik tersebut, dengan mempertimbangkan aspek konsistensi dan rumusan indikator dengan kerangka kinerja logis
Rencana Aksi (Langkah 7)
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendanai program/kegiatan pada tahun rencana Kebutuhan Memuat kebutuhan dana untuk tahun berikutnya dari Dana/ tahun anggaran yang direncanakan, guna memastikan Rencana pagu kesinambungan kebijakan yang telah disetujui untuk setiap program dan kegiatan, yang mempertimbangTahun ............ indikatif kan aspek ekonomi, eisien, dan efektif. (tahun rencana) Diisi dengan obyek pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah yang dapat dijadikan sebagai sumber pendanaan program dan kegiatan, antara lain: PAD, terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lainlain pendapatan asli daerah yang sah. Dana Perimbangan, terdiri dari: dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, terdiri dari: Sumber pendapatan hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana Dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Penerimaan pembiayaan, terdiri dari: sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah. Catatan : obyek pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah sesuai dengan kewenangan provinsi/kabupaten/kota.
35
Struktur Renja SKPD
36
GAP (langkah 1-9)
Catatan atas program/kegiatan yang diusulkan (program/ kegiatan lanjutan, program/kegiatan mendesak, rancangan awal RKPD, prioritas hasil analis kebutuhan, dsb.), dengan tetap mengacu pada analisis gender, yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan gender.
Data Pembuka Wawasan (Langkah 2) Isu Kesenjangan (Langkah 3-5) Reformulasi Tujuan (Langkah 6) Rencana Aksi (Langkah 7)
Target capaian kinerja
Target kinerja terukur dari capaian program/ kegiatan untuk prakiraan maju pada tahun berikutnya sesudah tahun rencana, yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan dari program tahun sebelumnya berdasarkan analisis gender untuk mengurangi kesenjangan gender.
Data Dasar (Langkah 8) Indikator Kinerja (Langkah 9)
Kebutuhan Dana/ pagu indikatif
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendanai program/kegiatan prakiraan maju, dengan mempertimbangkan aspek ekonomis, efektif, dan eisien.
Catatan Penting
Prakiraan Maju Rencana Tahun .........
Langkah Integrasi Gender
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
II. Pengintegrasian Gender dalam Dokumen Penganggaran A. Integrasi Gender dalam Dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Tabel 3.5. Integrasi Gender dalam Dokumen KUA-PPAS
Jenis Dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
Struktur
Langkah Integrasi Gender
Pendahuluan: Latar belakang penyusunan KUA, Tujuan penyusunan KUA Dasar hukum penyusunan KUA
Memasukkan data kesenjangan gender dan indikator kesetaraan gender (GDI/IPG dan GEM/IDG ) baik indikator dampak, outcome dan output maupun data kesenjangan gender yang ada dalam RPJMD dan RKPD
Kerangka Ekonomi Makro Daerah: Perkembangan indikator ekonomi makro daerah tahun sebelumnya, Rencana target ekonomi makro pada tahun perencanaan
Memasukkan analisis gender dalam kerangka ekonomi makro, misalnya memasukkan kontribusi perempuan dalam PDRB, walaupun sifatnya bisa jadi masih indikatif. Misalnya, bila PDRB di daerah tersebut dikontribusikan oleh sektor pertanian atau UKM, bisa diasumsikan kontribusi perempuan juga tinggi karena mereka banyak berperan di sektor tersebut.
Asumsi Dasar dalam Penyusunan RAPBD: Asumsi dasar dalam APBN, Laju inlasi, Pertumbuhan PDRB, lainlain asumsi
37
Jenis Dokumen
Struktur Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah: Pendapatan daerah: kebijakan perencanaan pendapatan, target pendapatan daerah, upaya mencapai target, Belanja Daerah: total perkiraan belanja, kebijakan belanja, kebijakan pembangunan daerah dan prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah, kebijakan belanja berdasar urusan dan SKPD Pembiayaan Daerah: kebijakan penerimaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan
Prioritas Plafon Plafon anggaran sementara Anggaran berdasarkan urusan pemeSementara (PPAS) rintahan dan program/ kegiatan: Plafon anggaran sementara berdasarkan urusan pemerintahan secara deskriptif dalam bentuk tabel Plafon anggaran sementara berdasarkan program kegiatan: berisikan plafon anggaran sementara berdasarkan program kegiatan secara deskriptif dan dalam bentuk tabulasi
38
Langkah Integrasi Gender Memasukan data kontribusi perempuan dan laki-laki terhadap pendapatan asli daerah usaha. Memasukkan perkiraan belanja dengan mengacu pada hasil analisis gender pada dokumen perencanaan (RKPD dan Renja SKPD terkait) Memasukkan kebijakan belanja berdasarkan urusan dan SKPD dengan memuat alokasi belanja yang responsif gender pada belanja langsung, pada program atau kegiatan yang penerima manfaatnya adalah masyarakat.
Memastikan program dan alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan sebagai urusan wajib pada plafon anggaran sementara berdasarkan urusan pemerintahan. Program tersebut harus konsisten dan berkontribusi untuk pencapaian tujuan dan target dalam RKPD yang telah menggunakan analisis gender.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Jenis Dokumen
Struktur
Langkah Integrasi Gender
Plafon anggaran sementara untuk belanja pegawai, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, secara deskriptif dalam bentuk tabulasi
Mengidentiikasi program/ kegiatan dari urusan di luar pemberdayaan perempuan yang termasuk pada program yang responsif gender (spesiik, afirmatif, atau mendorong kesetaraan), dan alokasi anggarannya. Program yang teridentiikasi, harus konsisten dan berkontribusi untuk pencapaian tujuan dan target dalam RKPD yang telah menggunakan analisis gender.
Rincian pembiayaan daerah: berisi target penerimaan, pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah
Mengidentiikasi jenis belanja tidak langsung, misalnya pada alokasi belanja hibah dan bantuan sosial, yang sasarannya adalah masyarakat. Memastikan output dan outcome pada poin 5, konsisten dan berkontribusi untuk pencapaian tujuan dan target RKPD yang telah menggunakan analisis gender.
39
B. Pengitegrasian Gender dalam Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Tabel 3.6. Integrasi Gender dalam Dokumen RKA/DPA SKPD Jenis Dokumen RKA SKPD
Struktur
Langkah Integrasi Gender
Urusan pemerintahan
Sesuai Permendagri tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Organisasi
Sesuai Permendagri tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Program
Pada bagian Program, harus Sama dengan diperhatikan apakah program baris tersebut spesiik, airmatif, dan Program mendorong kesetaraan ataukah kegiatan secara umum. Program ini harus dipertimbangkan untuk menyelesaikan satu isu gender tertentu, sesuai Renja SKPD.
Kegiatan
Penentuan kegiatan, Diambilkan memperhatikan apakah kegiatan dari Rencana Aksi tersebut spesiik, afirmasi, dan mendorong kesetaraan ataukah kegiatan secara umum yang bertujuan menyelesaikan kesenjangan gender. Kegiatan ini harus strategis untuk menyelesaikan satu isu gender tertentu.
Lokasi Kegiatan Penentuan lokasi kegiatan mempertimbangkan keterlibatan perempuan dan laki-laki atau kelompok rentan lainnya. Selain itu penentuan wilayah harus mempertimbangkan tingkat kesenjangan gender atau prevalensi kasus berbasis gender yang tinggi. Jumlah tahun
40
Kesesuaian dengan GBS
Informasinya sesuai dengan hasil analisis situasi
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Jenis Dokumen
Struktur
Langkah Integrasi Gender
Kesesuaian dengan GBS
Capaian program
Capaian program mempertimbangkan aspek konsistensi dan rumusan indikator dengan kerangka kinerja logis, serta sejauhmana kontribusinya untuk penyelesaian isu gender yang ada di daerah. Capaian program merupakan outcome RPJMD pada tahun berjalan
Informasinya sama dengan baris Capaian Program
Masukan
Berupa dana, SDM (fasilitator/ narasumber) atau hasil pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya, jika merupakan program multiyears (tahun jamak). Masukan (input), diisi berupa jumlah dana, SDM (fasilitator/ narasumber) atau hasil pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya, jika merupakan program multiyears.
Informasinya sama dengan baris Masukan pada kegiatan yang sama
Keluaran
Pada bagian keluaran, diisi dengan indikator yang jelas sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan dan target kinerja yang menampilkan data terpilah, jika kegiatan tersebut melibatkan perempuan dan laki-laki. Tetapi jika hasil dari kegiatan tersebut berupa isik, maka target kinerjanya disesuaikan dengan volume hasil kegiatan, dengan mempertimbangkan aspek konsistensi dan rumusan indikator dan kerangka kinerja logis.
Informasinya sama dengan baris Keluaran pada kegiatan yang sama
41
Jenis Dokumen
Struktur
Langkah Integrasi Gender
Kesesuaian dengan GBS
Hasil
Hasil, diisi dengan indikator yang jelas sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan dan target kinerja yang menampilkan data terpilah, jika kegiatan tersebut melibatkan perempuan dan lakilaki. Tetapi jika hasil dari kegiatan tersebut berupa isik, maka target kinerjanya disesuaikan dengan apa yang menjadi target dari hasil pembangunan isik tersebut, dengan mempertimbangkan aspek konsistensi dan rumusan indikator dengan kerangka kinerja logis.
Informasinya sama dengan baris Hasil pada kegiatan yang sama
Kelompok Sasaran Kegiatan
Mempertimbangkan keterlibatan Informasinya perempuan, laki-laki, dan kelompok sesuai rentan lainnya. dengan hasil analisis situasi
Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan SKPD
Alokasi anggaran per jenis belanja berdasarkan perhitungan yang rasional dengan memperhatikan aspek eisiensi, efektiitas, ekonomis, dan kontribusinya untuk pencapaian manfaat sesuai dengan indikator kegiatan
III. Pengintegrasian Gender dalam Dokumen Pelaksanaan Kegiatan dan Pertanggungjawaban Setelah pengintegrasian gender dalam dokumen perencanaan dan penganggaran, tahapan penting selanjutnya adalah memastikan pengintegrasian gender dalam dokumen pelaksanaan kegiatan. Analisis gender yang telah dicantumkan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran harus dijabarkan selanjutnya dalam dokumen-dokumen pelaksanaan pembangunan seperti KAK, DPA-SKPD, dokumen-dokumen pengadaan dan laporan pertanggungjawaban hasil pembangunan.
42
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
IV. Peran Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dalam Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Tabel 3.7. Peran Kelembagaan PUG dalam Penyusunan PPRG Nama Dokumen
Peran Kelembagaan PUG
RPJMD
• Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota selaku Ketua Pokja PUG memastikan bahwa analisis gender, hasil riset, dan hasil evaluasi digunakan dalam menyusun RPJMD. • Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota selaku Ketua Pokja PUG melakukan veriikasi terhadap Renstra SKPD yang responsif gender.
RENSTRA SKPD
• Kepala SKPD selaku Anggota Pokja PUG memastikan tersedianya data terpilah gender berdasarkan isu strategis. • Kepala SKPD selaku Anggota Pokja PUG memastikan isu strategis berdasarkan prioritas nasional dan daerah, MDGs, SPM, dan lain-lain telah menggunakan analisis gender. • SKPD yang membidangi pemberdayaan perempuan selaku Sekretariat Pokja PUG memberi asistensi kepada SKPD dalam penyusunan Renstra SKPD responsif gender.
RKPD
• Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota selaku Ketua Pokja PUG memastikan program-program prioritas berdasarkan issu prioritas telah menggunakan analisis gender.
• Focal point PUG (Perencana SKPD) memastikan ketersediaan data terpilah gender. • Kepala SKPD selaku anggota Pokja PUG memastikan bahwa program dan kegiatan yang disusun perencana SKPD RENJA SKPD berdasarkan isu strategis telah menggunakan analisis gender. berdasarkan isu strategis telah menggunakan analisis gender. • SKPD yang membidangi Pemberdayaan Perempuan selaku Sekretariat Pokja PUG memberi asistensi kepada SKPD dalam penyusunan Renstra SKPD responsif gender.
43
Nama Dokumen
Peran Kelembagaan PUG
KUA-PPAS
• Bappeda memastikan isu dan program prioritas sudah menggunakan analisis gender (GAP). • Bappeda dan Tim Teknis ARG mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kepada TAPD bahwa isu dan program prioritas mendapat pagu anggaran yang proporsional . • Tim Teknis ARG dan TAPD memastikan ketersediaan pagu indikatif untuk isu dan program prioritas
RKA SKPD
• Kepala SKPD memastikan program prioritas sudah menggunakan GBS • Kepala SKPD Keuangan memastikan bahwa pedoman penyusunan RKA SKPD dilampiri dengan GBS • Tim ARG dan TAPD memastikan bahwa program prioritas responsif gender mendapat pagu indikatif yang proporsional • Badan Pemberdayaan Perempuan selaku Sekretariat Pokja PUG memberi asistensi kepada SKPD dalam penyusunan GBS dan RKA SKPD responsif gender.
APBD
• TAPD yang unsur didalamnya termasuk Badan Pemberdayaan Perempuan mengkompilasi program/kegiatan yang telah menggunakan GBS dan anggarannya telah disetujui oleh DPRD, kemudian dilampirkan dalam dokumen APBD yang dikirimkan kepada tim evaluator APBD provinsi (untuk kabupaten/kota) dan tim evaluator APBD Kemendagri (untuk provinsi).
DPA SKPD
• TAPD dan Badan Pemberdayaan Perempuan mengkompilasi program/kegiatan yang telah menggunakan GBS dan anggarannya telah disetujui oleh DPRD
Dalam rangka mendukung optimalisasi pembagian peran kelembagaan PUG sebagaimana dijelaskan dalam tabel diatas, salah satu mekanisme yang dapat ditempuh adalah mengoptimalkan proses evaluasi APBD oleh tingkat pemerintahan diatasnya, dengan mengintegrasikan PPRG sebagai bahan evaluasi. Evaluasi APBD Kabupaten/Kota dilakukan oleh provinsi dan evaluasi APBD Provinsi dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri (c.q. Direktorat Jenderal Keuangan Daerah). Dalam tahapan ini, Tim Evaluator menelaah seberapa besar prosentase anggaran yang sudah responsif gender, untuk dijadikan sebagai saran masukan dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan SEB mengenai Stranas Percepatan PUG melalui PPRG. 44
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
I. Pengertian Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Dalam konteks PPRG di daerah, pengendalian terhadap PPRG mencakup seluruh proses dan substansi penetapan dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran daerah. Pengendalian PPRG dilakukan melalui pemantauan dan pengawasan mulai dari tahap penyusunan hingga penetapan dokumen-dokumen tersebut. Hasil dari pemantauan dan pengawasan digunakan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa proses dan substansi dokumen perencanaan dan penganggaran daerah sudah responsif gender. Agar pengendalian dan evaluasi PPRG di daerah dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif maka digunakan strategi sebagai berikut : 1.
Generik dan leksibel, yakni menjadikan Juklak ini sebagai panduan
yang bersifat generik atau umum, sehingga kepada masing-masing SKPD atau unit pemerintahan daerah lainnya diberikan kebebasan untuk menyusun dan menyesuaikan kembali dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi di masing-masing SKPD. 2.
Dilakukan secara mandiri melalui koordinasi internal. Bahwa pelaksanaan pengendalian dan evaluasi dilaksanakan oleh masing-
45
masing SKPD, baik yang berfungsi sebagai penggerak (driver) maupun sebagai penyedia pelayanan (service delivery) secara mandiri namun dilakukan melalui koordinasi internal antar komponen. 3.
Dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung terhadap proses pelaksanaan program/kegiatan (direct observation) dengan pendekatan sistem (systemic approach) dan berorientasi pada tujuan (output based orientation).
4.
Changing based orientation (berorientasi kepada perubahan) artinya
kegiatan pengendalian dan evaluasi diarahkan untuk melihat setiap perubahan yang terjadi pada setiap proses dengan mencatat dan mengamati setiap indikator (indikator input, proses, output dan outcomes ) pada tahapan pelaksanaan PPRG. 5.
Objective and accountable . Data dan informasi sebagai hasil
pengendalian dan evaluasi, didokumentasikan secara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. 6.
Reguler dan berjenjang. Pelaksanaan pengendalian dan evaluasi serta pelaporan PPRG dilaksanakan secara berjenjang di provinsi dan kabupaten/kota. Pengendalian dan Evaluasi PPRG yang dimaksud dalam Juklak ini adalah pengendalian dan evaluasi terhadap penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran yang dilakukan oleh SKPD, TAPD, dan bisa juga digunakan oleh Tim Evaluator. Selain itu ada pula pengendalian dan evaluasi PPRG terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh inspektorat, BPK dan BPKP dan dibahas secara terpisah dari Juklak PPRG.
II. Indikator Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Indikator dalam pengendalian dan evaluasi PPRG di daerah menggunakan indikator umum dan indikator berbasis dokumen PPRG. Indikator umum lebih bersifat check list tentang keberadaan atau ketiadaan aspek-aspek yang menjadi pra-syarat pelaksanaan PPRG di daerah. Sedangkan indikator PPRG berbasis dokumen menekankan pada kualitas penggunaan instrumen PPRG yang meliputi penggunaan tools analisis
46
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
gender dan GBS . Berikut adalah penjelasan terkait indikator pengendalian dan evaluasi PPRG di daerah:
Tabel 4.1. Indikator Pengendalian dan Evaluasi PPRG di Daerah a. Indikator Umum : No
Aspek
Indikator Pengendalian
Indikator Evaluasi
1
Komitmen Keberadaan atau ketiadaan : dan Kebijakan • Regulasi tentang PPRG yang di keluarkan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota dan atau DPRD • Pedoman atau acuan pelaksanaan PPRG • Petunjuk teknis pelaksanaan PPRG (bagi SKPD yang disahkan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota) • Kebijakan tentang data terpilah • Jumlah SKPD yang sudah mempraktikkan PPRG
Efektiitas pelaksanaan: • Regulasi tentang PPRG yang dikeluarkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan atau DPRD • Pedoman atau acuan pelaksanaan PPRG • Petunjuk teknis pelaksanaan PPRG (bagi SKPD yang disahkan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota) • Kebijakan tentang data terpilah • Trend jumlah SKPD yang sudah mempraktikkan PPRG • Tantangan mendorong komitmen dan kebijakan PPRG
2
Kelembagaan Keberadaan atau ketiadaan : Pokja PUG • Program Kerja dan atau Rencana Kerja Pokja PUG • Focal Point • Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG • Laporan Kerja POKJA PUG • Tim Teknis ARG
Efektiitas kerja: • Pokja PUG • Focal Point • Tim Teknis ARG • Tantangan mendorong efektiitas kerja kelembagaan PUG
47
No
48
Aspek
Indikator Pengendalian
Indikator Evaluasi
3
Sumber Daya Keberadaan atau ketiadaan : dan Anggaran • SDM perencana SKPD memiliki kemampuan dalam melaksanakan PPRG (sesuai PMK yang berlaku, atau kesepakatan daerah) • Anggaran untuk pelembagaan PUG
4
Proil Gender Keberadaan atau ketiadaan : Efektivitas pemanfaatan: dan Data • Proil gender daerah • Proil gender daerah Terpilah • Data terpilah berkaitan • Data terpilah dalam dengan program terkait penentuan program dan kegiatan • Tantangan penyusunan serta pemanfaatan proil gender dan data terpilah
5
Partisipasi Masyarakat
• Forum PUG yang melibatkan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) • Keterlibatan masyarakat, perempuan dan lakilaki dalam setiap proses perencanaan dan penganggaran (Musrenbang dan Konsultasi Publik)
Peningkatan kualitas dan kuantitas: • SDM perencana SKPD memiliki kemampuan dalam melaksanakan PPRG • Anggaran untuk pelembagaan PUG • Tantangan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
• Trend jumlah OMS yang terlibat dalam Forum PUG di daerah • Trend jumlah perempuan dan laki-laki yang terlibat dalam Musrenbang • Trend jumlah perempuan dan laki-laki yang terlibat dalam Konsultasi Publik RKPD, • Tantangan partisipasi masyarakat
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
b. Indikator PPRG Berbasis Dokumen:
No
Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Indikator Pengendalian
Indikator Evaluasi
1
RPJMD
• Sistematika RPJMD dan • Trend pencapaian konsistensi isu gender Gender-related Devedengan RPJPD lopment Index ( GDI )/ Indeks Pembangunan • Penyajian capaian GenderGender (IPG) dan related Development Index ( GDI )/ Indeks Gender Empowerment Pembangunan Gender Measurement ( GEM )/ (IPG) dan Gender Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), MDGs, Empowerment Measure dsb ( GEM )/ Indeks Pemberdayaan Gender • Isu gender secara (IDG) GDI/IPG, GEM/IDG, tersurat tercantum MDGs, dsb dalam dalam isu strategis, visi, Gambaran Umum Kondisi misi dan arah kebijakan Daerah keuangan daerah • Analisis gender dalam • Tingkat realisasi penpenyusunan isu strategis capaian program berdaerah prespektif gender dan • Prinsip keadilan dan kebutuhan pendanaankesetaraan tercermin nya berdasarkan dalam visi-misi dan arah indikator kinerja dan kebi-jakan keuangan data terpilah daerah • Penetapan indikator kinerja daerah menggunakan data terpilah
2
RENSTRA SKPD
• Sistematika Renstra SKPD • Memastikan visi, misi, dan konsistensi isu gender tujuan, strategi, dengan RPJMD kebijakan SKPD sudah • Analisis gender pada visi, responsif gender misi, tujuan, strategi, • Tingkat realisasi kebijakan, program, dan pencapaian program kegiatan berdasarkan tugas dan kegiatan responsif dan fungsi SKPD gender masing-masing • Penetapan indikator SKPD berdasarkan kinerja SKPD menggunakan indikator kinerja dan data terpilah data terpilah
49
No
50
Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Indikator Pengendalian
Indikator Evaluasi
3
RKPD
• Sistematika RKPD dan • konsistensi isu gender dengan RPJMD • Analisis gender pada program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, lokasi, dan dana indikatif
Tingkat realisasi pencapaian program dan kegiatan yang responsif gender berdasarkan indikator kinerja serta kelompok sasaran dan lokasi kegiatan berdasarkan analisis kesenjangan gender yang terjadi
4
RENJA SKPD
• Sistematika Renja SKPD • dan konsistensi isu gender dengan Renstra SKPD dan RKPD serta RPJMD • Analisis gender pada program dan kegiatan, • indikator kinerja, kelompok sasaran, lokasi, dan pagu indikatif serta prakiraan maju •
Tingkat realisasi pencapaian program dan kegiatan responsif gender berdasarkan indikator kinerja Penetapan kelompok sasaran dan lokasi kegiatan berdasarkan tingkat kesenjangan gender Tingkat akomodasi program/kegiatan alternatif dan baru yang lebih responsif gender
5
KUA-PPAS
• Sistematika KUA-PPAS dan • Tingkat akomodasi konsistensi isu gender program/kegiatan yang dengan RKPD responsif gender pada • Memasukkan isu gender prioritas program pada prioritas daerah dan prioritas pembangunan daerah, program masing-masing prioritas program masingurusan masing urusan beserta • Trend jumlah pagu pagu indikatifnya indikatif pada program/ kegiatan yang responsif gender
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
No
Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Indikator Pengendalian
Indikator Evaluasi
6
RKA SKPD
• Penggunaan GBS dalam • Jumlah program/ penyusunan RKA SKPD kegiatan yang dibuat • Penetapan indikator GBS-nya kinerja dalam menyusun • Tingkat realisasi program/kegiatan agar pencapaian program responsif gender dan kegiatan • Jumlah anggaran program/ berdasarkan indikator kegiatan responsif gender kinerja • Penetapan kelompok sasaran dan lokasi berdasarkan kesenjangan gender dan data terpilah • Jumlah/trend serapan dana yang benar-benar menyasar kelompok dan lokasi berdasarkan kesenjangan gender dan data terpilah
7
DPA
• Penetapan indikator • Tingkat realisasi kinerja dalam menyusun pencapaian program program/kegiatan agar dan kegiatan responsif gender berdasarkan indikator • Jumlah anggaran program/ kinerja kegiatan responsif gender • Penetapan kelompok sasaran dan lokasi berdasarkan kesenjangan gender dan data terpilah • Jumlah/tren serapan dana yang benar-benar menyasar kelompok dan lokasi berdasarkan kesenjangan gender dan data terpilah
51
III. Pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi Prosedur pelaksanaan pengendalian dan evaluasi PPRG di daerah sebagaimana diagram 4.1 dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap pelaporan. Tahap persiapan digunakan untuk menyusun rencana kegiatan pemantauan dan evaluasi antara lain menetapkan pelaksana pemantauan dan evaluasi, menyiapkan instrumennya, mengkoordinasikan dengan komponen-komponen internal terkait dan menyiapkan jadwal pelaksanaan pemantauan dan evaluasi. Tahap pelaksanaan berkaitan dengan metode dan mekanisme yang digunakan yaitu observasi langsung dari dokumen-dokumen terkait, angket, FGD (focus group discussion) atau diskusi kelompok terarah, dan wawancara dengan pejabat komponen terkait. Tahap akhir digunakan untuk menyusun hasil pemantauan dan melakukan evaluasi atau penilaian dari data dan informasi hasil pemantauan tersebut serta menyusun laporan. Selanjutnya mengirimkan laporan kepada pengguna yaitu pimpinan unit/SKPD terkait baik sebagai penyedia pelayanan (service delivery) maupun sebagai penggerak (driver mover) dan kepada Bupati dan Gubernur yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mencari solusi bagi permasalahan yang muncul pada pelaksanaan PPRG serta pengembangan dan perbaikan kebijakan di masa yang akan datang.
52
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Diagram 4.1. Prosedur Pengendalian dan Evaluasi Indikator Umum PPRG
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan Indikator PPRG Berdasarkan Dokumen Penyesuaian Perbaikan Perubahan Input
(Observasi, angket, FGD, wawancara)
Hasil RPJMD RESTRA SKPD
Analisis & Penilaian
RKPD
Laporan
RENJA SKPD KUA PPAS
Pengiriman secara berjenjang
RKA SKPD DPA SKPD
Pengguna •Kepala Unit/Satker Bupa/Walikota/Gub. •Pusat: Bappenas, Kemenkeu, KPPA
IV. Pelaporan Hasil Pengendalian dan Evaluasi Pelaporan hasil pengendalian dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Laporan hasil pengendalian dan evaluasi PPRG masing-masing SKPD dikirimkan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota melalui Bappeda. Selanjutnya Gubernur merangkum laporan dari Bupati dan Walikota serta SKPD provinsi dan mengirimkan kepada instansi yang berwenang di tingkat Pusat yaitu Kementerian Dalam Negeri, Bappenas, dan KPPPA.
53
Diagram 4.2. Alur Pelaporan Hasil Pengendalian dan Evaluasi Pusat
Bappenas
Pimpinan SKPD
KPP & PA
Kemendagri
BAPPEDA
Gubernur
BAPPEDA
Bupati/ Walikota
Provinsi Perencana SKPD
Kabupaten/ Kota
Pimpinan SKPD
Perencana SKPD
Alur Laporan Alur Umpan Balik
Laporan dikirimkan secara berjenjang kepada atasan pelaksana pengendalian dan evaluasi atau pengguna seperti pada diagram 4.2 paling lambat 2 (dua) minggu setelah evaluasi dilakukan. Hasil pengendalian dan evaluasi di SKPD dikirimkan kepada pimpinan SKPD dan Bappeda. Selanjutnya Bappeda melakukan kajian dari hasil pengendalian dan evaluasi dari SKPD dan mengirimkan umpan balik kepada SKPD. Bappeda Kab/Kota dan Bappeda Provinsi menghimpun dan membuat rekapitulasi hasil pengendalian dari SKPD dan unit kerja lainnya di Kantor Bupati/ Walikota dan Gubernur serta mengirimkan hasil rangkuman tersebut kepada Bupati/Walikota dan Gubernur. Selanjutnya Bupati/Walikota mengirimkan rangkuman hasil pengendalian dan evaluasi di daerah kerjanya kepada Gubernur dan Gubernur melakukan penelaahan hasil
54
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
pengendalian dan evaluasi tersebut serta mengirimkan umpan balik ke Bupati/Walikota. Gubernur mengirimkan rekapitulasi hasil pengendalian dan evaluasi provinsi yang mengandung hasil pengendalian dan evaluasi dari seluruh SKPD provinsi dan seluruh kabupaten/kota di wilayahnya kepada Bappenas, Kementerian PP & PA dan Kementerian Dalam Negeri (lihat diagram 4.2). Kementerian PP & PA dan Kementerian Dalam Negeri mengirimkan umpan balik hasil pemantauan dan evaluasi kepada Gubernur.
55
BAB V
PENUTUP
Mengingat bahwa kesinambungan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) sangat penting dalam pencapaian keadilan dan kesetaraan gender, maka analisis gender dalam berbagai kebijakan, program, kegiatan, dan sub kegiatan perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan PPRG seperti lemahnya komitmen para penentu kebijakan baik di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif, minimnya pakar analisis gender karena kurangnya alokasi dana untuk peningkatan kapasitas, dan terbatasnya informasi dan data terpilah berdasar jenis kelamin, perlu mendapat perhatian secara seksama agar pelaksanaan strategi PUG dapat berjalan secara efektif dan berkesinambungan di masa yang akan datang. Petunjuk Pelaksanaan ini diharapkan mudah dan dapat dipahami oleh perencana di daerah, sehingga dalam menyiapkan dokumen Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender tidak mendapatkan kesulitan. Pedoman ini menjelaskan metode penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender yang dilakukan dengan analisis gender, penyusunan GBS, penyusunan KAK dan pengintegrasian hasil analisis gender dalam RKA SKPD. Pelaksanaan juklak dapat disesuaikan dengan perkembangan setiap daerah. Setiap daerah diharapkan dapat melakukan inovasi dan mengembangkan pedoman ini sesuai dengan perkembangan masing-masing. Petunjuk Pelaksanaan ini diharapkan membantu perencana untuk menyusun anggaran responsif gender dalam konteks anggaran berbasis kinerja. Seluruh Daerah dapat menggunakan Petunjuk Pelaksanaan ini sebagai acuan kerja dalam menyusun kebijakan/program/kegiatan dan pelaporan akuntabilitas kinerja yang responsif gender.
56
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS
Kementerian Keuangan
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
LAMPIRAN-LAMPIRAN
57
Lampiran 1 Formulir I Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Pemerintahan Daerah Lingkup Provinsi/Kabupaten/Kota.....................
A.
INDIKATOR UMUM/PRASYARAT PPRG : Pertanyaan
Jawaban
KOMITMEN DAN KEBIJAKAN
58
1.
Apakah ada peraturan perundangan tentang 1. Ya pelaksanaan PPRG di provinsi/kabupaten/ 2. Tidak kota?
1.a.
Jika YA, dalam bentuk apa? Lampirkan!
1.b.
Jika TIDAK, jelaskan mengapa?
2.
Apakah peraturan tersebut sudah diinformasikan di wilayah provinsi/ kabupaten/kota?
1. Ya 2. Tidak
2.a
Jika YA, kepada siapa peraturan tersebut diinformasikan?
1. Eksekutif 2. Legislatif 3. Yudikatif 4. Lembaga Masyarakat
2.b
Jika TIDAK, jelaskan mengapa?
3.
Bagaimana peraturan tersebut diinformasikan?
4.
Adakah kebijakan teknis operasional, 1. Ya seperti pedoman, petunjuk teknis, petunjuk 2. Tidak pelaksanaan) PPRG?
1. Peraturan Daerah 2. Peraturan Gubernur 3. Peraturan Bupati/Walikota 4. Keputusan Bupati/Walikota 5. Surat Edaran Bupati/Walikota 6. Lainnya, sebutkan!
1. Melalui Surat Edaran 2. Melalui Media Masa 3. Melalui Forum Sosialisasi 4. Lainnya, sebutkan!
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Pertanyaan
Jawaban
4.a.
Jika YA, dalam bentuk apa? Lampirkan!
1. Peraturan Bupati/Walikota 2. Keputusan Kepala SKPD/OPD 3. Lainnya, sebutkan!
4.b
Jika TIDAK, jelaskan mengapa?
5.
Adakah kebijakan tentang penyusunan dan 1. Ya penggunaan data terpilah gender dalam 2. Tidak penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran?
5.a.
Jika YA, dalam bentuk apa? Lampirkan!
5,b.
Jika TIDAK, jelaskan mengapa?
1. Peraturan Bupati/Walikota 2. Keputusan Kepala SKPD 3. Lainnya, sebutkan!
KELEMBAGAAN Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender 6.
Apakah ada kelompok kerja Pengarusutamaan Gender di provinsi/ kabupaten/kota?
1. Ya 2. Tidak
6.a.
Jika YA, sebutkan dasar hukum pembentukannya dan lampirkan!
1. 2. 3. 4. 5.
6.b.
Jika TIDAK, jelaskan mengapa?
7.
Sebutkan keanggotaan kelompok kerja Pengarusutamaan Gender!
8.
Apakah Kepala Bappeda ditetapkan sebagai 1. Ya ketua kelompok kerja Pengarusutamaan 2. Tidak Gender?
Peraturan Gubernur Keputusan Gubernur Peraturan Bupati/Walikota Keputusan Bupati/Walikota Surat Edaran Gubernur/ Bupati/Walikota 6. Peraturan lainnya, sebutkan!
1. 2. 3. 4. 5.
Bappeda Badan PP dan KB Badan Keuangan Daerah Bawasda/Inspektorat Lainnya, sebutkan!
Jika TIDAK, jelaskan mengapa? 9.
Apakah ada pertemuan kelompok kerja Pengarusutamaan Gender?
1. 2.
Ya Tidak
59
Pertanyaan 9.a.
Jika YA, berapa kali pertemuan kelompok kerja Pengarusutamaan Gender dalam satu bulan/tahun?
9.b.
Jika TIDAK, jelaskan mengapa?
10.
Apakah sudah terbentuk Focal Point PUG?
Jawaban
1. Ya 2. Tidak
10.a. Jika YA, berapa SKPD yang sudah membentuk Focal Point ? Sebutkan ! 10.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa? 11.
Apakah sudah terbentuk Tim Teknis ARG?
1. Ya 2. Tidak
11.a. Jika YA, siapa yang termasuk dalam Tim Teknis ARG? Sebutkan! 11.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa? Rencana Kerja Tahunan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender 12.
Apakah ada rencana kerja tahunan kelompok kerja Pengarusutamaan Gender?
1. Ya 2. Tidak
12.a. Jika YA, lampirkan! 12.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa! Laporan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender 13.
Apakah ada laporan tahunan tentang pelaksanaan rencana kerja kelompok kerja Pengarusutamaan Gender?
1. Ya 2. Tidak
13.a. Jika YA, lampirkan! 13.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa! 14.
Apakah laporan tersebut disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota?
14.a. Jika YA, lampirkan! 14.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa!
60
1. Ya 2. Tidak
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Pertanyaan
Jawaban
SUMBERDAYA MANUSIA DAN ANGGARAN Sumberdaya Manusia 17.
Apakah tersedia SDM yang sudah mengikuti 1. Ya pelatihan (capacity building) PUG/PPRG 2. Tidak
17.a. Jika YA, dari unsur mana?
1. 2. 3. 4. 5.
Bappeda Badan PP dan KB SKPD/OPD…… SKPD/OPD…… Dst.
17.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa! 18.
Apakah tersedia SDM yang sudah mengikuti 1. Ya 2. Tidak Training of Trainer (TOT) fasilitator PUG/ PPRG
18.a. Jika YA, dari unsur mana dan berapa jumlahnya?
1. 2. 3. 4. 5.
Bappeda: ….. orang Badan PP dan KB: ….. orang SKPD/OPD……: …..orang SKPD/OPD……: …..orang Dst.
18.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa! 19.
Lembaga apa yang memfasilitasi pelatihan 1. Pemerintah Pusat (capacity building) dan TOT fasilitator PUG/ (Kementerian PP & PA) PPRG? 2. Badan PP dan KB Provinsi 3. Pusat Studi Wanita/Gender setempat 4. LSM 5. Lainnya, sebutkan!
Sumberdaya Anggaran 20.
Adakah alokasi anggaran untuk sosialisasi dan Capacity Building (Peningkatan Kapasitas) SDM tentang PUG/PPRG?
20.a. Jika YA, berapa alokasinya?
1. Ya 2. Tidak Rp. …………………..
20.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa! 21.
Adakah Anggaran Responsif Gender (ARG) yang diwujudkan dengan Gender Budget Statement (GBS) pada SKPD/OPD di Kabupaten/Kota Saudara?
1. Ya 2. Tidak
61
Pertanyaan
Jawaban
21.a. Jika YA, sebutkan SKPD/OPD berikut alokasi 1. SKPD/OPD…… Rp. ……. ARG-nya! 2. SKPD/OPD…… Rp. ……. 3. SKPD/OPD…… Rp. ……. 4. Dst. PROFILE GENDER DAN DATA TERPILAH 26.
Apakah tersedia Statistik Gender/Proil Gender/Data Terpilah ?
1. Ya 2. Tidak
26.a. Jika YA, lampirkan! 26.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa? 27.
Apakah ada SKPD yang memiliki proil gender/data terpilah gender ?
1. Ya 2. Tidak
27.a. Jika YA, bepara SKPD yang telah memiliki proil gender/data pilah gender? Sebutkan! 27.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa? PARTISIPASI MASYARAKAT 28.
Apakah provinsi/kabupaten/kota mengikut- 1. Ya sertakan Lembaga Masyarakat dalam proses 2. Tidak PPRG?
28.a. Jika YA, pada tingkat apa?
1. Identiikasi permasalahan/ isu-isu gender 2. Perencanaan dan Penganggaran Program dan Kegiatan 3. Pelaksanaan program dan kegiatan 4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan 5. Lainnya, sebutkan!
28.b. Jika TIDAK, jelaskan mengapa! 29.
62
Lembaga Masyarakat mana yang diikutsertakan?
1. 2. 3. 4. 5.
Perguruan Tinggi/Akademisi LSM Ormas Kelompok Perempuan Kelompok Masyarakat Berkebutuhan Khusus 6. Dunia Usaha 7. Lainnya, sebutkan!
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Lampiran 2
Formulir II Pengendalian dan Evaluasi Kebijakan terhadap Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota :……………………................... Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
Jenis Kegiatan
(1)
(2)
1
Pembentukan tim penyusun RPJMD provinsi/kabupaten/ kota dan penyusunan rencana kerja
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Penyiapan data dan informasi 2.a.
Penyediaan data terpilah gender per SKPD
3
Penelaahan RT/RW provinsi/ kabupaten/kota
4
Analisis gambaran umum kondisi daerah
Analisis faktor kesenjangan politik, sosial-ekonomi dan budaya; kesenjangan antara 4.a. kabupaten/kota/kecamatan, antar kawasan, perempuan dan laki-laki, dst 5
Analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan
Analisis data kontribusi 5.a. perempuan dan laki-laki dalam keuangan daerah 6
Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi
63
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
Masalah kesenjangan gender (akses, partisipasi, kontrol, 6.a. dan manfaat) masuk dalam rumusan permasalahan pembangunan daerah 7
Penelaahan RPJMN sebagai acuan penyusunan RPJMD
8
Analisis isu-isu strategis pembangunan jangka menengah
Faktor-faktor penyebab kesenjangan gender menjadi 8.a. pijakan perumusan isu strategis pembangunan jangka menengah 9
Penelaahan RPJPD provinsi/ kabupaten/kota sebagai acuan penyusunan RPJMD
10
Perumusan penjelasan visi dan misi
Visi, misi daerah dan penjelasannya secara eksplisit 10.a. memasukkan isu gender dan penyelesaian masalah kesenjangan
11
64
Rumusan visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah selaras dengan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah provinsi/kabupaten/ kota
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
Jenis Kegiatan
(1)
(2)
12
Rumusan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi/ kabupaten/kota selaras dengan arah, kebijakan umum, serta prioritas pembangunan nasional, arah, kebijakan, dan prioritas untuk bidangbidang pembangunan, dan pembangunan kewilayahan dalam RPJMN sesuai dengan kewenangan, kondisi, dan karakteristik daerah
13
Perumusan tujuan dan sasaran
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Rumusan tujuan dan sasaran pembangunan jangka 13.a. menengah daerah dapat menjawab permasalahan kesenjangan gender
14
Rumusan tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah berpedoman pada tujuan dan sasaran pembangunan jangka panjang daerah provinsi/kabupaten/ kota
15
Rumusan tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah mengacu pada tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah nasional
16
Perumusan strategi dan arah kebijakan
65
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
Rumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan 16.a. jangka menengah daerah memasukkan pendekatan dan rencana aksi responsif gender
17
Rumusan arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah provinsi/ kabupaten/kota mengarah pada pencapaian visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah provinsi/ kabupaten/kota
18
Perumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah
19
Rumusan kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi/ kab/kota mengacu pada agenda pembangunan jangka menengah nasional meliputi :
19.a. Pencapaian indikator IPM 19.b. Pencapaian indikator IPG 19.c.
Pencapaian target pelayanan publik dasar sesuai SPM
Pencapaian target MDG’s dan perjanjian internasional lainnya yang telah diratiikasi 19.d. seperti: Carbon Trade, Clean Development Mechanism (CDM), Copenhagen Green Climate Fund 19.e.
66
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Penurunan tingkat 19.f. pengangguran, baik perempuan maupun laki-laki Peningkatan sumbangan 19.g. pendapatan perempuan dalam rumah tangga Penurunan tingkat kemiskinan absolut dan perbaikan distribusi pendapatan dengan pelindungan sosial 19.h. yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah 19.i.
Peningkatan umur harapan hidup
Pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, konservasi 19.j. dan pemanfaatan lingkungan hidup, disertai penguasaan dan pengelolaan risiko bencana Peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan, 19.k. penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
67
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
Peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan eisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, 19.l. keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa yang kuat. Pencapaian target indikator rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kerja (APK) 19.m.
Peningkatan angka melek huruf perempuan dan laki-laki
19.n.
Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha
Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, 19.o. peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam Program aksi daerah 19.p. tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konlik Pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu 19.q. serta apresiasinya, disertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi
68
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
Jenis Kegiatan
(1)
(2)
20
Rumusan kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah berpedoman pada RT/RW daerah yang meliputi:
20.a.
Indikasi program pemanfaatan Pola Ruang, pada:
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
a. Kawasan Lindung: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya 2. Kawasan perlindungan setempat 3. Kawasan suaka alam 4. Kawasan pelestarian alam 5. Kawasan rawan bencana alam 6. Kawasan lindung lainnya b. Kawasan Budi Daya: 1. Kawasan hutan produksi 2. Kawasan pertanian 3. Kawasan pertambangan 4. Kawasan industri 5. Kawasan pariwisata 6. Kawasan permukiman 7. Kawasan konservasi budaya & sejarah
69
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2) Indikasi program pemanfaatan Struktur Ruang, pada : a. sistem perkotaan;
20.b.
b. sistem jaringan transportasi; c. sistem jaringan energi; d. sistem jaringan telekomunikasi; e. sistem jaringan sumber daya air;
21
Pembahasan dengan DPRD untuk memperoleh masukan dan saran
22
Perumusan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan
Rumusan indikator rencana program prioritas dan kebutuhan pendanaan telah 22.a. memasukkan indikator kualitatif dan kuantitatif berdasarkan analisis gender yang dilakukan 23
Pembahasan dengan SKPD provinsi/kabupaten/kota
24
Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik
Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik melibatkan kelompok 24.a. perempuan, kelompok berkebutuhan khusus, dan kelompok rentan lainnya
70
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
Jenis Kegiatan
(1)
(2)
25
Penyelarasan indikasi rencana program prioritas dan kebutuhan pendanaan
26
Musrenbang RPJMD provinsi/ kabupaten/kota menyepakati:
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Sasaran pembangunan jangka 26.a. menengah daerah yang responsif gender Strategi dan sinkronisasi arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah dengan pendekatan atas26.b. bawah dan bawah-atas serta analisis gender sesuai dengan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah Kebijakan umum dan program pembangunan jangka 26.c. menengah daerah dengan visi, misi dan program pimpinan daerah Singkronisasi kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah 26.d. dengan visi, misi dan program pimpinan daerah secara eksplisit menegaskan prinsip keadilan dan kesetaraan Indikasi rencana program prioritas pembangunan 26.e. jangka menengah daerah yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan
71
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
Capaian indikator kinerja daerah pada kondisi saat ini 26.f. dan pada akhir periode RPJMD provinsi/kabupaten/kota Capaian indikator kinerja daerah pada kondisi saat ini 26.g. dan pada akhir periode RPJMD disajikan berdasarkan data terpilah Komitmen bersama antara pemangku kepentingan untuk mempedomani 26.h. RPJMD provinsi/kabupaten/ kota dalam melaksanakan pembangunan daerah
72
27
Naskah Kesepakatan hasil musrenbang RPJMD provinsi/ kabupaten/kota
28
Penyusunan rancangan akhir
29
Rumusan kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah selaras dengan pembangunan jangka menengah daerah lainnya
30
Program pembangunan jangka menengah daerah selaras dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang daerah lainnya
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
31
Rumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah provinsi/kabupaten/kota mengarah pada pencapaian visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah provinsi/kabupaten/kota
32
Penyusunan RPJMD sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan RPJMD yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri yang berlaku ini
33
Penyusunan naskah akademis rancangan Perda RPJMD provinsi/kabupaten/kota
34
Dokumen RPJMD provinsi/ kabupaten/kota yang telah disahkan
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
73
Lampiran 3
Formulir III Kesimpulan Pengendalian dan Evaluasi terhadap Kebijakan Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Lingkup Provinsi/Kabupaten/Kota ....................................
74
No
Aspek
(1)
(2)
1
Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah selaras dengan visi, misi, arah dan kebijakan pembangunan jangka panjang daerah serta pemanfaatan struktur dan pola ruang provinsi/ kabupaten/kota
2
Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi/kabupaten/kota selaras dengan arah, kebijakan umum, serta prioritas pembangunan nasional, arah, kebijakan, dan prioritas untuk bidang-bidang pembangunan, dan pembangunan kewilayahan dalam RPJMN sesuai dengan kewenangan, kondisi, dan karakteristik daerah;
3
Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi telah responsif gender dengan memasukkan analisis gender
4
Kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah selaras dengan pembangunan jangka menengah daerah provinsi/ kabupaten/kota lainnya
5
Program pembangunan jangka menengah daerah selaras dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang provinsi/kabupaten/kota lainnya
Penjelasan Hasil Pengendalian dan Evaluasi (3)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Penjelasan Hasil Pengendalian dan Evaluasi
No
Aspek
6
Kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah dirumuskan berdasarkan analisis gender dan menggunakan indikator kebutuhan gender (data terpilah)
7
Strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah provinsi/kab/kota mengarah pada pencapaian visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah provinsi/kabupaten/kota
8
Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Daerah sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan RPJMD provinsi/kabupaten/kota yang diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri yang berlaku saat ini
.............................., tanggal .................
MENTERI DALAM NEGERI
(
)
75
Lampiran 4
Formulir IV Pengendalian dan Evaluasi terhadap Kebijakan PerencanaanPembangunan Tahunan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota ............................................. Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
(2)
1.
Pembentukan tim penyusun RKPD provinsi/kabupaten/kota dan penyusunan rencana kerja
2
Pengolahan data dan informasi
2.a.
Penyediaan data terpilah gender per SKPD
3
Analisis gambaran umum kondisi daerah
3.a.
76
Jenis Kegiatan
Analisis faktor kesenjangan politik, sosial-ekonomi dan budaya; kesenjangan antara kabupaten/ kota, antar kawasan, perempuan dan laki-laki, dst
4
Analisis ekonomi dan keuangan daerah
5
Evaluasi kinerja tahun lalu
6
Penelaahan terhadap kebijakan pemerintah
7
Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD provinsi/kabupaten/kota
8
Perumusan permasalahan pembangunan daerah
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak Sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
8.a.
Masalah kesenjangan gender (akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat) masuk dalam rumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi/kabupaten/kota
9
Perumusan rancangan kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah
10
Perumusan RKPD provinsi/ kabupaten/kota sesuai dengan visi, misi, arah kebijakan dan program Gubernur/Bupati/ Walikota yang ditetapkan dalam RPJMD provinsi/kabupaten/kota
11
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak Sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak (6)
11.a. Rumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan didasarkan pada analisis dan rencana aksi daerah responsif gender 12
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan telah berpedoman pada kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah
13
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan telah mengacu pada RKP
14
Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif
14.a. Rumusan program prioritas diantaranya meliputi programprogram spesiik gender, afirmatif, dan kesetaraan gender, dengan pagu indikatif yang proporsional
77
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1) 15
Jenis Kegiatan
(2) Pelaksanaan forum konsultasi publik
15.a. Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik melibatkan kelompok perempuan, kelompok berkebutuhan khusus, dan stakeholder lainnya
78
16
Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif
17
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan telah berpedoman pada kebijakan umum
18
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan telah berpedoman pada program pembangunan jangka menengah daerah
19
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan telah mengacu pada RKP
20
Perumusan rencana program dan kegiatan prioritas daerah dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah
21
Perumusan rencana program dan kegiatan prioritas daerah provinsi dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan tahunan nasional
22
Pendanaan program dan kegiatan prioritas berdasarkan pagu indikatif untuk masing-masing SKPD telah memperhitungkan prakiraan maju
23
Musrenbang RKPD yang bertujuan:
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak Sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
Jenis Kegiatan
(2)
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak Sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak (6)
24.a. Menyelaraskan program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan nasional serta usulan program dan kegiatan hasil musrenbang 24.b. Mengklariikasi usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada pemerintah daerah pada musrenbang RKPD kabupaten/ kota dan/atau sebelum musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan; 24.c. Mempertajam indikator dan target kinerja program dan kegiatan pembangunan 24.d. Menyepakati prioritas pembangunan daerah serta rencana kerja dan pendanaan 24
Berita Acara Hasil Musrenbang RKPD provinsi/kabupaten/kota
25
Sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan RKPD provinsi/ kabupaten/kota yang diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri yng berlaku ini
26
Dokumen RKPD yang telah disahkan
79
Lampiran 5
Formulir V Kesimpulan Pengendalian dan Evaluasi terhadap Kebijakan Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota...................................
No
Aspek
(1)
(2)
1
Perumusan RKPD provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan visi, misi, arah kebijakan dan program Gubernur/Bupati/Walikota yang ditetapkan dalam RPJMD provinsi/kabupaten/kota
2
Perumusan RKPD telah responsif gender dengan memasukkan analisis gender pada rumusan program dan kegiatan prioritas
3
Perumusan program dan kegiatan pembangunan daerah provinsi/kabupaten/kota selaras dengan prioritas pembangunan nasional terutama program/kegiatan yang mencakup atau terkait dengan dua wilayah atau lebih, maupun pada wilayah perbatasan antar provinsi/negara;
4
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan Antarprovinsi/antar daerah telah berpedoman pada kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi/kabupaten/kota masing-masing serta mengacu pada RKP
5
Perumusan rencana program dan kegiatan prioritas daerah dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah serta pencapaian sasaran pembangunan tahunan nasional
6
Sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan RKPD provinsi/kabupaten/kota yang diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri ini
Penjelasan Hasil Pengendalian dan Evaluasi (3)
.............................., tanggal .................
MENTERI DALAM NEGERI
(
80
)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Lampiran 6
Formulir VI Pengendalian dan Evaluasi terhadap Kebijakan Renstra SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota :…………………….. Hasil Pengendalian dan Evaluasi
No
Jenis Kegiatan
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
(1)
(2)
1
Pembentukan tim penyusun Renstra SKPD provinsi/ kabupaten/kota dan Agenda Kerja
2
Penyiapan data dan informasi
2.a.
Penyediaan data terpilah gender per SKPD
3
Analisis gambaran pelayanan SKPD provinsi/kabupaten/kota
4
Review Renstra K/L dan Renstra SKPD kabupaten/kota di wilayah provinsi
5
Penelaahan Rencana Tata Ruang Wilayah
6
Analisis terhadap Dokumen Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sesuai dengan pelayanan SKPD provinsi/kabupaten/kota
7
Perumusan isu-isu strategis
7.a.
(3)
Faktor Penyebab Ketidak Tidak sesuaian (4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Perumusan isu-isu strategis untuk menjawab permasalahan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki
81
Hasil Pengendalian dan Evaluasi
No
Jenis Kegiatan
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
(1)
82
(2)
8
Perumusan visi dan misi SKPD provinsi/kabupaten/kota
9
Perumusan visi dan misi SKPD berpedoman pada visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah, yang secara eksplisit memasukkan isu gender dan penyelesaian masalah kesenjangan
10
Perumusan tujuan pelayanan jangka menengah SKPD provinsi/ kabupaten/kota
11
Perumusan sasaran pelayanan jangka menengah SKPD provinsi/ kabupaten/kota
12
Mempelajari Surat Edaran Gubernur/Bupati/Walikota perihal Penyusunan Rancangan Renstra-SKPD beserta lampirannya yaitu rancangan awal RPJMD yang memuat indikator keluaran program dan pagu perSKPD
13
Perumusan strategi dan kebijakan jangka menengah SKPD guna mencapai target kinerja program prioritas RPJMD yang menjadi tugas dan fungsi SKPD
14
Perumusan rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif selama 5 (lima) tahun, termasuk lokasi kegiatan
(3)
Faktor Penyebab Ketidak Tidak sesuaian (4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi
No
Kesesuaian/ Ketersediaan
Jenis Kegiatan
Ada (1)
(2)
(3)
15
Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
Faktor Penyebab Ketidak Tidak sesuaian (4)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak Sesuai
(5)
(6)
15.a. Perumusan indikator kinerja SKPD disajikan berdasarkan data terpilah gender 16
Pelaksanaan forum SKPD
17
Perumusan indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif SKPD berpedoman pada indikasi rencana program prioritas dan kebutuhan pendanaan pembangunan jangka menengah daerah
18
Perumusan rancangan akhir Rentra SKPD
19
Pentahapan pelaksanaan program SKPD provinsi/ kabupaten/kota sesuai dengan pentahapan pelaksanaan program pembangunan jangka menengah daerah
20
Dokumen Renstra SKPD provinsi/ kabupaten/kota yang telah disyahkan
.............................., tanggal .................
MENTERI DALAM NEGERI
(
) 83
Lampiran 7
Formulir VII Pengendalian dan Evaluasi terhadap Kebijakan Renja SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota :…………………....….. Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
84
Jenis Kegiatan
(2)
1
Pembentukan tim penyusun Renja SKPD provinsi/ kabupaten/kota dan Agenda Kerja SKPD provinsi
2
Pengolahan data dan informasi
2.a.
Pengolahan data dan informasi berdasarkan analisis kebutuhan perempuan dan laki-laki.
3
Analisis gambaran pelayanan SKPD provinsi/kab/kota
4
Mengkaji hasil evaluasi renjaSKPD provinsi/kabupaten/ kota tahun lalu berdasarkan Renstra-SKPD provinsi/ kabupaten/kota
5
Penentuan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD provinsi/ kabupaten/kota
6
Penelaahan rancangan awal RKPD provinsi/kabupaten/ kota
7
Perumusan tujuan dan sasaran
Kesesuaian/ Ketersediaan Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak Sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak (6)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
(1)
7.a.
Jenis Kegiatan
(2)
Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak Sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak (6)
Perumusan tujuan dan sasaran berdasarkan analisis kebutuhan perempuan dan laki-laki
8
Penelaahan usulan masyarakat, termasuk kelompok-kelompok perempuan dan kelompok marginal lainnya
9
Perumusan kegiatan prioritas
10
Kesesuaian/ Ketersediaan
Pelaksanaan forum SKPD provinsi/kab/kota
Menyelaraskan program dan kegiatan SKPD dengan usulan 10.a. program dan kegiatan hasil Musrenbang Mempertajam indikator dan target kinerja program dan 10.b. kegiatan SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD Mensinkronkan program dan kegiatan antar SKPD dalam rangka optimalisasi pencapaian 10.c. sasaran sesuai dengan kewenangan dan sinergitas pelaksanaan. Menyesuaikan pendanaan program dan kegiatan prioritas berdasarkan pagu indikatif 10.d. untuk masing-masing SKPD provinsi/kab/kota sesuai surat edaran Gubernur/Bupati/ Walikota
85
Hasil Pengendalian dan Evaluasi No
Kesesuaian/ Ketersediaan
Jenis Kegiatan
(1)
(2)
11
Sasaran program dan kegiatan SKPD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, perencanaan dan penganggaran terpadu, serta mempertimbangkan kebutuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki
12
Program dan kegiatan antar SKPD dengan SKPD lainnya dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran prioritas pembangunan daerah telah dibahas dalam forum SKPD
13
Pendanaan program dan kegiatan prioritas berdasarkan pagu indikatif untuk masingmasing SKP telah menyusun dan memperhitungkan prakiraan maju
14
Dokumen Renja SKPD provinsi/ kabupaten/kota yang telah disyahkan
Ada
Tidak
Faktor Penyebab Ketidak Sesuaian
(3)
(4)
(5)
Tindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak (6)
.............................., tanggal .................
KEPALA SKPD…………….. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .....................
(
86
)
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Lampiran 8
Formulir VIII Kesimpulan Pengendalian dan Evaluasi terhadap Kebijakan Renja SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota :……………………........ No
Aspek
(1)
(2)
Penjelasan Hasil Pengendalian dan Evaluasi
(3)
1
Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan lingkup provinsi/kabupaten/kota telah berpedoman pada kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi/kabupaten/kota serta mengacu pada RKP
2
Perumusan rencana program dan kegiatan prioritas daerah lingkup provinsi/ kabupaten/kota dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah serta pencapaian sasaran pembangunan tahunan nasional
.............................., tanggal .................
KEPALA BAPPEDA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .....................
(
)
87
Lampiran 9
Contoh Gender Analysis Pathway Langkah 1
SKPD
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Provinsi xxxx
Program
• Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja • Pelatihan di Bidang Pertanian dan UKM • Meningkatkan ketrampilan dan keahlian tenaga kerja di bidang pertanian untuk berkembangnya usaha mikro/kecil atau usaha mandiri
Kegiatan Tujuan
Langkah 2
88
Data Pembuka Wawasan
• Pada 2011, BLK Pertanian telah melatih 400 orang peserta pelatihan dalam 25 paket pelatihan. • Tahun 2011-2012, terjadi kenaikan dalam: (1) jumlah anggaran; (2) jenis paket pelatihan; (3) jumlah peserta, termasuk peserta perempuan • BLK Pertanian mendapatkan anggaran untuk menyelenggarakan 69 paket pelatihan dari APBD dan APBN. • Pada Januari hingga Juni 2012, telah 528 orang peserta yang telah dilatih (dari dari target 1104 orang). • Data rekruitmen dan seleksi peserta pelatihan Pertanian dan UKM, peserta rekrutmen dan seleksi merupakan pendaftar di tahun berjalan dan tahun sebelumnya yang belum dilatih. • Prosentase jumlah peserta pelatihan Tahun 2011: peserta laki-laki 80.50% dan perempuan 19.50%, serta Tahun 2012: peserta laki-laki 82.01% dan perempuan 17.99 % • Data kuisioner terhadap 16 orang peserta pelatihan, baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan bahwa peserta tidak memiliki kewenangan untuk memilih jenis pelatihan yang sesuai dengan minat dan Kebutuhannya. • Jenis pelatihan ditentukan oleh desa atau kelompok tani pengusul .
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
Faktor Kesenjangan/ Permasalahan Akses, Partisipasi, Kontrol, Manfaat
• Minimnya jenis pelatihan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan perempuan. • Sebagian besar pendaftar perempuan cenderung memilih kejuruan Pengolahan Hasil Pertanian, dan sedikit yang memilih kejuruan lain, kecuali pada kasus pelatihan Budidaya Tanaman Obat (Kejuruan Perkebunan) • Peserta pelatihan baik laki-laki maupun perempuan tidak memiliki kewenangan dalam menentukan jenis pelatihan sesuai dengan minat dan kebutuhannya • Jumlah peserta pelatihan masih didominasi oleh laki-laki.
R E Sebab • Sebagian bidang kejuruan yang tersedia adalah D kejuruan yang lebih diminati oleh peserta laki N Kesenjangan E laki G Internal (di U SKPD) • SKPD belum melihat / mempertimbangakn S I potensi dan kebutuhan calon peserta baik perempuan ataupun laki-laki. • BLK sebagai unit pelaksana pelatihan belum melakukan sosialisasi program secara efektif sehingga tidak tepat sasaran. Sebab Kesenjangan Eksternal
Tujuan Responsif Gender
• Masih ada bias gender dalam proses seleksi peserta karena diajukan di tingkat desa atau kelompok tani . • Kelompok sasaran yang diajukan bersifat agregat, tidak terpilah menurut jenis kelamin. • Masih ada anggapan kuat masyarakat bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga dan pencari utama. Meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga kerja di bidang pertanian, baik perempuan maupun laki-laki, untuk berkembangnya usaha mikro/kecil atau usaha mandiri.
89
Langkah 7
90
Rencana Aksi Prioritas/ Kegiatan/ Indikator
• Perbaikan prosedur identiikasi dan rekruitmen peserta pelatihan yang mengakomodir kebutuhan peserta perempuan dan laki-laki. - Keluaran: Adanya prosedur identiikasi dan rekrutmen yang memberikan akses setara bagi calon peserta perempuan dan laki-laki - Hasil: Adanya perbaikan prosedur identiikasi dan rekrutmen peserta pelatihan yang memberikan akses setara bagi calon peserta perempuan dan laki-laki. • Penyusunan modul pelatihan yang responsif gender - Keluaran: Tersusunnya modul pelatihan yang sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuan calon peserta, baik perempuan maupun laki-laki. - Hasil: Meningkatnya partisipasi peserta dalam pelatihan, baik perempuan maupun laki-laki. • Pelatihan di bidang pertanian dan UKM - Keluaran: Meningkatnya kapasitas peserta pelatihan di bidang pelatihan dan usaha kecil menengah - Hasil: Digunakannya kemampuan yang didapatkan dari pelatihan, baik oleh peserta perempuan maupun laki-laki. • Monitoring dan evaluasi pelatihan dan paska pelatihan - Keluaran: Teridentiikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan pelatihan. - Hasil: Adanya umpan balik dan rekomendasi terhadap pelatihan dan tindak lanjut paska pelatihan.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Langkah 8
Langkah 9
Baseline
l i s a H n a r Indikator u k Kinerja u g n e P
• Pada 2011, BLK Pertanian telah melatih 400 orang peserta pelatihan dalam 25 paket pelatihan. • Tahun 2011-2012, terjadi kenaikan dalam: (1) jumlah anggaran; (2) jenis paket pelatihan; (3) jumlah peserta, termasuk peserta perempuan. • Pada Januari hingga Juni 2012, 528 orang peserta yang telah dilatih (dari dari target 1104 orang). • Prosentase jumlah peserta pelatihan Tahun 2011: peserta laki-laki 80.50% dan perempuan 19.50%, serta Tahun 2012: peserta laki-laki 82.01% dan perempuan 17.99%. • Meningkatnya ketrampilan dan keahlian 5000 tenaga kerja terlatih di bidang pertanian, baik perempuan dan laki-laki secara proporsioanl (30% perempuan dan 70%laki-laki), untuk berkembangnya usaha mikro/kecil atau usaha mandiri sampai Tahun 2015. - Tahun 2011: 500 orang peserta (perempuan 10%, laki-laki 90%) - Tahun 2012: 1000 orang peserta (perempuan 15%, laki-laki 15%) - Tahun 2013: 1500 orang dengan proporsi (perempuan 20%, laki-laki 80%) - Tahun 2014: 1000 orang dengan proporsi (perempuan 25%, laki-laki 75%) - Tahun 2015: 1000 orang dengan proporsi (perempuan 30%, laki-laki 70%)
91
Lampiran 10
Contoh PERNYATAAN ANGGARAN GENDER (GENDER BUDGET STATEMENT ) SKPD
TAHUN ANGGARAN
: DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI XXX UPTD BALAI LATIHAN KERJA PERTANIAN : 2013
PERNYATAAN ANGGARAN GENDER (GENDER BUDGET STATEMENT) SKPD : DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI XXXX UPTD BALAI LATIHAN KERJA PERTANIAN TAHUN ANGGARAN : 2013
92
Program
“Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja”
Kode Program
1.14.1.14.01.16.03
Analisa Situasi
1. Data Pembuka Wawasan (Data Pilah Gender). a. Pada 2011, BLK Pertanian Kelompok telah melatih 400 orang peserta (perempuan 78 orang dan laki-laki 332 orang) pelatihan dalam 25 paket pelatihan. b. Tahun 2011-2012,terjadi kenaikan dlm (1) jumlah anggaran; (2) jenis paket pelatihan; (3) jumlah peserta, termasuk peserta perempuan c. BLK Pertanian Kelompok mendapatkan anggaran untuk menyelenggarakan 69 paket pelatihan dari APBD dan APBN. d. Januari - hingga Juni 2012, ada 528 orang peserta yang telah dilatih (perempuan 116 orang dan laki-laki 412 orang) dari dari target 1104 orang. e. Data rekruitmen dan seleksi peserta pelatihan Pertanian dan UKM, peserta rekrutmen dan seleksi merupakan pendaftar di tahun berjalan dan tahun sebelumnya yang belum dilatih. f. Prosentase jumlah peserta pelatihan Tahun 2011: peserta laki-laki 80.50% dan perempuan 19.50%; serta Tahun 2012: peserta laki-laki 82.01% dan perempuan 17.99% g. Data kuisioner terhadap 16 orang peserta pelatihan, baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan bahwa peserta tidak memiliki kewenangan untuk memilih jenis pelatihan yang sesuai dengan minat dan Kebutuhannya. h. Jenis pelatihan ditentukan oleh desa atau kelompok tani pengusul.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
2. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender a. Faktor Kesenjangan 1) Minimnya jenis pelatihan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan perempuan. 2) Sebagian besar pendaftar perempuan cenderung memilih kejuruan Pengolahan Hasil Pertanian, dan sedikit yang memilih kejuruan lain, kecuali pada kasus pelatihan Budidaya Tanaman Obat (Kejuruan Perkebunan) 3) Peserta pelatihan baik perempuan maupun laki-laki tidak memiliki kewenangan dalam menentukan jenis pelatihan sesuai dengan minat dan kebutuhannya 4) Jumlah peserta pelatihan masih didominasi oleh laki-laki b. Penyebab Internal 1) Sebagian bidang kejuruan yang tersedia adalah kejuruan yang lebih diminati oleh peserta laki-laki; 2) SKPD belum melihat / mempertimbangkan potensi dan kebutuhan calon peserta baik perempuan ataupun laki-laki; 3) BLK sebagai unit pelaksana pelatihan belum melakukan sosialisasi program secara efektif sehingga tidak tepat sasaran. c. Penyebab Eksternal 1) Masih ada bias gender dalam proses seleksi peserta karena diajukan di tingkat desa atau kelompok tani; 2) Kelompok sasaran yang diajukan bersifat agregat, tidak terpilah menurut jenis kelamin; 3) Masih ada anggapan kuat masyarakat bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga dan mata pencaharian utama. Capaian Program
1. Tolok Ukur Meningkatkan ketrampilan dan keahlian tenaga kerja di bidang pertanian, baik perempuan maupun laki-laki, untuk berkembangnya usaha mikro/kecil atau usaha mandiri. 2. Indikator Kinerja dan Target Kinerja Meningkatnya ketrampilan dan keahlian 5000 tenaga kerja terlatih di bidang pertanian, baik perempuan dan laki-laki secara proporsioanl (30% perempuan dan 70%laki-laki), untuk berkembangnya usaha mikro/kecil atau usaha mandiri sampai Tahun 2015. - Tahun 2013: 1500 orang dengan proporsi (perempuan 20%, lakilaki 80%)
Jumlah Rp 300.000.000,Anggaran Program
93
Rencana Aksi
Perbaikan prosedur identiikasi dan rekruitmen peserta pelatihan yang mengakomodir kebutuhan peserta perempuan dan laki-laki Masukan : Rp. 50.000.000, 1 n Keluaran : Adanya prosedur identiikasi dan rekrutmen yang a t memberikan akses setara bagi calon peserta a i perempuan dan laki-laki g e K Hasil : Adanya perbaikan prosedur identiikasi dan rekrutmen peserta pelatihan yang memberikan akses setara bagi calon peserta perempuan dan laki-laki.
Penyusunan modul pelatihan yang sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuan calon peserta, baik perempuan maupun laki-laki.
2 Masukan : Rp. 20.000.000, n a t Keluaran : Tersusunnya modul pelatihan yang sesuai dengan a i g minat, kebutuhan, dan kemampuan calon peserta, e baik perempuan maupun laki-laki. K Hasil
: Meningkatnya partisipasi peserta dalam pelatihan, baik perempuan maupun laki-laki.
Pelatihan di Bidang Pertanian dan UKM
3 Masukan : Rp. 180.000.000, n a : Meningkatnya kapasitas peserta pelatihan di bidang t Keluaran a i pelatihan dan usaha kecil menengah. g e K Hasil : Adanya perbaikan prosedur identiikasi dan rekrutmen peserta pelatihan yang memberikan akses setara bagi calon peserta perempuan dan laki-laki. Monitoring dan evaluasi pelatihan dan paska pelatihan Masukan : Rp. 50.000.000, 4 n a t Keluaran : 1 ) Teridentiikasi tingkat keberhasilan a pelaksanaan pelatihan. i g e 2) Teridentiikasi jumlah peserta yang K menindaklanjuti hasil pelatihan. Hasil
: Adanya umpan balik dan rekomendasi terhadap pelatihan dan tindak lanjut paska pelatihan.
Penanggung Jawab Kegiatan,
(.........................................) Pangkat/Golongan 94
NIP.
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
1 1 n a r i p m a L
9 h a k g n a L 8 h a k g n a L
L I S A H N A R U K U G N E P
R O A T J A R E K I N D I K N I E N I A L T E A S D A B
n i n i a g u g n n u h y n a a a a t h d n a a a j a a n y b t r t n t k e i u n n i a a t a % e d g a a h r d k n d t g m a 0 % a a n a a n b y i 2 3 i j e b m r 1 0 1 a m e n s s r l e e e e a a 0 0 0 T a j j m p k m d 2 1 2 ) n n G a n a l a U f a n h u i t k i P e h p i s ( U t s s a m - a r a P a a g t e r p m n e a g r t s g d g r u X a e n n a r n n t e e b n n t a i a i e e a X u e P d k m n i g d D k X k •
X ) X P X A n G t e ( Y a A p u W b a H K T h A o P m u t I n S m o S U Y C L A n a a N j A r e R k E e D P N s E a n G i D
A N A 7 C h N a E k R N g n N A a A P L D E D N E A K K h a A J k g 6 I B n E a K L
A N I A S C K N A E R
- I N R S A O A U F L J E U U R M T L A B N A R B E E T S S K E
5 h a k g n a L
n a a u a n d t a e g n m n n u e a g n n u P h n a a b u . u y i a d t t b a h n e s a u n b g u v r k b m a m n s u u o e e l a J e e S L K P J p d •
r t i i a n t i / a u a d n a s s n a r u a g y k a k n s a k k a n a a u n k h i a n i p g i i u s r d s g n a n t n u n - r u a i a a d a t a r a n u r a n a i t t y r y g g a e u u g i a a n s r m t m p n s a n a k n e b p s u o n e e e n a u e d e s a K k a p k d u m y d e s d i k a m •
4 h a k g n a L
R E D N E G U S I
L B A A N B R E E S T N I
•
N A R G O N T A K J N A F E S E K
3 h a k g n a L
g u i n s u f u i a i i M s h y t p i u n D U X a t k i , t a a S P X e g e r i r g a g n a a . i g r s n p e b e m g g n g r s X i g m u a . u t a a a b u n t s d a d u n a l n a i a r n r l l b s n n n b b c e a t n i e e a e e e e e e e i e e e i e r S b D K b m t p g s g b d s p p d s e s i . s s ) i n a n r m s a a i e a u l a n y i r k k d o k m n a l d a a n e a a l u l u i a n a h t b n k n y e a p u s d d a n A u G e t a k a g n n l n n a a l i b n n i e u s s a i ) a m n a a t d t r s a a p k i a i a d r h a e m r t a a s a u r r n i t a n e b s i a k u k e b g r l n g m a a m l g m e m i d e n a e r a a r g o e p u d l m e d u e a d b n e a e r e a e i t n t S e s p i t k a ( a p d R k p p j j d ( a •
2 h a k g n a L
A K U N B A M S E A P W A A T W A D
•
1 h a k g n a L
/ / N N M A A A K R U R A G J I T A B R O E E R K P P
•
s , . n a K e g n c A , s n a e d i a n . I S a l i k u p t k a e d a K 4 i n a 4 k p b h d a ( d a w k B J k 3 3 a t u i i i a u r t a d a d s a h h j u u 0 . 7 a . d e n d d n s r u n 8 g e s k a n u a 6 , u 8 5 d a e e a a n t 3 n t k r r d d 1 K d 3 n e k p y i a a 1 a a n t n A 7 K n k a k e a 1 n p a n y s , . e a k 2 e l r p ) a u a e c 0 a n p a s p n i a P s a 4 p i - p s K n 2 d a a t p a a t y e m a h h k a e n a a u m d h m s P u k b d a D n 2 a a m 1 d a e o l l i n a n L e r a n h a d n h a r r h o n e a r s m u b m : e i a a d m i a e e e k e a b e u u e J d s d J X P ( D d T T j b k r t k e •
n : a n n n m u a a a d t a r g n b g a n a m o r b l a J e J P m e P
•
- n - n : a a a n b l a a t J b n a a t m a m n n a i e a e u b g P n P g m e ) u ) n e K 1 g 2 J n
n g n n a t a n a : u t u k a a r k a b n g e a n k t a r a n u u a t u h a j b r h n g n a g u i j y u a s s T m n e a e n e e s e m M p p k 95
9 h a k g n a L 8 h a k g n a L
L I S A H N A R U K U G N E P
R O A T J A R E K I N D I K N I
0 n t 0 t 2 a a 1 a 0 1 n t k u n i a k i h - a a i a % r g 2 d d t s e a i a a k h n a a n a i 0 j t l y d b i 3 g i i u m s s n n n m n e g a a e r h e d 1 o a a a 0 K e j y m b m m m d a t m % 2 •
E N I A L T E A S D A B
a g , y t a , n . n k n a r n n a ) a n u a a e i p a k t k d a b p p a i t p a a r h a a t u m a d u a a s d a i m a h a d k n b h d o d e a a n y g i j n a a n d e e s h s k a h n o r h s s r r d a r r i a m e e e e e n a e a e k T s e j p b e t k k a m ( t s k p e •
A N A 7 C h N a E k R N g n N A a A P L D E D N E A K K h a A J k g 6 I B n E a K L
A N I A S C K N A E R
- I N R S A O A U F L J E U U R M T L A B N A R B E E T S S K E
5 h a k g n a L
n a a n t i y u s a i a n b n t a a b a e a s a n y i k n a d . d k n s o n m l u k a t a e n a l A i t o g n . j a r u i n a : s a d a n k a g n p s i e k a l n k i n t a t n a n a a d a e n r j a t e h a a r l e o d d a a : p m g b a a l p j a n b j i g n i e y a s a o n m n u a l t g s s a d h k e m l a e e u e i e e a n a e a e a K p t j H D r m p j y m b k m
R E D N E G U S I
•
n a a d n l n i a a n a t j n r a p d t . a n e n t n a n u p a a t b a a i k g e h s a n s a m k u a r a a u e r a a b n b j m s t y u r i a a u m r m n l d b p s e e a e i e s a P a s p d b d k a m •
2 h a k g n a L
A K U N B A M S E A P W A A T W A D
. s u i n a c u x a n g n d n u e i . s b a h x a a a i r b s a n d x t a K r . y l u i 2 h a , a a a t x b u a s b , i t 9 k a n y i . D a ) g d s a i s d a 4 l x s m d K 1 u u a a n n n i 1 n x n c n u s m x t l m x e ( K 1 x 1 m x s j a n r 1 a a a s e a b n u 0 a ) u t a x t x U K n i s u a x U a e g J s k a 0 t 2 k y t k a x a d a x 9 i t e h . m r h P b g , a n a 2 . a x a b x a b k x g a h b p d n e k . 0 s l s g a x a , x n i h 3 k a a d n n m 1 a b s u o e a n d l m u x b u 2 d 1 u e u a b l K g x a t s h k k t m e a k y m n x r p K i J i i b r r h d a e e e a a u u c ( s x a u i e a n j d o x o u k T . . x p J d t x D T y s h K h h i n , t k l c 1 b s x i D k h a d n u a x i r , k s c g e l a x l l . d e i 3 e 9 e a x a s a a g u n P x n 5 p s b b u a s a K K n m s x x b d m m e r r r n U 1 9 i x a i u a i . i . e a P h a d x x n x e e e e u u J a s k 7 L x T P m t p p J K t x a k d h 8 d 1 t D x •
1 h a k g n a L
96
i
L B A A N B R E E S T N I N A R G O N T A K J N A F E S E K
3 h a k g n a L
r
. i t g t i s r k g n a k a n u a u t a g k g k a n g n s i a n h y k k i n u j s a a u k a e n u e . v a n b a u a s d r g y u t g m r i t e u u u a a i a d k r y k k g p n s e s a g u a i u t t a d s u n g n i r n d y a b n a n a m n u h a a e t d u j k s d g d i n y a g n u t n k g n g a g m i a m e a e n g n m i r s s r n r s n n o l n n n n a e a f a e d i k e a e a u h t e e u a o e u e b d a T a p y m k d e s a u p u s m p y K g k m ( u s m k n i y m •
4 h a k g n a L
-
m g B - n a d e n n n a t a J s t n a t a u b a a e a n b D p a d r a e b - n n u A a n d T m u h k a a e n g d r g g s : e n e t x n j x n n e a a e A a d r y m u g x x b p a a n g b a n . a s u r n n u n m a a l u a h e y c e e t t e g y g D B K P a n K • b a -
/ / N N M A A A K R U R A G J I T A B R O E E R K P P
•
•
Lampiran 12 Contoh PERNYATAAN ANGGARAN GENDER (GENDER BUDGET STATEMENT) SKPD TAHUN ANGGARAN
98
: DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN XXX : 2013
PROGRAM
PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN
KODE PROGRAM
xxxxxxxx
ANALISIS SITUASI
1. Data Pembuka Wawasan (Data Pilah Gender). a. Jumlah Penduduk Di dua Desa A dan B 7.168 Jiwa dan 1.242 KK. b. Jumlah penduduk Kec. xxx : Laki-laki 38.034. dan Perempuan 35.734 (berdasarkan data SIAK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tahun 2011) c. Tidak adanya sarana jembatan penghubung berdampak terhadap kehidupan kesejahteraan masyarakat (akses terhadap sarana kesehatan, pendidikan, ekonomi). d. Jumlah Jembatan yang ada di Kab. xxx sebanyak 109 unit dan khususnya di Kec. xxx 7 unit jembatan (Data LPPD Dinas PU Kab. xxx Tahun 2011) e. Panjang jalan penghubung antar desa dan kecamatan yang layak digunakan oleh kelompok rentan, saat ini terdapat jalan seluas 125 Km antar desa seluas 75 km dan antar kecamatan seluas 50 km (Data LPPD Dinas PU Kab. XXX Tahun 2011) f. Tidak ada sarana Penghubung yang menghubungkan dusun terpencil dengan sarana publik (puskesmas, pasar, sekolah) g. Jumlah kematian ibu di Kab. xxx 13 kasus, terdapat 2 kasus di Kec. xxx. Jumlah kematian anak di Kab. xxx 92 kasus terdapat 14 kasus di Kec. xxx Jumlah ibu hamil di Kab. xxx 8.153 org , khususnya di Kec. xxx berjumlah 1.991 orang, data tersebut di ambil dari Dinas kesehatan Kab. xxx Tahun 2011 h. Panjang jalan penghubung antar desa dan kecamatan yang layak digunakan oleh kelompok rentan, saat ini terdapat jalan sepanjang 125 km antar desa sepanjang 75 km dan antar kecamatan sepanjang 50 km (Data LPPD Dinas PU Kab. XXX Tahun 2011).
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
2. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender a. Faktor Kesenjangan 1) Studi kelayakan seperti penentuan lokasi tidak dilakukan karena belum ada anggaran dari pemerintah daerah) 2) Rumusan kegiatan pada program pembangunan jalan dan jembatan belum didasari Analisis (termasuk analisis Gender). 3) Pembangunan sarana seperti pembuatan jalan dan jembatan belum didasarkan pada kebutuhan dan aspirasi masyarakat. b. Penyebab Internal Sebagian besar SDM Dinas PU xxx belum mengetahui perspektif gender, sebab itu isu gender belum dianggap sebagai isu penting yang perlu ditangani secara serius c. Penyebab Eksternal 1) Kurangnya komunikasi antara para pemangku kepentingan dengan unsur-unsur masyarakat yang ada di dua dusun berkaitan dengan identiikasi kebutuhan/ aspirasi masyarakat 2) Tidak ada akses pendukung yang menghubungkan dua dusun sehingga jika ada yang sakit terutama perempuan sulit untuk menjangkau puskesmas yang terdekat. 3) Kondisi geograis yang kurang mendukung (banyak anak sungai yang membutuhkan intervensi infrastruktur yang memadai). 4) Semangat keswadayaan masyarakat yang masih belum terbangun CAPAIAN PROGRAM
Tolok Ukur Membangun sarana penghubung untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Indikator dan Target Kinerja Terbangunnya jalan dan jembatan yang memadai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dari 0% tahun 2012 menjadi 100 % di tahun 2013.
JUMLAH Rp 11.104.650.000, ANGGARAN PROGRAM
99
Pembangunan Jembatan penghubung antara dua desa
RENCANA AKSI
1 n a t a i g e K
Masukan : Rp. 800.000.000,Keluaran : Terbangunnya jembatan yang menghubungkan antar Desa A dan Desa B yang terdapat di Kec. xxx Hasil : Digunakannya Jembatan oleh masyarakat (terutama Ibu hamil dan anak-anak) untuk memperpendek waktu tempuh mendapatkan layanan. Pembangunan Jalan penghubung antar desa
2 n a t a i g e K
Masukan : Rp. 325.000.000,Keluaran : Terbangunnya jalan yang melintasi Desa A, Desa C, dan Desa B di Kec. xxx sepanjang 5 km dan lebar 3 m Hasil : Digunakannya jalan oleh masyarakat (terutama Ibu hamil dan anak-anak) dalam memudahkan mendapatkan layanan.
Penanggung Jawab Kegiatan,
(...............................................) Pangkat/Golongan NIP.
100
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Lampiran 13 TIM PENYUSUN PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
TIM PENGARAH
1. Dra. Sri Danti Anwar, MA, Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2. Dr. Ir. Sulikanti Agusni, M.Sc, Deputi Bidang PUG Bidang Ekonomi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 3. Drg. Ida Suselo Wulan, MM, Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 4. Dra. Nina Sardjunani, MA, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 5. Herry Purnomo, M. Soc. Sc, Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan 6. Dr. Drs. H. Syamsul Arief Rivai, MSi, Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri 7. Dr. Ir. Yuswandi A. Temenggung, MSc, MA, Direktur Jenderal Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri TIM TEKNIS Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA)
1. Ir. Agustina Erni Susiyanti, M.Sc, Kepala Biro Perencanaan 2. Dra. Valentina Gintings, M.Si, Asisten Deputi Gender dalam Infrastruktur 3. Dra. Sunarti, M.Si, Asisten Deputi Gender dalam KUKM dan Industri Perdagangan
101
4. Dra. Sally Astuty Wardhani, M.Si, Asisten Deputi Gender dalam Pendidikan 5. Dra. Eko Novi Ariyanti, M.Si, Kepala Bidang Advokasi dan Fasilitasi Gender dalam IPTEK 6. Siti Mardiah, S.Pt, M.Si, Kepala Bidang Advokasi dan Fasilitasi Gender dalam Infrastruktur 7. Ir. Dede Suhartini, M.Si, Kepala Bidang Data dan Analisis Kebijakan Gender dalam Ketenagakerjaan 8. Indra Gunawan, SKM, MA, Kepala Bidang Monev dan Analisis Kebijakan Gender dalam Kesehatan 9. Erni Rachmawati, S.Sos, Kepala Bidang Monev dan Analisis Kebijakan Gender dalam Pendidikan 10. Suhaeni, S.Sos, Kepala Bidang Advokasi dan Fasilitasi Gender dalam SDA dan Lingkungan 11. Ir. Endah Prihartiningtiastuti, M.Si, Staf pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
1. Dr. Sanjoyo, M. Ec, Direktur Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan 2. Fithriyah, SE, MPA, Ph.D, Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Perempuan, Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak. 3. Ir. Sumariyandono, MPM, Kepala Sub Direktorat Analisa dan Formulasi Sistem Pendanaan Pembangunan, Direktorat Alokasi Pendanaan 4. Aini Harisani, SE, Staf Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak
102
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah
Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
1. Made Arya Wijaya, MSc, Kepala Sub Direktorat Transformasi Sistem Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran 2. Haris Eendi, SE, MSE, Kepala Seksi Penerapan Sistem Penganggaran, Direktorat Sistem Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran 3. Achmad Zunaidi, ME, Kepala Seksi Penyusunan Belanja Barang dan Modal, Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran 4. Erny Murniasih, S.Sos, MSc, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
1. Dr. Ir. Royadi, SH, MM, Kepala Sub Direktorat Perencanaan Pembangunan Wilayah IV, Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah 2. Drs. Horas Panjaitan, Kepala Sub Direktorat IV, Direktorat Anggaran Daerah, Direktorat Jenderal Keuangan Daerah 3. Drs. Sigit Santosa, Kepala Sub Direktorat Urusan Pemerintahan Daerah Bidang I/1, Direktorat UPD I, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah 4. Drs. Moh. Hanai Alfro, MM, Kepala Bagian Perundang-Undangan dan Kepegawaian, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah 5. Petra Dolog Marombun L, MH, Kepala Sub Bagian PerundangUndangan, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah 6. Mukjizat, S.Sos, MSI, Kepala Seksi Wilayah IV B, Direktorat Anggaran Daerah, Direktorat Jenderal Keuangan Daerah 7. Ir. Winarni Puji Rahayu, Kepala Seksi Perlindungan Perempuan, Direktorat Pemberdayaan Adat & Sosial Masyarakat, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 8. Santosa Tuji Utomo, SH, Biro Hukum, Sekretariat Jenderal
103