MENGACU PADA ATURAN ACI 318318-R5
3
1. Pengendalian dan evaluasi terhadap pencapaian target-target mutu yang telah direncanakan melalui mix design. 2. Mengevaluasi pencapaian mutu terhadap kriteria yang ditetapkan oleh pelanggan. 3. Sebagai alat bantu untuk menganalisa penyebab Non Conformance mutu, seperti karena alat, orang, material, lingkungan dan metode. 3
Sebagai dasar kriteria penerimaan mutu beton yang mengacu pada : ACI-318 (American Concrete Institute ) Yaitu tentang penerimaan mutu beton pada bangunan
4
Frekuensi Pengambilan contoh benda uji a) Minimal dilakukan satu kali pengambilan benda uji untuk setiap mutu yang dituang pada suatu struktur dalam satu hari pengecoran atau b) minimal diambil satu kali pengambilan untuk setiap volume, 114 m3 ( 150 cu yd ) untuk setiap mutu dalam satu hari pengecoran atau c) Minimal satu kali pengambilan untuk pengecoran konstruksi plat atau dinding dengan luas (5000 sq.ft) 465.5 m2.
5
6
Ketentuan Penerimaan mutu beton Tingkat kekuatan suatu mutu beton dikatakan dicapai dengan memuaskan bila kedua persyaratan berikut terpenuhi : a) Nilai rata-rata dari semua pasangan benda uji yang terdiri dari tiga hasil uji tekan tidak kurang dari (ƒc’ ) b) Tidak satupun dari hasil uji tekan ( rata-rata dari dua silinder ) mempunyai nilai dibawah ƒc’- 3.5 MPa
7
Catatan : 1 Psi
=
0,006892 MPa
1 kN
=
101,971 kg
1 Mpa
=
10,19195 kg/cm2
8
9
Jika akan dilakukan evaluasi secara dalil-dalil matematika statistik maka minimum hasil uji adalah 30 buah. Jika jumlah hasil uji < dari 30 buah maka dilakukan koreksi untuk deviasi standard dengan faktor pengalinya sebagai berikut :
10
MENGACU PADA ATURAN ASTM C 39, ASTM C 42, ASTM C 617, ASTM C 823 DAN ACI 214
Apabila ada hasil uji kuat tekan dari benda uji yang tidak memenuhi persyaratan penerimaan pasal b maka harus diambil tindakan suatu uji bor inti (core drill) pada daerah yang diragukan. Dalam hal ini harus diambil 3 buah benda uji untuk setiap hasil uji tekan yang tidak memenuhi persyaratan penerimaan pasal b. Beton yang diwakili oleh hasil uji bor inti ( core drill ) ini harus dianggap secara struktural cukup bila: a) Rata-rata kekuatan tekan ketiga benda uji bor inti ≥ 0.85 ƒc’. b) Tidak satupun dari hasil uji kuat tekan benda uji bor inti ≤ 0.75 ƒc’.
12
13
Hasil tes core mungkin menunjukan varisi yang besar jika sampel core tidak mengikuti aturan, Kerusakan pada benda uji karena tidak tepat dalam pengeboran inti dapat menyebabkan pengurangan kuat tekan. Berikut ini rekomendasi tahapantahapan bagaimana harus melakukan pengetesan : 1. Pengujian didalam laboratorium Mesin tes benda uji seharusnya terkalibrasi dan sertifikat kalibrasi masih dalam masa berlaku. Mesin pengebor inti (Core drilling machine) seharusnya dalam kondisi yang baik, Mesin pengebor inti di rekomendasikan menggunakan mata bor baru untuk coring (jangan menggunakan mata bor yang sudah usang). 14
2. Prosedur pengeboran inti Pengeboran inti seharusnya di lakukan oleh operator atau tenaga teknis yang berpengalaman (ASTM C 823). Peralatan pengeboran seharusnya kaku atau mengikat ke beton yang akan di lakukan pengeboran inti untuk menghindari kerusakan atau goyangan pada saat di laksanakannya pengeboran, yang mana jika tidak kaku akan menghasilkan benda uji core dengan variasi penampang dan variasi besarnya tegangan pada benda uji core. (Jika menggunakan mata bor yang sudah usang, benda uji core akan terbentuk permukaan sisi silinder core yang tidak rata akibat mata bor yang tidak tajam).
15
16
3. Ukuran benda uji core “Bila memungkinkan, minimal diameter dari benda uji core untuk pengujian kuat tekan seharusnya minimal 94 mm (ASTM C 42). Hal ini penting karena tes tekan yang lebih kecil biasanya menunjukan variasi kekuatan. Fakta ini juga tercantum dalam dokumen ACI (ACI 214.4 R-10) bahwa untuk diameter benda uji core 50 mm, koefisien variasi yang di usulkan untuk hasil tes kuat tekan yang di butuhkan untuk analisa statistik adalah 11,8% (Lihat Tabel. 8. 1 dari ACI 214.4 R-9).”
17
18
19
4. Lokasi pengambilan benda uji core dan persiapan benda uji core Benda uji core untuk tes kuat tekan seharusnya diambil dari lokasi dimana beton tersebut kukuh dan tidak rusak. (ASTM C823-12 “Standar praktek untuk pemeriksaaan dan pengambilan benda uji pada beton keras dalam struktur.”) Untuk persiapan benda uji, ASTM C42 bagian 5.3 di bawah ini memberikan pedoman untuk menyingkirkan yang tidak kukuh pada atas dan bawah bagian dari benda uji core drill.
20
Benda uji core sebaiknya menghindari adanya besi yang tertanam yang akan mempengaruhi kekuatan.
21
5. Perawatan benda uji core sebelum dilakukan pengujian (SNI 03 – 2847-2002) dan ASTM C42-7.3.1 Bila benda uji beton inti diambil dari bagian struktur beton yang selalu kering, maka benda uji yang didapat harus kering udara 15ºC hingga 25ºC selama 7 hari sebelum diuji tekan dan diuji dalam keadaan kering. Bila bagian struktur beton tersebut basah, maka benda uji beton inti yang didapat harus direndam didalam air pada suhu 23ºC ± 2ºC selama sekurang-kurangnya 40 jam sebelum diuji tekan, lalu benda uji dikeluarkan dari tempat perawatan untuk ditiriskan dan dapat diuji dalam keadaan lembab.
22
Setelah benda uji core diambil dari struktur beton, maka sesegera mungkin dilindungi permukaannya dengan plastik untuk mencegah hilangnya kelembaban dan segera dibawah kelaboratorium .
23
6.
Inspeksi kepresisian alat dan benda uji core sebelum dilakukan pengujian (ASTM C 617)
Alat pelurus yang sesuai, seperti batang pengarah atau alat sipat datar, harus dipakai sehubungan dengan alat kaping untuk menjamin tidak terdapat penyimpangan ketegaklurusan terhadap sumbu benda uji silinder tidak lebih dari 0,5º. Tidak terdapat penyimpangan sumbu pelapis terhadap sumbu benda uji yang lebih besar dari 2 mm.
24
25
7. Ketebalan capping (ASTM C 617)
Ketebalan capping menurut ASTM C 617
Untuk mutu beton < 35 Mpa, Batasan waktu pengerasan adukan belerang dapat digunakan jika dibiarkan mengeras minimal 2 jam sebelum pengujian, sedangkan untuk mutu beton ≥ 35 Mpa, capping adukan belerang harus dibiarkan mengeras paling sedikit 16 jam sebelum pengujian 26
27
8. Pemeriksaan selama pengapingan (ASTM C 617) Periksa kerataan capping pada setiap benda uji dengan alat pelurus dan alat perata (sigmat, siku dan waterpass), hal ini untuk menjamin bahwa kemiringan permukaan kaping tidak menyimpang lebih dari 0,05mm dari bidang rata serta periksa juga tempat-tempat yang berpotensi berlubang.
28
9. Kecepatan mesin tes (ASTM C 39) Kecepatan pada saat loading mesin tes harus memenuhi syarat sbb :
29
MENGACU PADA ASTM C 42 DAN PERHITUNGAN PADA ACI 214
• Tujuan metode pengujian ini adalah untuk mendapatkan nilai estimasi kuat tekan beton pada struktur yang sudah dilaksanakan. • Secara umum, hasil pengujian dengan cara merusak ini, untuk mengetahui kekuatan dari beton di lapangan apakah beton tersebut masih layak atau sudah tidak layak. Salah satu cara untuk mengetahui kekuatan beton dilapangan dengan cara merusak struktur beton ini adalah Core drill.
33
1. Benda uji yang akan digunakan untuk kuat tekan harus diambilkan dari beton yang umurnya tidak boleh kurang dari 14 hari. 2. Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga, adanya serpihan/agregat kasar yang lepas, tulangan besi yang lepas dan ketidakteraturan dimensi, tidak boleh digunakan untuk uji kuat tekan; 3. Diameter benda uji untuk uji kuat tekan tidak boleh kurang dari 94 mm
4. Benda uji harus memenuhi ketentuan l/φ lebih besar atau sama dengan 0,95 , dimana l = panjang dan φ = diameter benda uji; 5. Permukaan bidang tekan benda uji harus rata dan harus tegak lurus terhadap sumbu benda uji; BENDA UJI TIDAK PRESISI
6. Diameter panjang badan benda uji core harus sama. 7. Ketentuan benda uji core sesudah dikaping meliputi : Benda uji harus memenuhi ketentuan 2,00 ≥lφ≥l,00, dimana l = panjang dan φ = diameter benda uji; Tebal lapisan untuk kaping tidak boleh melebihi 8 mm. 36
• Sebelum dilakukan uji kuat tekan, permukaan bidang tekan atas dan bawah dari benda uji harus sudah diberi lapisan untuk kaping yang pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan. • Fungsi dari kaping hanya untuk meratakan permukaan benda uji yang akan di test kuat tekan.
37
1. Siapkan Peralatan core drill 2. Pasangkan Core Drill dengan arah vertikal atau tegak lurus pada benda uji atau pelat beton, set alat agar benar-benar vertical, kemudian kunci setiap ujungnya dengan memasang dynabolt.
38
3. Setelah alat disiapkan lakukan pengeboran pada plat beton yang telah disiapkan untuk mengambil benda uji. Catatan : Selama pengeboran usahakan air selalu mengalir pada mata bor, guna untuk membantu proses pengeboran dan agar mata bor tidak panas
39
1. Setelah benda uji core diambil dari struktur beton, berikan kode lokasi pada sisinya. 2. Lindungi permukaan benda uji dengan plastik untuk mencegah hilangnya kelembaban dan segera dibawah kelaboratorium untuk dilakukan perawatan. 40
• Setelah masa perawatan selesai, ambil benda uji kemudian potong benda uji tersebut hingga didapatkan panjang yang diinginkan (L 1) dan harus presisi.
41
1. Timbang benda uji dan catat beratnya. 2. Caping benda uji dengan menggunakan campuran belerang dipanaskan hingga mencair, lalu tuangkan kecetakan dengan tebal max. 10 mm. 42
1. Ukur tinggi benda uji setelah dicaping (L 2) 2. Tekan benda uji sampai hancur, kemudian tentukan besarnya beban hancur tersebut (P max). 3. Setelah itu di lakukan perhitungan dan koreksi akibat arah pengeboran, arah L/D, Akibat adanya tulangn. 43
44
1. 2. 3.
4. 5.
Menghitung luas permukaan (A) yaitu = pi x r² = 3,14x5² = 78,54 Bila beban terbaca 270 kN maka dikonversikan terlebih dulu ke satuan Kg yaitu (270 kN x 101,971 kg)/78,54cm²=351 kg/cm² Menghitung kuat tekannya silinder akibat adanya faktor koreksi L/D apabila L/D=1,5 maka melihat tabel Strength correction factor (Based on ASTM C 42), didapatkan nilai 0,96 kemudian koreksi juga D-nya dengan melihat faktor koreksi diameter pada tabel ACI 214 didapatkan nila 1,00. hitungannya sbb : 351x0,96x1=337 kg/cm² A Konversikan nilai 337 dari silinder ke kubus dengan membagi 0,83 Berikan statusnya sesuai dengan penerimaan mutu beton pada ACI 318