Tugas Praktikum Mata Kuliah Pemanenan Hutan
PERENCANAAN PERENCANAAN PEMANENAN PEM ANENAN HUTAN
Disusun Oleh : Iska Gushilman
E34052984
Dosen : Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS
Asisten Dosen : Guruh Wisnu Wardana
E24103029
Yudha Asmara Adhi
E24103072
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Meningkatnya kebutuhan manusia akan sumberdaya hutan khususnya kayu sangat bertolak belakang dengan ketersediaan sumberdaya hutan (kayu). Salah satu yang menyebabkan hal itu adalah buruknya pengelolaan hutan. Teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar juga masih belum dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia (Elias, 1998). Untuk itu, diperlukan perencanaan yang baik dalam pemanenan hutan sehingga dapat menjamin ketersediaan kayu di masa mendatang. Pemanenan hutan merupakan suatu kegiatan memproduksi kayu bulat (log). Sebagai kegiatan produksi fungsi perencanaan pemanenan kayu memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan usaha. terkait dengan bidang kehutanan saat ini, tujuan usaha tersebut tidak hanya memaksimalkan keuntungan secara finansial, melainkan juga harus melestarikan hasil dan lingkungannya. Pemanenan yang berwawasan lingkungan dapat mengurangi kerusakan lingkungan (Pinard et al., 1995; Sularso, 1996; dan Elias, 1998) Penyaradan merupakan salah satu bagian utama dari kegiatan pemanenan hutan, yang bertujuan untuk memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan
kayu
(TPn).
Kegiatan Kegiata n
penyaradan penyarad an
ini
umumnya
dapat
menimbulkan kerusakan pada tegakan yang tinggal dan merusak tanah terutama jika menggunakan alat berat. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem (fisik maupun biologi) pada tegakan sisa. Untuk itu dilaksana d ilaksanakan kan praktikum perencanaan pemanenan hutan sehingga kegiatan pemanenan dapat di optimalkan.
Baik dalam hal hal keseimbangan keseimbangan
ekosistem maupun keuntungan ekonomi yang didapatkan.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membuat membuat perencanaan pemanenan pohon di hutan alam berdasarkan peta pohon yang telah ada. Selain itu dapat menganalisis kerusakan lingkungan yang diskibatkan oleh kegiatan pemanenan hutan.
II. PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Delinasi Kelerengan
Pada praktikum ini digunakan peta sebaran pohon dengan skala 1 : 5000. Legenda peta merupakan petunjuk harus diperhatikan. Khusus untuk pohon, pengkodean diberikan kepada beberapa kategori Tabel 1 Pengkodean untuk pohon Kategori Pohon
Kode ∆
Pohon inti Pohon yang dilindungi Pohon yang ditebang Pohon induk
o
Pohon yang tidak ditebang, dalam kawasan lindung
Langkah awal adalah membagi bagi peta menjadi beberapa bagian berdasarkan kelerangannya. Penggolongan kelas delinasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Kriteria Kelas Kelerengan kelas
% kelerengan
Keterangan
I
0-8 %
Datar
II
8-15 %
Landai
III
15-25 %
Sedang Sedang
IV
25-40 %
Curam
V
> 40 %
Sangat curam
Nilai persen kelerengan ini diperoleh dengan menggunakan rumus : % kelerengan
= h x 1 x 100% S
Fs
Ket : Fs = faktor skala (5000) h = tinggi (5 cm) s = jarak pada peta
Untuk memudahkan kegiatan penggolongan kelerengan dilakukan perhitungan jarak pada peta ke dalam satuan mm, jarak pada peta untuk tiap-tiap kelas kontur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Tabel Pencarian Kelas Kelerengan Kelas
Jarak pada peta (mm)
I
> 1.25
II
0.67 – 0.67 – 1.25 1.25
III
0.4 – 0.4 – 0.67 0.67
IV
0.25 – 0.25 – 0.4 0.4
V
< 0.25
B. Delinasi Berdasarkan Alat Sarad & Menghitung Luasan dan Potensi
Peta kontur yang telah dibagi berdasarkan kelerengnya dipindahkan (dijiplak) ke atas kertas kalkir. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengerjakan kegiatan selanjutnya yaitu pengelompokkan kelas kelerengan yang telah dibuat ke dalam alat-alat sarad yang akan digunakan untuk melaksanakan pemanenan seperti pada tabel berikut. Tabel 4. Penggolongan Kelas Kelerengan Berdasarkan Alat Sarad Alat
% kelerengan kelerengan
Forwarder
0-15 %
Manual
15-25 %
Traktor
> 40 %
Dari pengelompokkan berdasarkan kelas alat ini hanya didapatkan tiga kelompok besar pada peta yaitu kelas alat forwarder, manual, dan traktor. Sehingga dari lima kelas kontur yang pertama diperoleh harus dilebur menjadi satu yaitu untuk kelas kelerengan I dan II digabungkan menjadi satu dengan memakai alat forwarder dan untuk alat traktor dengan menggabungkan kelas delinasi IV dan V. Jika dalam peta tersebut terdapat suatu kelas delinasi yang sangat kecil (< 10%) dan terdapat diantara satu kelas yang lebih besar maka kelas tersebut bisa digabungkan atau dikelompokkan ke dalam kelas yang lebih dominan di sekitarnya.
Selanjutnya penghitungan luasan daerah yang dicakup oleh tiap-tiap alat untuk mengetahui luas total wilayah yang akan dipanen dengan menggunakan masing-masing alat. Pengukuran luas ini dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama planimeter. Planimeter yang tersedia ada dua jenis yaitu otomatis dan manual. Perbedaannya terdapat pada cara pemakaian alat manual yang tidak ditancapkan. Cara penggunaan alat ini adalah dengan melakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan angka kalibrasi 14.94 agar data yang diperoleh cukup akurat. Kemudian letakkan alat pada garis peta daerah yang akan dihitung luasnya, kuatkan letak penyangga, dan putar alat searah jarum jam dengan mengikuti garis peta lalu baca alat yang ditunjukkan oleh alat. Perlu diingat bahwa sebelum menghitung untuk luasan selanjutnya, alat harus dikembalikan ke angka 0 dan angkat alat sedikit agar tidak terjadi bias. Pohon-pohon yang akan ditebang (diameter 60 cm ke atas) ditandai. Kegiatan selanjutnya adalah menghitung jumlah pohon yang terdapat pada masing-masing alat. Setelah melakukan penghitungan luas wilayah dan jumlah pohon yang terdapat pada masing-masing alat, maka selanjutnya dapat dihiting nilai volume pohon dan potensi tegakan untuk masing-masing alat dengan menggunakan rumus : V pohon = 1
x π d2 n t
4 Ket :
d = diameter pohon (0.6 m) n = jumlah pohon per alat t = tinggi pohon (8 m) m)
Potensi tegakan =
Volume pohon
Luas wilayah per alat
C. Pembuatan TPn dan Penghitungan Jarak Sarad
Kegiatan selanjutnya dalam perencanaan hutan adalah penentuan letak Tpn, jumlah Tpn yang akan dibangun, dan jalan sarad. Dalam penentuan jarak sarad harusnya menggunakan alat Curvimeter, namun pada praktikum ini jalan sarad ditarik dengan garis lurus untuk menentukan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh masing-masing alat. Pada setiap pohon yang akan ditebang dilakukan perhitungan jarak sarad dari tempat tumbuh pohon ke tempat pengumpulan kayu yang telah ditentukan. Hal ini bertujua bertujuan n untuk melakuka melakukan n perbandingan antara jarak sarad yang dibuat pada peta dengan jarak sarad pada literatur (faktor koreksi alat)
D. Analisis Kerusakan Kerusakan
Tahap terakhir dari praktikum prakt ikum pemanenan hutan adalah analisis kerusakan. persentase kerusakan yang ditimbulkan dalam pelaksanaan pemanenan dihitung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besar kerusakan yang sebabkan oleh kegiatan penyaradan yang tedapat pada setiap TPn. Kegiatan penyaradan dapat merusak pohon-pohon lain yang terdapat pada jalur sarad pohon yang ditebang. Pohonpohon yang dihitung ke dalam kategori pohon rusak akibat penyaradan, yaitu pohon inti, pohon yang dilindungi, serta pohon yang berada pada kawasan lindung.
III. HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
Data potensi didapatkan dari deliniasi berdasarkan alat pemanenan di setiap wilayah pemanenan.
Tabel 5. Tabel Potensi Pohon Tiap Alat No.
Alat
Kelas
Jumlah
Luas per alat
V pohon
Pemanenan
Kelerengan
Pohon
(Ha)
(m )
1.
Forwarder
I & II
297
588,8
671,46
1,14
2.
Manual
III
160
345,775
361,73
1,05
3.
Traktor
IV
105
225,7
237,38
1,05
562
1160,275
1270,57
3,24
Total
3
Potensi 3
(m /ha)
Jarak sarad rata-rata, faktor/nilai koreksi dan persentase kerusakan dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
JS rata-rata = Σ jarak sarad per alat Σ pohon yang disarad
Faktor Koreksi Koreksi = jarak sarad yang ada Jarak sarad literatur per alat
Ket :
jarak sarad literatur forwarder = 237 m Jarak sarad literatur traktor
= 700 m
% Kerusakan = Σ tegakan yang dilewati Σ total pohon yang ditebang
x 100%
Tabel 6. Tabel Faktor Koreksi dan % Kerusakan Tiap TPn TPn
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah Pohon Yang Ditebang 24 34 35 28 38 28 53 12 44 19 23 16 24 20
Jumlah Pohon Yang Rusak 7 12 12 3 10 5 12 4 7 3 9 6 5 6
Rata-Rata Jarak Sarad (JS) (m) 4.4 6,98 6.33 4,61 6,96 5,81 6,08 2,93 5,87 4,18 6,1 5,22 1,79 2,7
Faktor /Nilai Koreksi 0.63 2.95 2.67 1.95 2.94 0.83 2.57 1.24 0.84 1.76 2.57 2.2 0.76 1.14
% Kerusakan
Alat pemanenan
29.16 35.29 38.7 34.28 35.71 17.85 22.64 30 15.9 15.79 39.13 37.5 20.83 30
Traktor Forwarder Forwarder Forwarder Forwarder Traktor Forwarder Forwarder Traktor Forwarder Forwarder Forwarder Forwarder Forwarder
Untuk menghitung rataan faktor koreksi dan rataan % kerusakan, digunakan rumus berikut :
Rataan Faktor Koreksi = Total Faktor Koreksi (alat yang yang sama) Jumlah TPn (alat yang sama)
Rataan % Kerusakan = Total % kerusakan (alat yang sama) Jumlah TPn (alat yang sama)
Tabel 7. Tabel Rataan Faktor Koreksi dan % Kerusakan Tiap Alat Pemanenan No.
Alat Pemanenan Pemanenan
TPn
1.
Forwarder Forwar der
2.
Traktor
2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11 12, 13 dan 14 1, 6 dan 9
Rata-Rata Faktor Koreksi 2.07
Rata-Rata % Kerusakan 30.89%
0.77
20.97%
B. Pembahasan
Perencanaan pemanenan kayu dapat diartikan sebagai
perancangan perancanga n
keterlibatan hutan beserta isinya, manusia/organisasi, peralatan, dan dana untuk memproduksi kayu secara lestari bagi masyarakat yang membutuhkannya dan mendapatkan nilai tambah baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat sekitar hutan, regional, dan nasional pada suatu kurun waktu tertentu (Nugroho, 1995). Suatu perencanaan yang tidak baik dan benar dapat menimbulkan suatu kerusakan bagi tegakan hutan yang tinggal. Kerusakan tegakan tinggal antara lain disebabkan oleh metode pemanenan kayu, alat pengangkutan, alat penyarad, dan cara penjarangan (Dulsalam et al, 1989). Dari areal seluas 1160,275 Ha di dapatkan 562 pohon yang bisa ditebang. Alat yang paling banyak digunakan adalah forwader karena diantara ketiga alat tersebut forwader forwader memiliki areal areal paling luas sebesar sebesar 588,8 Ha dengan dengan jumlah jumlah 3
pohon 297 dan berpotensi paling besar yaitu 1.14 m /ha. Total potensi yang ada adalah 3,24 % terdiri dari dari potensi lain yaitu: traktor sebesar sebesar 1,05% dan manual manual sebesar 1,05%. Pada wilayah pemanenan tersebut dibuat 14 buah TPn, karena jumlah tersebut sudah mampu mencakup semua pohon yang akan ditebang. Ada beberapa hal yang menjadi faktor dalam penentuan lokasi TPn seperti dekat dengan akses jalan, teletak ditempat yang tinggi dan datar. Hal ini bertujuan agar memudahkan pengangkutan kayu dengan alat transportasi selanjutnya ke tempat penimbunan kayu. Selain itu jarak pohon yang ditebang terhadap lokasi TPn sangat perlu diperhatikan untuk menciptakan efisiensi dalam penggunaan alat pemanenan. Penentuan alat yang bekerja pada suatu TPn berdasarkan kelerengan dominan dari tempat tumbuh pohon yang akan ditebang. T raktor hanya digunakan pada tiga TPn dari 14 TPn yang ada . Berdasarkan penetapan 14 lokasi TPn tersebut, maka didapatkan data banyaknya jumlah pohon yang akan ditebang setiap TPn, jumlah pohon yang rusak, serta rata-rata jarak sarad semua pohon dalam tiap TPn. Namun dalam pembuatan jalan sarad hanya untuk forwader dan traktor. Hal ini dikarenakan analisis yang dilakukan adalah analisis kerusakan dan manual tidak terlalu menyebabkan kerusakan dalam kegiatan penyaradan.
Data ini dikumpulkan untuk mengetahui besarnya nilai koreksi (perbandingan jarak sarad sebenarnya dengan literatur) serta persentase kerusakan yang ditimbulkan oleh tiap TPn. TPn yang memiliki persen kerusakan terendah adalah TPn kesepuluh, yaitu hanya sebesar 15.79%. Sedangkan TPn yang memiliki persen kerusakan tertinggi yaitu TPn kesebelas dengan persen kerusakan mencapai 39.13%. Tapi TPn ini masih temasuk dalam kategori kerusakan sedang. Persen kelerengan kurang dari 25 % termasuk dalam tingkat kerusakan rendah, persen kerusakan 25% sampai 50% tergolong sedang dan persen kerusakan di atas 50 % termasuk dalam tingkat kerusakan tinggi (Muhdi dan Hanafiah, 2007) Tingginya persen kerusakan di suatu TPn ditentukan oleh jumlah pohon inti dan pohon yang dilindungi yang terkena sarad. Semakin besar jumlah kedua pohon tersebut, maka semakin besa kerusakan yang ditimbulkannya, demikian pula sebaliknya. Secara umum, rataan persen kerusakan total penggunaan traktor masih berada di bawah persen kerusakan yang ditimbulkan oleh alat forwarder, yaitu berkisar pada angka 30.89% (tergolong sedang). Sedangkan persen kerusakan traktor mencapai 20.97% (tergolong sedang). Kegiatan perencanaan terakhir adalah perhitungan faktor atau nilai koreksi, yaitu perbandingan rata-rata jarak sarad yang telah dibuat pada peta dengan jarak pada literatur. Faktor koreksi yang baik adalah berada pada kisaran angka 0,9 - 1. Dari perhitungan nilai koreksi pada perencanaan TPn, nilai koreksi tidak ada yang berada di kisaran angka 0.9-1. Hal ini menunjukkan ketidakefisienan jarak sarad yang telah dibuat. Jarak sarad literatur dari forwarder hanya sekitar 237 meter, sedangkan rataan jarak sarad yang telah dibuat pada peta perencanaan hanya mendekati angka tersebut. Hal ini disebabkan banyak terdapat pohon-pohon yang akan ditebang berada sangat jauh dari TPn tujuan saradnya karena TPn menjangkau menjangkau lebih dari dari ukuran idealnya yaitu 25 Ha. Sehingga dapat dapat dikatakan letak pohon-pohon tersebut berada di luar kemampuan forwarder. Kemudian untuk nilai koreksi pada TPn yang menggunakan traktor (jarak sarad maksimal literatur 700 m). Sehingga dapat dikatakan pohon-pohon yang akan disarad dengan traktor ini masih berada dalam kemampuan alatnya.
IV. KESIMPULAN
Dari peta sebaran pohon yang tersedia dapat dibuat suatu perencanaan pemanenan hutan yang baik. Dengan perhitungan yang matang didapatkan jenis alat dam jumlah Tpn yang harus ada. Selain itu dapat dilihat tingkat kerusakan yang ditimbulkan dimana tergolong sedang baik itu forwader maupun traktor sehingga kelestarian hutan dapat tejaga tanpa mengurangi manfaatnya.