OLEH : ALAMSYAH ALAMSY AH FLAMIN
Pemanenan kayu dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk Hasil pemanenan dilihat dari bagian/bentuk kayu kayu utuh (whole tree/full tree system), kayu panjang (tree length/long wood), dan kayu pendek (short wood) Hasil pemanenan dilihat dari cara/teknin pelaksanaan pemanenan secara manual, semi mekanis, dan mekanis serta otomatis Pemilihan sistem pemanenan yang diterapkan tergantung berbagai faktor
Pemanenan kayu dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk Hasil pemanenan dilihat dari bagian/bentuk kayu kayu utuh (whole tree/full tree system), kayu panjang (tree length/long wood), dan kayu pendek (short wood) Hasil pemanenan dilihat dari cara/teknin pelaksanaan pemanenan secara manual, semi mekanis, dan mekanis serta otomatis Pemilihan sistem pemanenan yang diterapkan tergantung berbagai faktor
Metode pemanenan harus dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi setempat Metode pemanenan dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik setempat (local specifik) dengan berpijak pada tujuan dan memperhatikan komponen operasional yang ramah lingkungan pemanenan yang terbaik
Ukuran produk (size product) Volume tegakan per hektar Target produksi Ketersediaan tenaga kerja Jangka waktu operasi Pemanfaatan produk (integrated use) Prasarana dan sarana yang tersedia Peraturan yang berlaku Topografi areal Kondisi tanah Iklim/cuaca Biaya pemanenan
Ukuran produk yang akan diproduksi tergantung dari rencana pemanfaatan produk dan dimenasi tegakan yang dipanen Hutan produksi tetap pohon yang ditebang berdiamter minimal 50 cm (contohnya pada pohon meranti merah dgn diameter pangkal 70 cm,panjang BC 18-22 m, volume 5,5-6,3 m3/btg, berat 5,2-6 ton/btg) Hutan tanaman Acasia mangium pohon yang ditebang hanya sekitar 20 cm
Penerapan suatu sistem pemanenan didukung oleh ketersediaan SD manusia yang memadai tercapai pemanenan yang efisien Tenaga kerja yang berkualitas prestasi kerja yang tinggi, penghematan dalam penggunaan bahan dan material, berkurangnya kerusakan/limbah dari akibat pemanenan Ketersediaan tenaga kerja yang cukup teknik pemanenan manual/semi mekanis Ketersediaan tenaga kerja tidak tersedia cukup penggunaan mesin-mesin pemanenan untuk menunjang kelancaran produksi Hutan tanaman industri pemanenan manual dan mekanis
Volume /potensi tegakan per hektar yang dipanen pada hutan alam sistem tebang pilih Volume /potensi tegakan per hektar yang dipanen pada hutan tanaman sistem tebang habis Hutan alam produksi volume tegakan rata-rata 60 m3 per ha (40-80 m3 per ha) Hutan tanaman produksi volume tegakan rata-rata 217,5 m3 pe ha (175,0 – 265,3 m3 per ha) Apabila volume kayu tinggi dalam setiap ha pemanenan semi mekanis Apabila potensinya rendah dan lokasi tidak kompak penggunaan alat-alat mekanis kurang efisien
Pemanenan dengan jangka waktu yang panjang/berkesinambungan investasi yang besar untuk pengadaan mesin-mesin pemanenan Pemanenan dengan jangka waktu yang pendek investasi yang besar untuk pengadaan alat-alat pemanenan tidak efisien beban biaya produksi yang tinggi
Log hasil pemanenan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan Apabila seluruh bagian pohon akan dimanfaatkan sistem kayu utuh Sistem kayu panjang, kayu pendek atau kombinasi keduanya untuk produksi kayu perkakas & bahan baku pulp Sistem kayu utuh & kayu panjang menggunakan peralatan yang berdaya besar Sistem kayyu pendek menggunakan cara manual
Pemanfaatan fasilitas yang ada akan lebih praktis, menghemat waktu dan biaya pemanenan contoh pengangkutan kayu lewat air Jumlah Peralatan dan perlengkapan kerja harus sesuai dengan kapasitasnya
Secara umum belum ada peraturan khusus yang mengatur pemilihan metode pemanenan Peraturan hanya berlaku pada kegiatan-kegiatan pemanenan yang menggunakan fasilitas pemerintah Misalkan pengangkutan lewat jalan umum peraturan lalulintas jalan seperti berat kendaraan, kecepatan, kelengkapan kendaraan dll Pengangkutan lewat sungai mentaati peraturan lalulintas sungai Peraturan tenaga kerja harus diterapkan dalam kegiatan pemanenan
Kondisi topografi areal pemanenan sangat bervariasi Komponen pemanenan yang sangat berpengaruh oleh kondisi topografi penyaradan dan pengangkutan Pada areal datar semua teknik penyaradan dapat diterapkan Pada areal dengan kelerangan lebih dari 60% pemanenan dengan menggunakan alat helikompter dan sistem kabel
Kondisi permukaann tanah akan mempengaruhi pergerakan manusia atau mesin-mesin yang digunakan Kondisi tanah tanah kering dan tanah rawa Tanah kering memiliki day adukung yang lebih tinggi dari pada rawa penggunaan peralatan di sesuaikan dengan kondisi tanah tersebut
Faktor iklim/cuaca yang perlu diperhatikan adalan hujan, jumlah hari hujan dan curah hujan Jumlah hari hujan mengurangi jumlah hari kerja, kondisi permukaan tanah, meningkatnya erosi tanah Tingginya jumlah hari hujan proses pengangkutan akan berpengaruh besar yaitu pada jalan hutan yang tidak diperkeras
Biaya pemanenan secara keseluruhan mencakup biaya seluruh komponen kegiatan pemanenan Biaya pembuatan dan pemiliharaan jalan pada umumnya dihitung tersendiri Hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan biaya tingkat investasi, biaya operasional dan biaya satuan (unit cost) Biaya operasional mesin pemanenan pada umumnya tinggi
Pemilihan metode pemanenan harus dilaksanakan secara terpadu dan komprehensif Faktor-faktor pemilihan metode pemanenan dikelompokkan menjadi 3 aspek aspek teknis, aspek finansial, aspek sosial dan lingkungan
Ukuran produk Target produksi Potensi tegakan Pemanfaatan produk Sarana prasarana Topografi Kondisi tanah
Tenaga kerja Jangka waktu pemanenan Investasi Biaya-biaya pemanenan
Peraturan-peraturan yang berlaku Cuaca/iklim Tanah (tingkat erosi) Dampak-dampak negatif terhadap lingkungan
Perencanaan pemanenan kayu harus disusun sebelum kegiatan pemanenan kayu dilaksanakan Perencanaan harus disusun berdasarkan data dan informasi yang akurat Perencanaan yang dibuat merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan kegiatan pemanenan Rencana yang telah disusun berfungsi sebagai alat kontrol dan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan pemanenan
Peninjauan Perencanaan dalam kegiatan pengelolaan hutan terbagi atas : jenjang waktu dan sifat perencanaan Berdasarkan Jenjang Waktu perencanaan jangka panjang (Rencanan Karya Pengusahaan Hutan) dan Rencana Jangka Pendek (Rencana Karya Tahunan) Berdasarkan sifatnya rencana strategis (strategic plan) dan rencana tektis (tactical plan)
Lingkup rencana pemanenan hasil hutan mencakup rencana pembukaan wilayah hutan (PWH) dan rencana teknik pemanenan rencana operasional/taktis Tujuan perencanaan dalam pengelolaan hutan adalah untuk memberikan pedoman dan arah yang menjamin tercapainya tujuan pengelolaan hutan
Mengoptimalkan produksi pemanenan Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan Meminimalkan biaya pemanenan Menyediakan akses yang efisien terutama untuk mendukung kegiatan pemanenan Menyediakan akses kepada masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfataan hasil hutan non kayu Melindungi kesehatan dan keselamatan kerja terutama bagi para pekerja dan masyarakat pda umumnya Menghindarkan permasalahan dalam pengaturan waktu Memberikan fleksibilitas dalam perubahan rencana apabila ada data atau informasi baru
Data dan informasi dari areal hutan yang akan dipanen sangat diperlukan untuk menyusun rencana pemanenan Salah satu data dan informasi Data inventarisasi tegakan sebelum pemanenan (timber cruisiing) Data dan informasi hasil ITSP diwujudkan dalam bentuk tabel dan peta (kondisi topografi, lokasi yang akan ditebang, potensi tegakan yang ada)
Jumlah batang atau volume dan persebaran pohon yang dapat dipanen Jumlah dan persebaran pohon inti (DBH 20-49 cm) Jumlah dan persebaran jenis pohon yang dilindungi Kondisi topografi atau relatif lapangan, termasuk didalamnya adanya sungai, mata air, daerah-daerah yang berawa)
Keberadaan produk-produk non kayu Keberadaan habitat flora dan satwa yang dilindungi, areal konservasi Kemungkinan keberadaan situs atau cagar budaya
Data Aksesibiltas areal atau petak yang akan dipanen Data peralatan dan mesin-mesin yang tersedia Data tenaga kerja Data prestasi kerja seluruh komponen kegiatan pemanenan Data biaya pemanenan Data iklim dan cuaca dan hari-hari libur
Tempat atau lokasi pemanenan Waktu pemanenan Kegiatan pemanenan Pelaksana Teknis pelaksanaan Dasar-dasar
Rencana Teknis Rencana PWH Minor Rencana PWH Minor Rencana jalur sarad, arah penyaradan, TPN, rencana pengaturan arah rebah
Jalur-jalur sarad mampu menjangkau lokasi seluruh pohon yangakan ditebang Jarak sarad rata-rata minimal Meminimalkan kerusakan lingkungan Kelererangan jalan sarad diusahakan sesuai dengan kemampuan mendaki alat sarad
Arah penyadaran adalah dari pohon yang ditebang menuju TPN, landing atau langsung ke tepi jalan angkutan Arah sarad dapat dirancanag ke atas bukit atau turun bukit tergantung letak TPN Arah sarad sinkron dengan arah rebah pohon atau sebaliknya
TPN merupakan terminal atau tempat pertemuan anara jaringan jalan sarad dann jaringan jalan angkutan Lokasinya di ujung atau di tepi jalan angkutan Lokasinya sedemikian sehingga jarak sarad rata-rata minimal Lokasi datar – landai Tidak terendam air pada saat hujan, drainase baik Memudahkan kegiatan pengangkutan
Jumlah batang atau volume kayu yang akan ditebang dan ditimbun Diameter batang Bentuk kayu Jumlah atau tinggi tumpukan kayu
Adalah keseimbangan antar komponen dalam kegiatan pemanenan Merupakan pengaturan jumlah dan komposisi peralatan sehingga kemampuan produksi pada masing-masing komponen dalam keseimbangan. Keseimbangan diperhitungkan dari target produksi,prestasi kerja pada masing-masing komponen dan waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pemanenan
Apabila prestasi kerja dalam penebangan lebih besar dari pada penyaradan banyak akyu yang tidak dapat disarad, tertinggal dalam perak tebangan. apabila tertinggal lama di hutan maka kayu akan mengalami penurunan kualita menurunkan nilai atau harga kayu.
Apabila prestasi skidding lebih besar dari pada felling alat sarat akan banyak menganggur, menunggu kayu untuk disarad pemanfaatan alat tifak efisien.
Pengelolaan Hutan alam produksi seluas 41.400 Ha. 35.000 Ha berfungsi untuk produksi tetap Sisanya untuk fungsi konservasi Luas tebangan tahunan 1.000 Ha Jatah produksi tahunan 40.000 m3 Jumlah hari kerja rata-rata tiap tahun 250 hari kerja
Komponen
alat
Prestasi (m3/hari/unit)
Felling
Chainsaw
50
Skidding
Buldozer, 200HP
65
Loading
Track loader, 160 HP
175
Hauling
Truk semi trailer, 300 HP
90
unloading
Wheel loader, 200 HP
225
catatan
Jarak sarad rata2 500 m
Jarak angkutan 60 km, 2 trip/hari, 45m3/trip
Komponen
target
Jumlah hari kerja
Prestasi (m3/hari)
Jumlah
Felling
45.000
250
50
3,6 (4)
Skidding
45.000
250
65
2,8 (3)
Loading
45.000
250
175
1,0
Hauling
45.000
250
90
2,0
unloading
45.000
250
225
0,8 (1)