HUTAN HUJAN TROPIS
A. PENDAHULUAN
Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang yang sangat sangat tinggi tinggi,, atau atau hutan hutan dengan dengan pohon-p pohon-pohon ohon yang tinggi tinggi,, iklim iklim yang yang lembab, dan curah hujan yang tinggi (Zaenuddin, 2008). Patandi Patandianan anan (1996) (1996) mengat mengatakan akan bahwa bahwa sifat sifat tanah tanah hutan hutan hujan hujan tropis tropis adalah miskin miskin hara sehingga sehingga tidak mampu mendukung mendukung produktivitas produktivitas tumbuhan tumbuhan yang sangat sangat tinggi. tinggi. Menurut Menurut Resosoedarm Resosoedarmo o et al ., ., (1986) (1986) produkt produktivi ivitas tas yang yang sangat sangat tinggi tinggi pada kawasa kawasan n ini terjad terjadii karena karena ekosis ekosistem tem hutan hutan hujan hujan tropis tropis memiliki sistem daur hara yang sangat ketat, tahan kebocoran, dan berlangsung cepat. Pada hutan hujan tropis di wilayah Situ Lembang, terutama dalam kanopi pohon, terdapat berbagai kehidupan hewan serangga yang jumlahnya tak terhitung dan kadang-kadang memiliki warna yang indah sekali. Selain itu banyak juga terdapat katak pohon, kadal, ular, burung, tupai, monyet, dsb. Sebagian besar hidup hidup hewan hewan-h -hew ewan an ters terseb ebut ut di atas atas pohon pohon dan sang sangat at jara jarang ng turu turun n untu untuk k menyentuh tanah selama hidupnya. Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat berganti daun-daunya setiap tahunnya secara individual. Namun demikian tidak terdapat perubahan musiman yang teratur dan tidak juga berpengaruh terhadap sel seluruh uruh
vege vegettasi asi
yang ang
ada. ada.
Sepan epanjjang ang
tahun ahun
ter terjadi jadi
pem pembung bungaa aan n
dan dan
pembentukka pembentukkan n buah, meskipun ada kecenderungan kecenderungan setiap tumbuhannya tumbuhannya memiliki musim musim pembuah pembuahan an pada waktuwaktu-wakt waktu u terten tertentu tu dan tidak tidak sama sama untuk untuk masing masing-masi masing ng jeni jeniss tumb tumbuh uhan an.. Pros Proses es demi demiki kian an dise disebut but denga dengan n geja gejala la cauliflory (berbunga dan berbuah pada batang atau dahan-dahan yang telah tua dan tidak berdaun lagi). Proses dan siklus yang demikian itu merupakan gejala yang sangat umum dalam wilayah hutan hujan tropis (Ardiananda, 2008).
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Hutan Hujan Tropis .
Secara geografis daerah hutan hujan tropis mencakup wilayah yang terletak di antara titik balik rasi bintang Cancer dan rasi bintang Capricornus, yaitu suatu
wilaya wilayah h yang yang terlet terletak ak di antara antara 23027’ LU dan 23027’ LS (Weide (Weidelt, lt, 1995). 1995). Menurut Menurut Ewusie Ewusie (1980) wilayah wilayah hutan hujan hujan tropis tropis mencakup mencakup ± 30 % dari luas luas permukaan bumi dan terdapat mulai dari Amerika Selatan, bagian tengah dari benua Afrika, sebagian anak benua India, sebagian besar wilayah Asia Selatan dan wilayah Asia Tenggra, gugusan kepulauan di samudra Pasifik, dan sebagian kecil wilayah Australia. Pada umumnya wilayah hutan hujan tropis dicirikan oleh adanya 2 musim musim dengan perbedaan yang jelas, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Ciri lainnya adalah suhu dan kelembapan udara yang tinngi, demikian juga dengan curah hujan, sedangkan hari hujan merata sepanjang tahun (Walter, 1981). B. Ciri-ciri Umum Hutan Hujan Tropis
1. Lokasi Lokasi:: hutan hutan hujan hujan berada berada di daer daerah ah tropi tropiss 2. Curah hujan: hujan: hutan hutan hujan hujan memperoleh memperoleh curah curah hujan hujan sebesar sebesar paling paling tidak tidak 80 inci inci setiap tahunnya 3. Kanopi: Kanopi: hutan hujan hujan memili memiliki ki kanopi, kanopi, yaitu yaitu lapisan-lap lapisan-lapisan isan cabang cabang pohon pohon beserta daunnya yang terbentuk oleh rapatnya pohon-pohon hutan hujan 4. Keanekaragama Keanekaragaman n biota: biota: hutan hujan hujan memili memiliki ki tingkan tingkan keragaman keragaman biota biota yang yang tinggi (biodiversity). Biodiversity adalah sebutan untuk seluruh benda hidup -seperti tumbuhan, hewan, dan jamur -- yang ditemukan di suatu ekosistem. Para peneliti percaya bahwa sekitar separuh dari tumbuhan dan hewan yang ditemukan di muka bumi hidup di hutan hujan 5. Hubungan Hubungan simbiotik simbiotik antar antar spesies: spesies: spesies spesies di hutan hujan hujan seringkali seringkali bekerja bekerja bersama. Hubungan simbiotik adalah hubungan dimana dua spesies berbeda saling menguntungkan dengan saling membantu. Contohnya, beberapa tumbuhan membuat struktur tempat tinggal kecil dan gula untuk semut. Sebagai balasannya, semut menjaga tumbuhan dari serangga-serangga lain yang mungkin ingin memakan daun dari tumbuhan tersebut
6. Ciri Ciri-c -cir irii : Ikli Iklim m sela selalu lu basa basah. h. cura curah h hujan hujan tingg tinggi. i. dan merata merata,, tana tanah h kerin kering g sampai lembab dan bermacam-macam jenis tanah. Mayoritas hidup tumbuhan berkayu (perpohonan. liana). tumbuhan berbatang kurus (tidak banyak cabang. kulit tipis). Terdapat di pedalaman. pada tanah rendah sampai berbukit (1000 mdpl) sampai pada dataran tinggi (s/d 4000 mdpi). Dapat dibedakan menjadi 3 zone menurut ketinggiannya : Hutan Hujan Bawah (2 - 1000 mdpl). Hutan Hujan Tengah (1000 - 3000 mdpl), Hutan Hujan Atas (3000 - 4000 mdpl). Terdapat terutama di Sumatera. Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian.
C. Jenis tumbuha tumbuhan n yang hidup hidup di daeran hutan hutan hujan hujan tropis tropis antara antara lain :
Pohon jelutung dapat disadap sepanjang tahun, produksi getah per pohon tergantung pada ukuran pohon dan cara penyadapannya. Sedangkan mutu getah jelutung tergantung pada jenis pohon jelutung yang disadap serta perlakuan dan teknik penanganan pascapanen yang diterapkan. Mutu getah jelutung terbaik dihasilkan dari Dyera costulata (Jelutung oukit). Getah jelutung bermutu tinggi bila memiliki kandungan karet (perca) yang tinggi dan resin (harsa) yang rendah. Dyera Costulata menghasilkan getah sekitar 2,5 kg lebih banyak dari Dyera laxiflora laxiflora yang hanya menghasilkan 0,5 kg getah. Di Kalimantan dari satu pohon pantung rata-rata dapat menghasilkan pantung seberat pikul atau rata-rata produksi getah jelutung sebanyak 50 kg/pohon/tahun.
Kayu jelutung bersifat lunak dan berwarna putih dengan tekstur permukaan agak rata, halus dan licin sehingga bisa digunakan sebagai bahan pola sepatu, sebagai bahan baku pembuatan batang pensil dan sebagai bahan pembuatan papan dan peti. Vinir kayu jelutung mudah dibuat dan mudah direkat. Kayu jelutung mudah digergaji dalam keadaan kering dan mudah dikerjakan seperti diserut, dibor, dipaku, disekrup dan diberi finishing seperti cat, divernis dan dipelitur. Semua bagian kayu segar sangat rentan terhadap serangan jamur blue-stain, pengupasan kulit tanpa dibarengi pembubuhan fungisida akan mempermudah serangan blue-stain.
Karena pohon jelutung termasuk jenis pohon dwiguna, maka sangat baik untuk dikembangkan di kawasan penyangga (buffer zone) sebagai tanaman konservasi dan sumber penambah penghasilan bagi masyarakat setempat. Upaya pengembangan tanaman jelutung di kawasan penyangga perlu dibarengi dengan penyuluhan tentang teknik penyadapan, pengolahan dan standar mutu komoditi jelutung, sehingga masyarakat setempat dapat menikmati nilai tambah dari pengolahan getah jelutung. ENCEKIK Secara umum strangler dikatakan sebagai tanaman hemi-epifit atau semiepifit. Jenis tumbuh-tumbuhan ini hidup dengan jalan mengandalkan tumbuhan lain untuk mencari makanannya. Awalnya epifit tersebut mengecambahkan bijinya tinggi di atas tanah pada cabang pohon besar. Kecambah tersebut mempunyai dua macam akar yang melilit cabang. Akar yang berjuntai mirip kabel dan tumbuh terus mencapai tanah merupakan alat untuk bertahan di tempat. Sebelum akar sampai tanah, pohon pencekik tumbuh seperti epifit lain yang memperoleh air dan hara dari kotoran di celahcelah pohon. Setelah akar mencapai tanah, sumber hara dan air mencukupi kebutuhan hidup pohon tersebut, sehingga akar semakin banyak berjuntaian munuju tanah dan pohon penopangnya terkurung dalam jaring jaring akar tersebut dan tercekik. Inang tersebut membusuk dan akhirnya tanaman tersebut hidup bebas dengan bagian tengahnya berlubang (gerowong). D. Tumbuha Tumbuhan n Penyusun Penyusun Hutan Hutan Hujan Hujan Tropis. Tropis.
Tumbuha Tumbuhan n utama utama penyusu penyusun n hutan hutan hujan hujan tropis tropis yang yang basah basah (lemba (lembab), b), biasanya terdiri atas tujuh kelompok utama, yaitu :
1. Pohon-pohon Hutan PohonPohon-poh pohon on ini merupak merupakan an kompone komponen n strukt struktura urall utama, utama, kadang-k kadang-kada adang ng untuk untuk tajuk (canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga tingkatan, mudahnya dinamakan atap atau tajuk (canopy). dan masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter. meter. Pohon-pohonny Pohon-pohonnyaa dicirikan dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan berjauhan dan dan jara jarang ng meru merupa paka kan n suat suatu u lapi lapisa san n kano kanopi pi yang yang bers bersam ambu bung ng.. Tingk Tingkat atan an B merupakan merupakan tumbuhan tumbuhan dengan ketinggian ketinggian antara antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini merupakan tajuk-tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuah atap (kanopi). Sedangkan tingkatan C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya sukar sekali dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon yang tidak seragam seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas. Pengamatan tingkatan causal saja. kanopi di atas hanyalah bersifat causal saja. Daun-daun Daun-daun pohon biasanya berukuran sedang, memiliki memiliki luas antara 2.000-18.000 2.000-18.000 mm2. Daun-daun itu biasanya tunggal dan kaku seperti belulang, berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilap. Jadi daun-daun itu tergolong dalam daun Laurus daun Laurus atau tipe sklerofil besar. Kebanyakan daun-daun itu terbentang memanjang, bangun lanset lanset sampai bangun jorong, kadang-kadang kadang-kadang dengan ujung memanjang memanjang seperti ekor yang disebut disebut ujung penetes penetes. Kebanya Kebanyakan kan hutan hutan hujan hujan tropi tropiss memili memiliki ki perdaun perdaunan an meluas dan kontinu mulai dari terna di tanah sampai ke puncak pohon-pohon yang paling dominan. Perdaunan ini bahkan dapat menutup batang-batang pohon dominan yang besar, hingga tertutup sama sekali.
Pemandangan lainnya adalah tajuk pohon yang sedemikian rapatnya, menyebabkan sinar matahari sukar tembus hingga ke dasar tanah. Dampaknya adalah hanya sedikit saja saja perkem perkemban bangan gan vegeta vegetasi si bawah bawah (under (undergro growth wth)) dan tumbuh tumbuhan an penutu penutup p tanah, tanah, sehingga batang-batang pokok pohon-pohon tampak menonjol dalam keremangan cahaya sebagai tiang-tiang raksasa. 2. Terna Pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat, memungkinkan sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai hutan. Pada bagian ini banyak tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang demikian hidup dalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat tern ternaa sepe sepert rtii paku paku-p -pak akua uan n dan dan paku paku lumu lumutt (Selagenella spp.) spp.) deng dengan an bagia bagian n dindingnya sebagian besar terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri, yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi. Lapisan kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian 2 meter. Lapisan semak-semak sering mencakup beberapa terna besar seperti Scitamineae (pisang, jahe, dll.) yang tingginya dapat melebihi 5 meter. Meskipun kondisi iklim mikronya panas dan lembab, namun perkembangan terna dalam wilayah hutan hujan tropis tropis kurang kurang baik. baik. Hal ini diseba disebabkan bkan kurangn kurangnya ya pencaha pencahayaa yaan n matahar mataharii untuk untuk membantu proses fotosintesisnya. Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah terbuka dengan air yang cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar matahari leluasa mencapai lantai hutan. 3. Tumbuhan Pemanjat Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini lebih dikenal dikenal dengan
sebutan Liana sebutan Liana.. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar dan banyak, sehingga mampu member memberika ikan n salah salah satu satu sifat sifat yang yang paling paling menges mengesanka ankan n dari dari hutan hutan hujan hujan tropis tropis.. Tumbuhan ini dapat berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar paha orang dewasa. Tumbuhan ini seperti menghilang di dalam kerimbunan dedaunan atau bergantungan dalam bentuk simpul-simpul tali raksasa (ingat dalam film Tarzan, the Adventure). Adventure). Sering pula tumbuhan ini tumbuh di percabangan pohon-pohon besar. Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang sampai 200 meter. 4. Epifita Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang atau pada daun-daun pohon, semak, semak, dan liana. liana. Tumbuha Tumbuhan n ini hidup hidup diakib diakibatk atkan an oleh oleh kebutu kebutuhan han akan akan cahaya cahaya matahari yang cukup tinggi. Beberapa dari tipe ini hidup di atas tanah pada pohon pohon yang telah mati. Tumbuhan ini pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap inang yang menunjangnya. Tumbuhan ini pun hanya memainkan peran yang kurang berarti dalam ekonomi hutan. Namun demikian, epfita memainkan peranan penting dalam ekosistem sebagai habitat bagi hewan. Epifit pun memainkan peranan penting dan sangat menarik untuk menunjukkan adaptasi struktural terhadap habitatnya. Jumlah jenisnya lebih beraneka ragam, biasanya melibatkan kekayaan jenis-jenis tumbuhan spora, baik dari golongan yang rendah maupun paku-pakuan dan tumbuhan berbunga termasuk diantaranya semak-semak. Kehadiran epifit dalam ukuran yang luas lagi digunakan untuk membedakan antara hutan hujan tropis dengan komunitas hutan di daerah iklim sedang. Epifit hidup dengan mengumpulkan pengganti tanah berupa sisa tumbuhan yang telah mati. Sisa-sisa tumbuhan yang telah mati itu biasanya dikumpulkan oleh semut yang menghuni sistem perakaran tumbuhan dan berfungsi sebagai pot sebagai pot bunga bagi epifit. Kebutuhan air bagi epfit dikumpulkan dari udara hutan hujan tropis yang sangat lembab dengan sistem perakaran berbentuk jaringan velamen yang bersifat sepon.
Epif Epifit it juga juga haru haruss mamp mampu u meny menyim impan pan air air yang yang tela telah h diper diperol oleh ehny nya. a. Sebag Sebagai ai xeromorfik atau konsekuensinya, epifit sering bersifat bersifat xeromorfik atau memiliki tempat penyimpanan air yang khusus atau jaringan-jaringan penyimpan air. Epifit dalam hutan hujan tropis dapat dibedakan dalam tiga tipe utama sesuai dengan mikrohabitatnya yang berbeda-beda. Tipe pertama adalah epifit yang bersifat ekstrim xerofil . Epifit ini hidup pada bagian paling ujung cabang-cabang dan ranting-ranting Bromeliaceae dan juga dari pohon yang besar sebagai inangnya, misalnya pada suku suku Bromeliaceae jenis Cactus. Cactus. Tipe yang kedua adalah epfita matahari. Epifit ini biasanya bersifat xeromorfik dan terutama terdapat pada pagian tengah tajuk inangnya. Epifit ini pun hidup di sepanjang dahan-dahan pohon besar penyusun tiga tingkat teratas. Epifit ini biasanya merupakan epifit terkaya diantara sinusia diantara sinusia eofitik baik dari segi jenis maupun populasinya. Tipe yang ketiga adalah tipe epift naungan. naungan. Epifit ini dapat ditemui pada batang dan dahan-dahan pohon lapisan C, atau pada batang liana yang besar. Sinusia epifit naungan terutama terdiri dari tumbuhan paku yang tidak menunjukkan tandatanda xeromorfik. Pola pemencaran dan regenerasi epifita dapat dengan spora yang diterbangkan oleh angin, biji, dan buah. Pemencaran biji dan buah epifita ini biasanya dila dilaku kukan kan oleh oleh hewan hewan.. Conto Contoh h yang yang mena menari rik k dari dari jeni jeniss epif epifit itaa yang yang banya banyak k dikembangkan oleh manusia adalah dari epifita anggrek. 5. Pencekik Pohon Tumbuhan pencekik memulai kehidupannya sebagai epifita, tetapi kemudian akarakarnya menancap ke tanah dan tidak menggantung lagi pada inangnya. Tumbuhan ini sering membunuh pohon yang semula membantu menjadi inangnya. Tumbuhan pencekik yang paling banyak dikenal dan melimpah jumlahnya, baik dari segi jenis ataupun ataupun populasinya populasinya,, adalah Fircus spp. spp. yang yang memain memainkan kan peranan peranan pentin penting g baik baik dalam dalam ekonom ekonomii maupun maupun fisiog fisiognom nomii hutan hutan hujan hujan tropis tropis.. Biji-b Biji-bij ijii dari dari tumbuh tumbuhan an pencekik ini berkecambah diantara dahan-dahan pohon besar yang tinggi atau semak
yang merupakan inangnya. Pada stadium ini tumbuhan pencekik masih berupa epifit, namun namun akar-a akar-akar karnya nya bercaba bercabangng-caba cabang ng dan menuja menujam m ke bawah bawah melalu melaluii batangbatang batang inangnya hingga mencapai tanah. Kemudian batang-batang pohon itu tertutup dan terjalin oleh akar-akar tumbuhan pencekik dengan sangat kuat. Setelah beberapa wakt waktu u tert terten entu tu inan inang g poho pohon n pun pun akan akan mati mati dan dan memb membus usuk uk meni mening ngga galk lkan an pencekiknya. Sementara itu tajuk tumbuhan pencekik menjadi besar dan lebat. 6. Saprofita Tipe tumbuhan ini mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang telah mati bersa bersamama-sam samaa
dengan dengan parasit-parasit .
Tumb Tumbuh uhan an ini ini
meru merupa paka kan n
komp kompon onen en
heterotrof yang tidak berwarna hijau di hutan hujan tropis. Jenis tumbuhan ini terdiri atas cendawan atau jamur (fungi), (fungi), dan bakteri. bakteri. Tumbuha Tumbuhan n ini dapat dapat memban membantu tu terjadinya penguraian organik, terutama yang hidup di dekat permukaan lantai hutan. Namun beberapa jenis anggrek tertentu, tertentu, suku Burma suku Burmanniace nniaceae ae dan Gentianaceae Gentianaceae,, Triuridaceae dan Balanophorace Balanophoraceae ae yang sedikit jenis-jenis Triuridaceae sedikit mengandung mengandung klorofil klorofil dapat hidup dengan cara saprofit yang sama. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada lantai hutan yang memiliki rontokkan daundaun yang cukup tebal dan terjadi pembusukkan yang nyata. Tumpukan dedaunan tersebut dapat dijumpai pada rongga-rongga atau sudut-sudut diantara akar-akar banir pohon-pohon. 7. Parasit Jenis Jenis tumbuh tumbuhan an ini biasan biasanya ya mengam mengambil bil unsur unsur hara hara dari dari pohon pohon inangny inangnyaa untuk untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan ini hidupnya hanya untuk merugikan tumbuhan inangn inangnya. ya. Tumbuh Tumbuhan an ini dapat dapat berupa berupa cendawa cendawan n dan bakteri bakteriaa yang yang digolo digolongka ngkan n parasit akar yang akar yang tumbuh di atas tanah dan dalam 2 sinusia penting. Pertama adalah adalah parasit yang kedua adalah setengah adalah setengah parasit (hemiparasit) parasit (hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas
pohon. Parasit akar jumlahnya sangat sedikit dan tidak seberapa penting artinya, namun bila dikaji secara mendalam akan sangat menarik sekali. Hemiparasit yang bersifat seperti epifit jenisnya sangat banyak sekali dan jumlahnyanya pun melimpah ruah serta banyak dijumpai di seluruh hutan hujan tropis. Kebanyakan hemiparasit adalah dari suku benalu ( Loranthaceae). Loranthaceae).
2. Produ Produkti ktivit vitas as Ekosis Ekosiste tem m Duni Dunia a dan dan Kaita Kaitanny nnya a den dengan gan Hu Hutan tan Hu Huja jan n Tropis.
Jumlah total energi yang terbentuk melalui proses fotosintesis perunit area perunit waktu di sebut produktivitas primer kotor, namun demikian tidak semua energi yang dihasilkan melalui fotosintesis ini diubah menjadi biomassa, tetapi sebagian sebagian dibebaskan dibebaskan lagi melalui proses proses respirasi. respirasi. Produktivitas Produktivitas primer bersih bersih et dengan demikian adalah hasil fotosintesis dikurangi dengan respirasi (Barbour (Barbour et al ., ., 1987). Jika Jika Tabe Tabell 1 dipe diperh rhat atik ikan an denga dengan n seks seksam amaa maka maka dapat dapat disi disimp mpul ulka kan n beberapa hal, antara lain produktivitas primer bersih hutan hujan tropis adalah yang tertinggi di banding wilayah lain, yang mencapai 1000-3500 g/m2/tahun, disusul oleh hutan musim tropis yang mencapai 1000-2500 g/m2/tahun. Daerah daratan daratan yang memiliki memiliki produktivita produktivitass terendah adalah gurun dan semak-gurun semak-gurun yang hanya berkisar 10-250 g/m2/tahun.
Tabel 1. Produktivitas Primer Biosfer
Tipe Ekosistem
Produktivitas Primer Bersih (Bahan Kering) Kisaran Normal (g/m2/tahun) 1000-3500 1000-2500
Hutan Hutan Tropis Hutan Musim Tropis Hutan Iklim Sedang: Selalu Hijau 600-2500 Luruh 600-2500 Hutan Boreal 400-2000 Savana 200-2000 Padang Rumput Iklim Sedang 200-1500 Tundra dan Alpin 10-400 Gurun dan Semak Gurun 10-250 Sumber: Whittaker dan Likens (1975).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Hutan Hujan Tropis.
Prod Produkt uktiv ivit itas as meru merupa pakan kan param paramet eter er ekolo ekologi gi yang yang sanga sangatt pent pentin ing. g. Produktivi Produktivitas tas ekosistem ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegra mengintegrasikan sikan pengaruh pengaruh kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi tetapi jika terjadi terjadi perubahan yang dramatis, dramatis, maka menunjukkan menunjukkan telah telah terjadi terjadi
perub perubaha ahan n lingku lingkungan ngan yang yang nyata nyata atau atau terjad terjadii perubah perubahan an yang yang penting penting dalam dalam interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Jordan, 1985). Produkt Produktivi ivitas tas khususn khususnya ya di wilaya wilayah h tropis tropis dipenga dipengaruh ruhii oleh oleh beberap beberapaa faktor, antara lain adalah:
a. Suhu dan Cahaya Matahari
Suhu udara di daerah dataran rendah hutan hujan tropis tidak pernah turun sampai pada titik beku. Sebagian besar suhu pada wilayah ini berkisar antara 2028
0
C (Walter, 1981). Radiasi global bervariasi berdasarkan keadaan atmosfer,
lintang, dan ketinggian (Whittaker, 1973). Suhu Udara di daerah hutan hujan tropis tidak pernah turun sampai sampai mencapai titik beku (00 C) namun pada daerah yang sangat tinggi dimana kadang-kadang tapi sangat jarang suhu turun hampir mencapai titk beku (Warsito, 1999). Suhu rata-rata pada sebagian besar daerah adalah 270C, dan kisaran suhu bulanan berkisar 24-280C, yang dengan demikian kisaran suhu musiman ini jauh lebih kecil dibanding kisaran suhu siang dan malam (diurnal) yang dapat mencapai 100. Suhu maksimum jarang mencapai 380C juga juga jarang jarang jatuh jatuh sampai sampai di bawah bawah 200C (Mabberly,1983).Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari wilayah kutup ke wilayah ekuator (Barbour et (Barbour et al , 1987), namun untuk daerah hutan hujan tropis tropis suhu suhu bukanl bukanlah ah faktor faktor domina dominan n yang yang menent menentuka ukan n produkt produktivi ivitas tas,, tapi tapi lamanya musim tumbuh (Walter, 1981). Wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan wilayah iklim sedang. Hal ini disebab disebabkan kan oleh oleh 3 faktor faktor:: (1) Kemiri Kemiringan ngan poros poros bumi bumi menyeb menyebabka abkan n wilaya wilayah h
tropika menerima lebih banyak sinar matahari dibanding pada atmosfer luarnya diband dibanding ing dengan dengan wilaya wilayah h iklim iklim sedang. sedang. (2) Lewatn Lewatnya ya sinar sinar matahar mataharii pada atmosfer yang lebih tipis (karena sudut yang lebih lebih tegak lurus di daerah tropika), mengurangi jumlah sinaran yang diserap oleh atmosfer. Di wilayah hutan hujan tropis, 56% sampai dengan 59 % sinar matahari pada batas atmosfer dapat sampai di permukaan tanah. (3) Masa tumbuh, yang terbatas oleh keadaan suhu adalah lebih panjang di daerah hutan hujan tropis (kecuali di tempat-tempat yang sangat tinggi) (Sanches, 1992). Jordan (1995) menjelaskan bahwa adanya suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Berdasarkan sinar matahari dan lamanya masa tumbuh De Witt dalam Sanches (1992) menaksir hasil tanaman pangan yang mungkin, berdasarkan jalur lintang. Perhitungany Perhitunganyaa menunjukkan menunjukkan bahwa daerah hutan hujan tropis berkemungkin berkemungkinan an memberikan hasil lebih besar per tahun dibanding daerah iklim sedang, dengan mengandaikan tidaknya faktor pembatas. Pada daerah lintang tropika kemampuan panen tahunan rata-rata adalah sebesar 60 ton/ha hasil kering keseluruhan. Kirakira setengah dari jumlah itu dianggap sebagai hasil panen yang menguntungkan dari segi ekonomi.
b. Curah Hujan
Di daerah hutan hujan tropis jumlah curah hujan per tahun berkisar antara 1600 sampai dengan 4000 mm (Warsito, 1999) dengan sebaran bulan basah 9,5-12 bulan basah (Sanches, 1992). Kondisi ini menjadi wilayah ini memiliki curah huja hujan n yang yang mera merata ta hamp hampir ir sepan sepanja jang ng tahu tahun n yang yang akan akan sang sangat at mend menduku ukung ng produktivitas yang tinggi. Hujan selain berfungsi sebagai sumber air juga berfungsi sebagai sumber hara. Whitmore (1986) mengatakan bahwa banyak nitrogen yang terfiksasi selama terjadi badai dan turun ke bumi bersama dengan hujan. Hara lain yang banyak
masuk masuk ke dalam dalam ekosis ekosistem tem melalui melalui curah curah hujan hujan menuru menurutt Kenwor Kenworty ty dalam dalam Whitmore (1986) adalah K, Ca, dan Mg. Walaupun Walaupun memberi dampak positif bagi produktivitas produktivitas vegetasi vegetasi menurut menurut Resosoedarmo et al ., ., (1986) curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tanahtanah yang tidak tertutupi oleh vegetasi rentan sekali terhadap pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah dengan cepat. Barbour et Barbour et al , (1987) mengatakan bahwa bahwa sebagai sebagai salah satu faktor faktor siklus siklus hara hara dalam dalam sistem sistem,, pencuci pencucian an adalah adalah penyebab utama hilangnya hara dari suatu ekosistem. Hara yang mudah sekali tercuci terutama adalah Ca dan K.
c. Interaksi Antara Suhu dan Curah Hujan.
Produkt Produktivi ivitas tas yang yang tinggi tinggi dan kontin kontinyu yu sepanj sepanjang ang tahun tahun tidak tidak akan berlangsung jika hanya didukung oleh suhu yang tinggi. Banyak wilayah lain di dunia yang memiliki suhu yang jauh lebih tinggi di banding wilayah hutan hujan tropis, tetapi memiliki produktivitas yang rendah (Woodweell, 1967). Interaksi antara suhu yang tinggi dan curah hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembapan yang sangat ideal bagi bagi vegetas vegetasii hutan hutan hujan hujan tropi tropiss untuk untuk mening meningkat katkan kan produk produktiv tivita itas. s. Warsit Warsito o (1999) menjelaskan bahwa kelembapan atmosfer merupakan fungsi dari lamanya hari hujan, terdapatnya air yang tergenag, dan suhu. Sumber utama air dalam atmosfer adalah hasil dari penguapan dari sungai, air laut, dan genangan air tanah lain lainny nyaa sert sertaa tran transp spir iras asii dari dari tumb tumbuha uhan. n. Menur Menurut ut Jord Jordan an (199 (1995) 5) tingg tinggin inya ya kelembapan pada gilirannya akan meningkatkan laju aktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi oleh proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat. Pelapukan terjadi ketika hidrogen dalam larutan tanah bereaksi dengan mineral-mi mineral-mineral neral dalam tanah atau lapisan lapisan batuan, batuan, yang mengakibatkan terlepas unsur-unsur hara . Hara-hara ini ada yang dapat dengan segera diserap oleh tumbuhan.
d. Produktivitas Serasah
Produktivitas serasah di hutan hujan tropis adalah juga yang tertinggi di banding dengan wilayah-wilayah lain sebagaimana yang terlihat pada Table 2. Oleh karena produktivitas serasah yang tinggi maka akan memberikan keuntungan bagi vegetasi untuk meningkatkan produktivitas karena tersedianya sumber hara yang banyak.
Tabel 2. Laju Produktivitas Serasah Di Berbagai Tipe Ekosistem Dunia
Ekosistem
Lokasi
Produktivitas Serasah
Hutan
hujan
Thailand
tropis Hutan
iklim
Di
sedang Savana kering Hutan oak Taiga Hutan musim
(g/m/tahun) 2322 beberapa
lokasi Rusia Rusia Rusia Pantai Gading
1200 290 350 250-300 440
tropis Herba perennial Jepang 1484 Prairi Amerika Serikat 520 Sumber: Dikompilasi dari Jordan (1971)
Produkt Produktivi ivitas tas serasa serasah h yang yang tinggi tinggi ini diseba disebabka bkan n oleh oleh hal-hal hal-hal sebaga sebagaii berikut: (1) Hutan hujan tropis yang selalu hijau (Bray dan Gorham, 1964), dan (2) Ikli Iklim, m, seba sebaga gaii mana mana yang yang dipe diperl rlih ihat atka kan n oleh oleh oleh oleh Ewus Ewusie ie (199 (1990) 0) yang yang membandingkan membandingkan produktivitas produktivitas tahunan serasah serasah di 4 zone iklim yang berbeda berbeda dan menemukan pada hutan hujan tropis, hutan iklim sedang yang hangat, hutan iklim
sedang yang sejuk, dan hutan alphin produktivitasnya berturut-turut adalah: 10,2 t/ha/tahun; 5,6 t/ha/tahun; 3,1 ton/ha/tahun; dan 1,1 t/ha/tahun. Hutan Hutan hujan hujan tropis tropis adalah adalah ekosis ekosistem tem dengan dengan laju laju dekomp dekomposi osisi si serasa serasah h tercepat dibanding ekosistem-ekosistem lainnya sebagaimana yang terlihat pada Tabel 3. Menurut Menurut Resosoedarm Resosoedarmo o et al ., ., (1986) hal ini disebabkan karena serasah yang jatuh ke permukaan tanah tidak akan lama tertimbun di lantai hutan tetapi segera mengalami dekomposisi sehingga dapat dengan segera diserap kembali oleh oleh tumbuha tumbuhan. n. Barbou Barbour r et al. al., (1987) (1987) mengat mengataka akan n bahwa bahwa laju laju dekompo dekomposis sisii serasah berbeda antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya. Laju ini terutama dipen dipenga garu ruhi hi oleh oleh kelem kelemba bapa pan n udara udara,, organ organis isme me flor floraa dan dan faun faunaa mikr mikro o dan dan kandungan kimia dari serasah.
f. Tanah.
Tanah adalah faktor di daerah tropis yang tidak mendukung tingginya produktivitas yang tinggi. Tanah di hutan hujan tropis adalah tanah yang berumur sangat tua, kecuali tanah vulkanik. Periode Pleistocene tidak berpengaruh sama sekali pada tanah disini, dan kemungkinan besar tanah disini berasal dari periode Tertiary (Walter, 1981). Pencucian terjadi menurut Brady (1974) karena beberapa hara tersimpan di permukaan permukaan tanah liat atau pada bahan organik koloid, koloid, Permukaan ini bermuatan bermuatan negatif. negatif. Ion-ion Ion-ion bermuatan bermuatan positif positif seperti seperti K +, Ca++, dan NH4+ akan bergabung dengan dengan permuk permukaan aan yang yang memili memiliki ki muatan muatan negati negatif. f. Kemamp Kemampuan uan tanah tanah untuk untuk mempertahankan kation pada permukaan liat maupun humus terutama ditentukan oleh nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK)nya. Tanah yang memiliki kandungan liat atau kandungan organik yang tinggi memiliki KTK yang tinggi yang berarti tanah tersebut memiliki kemampuan tinggi dalam mempertahankan mineral-mineralnya. Namun faktor lain juga turut berperan dalam hal ini, terutama jenis mineral liat
yang terdapat di tanah. Mineral liat yang mengalami pelapukan yang sangat kuat seperti kaolinit memiliki KTK yang rendah (Sanchez, 1992). Ion hara yang bermuatan bermuatan positif pada permukaan liat dapat digantikan oleh ion hidrogen. Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilang dilangsun sungkan gkan oleh oleh mikroo mikroorga rganis nisme me tanah tanah dan akar. akar. Respir Respirasi asi oleh oleh pengura penguraii bersama dengan respirasi oleh akar disebut respirasi tanah. Jika tanah dalam keadaan basah, maka karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3) yang kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen hidrogen selanjutnya selanjutnya dapat menggantikan menggantikan kation kation hara yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah. Karakt Karakteri eristi stik k dari dari lapisa lapisan n tanah tanah juga juga menent menentuka ukan n apakan apakan kation kation akan akan tercuci dari horizon tanah. Kemasamanlah Kemasamanlah yang menjadi faktor utama pencucian dan pelapukan, walaupun secara umum kejadian ini dipicu oleh ketersediaan air (Johnson et al . dalam Jordan, 1985). Sumber hidrogen lainnya berasal dari transformasi Nitrogen. Selama masa pengur penguraia aian n bahan bahan organi organik, k, nitrog nitrogen en yang yang terika terikatt secara secara organi organik k pada bahan bahan tersebut di konversi menjadi ammonium (NH4) yang kemudian akan diserap oleh tumb tumbuha uhan n atau atau dikon dikonve vers rsii menj menjad adii Nitr Nitrat at (NO (NO3) melalu melaluii proses proses nitrif nitrifika ikasi. si. Hidrogen Hidrogen yang dibebaskan dari proses ini dapat menggantikan menggantikan kation hara yang dapat dipertukarkan pada permukaan tanah, dan ion nitrat yang tersedia kemudain akan bereaksi dengan kation hara tersebut. Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan berea bereaksi ksi dengan dengan liat liat silika silikatt dan membeb membebask askan an alumin aluminium ium.. Karena Karena alumin aluminium ium merupakan merupakan unsur yang terdapat dimana-mana dimana-mana di daerah hutan hujan tropis, tropis, maka alminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam di daerah ini.
Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini dapat masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas penguraian serasah (Jordan, 1985). Laju pelapukan yang tinggi juga berpotensi tinggi untuk terjadi di kawasan hutan hujan tropis yang juga dipicu oleh kelembapan dan panas yang tinggi yang berlangsung berlangsung sepanjang sepanjang tahun. Pelapukan Pelapukan terjadi terjadi ketika hidrogen di dalam larutan tanah bereaksi dengan mineral di dalam tanah atau lapisan bebatuan, sehingga unsur-unsur hara dapat tersingkirkan. Hal ini misalnya dapat terlihat pada feldspar yang yang terdap terdapat at dalam dalam alumin aluminosi osilik likat at (seny (senyawa awa alumin aluminium ium dan silika silikat) t) yang yang mengandung hara-hara seperti Na, K, dan Ca. Jika feldspar terhidrolisasi , maka hara-hara tersebut akan di keluarkan dari aluminosilikat. Hara yang terlarut ini kemudi kemudian an dapat dapat diadsor diadsorpsi psi oleh oleh koloid koloidaa tanah, tanah, dan kemudi kemudian an digunak digunakan an oleh oleh tumbuhan, tumbuhan, atau hilang dari ekosistem ekosistem lewat pencucian pencucian (Jenny, dalam Jordan, Jordan, 1985). Karakteristik dari tanah seperti tekstur, hara, dan kedalaman telah banyak dibahas sebagai komponen yang penting dalam menentukan hubungan kompetisi dan laju pertumbuhan dari tumbuhan di berbagai kondisi lingkungan. Namun menurut Pastor dan Bockheim dalam Barbour at Barbour at al ., ., (1987) merupakan hal yang sulit untuk mentranslasikan mentranslasikan pengaruh edafik pada studi-studi produktivitas. Hal ini disebabkan karena tidak semua spesies memiliki kebutuhan hara yang sama untuk memproduksi sejumlah biomassa dengan ukuran yang sama. Pengaruh edafik mungkin akan tertutupi jika spesies yang tumbuh pada lingkungan miskin hara memiliki efisisensi pemanfaatan hara yang tinggi. Pada lingkungan yang demikian ini, baik komposisi spesies maupun produktivitas produktivitas dapat dipengaruhi dengan modifikasi rezim hara.
g. Herbivora
Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas vegetasi. Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat (Barbour at (Barbour at al ., ., 1987). Oleh karena produktivitas yang tinggi, maka dapat di antisipasi adanya potensi yang tinggi untuk terjadi serangan insekta. Namun, sedikit bukti yang ada, sekurang-kurangnya di hutan yang tumbuh secara alami, adanya serangan insekta pada areal berskala luas (Lugo et al., dalam Jordan, 1985). Walau pun demikian defoliasi pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi (Jordan, 1985). Menurut penulis yang sama hal ini disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis. Banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.
h. Sistem Konservasi Hara
Curah hujan yang sangat tinggi seperti dikemukakan di atas selain memberi dampak positif juga berdampak negatif karena mudahnya hara hilang dari ekosistem akibat pencucian. Tanpa mekanisme konservasi hara yang tepat, ekosistem hutan hujan tropis tidak dapat mempertahankan produktivitasnya yang tinggi. Rupanya mekanisme tersebut telah terdapat pada komponen-komponen yang menyusun ekosistem hutan hujan tropis. Salah satu bentuk adaptasi konservasi hara secara alami di hutan hujan trop tropis is yang yang memi memili liki ki tana tanah h yang yang misk miskin in hara hara adal adalah ah deng dengan an meng mengha hasi silk lkan an biomassa akar yang relatif besar dibanding bagian tubuh tumbuhan lainnya, dan konsentrasi konsentrasi dari akar tersebut tersebut sebagian besar di atas permukaan permukaan tanah. Nye dan Thinker (1977) dalam Jordan (1985) meneliti pentingnya pergerakan hara di dalam tanah, tanah, dan mereka mereka menemu menemukan kan bahwa bahwa tumbuh tumbuhan an yang yang tumbuh tumbuh di tanah tanah yang yang
miskin hara memiliki konsentrasi akar yang sangat besar di atas permukaan tanah. Keuntungan dari adaptasi ini adalah akar dapat menyerap hara lebih banyak. Konse Konsent ntra rasi si akar akar di atas atas perm permuka ukaan an tana tanah h juga juga memu memungk ngkin inka kan n akar akar bercampur dengan serasah, berbagai organisme yang telah mati, dan organisme pengur pengurai. ai. Hal ini memungk memungkink inkan an akar akar dapat dapat dengan dengan cepat cepat dan lebih lebih banyak banyak menyer menyerap ap berbag berbagai ai hasil hasil pengur penguraia aian n yang yang dilakuk dilakukan an organi organisme sme pengura penguraii di sekelilin sekelilingnya. gnya. Selanjutnya Selanjutnya kondisi kondisi ini juga akan membuat hara terserap terserap ke dalam pohon daripada ke organisme lain atau tercuci keluar dari sistem. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa di daerah hutan hujan tropis, hara jarang sekali tersimpan lama di tanah, namun langsung diserap oleh tumbuhan atau oleh mikroorganisme. Pergerakan hara yang demikian ini juga ditunjang oleh kebera keberadaa daan n berbag berbagai ai organi organisme sme yang yang hidup hidup maupun maupun mati mati sepert sepertii bryophy bryophyta, ta, lichens, lumut, bromelia, paku-pakuan, anggrek, dan epifit lainnya yang sangat banyak terdapat pada tajuk pohon. Organisme-organisme ini mampu menyerap haranya sendiri dari lingkungan sekitarnya, terutama dari atmosfer tanpa merusak tumbuhan inangnya. Pada Pada saat aat orga organi nissme peng penghu huni ni tajuk ajuk ini mat mati, maka aka har hara yang ang dikandungnya juga akan terurai dan langsung diserap oleh akar-akar udara yang sangat sangat banyak banyak terdapa terdapatt di hutan hutan hujan hujan tropis tropis.. Kemamp Kemampuan uan ini ditunj ditunjang ang oleh oleh morf morfol olog ogii akar akar udar udaraa yang yang memi memili liki ki bany banyak ak seka sekali li akar akar-a -aka karr halu haluss di per permu mukaa kaann nnya ya,, juga juga bany banyak ak dari dari akar akar ini ini dapat dapat bera beraso sosi sias asii denga dengan n jamu jamur r membentuk endomikoriza, dan memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen. Kehadiran mikoriza juga sangat membantu tumbuhan memperoleh hara pada tanah yang miskin. Kimmins (1987) menjelaskan bahwa mikoriza adalah asosiasi antara jamur dan akar tumbuhan tinggi. Jamur-jamur ini menyelimuti akar tumbuhan dengan akar yang disebut hyphae. Hyphae kemudian berhubungan dengan sel-sel akar dan hasil metabolosme pun ditransfer di antara keduanya. Akar tumbuhan secara pasif akan terus-menerus mengeluarkan senyawa-senyawa yang dibutuhkan oleh jamur seperti asam amino yang kemudian diserap oleh jamur.
Jamur, sebaliknya menyuplai tumbuhan dengan berbagai hara yang diperlukan. Jamur-jamu Jamur-jamurr ini memperoleh memperoleh hara-hara hara-hara tersebut tersebut dari penguraian maupun melalui melalui fiksasi.
Fungsi Hutan Hujan Tropis Hutan hujan berfungsi bagi ekosistem global. Hutan hujan: •
menyediakan rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan;
•
membantu menstabilkan iklim dunia;
•
melindungi dari banjir, kekeringan, dan erosi;
•
adalah sumber dari obat-obatan dan makanan;
•
menyokong kehidupan manusia suku pedalaman; dan
•
adalah tempat menarik untuk dikunjungi
•
Hutan hujan menyediakan rumah bagi tumbuhan dan hewan liar. Hutan hujan merupakan rumah bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan di dunia, termasuk diantaranya spesies yang terancam punah. Saat hutan ditebangi, banyak spesies yang harus menghadapi kepunahan. Beberapa spesies di hutan hujan hanya dapat bertahan hidup di habitat asli mereka. Kebun binatang tidak dapat menyelamatkan seluruh hewan.
•
Hutan hujan membantu menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Pembuangan karbon dioksida ke atmosfer dipercaya memberikan pengaruh bagi perubahan iklim melalui pemanasan global. Karenanya hutan hujan mempunyai peran yang penting dalam mengatasi pemanasan global. Hutan hujan juga mempengaruhi kondisi cuaca lokal dengan membuat hujan dan mengatur suhu.
Permasalahan Hutan Hujan Tropis Manusia adalah penyebab utama hilangnya hutan. Manusia menebangi hutan hujan dengan banyak alasan, termasuk: • kayu untuk bangunan dan kayu untuk membuat api; • agrikultur untuk pertanian kecil maupun besar; • tanah untuk petani miskin yang tidak punya tempat lain untuk tinggal; • tanah berumput untuk memberi makan ternak; • pembangunan jalan Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan adalah penebangan hutan. Banyak tipe kayu yang digunakanuntuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayu tertentu, orang-orang di daerah seperti Amerika Serikat secara langsung membantuperusakan hutan hujan. Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang mengurangi kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan hutan di hutan hujan sangat merusak. Pohon-pohon besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan, sementara jalan akses yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan diri pada hewanhewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu hewan-hewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan.Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan di hutan hujan yang telah ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang ditemukan di hutan hujan utama yang belum tersentuh. Banyak hewan di hutan hujan tidak dapat bertahan hidup dengan berubahnya lingkungan sekitar.
Usaha pelestarian keanekaragaman Hayati di indonesia
Hutan hujan menghilang dengan sangat cepat. Berita baiknya adalah banyak orang yang ingin menyelamatkan hutan hujan. Berita buruknya adalah menyelamatkan hutan hujan tidak akan mudah. Ini akan membutuhkan usaha banyak orang yang bekerja bersama dalam rangka menjaga hutan hujan dan kehidupan alam liarnya dapat bertahan agar anak-anak kita dapat menghargai dan menikmatinya. Beberapa
langkah untuk menyelamatkan hutan hujan dan, dalam skala yang lebih luas, ekosistem di seluruh dunia adalah fokus pada "TREES": • Teach others about the importance of the environment and how they can help save rainforests. (Ajarkan orang lain tentang pentingnya lingkungan dan bagaimana mereka bisa membantu menyelamatkan hutan hujan) • Restore damaged ecosystems by planting trees on land where forests have been cut down. (Memperbaiki ekosistem yang rusak dengan menanam pepohonan di wilayah dimana hutan telah ditebangi.) • Encourage people to live in a way that doesn't hurt the environment (Anjurkan orang-orang untuk hidup dengan cara yang tidak merusak lingkungan) • Establish parks to protect rainforests and wildlife (Dirikan taman-taman yang dapat melindungi hutan hujan dan alam liarnya) • Support companies that operate in ways that minimize damage to the environment (Dukung perusahaanperusahaan yang bekerja dalam aturan yang meminimalkan kerusakan terhadap lingkungan)
DAFTAR PUSTAKA
Ardiananda. 2008. Forest 2008. Forest Ecology. Ecology. Gadjah Mada: Jogjakarta. http://ahmad-zaenudin.blogspot.co http://ahmad-zaenud in.blogspot.com/2008/03/hutan-hu m/2008/03/hutan-hujan-tropis-dijan-tropis-diindonesia-usaha.html http://geocorida.blogspot.com http://geocorida. blogspot.com/2008/01/hutan-hujan-tr /2008/01/hutan-hujan-tropis.html opis.html
Patandianan Patandianan,, A. T. 1996. Studi Komposisi dan Struktur Vegetasi Areal HPH PT. Bina Wana Sejahtera, Sejahtera, Propinsi Sulawesi Utara. Tesis. PPS Univ. Gadjah Mada, Jogjakarta. Zaenuddin. 2008. Pengantar 2008. Pengantar Ekolologi. Ekolologi. Penerbit Remadja Karya CV, Bandung.