PENDEDERAN DAN PEMBESARAN IKAN KAKAP PUTIH(Lates calclifer) DI KJA DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEMBESARAN IKAN AIR LAUT DI SUSUN OLEH : FIRYOMANTO
K4100970
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA 4 MANAJEMEN AGROINDUSTRI PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ( PPPPTK ) PERTANIAN Kerjasama Dengan POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2011 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendak nya pula penulis dapat menyelesaikan makah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali memperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan terimaksih kepada: 1. Bpak Khoironi 2. Ibu widi styo gati S.Pi, M.Si 3. Bapak Bagus selaku pembimbing 4. Ibu Arief prihaningrum selaku pembimbing lapangan
5. Bapak Safei selaku pembimbing lapangan 6. Bapak Yuwana Puja yang telah berkenan untuk bernagi dan berdikusi tentang pembesaran ikan di KJA 7. Staf teknis di keramba jaring apung 8. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan Semoga laporan ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi pembaca khususnya, tetapi juga khusus umum. Selain itu segala saran dan kritik positif sangat diharapkan sebagai langkah perbaikan dikemudian hari. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, karena semua kesalahan berasal dari penyusun, dan semua kebenaran berasal dari Allah SWT.
Cianjur, November 2011 Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) atau lebih dikenal dengan nama seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah di hasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Salah satu faktor selama ini yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup. 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembesaran ikan kakap putih 2. Mahasiswa dapat lebih trampil dan aktif dalam kegiatan pembesaran ikan kakap putih 3. Mahasiswa dapat lebih terampil dalam pemeliharaan ikan kakap putih
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi dan Daur Hidup Ikan Kakap putih merupakan jenis ikan pemangsa. Mereka hidup di perairan pantai, muara sungai dan di tambak-tambak para nelayan. Menurut para ahli, ikan kakap dapat hidup hidup selama 20 tahun. Panjang tubuhnya dapat mencapai 90 cm. Kemudian, berat badannya
dapat mencapai 12,5 kg. Kondisi ini dapat dicapai bila tidak terdapat pemangsanya, yaitu linsang, burung atau parasit yang menggrogoti tubuhnya. Selain gangguan dari luar, antara ikan kakap sendiri sering terjadi peristiwa saling menyerang dan memangsa. Itu dapat terjadi bila mereka dalam kondisi lapar dan tidak dapat makanan. Dengan demikian ikan yang paling kuat dapat tetap bertahan hidup di alam. Di Indonesia ada beberapa jenis ikan kakap diantaranya ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) atau red snapper dan ikan kakap putih (Lates calcarifer), dan biasanya kakap merah dan kakap putih hanya disebut ikan kakap, padahal menurut taksonominya kedua jenis ini jelas berbeda, dimana kakap putih berasal dari famili Centropomidae dan kakap merah termasuk famili Lutjanidae. Sifat hidupnya juga berbeda antara ikan kakap putih dan kakap merah, kakap putih hidup dapat hidup di laut dan juga di air tawar. Di beberapa daerah di Indonesia ikan kakap putih dikenal dengan nama, pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dubit tekong (Madura), telungsur, pica-pica, kaca-kaca (Sulawesi Selatan), sedangkan kakap merah hanya hidup di laut.
Taksonomi Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Percomorphi Family : Centropomidae Genus : Lates Species : Lates calcarifer (Bloch) Ciri-ciri Kakap Putih Ikan kakap putih memiliki syarat-syarat sebagai berikut : a. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar. b. Mata berwarna merah cemerlang. c. Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus. d. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi. e. Sirip punggung berjari-jari keras sebanyak 7 – 9 dan jari-jari lemah 10 – 11. Sirip dubur berjari-jari keras 3 dan jari-jari lemah 7 – 8, sedangkan bentuk sirip ekor bulat. Adapun sisik pada bagian rusuk berjumlah 52 – 61. f. Pada waktu masih burayak (1 – 3 bulan) warnanya gelap dan setelah menjadi gelondong (umur 3 – 5 bulan) warna terang dengan bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap. Kakap putih mempunyai toleransi yang besar terhadap variasi kadar garam dan bersifat
katadromous (dibesarkan di air tawar dan asin di laut). Setelah dewasa akan bermigrasi ke muara sungai dimana keadaan airnya payau (kadar garam 25 – 30 permil). Dalam kondisi air payau ikan kakap putih berkembang dengan baik, masa kawin sangat dipengaruhi oleh peredaran bulan, yaitu berlangsung pada saat bulan gelap atau bulan purnama sekitar pukul 18.00 – 20.00 dan umumnya pada saat air sedang pasang. Kakap putih tergolong ikan buas dan cepat sekali pertumbuhannya, pakan kegemarannya terdiri dari plankton hewani, udang-udangan dan ikan-ikan kecil lainnya. SIKLUS REPRODUKSI Ikan Kakap putih berdasarkan siklus hidupnya, merupakan hewan hemaprodit protandri, yaitu diawal fase reproduksi mempunyai kelamin jantan dan setelah mencapai umur lebih dari 6 – 8 tahun lalu berubah kelamin menjadi betina. Testis mulai terbentuk pada ukuran panjang total antara 25 – 35 cm, terdapat kecenderungan semakin mendekati garis equator, pematangan seksual jantan terjadi lebih awal dibandingkan dengan yang berada jauh dari garis aquator. Di Indonesia dan Australia Utara pematangan kelamin jantan terjadi pada umur 1 – 2 tahun (panjang total ± 29 cm), sedangkan di Quensland pada umur 3 – 5 tahun atau pada saat panjang total mencapai 53 – 60 cm (Davis 1986 dalam Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di Karamba Jaring Apung, 1999). Biasanya ikan Kakap Putih beruaya ke area pemijahan pada akhir musim panas dan musim pemijahan terjadi apa awal musim penghujan. Pemijahan pada musim penghujan terjadi akibat perubahan suhu dan salinitas di perairan. Salinitas dan suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi siklus pemijahan ikan Kakap Putih, musim pemijahan akan terlambat bila musim hujan datangnya terlambat. Selama musim pemijahan induk betina dan jantan mudah dikenali, dimana pada ikan yang berukuran sama, ikan jantan akan terlihat lebih kecil dengan badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan kakap putih yang betina. Jika dilakukan pengurutan pada bagian perut, ikan Kakap putih yang jantan akan mengeluarkan sperma, sedangkan induk betina mudah dikenali dari bentuk perutnya yang besar, bulat dan lembut dengan lubang pengeluaran telur yang berwarna pink kemerahan. Induk betina yang matang telur, apabila ditekan dengan tangan akan mengeluarkan telur. 2.2. Pakan dan kebiasaan makan Ikan Kakap putih merupakan jenis ikan pemangsa. Mereka hidup di perairan pantai, muara sungai dan di tambak-tambak para nelayan. Menurut para ahli, ikan kakap dapat hidup hidup selama 20 tahun. Panjang tubuhnya dapat mencapai 90 cm. Kemudian, berat badannya dapat mencapai 12,5 kg. Kondisi ini dapat dicapai bila tidak terdapat pemangsanya, yaitu
linsang, burung atau parasit yang menggrogoti tubuhnya. Selain gangguan dari luar, antara ikan kakap sendiri sering terjadi peristiwa saling menyerang dan memangsa. Itu dapat terjadi bila mereka dalam kondisi lapar dan tidak dapat makanan. Dengan demikian ikan yang paling kuat dapat tetap bertahan hidup di alam. 2.3. Sistem dan Teknologi budidaya Pembesaran yang di lakukan oleh BBPBL lampung yaitu dengan system intensif, ikan kakap putih dapat di lakukan pembesaran di KJA, tambak, dan bak. 2.4. Kualitas air (laut) • Salinitas : 28 – 35 • pH : 7,8 - 8,3 • Alkalinitas : 33 - 60 ppm • Bahan organik : < 10 ppm • Amoniak : < 2 ppm • Nitrit : < 1 ppm • Suhu : 30 - 33°C • Kejernihan : maksimum 2.5. Hama dan Penyakit (laut) Penyakit pada kulit Kulit ikan menunjukkan warna pucat dan berlendir. Tanda ini terlihat jelas pada ikan yang berwarna gelap. Penyakit yang disebabkan oleh jamur menimbulkan bercak-bercak warna kelabu, putih atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan yang menderita penyakit kulit kadang-kadang menggosok-gosokkan badannya pada suatu benda di dalam air. Penyakit pada insang Ikan terlihat sulit bernafas. Tutup insang mengembang dan lembaranlembaran insang pucat. Pada lembaran-lembaran insang terlihat bintikmerah yang disebabkan oleh pendarahan kecil (peradangan). Jika terdapat bintik-bintik putih pada insang, hal ini diebabkan oleh parasit kecil yang menempel pada tempat tersebut. Penyakit pada organ (alat-alat dalam) Perut ikan membengkak dengan sisik-sisik ikan berdiri (penyakit dropsy),dapat juga sebaliknya, perut menjadi sangat kurus. Kotoran ikan berdarah, menandakan adanya radang usus. Penyakit pada gelembung renang, menyebabkan ikan berenang terjungkir balik karena terganggunya keseimbangan badan. PENYEBAB PENYAKIT
1) Non Parasit a.
Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain: Perubahan salinitas air secara mendadak; pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis); Kekurangan oksigen dalam air; Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya); Perubahan suhu air yang mendadak; Kerusakan mekanis (luka-luka); Perairan terkena polusi. b. Makanan yang tidak baik :Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk; Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman. c. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan. d. Stres Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit. e. Kepadatan Ikan Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit.
2) Parasit (Pathogen) Parasit atau panthogen adalah organisme dalam bentuk hewan atau tumbuh-tumbuhan atas pengorbanan dari induk emangnya (hewan atau tumbuh-tumbuhan lain). Parasit dapat berkembang dan menyebabkan infeksi yang dapat menularkan penyakit itu sendiri. Penyebab penyakit : Crustacea/udang renik Protozoa Jamur Bakteri Virus
BAB III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Selasa /17-Mei 2011 di Keramba Jaring Apung Milik BBPBL Materi (sarana prasarana /alat dan bahan yang digunakan) 1. Sarana dan Alat Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jaring apung (floating net cage) dengan metoda operasional secara mono kultur. Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu: 1. Jaring Jaring terbuat dari bahan: • Bahan: Jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25”, guna untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang lolos keluar. • Ukuran: 3 m x 3 m x 3 m • 1 Unit Pembesaran: 6 jaring (4 terpasang dan 2 jaring cadangan) 2. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan. • Bahan: Bambu atau kayu • Ukuran: 8 m x 8 m 3. Pelampung: Pelampung berpungsi untuk mengapungkan seluruh sarana budidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan • Jenis: Drum (Volume 120 liter) • Jumlah: 9 buah.
4. Jangkar: Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar. • Jenis yang dipakai: Besi atau beton (40 kg). • Jumlah : 4 buah • Panjang tali : Minimal 1,5 kali ke dalam air 5. Ukuran benih yang akan Dipelihara: 50-75 gram/ekor 6. Pakan yang digunakan: ikan rucah 7. Perahu : Jukung 8. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting,air tawar, stopwatch,aerator, dll
3.3. Prosedur pelaksanaan 1. Diskusi pembesaran ika di KJA 2. Tanya jawab tentang pembesaran ikan di KJA 3. Pemberian pakan dengan ikan rucah 4. Melihat komoditas yang dibesarkan di KJA milik BBPBL Lampung
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum (letak geografis, organisasi dan ketenaga kerjaan, SDM, Fasilitas fisik,utama,pendukung) 4.2. Hasil Kegiatan Adapun kegitan yang dilakukan pada saat pelaksanaan praktek di KJA milik BBPBL Lampung yakni:
Diskusi di KJA tentang pembesaran ikan di KJA
Pemantauan jenis komodity yang di besarkan KJA milik BBPBL Lampung
Pemberian pakan 4.3. Pembahasan 4.3.1. Persiapan sarana prasarana Sebelum kegiatan budidaya dilakukan terlebih dahulu diadakan pemilihan lolkasi. Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan kakap putih. Secara umum lokasi yang baik untuk kegiatan usaha budidya ikan di laut adalah daerah perairan teluk, lagoon dan perairan pantai yang terletak diantara dua buah pulau (selat). Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan kakap putih di laut adalah:
Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombang
Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar antara 5 ~ 7 meter.
Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.
Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0 C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm
Benih mudah diperoleh.
Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.
Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil. 4.3.2. Penebaran larva (ukuran, padat tebar, proses aklimatisasi) Sebelum larva dipindahkan (kira-kira 1 - 2 hari sebelumnya), bak pemeliharaan larva harus dicuci dengan air tawar dan disikat lalu dikeringkan selama 1 - 2 hari. Membersihkan bak dapat juga dilakukan dengan cara membilaskan larutan sodium hypokhlorine 150 ppm
pada dinding bak, selanjutnya dikeringkan selama 2 - 3 jam untuk menghilangkan chlorine yang bersifat racun. Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran dengan suhu 26 - 280C dan salinitas 29 - 32 ppt diisikan ke dalam bak dengan cara disaring dengan penyaring pasir atau kain penyaring untuk menghindari kotoran yang terbawa air laut. Untuk mensuplai oksigen bak dilengkapi sistim aerasi dan batu aerasi yang diletakkan secara terpencar agar merata keseluruhan air di dalam bak. Larva yang baru menetas mempunyai panjang total 1,21 - 1,65 mm, melayang dipermukaan air dan berkelompok dekat aerasi. Umur 30 hari larva ditempatkan di dalam bak yang terlindung dari pengaruh langsung sinar matahari (semi out door tanks). Padat penebaran awal dalam bak pemeliharaan adalah 70 - 80 larva/liter volume air. Pada hari 8 15 tingkat kepadatan dikurangi menjadi 30 – 40 larva/liter, setelah hari ke 16 kepadatan larva diturunkan menjadi 20 – 30 larva/liter, karena pada umur ini larva sudah menunjukan perbedaan ukuran dan sifat kanibalisme. Untuk di KJA Benih Kakap Putih dapat diperoleh dari alam atau dari panti benih. Ukuran panjang 2-3 an (30-40 hari) atau ukuran besar 25-30 gram/ekor. Benih berenang cepat/gesit sisik mengkilat tergolong benih yang baik dan sehat. Kepadatan optimal untuk benih berukuran 25-30 gram/ekor adalah 100 ekor/m3. Sedangkan benih berukuran 100-150 gram/ekor. padat tebarnya adalah 40-50 ekor/m3 KJA. 4.3.3. Seleksi/grading Pemeliharaan larva kakap putih dalam lingkungan terbatas dengan persaingan pakan dan ruangan akan mengakibatkan pertumbuhan yang tidak merata. Penggolongan ukuran (grading) dimaksudkan untuk mencegah saling memakan sesama larva (kanibalisme), oleh karena ikan kakap putih mempunyai sifat karnifor (ikan pemangsa). Sifat kanibal pada larva kakap putih akan semakin kelihatan saat mulai makan artemia (± 10 hari). Wadah yang digunakan untuk penggolongan ukuran terbuat dari plastik yang dilubangi dindingdindingnya dengan ukuran tertentu pula, ukuran lubang bervareasi antara 2,5 - 10 mm. Penggolongan ukuran dilakukan dengan cara memasukkan baskom plastik ke dalam bak pemeliharaan di atas aerasi, agar ikan yang ukuran lebih kecil dari lubang dapat lolos dan larva yang lebih besar tidak dapat lolos, selanjutnya larva yang ukurannya lebih besar dipisahkan dan dilakukan lagi pengolongan ukuran dengan menggunakan baskom yang mempunyai lubang ukuran lebih besar. Cara ini akan memisahkan ikan ke dalam beberapa ukuran tertentu dan mempermudah pengelolaannya. Penggolongan ukuran dilakukan dua kali
yaitu penggolongan pertama pada hari ke 10-14 dan penggolongan kedua pada hari ke 20 25. Ukuran lubang bervareasi antara 2,5 - 10 mm. 4.3.4. Pengelolaan kualitas air Untuk pengelolaan kualitas air di KJA tidak dapat dilakukan, sehingga hal tersebut menjadi kelemahan dalam pembesaran di KJA. Untuk pembesaran ikan kakap putih di bak pengontrolan dan pengelolaan kualitas air dapat dengan mudah di lakukan. Pengelolaan air yang baik dapat memberikan pertumbuhan larva yang cepat dengan tingkat keluluran hidup (survival rate) lebih tinggi. Dalam hal ini yang terpenting adalah agar selalu mempertahankan lingkungan yang optima untuk pertumbuhan dan kehidupan larva. Disamping itu perubahan yang bersifat mendadak atau lingkungan yang tidak mendukung akan mengakibatkan kematian larva, untuk menekan tingkat kematian disamping perlu diperhatikan masalah sanitasi dan pengaturan pakan yang seksama perlu diperhatikan pengelolaan air yang baik. Pada pemeliharaan larva kakap putih penggantian air dilakukan mulai pada hari ke 13 sebanyak 10 - 20% hari sampai hari ke 14. Pada hari ke 15 sampai hari ke 25 penggantian air sebanyak 30 - 40%, dilakukan secara penyiponan. 4.3.4. Pendederan Pendederan dilaku kan setelah benih berumur 30 hari (D-30) dari saat penetasan. Waktu penebaran benih adalah pagi hari atau sore hari. Padat penebaran antara 80-100 ekor/m3 volume air. Pakan diberi berupa cacahan daging segar halus dengan dosis 100% per hari dari total berat badan selama bulan pertama. dan pada bulan kedua dosisnya diturunkan menjadi 75% per hari. Masa pememliharaan pendederan selama 1 - 2 bulan, benih sudah akan mencapai ukuran gelondong. Pemeliharaan selama satu bulan ukuran panjang 2,5 - 3,5 cm, sedangkan pemeliharaan selama 2 bulan 7,5 - 10 cm. Jaring/hapa yang memiliki lubang (mata jaring) kecil. Dengan ukuran kurungan pendederan adalah 2x2x2 m3 atau 3x3x3 m3. 4.3.5. Tretment Pada Benih Ikan Kakap Karena benih ikan kakap tidak tersedia, maka benih ikan kakap dig anti dengan benih ikan bawal bintang long fin, karena untuk treatment yang dilakukan baik untuk bawal bintang long fin, ikan ikzkakap putih dan ikan kerapu sama saja (Arief Prihaningrum 2011), adapun
treatment yang dilakukan yaitu perendaman benih dengan air tawar selama 10-15 menit, yang bertujuan untuk menghilangkan parasit yang menempel pada benih ikan. 4.3.5. Pakan dan pemberian pakan (jenis pakan, feeding time, feeding periodicity, feeding frequency) Sejak pertama larva sudah harus diberi Chlorella dan Tetraselmis, selain sebagai pakan larva, berfungsi pula sebagai pengendali kualitas air dan pakan Rotifer. Padat penebaran untuk Tetraselmis adalah 8 - 10 x 1000 sel/ml sedangkan untuk Chlorella adalah 3 - 4 x 10.000 sel/ml. Umur 2 hari, larva sudah mulai membuka mulut, pada saat ini hingga hari ke 7 ke dalam bak ditambahkan Rotifera (Brachionus plicatilis) dengan padat penebaran 5-7 individu/ml. Pada hari ke 8 sampai hari ke 14 pemberian Rotifera ditingkatkan jumlahnya menjadi 8 - 15 individu/ml. Pada umur 15 hari larva mulai diberi pakan Artemia dengan kepadatan 11 – 2 individu/ml. Setelah berumur 30 hari, dengan panjang badan 12 - 15 mm larva sudah dapat memakan cacahan daging segar. Ikan rucah, atau pakan buatan yang bergizi tinggi. Ikan rucah bisa diperoleh dari hasil tangkapan gombang. Ikan rucah bisa diramu dengan bahan pengikat (tepung sagu). ditambah dengan vitamin, mineral dan protein tambahan, untuk menghasilkan pelet ikan. Pemberian pakan hams memperhatikan keadaan cuaca. waktu dan ukuran ikan. Ikan berukuran 50 gram, diberikan 10% dari berat total ikan dalam karamba per hari. Ikan berukuran 100-300 gram cukup diberi sebanyak 5% dari berat total per hari. Berukuan di tas 300 gram, diberi 3% per hari dari berat total ikan dalam karamba. Ikan rucah akan diperoleh nilai tukar pakan 5-71. Artinya untuk menghasilkan berat kakap I kg diperlukan ikan rucah sebanyak 5-7 kg. Ikan kakap putih pertama kali ditemukan oleh blok di laut Jepang dan diberi nama Holocentus Calcarifer. 4.3.6. Pencegahan dan penanggulangan hama penyakit Publikasi tentang penyakit yang menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan di laut seperti ikan kakap putih belum banyak dijumpai. Ikan kakap putih ini termasuk diantara jenis-jenis ikan teleostei. Ikan jenis ini sering kali diserang virus, bakteri dan jamur. Gejalagejala ikan yang terserang penyakit antara lain adalah, kurang nafsu makan, kelainan tingkah laku, kelainan bentuk tubuh dll. Tindakan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi penyakit ini adalah: 1. menghentikan pemberian pakan terhadap ikan dan menggantinya dengan jenis yang lain;
2. memisahkan ikan yang terserang penyakit, serta mengurangi kepadatan; 3. memberikan obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Beberapa macam parasit ikan dan pengobatannya : a. Crustacea Beberapa jenis crustacea yang sudah diketahui sebagai parasit ikan diantaranya adalah copepoda dan isopoda. Salah satu jenis copepoda ialah : Argasilus sp didapati biasa menyerang pada ikan laut yang dipelihara. Untuk jenis isopoda yang biasa terdapat dan merupakan parasit ikan adalah Nirocila sp. Nirocila sp menyerang berbagai jenis ikan laut yang dipelihara, terutama terhadap ikan berukuran di atas 50 gram. Binatang ini mempunyai duri pengait pada kakinya sehingga dapat menempel dengan kuat pada insang atau di bagian sisi tubuh ikan yang diserang. Serangan pada bagian insang ini bisa mengakibatkan borok karena jaringan daging pada insang dimakan oleh parasit tersebut. Nirocila sp tahan terhadap kebanyakan pestisida seperti Dipterex, Matathion dan Hhyrethroids syntetic. Organophospat DDVP cukup aman dan efektif untuk pemberantasan parasit ini, namun jarang terdapat dalam bentuk yang masih murni. Pengobatan dan pencegahan Untuk mengatasi serangan parasit ini disarankan memakai formalin dengan cara sbb : Angkat jaring apung dan simpanlah ikan-ikan yang terserang di dalam bak/tank. Semprotkan formalin 1% ke jaring tersebut. Tambahkan formalin (200 ppm) ke dalam bak sampai parasit tersebut lepas dari tubuh ikan dan Keluarkan parasit-parasit tersebut dan musnahkan. Biasanya serangan Nirocila sp dewasa (ukuran 2 - 3 cm) jarang berakibat serius. Serangan parasit dewasa mudah terlihat sewaktu dilakukan grading, sehingga dengan mudah dapat diambil dengan tangan untuk kemudian dimusnahkan. b. Cacing Pipih Dectylogyrus sp kadang-kadang ditemui menyerang ikan laut. Yang paling sering ditemukan menyerang ikan laut adalah Diplectanum sp. Bentuk parasit ini adalah sbb : mempunyai dua buah mata, ada alat penghisap (sucker) pada bagian depan dan belakang. Bagian belakang berbentuk seperti martil dengan bentuk seperti jangkar pada tiap ujungnya, bagian dalam perut seperti usus dan alat kelamin jelas terlihat. Parasit ini mempunyai panjang antara 0,5 - 1,0 dan memangsa sel-sel epithel insang ikan yang diserang. Ikan yang terserang parasit ini atau jenis-jenis parasit lain yang menyerang insang cenderung untuk berenang ke arah air yang berarus kuat atau berenang miring di mana
terlihat berbaring dengan insang terbuka lebar dan bergerak cepat. Biasanya serangan parasit ini sering bersamaan pula dengan serangan bakteri vibriosis. Insang ikan yang terserang kelihatan pucat dan mengeluarkan lendir yang berlebihan seperti pada penyakit cryptocoryoniasis. Apabila kondisinya sudah sedemikian parah, pengobatan akan percuma. Pencegahan dan pengobatan Pengobatan harus dilakukan secepatnya pada saat ikan kelihatan mulai terserang penyakit ini, dengan cara sbb : Menggunakan formalin 200 ppm selama 1/2 sampai 1 jam dengan aerasi yang kuat, ulangi sampai 3 hari. Menggunakan formalin 25 ppm dan malachite green 0,15 ppm selama semalam perendaman. Menggunakan acriflavina 10 ppm 1 jam atau 100 ppm dicelupkan selama 1 menit. Menggunakan dipterex 20 ppm selama 1 jam. Menggunakan air tawar murni selama 1 jam (hanya untuk Kakap Putih dan Kerapu Lumpur). c. Protozoa Protozoa merupakan pathogen yang paling utama bagi usaha budidaya laut. Protozoa merupakan jazad renik bersel satu dengan ukuran yang bervariasi antara 10 - 500 mikron. Parasit protozoa umumnya mempunyai bulu/cilia di sekeliling tubuhnya. Parasit pada budidaya ikan laut yang disebabkan oleh protozoa dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu : Cryptocaryoniasis, Brooklynelliasis dan Trichadiniasis. - Cryptocaryoniasis Penyakit ini paling umum dijumpai pada budidaya laut yang disebabkan oleh protozoa. Organisme penyebabnya adalah Cryptocaryon irritans Brown, dijumpai secara luas seperti halnya Ichthyophthirius multifilis yang terdapat di air tawar. Pada stadium belum dewasa binatang ini cenderung berbentuk seperti buah pear. Bagian mulut (Cryclostomum) terlihat seperti pada ganbar 5 dimana terlihat sedang memangsa sel daging ikan. Pemangsaan yang terus menerus kadang-kadang menyebabkan kerusakan pada kulit atau insang. Stadia "trophont" berbentuk seperti bola dengan garis tengah sekitar 300 mikron, terbungkus oleh bulu-bulu halus/cilia. Ikan Kerapu Lumpur dapat terserang penyakit bintik putih seperti terserang Ichtyophthirius multifilis. Bintik putih terlihat berbentuk titik yang masuk cukup dalam. Dalam hal-hal tertentu di mana serangan penyakit ini ditunggangi oleh serangan bakteri maka akan timbul borok pada bagian yang terserang.
Ikan Kakap dan jenis ikan lain yang bersisik besar jarang terlihat bahwa tersebut terserang penyakti bintik putih. Ikan-ikan tersebut akan kehilangan nafsu makan, matanya membengkak, sisik-sisiknya lepas, kadang terjadi pendarahan pada kulitnya dan terjadi pembusukan bagian sirip akibat terinfeksi bakteri/infeksi sekunder. Penyakit yang paling sering dijumpai pada ikan-ikan dan sangat susah diberantas ini sesebabkan oleh protozoa yang bersarang pada lapisan lendir kulit dan sirip ikan, serata merusak lapisan insang. Binatang yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat oleh mata biasa ini, pada selaput ikan bergerombol sampai berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus jumlahnya, hingga dapat terlihat sebagai bintik-bintik putih. Karena itu biasa disebut White spot. Pencegahan dan pengobatan Penanggulangan parasit ini cukup sulit. Stadia tomont berbentuk kista sangat tahan terhadap obat-obatan, sedangkan stadia trophonts seringkali masuk cukup dalam ke jaring daging ikan. Namun demikian perlakuan seperti tersebut di bawah ini dan telah banyak memberikan hasil yaitu : Celupkan ke dalam formalin 200 ppm selama 1/2 sampai 1 jam tergantung kepada daya tahan ikan. Celupkan ke dalam formalin 100 ppm dan acriflavin 10 ppm selama 1 jam. Celupkan dalam campuran formalin 25 ppm dan malachite green 0,15 ppm selama 12 jam. Menggunakan nitrofurazone 30 ppm selama 12 jam. Menggunakan methyllene blue 0,1 ppm selama setengah jam. Menggunakan air tawar murni selama 1 jam (hanya untuk ikan kakap dan kerapu lumpur). Perlakuan tersebut diulangi 2 sampai 3 kali. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan percampuran obat dalam ransum makanan, yaitu menggunakan metronidozone 5 gram untuk setiap kilogram makanan selama 10 hari. Berdasarkan hasil percobaan, gejala penyakit cryptocaryoniasis akan terlihat dalam waktu 5 hari setelah ikan sehat diolesi insang dari ikan yang sakit. Tindakan yang perlu diambil untuk menanggulangi penyakit ini adalah sebagai berikut : - Brooklynelliasis Penyakit ini disebabkan oleh Brooklynela sp, suatu protozoa berbentuk seperti kacang mirip dengan Chilodonella sp. mudah dikenal dengan adanya bulu rambut (cilia) yang panjang, sebuah macronucleus dan kantong berbentuk oval yang terlihat jelas. Brooklynela sp irritans, namun jenis ikan yang bisa terserang lebih sedikit.
Parasit ini dijumpai di bagian insang dan kulit dari ikan yang terserang.Tandatandanya penyakit yang ditimbulkan sama dengan penyerangan Cryptocaryon irritans, hanya saja jarang terjadi kerusakan kulit ikan yang terserang. Luka yang ditimbulkannya lebih tersebar dan terjadi pendarahan pada kulit bagian dalam. Pendarahan ini kemungkinan disebabkan oleh kesengajaan ikan menggesek-gesekkan badannya ke jaring atau wadah budidaya lainnya yang diakibatkan gatal akibat serangan parasit ini pada bagian kulit. Pencegahan dan pengobatan Pemberantasan parasit ini dapat dilakukan seperti pada serangan parasit Cryptocaryon irritans. Keberhasilan upaya pemberantasan dapat dilihat dengan pengamatan di bawah mikroskop terhadap preparat usapan (smear) pada ikan yang diobati. Serangan penyakit sekunder seperti kebusukan sirip dapat dicegah dengan pengobatan menggunakan acriflavine atau pemandian mengunakan antibiotic. - Trychodiniasis Penyakit Trychodiniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Trichodina sp suatu protozoa bebenbentuk cakram dengan diameter sekitar 100 mikron dengan "gigi-gigi" yang terdapat di bagian tengah dan cilia pada bagian permukaan bawah. Pemberantasan/pencegahan penyakit ini dapat dilakukan seperti terhadap serangan "Cryptocaryoniasis" atau "Brooklynelliasis". c.
Jamur Jamur merupakan tumbuhan sederhana yang tidak membutuhkan cahaya untuk tumbuh, tetapi memakan bahan organik untuk mendapatkan energinya. Jamur dapat menyebabkan penyakit bila tumbuh pada organisme hidup termasuk ikan. Dewasa ini ada dua penyakit ikan yang berasal dari jamur, yaitu : Saprolegniasis dan Ichthyosporidosis. - Saproleniasis Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang disebut Saprolegnia sp. Serangan jamur ini menyebabkan perubahan warna pada kulit dan tumbuh jamur putih keabu-abuan yang makin lama makin melebar, dan menyebabkan kerusakan pada otot. Ikan-ikan yang sakit tersebut sebaiknya diambil dari kurungan pemeliharaan. Penyakit ini jarang sekali ditemukan dan tidak mudah menyerang ikan yang dalam keadaan sehat. Penyakit ini terutama menyerang ikan kakap putih pada bagian sirip punggung dan melebar ke arah sirip ekor. Pencegahan dan pengobatan Pengobatan dapat dicoba dengan jalan diolesi :
Larutan yodium Tincture 0,1% Larutan Potassium Dichromat 1% Atau perendaman dengan menggunakan : Methylene blue 0,1 PPM, selama kira-kira 1 jam dan diulangi selama 3 hari. Ichthyosporidosis Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ichthyos poridium sp (Ichthyophonus sp). Jamur ini berkembang mengikis jaringan luar bagian kepala dan menyebabkan luka yan dalam yang berwarna kemerah-merahan dan dapat masuk ke dalam sampai ke bagian tengkorak kepala ikan. Kadang-kadang juga ditemukan di bawah kulit dan jaringan epitel kulit dari jaringan organ yang penting misalnya insang, usus, hati dan jantung dalam bentuk gumpalan granula. Biasanya terdapat pada ikan kerapu dan berkembang lambat karena penyakit ini terutama teramati pada ikan-ikan atau ukuran pasar.Sampai saat ini belum ada pengobatan yang manjur terhadap penyakit ini. Beberapa jenis antibiotik yang biasa terdapat di pasaran kurang mempan menghadapi penyakit ini. Untuk itu dapat dihindari dengan jalan menjaga makanan dari ikan rucah yang diberikan agar bersih dan tidak ada gumpalan-gumpalan penyakit di bagian kulitnya atau di bagian lain. d. Bakteri Penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit yang paling umum dijumpai pada usaha budidaya ikan laut. Bakteri merupakan jasad renik yang kira-kira duapuluh kali lebih kecil dari sel-sel jamur, protozoa atau sel daging ikan. Biasa terdapat di udara, dalam tanah maupun dalam air dan benda padat lainnya. Sebagian besar bakteri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit. Namun bakteri mempunyai kemampuan memperbanyak diri sangat cepat, sehingga apabila bakteri tersebut berada dalam bagian tubuh hewan. Bakteri ini bermacam-macam jenisnya. Yang menyerang manusia, berbeda dengan jenis yang menyerang ikan dan tumbuhtumbuhan. Tetapi ada pula jenis-jenis yang dapat menyerang manusia dan hewan sekaligus. Ikan yang terserang oleh bakteri dapat memperlihatkan gejala yang berbeda-beda. Jika bakterinya menyerang kerusakan-kerusakan pada kulit yang terlihat seperti kena api (luka bakar), seperti kudis/borok yang membusuk. Infeksi bakteri biasanya timbul apabila ikan menderita stres. Kematian banyak terjadi pada ikan yang menderita stres karena serangan bakteri yang menyebabkan infeksi. Penyakit bakteri merupakan jenis yang terbanyak didapati pada usaha budidaya ikan di laut. YC. Chong (1986) menyebutkan bahwa di perairan Siangapura terdapat 3 kelompok utama
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yaitu : pembusukan sirip/ekor, Vibriosis dan Streptococcosis. - Pembusukan sirip/ekor (Bakteri Fin Rot) Bakteri ini biasanya menyerang sirip-sirip, terutama sirip ekor dan dapat mengakibatkan luka dan pengelupasan kulit. Ikan-ikan yang terserang penyakit ini akan menalami luka/kerusakan pada bagian tepi dan siripsiripnya, termasuk sirip ekor dan akan terkikis secara tidak teratur. Bahkan tidak jarang terjadi sirip yang terserang akan tinggal bagian pengkalnya saja. Jika diamati pada bagian yang terkena penyakit atau bagian yang luka hanya sedikit terdapat protozoa, tetapi diketemukan banyak sekali populasi bakteri yang terdiri dari bakteri Mycobacter sp. Vibrio sp, jenis-jenis Pseudomonas dan Cocci gram positif. Pencegahan dan pengobatan Pencegahan dapat dilakukan dengan jalan perendaman ikan yang sakit ke dalam bak air dengan menggunakan : Nitrofurozone 15 ppm, selama 3 - 4 jam. Suplhonamide 50 ppm, selama 3 - 4 jam. Neomycin sulphate 50 ppm, selama 1 - 2 jam. Chloramphenicol 50 ppm, selama 1 - 2 jam. Acriflavine 100 ppm, selama 1 menit. Sesudah pengobatan, tempatkan ikan ke dalam kurungan yang bersih dengan kepadatan yang rendah dan aliran air yang baik, atau pada bak dengan penambahan aerasi secukupnya. - Vibriosis Vibriosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Bakteri Vibrio sp termasuk kelompok bakteri yang heterogen dan gram negatif. Ada 2 bakteri penting yang diketahui menyerang ikan laut yaitu : V. alginolyticus dan V. parahaemollyticus. Vibriosisi merupakan penyakit sekunder, artinya penyakit ini muncul setelah adanya serangan penyakit yang lain misalnya protozoa atau penyakit lainnya.\ Pencegahan dan pengobatan Beberapa pengobatan dengan antibiotik dapat dilakukan antara lain : Menggunakan Oxytetracycline sebanyak 0,5 garam per kg makanan ikan selama 7 hari. Menggunakan Sulphonamides 0,5 gram per kg makanan ikan selama 7 hari. Chloromphenicol sebanyak 0,2 gram per kg berat makanan ikan selama 4 hari.
Apabila ikan tak mau makan, cobalah pengobatan dengan perendaman sbb : Nitrofurozon 15 ppm, selama lebih kurang 4 jam. Sulphonamides 50 ppm, selama lebih kurang 4 jam. - Streptococcus Bakteri dari genus Streptococcus ini kadang-kadang menyebabkan penyakit pada ikan laut yang dibudidayakan, seperti ikan kerapu merah dan ikan beronang. Tanda-tanda dari infeksi penyakit ini biasanya tidak jelas, namun ikan terkadang terlihat lesu, tidak sehat, berenang tidak teratur dan pendarahan pada cornea. Biasanya penyakit ini diamati lewat pemerikasaan laboratories. Streptococcus sp termasuk bakteri yang resisten terhadap berbagai antibiotik yang secara terus menerus dipergunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang lain. Pencegahan dan pengobatan Berikut adalah perlakuan pengobatan yang disarankan tes sensitivitas antibiotik. Amphicilin 0,5 gram per kg makanan ikan untuk 2 hari. Oxytetracycline 0,5 gram per kg makanan ikan untuk 7 hari. Erythromycin estolate 1,0 gram per kg makanan untuk 5 hari. Dapat juga menggunakan penicilin 3.000 unit per kg berat ikan yang disuntik secara intramascullar. e.
Virus Virus adalah patogen yang paling kecil. Ukurannya lebih kecil dari seperduapuluh kali besarnya bakteri. Virus menyerang mahluk hidup, berkembangbiak di dalam organisme inang dan pada saat itulah dia akan menyebabkan kerusakan ataupun penyakit pada organisme inang. Virus sangat tahan terhadap segala jenis obat-obatan. Oleh karena itu, pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh virus lebih ditekankan kepada upaya pencegahan dan membatasi penularannya. Salah satu virus yang telah diketahui menyerang ikan pada budidaya di laut adalah penyakit Symphocystis. Penyakit Lymphocystis disebabkan oleh serangan virus yang termasuk famili Iridovirus. Virus Lymphocytis berbentuk partikel berbidang banyak dengan sekitar 0,13 0,26 mikron. Terdiri dari inti DNA yang dibungkus oleh lapisan protein. Infeksi pada ikan yang terserang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal dengan nama Lymphocystis menyerupai butiran sagu. Kelompok dari sel tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip.
Ikan kakap putih merupakan ikan yang sangat rawan terhadap serangan virus ini. Virus ini juga terbukti sangat mudah menular dengan menggunakan air sebagai media penularannya. Oleh karena itu, ikan yang terserang harus segera dipindahkan dan dipisahkan dari ikan yang sehat. Pada dasarnya, penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara pasti. Namun demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi dengan obat antibiotik. Masalahnya adalah hingga saat ini, obat/vaksinasi untuk penyakit ini belum tersedia atau sulit didapatkan di pasaran 4.3.6 Treatment Adapun treatment yang dilakukan yaitu perendaman benih dengan air tawar selama 10-15 menit, yang bertujuan untuk menghilangkan parasit yang menempel pada benih ikan.
4.3.7. Pemanenan Lama pemeliharan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran ± 500 gram/ekor diperlikan waktu 5-6 bulan. Dengan tingkat kelulusan hidup/survival rate sebesar 90% akan didapat produksi sebesar 2.250 kg/unit/periode budidaya. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat jaring keluar rakit, kemudian dilakukan penyerokan.
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA 1. http://wacukamboy.blogspot.com/2010/03/ikan-kakap-putih-lates-calcarifer.html 2. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-kakap-putih-dalam-keramba-jaring-apung1365 3. Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintahan Kabupaten Bengkalis 4. http://www.indonesia.go.id/id/index.php/index.php?option=com_content&task=view&id=65 37&Itemid=696 5. http://zartlich.blogspot.com/2006/01/hama-penyakit-by-dkpgoid_23.html
LAMPIRAN (Jurnal dan Foto)
Diposkan 10th March oleh firyo
0
Add a comment
Kakap Putih Classic
Beranda
1. MAR
10
PENDEDERAN DAN PEMBESARAN IKAN KAKAP PUTIH(Lates calclifer) DI KJA
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEMBESARAN IKAN AIR LAUT DI SUSUN OLEH : FIRYOMANTO