GEREJA HARUS MENINGKATKAN PEMBINAAN WARGA suatu permasalahan dalam Pembinaan Warga Gereja
Jenry Mandey
Sehubungan dengan munculnya kasus isu begu ganjang (santet) sangat menghebohkan da n telah memakan korban jiwa di Tapanuli Utara baru-baru ini, menyadarkan kita pe rlunya melakukan secara intesif pembinaan-pembinaan untuk memberikan pencerahan iman kristen kepada setiap warga jemaat. Gereja harus lebih cepat merespons mas alah dan persoalan ditengah masyarakat dan gereja agar setiap pelayan dan warga perlu tahu persoalan-persoalan masyarakat, dengan mengembangkan jaringan dan ker ja sama dengan kelompok lain. Dengan tindakan seperti itu maka gereja dapat memb angun hubungan kasih persaudaraan di dalam kuasa kasih Kristus.
Tujuannya agar setiap warga mampu menilai orang lain lebih kritis tanpa harus me naruh rasa curiga atau berprasangka buruk. Karena dalam kenyataannya yang nampak dalam jemaat bahwa warga gereja belum semua mampu berperan aktif dalam pelayana n ditengah-tengah gereja. Tugas kita bersama agar kasus yang telah menelan banya k korban akibat isu begu ganjang sebaiknya disikapi secara arif oleh setiap pela yan kristen juga harus mampu menilai kelemahan-kelemahan sendiri agar dapat mela kukan perbaikan-perbaikan ke depan. Tuhan menghendaki kita menjadi pelayan yang berkualitas. Tuhan menugaskan kita menjadi contoh, sampel atau teladan bagi yang lain. Faktor Kecemburuan Harus diakui bahwa anggota gereja memang memiliki banyak perbedaan, misalnya dal am status sosial, latar belakang budaya, kegemaran, pendidikan, ketrampilan sert a minat. Dengan banyaknya perbedaan-perbedaan seperti itu maka perlu pembinaan i man warga untuk mengatasi mandeknya fungsi rasio dan fungsi emosi yang overload yang sering membuka peluang iblis (roh-roh jahat) masuk. Iblis menjadi berkuasa, biasanya diawali faktor kecemburuan (baca: hosom, late, teal, elat). Akibatnya terjadilah persaingan tidak sehat memfitnah, dll. Sama halnya sekarang ini banya k disesatkan oleh ramalan-ramalan, sekalipun ramalannya tidak terbukti. Untuk tu juan itulah maka isu begu ganjang diberi pencerahan dan dicari solusinya. Sebab lingkungan yang tertutup dan tersembunyi cenderung membuat orang tergoda melakuk an yang tidak baik.
Faktor ketidak mampuan akibat perbeadaan-perbeadaan seperti dituturkan di atas d an ketidakmampuan menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta susahny a bersaing sehat juga pemicu ratio tidak berfungsi, yang tidak sedikit melahirka n kecemburuan. Pada umumnya pemahaman yang seperti itu salah satu penyebabnya, t ermasuk orang yang mengaku pernah melihat begu ganjang tsb. Pada hal hukum ke-9 berkata jangan bersaksi dusta sebelum jelas kebenarannya.
Oleh sebab itu masyarakat atau warga gereja tidak boleh percaya tentang adanya b egu ganjang. Iman Kristen menegaskan dunia roh-roh jahat harus dijawab dengan im an Kristen, iman kepada Yesus Kristus, bahwa Dialah penguasa dunia ini dengan se gala isinya. Alkitab berkata: Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya (Maz 24:1)
Alkitab: Firman Allah sebagai dasar dan sumber kebenaran
Salah satu faktor penyebab sehingga pengikut dari isu-isu seperti itu dan demiki an fanatiknya disebabkan karena pengetahuan tetang Alkitab belum sempurna. Jika Tuhan-lah yang empunya dunia dengan segala isinya maka Firman Tuhan dengan jelas menyebutkan bahwa iman Kristen tidak mengenal adanya begu ganjang. Yang harus d iwaspadai, bahwa Alkitab sudah sejak lama mengingatkan semua umatNya supaya bija ksana melihat tanda-tanda zaman. Salah satu tanda akhir jaman sebagaimana yang d ikatakan oleh Tuhan Yesus adalah munculnya nabi-nabi, mesias-mesias palsu disert ai tanda-tanda dahsyat dan mujizat untuk menyesatkan (Mat. 24: 24).
Atas dasar firman tsb sebaiknya umat Kristen agar jangan sampai terjebak dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dari Alkitab. Patokan untuk memahami isu-isu harus dijawab dengan iman Kristen, yaitu Firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam A lkitab tidak mengakui keberadaan begu ganjang.
Tingkatkan Pembinaan Warga Gereja
Peristiwa isu di atas ini menyadarkan kita bersama agar pembinaan-pembinaan mela lui gereja dilakukan secara intesif dan berkesinambungan. Lewat kegiatan pelayan an melalui pembinaan tsb jemaat diberi pencerahan dalam mendalami Alkitab secara benar. Alkitab adalah dasar dan sumber kebenaran. Sebab melalui pembinaan gerej a berusaha untuk mendewasakan warga gereja, agar melalui proses belajar mengalam i perubahan diri yang terus menerus.
Maknanya. warga gereja diharuskan mau dan mampu bersaksi, bersekutu dan melayani di tengah-tengah gereja dan masyarakat. Melalui pembinaan yang terencana dan te rus menerus warga gereja dapat menjadi panutan dan dapat berperan aktif menyatak an kesaksiannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui talenta dan profesi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari (kesaksian). Berperan aktif da lam kehidupan berjemaat (persekutuan). Berperan aktif dalam pelayanan kasih (dia konia) dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat. Dan disisi lain perlu diadak an kursus-kursus pembinaan warga agar diperkenalkan pengajaran motodologi yang b enar di bidang hermeneutika (prinsip penafsiran) yang benar. Dengan demikian dap at diberi pengetahuan secara benar tentang penafsiran firman Tuhan.
Intinya, membaca anda-tanda zaman berarti setiap warga gereja harus peka dengan keadaan dan sekitar kita untuk mewas diri serta bijak dalam menempatkan pergaula n dengan masyrakat. Gereja perlu meningkatkan pembinaan warga, khususnya pengena lan terhadap ajaran sesat dalam rangka pembekalan agar jemaat tidak mudah terkec oh oleh ajaran yang sesat. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah warga semak in bertambah maka lewat pembinaan tersebut benih-benih lewat persekutuan, kesaks ian dan kebaktian keluarga dapat dilakukan dialog-dilog untuk isu-isu perkembang an jaman yang berkembang.
Pembinaan Warga Gereja (PGW) penting dalam menumbuhkembangkan iman mereka, sehin gga keinginan dan kerinduan bersekutu dalam wujud bergereja dari orang-orang Kri sten tersebut semakin kuat. Pola seperti ini penting untuk pencerahan pelayanan yang didasarkan pada teologia atau nilai-nilai kebenaran Firman Allah. Apabila p elayanan gereja sesuai dengan prinsip-prinsip kekristenan maka gereja dapat menj adi alat kesaksian umat Kristen mengenai Allah, Anak dan Roh Kudus ditengah-teng ah masyarakat. Tingkatkan Kegiatan Gereja Dengan banyaknya kegiatan terutama komisi-komisi bermassa atau komisi kategorial dalam kehidupan bergereja, maka gereja perlu memikirkan fasilitas pendidikan, p elayanan kesehatan di sekitar gereja. Tujuannya agar warga gereja dilibatkan dal am kegiatan sosial melayani sebagai sesama warga dan masyarakat sekitar gereja d i bidang kesehatan, poliklinik. Tuhan menyuruh kita membangun lingkungan, iklim, budaya, organisasi dan system, serta persekutuan, yang mendorong pelayan dan wa rganya menjadi baik. Dengan semakin bertambahnya jumlah kegiatan gereja maka ger eja mampu menunjukan kasih ditengah umat dengan melayani setulus hati. Kasih yan g menjadi modal utama dalam pelayanan adalah darah dan pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia dari dosa. Dengan menambah prekwensai kegiatan gereja akan membebaskan kemiskinan pengetahuan dan kebodohan. Prinsip pelayanan seperti ini gereja akan melakukan transformasi atau peningkata n kondisi kehidupan masyarakat. Misalnya mengubah kehidupan masyarakat yang serb a miskin menjadi lebih sejahtera, dari yang berpendidikan menjadi berpendidikan, dari yang susah menjadi senang, dari hati yang sedih menjadi gembira dan sebaga inya. Gereja tidak perlu kehabisan akal, ide, energi (kekuatan) dan semangat unt uk melakukan perbaikan kehidupan manusia, khususnya kehidupan orang-orang yang m au percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kendati banyak hambatan dalam melayani wa rga, gereja dan pelayannya tidak bisa berputus asa. Penutup Akhirnya, ajaran gereja hanya ada satu kebenaran yaitu kebenaran Allah dan bukan kebenaran kelompok/komunitas lainnya. Isu begu ganjang jelas bertolak belakang dengan ajaran Alkitab, iman Kristen. Yang harus dikembangkan dalam rangka pembin aan dan pencerahan iman warga ialah pengembangan diri lewat membaca, mendengar, melakukan tugas, tukar pendapat, menambah pengetahuan lain yang menunjang pelaks anaan pesan-pesan moral Injil dapat dicernah dengan baik. Sebagai orang-orang yang dikaruniai Tuhan akal budi kita memahami bahwa keberhas ilan kita tidak hanya tergantung kepada kualitas individu warga, melainkan juga kepada lingkungan, iklim, budaya, organisasi dan system serta persekutuan yang m elingkupi para warga kita. Tantangan kita ke depan adalah bagaimana membuat prog ram dan menciptakan suasana sehingga para warga yang beragam (dan kadang berbeda pendapat) itu merasa diterima dan dihargai sehingga pelayanan gereja secara umu m lebih baik lagi. Tugas kita adalah mengelola perbedaan yang pada dasarnya adalah indah. Disanalah perlu disampaikan dengan baik pesan-pesan moral Injil, kabar baik (euangelion) . Bila anggota gereja memiliki perbuatan yang sama, maka tentunya ada beberapa p rinsip atau syarat pokok yang menjadikan setiap anggota gereja bekerja secara ba ik. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati perlu diterjemahkan dalam menyam paikan pesan-pesan Injil. Dengan pesan-pesan Injil itulah maka warga jemaat aka n memiliki keterikatan kristiani, pengalaman bergereja, serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Untuk itu kecemburuan yang ada ditengah masyarakat dan g ereja teratasi.