PEMBAHASAN
Pada parktikum kali ini bertujuan untuk menganalisa adanya lipid di beberapa senyawa. Lipid sendiri dapat diperoleh dari tanaman atau hewan. Lipid digolongkan menjadi lemak, minyak lemak, dan lilin. Pemisahan lemak dan minyak lemak dapat dilakukan dengan pemerasan secara dingin atau panas. Pada percobaan praktikum kali ini dilakukan Uji noda lemak, Uji kelarutan, Penetapan jarak beku, Penetapan jarak lebur, Pembentukan sabun (saponifikasi), Uji ketidakjenuhan, Uji pembentukan emulsi, Uji gliserol, Uji adanya sterol meliputi 3 uji yaitu Uji Lieberman Burchard, Uji Salkowski, Uji Formaldehid, Uji khusus oleum lini, Uji khusus oleum sesami.
Uji noda lemak Uji ini bertujuan untuk mengetahui noda yang terbentuk dari tetesan minyak lemak. uji ini dilakukan untuk sampel minyak lini, minyak zaitun, minyak jagung, minyak ikan, minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak wijen. Uji noda lemak ini dilakukan menggunakan kertas saring yang telah ditetesi dari masing-masing sampel lalu dibiarkan mengering dan diamati hasilnya, syarat untuk uji noda lemak yaitu bila semakin tinggi kandungan lemak maka noda yang dihasilkan di kertas kasring semakin transparan. Pada semua sampel yang diuji positif mengandung lemak. Sampel minyak lini diteteskan sebanyak 1 tetes, minyak zaitun sebanyak 5 tetes, minyak jagung 4 tetes, minyak ikan 2 tetes, minyak kedelai 5 tetes, minyak kelapa 3 tetes, minyak wijen 1 tetes, hal ini berdasarkan pengamatan yang terjadi pada masing-masing sampel dan sampel yang memiliki kandungan lemak paling tinggi adalah minyak zaitun dan minyak kedelai. Minyak atau lemak merupakan senyawa non polar yang tidak dapat bercampur dengan air yang umumnya dapat membentuk noda translucent. Sehingga semakin tinggi
kandungan lemak maka noda yang dihasilkan pada kertas akan semakin transparan.
Uji Kelarutan Bertujuan untuk mengetahui kelarutan lipida pada pelarut tertentu untuk sampel minyak lini, minyak zaitun, minyak jagung, minyak ikan, minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak wijen. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan masing-masing sampel adalah petroleum eter, aseton, kloroform, etanol. Pengujian ini dilakukan dengan cara memasukkan 1 tetes sampel pada masing-masing tabung reaksi kemudian di tambah dengan pelarut sampai sampel tepat larut. Pada uji ini di dapatkan hasil bahwa masing-masing sampel larut dengan pelarut petroleum eter, aseton dan kloroform sedangkan masing-masing sampel tidak larut dengan pelarut etanol. Larut atau tidaknya sampel dengan pelarutnya dikarenakan adanya perbedaan sifat kepolaran dari masing-masing pelarut. Minyak tidak terlarut sempurna dalam alkohol disebabkan karena alkohol (ROH) / (CH2OH) “R” adalah gugus alkil, masih memiliki kesamaan rumus kimia dengan air (H2O). Sementara pada uji kelarutan minyak dengan petroleum eter, eter, dan klorofom terjadi kelarutan sempurna dibuktikan dengan terlihatnya larutan yang koloid tidak terlihat ada pemisahan. Terlihat dari rumus kimianya terdapat dua gugus alkil (etil alkohol) sehingga apabila terjadi reaksi gugus alkil yang paling luar lebih mudah untuk lepas sehingga terjadilah ikatan kimia. Hal ini sesuai dengan teori bahwa lipid tidak larut dalam air atau pelarut polar tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar. Ciri khusus dari zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut lemak, yaitu cairan pelarut nonpolar, seperti kloroform, eter, aseton, dan sebagainya.
Penetapan jarak beku Bertujuan untuk menentukan kekeruhan atau sampai membekunya sampel pada suhu tertentu. Sampel yang digunakan pada uji penetapan jarak beku adalah minyak lini, minyak zaitun, minyak jagung, minyak ikan, minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak wijen. Masing-masing sampel diambil 2 mL lalu di masukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian didinginkan perlahanlahan dalam penangas es dan diamati sampai sampel keruh atau menjadi beku. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa sampel minyak lini keruh pada suhu 4˚C, sampel minyak zaitun keruh pada suhu 6˚C, sampel minyak jagung keruh pada suhu 6˚C, sampel minyak ikan keruh pada suhu 11˚C, sampel minyak kedelai keruh pada suhu 9˚C, sampel minyak kelapa keruh pada suhu 4˚C dan sampel minyak wijen keruh pada suhu 7˚C. Kekeruhan yang terjadi pada masing-masing sampel pada suhu yang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan sifat dari minyak. Sampel yang paling cepat keruh atau beku adalah sampel minyak lini dan minyak kelapa pada suhu paling tinggi yaitu 4˚C dan sampel yang paling lama keruh atau beku adalah sampel minyak kedelai dengan suhu paling rendah yaitu 9˚C.
Penetapan jarak lebur Bertujuan untuk mengetahui sampel lemak atau lilin dapat melebur pada suhu tertentu. Sampel yang digunakan yaitu cetaceum, cera alba, adeps lanae, dan paraffin. Masing-masing sampel dipanaskan dalam penangas air dan dicatat suhunya mulai meleleh sampai meleleh sempurna. Sampel cetaceum meleleh pada suhu 4,7 ˚C, sampel cera alba meleleh pada suhu 4,6˚C, sampel adeps lanae 2˚C dan sampel paraffin meleleh pada suhu 4˚C. dari hasil pengamatan sampel yang paling cepat meleleh adalah adeps lanae
dan sampel yang paling lama meleleh adalah cetaceum. Adeps lanae lebih cepat meleleh dibandingkan dengan paraffin, cera alba, dan cetaceum dikarenakan bentuk atau tekstur bahan adeps lanae tidak terlalu padat dibandingan dengan sampel yang lain sehingga pada suhu rendah sampel adeps lanae sudah meleleh.
Pembentukan sabun (saponifikasi) Penyabunan adalah suatu proses hidrolisis lemak dengan alkali yang mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan garam alkali asam lemak. Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak, yang merupakan satu macam surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Sabun dapat dibuat dengan jalan penyabunan lemak (minyak) yaitu pada sampel minyak lini, minyak zaitun, minyak jagung, minyak ikan, minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak wijen. Masing-masing sampel di ambil 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu di tambah 2 mL larutan NaOH 2 N dan 3 mL air kemudian diamati yang terjadi. Hasil pengamatan yang terjadi adalah semua sampel positif menghasilkan busa atau berbuih. Selanjutnya membagi larutan masing-masing sampel menjadi 3 bagian sama banyak. Kemudian pada tabung I ditambah dengan larutan HCl 2 N, tabung II dengan kalsium klorida 2%, tabung III dengan magnesium sulfat 2% kemudian diamati yang terjadi. Dari hasil pengamatan tabung I dengan penambahan HCl 2 N pada sampel minyak lini masih mengandung buih dan larutan berwarna keruh, sampel minyak zaitun masih mengandung buih dan larutan tidak berwarna, sampel minyak jagung masih mengandung buih dan larutan berwarna kuning, sampel minyak ikan masih mengandung buih dan larutan berwarna coklat keruh, sampel minyak
kedelai masih mengandung buih dan larutan berwarna kuning, sampel minyak kelapa masih mengandung buih dan larutan tidak berwarna, sampel minyak wijen masih mengandung buih dan larutan berwarna kuning. Dari hasil pengamatan tabung II dengan penambahan CaCl2 sampel minyak lini masih mengandung buih dan larutan berwarna putih, sampel minyak zaitun masih mengandung buih dan larutan tidak berwarna, sampel minyak jagung masih mengandung buih dan larutan berwarna putih keruh, sampel minyak ikan masih mengandung buih dan larutan berwarna coklat keruh, sampel minyak kedelai masih mengandung buih dan larutan berwarna putih keruh, sampel minyak kelapa masih mengandung buih dan larutan tidak berwarna, sampel minyak wijen masih mengandung buih dan larutan berwarna coklat. Hasil pengamatan tabung III dengan penambahan MgSO4 pada sampel minyak lini masih mengandung buih dan larutan berwarna putih keruh, sampel minyak zaitun masih mengandung buih dan larutan berwarna, sampel minyak jagung masih mengandung buih dan larutan berwarna kuning keruh, sampel minyak ikan masih mengandung buih dan larutan berwarna coklat, sampel minyak kedelai masih mengandung buih dan larutan berwarna putih keruh, sampel minyak kelapa masih mengandung buih dan larutan berwarna coklat bening, sampel minyak wijen masih mengandung buih an larutan berwarna coklat. Tujuan penambahan pelarut HCl, CaCl2, dan MgSO4 adalah untuk mengetahui masih ada atau tidaknya reaksi penyabunan pada masing-masing sampel setelah penambahan basa NaOH dan dari hasil pengamatan semua sampel didapatkan hasil bahwa semua sampel masih mengandung buih atau masih terjadi reaksi saponifikasi dan yang membedakan adalah peruabahan warna yang terjadi pada masing-masing sampel setelah ditambahkan dengan
pelarut HCl, CaCl2, dan MgSO4. Sehingga secara pengamatan keseluruhan hasil menunjukkan terbentuknya gumpalan putih atau buih pada ta bung reaksi. Gumpalan putih atau buih tersebut merupakan sabun yang terpisah dari gliserol. Hal ini membuktikan bahwa penambahan garam dapat memisahkan sabun dan gliserol dalam proses saponifikasi.
Uji ketidakjenuhan Bertujuan untuk untuk mengetahui apakah minyak lemak mengandung asam lemak jenuh atau tak jenuh. Pengujian ini menggunakan pereaksi IodHubl sebagai indikatornya. Uji ini dilakukan dengan cara memasukkan 0,1 mL sampel minyak lemak yaitu minyak lini, minyak zaitun, minyak jagung, minyak ikan, minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak wijen pada masingmasing tabung reaksi yang berisi 5 mL kloroform kemudian ditetesi dengan pereaksi Hubl sampai warna iodium dalam kloroform tetap ungu dan dicatat volume pereaksi Hubl yang digunakan. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa sampel yang jenuh adalah sampel minyak jagung dengan penambahan pereaksi Hubl sebanyak 60 tetes dan tidak berwarna sedangkan sampel minyak lini, minyak zaitun, minyak ikan, minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak wijen memiliki sifat tidak jenuh dan larutan tetap berwarna ungu. Hasil pengujian Pereaksi Iod-Hubl akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna ungu yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi Iod-Hubl. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya.
Uji pembentukan emulsi Dikarenakan setiap bahan pangan memilki karakteristik masingmasing maka setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda. Salah satu dari zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan). Pelarut lemak adalah eter, chloroform, benzena karbon tetraklorida, alkohol panas dan aseton. Berdasarkan hasil praktikum, dengan menggunakan 1 mL sampel minyak kelapa yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 mL air telah diperoleh bahwa tidak menunjukkan adanya emulsi dan tidak bercampur karena minyak tidak larut dalam aquades dan karena berat jenis lemak cair (0.915-0,940) lebih rendah dari berat jenis air sehingga lemak terapung Pada tabung ditambah dengan air sabun terjadi emulsi karena sabun dapat mengemulsikan lemak. Hal ini karena terdapat larutan sabun sebagai pengemulsi antara air dan minyak. Pengemulsian tersebut karena menurunnya tegangan permukaan pada larutan minyak.
Uji gliserol Dilakukan pada sampel minyak kelapa, amilum, minyak kacang tanah dan gliserol. Pada uji ini memasukkan serbuk kalium hydrogen sulfat setinggi 5 cm dalam tabung tahan panas kemudian diteteskan gliserol sebanyak 5 tetes lalu di tambah dengan serbuk kalium hydrogen sulfat dan di panaskan. Hasil pengamatan dari uji gliserol ini dapat menimbulkan bau yang merangsang air mata artinya positif mengandung gliserol. Selanjutnya dengan langkah yang sama dilakukan pada sampel amilum, minyak kelapa dan minyak kacang tanah dan hasil pengamatan pada sampel minyak kelapa adalah menimbulkan bau
tengik, sampel minyak kavang tanah juga menimbulkan bau tengik dan pada sampel amilum tidak menimbulkan bau, hal ini dapat disebabkan karena adanya factor yang mempengaruhi hasil pengujian antara lain human error, kontaminan, atau ada reaksi yang tidak bekerja sehingga tidak menimbulkan bau.
Uji adanya sterol 1. Uji Lieberman Burchard Perekasi Liebermann-Burchard merupakan campuran antara asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran, asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil di dalam kloroform. Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang terkandung di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak karena sifat dari lemak atau lipid adalah non polar. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau zamrud. Warna ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (−OH) dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Warna hijau zamrud ini menandakan
hasil yang positif. Pada uji Liebermand Burchard menggunakan sampel minyak lini, minyak zaitun, minyak jagung, minyak ikan, minyak kedelai, minyak kelapa, minyak wijen, minyak kacang tanah dan adeps lanae. Masing-masing sampel minyak sebanyak 10 tetes atau 0,5 gram adeps lanae dilarutkan dalam 3 mL kloroform kemudian ditambahkan 1 mL asam cuka anhidrida dan 2 tetes asam sulfat pekat dengan hati-hati dan diamati perubahan warna yang terjadi. Hasil pengamatan pada sampel minyak lini adalah positif mengandung sterol dibuktikan dengan warna larutan berwarna hijau zamrud pekat, pada sampel minyak zaitun positif berwarna hijau zamrud lebih pekat daripada minyak lini, pada sampel minyak jagung positif berwarna hijau zamrud lebih pekat daripada minyak zaitun, pada sampel minyak ikan positif berwarna hijau zamrud lebih pekat dari minyak jagung, pada sampel minyak kedelai positif berwarna hijau bening daripada minyak wijen, pada sampel kelapa tidak mengandung sterol karena tidak mengasilkan warna hijau zamrud melainkan berwarna putih, pada sampel minyak wijen positif hijau bening, pada sampel minyak kacang tanah tidak mengandung sterol karena larutan berwarna putih dan pada sampel adeps lanae positif berwarna hijau zamrud pekat. Dari semua pengamatan sampel bila diurutkan dari kepekatannya dari rendah ke tinggi di dapatkan hasil sampel minyak kacang tanah-minyak kelapaadeps lanae-minyak kedelai-minyak wijen-minyak lini-minyak zaitunminyak jagung-minyak ikan. Dan sampel yang paling pekat berwarna hijau zamrud adalah minyak ikan. 2. Uji Salkowski
Merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroformanhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat warna fluoresens hijau (Pramarsh, 2008). Uji ini dilakukan pada sampel adeps lanae dan minyak kacang tanah, pada uji ini 0,5 gram adeps lanae atau minyak kacang tanah ditambah dengan 3 mL asam sulfat pekat dengan hatihati. Hasil uji positif apabila kloroform berwarna merah-biru dan lapisan asam berwarna hijau fluoresens. Hasil pengamatan pada sampel adeps lanae adalah negative mengandung sterol karena pada lapisan kloroform berwarna putih dan pada lapisan asam berwarna merah hitam. Dan hasil pada sampel minyak kacang tanah adalah negative (tidak mengandung sterol) karena pada larutan dasarnya berwarna coklat dan atas tidak berwarna. 3. Uji formaldehid Sampel adeps lanae, pada uji ini 0,5 gram adeps lanae 3 mL ditambah dengan 5 tetes asam sulfat pekat dan 3 tetes formaldehid. Hasil positif apabila lapisan kloroform berwarna merah dan setalah di tambah dengan asam asetat anhidrat pada lapisan berair berwarna biru. Dan hasil pengamatan pada lapisan kloroform negative (tidak berwarna merah) dan setalah penambahan asam asetat anhidrat pada lapisan berair positif berwarna biru.
Uji khusus Oleum Lini Mengoleskan 1 tetes oleum lini pada objek glas yang dibiarkan mengering sehingga lapisan vernis keras. Dari hasil pengamatan saat dikeringkan sampel tidak kering dan ada lapisan semi padat (lapisan vernis).
Uji khusus Oleum Sesame Dilakukan dengan mencampurkan 2 mL minyak wijen dengan larutan sukrosa 10% dalam asam klorida pekat dan hasil pengamatan yang terjadi adalah larutan terpisah antara minyak dan larutan glukosa, minyak wijen terdapat di bagian atas dan berwarna coklat sedangkan sukrosa di bagian bawah.
KESIMPULAN
Dari praktikum dan hasil data diatas dapat disimpulkan : 1.
Pada uji noda lemak pada minyak wijen dan minyak lini menunjukkan hasil positif.
2.
Pada uji kelarutan masing-masing minyak lemak paling larut dalam petroleum eter dan praktis tidak larut dalam etanol.
3.
Pada uji penetapan jarak beku minyak jagung menghasilkan jarak beku yang relatif singkat pada minyak jagung, minyak kelapa, minyak wijen.
4.
Pada uji penetapan jarak lebur, peleburan terjadi pada cetaceum, cera flava, cera alba, Adeps lanae.
5.
Pada uji saponifikasi semua minyak lemak menghasilkan buih, keruh, endapan putih, dan buih berkurang.
6.
Pada uji ketidakjenuhan hasil positif terdapat pada minyak lini dan minyak jagung.
7.
Pada uji pembentukan emulsi pada sampel minyak kelapa dan air membentuk emulsi, setelah penambahan air sabun minyak dan air bisa menyatu.
8.
Pada uji gliserol hasil positif terbaik terdapat pada minyak kemiri, minyak kelapa, gliserol, dan pada amilum bau gosong tidak merangsang air mata.
9.
Pada uji Lieberman Burchard sampel minyak lini, minyak zaitun, minyak jagung, minyak ikan, minyak kelapa didapatkan hasil negatif, sedangkan untuk minyak kedelai, minyak wijen, dan adeps lanae didapatkan hasil positif.
9.
Pada uji salkowski di dapatkan hasil yang positif.
10.
Pada uji formaldehid hasil positif terjadi setelah penambahan asam asetat anhidrat.
11.
Pada uji khusus oleum lini dihasilkan lapisan keras, sedangkan pada oleum sesami larutan terpisah, yaitu terjadi warna kemerahan dibatas antara 2 cairan.