1
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN OLEH:
LUCIA PRIMATITA MASCARENHAS, S.Pd
JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES KUPANG
1
Keselamatan kerja Di laboratorium kimia 1.
Praktikan wajib memakai jas praktikum dan alas kaki atau sepatu yang tertutup
2.
Rambut panjang harus diikat rapi kebelakang, tidak boleh digerai
3.
Praktikan wajib memebawa lap atau serbet atau keperluan lain yang dibutuhkan untuk praktikum
4.
Praktikan dilarang keras merokok, makan, dan minum didalam ruangan laboratorium
5.
Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan uap beracun atau merangsang harus dilakukan didalam lemari asam
6.
Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan cairan atau terhisapnya uap selama bekerja
7.
Jauhkan semua senyawa organic yang mudah menguap, seperti Alcohol, Eter, Klorofom, Aseton, dan Spiritus, dari api secara terbuka karena bahan-bahan demikian mudah
terbakar, sebaiknya gunakan pemanasan water bath 8.
Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan lampu pembakar spiritus dengan korek api biasa. Jangan menyalakan lampu spiritus dengan lampu spiritus lainnya yang sudah menyala untuk menghindari terjadinya letupan api
9.
Matikan api pada lampu spiritus dengan menutup sumbunya. Jangan mematikan lampu dengan meniup untuk mencegah terjadinya kebakaran dan letupan api
10.
Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau uap dari mulut, namun kipaslah terlebih dahulu uap kearah muka
11.
Jangan sekali-kali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil larutan asam atau basa kuat seperti Asam Nitrit, Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Asetat glacial, Natrium Hidroksida, dan lain-lain. Gunakan pipet dengan bola penghisap untuk memindahkan
bahan-bahan demikian atau bahan beracun lainnya kedalam alat yang digun akan 12.
Segera tutup bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup untuk mencegah terjadinya inhalasi bahan-bahan
13.
Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia terutama asam atau basa pekat, dimeja kerja atau pada lantai. Bila hal ini terjadi segera laporkan pada dosen atau asisten
2
14.
Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya, korosif atau beracun, segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya. Selajutnya, segera laporkan kepada dosen atau asisten
15.
Jangan mengosok-gosok mata atau anggota badan lainya dengan tangan yang mungkin sudah terkontaminasi bahan kimia
16.
Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan biologis seperti saliva karena mungkin dapat infeksi kuman atau virus berbahaya seperti hepatitis
17.
Buanglah cairan atau larutan yang telah selesai digunakan untuk percobaan melalui bak pencuci. Selanjutnya bilas dengan air sebanyak-banyaknya
18.
Selesai praktikum, tinggalkan meja dan alat kerja dalam keadaan bersih dan seperti semula
Penanggung Jawab Lab.Kimia
3
FORMAT LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Berisi tentang Tujuan Dari Praktikum yang telah di Praktekkan. B. ALAT DAN BAHAN
Berisi tentang Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum C. HASIL PRAKTIKUM
Berisi tentang hasil dari praktikum yang telah dilakukan atau data mentah yang didapatkan setelah Praktikum berlangsung D. NAMA ANGGOTA KELOMPOK PRAKTIKUM
Berisi tentang data nama Mahasiswa yang telah mengikuti p raktikum
KUPANG,…………2011
Ketua Kelompok Praktikum
Instruktur Laboratorium
(……………………………..)
(………………………………)
4
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 1 PENENTAPAN KADAR AIR BAHAN MAKANAN METODE OVEN
TUJUAN
:
Mahasiswa mampu menentukan Kadar air dalam Bahan Makanan DASAR TEORI
:
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakkan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung serta biji-bijian terkandung air dalam jumlah tertentu. Penentapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110 oC selama 3 jam atau sampai didapat berapa yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dll, pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam desikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering hingga mencapai berat konstan.
ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat : Oven, cawan beserta tutupan, Desikator, Penjepit cawan, Timbangan Analitik Bahan: Bahan : Beberapa bahan Pangan Nabati maupun Hewani
CARA KERJA
:
1. Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan
didinginkan (Untuk cawan alluminium didinginkan selama 10 menit sedangkan
5
cawan poselin didinginkan selama 20 menit) dalam desikator kemudian ditimbang, jika menggunakan Alluminium Foil langsung ditimbang berat alluminium foil nya 2. Timbang 5 g sampel yang sudah di homogenkan kedalam cawan 3. Letakkan cawan beserta sisinya dan tutupnya didalam oven selama 6 jam,
hindarkan kontak antara cawan dengan dinding oven. 4. Untuk bahan yang tidak mengalami dekomposisi dengan pengeringan yang lama
maka dapat dikeringkan selama 1 malam atau sekitar 16 jam 5. Pindahkan cawan kedalam desikator tutup dengan penutup cawan lalu dinginkan,
setelah dingin timbang kembali 6. Keringkan kembali kedalam oven hingga diperoleh berat yang konstan 7. Tabel Pengamatan
No
Jenis Bahan
1
Data Penimbangan Berat cawan Kosong
=
Berat cawan + sampel
=
Berat sampel 2
=
Berat cawan Kosong
=
Berat cawan + sampel
=
Berat sampel
=
8. Perhitungan
Berat cawan kosong (g)
=A
Berat cawan + sampel sebelum dioven (g)
=B
Berat sampel (g)
= (B-A) = W1
Berat cawan + sampel setelah dioven (g)
= (C-A) = W2
Kehilangan berat (g)
= (W1 – W2) = W3
% Kadar air (dry basis)
=
% Kadar air (wet basis)
=
% Total padatan
=
6
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 2 IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT DENGAN MENGGUNAKAN UJI IODIUM
TUJUAN
:
Mahasiswa mampu membuktikan adanya Amilum dalam Bahan Makanan DASAR TEORI
:
Polisakarida dengan penambahan Iodium akan membentuk Kompleks Adsorpsi berwana yang Spesifik. Amilum jika ditambahakan Iodium akan menghasilkan warna Biru, Dekstrin menghasilkan Warna Merah Anggur sedangkan Glikogen dan sebagiam pati yang terhidrilisis bereaksi dengan Iodium membentuk warna merah coklat.
ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat
: Tabung reaksi, pipet tetes, Erlenmeyer, Gelas Ukur.
Bahan: Bahan : Beberapa jenis Komoditi Pati, Larutan Iodium, Aquadest
CARA KERJA
:
1. Buat Suspensi dari tepung gula atau bahan pangan Lain yang akan diuji 2. Pipet masing-masing Suspensi dengan cara timbang sebayak 2 gram sampel dan
larutkan kedalam 10 mL aquadest, kemudian suspensi yang dibuat diambil sebanyak 2 mL, masukkan kedalam tabung reaksi 3. Tetesi suspensi tersebut dengan 2-3 tetes larutan Iodium, lakukan satu persatu 4. Amati perubahan warna yang terjadi, apabila terbentuk warna biru menunjukkan
adanya amilum dalam bahan pangan tersebut 5. Tabel Pengamatan
No
Jenis Bahan Pangan
Perubahan warna setelah
Ada/tidaknya
ditetesi Iod
Amilum
1 2 3
7
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 3 PENENTUAN KADAR GULA DALAM BUAH-BUAHAN METODE BENEDICT
TUJUAN
:
Mahasiswa mampu membuktikan Adanya gula reduksi Metode Benedict pada Buahbuahan DASAR TEORI
:
Gula mempunyai gugus Aldehid atau Keton bebas akan mereduksi Ion Cu 2+ dalam Susana akalis menjadi Cu+, yang akan mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Jika suspensi bahan pangan direaksikan dengan pereaksi Benedict kemudian dipanaskan dan membentuk endapan berwana Hijau Kuning atau Merah Orange menunjukkan adanya gula pereduksi dalam bahan pangan tersebut.
ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat : Tabung reaksi, pipet tetes, Erlenmeyer, Gelas Ukur. Bahan: Bahan : Buah-Buahan (apel,pisang,anggur, jeruk,alpukat dll), larutan Benedict
CARA KERJA
:
1. Pipet 4 mL Ekstrak buah-buahan kedalam tabung reaksi tambahkan 2-3 mL larutan
Benedict campur Hingga Homogen 2. Panaskan tabung reaksi tersebut selama 5 menit dalam penangas air mendidih, atau
didihkan langsung selama 2 menit memakai alat pemanas 3. Dinginkan, perhatikan warna endapan yang terbentuk 4. Tabel Pengamatan
No
Jenis Bahan
Warna
Penilaian
Kadar Gula (*)
1 2 3 4
8
menggunakan tabel berikut : 5. (*) Kadar gula dalam bahan dapat diperkirakan menggunakan No
Warna
Penilaian
Kosentrasi/kadar gula
1
Biru/hijau keruh
-
-
2
Hijau/hijau kekuningan
+1
Kurang dari 0,5%
3
Kuning Kehijauan/Kuning
+2
0.5-1%
4
Jingga
+3
1-2%
5
Merah
+4
Lebih dari 2%
9
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 4 IDENTIFIKASI PROTEIN
TUJUAN
:
Mahasiswa mampu memahami Sifat protein dan membuktikan adanya senyawa dengan Ikatan protein dalam Jaringan pada produk pangan
DASAR TEORI
:
Protein dalam bahan makanan dapat diidentifikasi dengan mereaksikan protein tersebut dengan larutan CuSO4. Ada tidaknya protein dalam bahan pangan dapat dilihat dari perubahan warna jika ditambahkan CuSO4, larutan yang memberikan warna Ungu lembayung teridentifikasi mengandung protein.
ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat : Tabung reaksi, Pipet Tetes, Pipet Volume, Erlenmeyer, Gelas Ukur Bahan: Bahan : Putih telur, Ekstrak tempe/tahu, NaOH 10%, CuSO4 1%, Aquadest
CARA KERJA
:
1. Masukkan 2 mL larutan putih telur atau Ekstrak tempe/tahu 2. Tambahkan 2 mL NaOH 10%, kocok hingga Homogen 3. Tambahkan 1 tetes larutan CuSO4 1%, kocok hingga homogeny hingga terbentuk
warna lembayung, jika belum tebentuk warna lembayung tambahkan lagi larutan CuSO4 (maksimal 10 tetes)
10
4. Tabel Pengamatan
:
No
Sampel
Pereaksi
1
2 mL putih telur + 2 mL
1-10 tetes CuSO4
Hasil
NaOH 10% 2
2 mL Ekstrak
1-10 tetes CuSO4
tahu/tempe + 2 mL NaOH 10%
11
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 5 DENATURASI PROTEIN
TUJUAN
:
Mahasiswa mampu mengetahui Kelarutan dan Denaturasi Protein pada Bahan Makanan
DASAR TEORI
:
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen atau dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuarterner terhadap molekul protein, tanpa terjadi pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Protein yang terdenatursi berkurang kelarutannya. Lapisan molekul protein bagian dalam yang bersifat hidrofobik berbalik keluar, sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat keluar, pelipatan atau pembalikkan terjadi khususnya bila larutan protein telah mendekati nilai pH isolistrik, dan akhirnya protein akan menggumpal dan mengendap. Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu panas, pH, bahan kimia dan secara mekanik. ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat : Tabung Reaksi, Pipet Tetes, Pemanas, Cawan Poselin, Gelas Ukur Bahan : Albumin (putih telur), Alkohol 95%, Aquadest
CARA KERJA
:
1. Larutkan Putih telur dalam aquadest, amati apakah protein tersebut larut atau tidak,
catat hasilnya dalam tabel pengamatan No.1 2. Larutan Albumin pada langkah kerja 1, dipanaskan sampai terjadi penggumpalan
protein pada cawan porselin kemudian diinginkan, catat hasil dalam tabel pengamatan No. 2 3. Larutkan protein hasil langkah kerja 2 tersebut dalam air, amati apakah gumpalan
protein tersebut larut atau tidak, catat hasil dalam tabel pengamatan No.3
12
4. Ambil albumin baru kemudian tambahkan alcohol 95%, amati perubahan yang
terjadi dan catat pada table pangamatan No.5 5. Tabel Pengamatan
: Hasil
No
SAMPEL
KELARUTAN DALAM AIR
(Terjadi Denaturasi atau Tidak
1
Albumin (putih telur + Air)
2
Albumin dipanaskan
3
Albumin(gumpalan) + Air
4
Albumin + Alkohol
13
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 6 PENENTAPAN BILANGAN ASAM MINYAK/LEMAK
TUJUAN
:
Untuk Menetapkan bilangan asam beberapa jenis Minyak/Lemak
DASAR TOERI
:
Minyak murni biasanya bersifat netral, sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton dan asam-asam lemak bebas. Proses ketengikkan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya cahaya, kelembapan, pemanasan, aksi mikroba dan katalis logam tertentu seperti Fe, Ni atau Mn, sebaliknya zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikkan di sebut anti oksidan. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam ini menyatakan jumlah asam lemak yang terkandung dalam lemak/minyak dan biasanya berhubungan dengan mutu minyak/lemak.
ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat : Penangas air, Buret dan Statipnya, Erlenmeyer, pipet tetes. Bahan : KOH 0,1 N, Indikator PP 1%, Alkohol 95%, Beberapa jenis Lemak/minyak (misalnya minyak kelapa, minyak jelatah, kacang-kacangan.
CARA KERJA
:
1. Timbang 20 gr lemak atau 20 mL minyak, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL 2. Tambahkan 50 mL alcohol 95% netral, panaskan sampai mendidih dalam penangas
air sambil diaduk 3. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N menggunakan indicator
Fenoltalien sampai tebentuk warna merah jambu konsisten/tak berubah selama 10 detik 14
PERHITUNGAN
:
TABEL PENGAMATAN
:
NO
JENIS MINYAK/LEMAK MINYAK/LEMAK
VOLUME KOH YANG TERPAKAI
1 2 3 4 5
15
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 7 KELARUTAN VITAMIN
TUJUAN
:
Mengetahui dan mempelajari Kelarutan Vitamin dalam Air dan Lemak DASAR TOERI
:
Vitamin umumnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan utama yaitu Vitamin yang larut dalam air meliputi Vitamin C dan Vitamin B, dan Vitamin yang larut dalam Lemak yaitu Vitamin A,D,E,dan K. Vitamin yang larut dalam lemak (tidak larut air) tidakdapat dikeluarkan atau dieksresikan oleh tubuh, akibatnya Vitamin ini dapat tertimbun dalam tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, sedangkan Vitamin yang larut dalam air mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut dalam air dan keluar dari bahan. ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat : Beaker Gelas, Tabung Reaksi, Pengaduk, Gelas Ukur Bahan : Vitamin A,B,C dan D, Minyak/Lemak, Aquadest CARA KERJA
:
1. Ambil 4 Buah tabung reaksi, masukkan setiap jenis Vitamin Masing-masing 2 gr
(dalam bentuk padatan) atau 2 mL (Jika dalam bentuk cairan) kedalam tabung tersebut 2. Larutkan masing-masing Vitamin Dengan lemak dan Air, kemudian Kocok 3. Amati apakah Vitamin tersebut larut atau tidak
TABEL PENGAMATAN No
:
Jenis Vitamin
Kelarutan Dalam Air
1
A
2
B
3
C
4
D
Dalam Lemak
16
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 8 PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN PEREAKSI BENEDICT
TUJUAN
:
Membuktikan adanya adanya Vitamin C secara kualitatif DASAR TOERI
:
Vitamin C di alam terdapat te rdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk teroksidasi (asam askorbat) dan tereduksi (asam dehidroaskorbat). Keduanya memiliki keaktifan sebagai Vitamin C, sumber Vitamin C sebagian besar berasal dari sayur-sayuran berwarna hijau dan buah-buahan terutama yang masih segar. Vitmin C larut dalam air dan agak stabil dalam larutan asam, tetapi mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan, prosesoksidasi akan dipercepat dengan adanya tembaga,oksigen dan alkali
ALAT DAN BAHAN BAHAN : Bahan
: Larutan asam Askorbat 1%, pereaksi Benedict, Larutan NaHCO35%, Larutan
FeCl3 1% Alat
: Kertas pH atau Lakmus, Alat pemanas, Tabung reaksi, pipet tetes
CARA KEJA
:
Prosedur A 1. Masukkan kedalam tabung reaksi 5 tetes larutan asam askorbat 1% 2. Tambahkan 15 tetes Pereaksi Benedict 3. Panaskan diatas api kecil samapi mendidih selama 2 menit 4. Perhatikan adanya endapan yang terbentuk, warna hijau kekuningan samapai merah bata menendakan vitamin C positif Prosedur B 1. Masukkan 10 tetes larutan asam askorbat 1% kedalam tabung reaksi 2. Kemudian netralkan larutan (pH=8) menggunakan NaHCO3 5% 3. Tambahkan 2 tetes Larutan FeCl3
17
4. Amati warna yang terjadi, jika terbentuk warna merah-ungu berarti positif Vitamin C TABEL PNGAMATAN BAHAN
PROSEDUR A
PROSEDUR B
Larutan asam askorbat 1%
5 tetes
5 tetes
Pereaksi Benedict
15 tetes
-
pH larutan
-
8
Larutan FeCl3 1%
-
2-3 tetes
Didihkan diatas api kecil selama 2 menit untuk prosedur A Hasil : Perhatikan warna endapan atau larutan
18
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 9 PENETAPAN KADAR VITAMIN C METODE TITRASI IODIUM
TUJUAN
:
Menentukan Kadar Vitamin C dalam Beberapa bahan pangan DASAR TOERI
:
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Vitamin C merupakan suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana dianjurkan sebesar 30-60 mg per hari. Kegunaan dari vitamin C yaitu, sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting mulai dari pembuatan kolagen, pengangkut lemak, sampai dengan pengatur tingkat kolesterol. Vitamin C mempunyai rumus C 6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-1920C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag. Penetapan vitamin C ini dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri yaitu titrasi dengan I 2 sebagai titernya. titernya.
ALAT DAN BAHAN BAHAN : ALAT
:
Timbangan, blender, labu takar, kertas saring, sentrifug, pipet ukur, Erlenmeyer, Beaker gelas, pengaduk, buret dan statatifnya BAHAN
:
Aquadest, larutan amilum (KI,I2), pati, HCl, Aneka buah CARA KERJA
:
1. Timbang 200-300 g bahan dan hancurkan dalam waring blender sampai diperoleh slurry. Timbang 10-30 g slurry masukan ke dalam labu takar 100 mL dan tambahkan aquades sampai tanda. Saring dengan santrifug untuk memisahkan filtratnya 2. Ambil 5-25 ml filtrate dengan pipet dan masukan ke dalam Erlenmeyer 125 ml. tambah 2 ml larutan amilum 1% dan tambahkan ta mbahkan 20 ml aquades 19
3. Titrasilah dengan 0,01N standar yodium buatlah ulangan sebanyak 2 kali PERHITUNGAN
:
Perhitungan 1 ml 0,01 N Yodium = 0,88 mg asam askorbat
TABEL PENGAMATAN
NO
SAMPEL
:
VOLUME TITRASI
JML AS.ASKORBAT
1 2 3 4 5
20
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN PRAKTIKUM 10 PENENTAPAN TOTAL MINERAL (ABU)
TUJUAN
:
Menetapkan Kadar Mineral Total Dalam Bahan Pangan
DASAR TOERI
:
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organic misalnya asetat, pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat,sulfat, dan nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya. Mineral dalam bahan pangan merupakan senyawa Organik yang bila dibakar pada suhu tinggi zat organik tersebut akan terbakar menjadi abu sedangkan zat anorganik tidak, sehingga kadar mineral dalam bahan pangan dapat ditentukan dari persentasi abu sisa pembakaran tersebut.
ALAT DAN BAHAN BAHAN : Alat
: Cawan Porselin, Tanur Pengabuan, Penjepit Cawan, Timbangan Analitik
Bahan : Tepung kacang hijau, Kacang merah, Jagung, Pisang, Kol, Kerang.
CARA KERJA
:
1. Siapkan cawan porselin, kemudian bakar dalam tanur, dinginkan dalam desikator
dan desikator dan timbang 2. Timbang sebanyak 5 gram sampel dalam cawan tersebut, kemudian letakkan dalam
tanur pengabuan, bakar sampaididapat abu berwarna abu-abu atau sampai
21
beratnya tetap. Pengabuan dilakukan dalam dua tahap, pertama pada suhu 400 oC dan kedua pada suhu 550 oC 3. Dinginkan dalam desikator kemudian timbang
PERHITUNG : ABU % =
22