TUGAS BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI PER KOPI-AN DI INDONESIA ( LUAS LAHAN, PRODUKSI, KONSUMSI, PROSPEK, KEBIJAKAN PEMERINTAH )
DISUSUN OLEH: MOH ASATHIRUL MAYAMIN
20150220104 20150220104
FADIL HADINATA
20150220107 20150220107
DWI IRMAWATI
20150220108
WAHYU AHMAD SHODIQIN
20150220116 20150220116
POPPY DESNIANTY
20150220125 20150220125
AGRIBISNIS C
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ i DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................ ii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1 A.
Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B.
Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 3 A.
Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia .............................................................................. 3
B.
Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia................................................................................. 4
C.
Konsumsi Kopi ............................................................................................................................. 6
D.
Prospek Pengembangan Kopi Indonesia ..................................................................................... 8
E.
Kebijakan Pengembangan Kopi Nasional .................................................................................... 9
BAB III. PENUTUP .................................................................................................................................. 11 A.
Kesimpulan................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Luas areal kopi di Indonesia ................................................................................................. 3 Gambar 2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001 – 2016 ................................................................................................................................................................ 4 Gambar 3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2016 ................. 5 Gambar 4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi yang diusahakan, Tahun 2001-2016 .... 6
DAFTAR TABEL Tabel 1. Konsumsi Kopi di Indonesia ..................................................................................................... 7
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi, utaman ya dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi (Ayelign et al, 2013). Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami kafein zat yang dapat menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan. Minuman kopi, minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi
sekitar
2,25
milyar
gelas
setiap
hari
diseluruh
dunia.
(Outlook,2016). Pada tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia. Sejarah perkopian di Indonesia mencatat bahwa pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun 1699 yang merupakan jenis kopi ar abika. Sejak abad ke 18 kopi arabika menjadi andalan ekspor utama Indonesia yang terkenal dengan nama java coffee. Jenis kopi arabika tersebut menyebar ke berbagai wilayah Indonesia, dengan nama sesuai dengan daerah pengembangannya, diantaranya kopi Goyo, kopi Sidikala, dan kopi Toraja selain dari kopi yang dikenal sebagai kopi Jawa. Tanaman kopi (Coffea spp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea. Linnaeus merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies kopi arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753 (Panggabean, 2011). Kini lebih dari 120 spesies kopi tel ah diidentifikasi namun hanya satu spesies yaitu Coffea canephora atau kopi robusta yang dibudidayakan mendekati kuantitas kopi arabika di seluruh dunia (Hoffman, 2014). Sebanyak 66% produksi kopi dunia merupakan jenis kopi arabika dan sisanya berasal dari kopi robusta.
1
B. Tujuan
1. Mengetahui luas area lahan, produksi dan konsumsi kopi di Indonesia. 2. Mengetahui prospek kopi di Indonesia. 3. Mengetahui kebijakan pemerintah mengenai kopi.
2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia
Sistem
Pengusahaan
kopi
di
Indonesia
96,19%
merupakan
perkebunan yang diusahakan oleh rakyat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1, dimana luas areal untuk kopi PR (Perkebunan Rakyat) dari tahun 1980 hingga 2016, berimpit dengan luas areal kopi Indonesia. Luas areal kopi di Indonesia pada periode 1980-2016 cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1980 luas areal kopi Indonesia hanya mencapai 707.464 ha, maka pada tahun 2016, luas areal kopi Indonesia meningkat
menjadi
1.233.294 ha atau meningkat sebesar 74,33%. Meskipun demikian, ratarata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia periode 1980-2016 tidak terlalu tinggi, rata-rata hanya meningkat sebesar 1,61% per tahun atau
bertambah
14.212
ha
per tahun. (Outlook Kopi, 2016). Data
perkembangan luas areal kopi di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Luas areal kopi di Indonesia Sumber: http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2016/
Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, pada tabel terlihat bahwa mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta.
3
Meskipun demikian terlihat bahwa luas areal kopi robusta cenderung menurun sementara luas areal kopi arabika cenderung meningkat. Pada tahun 2001, luas areal kopi robusta di Indonesia mencapai 1.232.551 ha dan tahun 2016 menjadi 912.135 ha atau terjadi penurunan
sebesar
26,00%
dibandingkan luas areal pada tahun 2001. Sementara luas areal kopi arabika pada tahun 2001 hanya mencapai 82.807 ha, kemudian luasan ini meningkat sebesar 287,84% pada tahun 2016 menjadi 321.158 ha. (Outlook Kopi, 2016). Data luas areal kopi di Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan secara rinci disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001 – 2016 Sumber: http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2016/
B. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia
Sejalan dengan pola perkembangan luas areal kopi di Indonesia, produksi kopi Indonesia juga mengalami kecenderungan peningkatan produksi
pada
periode
1980 – 2016
(Gambar
3.3)
dengan
rata-rata
pertumbuhan produksi kopi mencapai 2,44%. Peningkatan produksi kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 1998 sebesar 20,08%, produksi kopi menjadi 514.451 ton dibandingkan produksi kopi pada tahun sebelumnya yang mencapai 428.418 ton. (Outlook kopi, 2016). Secara
4
lengkap, perkembangan produksi kopi menurut status pengusahaan dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2016 Sumber: http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2016/
Sama halnya dengan pola luas areal kopi, produksi kopi menurut jenis kopi yang diusahakan didominasi oleh kopi dari jenis robusta. Terlihat pada Gambar 3.4, produksi kopi robusta lebih tinggi setiap tahunnya dibandingkan kopi arabika. Secara rata-rata pada tahun 2001-2016, kontribusi kopi robusta terhadap produksi kopi nasional mencapai 82,49%
setiap
tahunnya. Namun demikian, jika diperhatikan Gambar 3.4, maka produksi kopi robusta di Indonesia periode 2001-2016 memiliki kecenderungan menurun.
Adapun
untuk
kopi
arabika menunjukkan
adanya
trend
peningkatan produksi dalam periode yang sama. Hal ini sesuai dengan perkembangan luas areal kopi berdasarkan jenis kopi yang diusahakan. Secara
lengkap,
produksi
kopi
Indonesia berdasarkan jenis kopi yang
diusahakan dapat dilihat pada gambar 4.
5
Gambar 4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi yang diusahakan, Tahun 2001-2016 Sumber: http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2016/
C. Konsumsi Kopi
Perkembangan industri kopi di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan luas lahan, produksi kopi, dan konsumsi kopi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, hingga saat ini Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam. Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6% dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601 ribu ton (80,4%). Saridewi (2011) menyatakan bahwa, konsumsi kopi di Indonesia meningkat rata-rata 3% per tahun dan di dunia mencapai 2% per tahun. Konsultan International Coffee Organization (ICO), memperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi global dalam periode 2005 hingga 2015 meningkat 35,5% (Ditjenbun, 2014). Kenaikan konsumsi kopi dunia dikarenakan konsumsi kopi di negara-negara produsen kopi tumbuh sangat cepat.
6
Tabel 1. Konsumsi Kopi di Indonesia Sumber: http:// http://centuryrealtime.com
7
D. Prospek Pengembangan Kopi Indonesia
Indonesia mempunyai peluang besar dan prospek yang sangat baik untuk mengembangkan kopi bila ditinjau dari konsumsi domestik dan pasar ekspor. Permintaan kopi dunia cukup besar dan menunjukkan trend yang terus meningkat. Data dari
International
Coffee
Organization menunjukkan bahwa
trend
peningkatan
konsumsi kopi dunia terjadi sejak tahun 2010 dengan jumlah peningkatan rata-rata sebesar 2.5%/tahun.
Pada
tahun
2020.
Diperkirakan kebutuhan kopi dunia akan
mencapai 10.3 juta ton (ICO. 2013). Pangsa ekspor kopi Indonesia di pasar internasional masih tergolong rendah. rata-rata baru mencapai 6%. Sebagai contoh. pada tahun 2009 ekspor kopi dunia mencapai jumlah 5.682 ribu ton. sementara ekspor Indonesia hanya sebesar 342 ribu ton.
Dibanding potensinya. pangsa ekspor ini masih terlalu rendah
sehingga Indonesia mempunyai peluang besar untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor kopi di pasar internasional. 1. Kopi Arabika Kopi arabika Indonesia dewasa ini banyak menjadi
kopi
spesialti
yang
merupakan jenis kopi dengan citarasa terbaik. memiliki aroma yang bersifat khas karena itu memiliki pasar yang khusus. Potensi pengembangannya untuk Indonesia masih sangat terbuka sebab pangsa pasar kopi spesialti masih terbuka. terutama dengan bergesernya konsumen kopi biasa ke kopi spesialti di negara-negara konsumen seperti Amerika Serikat. Beberapa jenis kopi arabika Indonesia tercatat sebagai kopi spesialty single origin Indonesia yang mempunyai reputasi di pasar internasional karena mutu dan cita rasanya antara lain adalah:
Mandailing dan Lintong Coffee (Sumatera Utara)
Gayo Mountain Coffee (Aceh)
Java Arabica Coffee (Jawa Timur)
Bali-Kintamani Coffee (Bali)
Toraja dan Kalosi Coffee (Sulawesi Selatan)
Flores-Bajawa Coffee (NTT)
Baliem Coffee (Papua)
Luwak Arabica Coffee
8
2. Kopi Robusta Sebagian besar areal. produksi dan ekspor kopi Indonesia adalah jenis kopi robusta yang memang menjadi bagian terbesar pangsa pasar kopi Indonesia di pasar internasional. Walaupun kopi ini ditemukan hampir di semua wilayah Indonesia. tetapi sentra utama kopi robusta berada di tiga provinsi saja. yaitu Lampung. Sumatera Selatan dan Bengkulu. Tiga provinsi ini dikenal sebagai “golden triangle” atau kawasan segitiga emas kopi robusta Indonesia. sebab lebih dari 50% kopi robusta yang diekspor ke pasar internasional berasal dari tiga wilayah ini. Karena areal tanaman kopi robusta sangat mendominasi pertanaman kopi nasional. maka kopi robusta memiliki nilai strategis untuk pemberdayaan ekonomi rakyat di pedesaan. Beberapa ciri khas kopi robusta adalah sifatnya yang sangat mudah dibudidayakan oleh petani. memiliki gangguan hama penyakit relatif lebih sedikit. dapat ditanam di bawah tanaman penaung produktif lainnya. pengolahan mudah dilakukan dan biji kopi sangat mudah disimpan. Oleh karena itu kopi robusta diusahakan hampir oleh seluruh petani kopi di Indonesia.
E. Kebijakan Pengembangan Kopi Nasional
Pengembangan kopi di Indonesia dilakukan melalui beberapa kebijakan. antara lain adalah : 1. Kebijakan Peningkatan Produktivitas dan Mutu Tanaman Kopi yang penerapannya ditempuh antara lain melalui: a. Rehabilitasi/peremajaan kopi rakyat dengan klon unggul bermutu dengan benih kopi Somatic Embryogenesis (SE) maupun benih konvensional b. Konversi areal kopi robusta menjadi kopi arabika pada areal yang sesuai c. Perluasan areal kopi arabika terutama di daerah Indonesia Timur d. Pilot proyek kopi spesialti dan kopi organik e. Membangun usaha penangkaran benih unggul kopi f.
Integrasi tanaman kopi dengan ternak.
2. Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Kopi. Kebijakan ini dimaksudkan agar ekspor kopi Indonesia tidak lagi berupa bahan mentah (green bean). tapi dalam bentuk hasil olahan dengan mutu yang dikehendaki konsumen. sehingga akan diperoleh nilai tambah di dalam negeri. 9
3. Dukungan Penyediaan Pembiayaan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi sumber pembiayaan yang sesuai untuk pengembangan kopi. baik yang berasal dari lembaga perbankan maupun non bank. Kebijakan ini antara lain dilakukan dengan memanfaatkan penyertaan dana masyarakat melalui Kontrak Investasi Kolektif dan Resi Gudang.
4. Pemberdayaan Petani Kebijakan
pemberdayaan
penguatan kelembagaan
petani usaha
kopi dilakukan tani.
pelatihan
melalui
penumbuhan
dan pendampingan
dan untuk
meningkatkan kemampuan petani serta kelompok tani dalam memanfaatkan peluang bisnis. menumbuhkan dan mengembangkan kemitraan usaha. Sumber: http://balittri.litbang.pertanian.go.id
5. Kebijakan Presiden Jokowi Salah satu fokus paket ekonomi Presiden Jokowi adalah upaya mempercepat pencairan dana desa untuk pembangunan infrastruktur dengan menyederhanakan prosedurnya. Pemerintah mempercayai pembangunan infrastruktur dengan padat karya bisa menggerakkan ekonomi pedesaan. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, percepatan pencairan dilakukan lewat surat keputusan bersama tiga menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Percepatan Pembangunan Desa, dan Menteri Keuangan. Dalam undang-undangnya dana desa baru bisa disalurkan jika ada peraturan pedesaan dan aturan sebelumnya mewajibkan desa memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa atau RPJMDes. Indonesia, menurut Presiden, adalah produsen kopi keempat terbesar di dunia setelag Brasil, Vietnam dan Kolombia. Dengan lahan yang memadai, Indonesia memiliki potensi untuk berkembang lebih besar di sektor perkopian. Kar ena itu, beliau mendorong pelaku industri kopi untuk memanfaatkan potensi yang ada ini, tidak hanya dengan menjual kopi mentah, melainkan mengolahnya dengan packaging yang baik, memprosesnya dengan barista yang mumpuni dan menjualnya secara online.
10
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Luas areal lahan Sistem Pengusahaan kopi di Indonesia 96,19% merupakan perkebunan yang diusahakan oleh rakyat. Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta, pada tahun 2016, luas areal kopi Indonesia meningkat menjadi 1.233.294 ha atau meningkat sebesar 74,33%. 2. konsumsi kopi di Indonesia meningkat rata-rata 3% per tahun dan di dunia mencapai 2% per tahun 3. Permintaan
kopi
dunia
cukup
besar
dan menunjukkan trend yang terus
meningkat.Indonesia mempunyai peluang besar dan prospek yang sangat baik untuk mengembangkan kopi bila ditinjau dari konsumsi domestik dan pasar ekspor. 4. Pengembangan kopi di Indonesia dilakukan melalui beberapa kebijakan seperti, Kebijakan Peningkatan Produktivitas dan Mutu Tanaman Kopi, peningkatan ekspor dan nilai tambah kopi, pembiayaan dan dukungan petani.
11
DAFTAR PUSTAKA
Andersan, N., B. D. Hoffman, W. J. Muller and A. Griffiths. 2002. Using Ants as Bioindicators in land management: simplifying assessment of ant community responses. Journal of Applied Ecology 39: 8-17.
Ayelign, A. K. Subally. 2013. Determination of Chlorogenic Acids (CGA) in Coffee Beans Using HPLC . American Journal of Research Communication. Vol. 1 (2), Pp: 78-91.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2011-2015. Kementrian Pertanian: Jakarta.
Dwidjoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/category/93-bungarampai-kopi?download=320%3A01.-konsep-dan-strategi-kebijakan pengembangan
Internasional Coffee Organization (ICO), 2015. ICO Annual Review 2013-2014. Internasional Coffee Organization: London.
Isyana, Artharini. 2015. Paket kebijakan ekonomi Jokowi: Dana desa jadi andalan. http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/09/150909_indonesia_ dana_desa_ekonomi (diakses pada tanggal 11 Oktober 2017 pukul 21:55)
Kementrian Pertanian. 2015. Outlook Kopi (Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat JendralKementrian Pertanian: Jakarta.
Panggabean. 2011. Buku Pintar Kopi. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta. 12
Saridewi. 2011. Kopi Arabaika. Ndok Asin Bintaro: Jakarta.
Sri Najiyati, Danarti. 1990. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen . Lepas Penebar Swadaya: Jakarta.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
13