DEFINISI, SEJARAH, PERKEMBANG, RUANG LINGKUP DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU LAIN MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Ekologi yang dibimbing oleh Drs. Agus Dharmawan, M.S dan Dr. Vivi Novianti, M.Si
Oleh : Offering C / Kelompok 1 1. Ainun Mahfudhoh
(150341608276)
2. Anggia Kusuma Nada P
(150341604721)
3. Atiqah Miftakhul Jannah
(150341603834)
4. Gandhes Cintya Dewi
(150341607848)
5. Nurul Ma’rifah
(150341601660)
6. Tristanti Rakhmaningrum
(150341603788)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI FEBRUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antarmakhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistemdengan lingkungannya. Definisi ekologi pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914). Ekologi merupakan suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut (Soejarni, 2007). Fungsi ekosistem menunjukan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem.Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk
hidup
lainnya,
serta
dengan
semua
komponen
yang
ada
di
sekitarnya.Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi.Sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukan kesatuan (DjamalIrwa, 2003). Ekologi mencoba memahami hubungan timbal balik atau interaksi antara tumbuhtumbuhan, binatang, manusia dengan alam lingkungannya. Odum (1971) menyatakan bahwa ekologi adalah “Environmental Biology“. Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi,dan klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan
di
antaranya
adalah
penggunaan
kontrol
biologi
untuk pengendalian
populasi hama guna meningkatkan produktivitas. Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki 1
interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut. Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah definisi dari ekologi? 1.2.2 Bagaimana perkembangan dari ekologi? 1.2.3 Apa sajakah komponen penyusun dari ekologi? 1.2.4 Bagaimana sejarah dari ekologi? 1.2.5 Bagaimana ruang lingkup dari ekologi ? 1.2.6 Bagaimana hubungan ekologi dengan ilmu lain ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari ekologi 1.3.2 Untuk mengetahui perkembangan dari ekologi 1.3.3 Untuk mengetahui komponen penyusun dari ekologi 1.3.4 Untuk mengetahui sejarah dari ekologi 1.3.5 Untuk mengetahui ruang lingkup dari ekologi 1.3.6 Untuk mengetahui hubungan ekologi dengan ilmu lain
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Ekologi
2
Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani yakni Oikos (Rumah) dan Logos (mempelajari), secara harfiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (Gunadarma University, 2013). Ekologi sebenarnya merupakan bidang sains yang mempelajari tentang interaksi antara organisme dan lingkungan (Campbell et al., 2008). Di alam, suatu organisma tidak dapat hidup sendiri. untuk kelangsungan hidupnya suatu organisma akan sangat bergantung pada kehadiran organisma lain dan berbagai komponen lingkungan yang ada di sekitarnya. kehadiran organisma lain dan berbagai komponen lingkungan sangat dibutuhkan untuk keperluan pangan, perlindungan, pertumbuhan, perkembangan, dll (Wardhana, 1999).
Gambar 1. Objek Kajian Ekologi (Sumber : Diktat Ilmu Lingkungan oleh Salmani, 2011) Hubungan dan interaksi antar organisme atau dengan lingkungannya sangat rumit dan kompleks, mereka saling berinteraksi satu sama lain dan mengalirkan energi yang didapatkan dari sumber energi. Definisi dari ekologi menurut Andewartha adalah bidang ilmu yang mempelajari tenang distribusi dan kelimpahan organisme, namun definisi ini tidak menyinggung interaksi sama sekali. Oleh karena itu, pendapat ini dapat dimodifikasi sebagai berikut: Ekologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari interaksi yang menentukan distribusi dan kelimpahan organisme. (Krebs, C. J., 1972). Misalnya, kanguru merah hanya hidup 3
di bagian timur laut New South wales tapi jarang ada di Australia Barat dan tidak ada sama sekali di Australia Utara. Apa yang menyebabkan penyearan dan kelimpahan spesies ini? Apakah distibusi kanguru merah akan berubah saat iklim menghangat? Ekologi mencoba menjawab hal tersebut (Krebs, C. J., 2008). Sementara itu, Tansley mengemukakan bahwa ekologi ialah hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup (organism) dengan lingkungannya,dimana sifat interaksi ini aktif dan dinamis (Muhartini, 2003). Ekologi sendiri harus dibedakan dari ilmu lingkungan hidup, ekologi adalah dasar dari ilmu lingkungan hidup dan mengkaji tentang hubungan timbal-balik semua organisme pada lingkungan dan sebaliknya, sementara ilmu lingkungan memfokuskan pada manusia, dampak dari tindakan manusia (Krebs, C. J., 2008). 2.2 Perkembangan Ekologi Ekologi mulai berkembang pesat sekitar tahun 1900 dan berkembang terus dengan cepat sampai saat ini, apalagi disaat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan. Bahkan sekarang dikenal pula adanya Ilmu Lingkungan Hidup (Environmental Sciences) dan Biologi Lingkungan (Environmental Biology) yang merupakan ilmu tersendiri dan didasari oleh ilmu ekologi (Muhartini, 2003). Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasar dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada awalnya, ekologi dibedakan dengan jelas ke dalam ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Namun dengan adanya paham komunitas biotik yang dikemukakan oleh F.E Clements dan V.E.Shelford, paham rantai makanan dan siklus materi oleh Raymond Lindeman dan G.E. Hutchinson serta pengkajian sistem danau secara keseluruhan oleh E.A. Birge dan Chauncy Juday, maka semua konsep tersebut telah meletakkan dasar-dasar teori untuk perkembangan ekologi secara umum (Utina dan Baderan, 2009). Menurut Muhartini (2003), Jika ekologi dipelajari lebih jauh maka pada masa kini maka cakupannya akan sangat luas, Odum menggolongkan berdasarkan kajian bidang ekologi 1. Pembagian atas dasar yaitu a. Autekologi, adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis organisme (individu) yang berinteraksi dengan lingkungannya baik lingkungan yang biotis maupun yang abiotis. Biasanya ditekankan pada aspek siklus hidup, adaptasi terhadap lingkungan, sifat parasitis atau non parasitis dan lain lain. 4
b. Sinekotogi, adalah ekologi yang mempelajari kelompok organisme (masyarakat organisme) sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi terhadap lingkungannya dalam suatu daerah tertentu. 2. Pembagian atas dasar habitat Beberapa Para pengamat lingkungan membuat kajian ekologi menurut habitat, yaitu tempat suatu jenis organisme atau kelompok organisme tertentu didapatkan. Oleh karena itu ada beberapa istilah :
Ekologi bahari atau kelautan
Ekologi perairan tawar
Ekologi daratan atau terestrial
Ekologi estuaria
Ekologi padang rumput, dll.
3. Pembagian atas dasar taksonomi Pembagian yang didasarkan pada sistematika makhluk hidup, misalnya, Ekologi tumbuhan Ekologi manusia Ekologi hewan Ekologi mikroba, dll 2.3 Komponen Penyusun dari Ekologi 2.3.1
Komponen Biotik
1
Pengertian Biotik Menurut Heddy (1986) biotik adalah salah satu komponen atau faktor dalam
lingkungan yang meliputi semua faktor hidup, yaitu kelompok organisme produsen, konsumen dan pengurai. Adapun ciri-ciri komponen biotik adalah sebagai berikut: 1) Bernapas. 2) Tumbuh. 3) Berkembang biak. 4) Iritabilita. 5) Makan dan minum. 6) Melakukan ekskresi. 7) Beradaptasi dengan lingkungannya. 5
2. Komponen Biotik Komponen biotik adalah semua komponen hidup yangmeliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan,hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Menurut Djamal (2003) berdasarkan caranya memperoleh makanan di dalam ekosistem, organisme anggota komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Produsen Dalam hal ini, produsen berarti organisme yangmampu menghasilkan zat makanan sendiri. Yang termasuk dalam kelompok iniadalah tumbuha hijau atau tumbuhan yang mempunyai klorofil.Di dalam ekosistemperairan, komponen biotik yang berfungsi sebagai produsen adalah berbagai jenisalga dan fitoplankton. Produsen merupakan organisme autotrof yang mampu menghasilkan zat organik pembentuk tubuhnya dari zat-zat anorganik seperti air dan mineral yangtermasuk ke dalam kelompok produsen ini ailah semua tumbuhan hijau yang dapatmelakukan proses fotosintesis dan berkemampuan untuk menghasilkan karbohidrat. Karbohidrat merupakan zat pembentuk dasar dari berbagai zat makanan, seperti protein dan lemak yang terbentuk sebagai hasil kombinasi dengan nutrisi lainnya seperti nitrat, fosfor dan potasium. b. Konsumen Yaitu organisme yang tidak dapat menghasilkanzat makanan sendiri tetapi menggunakan zat makanan yang dibuat oleh organismelain. Organisme yang secara langsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijauadalah herbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama. Karnivora yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivoradisebut konsumen tingkat kedua.Karnivora yang memangsa konsumen tingkatkedua disebut konsumen tingkat ketiga dan seterusnya. Konsumen, merupakan organisme heterotrof yang menggunakan zat organik yang berasal dari hasil produksi produsen, kemudian organisme heterotrof ini yang terdiri dari kelompokhewan terdiri dari beberapa tingkat yaitu: 1.
Konsumen primer berupa hewanherbivora (hewan pemakan tumbuhan secara langsung)
2.
Konsumen sekunder(kedua) berupa kelompok hewan pemakan herbivora
3.
Konsumen tersier (ketiga),berupa kelompok hewan karnivora dan pemakan karnivora lainnya. 6
Kelompok konsumen ini mengubah bahan-bahan materi organik menjadi materi penyusuntubuhnya. c. Dekomposer. Merupakan komponen biotik yang berperanmenguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupunhasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan adanya organisme pengurai, unsur haradalam tanah yang telah diserap oleh tumbuhan akan diganti kembali, yaitu berasaldari hasil penguraian organisme pengurai. Berbagai jenis tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme merupakan makhluk hidupdan disebut sebagai komponen biotik.Kelompok pengurai ini umumnya terdiri ataskelompok bekteri dan jamur. Suatu ekosistem secara fundamental menunjukkan proses-proses sirkulasi materi, transformasi dan akumulasi energi melalui aktivitas organisme yang melibatkan kegiatan-kegiatan biologi seperti fotosintesis, dekomposisi, respirasi dan predasi, dengan demikian struktur dan fungsi ekosistem mempunyai kaitan yang erat antara satu dengan lainnya. Pengurai, berupa kelompok organisme heterotrof yang menguraikan produsen dan konsumen yang telah mati, sehingga materi organik yang kompleks dapat diubah menjadi materi yang lebih sederhana dan akhirnya menjadi mineral-mineral yang dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. 2.3.2
Komponen Abiotik
1. Pengertian Abiotik Menurut Mc. Noughton (1990) komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup.Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati yaitu : a.
Tanah
b.
Suhu atau temperatur
c.
Kelembapan
d.
Iklim
e.
Sinar matahari
f.
Air 7
g.
Udara
h.
Mineral
i.
Keasaman ( PH )
j. Kadar Garam ( Salinitas ) k. Topografi l. Garis lintang Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan manusia.Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan melakukan aktivitas. 2.
Komponen Abiotik Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak hidup,
misalnya udara, air, cahaya, dll. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan manusia dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain : a. Tanah
Definisi Tanah Menurut Campbell (2010) tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologiberfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Fungsi Tanah Menurut Campbell (2010) fungsi utama tanah adalah:
1.Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran 2.Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara) 3.Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan
asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara)
8
4.Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
Dua Pemahaman Penting tentang Tanah
1.Tanah
sebagai
tempat
tumbuh
dan
penyedia
kebutuhan
tanaman,
dan
2.Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya. b. Suhu atau Temperatur Dalam Campbell (2010) jika suhu tinggi maka kelembaban akan semakin rendah,tekanan udara semakin tinggi , angin akan semakin kencang, serta ketersediaan air semakin sedikit menyebabkan tingkat kehidupan dan keberagaman ekosistem semakin rendah sedangkan pada suhu relative rendah kelembaban semakin tinggi, tekanan udara semakin rendah, angin semakin lambat ketersediaan air semakin banyak.Suhu merupakan salah satu komponen penting bagi organisme untuk bertahan hidup di bumi. Setiap organisme membutuhkan rentang tertentu suhu untuk bertahan hidup. Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C.hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 0 0C atau diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72.Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya. Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas.Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak. Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal.Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak.
9
a. Kelembaban Dalam Campbell (2010) kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah . Kelembaban di udara berarti kandungan uap air di udara,sedangkan kelembaban di tanah berarti kandungan air dalam tanah . Kelembaban diperlukan oleh mahluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan.Kelembaban yang diperlukan setiap mahluk hidup berbeda-beda, sebagai contoh jamur dan cacing memerlukan habitat yang sangat lembab. Daerah yang berhawa dingin seperti pegunungan lebih lembab daripada daerah yang berhawa panas seperti pantai. Tumbuhan yang hidup di dua daerah tersebut juga berbeda. Pada daerah lembab, lebih banyak terdapat tumbuhan yang memerlukan sedikit sinar matahari, seperti paku-pakuan, lumut, dan anggrek-anggrekan yang biasanya hidup secara epifit pada batu-batu lembab, batang kayu basah, dan lainnya. Di daerah panas, misalnya pantai, lebih banyak ditumbuhi tumbuhan, seperti bakau,pohon kelapa dan tumbuhan yang lain yang lebih butuh sinar.Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak d. Iklim Menurut Campbell (2010) iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu. Iklim merupakan komponen yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai komponen abiotik lainnya, seperti kelembaban udara, suhu dan curah hujan.Iklim juga mempengaruhi kesuburan tanah, tetapi kesuburan tanah tidak berpengaruh terhadap iklim.Setiap wilayah di bumi ini memiliki iklim yang berbeda-beda, tergantung dari letak wilayahnya.Dari iklim yang berbeda-beda inilah yang membuat keragaman tmbuhan dan hewannya yang makin memperkaya
ekosistem
tersebut.
Perubahan
iklim
pada
suatu
wilayah
akan
mempengaruhi keanekaragaman hewan dan tumbuhannya. Bahkan perubahan iklim yang ekstrim akan sangat berpengaruh bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia. e. Cahaya Matahari Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi 10
matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron (Campbell,2010) Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang. Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk membentuk karbohidrat. Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari, tanaman tidak dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau mati. Bayangkan saja jika sinar matahari tidak ada, mungkin tidak ada satupun makhluk yang dapat hidup. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama: a. Temperatur matahari yang tinggi. b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang sesuai ditempati ternak..Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan. f. Air Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air.Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan.Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk (Campbell;2010). g. Udara
11
Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu.angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.Menurun Campbell (2010) udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2, 78 %), oksigen (O2, 21 %), karbon dioksida (CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi. a. Nitrogen Unsur Nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahkluk hidup untuk membentuk protein, dan persenyawaan lainnya.Tumbuhan, hewan, dan manusia tidak mampu memamfaatkan nitrogen yang ada di udara secara langsung.Ada bakteri yang dapat menangkap nitrogen bebas dari udara misalnya, bakteri rhizobium yang hidup bersimbiosis diakar tanaman kacang, atau ganggang biru anabaena yang hidup bersimbiosis dengan azolla (tumbuhan air).Tumbuhan lainnya memperoleh nitrogen dalam bentuk nitrit atau nitrat.Nitrit dan nitrat secara alami terbentuk dari nitrogen diudara yang terkena lecutan petir, secara alami tanah memperoleh nitrit dan nitrat sehingga menjadi subur. b. Oksigen dan karbon dioksida Oksigen (O2) merupakan gas pembakar dalam proses pernapasan. Makanan, misalnya karbohidrat yang ada di dalam sel, mengalami pembakaran (oksidasi) guna mendapatkan energi. Oksidasi tersebut sering disebut sebagai pernapasan sel. Dalam pernapasan dihasilkan pula karbondioksida (CO2) dan air (H2O). baik tumbuhan maupun hewan memerlukan oksigen dari udara bebas untuk pernapasannya dlam rangka mendapatkan energi. h. Mineral Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah.Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh.Hewan dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksireaksi metabolismenya.Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh. 12
i. Keasaman [PH] Menurut Campbell (2010) keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki PH netral.Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut.Oleh karena itu sulit dijadikan areal pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu.Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur.Tanah berhumus seringkali bersifat asam.Tanah berkapur seringkali bersifat basa.Tanah bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang. j. Kadar Garam [Salinitas] Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu.Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi. k. Topografi Menurut Campbell (2010) topografi adalah keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah.Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas.Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar.Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar.Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup. l. Garis Lintang Garis lintang yang berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula.Garis lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi.Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah hujan yang cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu ratarata 27 0 C, Indonesia memiliki keaneka ragaman flora dan fauna yang tinggi. 3. Interaksi Antara Komponen Biotik dengan Abiotik 13
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliranenergi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat jugastruktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.Menurut Sativani(2010), dengan adanya interaksiinteraksi tersebut, suatu ekosistem dapatmempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinyakeseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan initidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. 2.4 Sejarah Ekologi Manusia pada dasarnya telah tertarik pada konsep tentang keekologian secara praktis yang berawal dari sejarah kehidupannya dan berhubungan erat dengan sejarah alam (Odum, 1994). Sehingga seorang ahli ekologi bangsa Inggris yaitu Charles Elton pada tahun 1927 mendefinisikan ekologi sebagai ilmu pengetahuan tentang sejarah alam. Walaupun demikian sejak zaman dahulu para ahli filsafat dan pemikir seperti Hippocrates, Aristoteles, Lucretis, Thoreau atau Theophrastus telah memberikan andil dalam kajian tentang fenomena alam yang berkaitan dengan makhluk hidup (animate) dan tak hidup (inanimate) sebagai landasan kajian ekologi sekarang (Hinckley, 1976; Smith, 1990; Brewer, 1994). Ekologi kemudian menjadi suatu ilmu pengetahuan internasional yang dibangun oleh individu yang berbakat dan dengan minat yang sangat luas dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang turut menentukan arah ekologi, seperti ahli kimia Justus von Liebig, seorang naturalis Charles Darwin, ahli matematika Pierre-Franscois Verhulst, ahli botani Eugene Warming, atau ahli entomologi Karl Forbes. Ilmu pengetahuan ini kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan kuantitatif di akhir abad ke-19 (McNaughton dan Wolf, 1998). Walaupun
ekologi
kemudian
berkembang
dengan
pesat,
sangatlah
sulit
mendefinisikan dengan tepat. Kata ekologi (ecology atau Oekologie), pertama kali dikemukakan oleh R. Reiter (seorang zoologis) pada tahun 1865 dari bahasa Yunani oikos: yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan tentang sesuatu. Jadi, secara harfiah ekologi didefinisikan sebagai “kajian tentang makhluk hidup di habitat alaminya”. Namun, pada saat ini definisi tentang ekologi yang telah diterima secara luas adalah definisi yang dikemukakan oleh Earnest Haeckel pada tahun 1868, yang menyatakan bahwa: Ekologi adalah kajian tentang hubungan timbal balik antara makhluk 14
hidup dengan lingkungannya (McNaughton dan Wolf, 1998), atau sebagai kajian tentang struktur dan fungsi alam (Odum, 1994, Shukla dan Chandel, 1996). Krebs pada tahun 1985 mendefinisikan ekologi sebagai Ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menelaah secara ilmiah hubungan yang menentukan distribusi dan kelimpahan makhluk hidup (Smith, 1990; Desmukh, 1992), dan Fenchel pada tahun 1987 mendefinisikan ekologi sebagai suatu kajian tentang dasar dasar yang mengatur pola sebaran spasial dan temporal suatu organisme (Kumar, 1996). Oleh Balgooyen pada tahun 1973 disarankan agar batasan ekologi menjadi lebih operasional maka hendaknya ekologi sebaiknya didefinisikan sebagai kajian ilmiah yang menjelaskan interaksi komponen ekosistem dalam skala ruang dan waktu yang akan menentukan dan mempengaruhi secara probabilistik kelimpahan dan distribusi populasi suatu organisme (Soerianegara , 1998) Menurut Kendeigh (1980), Ekologi adalah salah satu bagian utama dari ilmu biologi selain morfologi dan fisiologi. Kajian morfologi dititikberatkan pada penelaahan tentang bagaimana struktur tubuh makhluk hidup, sedangkan fisiologi menjelaskan bagaimana makhluk hidup berfungsi dan ekologi mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana organisme itu hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya. Ekologi, sebagai bagian dari biologi secara taksonomi dapat dibagi menjadi 2 kelompok kajian utama, yaitu ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Jika ekologi tumbuhan merupakan kajian ilmiah tentang interaksi antara tumbuhan dan lingkungannya maka ekologi hewan merupakan kajian ilmiah tentang interaksi antara hewan dan lingkungannya (Kendeigh, 1980; Soetjipta, 1985; Shukla dan Chandel, 1996, McNaughton dan Wolf, 1998). Kajian ekologi hewan bagaimanapun juga tidak akan tepat dan adekuat tanpa bantuan atau latar belakang ekologi tumbuhan karenatumbuhan dan hewan mempunyai kedudukan setara dan saling membutuhkan sehingga oleh F.E Clements dan V.E. Shelford pada tahun 1939, Ekologi Tumbuhan dan Ekologi Hewan secara bersama sering disebut bioecology (Kendeigh, 1980). Konsep seleksi alam, proses evolusi dan dinamika populasi tidaklah berasal dari kajian Ekologi Tumbuhan saja, tetapi juga berkembang dari kajian sejarah alam yang berhubungan dengan hewan. Kajian tentang Ekologi Hewan yang pertama kali diterbitkan
15
adalah penelitian yang dilakukan oleh Charles Adams pada tahun 1913 dan diterbitkan dalam publikasinya yang berjudul A Guide to the Study of Animal Ecology (Smith, 1990). Pendekatan kajian ekologi hewan dapat dilakukan pada tingkat komunitas atau populasi dalam suatu sistem biologi. Jika pendekatan kajian Ekologi Hewan berlangsung dalam tingkat komunitas atau masyarakat hewan maka kajiannya dinamakan Ekologi Komunitas atau sinekologi (synecology) dan jika penelaahan berkaitan dengan satu jenis atau populasi hewan kajiannya disebut Ekologi Populasi atau autekologi (autecology). Ekologi Komunitas cenderung mempelajari distribusi hewan di berbagai habitat, pengenalan atau pengetahuan dan komposisi jenis-jenis hewan sebagai satuan/unit komunitas serta perkembangan dan suksesinya. Ekologi Populasi kajiannya lebih menitikberatkan pada kajian tentang ragam perilaku pertumbuhan, struktur, pengaturan dan dinamika serta perkembangan populasi. Kajian Ekologi Hewan (komunitas atau populasi) yang menggunakan berbagai aspek taksonomi akan merupakan kajian yang khusus dari kelompok taksa tertentu, misalnya Ekologi Mamalia, Ekologi Burung, Ekologi Insekta, Ekologi Parasit dan lain-lain. Ekologi tentang perilaku hewan dinamakan etologi (Ethologi), sedangkan kajian tentang interaksi manusia dengan makhluk hidup lain, lingkungan dan perilakunya disebut ”Ekologi Manusia”, atau kadang-kadang ada yang menyebut sebagai ”Sosiologi”. Menurut (Kendeigh, 1980), Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sosial atau kemasyarakatan pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan ekologi hewan tentang perilaku ”kemanusiaan” (mankind). 2.5 Ruang Lingkup Ekologi Setiap ilmu memiliki batas-batas wilayah studi. Perlu dimaklumi bahwa batas wilayah kerja suatu ilmu umumnya bertumpang tindih dengan batasbatas wilayah kerja dari ilmu-ilmu lain. Sehubungan dengan itu maka sudah selayaknya kalau kita ingin mengetahui juga batas wilayah kerja dari ilmu ekologi. Untuk mempelajari gambaran yang cukup jelas tentang batas-batas wilayah kerja dari ilmu ekologi dapat kiranya dipergunakan konsep model dari Miller. Konsep tersebut beranggapan bahwa seluruh alam semesta merupakan suatu ekosistem yang tersusun oleh berbagai komponen atau kesatuan. Dalam suatu ekosistem satu atau sekelompok komponen tak dapat berdiri sendiri terlepas dari kelompok kesatuan lain. Dalam hal ini kesatuan kelompok komponen pertama akan merupakan satuan kelompok kedua, kesatuan kelompok komponen kedua akan menyusun kesatuan kelompok ke tiga, demikian seterusnya. Atas dasar pemikiran itu Miller 16
menyusun konsep model atas ekosistem alam semesta. Konsep model dimaksud dapat dituangkan dalam bentuk Gambar 2 .
Gambar 2. Konsep Model Tentang Batas-Batas Kesatuan Lingkungan yang Terdapat di Alam (Sumber : Krebs, 1972) Menurut konsep tersebut bagian-bagian atom akan membentuk satuan atom. Satuan atom akan membentuk satuan molekul, dan satuan-satuan molekul seterusnya akan membentuk satuan protoplasma, demikian proses pembentukan satuan lainnya (Miller, 1975). Dalam konsep model tersebut ditetapkan selanjutnya batas-batas wilayah kerja dari berbagai pengetahuan. Kita melihat batas-batas dari: (1) daerah mati atau daerah tanpa adanya jasad-jasad hidup, (2) daerah hidup atau daerah yang dihuni oleh jasad-jasad hidup dan (3) daerah yang masih merupakan tanda tanya. Dipaparkan pula batas-batas yang dinamakan: (1) daerah dari benda-benda submikroskopis, (2) daerah dengan benda dan jasad mikroskopis, (3) daerah makroskopis, dan (4) daerah kosmis (Miller, 1975). 17
Dalam model tersebut ditampilkan batas wilayah kerja ilmu ekologi, yaitu batas terbawah adalah tingkat organisme atau tingkat individu dan batas teratas adalah tingkat biosfer. Secara ringkas, ruang lingkup ekologi dapat digambarkan melalui spektrum biologi, yang menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan sebagai berikut (Krebs, 1972):
Gambar 3. Ruang Lingkup Ekologi (Sumber : Krebs, 1972) 1. Molekul adalah bagian terkecil yang terdiri atas dua atau lebih ikatan atom. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi. 2. Sel adalah satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang menjadi pemisah dari satuan dasar lainnya. 3. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan otot. 4. Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun atau akar pada tumbuhan. 5. Sistem organ adalah kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis, seperti kerja sama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara hidung dengan tangan. 18
6. Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup. 7. Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada suatu daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng di Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di Jawa Barat. 8. Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis organisme yang menempati suatu daerah tertentu. Di daerah tersebut setiap populasi berinteraksi satu dengan lainnya. Misalnya populasi rusa berinteraksi dengan populasi harimau di Pulau Sumatra atau populasi ikan mas berinteraksi dengan populasi ikan mujair. 9. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi. 10. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kirakira 9000 m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah permukaan tanah, dan beberapa ribu meter di bawah permukaan laut.
2.6 Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lain Ekologi secara berangsur berkembang, dan makin terlihat bahwa ekologi mempunyai hubungan dengan hampir semua ilmu lainnya. Guna memahami ruang lingkup dan sangkutpautnya ekologi, persoalannya harus dipandang dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu lain. Untuk mengerti hubungan antara organisme dengan lingkungan, maka semua bidang ilmu yang dapat menerangkan tentang komponen-komponen makhluk hidup dan lingkungan itu sangat diperlukan (Utina dan Baderan, 2009). Telah dikatakan bahwa ekologi merupakan bagian dari biologi. Namun demikian, dalam penerapannya dibutuhkan berbagai disiplin ilmu lainnya (Wardhana, 1999). 1. Ilmu Alam Lain A. Fisika, berperan dalam hal faktor fisik, seperti sinar matahari, suhu, dan lain-lain. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan. 19
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Salah satu bidang kajian ilmu fisika yang sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari yaitu pembuatan energi listrik yang berasal dari matahari. (Novianto, 2010).
Gambar 4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sumber: Novianto, 2010 B. Kimia berperan dalam proses sintesis dan analisis kimiawi dalam tubuh organisma. Ilmu Kimia berperan karena dalam ekologi proses kimia seperti dalam unsur-unsur C, N, CO2 yang merupakan bagian penting dalam beberapa reaksi kimia. Ekologi menganalisa proses sintesis juga peristiwa kimia yang terjadi dalam tubuh organisme.
C. Bumi antariksa, terutama berperan pada musim, perubahan siang malam, erosi, sedimentasi, gravitasi, dan lain-lain.
Gambar 5. Rotasi Bumi Mengakibatkan Adanya Siang dan Malam (Sumber: Wahid, 2014)
20
Gambar 6. Revolusi Bumi Mengakibatkan Perubahan Musim (Sumber: Wahid, 2014) 2. Ilmu Sosial Ilmu sosial menjadi penting bila komponen manusia dimasukkan ke dalam cakupan ekosistem (Wardhana, 1999). A. Ekonomi Banyak ekolog menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia:
Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia membuat kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat kehidupan.
Mike Nickerson mengatakan bahwa “ekonomi tiga perlima ekologi” sejak ekosistem menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi menganggap dilakukan “untuk bebas”. Ekonomi ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan
pertanyaan ekonomi dengan lainnya, namun susah. Banyak orang berpikir ekonomi baru saja menjadi bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. “Modal alam” ialah 1 contoh 1 teori yang menggabungkan 2 hal itu. B. Sosial Budaya Lingkungan sosial budaya dan ekonomi sangat penting bagi kesinambungan pembangunan berkelanjutan. Sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup di dalam kondisi sosial budaya dan ekonomi tertentu. 21
C. Politik / Hukum Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik – termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal sekarang. Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam Asas, disebut gerakan hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan manusia dan keharmonisan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
22
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Ekologi dapat juga dikatakan ekonomi alam yang melakukan transaksi dalam bentuk materi, energi dan informasi. Namun demikian manusia juga tidak dapat terlepas dari kebutuhan materi, energi dan informasi yang terus beredar. Ekologi secara berangsur berkembang, dan makin terlihat bahwa ekologi mempunyai hubungan dengan hampir semua ilmu lainnya. Guna memahami ruang lingkup dan sangkut-pautnya ekologi, persoalannya harus dipandang dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan dengan ilmu – ilmu lain tersebut dapat berupa ilmu alam dan ilmu sosial. Komponen penyusun ekologi terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Kedua komponen tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Manusia pada dasarnya telah tertarik pada konsep tentang keekologian secara praktis yang berawal dari sejarah kehidupannya dan berhubungan erat dengan sejarah alam. Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat paling sederhana ke tingkat organisasi yang paling kompleks. Tingkatan organisme dalam ekologi yang merupakan ruang lingkup ekologi adalah protoplasma, sel, jaringan, organ , sistem organ, organism, populasi, komunitas, dan ekosistem. 3.2 Saran Dalam suatu kehidupan, suatu organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya suatu organisme akan sangat bergatung padaorganisme lain dan berbagai komponen lingkungan yang ada di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
23
Brewer, R. (1994). The Science of Ecology. 2nd. Ed. New York: MacMillan Publication, Inc. Campbell, dkk, Biology Edisi Kedelapan-Jilid 2. 2008.Jakarta : Erlangga Campbell, N.A. Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid3. Alih Bahasa: Damaring Tyas Wulandari. Erlangga : Jakarta Desmukh, I. (1994). Ekologi dan Biologi Tropika. (Terj. Kartawinata dkk.). Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan. DjamalIrwa, Zoer’aini. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara.. Gunadarma University. 2013. Ekologi(67:75). (Online). (http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_alamiah_dasar/bab6-ekologi.pdf), diakses 28 Januari 2016 Heddy, Suwasono, dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali. Hinckley, A.D. (1976). Applied Ecology: A Nontechnical Approach. New York: MacMillan Publishing Co. Inc. Kendeigh, S.C. (1974). Ecology: With Special Reference to Animal and Man. New Delhi: Prentice Hall of India. Krebs C.J. 1972. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance. New York Harpers and Row Publishers. Krebs C.J. 2008. The Ecological World View. New York: CSIRO Publishing. Krebs, C.J. 1985. Ecology: the Experimental Analysis of Distribution and Abundance. 3 th.
Ed. New York: Harper and Row Publ. Kumar, H.D. (1996). Modern Concept of Ecology. New Delhi: Vikas Publishing House Pvt. Ltd. Mc. Noughton, S.J., Larry L. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University. McNaughton, S.J. and L.L. Wolf. (1998). Ekologi Umum (Terj.: Pringgoseputro and B.B. Sigandonon). Cetakan ketiga. Yogyakarta: UGM – Press. Miller, G. T. Jr., 1975. Living in The Environment: Concepts, Problems, and Alternatives, Wadsworth Publishing & Co., Belmont Muhartini, Sri. 2003. Buku Ajar Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM.
24
Novianto, Hendro. 2010. Pengertian Ekologi dan Hubungan dengan Ilmu Fisika. (Online) (http://dokumen.tips/documents/pengertian-ekologi-dan-hubungan-dengan-ilmufisika.html) diakses pada 6 Februari 2017. Odum, E.P. (1994). Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. (Terj.: Samingan, T. dan B.B. Srigandono). Yogyakarta: UGM Press. Salmani. 2011. Diktat Ilmu Lingkungan. Banjarmasin : Politeknik Negeri Banjarmasin Shukla, R.S. and P.S. Chandel. (1996). Plant Ecology. New Dehli: S. Chand and Company Ltd. Smith, R.E. (1990). Ecology and Field Biology. New York: Harper Collins Publisher Soerianegara, I. dan A. Indrawan. (1998) Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan–Institut Pertanian Bogor. Soerjani, Mohamad. 2007. Lingkungan Hidup (The Living Environment) Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan dan Kelangsungan Pembangunan (Education, Envorinmental management and Sustainable Development) Edisi Kedua.Jakarta : Yayasan Institut Pendididikan dan Pengembangan Lingkungan (IPPL). Soetjipta. (1985). Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Dept. P. dan K. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Utina dan Baderan. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Utina, R dan Baderan, D. K. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Wahid.
2014.
Revolusi
dan
Rotasi.
(Online)
(https://mrwahid.wordpress.com/2014/02/12/revolusi-dan-rotasi/) diakses tanggal 6 Februari 2017. Wardhana, Wisnu. 1999. Dasar-Dasar Ekologi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Warhana, Wisnu. 1999. Dasar-Dasar Ekologi. Makalah. Disampaikan pada Pelatihan Monitoring Biologi Bagi Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun, Stasiun Penelitian
Cikaniki.
(Online).
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/wisnu-
97/material/dasarekologi.pdf 25