PEMBAHASAN
I. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar, dalam penalaran,
proposisi yang dijadikan dasar penyimpulandisebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan
konklusi (consequence). Hubunganantara premis dan konklusi disebut
konsekuensi.
Pengertian Premis (antesendens) adalah pernyataan yang menjadi dasar
penarikan suatu kesimpulan Terdapat dua macam premis, yaitu:
1. Premis mayor adalah premis yang berisi term yang menjadi predikat
kesimpulan.
2. Premis minor adalah premis yang berisi term yang menjadi subyek
kesimpulan.
Pengertian yang menjadi subyek (S) disebut term minor.
Pengertian yang menjadi predikat (P) disebut term mayor.
Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh :
Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor).
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi).
Dari contoh tersebut term tumbuhan adalah term penengah. Akasia adalah term
minor. Air adalah term mayor.
Contoh :
Semua binatang makan (premis mayor).
Sapi adalah binatang (premis minor).
Jadi, sapi itu makan (Konklusi).
Dari contoh tersebut term binatang adalah term penengah.Sapi adalah term
minor.Makan adalah term mayor.
Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung.Penarikan secara langsung ditarik dari satu
premis.Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.Premis pertama
adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang
bersifat khusus.
SUMBER: http://genryusai.wordpress.com/2012/03/09/pengertian-penalaran/, 02
Januari 2014 pukul 19.00 WIB
KESIMPULAN: Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara
sederhana penalaran dapat diartikan sebagai proses pengambilan kesimpulan
berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya. Penalaran adalah
merupakan cara seseorang menggunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan
sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang
lain.
II. Unsur-unsur Penalaran
1. Topik, yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan
berisi sekurang – kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi
yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau
kesalahannya.
Proposisi mempunyai beberapa jenis, yaitu :
a. Proposisi empirik, proposisi berdasar fakta.
Contoh : Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak, pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk
menyatakan benar dan salah. Contoh : Gadis yaitu wanita mudah yang belum
pernah menikah.
c. Proposisi hipotetik, persyaratan hubungan subjek dan predikatyang harus
dipenuhi.
Contoh : Jika di jemput, Rudi akan ke rumah Andi.
d. Proposisi positif universal, pernyataan positif yang mempunyai kebenaran
mutlak.
Contoh : Semua manusia akan meninggal.
e. Proposisi kategoris, tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan
predikat.
Contoh : Jono akan menikahi Sari.
f. Proposisi positif parsial, pernyataan bahwa sebagian unsure pernyataan
tersebut berdifa positif.
Contoh : Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negative universal, kebalikan dari proposisi positif
universal.
Contoh : Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negative parsial, kebalikan dari proposisi positif parsial.
Contoh : Sebagian orang hidup menderita.
3. Proses berpikir ilmiah, kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti,
dan terarah menuju suatu kesimpulan.
4. Logika, metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argument
(alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
5. Sistematika, seperangkat proses atas bagian – bagian atau unsur – unsur
proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
6. Permasalahan, pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
7. Variabel, unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
8. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dll.
9. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu
terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
10. Hasil, akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau
deduktif.
11. Kesimpulan (simpulan), penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa
implikasi atau inferensi.
SUMBER: http://doublej4692.blogspot.com/2013/03/penalaran.html, 02 Januari
2014 pukul 19.30 WIB
KESIMPULAN: Unsur-unsur penalaran adalah
1. Topik
2. Dasar pemikiran
3. Proses berpikir ilmiah
4. Logika
5. Sistematika
6. Permasalahan
7. Variabel
8. Analisis (pembahasan, penguraian)
9. Pembuktian (argumentasi)
10. Hasil
11. Kesimpulan (simpulan)
III. Macam-macam Penalaran
Sebelum membahas tentang macam-macam penalaran, terlebih dahulu kita
kembali membahas arti dari penalaran tersebut. Penalaran adalah proses
berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari
prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Perbedaan dasar diantara keduanya dapat disimpulkan
dari dinamika deduktif dengan progesi secara logis dari bukti-bukti umum
kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus sementara dengan induktif,
dinamika logisnya justru sebaliknya dari bukti-bukti khusus kepada
kebenaran atau kesimpulan yang umum.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan
berupa prinsip atau sifat yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta
yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Contoh:
Suatu lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan
antara kebiasaan merokok dengan kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31
Mei 1952 terdaftar 187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai dengan
69 tahun. Kepada mereka dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang
kebiasaan merokok mereka pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya
keadaan mereka diikuti ters menerus selama 44 bulan. Berdasarkan surat
kematian dan keterangan medis tentang penyebab kematiannya, diperoleh
data bahwa diantara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249 disebabkan
kanker.
Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik yang merokok maupun
yang tidak) ternyata angka kematian dikalangan pengisap rokok tetap jauh
lebih tinggi daripada yang tidak pernah merokok, sedangkn jumlah kematian
penghisap pipa dan cerutu tidak banyak berbeda dengan jumlah kematian
yang tidak pernah merokok.
Dari bukti-bukti yang terkumpul dapatlah dikemukakan bahwa asap
tembakau memberikan pengaruh yang buruk dan memperpendek umur manusia.
Cara yang paling sederhana untuk menghindari kemungkinan itu ialah dengan
tidak merokok sama sekali.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti.
Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :
Generalisasi
Ganeralisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang
mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang
diselidiki.
Macam-macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contohnya, setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan
tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa :
Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31. Dari
penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap
bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang.
Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan
sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Contohnya, setelah kita menyelidiki sebagian bangsa indonesia,
ternyata mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, maka
penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Sah atau tidaknya sebuah simpulan dari generalisasi itu dapat
dilihat dari hal-hal berikut :
a. Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang didapat
atau dikumpulkan, makin sah pula simpulan yang diperoleh
b. Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan
dihasilkan simpulan yang sah.
c. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai
sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
Analogi
Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu
gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan
lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. Dengan kata
lain, penalaran analogi dapat diartikan sebagai proses penyimpulan
berdasarkan fakta atau kesamaan atau proses membandingkan dari dua
peristiwa (hal) yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian
ditariklah kesimpulan dari persamaannya tersebut.
Jenis – Jenis Analogi :
a. Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan
persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena
kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat
untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang
diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Club Persija Jakarta mampu masuk babak final karena berlatih
setiap hari. Maka Club Persib Bandung akan masuk babak final jika
berlatih setiap hari.
b. Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu
yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru
menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal
yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif :
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan
sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana
manusia untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas
antara akal dan hati.
Hubungan Klausal
Hubungan klausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari
peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan atau saling
berhubungan satu sama lain. Yaitu salah satu variable (independen)
mempengaruhi variable yang lain (dependen). Dalam kaitannya dengan
hubungan klausal ini, ada tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai
berikut:
a. Hubungan sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Namun juga
bisa berpola A menyebabkan C atau menyebabkan D, dan seterusnya.
Contohnya :
Kemarin Budi tidak dapat mengerjakan soal ujian. Hari ini
pengumuman nilai ujian dan Budi mendapatkan nilai yang jelek.
Karena itu, Budi pasti tidak belajar.
b. Hubungan akibat-sebab
Dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa "sebab" merupakan
simpulan.
c. Hubungan akibat-akibat
Hubungan akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan
penyebabnya. Yaitu peristiwa "akibat" langung disimpulkan pada
"akibat" yang lain.
Contohnya :
Kemarau panjang menyebabkan sungai kering.
(A) (B)
Kemarau panjang menyebabkan sawah menjadi kekurangan air.
(A) (C)
Dalam proses penalaran, "akibat-akibat", peristiwa "sungai
kering (B)" merupakan data, dan "sawah menjadi kering (C)"
merupakan simpulan. Jadi, karena sungai kering sawah menjadi
kekurangan air.
Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis dari pada
sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas
atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama
Macam – macam klasifikasi :
1. Klasifikasi Artifisial
Sistem ini adalah mengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri
atau sifat-sifat lainnya, misal pengelompokan menurut pengarang,
atau berdasarkan ciri fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan
sebagainya.
2. Klasifikasi Utility
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan
jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa.
Buku pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru.
Buku koleksi referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar
kegunaannya).
3. Klasifikasi fundamental
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi
pokok persoalan yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokan bahan
pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya:
a. Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya
berdekatan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi
yang dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang
kuat.
c. Memudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.
d. Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
e. Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.
Kasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar
maupun kecil. Dalam sistem tersebut buku dikelompokan berdasarkan
subyek, sehingga memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus.
Metode ini diawali dari pembentukan
Teori, hipotesis,
Definisi operasional,
Instrumen dan
Operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus
memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran
deduktif tersebut, konsep dan teori merupakankata kunci untuk memahami
suatu gejala.
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau putusan
lain yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan atas
prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang
merupakan abgian dari hal atau gejala diatas. Dengan kata lain, penalaran
deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
denganconsequence (konklusi).
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-
hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-
bagiannya yang khusus.
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan
arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-
media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status sosial.
Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor
artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah
silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua
proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa
konklusi).
Misalnya :
"Semua orang akhirnya akan mati" (premis mayor).
"Hasan adalah orang" (premis minor).
Oleh karena itu, "Hasan akhirnya juga akan mati" (kesimpulan).
Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus.
Dari yang abstrak ke yang konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.
Jenis Penalaran Deduktif
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung
yaitu:
1. Silogisme Kategorial :
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial
disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak
anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung
predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang
mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak abadi
Hukum-hukum Silogisme Katagorial
Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular
juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halaldimakan).
Kaidah- kaidah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term
minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis
minor, dan kesimpulan
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat
ditarik satu simpulan.
1. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor
bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jikakonklusi tertentu itu
terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor
menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
1. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian
antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar
konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent,
seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan
akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak
penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Kaidah- kaidah Silogisme Hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini
adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B,
jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah =
salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh :
a. Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
b. Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Konklusi : Manusia akan kehausan.
2. Silogisme Akternatif :
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak
alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial
yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi
tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti
sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas.
1) Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
2) Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai
alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Isa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua
tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya
adalah mengakui alternatif yang lain.
2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah
mengingkari alternatif yang lain.
Kaidah-kaidah silogisme alternatif :
1) Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan
selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2) Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah
sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah
(benar)
Contoh :Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut.
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif
konklusinya tidak sah (salah)
Contoh :Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Rifki menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
3. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
kesimpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani "en" artinya
di dalam dan "thymos" artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang
tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi
untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian
dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas,
istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen
yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik
silogisme" adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan
kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk
pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang
diperpendek.
Contoh :
Rumus Entimen:
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang
terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai
yang baik
Beberapa ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
1) Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
2) Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya
secara implisit, dalam premis.
SUMBER: http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html,
02 Januari 2014 pukul 19.45 WIB
KESIMPULAN: Penalaran dibagi dua macam yaitu penalaran induktif dan
deduktif. Kedua jenis penalaran tersebut mempunyai maksud dan Silogisme
yang berbeda. penalaran deduktif adalah proses penyimpulan pengetahuan
khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal.sedangkan penalaran
induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat
khusus.
IV. Salah Nalar
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan.
Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah
nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena
dorongan emosi.
Salah nalar ada dua macam:
1. Salah nalar induktif, berupa :
a. kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b. kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c. kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
a. kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
b. kesalahan karena adanya term keempat;
c. kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
d. kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Pengertian dan contoh salah nalar :
1. Gagasan,
2. pikiran,
3. kepercayaan,
4. simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan
yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan
disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita
sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut
penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan
informal dan karena materi dan proses penalarannya yang merupan kesalahan
formal. Salah nalar (fallacy) ialah gagasan, pikiran atau simpulan yang
keliru atau sesat. Salah nalar terjadi karena kita tidak mengikuti tata
cara pemikiran dengan tepat.
Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
A. Generalisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
B. Analogi yang salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan
harga terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu
dapat menjualya dengan harga terjangkau.
Macam salah nalar, yaitu :
1. Deduksi yang salah
Salah nalar akibat deduksi yang salah amat sering dilakukan orang. Hal ini
terjadi akibat simpulan simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis
salah atau yang premisnya tidak
Misalnya : Pengiriman manusia ke bulan hanyalah penghamburan. (premisnya :
semua eksperimen ke angkasa luar hanyalah penghamburan)
2. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena jumlah premis yang terbatas tidak memadai.
Harus dicatat bahwa kadang-kadang premis yang terbatas mengizinkan
generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. ( Orang Indonesia ada yang
malas ada juga yang ramah).
3. Pemikiran "atau ini, atau itu"
Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil. (Apakah untuk menjadi
terampil kita selalu harus bersekolah? )
4. Salah nalar atas penyebabnya
Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan
akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu
peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia,
penentuan sebab dan akibat sifatnya sulit. Salah nalar atas penyebab yang
lazim terjadi ialah salah nalar yang disebut post hoc dan ergo propter hoc
(sesudah itu dan maka karena itu).
Misalnya : Swie King menjadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu
juga didoakan oleh para pendukungnya).
5. Analogi yang salah
Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk
mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apadan
analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin unuversitas seperti jendral memimpin
divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).
6. Penyimpangan masalah
Salah nalar disini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika
kita menukar pokok masalah dengan pokok masalah yang lain, ataupun jika
kita menyimpang dari garis masalah.
Misalnya : Program kelurga berencana tidak perlu karena tanah di
Kalimantan masih kosong. (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya
memilikitanah).
7. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
Salah nalar disini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak
langsung berkaitan, untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya orang merasa
kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah.
Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga.
(Korupsi dihalalkan karena banyaknay korupsi dimana-mana).
8. Argumentasi ad hominem
Salah nalar ini terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan
bukan persoalannya. Khususnya dibidang politik, argumentasi jenis ini
banyak dipakai.
Misalnya : Ia tidak mungkin seorang pemimpin yang baik karena kekayaannya
berlimpah. (Yang dipersoalkan bukanlah kepemimpinannya).
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli
untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat
berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak
kebenaran pokok masalah. Misalnya, kita mengutip pendapat bintang film
tentang pengembangan demokrasi.
10. Non sequitur
Dalam argumentasi, salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis
yang tidak, atau hampir tidak ada sangkut pautnya sama sekali.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu
usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendekiaan dan
kepandaian merumuskan usul).
SUMBER: http://seckerfers.wordpress.com/2011/10/28/salah-nalar/, 02 Januari
2014 pukul 20.00 WIB
KESIMPULAN: Macam-macam salah nalar, yaitu :
1. Deduksi yang salah
2. Generalisasi yang terlalu luas
3. Pemikiran "atau ini, atau itu"
4. Salah nalar atas penyebabnya
5. Analogi yang salah
6. Penyimpangan masalah
7. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
8. Argumentasi ad hominem
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10. Non sequitur
DAFTAR PUSTAKA
http://genryusai.wordpress.com/2012/03/09/pengertian-penalaran/, 02 Januari
2014 pukul 19.00 WIB
http://doublej4692.blogspot.com/2013/03/penalaran.html, 02 Januari 2014
pukul 19.30 WIB
http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html, 02
Januari 2014 pukul 19.45 WIB
http://seckerfers.wordpress.com/2011/10/28/salah-nalar/, 02 Januari 2014
pukul 20.00 WIB