2
20
ACCOUNTING MEASUREMENT SYSTEM
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Akuntansi Keuangan
Disusun oleh:
Anggraini Winda Purnamasari
1406645001
Anggreani Widiawati
1406645014
Dita Suryadinata
1406645216
Devi Oktavia Ekananda
1406645153
Mohammad Indra Raditya
1406645714
PENDIDIKAN EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
SALEMBA, JAKARTA 2015
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan dengan jelas menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan dengan tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran : Teori Akuntansi Keuangan
Judul Makalah : Accounting Measurement System
Tanggal : 09 Oktober 2015
Dosen : Lufti Yulian S.E., M.M
Anggota :
Nama
NPM
Tanda tangan
Anggraini Winda Purnamasari
1406645001
Anggreani Widiawati
1406645014
Dita Suryadinata
1406645216
Devi Oktavia Ekananda
1406645153
Mohammad Indra Raditya
1406645714
THREE MAIN INCOME AND CAPITAL MEASUREMENT SYSTEMS
System akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15, yaitu system akuntansi double-entry. Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah secara signifikan. Bersamaan dengan revolusi industry, khususnya setelah jatuhnya wall street pada tahun 1929, system akuntansi trandisional berdasarkan historical cost system muncul dan memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian pada tahun 1960-an beberapa alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan mulai berkembang, yaitu current cost accounting dan current selling prices (exit prices). Current cost accounting juga dianggap sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value accounting system.
HISTORICAL COST ACCOUNTING
Objective of Accounting
Berkembangnya perusahaan membuat akuntansi memiliki peran yang sangat signifikan sebagai sumber informasi mengenai perusahaan, dimana pemilik dan pengendali perusahaan merupakan dua pihak yang berbeda. Absentee owners yang tidak berperan dalam operasional perusahaan tidak memiliki pengetahuan mengenai operasional dan kondisi perusahaan. Mereka sangat bergantung kepada laporan akuntansi untuk mendapatkan informasi. Perusahaan yang besar juga harus membuat sebuah laporan mengenai kondisi perusahaan secara jelas kepada pemilik (investor), kreditor dan stakeholder yang berkepentingan lainnya. Disinilah stewardship function dari manager memfocuskan perhatian kepada pelaporan akuntansi untuk para stakeholder, dan sebaliknya owner dan kreditor menaruh perhatian utama pada apa yang dilakukan management dengan modal (dana) yang dipercayakan padanya. Akuntabilitas, kemudian menjadi objek yang sangat kritis dari fungsi ini.
Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu stewardship dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost menekankan hubungan "kontraktual" yang konservatis antara perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber dana, dan membuat management bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam operasi perusahaan, hasil "profit/output" dari operasional tersebut dan dampaknya terhadap nilai tambah ekuitas. Maka income statement adalah kunci komunikasi yang tepat dari mekanisme ini.
Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset dan kewajiban pada dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan. Dalam historical cost theory informasi mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak begitu penting, namun yang terpenting adalah profit.
Berdasarkan akuntansi konvensional 'net worth' adlaah pengukuran yang tidak tepat relevan pemilik perusahaan hanya ingin mengetahui hasil investasi mereka pad aperuahaan. Maka fungsi akuntansi yang paling pentng adalah bukanlah menunjukkan 'net worth' pemilik melainkan menunjukkan profit.
Capital and Profit
Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital ( assets dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama dengan nilai pada periode awal, dimana semua asset dan kewajiban dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian. Income menunjukkan hasil dari perusahaan selama periode tertentu, expenses merupakan sumber daya yang dibelanjakan dan profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam beroperasi.
Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan, dimana menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan balance sheet dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB menggunakan istilah 'revenue-expense view' dan 'asset-liability view'. Terdapat dua konsep dasar dalam historical cost revenue-expense viewpoint yaitu 'matching of cost' dan 'conservatism'.
Matching Cost Theory
Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena biaya yang melekat pada pendapatan 'cost attach'. Akuntan mencatat setiap transaksi biaya dan men-trasir-nya kepada pendapatan yang diterima dari biaya tersebut. Akuntan memutuskan biaya yang bisa diakui 'expired' untuk kemudian dilekatkan (matching) pada pendapatan di income statement, dan biaya yang belum dapat diakui 'unexpired' akan dilaporkan di balance sheet (unmatched assets). Hal ini merupakan konsep 'matching cost against revenue' yang merupakan konsep penting dalam historical cost accounting.
Conservatism
Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan hanya dapat diakui jika terdapat keyakinan yang tinggi ('high probability') bahwa pendapatan tersebut akan diterima. Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara pengakuan biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis lainnya mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi penurunan nilai harus diakui –the lower of cost or market rule.
Konsep konversative menggunakan system akuntansi dengan pendekatan transaksi (transaksi dibuktikan adanya kredit atau cash) dan tidak mengakui sebuah kejadian yang tidak dihasilkan dari adanya transaksi (misalnya peningkatan harga).
Arguments of Historical Cost Accounting
Historical cost accounting banyak diserang, terutama banyak dikritik karena tidak mampu melaporkan kondisi sebenarnya atau tidak dapat menyediakan nilai up-to-date dari 'net-worth'. Atas hal tersebut defender memiliki argument-argumen berikut ini :
Relevant in making economic decisions
Managers membuat keputusan mengenai komitmen masa depan membutuhkan data transaksi masa lalu. Mereka harus dapat mereview upaya masa lalu dan ukuran dari upaya ini adalah biaya historis.
Historical cost didasarkan pada transaksi yang actual bukan hanya transaksi yang mungkin atau belum terjadi.
Financial statement berdasarkan biaya histori, sehingga memudahkan menemukan data dan lebih bermanfaat.
Konsep yang terbaik dalam memahami konsep profit, dimana kelebihan nilai harga jual dibadingkan dengan harga perolehan.
Akuntan dapat menjaga integritasnya dengan menjaga data berdasarkan nilai historis dibandingkan dengan modifikasi internal. Banyak yang berpendapat bahw historical cost system mengurangi praktik manipulasi dibandingkan current cost system ataupun selling price system.
Informasi mengenai profit yang disajik an oleh system alternative yang lain (current cos dan selling price) tidak bermanfaat.
Aperubahan dalam harga pasar dapat disajkan dan diungkapkan oleh data pendukung atau tambahan.
Tidak ada bukti yang cukup untuk menolak terhadap historical cost accounting.
Criticisms of Historical Cost Accounting
Objective of accounting
"Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan stewardship function dari management merupakan interprestasi yang terllau sempit atas tujuan akuntansi"
Pelaporan sebagai fungsi stewardship walaupun penting namun hanya merupakan tujuan kedua dari akuntansi. Pada sejarahnya tujuan utama akuntansi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan para pengguna informasi (users). Pendekatan decision-usefullness membutuhkan posisi 'forward-looking' yang dapat memberikan informasi yang relevan dibandingkan hanya menyajikan informasi masa lalu. Investor juga tertarik mengetahui kenaikan dan penurunan nilai dari investasi mereka yang dipresentasikan oleh net assets perusahaan. Dan historical cost system gagal memenuhi tujuan ini.
Kritik terhadap historical cost system berulang-ulang berargumen bahwa system gagal menjamin terpenuhinya tujuan penyediaan informasi yang objektif. Sangat banyak keputusan yang berhubungan dengan pencatatan, pengukuran dan pelaporan informasi, namun historical cost system sangat jauh dari objektif dan justru membuka terjadinya manipulasi.
Information of Decision Making
"Akuntansi biaya historis meskupin bermanfaat namun tidak cukup untuk mnegevaluasi keputusan-keputusan bisnis. Pernyataan biaya historis yang mnegaitkan pada assets (cost attach theory) hanyalah fiksi"
Biaya historis memang mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk mengevaluasi keputusan bisnis. Ketika asset diperoleh biaya historis adalah tepat karena nilainya mengacu pada kejadian saat ini (saat itu up to date). Akan tetapi segera setelah periode akuisi lewat, nilai ini tidak lagi up to date dan oleh karena nya tidak lagi logis untuk dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan bisnis.
Modal (capital) sangat beguna dalam pengambilan keputusan, 'capital' dapat didefinisikan sebagai kemampuan beroperasinya perusahaan (kemampuan perusahaan untuk tetap berproduksi), atau menunjukkan 'purchasing power' perusahaan (kemampuan perusahaan untuk bertransaksi di pasar).
Jika modal adalah kemampuan operating perusahaan, maka laba merupakan perubahan dalam kemampuan tersebut dalam suatu periode tertentu yang diperoleh setelah memelihara modal fisik perusahaan. Informasi ini sangat berguna dalam keputusan yang focus pad akemampuan perusahaan untuk menjaga produksi dan untuk bersaing dengan yang lain dalam industry di masa depan.
Jika laba adalah perubahan dalam kemampuan membeli (purchasing power), konsep modal yang sedang dipertahankan merupakan modal financial yang diukur pad aharga saat ini (current prices). Lagi, informasi ini berguna dalam menghasilkan informasi yang memperhatikan perubahan dalam kapasitas perusahaan di masa depan utntuk bertransaksi di masa depan.
Kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost system tidak memiliki interprestasi 'prospective' melainkan 'retrospective'. Capital hanya dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada perusahaan bukan sebagai daya beli (purchasing power). Setelah tahun akusisi, biaya historis tidak menghubungkan kejadian pada tahun tersebut dan setelahnya. Akuntansi menciptakan sebuah kenyataan yg fiksi yang harus dipercayai bahwa biaya historis berhubungan dengan operasi saat ini.
Historical cost system akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga naik karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan pendapatan sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari dapat mengarah pada pengurangan capital dimana capital didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk berproduksi, bertransaksi, atau sebaliknya untuk beroperasi dimasa depan. Profit berdasaran historical cost juga dapat memperdaya management lebih dalam lagi bahwa laba yang dibayarkan dapat melebihi laba tahunan yang sesungguhnya menghilangkan basis modal.
Basis of Historical Cost
"Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis"
Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya prinsip going concern assumption. Dimana menggang bahwa uum perusahaan adalah tidak dapat ditentukan jadi ekspektasi normal mengenai item non-monetary akan terpenuhi. Inventori sepenuhnya akan terjual, dan non-current asset akan speenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena itu nilai histori asset , atau bagian yang dialokasikan merupakan jumlah yang tepat untuk disandingkan dnegan pendapatan. Namun pada kenyataannya tidak ada bisnis yang berlangsung 'tidak pasti' ke masa depan. Semua bisnis sangat dimungkinkan akan berhenti beroperasi. Dan akan lebih beralasan untuk mengasumsikan penghentian daripada keberlangsungan.
Matching
"Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan dan terpercaya"
Pada faktanya dalam banyak kasus penandingan biaya dan pendapatan tidak mungkin dipraktikkan.pepandingan adalah sebuah proses untuk keputusan acak yang harus dibuat daripada sebuah analisis yang konsisten. Dalam matching konsep tidak ada konsep penandingan yang pasti, tidak ada cara untuk metode lain dalam penyandingan kecuali secara arbitrary.
Salah satu konsekuensi dari 'matching concept' adalah meletakkan neraca sebagai posisi kedua setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan pada net profit. Kritikus berargumen bahwa ini bias terhadap neraca dimana laba rugi meletakkan neraca pada posisi yang kedua.Padahal neraca memiliki kepentingannya sendiri, neraca adalah sumber utama informasi dari posisi keuangan perusahaan.
The Australian Accounting Standards Boards (AASB) meyatakan bahwa penggunaan konsep 'matching' dapat mengarah pada volatilitas dalam menghasilkan laporan dna profit smoothing selama periode pelaporan yang berbeda. Penggunaan konsep 'matching' tidak menghasilkan informasi yang relevan dan terpercaya
Nortion of Investor Needs
"Historical cost accounting system hanya memberikan ide untuk kebutuhan investor yang tertarik pada analisa pasar bukan intelegent investor yang tertarik pada apa yang terjadi pada perusahaan."
Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada penentuan net-profit menyebabkan penyimpangan dan penyembunyian atas pengungkapkan penting informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan kauntansi konvensional telah disalahartikan, dimana akuntan berpandangan sempit akan kebutuhan investor dan menerima cara lama dalam menganalisis perusahaan dan sahamnya. Akuntansi konvensional memandang bahwa prosedur mendasar dalam analisis perusahaan menekankan pada profit dan dividend, dan pendekatan tersebut adalah pendekatan yang tepat untuk semua perusahaan.
Akuntan seharusnya menyediakan informasi untuk investor yang canggih dan pintar, yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnis perusahaan. Investor ini lebih tertarik pada nilai pengembalian jangka panjang.
CURRENT COST ACCOUNTING
Objective of Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan dari penggunaan Current Cost Accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-macam keputusan yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan terlebih dahulu bahwa tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya perusahaan yang tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell merumuskan permasalahan ini menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:
Berapa jumlah aset yang harus disimpan dalam waktu tertentu
Bentuk dari aset seharusnya bagaimana
Bagaimana seharusnya aset dibiayai
Manajer membuat keputusan terhadap tiga permasalahan tersebut berdasarkan ekspektasi tentang kejadian di masa depan. Untuk menghasilkan ekspektasi yang relatif akurat, manajer harus mengevaluasi aktivitas masa lalu. Salah satu caranya adalah dengan membandingkan data akuntansi antara periode tersebut dengan data ekspektasi awal yang telah direncanakan sebelumnya. Bila perbandingan ini menunjukkan bahwa ekspektasi itu tidak lagi akurat, maka current events atau ekspektasi harus diubah. Contohnya apabila data akuntansi menunjukkan bahwa total biaya dari bahan baku lebih tinggi dari yang dianggarkan karena harga bahan baku lebih tinggi dari yang sudah direncanakan, maka perusahaan harus mengubah ekspektasinya tentang harga bahan baku di masa depan dan berapa anggaran bahan baku yang dibutuhkan di masa depan. Informasi akuntansi sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan sehingga peristiwa aktual harus diukur seakurat mungkin. Menurut Edwards dan Bell perubahan harga dalam suatu periode merupakan sesuatu yang penting untuk disadari oleh manajemen dalam mengambil keputusan terbaik di masa depan.
Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi manajemen, mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi pihak luar, seperti pemegang saham dan kreditur karena mereka ingin menilai performance perusahaan. Dari tero tersebut, informasi akuntansi memiliki dua tujuan, yaitu:
Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan yang terbaik
Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.
Concept of Bussiness Profit and Financial Capital
Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah akan menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana mendanai dan menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).
Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell menawarkan sebuah konsep profit yang dinamakan 'Bussiness Profit' yang terdiri dari (1) current operating profit dan (2) realisable cost savings. Current Operating Profit adalah selisih dari current value dari output yang terjual dengan current cost dari aset yang dicimpan dalam waktu tertentu. Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi dan yang belum direalisasi. Busines profit dihitung secara real basis – yaitu, elemen fiksi akibat perubahan tingkat harga umum dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable cost savings adalah 'holding gains / losses', yang dapat direalisasikan atau belum direalisasi.
Holding Gains and Loses
Sebuah asumsi yang membawahi 'Business Profit' adalah menggabungan antara holding gains/loses dan operating holding/loses memmbingungkan pengambilan keputusan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam ekonomi. Konsep Business Profit membolehkan pemisahan dari dua komponen tersebut. Mempertahankan (Hold) aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan.
Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss? Memegang komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain ingin tahu apakah harapan ini sukses. Dalam akuntansi konvensional, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut dilepaskan. Oleh karena itu, menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak adalah hampir mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama. Juga, dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat disesatkan perusahaan mana yang lebih efisien. Misalkan semua perusahaan dalam suatu industri tertentu sama-sama efisien, tetapi Perusahaan A dimulai 10 tahun lebih awal dari yang lain. Keuntungan operasional A akan lebih besar karena beban penyusutan rendah, sehingga memberikan kesan bahwa A lebih efisien daripada yang lain. Tapi keuntungan yang lebih besar bukan karena efisiensi dari manajer dalam operasi perusahaan pada tahun berjalan. Sebaliknya, itu mencerminkan efisiensi para manajer dari 10 tahun yang lalu dalam memulai bisnis dan pembelian suatu aset pada saat itu. Oleh karena itu, pemisahan holding gain dan operating profit memberikan kredit untuk manajer yang tepat.
Misalkan bahwa A Perusahaan menjadi kurang efisien dan sejarah saat ini biaya laba operasi adalah sama dengan perusahaan lain. Inefisiensi akan tersembunyi juka memakai akuntansi konvensional karena holding gain akan dicampur dengan laba operasional. Sebuah asumsi yang mendasari Current Cost Accounting adalah bahwa percampuran holding gains dan operating gains membingungkan evaluasi kebijakan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam perekonomian. Namun, pemisahan current operating profits dan holding gain (or losses) tidak selalu diterima bermanfaat. Drake dan Dopuch, serta Prakash dan Sunder, menegaskan bahwa beberapa kebijakan manajer mempengaruhi kedua komponen, sehingga dalam beberapa kasus holding gain dan current operating profit tidak independen satu sama lain. Misalnya, aset yang diperoleh untuk menurunkan future operating expenses (misalnya mesin baru yang dibeli untuk menghasilkan persediaan dengan biaya yang lebih rendah). Manfaat yang berhubungan langsung dengan aset akan tercermin dalam future operating profits daripada perubahan dalam current cost aset saat diperoleh. Jika current cost aset mengalami penurunan, hal itu tidak akan masuk akal untuk menyalahkan manajemen dalam menimbulkan kerugian jika peningkatan laba usaha karena penurunan beban usaha (HPP di contoh kita) lebih dari offset kerugian.
FINANCIAL CAPITAL VERSUS PHYSICAL CAPITAL
Pada system akuntansi dengan menggunakan penilaian pasar, perhitungan profit didasarkan pada pengukuran modal (capital). Profit lebih didefinisakn pada perubahan modal selama periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi dari biaya historis yang ditentukan dengan berbagai ketentuan akuntansi. Pada current cost accounting, terdapat dua pandangan pokok terhadap menentukan modal awal dan modal akhir serta bagaimana profit diukur, yaitu secara konsep financial (financial capital concept) dan konsep fisik (physical capital concept).
Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah ada atau tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara kuantitaif, holding gains (lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial capital dan tidak termasuk dalam profit pada physical capital. Sebagai ilustrasi, terdapat perusahaan yang memulai operasinya dengan kas sebesar $1000 pada tanggal 1 januari, kemudian menggunakannya untuk membeli 100 unit dengan harga $10 per unit. Pada tanggal 31 januari, unit tersebut dijual dengan harga $18 per unit. Harga perolehan unit tersebut pada tanggal 31 januari meningkat menjadi $12 per unit. Jika diasumsikan profit akan digunakan untuk membayar dividen pada akhir bulan, maka kalkulasi perhitungan profit adalah sebagai berikut:
In Support of Physical Capital
Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik yang menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Pada kasus sebelumnya, awalnya perusahaan memiliki 100 unit maka seharusnya harus mampu membeli 100 unit pada akhir periode. Ketika harga unit naik sebesar $2 per unit, perusahaan membutuhkan tambahan sebesar $200 pada akhir periode untuk mempertahankan kemampuan operasionalnya. Sehingga, $200 bukanlah merupakan holding gain, tetapi penyesuaian terhadap pemeliharaan modal (capital maintenance adjustment). Analisis tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Jika dividen dibayarkan sebesar $800, perusahaan akan memiliki modal sebesar $1000 pada akhir periode yang dapat digunakan untuk membeli sebanyak 83 unit pada awal februari, sehingga tidak dapat mempertahankan kemampuan operasional pada level yang sama seperti periode sebelumnya, yaitu 100 unit.
Major Features of The Physical Capacity System – Capital Maintenance
Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang sama secara berkelanjutan, yaitu mempertahankan kemampuan operasionalnya.
Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa stok fisik dari net aset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh dengan menyamakan pemakaian sumber daya yang diukur dengan harga perolehan saat ini dan memastikan nilai pembelian item moneter dipertahankan. Hal tersebut juga dapat digunakan untuk mengkalkulasi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan input serta harga minimal penjualan output dengan asumsi continuity dan non-liquidation.
Menurut logika ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah output yang diproduksi berasal dari input dengan total opportunity cost yang minimum. Contohnya, jika upah mengalami peningkatan maka dibutuhkan metode capital-intensive pada kegiatan produksi untuk mengurangi input labour sehingga biaya menjadi minimal.
Valuation Principles
Non-monetary Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam jumlah yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non moneter seperti tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan kondisi pasar. Untuk tujuan pelaporan, aset non moneter harus dinilai dan ditampilkan pada current cost. Penilaian diperoleh dengan cara:
Harga pembelian saat ini di pasar, atau
Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau
Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset terspesialisasi.
Pendepresiasian aset diperoleh dengan mengurangkan nilai baru aset dengan akumulasi depresiasi. Saat aset non moneter ditentukan, dilakukan penyesuaian pada akun current cost reserve di bagian ekuitas. Saat penurunan nilai secara permanen menurunkan kemampuan operasional entitas, maka penyesuaian dilakukan langsung pada laba rugi.
Monetary Items and Loan Capital
Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan membeli. Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan perubahan pada current cost dari barang atau jasa.
Non-Monetary Assets Bought and Sold on The Same Market
Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan untuk tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut tidak secara langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset tersebut umumnya digunakan sebagai profit-generating purpose atau untuk dijual kembali saat ada capital gain.
Arguments for and Against Current Cost
Recognition Principle
Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost accounting melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan diakui pada saat non-monetary asset dihapus. Pendukung physical capital juga berpendapat bahwa jika perusahaan berencana menggunakan non-curent aset dibandingkan menjualnya, perubahan pada harga pasar dari aset tersebut tidak relevan untuk dijadikan profit.
Objectivity of Current Cost
Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost accounting mencerminkan objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost tidak didasarkan pada transaksi perusahaan yang sebenarnya.
Technological Change
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka harga dari mesin lama harus disesuaikan.
More Specific Criticisms
Advocates of Historical Cost
Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada dasarnya dikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu subjektivitas dari penentuan peningkatan biaya. Apabila tik ada second-hand market yang reliable, maka dasar penentuan current cost dari aset tetap perusahaan adalah aset baru yang diekspektasikan untuk mengganti yang lama.
Comparison on the Result with Historical Cost
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
Advocates of Exit Price
Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan adalah menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaan sudah memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang tersebut tidaklah relevan.
Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problem matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang bervariasi. Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan harga rata-rata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.
Sterling mempertimbangkan penggunaan physical capital concept yang yang hanya berlaku jika kondisi perusahaan mengganti unitnya secara terus menerus, mengalami kenaikan harga secara terus menerus, membeli dan menjual pada pasar yang berbeda, menginvestasikan secara penuh pada unit fisik.
EXIT PRICE ACCOUNTING
Income and Capital
Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Terdapat dua perbedaan yang mendasar dengan perhitungan historical cost pada akuntansi:
Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar berfungsi untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap sebagai unrealized gains.
Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi
Jadi aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values (harga jual), sehingga laporan yang ada menggambarkan nilai wajar pasar pada perusahaan, bukan saat situasi fire-sale (ambigu). Laporan laba rugi menggambarkan profit atau losses dari hasil operasi yang disesuaikan dengan keuntungan dalam memegang aset. Bagaimanapun, profit diukur dalam konsep comprehensive dimana dalam konsep ini mengukur secara total perubahan riil dalam nilai daripada elemen ekuitas yang telah di akui.
Objective of Accounting ( Adaptive Decision Making)
Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah kemampuannya dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash maka saldo kas perusahaan akan turun dan membatasi perusahaan untuk mengeluarkan kas untuk investasi lain. Sebaliknya, jika perusahaan membelinya secara kredit, maka akan mengurangi kemampuan pengambilan kredit perusahaan di masa datang. Konsep perilaku adatif melihat perusahaan untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset, jika tindakan ini memberikan keuntungan terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan menjaga aset tidak lancarnya hanya jika nilai sekarang dari arus kas masa depan dari penggunaan aset lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas masa depan jika ada alternatif investasi lain.
Chamber mengakui bahwa setiap aset yang dimiliki pada prinsipnya adalah nilai dari pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value in use). Nilai pakai (Nilai saat ini) pada dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan saaat ini, dan hal itu merupakan keyakinan atas masa depan, bukan fakta pada saat ini.
Argument for Exit Price Accounting
Providing useful information
Perusahaan bisnis umumnya dimiliki oleh satu orang atau grup kecil dari partner. Akuntan adalah yang menyiapkan laporan keuangan dan bertanggung jawab hanya kepada dua kepentingan: pemilik, yang mengatur bisnis dan mengetahu detail semua transaksi dan kreditur, yang memiliki ketertarikan atas kemampuan pemilik dalam membayar pinjaman yang jatuh tempo.
Solusi ideal bagi akuntan adalah untuk melaporkan segala profit dan kerugian, lalu nilainya ditentukan berdasarkan kompetitf dari pasar yang ada. Bagaimanapun, tidak semua aset memiliki pasar yang siap. Berikut ini adalah pasar yang diharapkan dapat hadir untuk menentukan nilainya
Marketable assets at market price (exit price)
Non-marketable reproducible assets at replacement costs
Occasional non-marketable, non-reproducible assets at historical costs.
Profit harus mencakup semua hal yang telah direalisasikan juga unrealized dalam hubungannya dengan prinsip clean surplus.
Relevant and reliable information
Untuk menjadi relevan, informasi harus bergunan dalam pengambilan keputusan akuntansi bagi para pengguna laporan. Model pengambilan keputusan, memungkinkan pengguna untuk memutuskan yang mana merupakan aksi yang tepat dari berbagai alternatif yang ada. Jika tidak ada kendala, informasi dapat dikumpulkan yang mana saja yang relevan terhadap masalah yang dihadapi dan model keputusan. Bagaimanpun, kendala ada karena sumber informasi yang langka juga mahal. Masalahnya adalah untuk memilih model keputusan yang sesuai dengan cara menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari alternative yang tersedia.
Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam CCE accounting, Produk utama dari sistem laporan akuntansi – neraca dan laporan laba rugi. Jika memberikan nilai yang berbeda dengan berbagai karakteristik yang berbeda juga, maka tidak dapat secara logis dapat ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, tidak dapat menilai kewajiban sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset sebesar biaya replacement (persediaan), yang lain sebesar nilai saat ini (sewa). Juga tidak dapat mencampuradukkan biaya historis dengan tanggal yang berbeda dan makna yang berbeda dalam mengkalkulasikan aset bersih.
Allocation
Thomas mengeluhkan fakta bahwa dalam sistem akuntansi biaya (historical dan current) sangat bergantung pada alokasi untuk valuasi aset dan menentukan profit. Positifnyadari exit price accounting bahwa laporan keuangan dialokasikan secara bebas. Profit menggambarkan jumlah dari perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih, terkecuali tambahan investasi dari atau didistribusikan oleh owner.
Reality
Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena memang menggunakan harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai aset selalu naik atau harga konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item yang ada memiliki saldo nol. Dengan dua kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-item dari laporan keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia.
Objectivity
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada kenyataannya nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada saat ini. Parker melakukan penelitian relative dan objektivitas untuk exit price dengan historical cost. Parket menunjukkan bahwa exit price mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat. Penyebab utamanya adalah perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.
A measure of risk
Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi berbagai risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang signifikan akan membutuhkan:
deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja keuangan
Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar instrument keuangan
Arguments Against Exit Price Accounting
Profit Concept
Seperti yang diketahui, bahwa keuntungan adalah ukuran aktivitas kinerja dari perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional mereka dalam menggunakan sumber daya yang telah ada. Ketika evaluasi telah dibuat, maka perusahaan dapat memutuskan apakah melanjutkan dalam pemakaian aset atau menjual asset dan menggunakan hasil yang ada pada alternative yang lain.
Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika berpikir objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa arus kas yang setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan menggunakan dan tercatat sesuai tanggal neraca.
The Valuation of Liabilities
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal bukan, nilai pasar. Oleh karena itu terdapat inkosistensi karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan dengan harga pasar.
Current Cost vs Exit Price
Ada satu pertanyaan yang krusial dalam memutuskan apakah menggunakan current cost atau exit price: pada saat apa siklus operasi harus menggunakan exit price atas penilaian sebuah aset? Current cost berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih baik, diantaranya karena:
Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah pembelian harga akan jatuh dan kurang dari harga perolehan
Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek, karena fokus terhadap likuidasi dan disposal
Exit price pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi terhadap laba operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini
VALUE IN USE VERSUS VALUE IN EXCHANGE
Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang berorientasi pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor lebih tertarik pada future cash flow perusahaan dibandingkan nilai likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba operasional dibandingkan dengan current cash flow. Sehingga yang dibutuhkan adalah pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset terhadap output. Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling efisien dari penggunaan aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal atau kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari perusahaan dan current spending power yang merupakan performa jangka pendek perusahaan. Pendekatan ini penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau perusahaan yang berhubungan dengan tradeable goods yang operasinya dengan cepat beradaptasi pada kondisi pasar.
PERSPEKTIF GLOBAL DAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS
Berbagai jenis penerapan biaya kini (current cost) dan akuntansi perubahan telah diuji dan diadaptasi di beberapa negara antara lain :
1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas inflasi dan biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan data biaya kini mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah dilakukan banyak debat yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan, FASB mengeluarkan Statement 89 di tahun 1986, membatalkan persyaratan tersebut namun tetap meminta setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan data.
Dalam Statement 33, FASB mensyaratkan Perusahaan untuk menyampaikan informasi mengenai :
Profit dari Continuing Operations dengan menggunakan Current Cost Basis untuk tahun finansial berjalan
Current Cost untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan di akhit tahun finansial
Perubahan current cost di tahun finansial berjalan untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan, menggunakan Basis Dolar Konstan.
Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi berjalan perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-masing dalam jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi berjalan, keuntungan per saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir tahun finansial. Statement 33 ditujukan sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun. Setelah mempertimbangkkan berbagai bukti dan reaksi mengenai data tambahan, FASB menerbitkan Statement 82 di bulan November 1984 untuk menghapuskan persyaratan sebagaimana pada Statement 33 dalam pelaporan.
2. Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggtis atau ASC (Accounting Standard Committee) menerbitkan statement 16 (SSAP 16) tentang akuntansi biaya kini di bulan Maret 2010. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 yang dikeluarkan FASB. Ada dua hal utama yang menjadi perbedaanya antara lain :
Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan neraca beserta catatan penjelasan.
Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik kembali SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi penggunaan SSAP 16.
3. Australia
Profesi akuntan di Australian menerbitkan DPS 1.1., Statement of Provisional Accounting Standards (PAS) mengenai Akuntasi Biaya kini di bulan Oktober 1976 sebagaimana diamandemen dalam PAS 1 dan panduannya di bulan Agustus 1978. Adapun SAP 1 merekomendasikan penggunaan biaya kini bertujuan untuk mejaga kapasitas perusahaan tetap utuh. Setelah muncuklnya protes mengenai penerbitan SAP 1, SAP 1 yang dianggap sebagai versi "downgrade" terbit pada November 1983 yang merekomendasikan seluruh perusahaan untuk menyampaikan pernyataan tambahan mengenai akuntansi biaya kini disamping laporan keuangan konvensional perusahaan yang menggunakan biaya historis. Adapun sebagai alternative, perusahaan dapat menggunakan biaya kini dalam pelaporan keuangannya untuk menggantikan biaya historis. Namun, SAP 1 tidak diadaptasi secara luas di Australia.
4. International Accounting Standards
Contoh penerapan akuntansi perubahan di berbagai negara sebelumnya menunjukkan bahwa sistem-sistem yang telah diuji dan diimplementasikan di negara-negara tersebut tidak sepenuhnya diadopsi oleh entitas-entitas disana. IASB telah menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29 yang membahas Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkann pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka terkait pada periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukkan ke dalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
5. Sistem Pengukuran Campuran dan Standar Internasional
Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang disebabkan oleh belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan adanya sistem pengukuran secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan dari biaya historis dan penggunaan dalam konsep pengukuran yang berbeda di bawah standar internasional :
IAS 2/AASB 102 : Perusahaan diijinkan mengukur persediaan dengan Net Realizable Value
IAS 16/AASB 16 : Property, Plant, and Equipment (PPE) dinilai berdasarkan historical cost atau nilai setelah revaluasi
IAS 17/AASB 17 : Bunga dari Tanah yang disewagunakan dihitung sebagai Investment Property (IAS 40) dan diukur pada nilai wajar
IAS 19/AASB 19 : Pengukuran Curtailment Gain or Loss meliputi perubahan present value berdasarkan benefit obligation yang telah ditentukan atas perubahan nilai wajar aset
IAS 29/AASB 29 :Penyesuaian terhadap laporan keuangan entitas yang terkena dampak hiperinflasi dapat menggunakan indeks level harga umum
IAS 36/AASB 136 : Impairment aset dimana aset dinilai dengan recoverable amount
IAS 36/AASB 136 : Nilai residu dari aset dianggap sebagai current cash equivalent
IAS 37/AASB 137 : Pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode expected present value
IAS 40/AASB 140 : Investasi properti dapat diukur dengan pilihan diantaranya impairment biaya depresiasi atau nilai wajar dengan perubahan nilai dimasukkan dalam laporan laba rugi baik loss ataupun gain
MASALAH BAGI AUDITOR
Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka ketika melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi. Adapun beberapa masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam melakukan audit antara lain :
Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut mendukung relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi adanya misstatements, dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode pengukuran yang dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin untuk dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi dan informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaksi telah dicatat dan diungkapkan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010. (GOD)