0$.$/$+
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (CACING TAMBANG)
Oleh :
Heru Adiantoro Nim : 08 321 090
Prodi S1 Keperawatan Semester IV ( C ) SEK OLAH OLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
Insan Cendekia Medika 1
Jombang 2010
2
ata K ata
pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang kami harapkan. Makalah ILMU KESEHATAN MASYARAKAT mengenai helmintologi (berupa cacing) yang dispesifikasikan pada Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. merupakan bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan manusia. Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
Kedir i. 27 Januar i 2010
ttd (
Penulis
)
3
Daftar
isi
Halaman judul«««««««« judul««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««« ««««««««i Kata Pengantar...................................................................................................................ii ii Daf tar tar isi««««««««««««««««««««««««««««««« iii BAB I. Pendahuluan
A.
Latar
belakang«««««««««««««««««« belakang««««««««««««««««««««««««««1 ««««««««1
B. Rumusan masalah«««««««««««««««««« masalah««««««««««««««««««««««««...1 ««««««...1 C. Tujuan.....................................................................................................................1 BAB II. Pembahasan
1.1 Pengertian «««««««««« «««««««««««««««««««« «««««««««««««««««..2 «««««««..2 2.1 Siklus Hidup««««««««««««««««««««««««««...4 3.1 Patofisiologi ««««««««««««««««««««««««««..4 4.1 Penyebab«««««« Penyebab««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««....4 ««««««««....4 5.1 Gejala«««««««««««« Gejala«««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««.6 «««.6 6.1 Epidemiologi ««««««««««««««««««««««««««.7 7.1 Cara penularan««««««««««««««««««« penularan«««««««««««««««««««««««««...7 ««««««...7 8.1 Diagnosa «««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««...7 «««««««...7 9.1 Pengobatan««««««««« Pengobatan««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««7 ««««««««7 10.1 Cara pencegahan««««««««««««««««««««««««..8 pencegahan««««««««««««««««««««««««..8 11.1 Faktor resiko........................................................................................................8 BAB III . Penutup
A. Simpulan.................................................................................................................9 B. Saran........................................................................................................................9 Daftar
Pustaka «««««««««««««««««««««««««............10
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia masih banyak penyak it yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengak i batkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas pender itanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai r isiko tinggi terjangk it penyak it ini. (Surat Keputusan Menter i Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1). B. Rumusan masalah
1) Pengertian Cacing tambang 2) Siklus Hidup Cacing tambang 3) Patofisiologi Cacing tambang 4) Penyebab Cacing tambang 5) Gejala Cacing tambang 6) Epidemiologi Cacing tambang 7) Cara penularan Cacing tambang 8) Diagnosa Cacing tambang 9) Pengobatan Cacing tambang 10) Cara pencegahan Cacing tambang C.
Tujuan
Memahami Pengert ian cacing tambang, siklus hidup, cara penularan, penyebab dan bagaimana cara pengobatan pender ita cacing tambang pada umumnya. Serta berusaha sebaik mungk in untuk mencegah ter inf eks eks i cacing tambang
5
BAB II Pembahasan
1.1 Pengertian
Cacing tambang paling ser ing disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi lar va di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kak i yang berjalan tanpa alas kak i.
Lar va
akan berjalan jalan
di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya t i ba id paru paru lalu di batukan dan idtelan kembali. Gejala meli put put i reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyer i abdomen. Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehar i. Cacing bet ina mempunyai panjang sek itar 1 cm, cacing jantan k irak ira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai ber ikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 har i dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi lar va rabditiform. rabditiform. Dalam waktu sek itar 3 har i larva tumbuh menjadi larva filariform larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya k ira-k ira 60x40 mikron, ipis. mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding t p Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. mikron. Setelah menembus kulit, lar va ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring . Dar i
6
laring , lar va ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Inf eks eksi terjadi bila lar va filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan Inf eks eksi paling ser ing ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah tropis Af r r ika, Asia dan Amer ika (Surat Keputusan Menter i Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006:10).
Gambar : Daur Hidup Cacing Tambang ( Necator Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) duodenale) (Sumber: Surat Keputusan Menter i Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006:12).
7
2.1 Siklus
Hidup
Cacing tambang atau cacing cambuk adalah cacing parasit(nematoda) yang hidup pada usus kecil, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing ataupun manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator amer icanus. Necator amer icanus banyak ditemukan
di
Amer ika,Sub-Sahara
Af r r ika,
Asia
Tenggara,
Tiongkok,
and
Indonesia,Ankylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Af r r ika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sek itar seperempat penduduk dunia ter inf eks eks i oleh cacing tambang. Inf eks eksi paling ser ing ditemukan di daerah yang hangat dan lembab,dgn tingkat kebersihan yg buruk.
3.1 Patofisiologi
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Inf eks eks i cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga pender ita mengalami kekurangan darah (anemia (anemia)) ak i batnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan darah (anemia (anemia)) ini biasanya tidak dianggap sebagai cac ingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab (Surat Keputusan Menter i Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006:11).
4.1
Penyebab
Penyebabnya adalah cacing gelang usus, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. americanus. Telur dar i kedua cacing tersebut ditemukan di dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 har i. Dalam beberapa har i, eksi jika berjalan tanpa larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah. Manusia bisa ter inf eks alas kak i diatas tanah yang terkontaminas i oleh tinja manusia, karena lar va bisa menembus kulit. aliran darah.
Lar va
Lalu
sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan
lar va naik ke saluran pernaf asan asan dan tertelan. Sek itar 1 minggu
setelah masuk melalui kulit, lar va akan sampai di usus.
Lar va
menancapkan dir inya
8
dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah.
(Gambar : Necator amer icanus)
(Ancylostoma duodenale)
(Ancylostoma (Ancylostoma duodenale duod enale egg)
9
5.1
Gejala
Gejala klinik penyak it cacing tambang berupa anemia yang diak i batkan oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang set iap har i tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arter i; i; (2) species cacing : seekor A. duodenaleyang duodenaleyang lebih besar dar pada N. ipada N. americanus mengisap 5x lebih banyak darah; (3) lamanya inf eks eksi. Terjadinya anemia tergantung pada keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dar i makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap inf eks eksi parasit. Beratnya penyak it cacing tambang tergantung pada beberapa f aktor, aktor, antaza lain umur,"wormload," lamanya penyak it dan keadaan gizi pender ita. Penyak it cacing tambang menahun dapat di bag bagi dalam tiga golongan : I. Inf eks eks i r ingan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun pender ita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyak it lain. II. inf eks eksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan pender ita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan mentaI kurang baik.
III. inf eks eksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah jantung dengan segala ak i batnya. batnya. Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal ( ground ground itch) itch) bisa muncul di tempat masuknya lar va pada kulit. Demam, batuk dan bunyi naf as as mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya lar va melalui paru-paru. Cacing dewasa ser ingkali menyebabkan nyer i di perut bagian atas. Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein d i dalam darah bisa terjadi ak i bat bat perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan jantung dan pembengkakan jar ingan yang meluas pada anakanak. (Surat Keputusan Menter i Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:11).
10
6.1 Epidemiologi
Kejadian penyak it ( I ncidens) ncidens) ini di Indonesia ser ing d itemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedik it namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran inf eks eks i penyak it ini (Sr isasi Gandahusada, 2000:15). Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu 16 optimum 32oC-38oC. Untuk menghindar i inf eks eksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.
7.1 Cara
penularan
Cara penularan penyak it cacing tambang adalah melalui lar va cacing yang terdapat di tanah yangmenembus kulit (biasanya diantara jar i-jar i kak i), cacing ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna.
8.1 Diagnosa
Jika t imbul gejala, maka pada pemer iksaan tinja pender ita akan ditemukan telur cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja di b biarkan dahulu, maka telur akan mengeram dan menetaskan lar va.
9.1 Pengobatan
Pengobatan penyak it cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai macam anthelmintik, antara lain bef en enium hidroksinaf toat, toat, tetraldoret ilen, pirantel pamoat dan mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulf as as f errosus) errosus) per os dalam jangka waktu panjang di butuhkan untuk memulihkan kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi di perba perbaik i dengan diet protein tinggi
11
10.1 Cara pencegahan y
Hati-hat i bila maka makanan makanan mentah atau setengah setengah matang terutama pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
y
Masak bahan makanan sampai matang
y
Selalu mencuci tangan setelah dar i kamar mandi/WC atau sebelum memegang makanan
y
Inf eks eksi cacing tambang bisa dihindar i dengan selalu mengenakan alas kak i.
y
Gunakan desinf ektan ektan setiap har i di tempat mandi dan tempat buang air besar.
11.1 Faktor resiko
Hasil penelit ian menunjukkan bahwa Prevalensi inf eks eksi cacing tambang adalah 61,2%. Sedangakn Prevalensi inf eks eksi cacing tambang berdasarkan kebiasaan BAB yaitu 78,6% untuk yang BAB di sembarang tempat dan 58,4 untuk yang BAB di kakus. Prevalensi berdasarkan munum obat dalam waktu 3 bulan terakhir yaitu 63,5% untuk yang tidak minum obat dan 28,6% untuk yang minum obat. Prevalensi berdasarkan kebiasaan memakai alaskak i yaitu 69,7% untuk yang tidak biasa memakai alas kak i dan 37,1% untuk yang biasa memakai alas kak i. Besarnya f aktor aktor resiko ter inf eks eksi berdasarkan kebiasaan memakai alas kak i adalah 1,88 artinya kebiasaan memakai alas kak i merupakan f aktor aktor resiko yang kuat untuk terjadinya inf eks eksi cacing tambang.
Dar i hasil tersebut diharapkan adanya upaya untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya kegunaan pemakaian alas kak i/sepatu but pada waktu bekerja dan membiasakan untuk selalu buang air besar dikakus. Untuk penelit ian lebih lanjut dapt dikembangkan dan pemer iksaan besarnya derajat inf eks eksi, pemer iksaan kadar Hb, pemer iksaan sampel tanah danpembiakan telur cacing tembang untuk indent ifikas i dan membedakan antara lar va cacing Necato americanus dan
Ancylostoma duodenale
12
BAB III Penutup A. Simpulan
Cacing tambang paling ser ing disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehar i. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai ber ikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 har i dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi lar va rabditiform. rabditiform. Inf eks eksi paling ser ing ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Gejalanya adalah Anemia adalah Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi ak i bat perdarahan usus.penularanmelalui lar va cacing yang terdapat di tanah yangmenembus kulit, Pengobatan dengan anthelmintik, antara lain bef en enium hidroksinaf toat. toat.
B. Saran
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman. 3. Menjaga kebersihan dir i, ser ing gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar. 4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk ; t inja harus dikelola dengan tangk i septik, agar tidak mencemar i sumber air. 5. Bila sudah terjadi inf eks eksi cacing tambang maka pender ita harus segera d i ber i obat cacingan atau segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut
13
Daftar
pustaka
1. FINE, J.D., : Loeff ler ler s syndrome ? Letter. Arch. Dermatol., 117 :677, 1979. 2. KARYADI, D., TARWOTJO, 1., BASTA, S., SUKIRMAN, HUSAINI, ENOCH, H., MARGONO, S.S. and SALIM, A., : Nutr itionand Health Status of Construcr ion Workers at Three Selected Sitesin West Java, Indonesia. Bull. Penel. Keseh. (Bull. Hlth. Studies in Indon.) No. 2, 1: 47 77, 1974. 3. KNOWLES, J.H. : Other d isorders of the lung, dalam Wintrobe,M.M., Thorn, G.W., Adams, R.D. (eds) : Harr ison s Pr inci ples ples of Internal Medicine ed. 6, New York, Mc Graw-Hill Book Co Inc., 1970, pp. 1370 1371. 4.
LIE,
K.J. and SANDOSHAM, A.A., : The pathology of classical filar iasis due to
Wucherer ia bancrof ti and Brugia malayi and adiscussion of occult filar iasis. Seminar on filar iasis and Immunology of Pazasit ic Inf ect ect ions, Singapore, May 31 June 2, 1968 6. http://id.wik i ped pedia.org/wik i/Cacing_tambang 7. http://www.scr i bd.com/search?cat=cac bd.com/search?cat=cacing+tambang&sq=Search#913 8. http://www.pdf -search-eng -search-engine.com/cacing-tambang-pdf .html .html
14