CACING TAMABNG
No. Dokumen : UKP-SOP/00/7/2016/ 342 SOP
No. Revisi
: 00
Tanggal Terbi Terbitt : 28 Juli 2016 Halaman
: 1/3 H. Dadang Suryana D. S.IP,
UPTD
S.Kep, M.Si, MM.Kes
Puskesmas Pameungpeuk
1. Pengertian
NIP. 19680504 199003 1 011
Penyakit cacing tambang adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi parasit Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.
2. Tujuan
Sebagai panduan untuk pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Cisurupan
3. Kebijakan
SK kepala UPTD Puskesmas Pameungpeuk No: 900/18/00/PKM/2016 900/18/00/PKM/20 16 Tentang penyelenggaraan Pelayanan Klinis
4. Referensi
PMK No.5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/ Langkahlangkah
I.
ANAMNESA
a. Keluhan K eluhan Migrasi larva 1. Sewaktu menembus kulit, bakteri piogenik dapat terikut masuk pada saat larva menembus kulit, menimbulkan rasa gatal pada kulit (ground itch). Creeping eruption (cutaneous larva migrans), umumnya disebabkan larva cacing tambang yang berasal dari hewan seperti kucing ataupun anjing, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh larva Necator americanus ataupun Ancylostoma duodenale. 2. Sewaktu larva melewati paru, dapat terjadi pneumonitis, tetapi tidak sesering oleh larva Ascaris lumbricoides. b. Cacing dewasa Cacing dewasa umumnya hidup di sepertiga bagian atas usus halus dan melekat pada mukosa usus. Gejala klinis yang sering terjadi tergantung pada berat ringannya infeksi; makin berat infeksi manifestasi klinis yang terjadi semakin mencolok seperti : 1. Gangguan gastro-intestinal yaitu anoreksia, mual, muntah, diare, penurunan berat badan, nyeri pada daerah sekitar duodenum, jejunum dan ileum 2. Pada pemeriksaan
laboratorium, umumnya u mumnya dijumpai
anemia hipokromik hipokrom ik
mikrositik. 3. Pada anak, dijumpai adanya korelasi positif antara infeksi sedang dan berat dengan tingkat kecerdasan anak. Bila penyakit berlangsung kronis, akan timbul gejala anemia, hipoalbuminemia dan edema. Hemoglobin kurang dari 5 g/dL dihubungkan dengan gagal jantung dan
CACING TAMABNG
No. Dokumen : UKP-SOP/00/7/2016/ 342 SOP
No. Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 28 Juli 2016 Halaman
: 2/3 H. Dadang Suryana D. S.IP,
UPTD
S.Kep, M.Si, MM.Kes
Puskesmas Pameungpeuk
NIP. 19680504 199003 1 011
kematian yang tiba-tiba. Patogenesis anemia pada infeksi cacaing tambang tergantung pada 3 faktor yaitu: a. Kandungan besi dalam makanan b. Status cadangan besi dalam tubuh pasien c. Intensitas dan lamanya infeksi II.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang A. Pemeriksaan Fisik
1. Konjungtiva pucat 2. Perubahan pada kulit (telapak kaki) bila banyak larva yang menembus kulit, disebut sebagai ground itch. B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopik pada tinja segar ditemukan telur atau larva atau cacing dewasa. III.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang IV.
Penatalaksanaan Komprehensip
a. Penatalaksanaan Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara lain: 1. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga 2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk 3. Menggunakan alas kaki, terutama saat berkontak dengan tanah. b. Farmakologis 1. Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB 2. Mebendazole 100 mg, 2x sehari, selama 3 hari berturut-turut, atau 3. Albendazole untuk anak di atas 2 tahun 400 mg, dosis tunggal, sedangkan pada anak yang lebih kecil diberikan dengan dosis separuhnya
CACING TAMABNG
No. Dokumen : UKP-SOP/00/7/2016/342 SOP
No. Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 28 Juli 2016 Halaman
: 3/3 H. Dadang Suryana D. S.IP,
UPTD
S.Kep, M.Si, MM.Kes
Puskesmas Pameungpeuk
NIP. 19680504 199003 1 011
Tidak diberikan pada wanita hamil. Creeping eruption: tiabendazol topikal selama 1 minggu. Untuk cutaneous larva migrans pengobatan dengan Albendazol 400 mg selama 5 hari berturut-turut. 4. Sulfasferosus V.
Konseling dan Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain: 1. Sebaiknya masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. Sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah disekitar lingkungan tempat tinggal kita 2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk. 3. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia. 4. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah 5. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukkan aktifitas dengan menggunakan sabun dan air mengalir 6. Menggunakan alas kaki saat berkontak dengan tanah. 6. Unit Terkait
1. BP Umum 2. MTBS
7. Dokumen
1. Rekam Medis
terkait 8. Rekam histori perubahan
2. Register Pasien No
Yang di rubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan