Tugas Individu Mata Kuliah : Dosen :
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Lanjut dr. Syamsiar S. Russeng, MS
MAKALAH ANALISIS RESIKO DI TEMPAT KERJA (BALAI PELATIHAN DAN PENELITIAN KESEHATAN PROVINSI MALUKU)
ANDI ROSANITA NEFIRLIE NEFIRLIE RUSDI K012171114
KONSENTRASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa karena atas Rahmat, karunia dan Taufik-Nya makalah dengan Judul Analisis Resiko Di Tempat Kerja (Balai Pelatihan Dan Penelitian Provinsi Maluku) dapat diselesaikan baik. Terima Kasih kepada Ibu Dr. Syamsiar S. Russeng, MS selaku dosen Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Lanjut yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami pun menyadari makalah ini masih banyak kekurangan didalamnya, sehingga saran dan kritikan yang positif sangat di harapkan demi penyempurnaan makalah kedepannya, mengingat tidak ada sesuatu yang sem purna tanpa saran yang membangun. m embangun. Demikian yang dapat kami sampaikan,Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca dan mudah – – mudahan segala urusan dan pengorbanan kami tidak sia – sia – sia. sia. Amin Ya Rabbal Alamin
Makassar, November 2017
Penyusun .
DAFTAR ISI Judul
.......................................................................... i
Kata Pengantar
.......................................................................... ii
Daftar Isi
......................................................................... . iiI
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ....................................... ........................ B. Rumusan Masalah ......................................................... C. tujuan .............................................................................
1 3 3
Bab II Pembahaan A.Pengertian Analisis Resiko................................................... B.Pengertian Tempat Kerja .................................................. C.Tinjauan Analisis Resiko di Tempat Kerja ............................. D.Analisis Resiko Pada BPPK Provinsi Maluku ...................
4 6 7 12
Bab III Penutup A. Kesimpulan .......................................................................... 17 B. Saran ........................................................................... 17 Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Undang-undang
nomor
23
tahun
1992
tentang
Kesehatan
telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan
dalam
bekerja
akan
berdampak
pada
diri,
keluarga
dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam
kerja
adalah
tenaga
kesehatan.
Tenaga
kesehatan
mempunyai
kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang
tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Upaya
pencegahan
dan
pengendalian
bahaya
kerja
yang
dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional. Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif
akan
dapat
meningkatkan
produktivitas
kerja
sehingga
dapat
meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial. Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan
pekerjaan
di
tempat
kerja.
Dengan
dilaksanakannya
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat
dan
tenaga
kerja
yang
produktif,
sehingga
akan
meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Program Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Balai Pelatihan dan Penelitian
Kesehatan
(BPPK)
Provinsi
Maluku
masih
dalam
tahap
pengembangan. Program ini masih lebih banyak mengarah kepada pekerja industri, tetapi belum banyak memperhatikan kesehatan pekerja dalam gedung seperti dikantor / instansi – instansi pemerintah. Di Balai Pelatihan dan Penelitian Kesehatan (BPPK) Provinsi Maluku terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian Tata Usaha Pada bagian ini lebih mengarah kepada pengurusan administrasi pegawai, seperti pengurusan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pemeriksaan DUPAK tenaga fungsional Widyaiswara, pengurusan cuti serta mengurusi tenaga honorer dan cleaning service. Selain itu bagian keuangan juga menjadi bagian dari Tata Usaha yang meliputi pengurusan gaji pegawai, penerimaan dan pengeluaran dana kantor, pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan, serta mengurusi pemeliharaan dan pendataan aset Negara. 2. Bagian Pengendalian Mutu Diklat Pada bagian ini lebih mengarah kepada Mutu Diklat, Penyelenggaraan Diklat di bidang kesehatan, dan bagaimana proses diklat berjalan sesuai dengan akreditasi pelatihan.
Dengan adanya berbagai aktifitas yang ada pada perkantoran, maka perlu identifikasi resiko agar pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : 1. Apa pengertian Analisis Resiko ? 2. Apa pengertian Tempat Kerja ? 3. Bagaimana Analisis Resiko Kerja di Tempat Kerja ? 4. Bagaimana Analisis Kerja pada Balai Pelatihan dan Penelitian Kesehatan (BPPK) Provinsi Maluku?
C. Tujuan 1. Menjelaskan pengertian Analisis Resiko 2. Menjelaskan pengertian Tempat Kerja 3. Menjelaskan Analisis Resiko Kerja di Tempat Kerja 4. Menjelaskan Analisis Kerja pada Balai Pelatihan dan Penelitian Kesehatan (BPPK) Provinsi Maluku
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Resiko Bahaya ( hazard) Adalah sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sumber bahaya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif. Potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur. (Tranter 1999 dalam Khamidah.2013). Dalam terminology Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : 1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard ) Hal tersebut dapat menyebabkan luka (injury ), kematian, kerusakan property perusahaan yang bersifat akut. Sedangkan Jenis bahaya keselamatan : a. Bahaya mekanik : disebablkan oleh mesin atau alat kerja mekanik (tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset). b. Bahaya elektrik : disebabkan peralatan yang mangandung arus listrik c. Bahaya kebakaran : disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable (mudah terbakar) d. Bahaya peledakan : disebabkan oleh susbtansi kimia (explosive) 2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard ) Merupakan gangguan kesehatan (penyakit) dan biasanya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan : a. Bahaya fisik
: kebisingan, getaran, radiasi ion dan
non-pengionm
suhu ekstrim dan pencahayaan. b. Bahaya kimia
: material/bahan yang bersifat antiseptik, aerosol,
insektisida, dust, mist, fumes,gas, vapor. c. Bahaya Ergonomi
: repetitive movement, static posture, manual
handling dan postur janggal. d. Bahaya Biologi : makhluk hidup di lingkungan kerja (bakteri,virus, protozoa dan fungi/jamur yang bersifat patogen)
e. Bahaya psikologi : beban kerja terlalu berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.
Menurut IEC/TC56 (AS/NZS 3931), Analisis Risiko adalah Sistem teknologi, mengartikan risiko sebagai “kombinasi dari frekuensi, atau probabilitas munculnya, dan konsekuensi dari suatu kejadian berbahaya yang spesifik” (Cross, 1998) Risiko dibagi menjadi 5 macam (menurut
Risk Assesment and
Management Handbook: For Enviromental, health, and safety profesional ) : 1. Risiko Keselamatan (Safety Risk ) Ciri-ciri resiko ini yaitu low probability, high-level exposure, highconsequence accident, bersifat akut, menimbulkan efek secara langsung. 2. Risiko Kesehatan (Health Risk ) Ciri-ciri risiko ini yaitu high probability, low level exposure, lowconsequence, long-latency, delayed effect tidak langsung terlihat dan bersifat kronik. 3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Enviromental Ecological Risk ) Ciri-ciri resiko ini yaitu melibatkan interaksi yang beragam antara populasi dan komunitas, ekosistem pada tingkat mikro maupun makro, ada ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada habitatdan dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanisfestasi jauh dari sumber risiko. 4. Risiko Kesejahteraan Masyarakat (Public Welfare/ Goodwill Risk ) Ciri-ciri risiko ini persepsi kelompok atau umum tentang performance sebuah organisasi/produk, nilai property , estetika, dan penggunaan sumber daya terbatas. 5. Risiko Keuangan (Financial Risk ) Ciri-ciri nya yaitu risiko panjang dan jangka pendek dari kerugian property , perhitungan
asuransi,
pengembalian
investasi,
kemudahan
pengoperasian dan aspek finansial. Risiko ini menjadi pertimbangan utama bagi stakeholder berkaitan dengan finansial dan mengacu pada tingkat efektivitas dan efisiensi.
B. Pengertian Tempat Kerja Pengertian (Definisi) Tempat Kerja menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci sebagai berikut : 1. Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan. 3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang
yang
dapat
meledak,
mudah
terbakar,
menggigit,
beracun,
menimbulkan infeksi, ataupun bersuhu tinggi. 4. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan ataupun pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan. 5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan. 6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di permukaan maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan. 7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. 8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, ataupun gudang. 9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan. 11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan. 12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi ataupun rendah. 13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda, terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar. 14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang. 15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat kerja tersebut. Pengertian (definisi) tempat kerja menurut OHSAS 18001:2007 Ialah lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi (perusahaan).
C. Tinjauan tentang Analisis Resiko di tempat Kerja
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya baik fisik , mental , maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit /gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan hidup. 1. Kapasitas kerja Kapasitas kerja ialah kemampuan fisik dan mental seorang untuk melakukan pekerjaan dengn beban tertentu dengan cara maksimal, di mana kemampuan kerja seorang di pengaruhi oleh kesehatan umum dan status gizi pekerja, pendidikan dan kursus. perlu di ketahui kalau tingkat kesehatan dan kekuatan seorang pekerja adalah modal awal utuk melakukan sebuah pekerjaan. 2. Beban kerja Beban kerja mencakup beban kerja fisik dan mental yang dirasa oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya. beban kerja yang tidak cocok dengan
kekuatan pekerja dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang dapat juga berpengaruh pada tingkah laku dan hasil kerjanya. Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000). Perhitungan beban kerja dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental dan panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja berdasarkan kriteriakriteriafisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja. 3. Lingkungan kerja Lingkungan Pekerja yaitu lingkungan ditempat kerja dan lingkungan pekerja sebagai individu atau lingkungan diluar tempat kerja. Pengertian yang lain dari lingkungan kerja yaitu beberapa aspek di lingkungan tempat kerja itu yang bisa menyebabkan masalah kesehatan pekerja. Aspek-faktor itu pada lain a. Aspek
fisika (kebisingan, getaran, suhu, dll),
b. Aspek
Kimia (semua bahan kimia yang digunakan dalam sistem kerja)
c.
Aspek Biologi (Bakteri, virus, mikrobiologi yang lain)
d. Aspek
Faal ergonomi
e. Aspek
Psikososial (Stress kerja)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, seperti yang dikemukakan Sedarmayanti (1996:5), yaitu: a.
Penerangan Berjalannya suatu perusahaan tak luput dari adanya faktor penerangan, begitu pula untuk menunjang kondisi kerja penerangan memberikan arti
yang sangat penting.Salah satu faktor yang penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan yang baik.Karyawan yang terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari rentan terhadap ketegangan mata yang disertai dengan keletiah mental, perasaan marah dan gangguan fisik lainnya.Dalam hal penerangan di sini tidak hanya terbatas pada penerangan listrik tetapi juga penerangan matahari. Penerangan yang baik dapat memberikan kepuasan dalam bekerja dan tentunya akan meningkatkan produktivitas, selanjutnya penerangan yang tidak baik dapat memberikan ketidak puasan dalam bekerja dan menurunkan produktivitas. Hal ini disebabkan karena penerangan yang baik tentunya akan memudahkan para karyawan dalam melakukan aktivitas. Ciri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan Assauri (1993:31) adalah sebagai berikut: 1)
Sinar cahaya yang cukup.
2). Sinarnya yang tidak berkilau dan menyilaukan. 3).
Tidak terdapat kontras yang tajam.
4). Cahaya yang terang. 5). Distribusi cahaya yang merata. 6). Warna yang sesuai. b.
Suhu Udara Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang memberikan andil adalah suhu udara.Suhu udara dalam ruangan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja
dengan
menggunakan
seluruh
kemampuan
sehinggan
menciptajkan hasil yang optimal. Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu diperhatikan juga.Bila sirkulasi udara baik maka udara kotor yang ada dalam ruangan bisa diganti dengan udara yang bersih yang berasal dari luar ruangan. Berbicara tentang kondisi udara maka ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian yaitu kelembaban, suhu udara dan sirkulasi udara.Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas para pekerja.Bagaimana
seorang staf administrasi dapat bekerja secara optimal bila keadaan udaranya sangat gerah. Hal tersebut akhirnya dapat menurunkan semangat kerja karena dipengaruhi oleh turunnya konsentrasi dan tingkat stress karyawan. c.
Bising Untuk meningkatkan produktivitas kerja suara yang mengganggu perlu dikurangi. Di lingkungan Call Center Telkomsel suasana tenang sangat diperlukan karena pada saat officer online melayani pelanggan harus terbebas dari suara lain yang bisa terdengar oleh pelanggan. Suara bisi ng ditimbulkan dari suara para officer yang online pada saat bersamaan dalam satu ruangan bisa mengganggu konsentrasi officer itu sendiri pada saat bekerja. Bunyi bising dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja, untuk itu suara-suara ribut harus diusahakan berkurang.Turunya konsentrasi karena
ditimbulkan
oleh
suara
bising
dapat
berdampak
pada
meningkatnya stres karyawan. Menurut Sedarmayanti (1996:26) ada tiga aspek yang menentukan kualitas suara bunyi yang bisa menimbulkan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu: 1)
Lama bunyi Lama waktu bunyi terdengar. Semakin lama telinga kita mendengar kebisingan maka semakin buruk akibatnya bagi pendengaran (tuli).
2). Intensitas kebisingan Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), yang menunjukan
besarnya
arus
energi
persatuan
luas
dan
batas
pendengaran manusia mencapai 70 desibel. 3).
Frekuensi Frekuensi suara menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai de telinga kita setiap detik yang dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Hertz (HZ).
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa telinga manusia memiliki batasan d
alam pendengaran. Batas pendengaran manusia mencapai 70
desibel, jika suara yang didengar manusia melebihi batas tersebut maka
konsentasi manusia akan mudah kabur. Gangguan-gangguan seperti ini hendaknya dihindari agar semangat kerja tetap stabil dan produktivitas kerja menjadi optimal. D.
Penggunaan Warna Warna ruangan mempunyai pengaruh terhadap gairah kerja dan semangat para karyawan.Warna ini berpengaruh terhadap kemampuan mata melihat objek dan memberi efek psikologis kepada para karyawan karena
warna
mempuyai
pengaruh
besar
terhadap
perasaan
seseorang.Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, ceria atau sumpek dan lain-lain. Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka perusahaan harus memperhatikan penggunaan warna agar dapat mempengaruhi semangat dan gairah kerja para karyawannya.Untuk ruang kerja hendaknya dipilih warna-warna yang dingin atau lembut, misalnya coklat, krem, putih, hijau muda dan sebagainya.Sebagai contoh adalah warna putih, warna putih dapat memberikan kesan ruangan yang sempit menjadi tampak leluasa dan bersih. Sebenarnya bukan warna saja yang harus diperhatikan tapi komposisinya juga harus diperhatikan.Hal ini disebabkan komposisi warna yang salah dapat mengganggu pemadangan sehingga menimbulkan rasa kurang menyenangkan atau bosan bagi yang melihat.Rasa menyenangkan atau bosan dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan. Komposisi warna yang ideal menurut Alex S Nitisemito (1996:1120), terdiri dari: 1)
Warna primer (merah, biru, kuning). Kalau dijajarkan tanpa antara akan tampak keras dan tidak harmonis serta tidak bisa dijajarkan dengan yang lain sehingga tidak sedap dipandang.
2). Warna sekunder (oranye, hijau, violet). Kalau dijajarkan akan menimbulkan kesan yang harmonis, sedap dipandang mata.
3). Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang berada dihadapannya akan menimbulkan warna-warna komplementer yang sifatnya kontras dan baik sekali dipandang mata. E.
Ruang Gerak Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan yang bekerja di dalamnya.Barang-barang yang diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap para karyawan. Jalan-jalan
yang
dipergunakan
untuk
lalu-lalang
para
karyawan
hendaknya tidak dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.Dalam ruangan kerja hedaknya ditempatkan tempat sampah sehingga kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga. Ruang kerja hendaknya di desain sedemikian rupa sehingga memberikan kesan nyaman bagi para karyawan.Untuk itu ruangan kerja harus ditata mengacu kepada aliran kerja sehingga meningkatkan efesiensi dan memudahkan koordinasi antar para karyawan. Perusahaan yang baik akan selalu menyediakan berbagai sarana yang memadai, hal ini dimaksudkan agar para karyawan merasa senang dan betah di ruangan kerja.
D.
Analisis Resiko pada Balai Pelatihan dan Penelitian Kesehatan (BPPK) Provinsi Maluku 1. Kapasitas kerja Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir oleh seseorang yang terbatas atau dapat dikatakan sebagai wadah kemampuan yang dimiliki oleh masing – masing individu dalam melakukan pekerjaannya. Kapasitas kerja meliputi : a. Ketrampilan kerja : pada Balai Pelatihan dan Penelitian Kesehatan ada staf yang ditempatkan tidak sesuai dengan ketrampilannya, misalnya dalam pemeliharaan alat alat IT (seperti mesin absensi/fingerspot, wifi,dll) dipercayakan pada staf yang tidak memiliki ketrampilan di bidang tersebut. Hal ini tentu saja bisa merugikan karena ketika terjadi masalah pada alat –
alat tersebut orang yang bersangkutan tidak bisa menyelesaikan masalah,apalagi staf mempunyai ketrampilan sebagai administrasi saja. b. Kesegaran jasmani dan rohani :para pekerja dituntut untuk bisa mempunyai status gizi yang baik: Beberapa pegawai pada Balai Pelatihan dan Penelitian Kesehatan (BPPK) Provinsi Maluku memiliki postur yang gemuk. Ini tentu saja bisa mempengaruhi produktivitas pegawai.mengingat instansi ini mempunyai fungsi sebagai tempat penyelenggara diklat kesehatan membutuhkan banyak gerak ketika pelaksanaan kegiatan, dengan badan yang gemuk, pasti akan cepat terasa cape.tetatpi sebagian besar memiliki badan yang proposional sehingga bisa membantu dalam tugas – tugas ketika penyelenggaraan pelatihan. maka Status kesehatan/ gizi menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menunjang produktivitas. c. Usia : rata – rata pegawai pada Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) 30-52. Lebih banyak pegawai yang sudah berumur 45 ke atas di berikan pekerjaan yang lebih banyak, ini tentu saja mempengaruhi produktivas kerja, mengingat pada usia tersebut kemampuan tubuh mulai berkurang. d. Jenis kelamin : di Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) ada bagian yang di dominasi laki – laki dan ada yang perempuan. Baik laki – laki atau permpuan sama – sama mempunyai resiko terkena penyakit akibat kerja. e. Ukuran tubuh : resiko terkena penyakit karena ukuran tubuh pada Pegawai Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) tidak ada karena rata – rata postur yang dimiliki oleh semua pegawai proposional.
2. Beban kerja Masing – masing orang memiliki kemampuan berbeda dalam hubungannya dengan beban kerja. Beban kerja yang dimaksud meliputi beban kerja mental, fisik maupun sosial. Di Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) bisa di gambarkan : a. Beban kerja secara fisik : terkadang ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan kerja fisik yang kuat seperti mengangkat meja atau perlengkapan di kelas dalam menunjang pembelajaran. Meja atau kursi
yang dibutuhkan terkadang dalam jumlah yang banyak. Yang menjadi kendala terbatasnya tenaga sehingga pekerjaan yang dilakukan ber ulang – ulang dengan orang yang sama.
Hal ini bisa menimbulkan penyakit
akibat kerja seperti low back pain atau penyakit lain yang disebabkan karena salah posisi ketika mengangkat atau beban yang cukup berat. b. Beban kerja secara mental : beban kerja ini lebih dirasakan oleh pegawai yang di tempatkan tidak sesuai dengan kemampuannya. Seorang pejabat misalnya tidak mempunyai kemampuan dalam komputer, tidak bisa bekerja jika tidak ada staf yang membantu. Apa lagi disaat di butuhkan mendadak, dan pada saat itu staf tidak ada, tentu ini akan menimbulkan beban mental / pemikiran pejabat tersebut yang bisa menimbulkan penyakit akibat kerja seperti stres kerja, maag, dan gangguan lambung. c. Beban kerja secara sosial : hubungan antara setiap pegawai baik dalam lingkungan kerja yang seruangan maupun di antara setiap pegawai dalam satu kantor. Secara sosial, rekan kerja merupakan support yang sangat mendukung kelancaran pekerjaan. Hal ini karena manusia adalah makhluk sosial yang tentunya membutuhkan manusia lain untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan. Jika seorang pejabat misalnya mengekang terlalu mengekang staf yang tidak disukainya maka akan menjadi beban secara sosial bagi staf tersebut dan akan mempengaruhi sikapnya dalam bekerja maupun aspek sosialnya di mata rekan – rekan kerjanya.
3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi kondisi
fisik,
kimia,
biologi,
faal
(ergonomik),
dan
psikososial
yang
mempengaruhi pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat menjadi beban tambahan. Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan dan harus diatasi oleh pegawai yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor, yaitu : a. Fisik : pada Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK), masalah fisik yang bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti kebisingan, ini di karenakan letak kantor BPPK berada pada kawasan yang sering dilalui
oleh kendaraan bermotor, sehingga suara yang di hasilkan bisa mengganggu dan dapat menyebabkan stres. Terkait suhu di tempat kerja, kadang terasa panas Karena daya listrik yang tidak sesuai mengakibatkan AC tidak dijalankan. Pada pencahayaan baik, ruangan ketika siang hari terang karena bantuan cahaya luar tetapi kadang ketika ada pelatihan dan pekerjaan dilakukan sampai malam, pencahayaan dirasakan masih kurang. Resiko kecelakaan seperti kebakaran bisa saja terjadi, dan yang menjadi masalah adalah kantor kami tidak dilengkapi dengan APAR. Resiko terkena radiasi dari alat yang digunakan untuk bekerja juga menjadi resiko bagi pegawai yang bekerja di Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) b. Kimia : di Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK),minim resiko terkena penyakit karena bahan kimia, karena kantor kami tidak melakukan aktifitas yang berkaitan dengan bahan – bahan kimia seperti laboratorium. c. Biologi : lingkungan kerja Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) bisa menjadi tempat berkembang biaknya starin kuman yang bisa bersumber dari lingkungan sekitar. Mengingat kondisi lingkungan yang bersebelahan dengan Rumah Sakit dan permukiman warga, sehingga ada kemungkinan bisa terkontaminasi baik secara langsung ataupun melalui udara. (bisa terjadi infeksi nosokomial). d. Ergonomic : Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis. Pekerjaan yang terkadang lembur, bekerja dengan posisi duduk lama dan Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
e. Psikososial : di Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK), pekerjaan
tertentu
yang
sangat
monoton
terkadang
menimbulkan
kejenuhan para pegawai. Beban kerja yang tinggi menyebabkan pegawai menjadi stress. Selain itu terkadang terjadi hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja. Baik dari aspek pembagian tugas kerja atau bonus kerja yang tidak sesuai. Terkadang menimbulkan beban psikologis seperti marah yang tertahan yang bisa memicu penyakit akibat kerja.
Agar faktor – faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja atau setidak tidaknya mengurangi beban tambahan, maka lingkungan kerja harus di tata secara sehat.
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan 1. Program kesehatan kerja pada Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) Provinsi Maluku masih perlu dikembangkan umtuk memelihara kesehatan pegawai. Kesehatan kerja pegawai dipengaruhi oleh kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Ke tiga faktor ini harus di jaga agar tidak terjadi penyakit yang ditimbulkan akibat kerja dan kecelakaan kerja. 2. Kapasitas kerja terkait ketrampilan, kesegaran jasmani rohani, status gizi , usia, jenis kelamin, dan ukuran tubuh masih memberikan resiko berbahaya bagi pegawai. membutuhkan perhatian lebih 3. Beban kerja yang ada pada Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) baik itu beban kerja fisik dan mental terkait beban fisik seperti mengangkat meja secara berulang ulang bisa menyebablan low back pain. 4. Lingkungan kerja secara fisik, biologi, kimia, ergonomi dan psikososial semua masih memberikan bahaya bagi pegawai karena masih minimnya kesadaran.
B.
Saran Perlu dilakukan sosialisasi untuk para pegawai Balai Pelatihan dan Penelitan Kesehatan (BPPK) Provinsi Maluku akan pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di perkantoran. sehingga tercipta lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan. http://ppnisardjito.blogspot.co.id/2012/06/kesehatan-dan-keselamatankerja-bagi.html di akses 18 November 2017 ----------
2012. Faktor – faktor yang mempengaruhi Lingkungan http://askepitha.blogspot.co.id/2012/11/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html. Di akses 18 November 2017
Kerja.
----------. 2017. 3 Prinsip dalam K3. https://gumbalid.weebly.com/home/3-prinsipdalam-k3-keselamatan-dan-kesehatan-kerja. Diakses 18 November 2017 Khamidah
Aminah. 2013. Analisis Perancangan Kerja dan http://analisisperancangankerjadanergonomi.blogspot.co.id/
Ergonomi.
Pusphadani Mitha dan Triwibowo Cecep. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta. Nuha Medika Pratama K.K. .2012. Identifikasi dan analisis resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Area Produksi di Rumah Potong Ayam PT.Sierad Produce, Tbk. Skripsi. FKM Universitas Indonesia Depok