MAKALAH
EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA
Dosen : dr. Fauziah Elytha,MSc
"EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KRONIS
DI TEMPAT KERJA"
Oleh :
Kelompok 4
"Roma Yuliana "1311211109 "
"Fivi Susanti "1311211092 "
"Gita Andriana "1311211093 "
"Fani Putri Nandes "1311211094 "
"Rini Nurvia Agustin "1311211098 "
"Khairal Hayati "1311211103 "
"Latifah Husniati "1311211107 "
"Elvisa Rahmi "1311211097 "
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Esa yang tiada
hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Atas taufik dan hidayah-Nya
pula penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
"Epidemiologi Penyakit Kronis di Tempat Kerja" ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja oleh dosen pembimbing yaitu dr.
Fauziah Elytha,MSc. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, penyusunan, penguraian,
maupun isinya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah memberi dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan
makalah ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
berguna bagi semua pihak, baik bagi pembaca maupun kami sendiri.
Padang, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB 2 : PEMBAHASAN 3
2.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja 3
2.2 Klasifikasi PAK 5
2.3 Jenis-jenis PAK berdasarkan dari organ/system tubuh yang terkena 7
2.4 Faktor Penyebab PAK 10
2.5 Diagnosis PAK 12
2.6 Penyakit Kronis di Tempat Kerja 14
2.6.1 Penyakit Paru Akibat Kerja 14
2.6.1.1 Definisi 14
2.6.1.2 Prevalensi 14
2.6.1.3 Klasifikasi Penyakit Paru Akibat Kerja 15
2.6.1.4 Komponen Penyebaran Penyakit Paru Akibat Kerja 15
2.6.1.5 Macam-Macam Penyakit Paru Akibat Kerja 16
2.6.2 Penyakit Jantung dan Kardiovaskuler Akibat Kerja 20
2.6.2.1 Definisi 20
2.6.2.2 Pekerjaan yang tidak cocok untuk penderita kardiovaskuler 21
2.6.2.3 Prevalensi 21
2.6.2.4 Penatalaksanaan dan Pencegahan 22
2.6.3 Kanker Akibat Kerja 23
2.6.4 Penyakit Hati Akibat Kerja 27
2.6.5 Ginjal dan Pekerjaan 28
2.6.6 Alat Pencernaan dan Pekerjaan 29
2.6.7 Diabetes Mellitus (Kencing Manis) 30
2.7 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja 31
BAB 3 : PENUTUP 32
3.1 Kesimpulan 32
3.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
ANALISIS JURNAL 1 34
ANALISIS JURNAL 2 36
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Menurut WHO akses terhadap pelayanan kesehatan kerja yang memadai di
Negara berkembang 5 – 10 % pekerja sedangkan di Negara industri 20 – 50 %
pekerja. Data mengenai penyakit akibat kerja yang ada hanya bagian dari
puncak gunung es.
Mayoritas pekerja di negara-negara Asia belum memiliki sistem yang
baik untuk menjamin hak pekerjanya, terutama mengenai perlindungan penyakit
akibat kerja. (Jaringan Kerja Asia untuk Kecelakaan Kerja dan Kesehatan
Kerja). Di Indonesia, pengelola asuransi tenaga kerja baru memberikan
perlindungan untuk kecelakaan saat bekerja, tapi tidak satu pun kompensasi
yang tercatat ditujukan bagi pekerja yang sakit akibat pekerjaannya.
Menurut Keppres RI 22.1993 ada 31 penyakit karena hubungan kerja. Di
antaranya, penyakit-penyakit yang bisa diderita karena bersentuhan dengan
Bahan Berbahaya Beracun. Namun, tidak pernah ada catatan resmi pemerintah
mengenai korban penyakit semacam itu.
Badan dunia International Labour Organization (ILO) mengemukakan
penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan sebesar 34% adalah
penyakit kanker, 25% kecelakaan, 21% penyakit saluran pernapasan, 15%
penyakit kardiovaskuler dan 5% disebabkan oleh faktor lain. Penyakit
saluran pernapasan akibat kerja sesuai dengan hasil riset The Surveilance
Of Work Related And Occupational Respiratory Disease (SWORLD) yang
dilakukan di Inggris ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang
berhubungan dengan pekerjaan. Di Indonesia penyakit gangguan paru akibat
kerja disebabkan oleh debu dan angka ini diperkirakan cukup banyak. Hasil
pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Sulawesi Selatan pada tahun 1999 terdapat 200 tenaga kerja, diperoleh
hasil sebesar 45% responden yang mengalami restriktif, 1% responden yang
mengalami obstruktif dan 1% responden yang merupakan gabungan antara
restriktif dan obstruktif.
Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya
yang disatu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di
pihak lain. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat
mengganggu fungsi paru (Suma'mur, 2009). Dalam kondisi tertentu, debu
adalah sesuatu yang berbahaya yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan,
pengurangan kenyamanan bekerja, gangguan fungsi faal paru, yang dimulai
dari gangguan saluran pernapasan kecil bahkan dapat menimbulkan keracunan
umum. Adapun penyakit-penyakit dari saluran napas kecil merupakan awal dari
COPD (Cronic Obstructive Pulmonary Disease) (Depkes RI, 2003).
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah
yaitu:
1. Apa yang dimaksud Penyakit Akibat Kerja (PAK)?
2. Apa sajakah klasifikasi PAK?
3. Apa sajakah jenis-jenis PAK berdasarkan dari organ/system tubuh yang
terkena?
4. Apakah faktor penyebab PAK?
5. Bagaimana diagnosis PAK?
6. Apa yang dimaksud dengan penyakit kronis di tempat kerja serta macam-
macam penyakitnya?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit akibat kerja?
3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2. Untuk mengetahui sajakah klasifikasi PAK
3. Untuk mengetahui jenis-jenis PAK berdasarkan dari organ/system tubuh
yang terkena
4. Untuk mengetahui penyebab PAK
5. Untuk mengetahui diagnosis PAK
6. Untuk mengetahui penyakit kronis di tempat kerja serta macam-macam
penyakitnya
7. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit akibat kerja
PEMBAHASAN
1 Definisi Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit
Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.
Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk
mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut.Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan , proses maupun lingkungan
kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per.
01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total. Cacat
Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh
tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan cacat total adalah keadaan
tenaga kerja tiadak mampu bekerja sama sekali untuk selama-lamanya
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work Related Diseases) yaitu penyakit
yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini
disebabkan secara tidak langsung oleh pekerjaan dan biasanya penyebabnya
adalah berbagai jenis faktor.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization)
di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang
mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah
diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease adalah
penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya
penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working
Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa
adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi
pekerjaan yang buruk bagi kesehatan
Menurut Cherry, 1999 " An occupational disease may be defined simply
as one that is caused , or made worse , by exposure at work.. Di sini
menggambarkan bahwa secara sederhana sesuatu yang disebabkan , atau
diperburuk , oleh pajanan di tempat kerja . Atau , " An occupational
disease is health problem caused by exposure to a workplace hazard " (
Workplace Safety and Insurance Board, 2005 ), Sedangkan dari definisi kedua
tersebut, penyakit akibat kerja adalah suatu masalah Kesehatan yang
disebabkan oleh pajanan berbahaya di tempat kerja.
Dalam hal ini , pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety
and Insurance Board ( 2005 ) antara lain :
Debu , gas , atau asap
Suara / kebisingan ( noise )
Bahan toksik ( racun )
Getaran ( vibration )
Radiasi
Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem
Menurut Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari
1993, Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1). Keputusan
Presiden tersebut melampirkan Daftar Penyakit yang diantaranya yang
berkaitan dengan pulmonologi termasuk pneumokoniosis dan
silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu logam
keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas, vals, henep dan
sisal (bissinosis), asma akibat kerja, dan alveolitis alergika.
Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa mereka yang
menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak memperoleh
jaminan kecelakaan kerja.
Keputusan Presiden tersebut merujuk kepada Undang-Undang RI No 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya menyatakan bahwa
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yg timbul karena hub kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yg biasa atau wajar dilalui.
2 Klasifikasi PAK
Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau sekelompok
pekerja berisiko mendapatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu:
a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
Penggolongan Penyakit Akibat Kerja menurut Keputusan Presiden Nomor 22
tahun 1993 diatur menurut jenis Penyakit Akibat Kerja. Secara teoritis
penggolongan
Penyakit Akibat Kerja dapat pula dibuat atas dasar faktor penyebab yaitu
faktor fisik,biologis, fisiologis/ergonomis dan mental psikologis.
Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul
akibat hubungan kerja:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan siliko
tuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat
atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronchopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronchopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, hennep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alvolitis allergika yang disebabkan faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang
beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang
beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yang
beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang
beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang
beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina
dari benzena atau homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol dan keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida
atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urattulang, persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi mengion.
26. Penyakit yang disebabkan oleh penyebab-penyebab fisik, kimiawi atau
biologis.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan produk atau residu dari
zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas
radiasi atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
3 Jenis-jenis PAK berdasarkan dari organ/system tubuh yang terkena
Beberapa contoh PAK yang disebabkan oleh Logam Berat
a. Berilium : bronkitis, paringitis
b. Kadmium : gangguan ginjal
c. Krom : perforasi sekat hidung
d. Arsen : peny. Syaraf, hepatitis
e. Merkuri : gangguan ginjal, ggn daya ingat, insomnia
f. Timbal : gangguan ginjal, anemi, infertil. peny, syaraf
g. Mangan : peny. Syaraf, gangguan emosi
Jenis-jenis PAK berdasarkan dari organ/system tubuh yang terkena
1) Penyakit allergi/hipersensitif
a. Dapat berupa; Rinitis, Rinosinusitis, Asma, Pneumonitis, aspergilosis
akut bronchopulmoner, Hipersensitivitas lateks, penyakit jamur,
dermatitis kontak, anafilaksis.
b. Lokasi biasanya di saluran pernafsan dan kulit.
c. Penyebab : bahan kimia, microbiologi, fisis dapat merangsang interaksi
non spesifik atau spesifik.
2) Penyakit Paru
a. Dapat berupa : Bronchitis kronis, emfisema, karsinoma bronkus,
fibrosis, TBC, mesetelioma, pneumonia, Sarkoidosis.
b. Disebabkan oleh bahan kimia, fisis, microbiologi.
3) Penyakit Hati dan Gastro-intestinal
a. Dapat berupa : kanker lambung dan kanker oesofagus (tambang batubara
dan vulkanisir karet), Cirhosis hati(alkohol, karbon tetraklorida,
trichloroethylene, kloroform)
b. Disebabkan oleh bahan kimia
4) Penyakit Saluran Urogenital
a. Dapat berupa : gagal ginjal(upa logam cadmium & merkuri ,pelarut
organik, pestisida, carbon tetrachlorid), kanker vesica urinaria
(karet, manufaktur/bahan pewarna organik, benzidin, 2-naphthylamin).
b. Disebabkan bahan kimia.
5) Penyakit Hematologi
a. Dapat berupa : anemia (Pb), lekemia (benzena)
b. Disebabkan bahan kimia
6) Penyakit Kardiovaskuler
a. Disebabkan bahan kimia
b. Dapat berupa : jantung coroner (karbon disulfida, viscon rayon,
gliceril trinitrat, ethylene glicol dinitrat), febrilasi ventricel
(trichlorethylene).
7) Gangguan alat reproduksi
a. Dapat berupa : infertilitas (ethylene bromida, benzena, anasthetic
gas, timbal, pelarut organic, karbon disulfida, vinyl klorida,
chlorophene), kerusakan janin (aneteses gas, mercuri, pelarut organik)
keguguran (kerja fisik)
b. Disebabkan bahan kimia dan kerja fisik
8) Penyakit muskuloskeletal
a. Dapat berupa : sindroma Raynaud (getaran 20 – 400 Hz), Carpal turnel
syndroma (tekanan yang berulang pada lengan), HNP/sakit punggung
(pekerjaan fisik berat, tidak ergonomis)
b. Disebabkan : kerja fisik dan tidak ergonomis.
9) Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut
misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis
akut atau karena virus. Kronis, missal: asbestosis. Seperti gejala
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru akut. Dapat
disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
10) Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan,
kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan
penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat
pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat
peka atau karena faktor lain.
11) Gangguan telinga
a. Dapat berupa : Penurunan pendengaran (bising diatas NAB)
b. Disebabkan faktor fisik
12) Gangguan mata
a. Dapat berupa : rasa sakit (penataan pencahayaan), conjungtivitis
(sinar UV), katarak (infra merah), gatal (bahan organik hewan, debu
padi), iritasi non alergi (chlor, formaldehid).
b. Disebabkan faktor fisik, biologi
13) Gangguan susunan saraf
a. Dapat berupa : pusing, tidak konsentrasi, sering lupa, depresi,
neuropati perifer, ataksia serebeler dan penyakit motor neuron (cat,
carpet-tile lining, lab. Kimia, petrolium, oli).
b. Disebabkan bahan kimia
14) Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan
secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya
pendengaran.
15) Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak
wajar.
16) Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja,
karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada
studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai
> 20 tahun sebelum diagnosis.
17) Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat
kerja.
18) Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus
atau sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta
bahan toksik yang ada.
19) Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik
mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan
pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan
depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri,
methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon
disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
20) Stress
a. Dapat berupa : neuropsikiatrik; ansietas, depresi (hubungan kerja
kurang baik, monoton, upah kurang, suasana kerja tidak nyaman)
b. Disebabkan faktor mental psikologi
21) Infeksi
a. Dapat berupa : pneumonia (legionella pada AC), leptospirosis
(leptospira pada petani), brucellosis, antrakosis (brucella, antrak
pada peternak hewan).
b. Disebabkan oleh faktor biologi
22) Keracunan
a. Dapat berupa keracunan akut (CO, Hidrogen sulfida, hidrogen sianida),
kronis (timah hitam, merkuri, pestisida).
b. Disebabkan oleh bahan kimia.
23) Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau
lingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities
(MCS), mis: parfum, derivate petroleum, rokok.
4 Faktor Penyebab PAK
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara
kerja. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
1. Golongan fisik
Di lihat dari golongan fisik penyakit akibat kerja dapat di sebabkan
oleh, antara lain :
a. Suara
Kebisingan yang tinggi pada daerah diatas ambang batas (85 dB untuk 8
jam kerja) ditempat kerja akan menyebabkan terjadinya gangguan
pendengaran.
b. Suhu
Temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan heat stoke/exhaust,
sedangkan temperature yang sangat rendah akan menimbulkan frostbite
(luka dan kulit melepuh) dan chilblain (rasa nyeri pada tangan dan
kaki).
c. Radiasi Elektromagnetik
Menyebabkan ganguan pada jaringan kulit (lapisan teratas, tengah dan
bawaah).
d. Tekanan Udara
Tekanan udara yang bertambah atau berkurang dari 1 atm akan
menimbulkan penyakit dekompresi.
e. Penerangan (illumination)
Penerangan yang tidak mencukupi standar akan menggangu penglihatan dan
mata, cepat lelah ketika membaca dan menulis dan cepat rabun.
f. Getaran (vibration)
Pengaruh dari suatu getaran terhadap tubuh akan mempengaruhi system
syaraf sentral. Gejala yang timbul, tangan dan kaki kehilangan rasa
dan juga gangguan terhadap pendengaran karena kebisingan (>85dB).
g. Ventilasi
Pengaruh dari ventilasi yang jelek (buruk) akan menimbulkan penyakit
berasal dari bahan-bahan kimia, debu dari bahan isolasi, asap dari
pengelasan, dan lain-lain. Pekerja akan menderita penyakit infeksi
saluran pernapasan, keracunan, bahan kimia berbahaya, alergi kulit,
mata dan lain-lain. Tetmperatur ruangan yang bertambah panas akan
mengakibatkan cepat letih/lelah.
2. Golongan kimiawi
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat
dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan
atau kabut.
3. Golongan biologis
Penyebabnya: virus, bakteri, jamur, serangga, parasit, cacing dan
binatang. Lingkungan kerja yang tidak bersih dan makanan yang dikonsumsi
tidak sehat akan menyebabkan penyakit tersebut.
4. Golongan fisiologis
Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja atau cara kerja desain
tempat kerja, beban kerja dan malposisi sewaktu bekerja (Myalgia,
backache atau cedera punggung)
5. Golongan psikososial
Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress, monotoni kerja, tuntutan
pekerjaan, hubungan kerja yang kurang baik, upah tidak sesuai, tempat
kerja yang terpencil dan jaminan masa depan yang meragukan.
5 Diagnosis PAK
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu
dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman:
a. Tentukan Diagnosis klinisnya
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik
ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja
adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat
pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
- Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara khronologis
- Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
- Bahan yang diproduksi
- Materi (bahan baku) yang digunakan
- Jumlah pajanannya
- Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
- Pola waktu terjadinya gejala
- Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami
gejala serupa)
- Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya)
c. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang
diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah
yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang
mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai
pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi
penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan
kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat
kerja.
e. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.
f. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak
selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar
ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan
merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan
hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini
perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila
tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien
tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan
pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah
ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya,
tetapi pekerjaannya/ pajanannya memperberat/ mempercepat timbulnya
penyakit.
6 Penyakit Kronis di Tempat Kerja
Penyakit kronis di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah
kesehatan yang berkaitan dengan gejala gejala atau kecacatan yang
membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang, sebagian dari penatalaksanaan
ini mencakup belajar untuk hidup dengan gejala kecacatan, sementara itu
pula ada yang menghadapi segala bentuk perubahan identitas yang di
akibatkan oleh penyakit.
Berikut macam-macam penyait kronis di tempat kerja :
1 Penyakit Paru Akibat Kerja
1 Definisi
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan paru yang
disebabkan oleh debu, uap atau gas berbahaya yang terhirup pekerja ditempat
pekerjaan.
Penyakit Paru Akibat Pekerjaan terjadi akibat terhirupnya partikel,
kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja.
Lokasi tersangkutnya zat tersebut pada saluran pernafasan atau paru-paru
dan jenis penyakit paru yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan jenis
partikel yang terhirup. Partikel yang lebih besar mungkin akan terperangkap
di dalam hidung atau saluran pernafasan yang besar, tetapi partikel yang
sangat kecil bisa sampai ke paru-paru.
2 Prevalensi
Insiden penyakit yang disebabkan oleh debu mineral telah menurun pada
mas sekarang di negara pascaindustri dan asma telah berkembang menjadi
penyakit akibat kerja yang utama. Setiap tahun sebagai bahan baru telah
diperkenalkan ditempat kerja dan banyak diantaranya mengakibatkatkan
penyakit paru
Laporan ILO (International Labor Organisation ) tahun 1991 tentang
penyakit paru akibt kerja memperkirakan insiden rata – rata dari penyakit
paru akibat kerja adalah satu sasus per 1000 pekerja setiap tahun. Lebih
dari 3% kematian akibat kelainan yang menyertainya, dan berguna untuk
evaluasi bagi bagian besar penderita atau pekerja. Sebagaian besar penyakit
paru akibat kerja dapat didiagnosis berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaaan fisik , foto toraks, uji faal paru dan pemeriksaan
laboratorium.
3 Klasifikasi Penyakit Paru Akibat Kerja
"Kelompok Penyakit Utama "Agen Penyebab "
"Iritasi saluran nafas atas "Gas iritan, pelarut "
"Gangguan jalan nafas (asma "Diisosianat, alergen asal "
"kerja, bisinosis, dll) "binatang, debu kapas "
"Trauma inhalasi Akut "Gas iritan, Hasil pembakaran "
"Pneumonitis hipersensitif "bakteri, "
" "jamur, protein binatang "
"Penyakit infeksi "TB, virus, bakteri "
"Pneumokoniosis "Asbes, silika, batubara, "
" "berilium "
"Keganasan "Asbes, radon "
4 Komponen Penyebaran Penyakit Paru Akibat Kerja
1) Faktor penyebab
Faktor penyebab penyakit paru akibat kerja di golongkan menjadi 2
golongan besar yaitu: :
- Golongan kimiawi meliputi debu logam berat, debu organik, debu
anorganik
- Golongan biologis meliputi bakteri, virus dan jamur
2) Faktor Host
Faktor host yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit paru akibat
kerja adalah :
- Faktor imunitas
- Faktor gizi
3) Faktor Lingkungan
Keadaan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan tenaga kerja adalah
kondisi fisik dan sanitasi dari lingkungan kerja tersebut, sistem
organisasi kerja ( lama kerja, lama istirahat dan sistem shift) dan
ketersediaan pelayanan kesehatan kerja.
5 Macam-Macam Penyakit Paru Akibat Kerja
Berdasarkan Keppres RI no 22 tahun 1993 penyakit paru akibat kerja
meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru dan saluran napas oleh debu logam
berat, Penyakit paru dan saluran napas disebabkan oleh debu kapas, vlas,
henep dan sisal (Byssinosis), Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat
debu organik, Kanker paru atau mesothelioma dan Penyakit infeksi oleh
virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko
terkontaminasi.
1. Pneumoconiosis
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru.
Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel
(debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Penyakit tersebut
antara lain:
a. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas,
berupa SiO2 yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan
baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak
terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan
tambang batubara.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan
debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan
terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti
debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa
inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih
pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila
konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru
dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas
yang disertai batuk-batuk. Batuk ini seringkali tidak disertai dengan
dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai
terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas
akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung
sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan
yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat.
Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan
tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau
penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru,
bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja
akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit
akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama
bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat
penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari
berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium
silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes
dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan
gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-
ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila
dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes
dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan
kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
c. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap
ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai
pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan
kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok
kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun.
Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa
berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada
setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita
penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas.
Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran
pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang
sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti
dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan
emphysema.
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada
pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak
melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur
besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara,
serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar
batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya
penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya,
penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas.
Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka
penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis.
Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis.
Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni,
penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif
tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila
disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya
kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat
daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema.
Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit
dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit
antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang
menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan
debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang
paru-paru.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa
logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu
logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering
dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja
industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja
pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada
pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng
(dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan
penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang
disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa
berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh
debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak
lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut,
penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan
gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh
karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja
yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu
dilaksanakan terus – menerus.
2. Asma akibat kerja
Merupakan kasus penyakit paru akibat kerja paling sering timbul di USA.
Diperkirakan 15 hingga 23% dari kasus penyakit asma baru yang muncul pada
penderita dewasa merupakan asma akibat kerja. Kasus ini termasuk asma
yang diperburuk oleh kondisi lingkungan kerja ( aggravate preexisting
asthma )
Karakteristik keluhan asma kerja:
- Keluhan timbul setelah tiba ditempat kerja, hilang setelah
meninggalkannya
- Keluhan mulai beberapa jam setelah hilang dan kemudian hilang
- Keluhan ringan pada awal minggu mulai bekerja, memberat pada hari
selanjutnya
- Makin lama bekerja keluhan makin berlanjut
- Tidak ada keluhan pada waktu libur
- Keluhan timbul pada tempat kerja yang baru.
3. Alveolitis alergika akibat debu organic
Penyakit ini lebih sering disebut juga sebagai Hypersensitivity
pneumonitis. Alveolitis alergika merupakan penyakit paru yang diakibatkan
inhalasi dari debu organik seperti spora jamur, kotoran burung. Debu
organik yang terhirup menyebabkan peradangan pada alveoli dan dapat
menimbulkan jaringan parut. Penyakit ini menyerang tenaga kerja yang
bergerak. Kematian akibat penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1979 terdapat 20 kematian dan meningkat lebih dari dua kali
lipat pada tahun 1999 yaitu menjadi 57 kematian.
4. Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada
pekerjaan berisiko terkontaminasi.
Penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah Anthrak, Tuberkulosis,
Avian Infleuenza. Penyakit anthrak di derita oleh tenaga kerja di sektor
peternakan dan penyamakan kulit binatang. Penyakit tuberkulosis menyerang
tenaga kerja yang bekerja pada semua tenaga yang berisiko terkena
penyebab penyakit paru akibat kerja lainnya. Penyakit avian influenza
menyerang tenaga kerja di sektor peternakan unggas dan babi.
2 Penyakit Jantung dan Kardiovaskuler Akibat Kerja
1 Definisi
Di antara tenaga kerja terdapat kasus-kasus penyakit jantung dan
semakin tua usia penyakit semacam itu cendrung untuk meningkat
prevalensinya. Asal pekerjaan bagi mereka disesuaikan senga persyaratan
yang sepadan dengan kondisi penderita penyakit jantung, maka frekuensi
sakit dan absenteisme di antara oaring berpenyakit demikian tidak berbeda
dengan orang sehat. Keadaan kehidupan dan pekerjaan (jam kerja, ritme
bekerja, gizi, merokok) adalah factor penting dalam etiologi penyakit
sebagaimana bekerja fisiknya sendiri. Penyakit jantung koroner lebih banyak
ditemukan pada orang-orang yang bekerja sambil duduk dengan tanggung jawab
berat misalnya pada pengusaha dan tenaga pimpinan
Dari fisiologi jantung di ketahui, bahwa kerja berat yang menyebabkan
jantung sebagai pompa harus bekerja dengan beban lebih besar mergikan bagi
keadaan jantung yang telah mempunyai kelainan. Maka dari itu, diperlukan
persyaratan mengenai pekerjaan dari orang-orang berpenyakit demikian.
Jantung adalah sebagian dari system kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler pada umumnya dapat didgolongkan sebagai berikut:
1. Penyakit jantungf rematik
2. Penyakit tekanan darah tinggi
3. Pannyakit jantung iskemis
4. Penyakit lain dari jantung
5. Penyakit serebrovaskuler
6. Penyakit arteri, arteriol, dan kalpiler
7. Penyakit vena dan saluran limfa
2 Pekerjaan yang tidak cocok untuk penderita kardiovaskuler
1. Mengangkat dan memebawa beban berat yang memerlukan pengerahan tanaga
besar-besaran
2. Sikap kerja yang tidak baik (misalnya berdiri, tiduran, berjongkok,
dan lain-lain) atau posisi berbaha (misalnya bekerja pada
posisi/tempat yang tinggi)
3. Gerakan-gerakan berulang atau lama (misalnya berkeliling sekitar
mesin, mengecat permukaan luas, naik tangga, dan lain-lain)
4. Keadaan cuaca kerja yang tidak menguntungkan (suhu tinngi keraj di
luar rumah, kelembaban udara tinggi, tempat dangan ketinggi, uada
bertekanan tinggi atau tekanan rendah)
5. Bekerka dengan getaran mekanis (missal pemakain bor listrik, gergaji
listrik dan lain-lain).
3 Prevalensi
Penyakit degeneratif kronik-seperti penyakit kardiovaskuler (terutama
penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke), paling tinggi
prevalensinya di masyarakat umum dan masyarakat pekerja. Penyakit
degeneratif kronik-berperan amat besar: 36,5% bagi kematian, kesakitan,
dan tak mampu kerja . Jika digabung dengan kanker, penyakit paru obstruktif
kronik dan diabetes mellitus, maka 66.8% atau 2/3 dari penyebab kematian
masyarakat industri disebabkan oleh penyakit degeneratif kronik (WHO,
1998).
Prosentase kematian akibat penyakit kardiovaskular meningkat dari 5,9%
(1975) menjadi 9,1% (1981), dan 19,0% (1995), 42,9% (2000) (Kusmana,
2002).Sebagian besar populasi orang dewasa menghabiskan banyak waktunya di
tempat kerja, tempat kerja merupakan lingkungan yang ideal untuk promosi
kesehatan (WHO, 1998).WHO telah menetapkan tempat kerja sebagai suatu
tempat untuk melakukan promosi kesehatan di abad 21.
4 Penatalaksanaan dan Pencegahan
1. Seorang pebderita nerotonia (lemah saraf) memilki kapasitas kerja
sempurna, manakla diobati secara baik
2. Orang-orang dengan penyakit tekanan darah tinggi sebaiknya tidak
dipekerjakan pada pekerjaan yang perlu uapaya dan pengarahan segera
dan tiba-tiba
3. Tenaga kerja dengan penyakit katup jantung tidak boleh bekerja dengan
risiko infeksi, bahan beracun atau getaran, sedangkan mereka yang
cendrung untuk dekompensasi kordis tidak boleh bekerja berat.
4. Kardiolog menganggap infark otit jantung nukan merupakan kontradikasi
untuk pekerjaan pada umumnya tetapi kepada mereka yang baru sembuh
dari infark harus dilakukan pengawasan yang baik dan tidak
diperkenakan bekerja dengan bahan beracun atau berisiko kecelakan dan
kebakaran
5. Pada mereka yang telah mengalami oprerasi jantung nampaknya kapasitas
kerja bertambah baik, namun biasanya tidak diketahui pengaruhnya
jangka panjang
6. Menempatkan penderita sakit jantung pada pekerjaan yang memerlukan
tingkat keselamatan tinggi perlu diserati perhatian khusus
7. Pekerjaan yang dapat dilakukan sepenuhnya di daerah iklim sub-
tropisnya belum tentu dapat dilaksankan oleh enderita skit jantung di
daerah panas dan lembab
Pencegahan harus dimulai sejak sebleum kerja, sehingga penempatan
disesuaikan dengan keadaan kemampuan jantung tenaga kerja tersebut.
Pemeriksaan kesehatan periodic harus dilakukan oleh dokter perusahaan dan
ahli jantung sangat dianjurkan. Kardiolog menentukan kelainan orgfan
jantung dan fungsional, dokter perusahaan mengetahui dan mengevaluasi beban
kerja orang yang bersangkutan. Pemindahan seorang penderita penyakit
jantung hanya dibenarkan dengan sepenuhnya persetujuan dokter perusahaan.
3 Kanker Akibat Kerja
Karsinogen adalah zat yang ada pada keadaan tertentu melalui efek
langsung ata tidak langsung dari dalam atau luar tubuh, berakibat
metamorphose sel-sel jaringan sehat dan proliferasi yang cepat dari elemen
jaringan tersebut sehingga terjadi pertumbuhan jaringan abnormal serta
tidak terkendali. Dari penelitian pada hewan, ternyata gen dapat mengalami
mutasi oleh rangsangan kronis terus menerus dari penyebab yang berefek
mutagenesis.
Cara kerja karsinogen adalah sebagai berikut:
1. Karsinogen eksinogen primer seperti ter, minyak bumi, amina aromatis,
dan lain-lain bekerja langsung sebagai perseyawaan asli atau metabolit
atau konjugatnya terhadap substrat selluler atau mengganggu aktifitas
enzim atau bersenyawadengan zat protein serta membentuk karsinogen
2. Karsinogen eksogen sekunder seperti energy radiasi, kromat, nikel,
asbes dan arsen bekerja secara tidak langsung atau memalui suatu
mekanisme sekunder dengan merubah beberapa zat normal atau cairan
jaringan yang berakibat pertumbhan kanker
3. Golongan ketiga dari karsinogen merubah fungsi kualitatif dan
kuantitatif organ tertntu seperti sel-sel kelenjer anak ginjal,
kelenjer kelamin dan kelenjer pitutrin yang berakibat sekresi dari
organ tersebut mengendung zat karsinogen misalnya untuk selaput lender
kandung kencing.
Di pandang dari sifat karsinogenisitasnya, zat-zat kimia dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Zat kimia terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human
carcinogen) sepert contohnya arsen sebagai metalloid atau
persenyawanya atau tar sebagai benzen terlarut.
2. Zat kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human
carcinogen) seperti contohnya asam sufat atau berilium
3. Zat kimia yang tebukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan
seperti contohnya aldrin atau fulfural
4. Zat kimia yang belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen
terhadap manusia atau bintang seperti contohnya kaolin atau karbon
hitam
5. Zat kimia yang tidak diperkirakan karsinogen terhapa manusia yaitu
kebanyakan dari zat kimia pada umumnya
Zat karsinogen makin lama makin abnyak digunakan dalam industri. Kian
lama bertambah banyak banyak pula tenaga kerja yang bekerja dengan risiko
kontak dengan zat tersebut. Zat kimia demik9na yang pasti atau paling
tidak tersangka sebagai penyebabkan kanker dapat digolongkan seperti di
bawah ini:
a. Factor kimiawi atau fisis yang komposisinya jelas sera nyata-nyata
atau tersangka bersifat karsinogen seperti arsen, benzene,amina
aromatis, sinar ultraviolet, sinar korpuskuler, gelombang
elektromagnetis
b. Bahan kimia yang zatnya tidak jelas seperti tar, minyak, aspal, minyak
bumi, minyak paraffin, minyak pelumas, minyak antrasen, kreosot,
bitumen, hasil destilasi dan penghilangan minyak bumi, batu bara,
lignit, hidrokarbon siklis dan polisiklis, fenol, sulfur, dan debu
kayu keras
c. Persenyawaan logam anorganis dari arsen, bahan asbes, berilium, kromat
dan nikel karbonil
d. Zat kima perangsang yang belum diketahui pasti dalam hubungan infeksi
parasit atay kekersan oleh factor termis atau fisis dan kimiawi yang
tidak khas
Di bawah ini di sajikan daftar karsinogen serta jalan masuk kedalam tubh
dari organ yang jadi sasaran pengaruhnya
Tabel : karsinogen di tempat kerja, jalan masuk, dan organ yang di
pengruhinya
"Golongan "Keterangan khusus "Jalan masuk "Organ yang "
"umum " " "dipengaruhi "
"Bahan-baha"Benzen "Kulit, "Organ "
"n kima " "pernapasan "pembentukan "
"organis " " "dara "
" "Amina aromatis ( "Kulit, "Organ untuk "
" "naltilamin, "pernapasan, "mengeluarkan "
" "benzidin 4- "pencernaan "urin ( "
" "aminodifeni " "kandungan "
" "auramin), turunan " "kencing, "
" "nitro dan azo " "ureter, ginjal "
" " " "pelvis), paru, "
" " " "usus "
" "Tar arang batu, "Kulit "Kulit, paru, "
" "petch, aspal, "pernapasan "kandung kencing"
" "minyak ter, minyak" " "
" "kresot, minyak " " "
" "antrasen, jelaga, " " "
" "hitam lamou, " " "
" "lignit, ter, " " "
" "minyak, dan malam " " "
" "Minyak shale dan "Kulit, "Kulit tenggorok"
" "malam "penapasan " "
" "Arang batu "Kulit "Kulit dan mulut"
" "dehidrogenisasi, " " "
" "minyak dan ter " " "
" "minyak bumi, ter, "Kulit, "Paru kulit "
" "aspal, kokas, "pernapasan " "
" "jelaga, karbon " " "
" "hitam, minyak " " "
" "bakar, minyak " " "
" "disel, gemuk " " "
" "minyak pemotong, " " "
" "minyak malam, dan " " "
" "paraffin, " " "
" "nafitalen, " " "
" "dimetilasi " " "
" "minyak isoprofil "Kulit, "Sinus hidng, "
" " "pernapasan "tenggorokan, "
" " " "paru "
" "Gas mustard "Kulit "Sinus hidung, "
" " "pernapasan "tenggotok, paru"
" "Arsen "Kulit, paru "Kulit, paru, "
" " "pencernaan "sinus hidung, "
" " " "hati "
"Bahan "Asbestos "Pernafasan "Paru, plera "
"kimia " " " "
"anorganis " " " "
" "Kromat "Kulit, "Peritoneum "
" " "pernafasan " "
" "Nikel "Kuli, "Paru, sinus "
" " "pernafasan "hidng "
"Radiasi "Radiasi "Kulit "Rongga dan "
" "ultraviolet, " "sinus hidung, "
" "radiasi sinar " "paru "
" "matahari " " "
" "Sinar rontgen "Kulit "Kulit "
" "Zat radioaktif "Kulit, "Kulit, jaringan"
" " "pernafasan, "penghubungnya, "
" " "pencarnaan "tulang, sumsum "
" " " "tulang "
"Parasit "Schizostomia "Kulit, muut "Kulit, tulang, "
" "haematobium " "organ pembuat "
" " " "darah, paru, "
" " " "sinus hidung, "
" " " "kandung kencing"
Letak neoplasma dalam tubuh di tentukan oleh:
1. Sifat-sifat fisis dan kimiawi karsinogen
2. Cara terjadinya kontak terhadap tenaga kerja ( kulit, paru,
pencernaan)
3. Reaksi tubuh terhadap zat bersangktan, yaitu metabolism dan
eksresin( paru, hai, saluran, gastrointestinal dan urogenital)
4. Menetapnya karsinogen pada organ tertentu (kulit, hati, tulang,
sumsum tulang).
Kenyataan menunjukan bahwa tidak satu pun karsinogen di tempat kerja
menyebabkan kanker dengan gambaran histology khusus
Banyak karsinogen yang menyebabkan neoplasma pada kulit atau jaringan
sub-kutan. Kelainan neoplastis dapat terlihat dri gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Peradangan kulit (eritema, dermatitis dan folikilitis); sakit,
gatal, telangiektasi dan komedon; hilang rambut; peronikia, kuku
mudah patah, tebal, kaku, dan perdarahan dibawah kulit
2. Perubahan pigmen kulit
3. Hipreplasia epitel, karsinoma sel, squamous atau basal. Biasanya
terdapat pada kelopak mata, dagu, pipi, belakang telinga, leher,
lengan, skrotum atau paha. Terdapat kecendrungan dari jenis ini
untuk menjadi ganas.
4 Penyakit Hati Akibat Kerja
Penyakit hati akibat kerja merupakan salah satu penyakit yang sering
terdiagnosis penyakit akibat kerja yang sangat sulit ditegakkan pada
keadaan dini karena sulit dipastikan apakah didapat ditempat kerja atau
tidak.penyebab penyakit hati akibat kerja adalah :
- Infeksi : Virus bakteri
- Noninfeksi : Kontak Bahan Hepatotoksik
Peranan kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk mencegah
timbulnya
penyakit sebelum timbul dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, meningkatkatkan derajat kesehatan kerja dan keluarganya dengan
mengadakan pemeriksaan rutin.
1) Infeksi
a. Hepatitis virus A, penularan lewat makanan / minuman B,C, penularan
lewat kontak darah, tusukan.
Pendisposisi : medis paramedis, petugas pembersih limbah medis
Pencegahan : tempat pembuangan jarum bekas yang aman makanan dan
minuman yagn higienis, pemeriksaan darah, pemakaian sarung tangan ,
baju panjang dll
Promotif : Pemberian vaksin B/A kepada pekerja dan keluarganya
Diagnosis : anamnesa, hepatomagali, peningkatan test liver pungsi,
pemeriksaan serologi virus
Kuratif : pengobatan pada penyakit hepatitis, mengistirahatkan
sesuai kondisi si pasien,penempatan pekerja yang sesuai.
b. Leptospirosis : penyebab leptospira yang hidup dalam urine tikus
Predisposisi : petugas pembersih sampah
Pencegahan : pemakaian APD terutama jika hujan atau musim banjir
dan bila memungkinkan pemberantasan sarang tikus di tiap selokan
Promotif : sanitasi lingkungan pekerjaan, selokan dan tempat sampah
yang memadai agar tidak menjadi sarang tikus
Diagnosis : anamnesa, panas tinggi, ikterus, kesadaran menurun,
gangguan fungsi ginjal
Kuratif : perawatan di rumah sakit
2) Noninfeksi
kegagalan fungsi liver akibat terpapar bahan kimia yang toksit terhadap
hati, bahan ini masuk tubuh melalui inhalasi yaitu:
2-Nitropropan
Dimenthyl formaldehide bahan untuk serat acrylic dan polyurethane
Acetylanr tetrachloride
Trinitrotolen
5 Ginjal dan Pekerjaan
Penyakit ginjal oleh karena pekerjaan dapat digolongkan menurut
keadaa akut, sub-akut, dan kronis. Penyakit akut meliputi iskemia ginjal
dan sebagai akibat syok traumatis, syok anafilaksis, keracunan CO akut dan
pukulan panas, nekrose tubuli oleh zat beracun air raksa, krom, arsen, asam
oksalat, asam tartrat etiken glikol, karbon tetraklorida, tetrakloretan;
hemoglobinuria dan mioglobinuria oleh arsen, crush syndrome dan terkena
petir. Keadaan sub-akut terlihat pada keracunan timah hitam dengan gejala
ogluria dan kadang-kadangf sedikit proteinuria dan hematuria, keadaan
kronis terlihat pada keadaan keracunan timah hitam, kadnium, karbon
disulfide dan lan-lain yang mengambarkan khususnya adalah insufiensi ginal
dan kelainan tekanan darah.
Pengaruh bekerja terhadap faal ginjal terutama berikatan dengan
pekerjaan yang memerlukan pengarahan tenaga dan yang dilakukan bekerja
terhadap faal ginjal terutama berikatan dengan pekerjaan yang memerlukan
pengarahan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca kerja panas. Kedua-duanya
mengurangi peredaran darah kepad ginjal dengan akibat timbulnya gangguan
penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal. Pada ginjal yang rusak atau
bekerja berat terjadi poteinuria sebagai akibat tubh harus berupaya lebih
keras dan bekerja lebih berat (effort).
Cara menentukan kelainan ginjal akibat kerja adalah sama seperti pada
diagnosis penyakit akibat kerja pada ummnya. Pemeriksaan urin dan fungsi
ginjal sangat perlu dilakukan. Pemeriksaan urin harus merupakan bagian dari
pemeriksaan sebelum kerja dan berkala. Pekerjaan yang memerlukan pengarahan
tenaga berat dan juga yang dilakukan pada lingkungan kerja panas merupakan
kontradiksi untuk penderita penyakit ginjal. Hematuria harus menjadi
petunjuk bagi upaya pencegahan dan pada tenaga kerja yang kontak dengan air
raksa atau kodnium. Demikian pula halnya bagi zat kimia organis amina
aromatis
6 Alat Pencernaan dan Pekerjaan
Alat pencernaan atau system gastrointestinal menentukan efesisnsi dan
kapasistas kerja seorang tenaga kerja. Berbagai hal ditempat kerja dapat
mempengaruhi alat pencernaaan, yaitu zat beracun yang dipergunakan dalam
proses produksi diperusahaan. Factor fisis seperti tingginya intensitas
kebisingan kelelahan, sikap tubuh abnormal, seringnya terjadi perubahan
dalam irama kerja, kerja bergilir, kerja malam dan kebiasaan makanan yag
tidak tepat mengenai macam, jumlah kalori dan waktu.
Pelarut yang digunkan perusahaan biasanya mempunyai anfinitas tinggi
terhadap sel-sel yang mengandfung lipid, sehingga pada keracuan akut
terjadi kerusakan langsung pada sel-sel jaringan kontak dengan racun,
sedangkan kronis menyebabkan kelainan pada hati sebagi organ yang berfungsi
mendetoksifikasi zat beracun.
Kerusakan hepar (hati) merupakan suatu peristiwa biasa dalam persolan
keracunan akibat kerja, oleh karena hati adalah organ yang penting dalam
mentabilsme zat beracun dan berkja sebagai alat detoksifiksi racun
sebagaimana juga halnya ginjal yang berfungsi mengelurakan racun atau
metabolitnya dari tubuh.
Gas dan uap perangsang yang mungkin masuk kedalam alat pencernaan
secara berulang seperti SO2, nitrogen oksida, dan lain-lain sering
menyabakan gastritis kronis. Krom atau talium adalah penyebab dari gastro-
entero-kolitis yang kemudian mengakibatkan colitis interstitialis atau
colitis mukosa, yang keduanya ulseratif dan disertai kerusakan hati dengan
gejala nyeri sedang atau hebat. Logam berat atau pestisida organofosfor
dapat mengakibatkan kerusakan pangkreas dan kemungkanan tersebut perlu
diperhatikan.
Tenaga dengan kelaianan lambung dan usus perlu dipatasi dalam hal
beban kerja. Pada kelaianan lambung oleh faktot psikis-psikologis tergolong
nerose, perlu diupayakan agar teganga emosional dan psikologis dihilngka
atau dikurangi. Nerose semacam ini bukan penyakit organis dari alat
pencernaan, tetapi merupakan gangguan dari susunan saraf otonom.
Keluhan alat pencernaan merupakan maslah khusus bagi dokter
perusahaan dab diagonisisnya dalalm kaitan berbagai penyakit yanga ada
hubungannya dengan pekerjaan sulit dibuat. Pencegahan sedini mungkin sangat
perlu dan harus ditujukan kepada penyebab penyakit. Diagnosis dini dalam
pemeriksaan kesehatan periodic dan dilanjutkan dengan penulaian kerja dan
lingkungannya sangat membantu upaya pencegahan. Penyuluhan kesehatan perlu
diselenggarakan terutama dalam hal kebutuhan makanan dan nilai
gizi,pemilihan dan penyediaan makan, waktu makan, cara makan, pencegahan
makan minum secara berlebihan seperti makanan yang mengandung banyak lemak,
konsumsi alcohol, minuman dingin, atau sebaliknya diit yang keterlaluan
sehingga kurang gizi.
7 Diabetes Mellitus (Kencing Manis)
Di anrata tenaga kerja, angka sakit oleh diabetes militus relative
lebih kecil dibandingkan dengan masyarkat pada umumnya. Penderita diabetes
militus yang penyakitnya terkontrol dengan diet dan sama sekali tidak
tergantung kepada insulin dapat bekerja pada bekerja pada pekerjaan apa pu
tanpa suatu risiko, tetapi yang bersangkutan harus tetap harus memahami dan
menerapkan cara hidup sehat dalam rangka mengendalikan penyakitnya. Untuk
penderita diabetes militus yang tergantung kepada insulin dapat di buat
kategori sebagai berikut:
1. Tenaga kerja dengan diabetes militus sangat ringan yang dapat
diobati hanya dengan diet makan atau kombinasi diet dan obat-obatan
yang dimakan. Untuk kategori ini, insulin seharinya hanya
diperlukan kurang dari 30 satuan
2. Penderita yang sehari-harinya memerlukan 30-50 satuan insulin
penyakitnya dapat diatasi tanpa syok insulin
3. Mereka yang dengan insulin lebih dari 50 satuan seharinya, tetapi
keadaannya labil, berulang-ulang menderita syok insulin dan
cendrung untuk hiperglikemia dan asidosis
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan periodic, pendidikan cara
hidup sehat, penempatan pada pekerjaan yang tepat, dan lain-lain adalah
cara preventif yang efektif. Pemeriksaan glukosa urin harus merupak tugas
kesehatan rutin disertai upaya menemukan gejala dan tanda dari penyakit
diabetes militus. Pada penderita penyakit tersebut, pengobatan menentikan
pula kondisi pula kondisi penderita sehubungan dengan pekerjaannya.
Selanjutnya diet, hygiene perorangan, pemeilahraan kesegaran jasmani dan
rohani, dan lain-lain sangat membantu.
7 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat
kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
a. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
b. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga
kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.
Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu
pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:
a. Pakailah APD secara benar dan teratur
b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh
agar bekerja bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit, diantaranya :
a. Pencegahan Primer – Health Promotion
- Perilaku Kesehatan
- Faktor bahaya di tempat kerja
- Perilaku kerja yang baik
- Olahraga
- Gizi seimbang
b. Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
- Pengendalian melalui perundang-undangan
- Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
- Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung
diri (APD)
- Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
c. Pencegahan Tersier
Early Diagnosis and Prompt Treatment
- Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
- Pemeriksaan kesehatan berkala
- Surveilans
- Pemeriksaan lingkungan secara berkala
- Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
- Pengendalian segera di tempat kerja
PENUTUP
1 Kesimpulan
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Di dalam Keputusan
Presiden RI No. 22 tahun 1993 tedapat 31 jenis penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja.
Faktor penyebab PAK terdiri dari 5 golongan yaitu golongan fisik,
kimiawi, biologis, fisiologi dan psikososial.
Penyakit kronis di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah
kesehatan yang berkaitan dengan gejala gejala atau kecacatan yang
membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang, sebagian dari penatalaksanaan
ini mencakup belajar untuk hidup dengan gejala kecacatan, sementara itu
pula ada yang menghadapi segala bentuk perubahan identitas yang di
akibatkan oleh penyakit.
Ada beberapa penyakit kronis di tempat kerja yaitu :
1. Penyakit Paru
2. Penyakit Jantung dan Kardiovaskuler
3. Kanker Akibat Kerja
4. Penyakit Hati
5. Ginjal
6. Diabetes Mellitus
Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu
pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:
a. Pakailah APD secara benar dan teratur
b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.
2 Saran
Penulis menyarankan kepada perusahaan untuk selalu mewaspadai adanya
ancaman penyakit akibat kerja, terutama penyakit kronis. Kepada tenaga
kerja agar mengenali bahaya di tempat kerja, memakai APD, dan melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Suma'mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta
: CV Sagung Seto.
Aditama, Tjandra Yoga dan Tri Hastuti. 2002. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta : UI - Press.
Nuruddin. 2012. Penyakit Akibat Kerja. https://
nuruddinmh.wordpress.com/2012/ 03/22/penyakit-akibat-kerja/ (Diakses
pada tanggal 25 April 2015, pukul 19.35 WIB).
Himawey, Ewi. 2011. Penyakit Akibat Kerja. http:// ewyhimawary.blogspot.co.
id/2011/03/penyakit-akibat-kerja.html (Diakses pada tanggal 25 April
2015, pukul 19.38 WIB).
Rendra. 2012. Penyakit Hati Akibat Kerja. http://dr-rendra.
blogspot.co.id/2012/05/ penyakit-hati-akibat-kerja.html (Diakses pada
tanggal 25 April 2015, pukul 19.40 WIB).
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. http://
library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf (Diakses pada tanggal 25
April 2015, pukul 19.45WIB).
Ulum, Misbakhul. 2012. Penyakit Akibat Kerja. http://misbakhul-ulum27.
logspot.co.id/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html(Diakses pada tanggal
26 April 2015, pukul 20.15WIB).
Dylan, Rhiea Chaiank. 2013. Penyakit Akibat Kerja. https: //www.scribd.com/
doc/147264927/Makalah-Penyakit-Akibat-Kerja (Diakses pada tanggal 27
April 2015, pukul 21.10WIB).
ANALISIS JURNAL 1
GAMBARAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI DAERAH PERTAMBANGAN
BATUBARA, KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN
1. Latar Belakang
Kabupaten Muara Enim, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Selatan yang memiliki penambangan batubara yang terbesar di Indonesia
yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Enim. Dengan adanya penambangan di
daerah di Kabupaten Muara Enim, berbagai dampak buruk terjadi akibat
pengerukan batu bara, salah satunya adalah masalah kesehatan. Pencemaran
udara akibat proses pengolahan atau hasil industri tambang batubara akan
berdampak negatif terhadap paru-paru para pekerja dan masyarakat di
sekitar daerah pertambangan.
2. Metode
Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan waktu penelitian
mulai Bulan Februari sampai dengan Desember 2012. Di kawasan peruntukkan
didapat sejumlah 469 sampel anggota rumah tangga dan bukan peruntukkan
didapat 504 sampel anggota rumah tangga. Untuk mendapatkan angka kejadian
penyakit PPOK dilakukan dengan wawancara yang ditujukan kepada anggota
rumah tangga yang menjadi sampel penelitian. Untuk pengukuran kualitas
udara dilakukan secara langsung, di dalam (indoor) dan di luar (outdoor)
rumah dengan menggunakan prosedur pengukuran dan alat ukur yang memenuhi
standar.
3. Hasil
- Prevalensi PPOK berdasarkan diagnosa petugas kesehatan atau gejala
yang dirasakan pada kawasan peruntukkan didapatkan ada 11 orang
(2,35%) yang menderita PPOK, sedangkan dari responden pada kawasan
bukan peruntukkan didapatkan ada 6 orang (1,19%).
- Berdasarkan diagnosa petugas kesehatan pada kawasan peruntukkan
didapatkan ada 2 orang (0,43%) yang menderita PPOK, sedangkan pada
kawasan bukan peruntukkan didapatkan ada 4 orang (0,79%) yang
menderita PPOK.
- Hasil sampel udara outdoor dan indoor, nilai rata-rata untuk parameter
S02, NO2 dan PM2,5 di kawasan peruntukkan lebih tinggi dibandingkan di
kawasan bukan peruntukkan.
- Pencemaran Udara di Daerah, kualitas udara outdoor maupun indoor
parameter S02, N02, PM10 di kawasan peruntukkan maupun di kawasan
bukan peruntukkan masih dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan
- Responden di kawasan peruntukkan yang memiliki kebiasaan
merokok/mengunyah tembakau selama 1 bulan terakhir sebanyak (64,2%)
tidak merokok dalam 1 bulan terakhir, sedangkan di kawasan bukan
peruntukkan sebanyak (68,5%) tidak merokok.
- Perilaku merokok kawasan peruntukkan menunjukkan sebanyak (82,5%)
berperilaku merokok dalam rumah ketika bersama ART lain, demikian pula
pada kawasan bukan peruntukkan sebanyak (86,8%) reponden memiliki
kebiasaan merokok di dalam rumah bersama ART lain.
4. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi PPOK lebih tinggi di
kawasan peruntukkan dibanding dengan kawasan bukan peruntukkan.
Berdasarkan kualitas udara outdoor dan indoor nilai rata-rata untuk
parameter S02, NO2, PM10 dan PM2,5 lebih tinggi di kawasan peruntukkan
dibandingkan dengan kawasan bukan peruntukkan.
ANALISIS JURNAL 2
ANALISIS RISIKO PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KEJADIAN BISINOSIS DI INDUSTRI
TEKSTIL PT. GRANDTEX BANDUNG
1. Latar Belakang
Jumlah karyawan PT.Grandtex tahun 2014 ini mencapai 1653orang. Secara
keseluruhan ada 15 departemen dengan 9 bagian produksi yang terkait
langsung dengan pajanan debu dalam beraktifitasnya. Bagian-bagian
tersebut diantaranya adalah Blowing Spinning 3, Open End Spinning 4,
Carding Spinning 1, Ring Spinning 1, Persiapan Ball Warpher, Persiapan Re
Beamer, R.Boiler mg/m3). Sementara kadar debu total ambien di area pabrik
berkisar antara 0,10-0,18mg/m.
Dalam kurun waktu 3 tahun, ada 4 departemen produksi yang karyawannya
banyak berkunjung ke Batubara, Weaving Sulzer II, dan Weaving Sulzer I.
Dalam kurun waktu 3 tahun, ada 4 departemen produksi yang karyawannya
banyak berkunjung ke poliklinik karena keluhan ISPA dibandingkan dengan
departemen lainnya. Keempat departemen tersebut yaitu spinning ring,
spinning open end, persiapan, dan weaving.
2. Metode
Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel pada penelitian ini
adalah 80 responden. Variabel yang diteliti adalah nilai Risk Quotient
(RQ), aktifitas pekerjaan, penggunaan Alat Pelindung Diri, dan gangguan
psikologis Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
3. Hasil
- Total Jumlah karyawan yang mengalami gangguan fungsi paru adalah 29
orang (36,25%), dengan persentase terbesar adalah karyawan yang
mengalami gangguan fungsi paru katagori obstruktif 18 orang (22,5%).
- Prevalensi gejala bisinosis grade . tertinggi terjadi pada unit
administrasi, grade 1 tertinggi pada unit weaving, sementara grade 2
dan 3 tertinggi pada unit spinning.
- Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value < 0,05, artinya ada
hubungan yang bermakna antara besar nilai Risk Quotient(RQ) dengan
kejadian bisinosis.
4. Kesimpulan
Semua variabel bebas yang diteliti seperti nilai Risk Quotient (RQ),
aktifitas pekerjaan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dan gangguan
psikologis berhubungan dengan kejadian bisinosis.