DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VII 1. Paulo M.P. M.P. Harianja
(11.032.111.006) (11.032.111.006)
2. Linceria Manurung
(11.032.111.071) (11.032.111.071)
3. Simjoli Rivi Ricardo Cibro
(11.032.111.1 (11.032.111.112) 12)
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Darma Agung Medan 2014 1
Analisis biaya-volume-laba merupakan metode estimasi bagaimana perubahan biaya variabel per unit, harga jual per unit, jumlah biaya tetap per periode, volume penjualan, dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba.
Analisis biaya-volume-laba adalah pemeriksaan bagaimana jumlah pendapatan dan jumlah biaya berubah seiring dengan perubahan volume penjualan.
Analisis biaya-volume-laba adalah instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan. 2
Analisis biaya-volume-laba tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi. Diantara asumsi-asumsi tersebut adalah: Semua biaya
diklasifikasikan sebagai biaya variabel ataupun biaya tetap.
Fungsi jumlah biaya Fungsi
adalah linier dalam kisaran relevan.
jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan.
Analisisnya untuk sebuah produk, atau
bauran penjualan dari bermacam
macam produk adalah konstan dalam kisaran relevan.
Hanya terdapat satu pemicu biaya: volume unit produk atau rupiah
penjualan.
Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama.
3
Marjin kontribusi (contribution (contribution margin) margin) adalah perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit. Istilah marjin kontribusi kerap pula digunakan untuk mengacu ke jumlah marjin kontribusi (total (total contribution margin) margin) yang merupakan perbedaan antara jumlah penjualan dan jumlah biaya variabel. Marjin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan. Rasio marjin kontribusi =
Marjin kontribusi Penjualan
P.T. Istana Dewata Laporan Laba Rugi Kontribusi 31 Maret 2001 Per Unit
Jumlah
Penjualan (800 VCD Player) Kurang: biaya variabel
Rp 250.000 Rp 150.000
Rp 200.000.000 Rp 120.000.000
Marjin Kontribusi Kurang: biaya tetap
Rp 100.000
Rp 80.000.000 Rp 70.000.000
Laba (rugi) bersih
Rp. 10.000.000
4
Titik impas (break-even (break-even point ) adalah volume penjualan di mana jumlah pendapatan dan jumlah jumlah biayanya sama; tidak tidak terdapat laba maupun maupun rugi bersih. Laba bersih akan diperoleh bilamana volume penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih akan diderita bila volume penjualan berada di bawah titik impas.
Komputasi Titik Titik Impas: Metode Persamaan (Equation M ethod ) Penjualan - Jumlah biaya = Laba bersih
atau,
Penjualan - Biaya variabel - Biaya tetap = Laba bersih atau,
Penjualan = Biaya Variabel Variabel + Biaya tetap + Laba bersih 5
Contoh: P.T. .T. Istana Dewata, Harga jual per unit
Rp
250.000
Rp
150.000
……………………
Biaya variabel per unit
.............
……
…
Biaya tetap......................... tetap....................................... ....................Rp ......Rp 70.000.000 Titik impasnya dihitung sebagai berikut: Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba bersih 250.000P = 150.000P + 70.000.000 + 0 100.000P = 70.000.000 P = 700 unit VCD player VCD player P = Rp 175.000.000 (700 x Rp 250.000)
Di mana, P = Titik impas penjualan VCD player
6
Komputasi Titik Impas: Metode Kontribusi Unit (Uni t Contibution ) Contibution M ethod Titik impas (dalam unit)
=
Biaya tetap Marjin kontribusi per unit
atau, Biaya tetap
Titik impas (dalam (dalam rupiah) =
Rasio marjin kontribusi
Contoh: (P.T. Istana Dewata), Harga jual per unit
Rp
250.000
Rp
150.000
....Rp
100.000
……………………
Kurang: biaya variabel per unit
………
Marjin kontribusi per unit
…………
Rasio marjin kontribusi........................
40%
Biaya tetap...........................................Rp 70.000.000 Maka: Titik impas = (Biaya tetap/Marjin kontribusi per unit) = (Rp 70.000.000/Rp 100.000) = 700 unit atau, Titik impas = (Biaya tetap/Rasio marjin kontribusi) = (Rp 70.000.000/40%) = Rp 175.000.000
7
Komputasi Titik Impas: Ancangan Grafis (Graphic Approach) Approach) 400
P.T. Istana Dewata (Grafik Titik Impas)
350
300
) h a i p250 u r n a a200 t u j m a150 l a d (
Titik impas ( Break-Even Break-Even Point ) (700 unit VCD player VCD player atau atau nilai penjualan Rp 175.000.000) 175.000.000)
Biaya variabel (Rp 150.000 per unit VCD player VCD player )
100
Garis Biaya Tetap 50
Biaya tetap (Rp 70.000.000)
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Volume Penjualan (dalam ratusan unit)
8
Dalam penentuan titik impas melalui grafik biaya, laba ditunjukkan oleh perbedaan antara jumlah pendapatan dan jumlah biaya. Grafik laba ( pr ( profit ofit graph) graph) hanya menggambarkan laba dan rugi serta menghilangkan garis-garis biaya dan pendapatan. Dengan data dari P.T P.T Istana Dewata, garis laba digambarkan dengan cara berikut:
Mencari kerugian atas penjualan sebesar nol. Kerugian ini adalah besarnya biaya tetap Rp 70.000.000, yang lalu dipatok pada sumbu vertikal.
Mencari laba atau kerugian pada volume penjualan lainnya. Sebagai contoh, pada penjualan 700 unit VCD player, player, labanya adalah nol (Rp 175.000.000
(Rp
–
105.000.000 + Rp 70.000.000)), atau pada penjualan 1.000 unit, labanya sebesar Rp 30.000.000.
Setelah kedua titik tersebut diidentifikasi, lalu ditarik garis diantara kedua titik tersebut.
9
100
P.T. Istana Dewata (Grafik Laba)
a b 80 a L Titik impas ( Break-Even Break-Even Point ) (700 unit VCD player VCD player atau atau nilai penjualan Rp 175.000.000) 175.000.000)
60
) h 40 s i p u r n 20 a a t u j 0 m a l a d-20 (
-40
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Garis Impas
i g u-60 R -80
Volume Penjualan (dalam ratusan unit) 10
Marjin pengaman penjualan (margin (margin of safety, safety, MS) adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume penjualan impas. Marjin pengaman penjualan ini menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian. Marjin pengaman penjualan dipandang sebagai ukuran kasar resiko. Selalu terdapat kejadian-kejadian, yang tidak diketahui ketika rencana disusun yang dapat menurunkan pejualan di bawah tingkat yang diharapkan sebelumnya. Marjin pengaman penjualan = Penjualan dianggarkan Penjualan Penjualan impas –
atau, Marjin pengaman penjualan dalam rupiah Persentase marjin pengaman penjualan = Penjualan
11
P.T. Prala Pralaya ya
P.T. Bratay Bratayuda uda
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Penjualan Kurang: biaya variabel Marjin kontribusi Kurang: biaya tetap Laba bersih
Rp 600.000 Rp 450.000 Rp 150.000 Rp 120.000 Rp 30.000
100 75 25
Rp 600.000 Rp 300.000 Rp 300.000 Rp 270.000 Rp 30.000
100 50 50
Titik impas: Rp 120.000 : 25% Rp 270.000 : 50%
Rp 480.000 Rp 540.000
Marjin pengaman penjualan dalam rupiah (Jumlah penjualan Penjualan Penjualan impas) Rp 600.000 Rp Rp 480.000 Rp 600.000 Rp Rp 540.000 –
–
Rp 120.000 Rp 60.000
–
Marjin pengaman penjualan dalam persentase Rp 120.000 + Rp 600.000 Rp 60.000 + Rp 600.000
20% 10%
12
Tuasan operasi (Operating leverage) adalah tingkat pengeluaran biaya tetap di dalam sebuah perusahaan. Tuasan operasi mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak. Karena perbedaan antara marjin kontribusi dan laba operasi adalah biaya tetap, maka perusahaan dengan biaya tetap yang tinggi umumnya akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula. Apabila perusahaan mempunyai operating leverage yang terbilang tinggi, maka keuntungannya akan sangat peka terhadap
perubahan penjualan. Persentase kenaikan (atau penurunan) yang kecil dalam penjualan dapat mengakibatkan persentase kenaikan (atau penurunan) yang besar dalam keuntungan yang diraih. P.T .T.. Badai Gurun
P.T .T.. Gelora Samudra
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Penjualan Kurang: biaya variabel
Rp 400.000 Rp 240.000
100 60
Rp 400.000 Rp 120.000
100 30
Marjin kontribusi Kurang: biaya tetap
Rp 160.000 Rp 120.000
40
Rp 280.000 Rp 240.000
70
Laba bersih
Rp 40.000
Rp 40.000
13
Dari tabel sebelumnya, perusahaan Gelora Samudra mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya variabelnya dibandingkan P.T. Badai Gurun, kendatipun jumlah biaya pada masing-masing kedua perusahaan tersebut (yakni Rp 360.000) sama pada tingkat penjualan Rp 400.000. Namun, apabila penjualan pada masing-masing perusahaan dinaikkan sebesar 10% (dari Rp 400.000 menjadi Rp 440.000), maka laba bersih P.T. Gelora Samudra melonjak sebesar 70% (dari Rp 40.000 menjadi Rp 68.000), sedangkan P.T. Badai Gurun mengalami kenaikan laba bersih hanya sebesar 40% (dari Rp 40.000 menjadi Rp 56.000). P.T .T.. Badai Gurun
P.T .T.. Gelora Samudra
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Penjualan Kurang: biaya variabel
Rp 440.000 Rp 264.000
100 60
Rp 440.000 Rp 132.000
100 30
Marjin kontribusi Kurang: biaya tetap
Rp 176.000 Rp 120.000
40
Rp 308.000 Rp 240.000
70
Laba bersih
Rp 56.000
Rp 68.000 14
Kadar/faktor tuasan operasi (degree of operating leverage) yang terdapat dalam perusahaan pada tingkat penjualan tertentu dapat diukur melalui rumus berikut:
Faktor tuasan operasi =
Marjin kontribusi Laba bersih
Faktor tuasan operasi (degree of operating leverage) di P.T. Badai Gurun dan P.T. Gelora Samudra pada tingkat penjualan Rp 400.000 adalah:
P.T. Badai Gurun:
Rp 160.000 Rp 40.000
=
4
P.T. Gelora Samudra:
Rp 280.000 Rp 40.000
=
7
Dengan membaca faktor tuasan operasi di atas, apabila penjualan meningkat sebesar 10%, maka laba bersih P.T. Badai Gurun akan melonjak sebesar 4 kali lipat (atau 40%), dan laba bersih P.T Gelora Samudra akan melambung 7 kali lipat (atau 70%).
15
Laba Sasaran
Contoh: Contoh : P.T. .T. Istana Dewata -- Harga jual per unit......... unit. .........Rp .Rp
250.000 250.0 00
-- Biaya variabel.................Rp
150.000
-- Biaya tetap......................Rp 75.000.000 Apabila P.T. Istana Dewata menargetkan laba tahunan sebesar 20%,, hal ini berarti bahwa P.T. Istana Dewata Dewata mempunyai laba sasaran Rp 24.000.000 (20% x Rp 120.000.000). Maka untuk memperoleh memperoleh laba tersebut jumlah unit un it VCD player yang yang harus dijual adalah sebagai berikut: Penjualan
= Biaya variabel + Biaya tetap + Laba bersih
Rp 250.000X = Rp 150.000X + Rp 70.000.000 + Rp 24.000.000 Rp 100.000X = Rp 94.000.000 VCD player yang harus dijual) X = 940 unit (X adalah jumlah unit VCD player Laba sasaran dapat dicari dengan menggunakan menggunakan marjin kontribusi per unit, dengan rumus rumus berikut:
Volume penjualan penjuala n =
Biaya tetap + Laba sasaran Marjin kontribusi per unit
16
Dampak Perubahan Harga Jual Kenaikan harga jual per unit akan menurunkan titik impas penjualan, sedangkan
penurunan harga jual per unit akan menaikkan titik impas penjualan. Dengan memakai analisis biaya-volume-laba, manajer dapat menentukan besarnya volume penjualan yang mesti berubah setelah melakukan perubahan harga supaya dapat mencapai laba sasaran yang ditetapkan. Contoh: Misalkan P.T. Istana Dewata mempertimbangkan kenaikan harga sebesar Rp 40.000 per unit. Berapakah banyaknya unit VCD player yang harus dijual pada harga baru tersebut agar mencapai titik impas? Dan berapa pula yang harus dijual untuk memperoleh laba Rp 24.000.000? Tingkat tingkat tingkat penjualan dapat dicari sebagai –
berikut:
17
Dampak Perubahan Harga Jual Data
Kenaikan Harga Jual
Semula
(Rp 40.000)
Naik
Harga jual per unit
Rp 250.000 per unit
Biaya variabel
Rp 150.000 per unit
Rp 150.000 per unit
Marjin kontribusi per unit
Rp 100.000 per unit
Rp 140.000 per unit
Biaya tetap
Rp 70.000.000
Rp 70.000.000
Laba sasaran
Rp 24.000.000
Rp 24.000.000
Penjualan impas (unit)
=
Rp 70.000.000
Rp 290.000 per unit
=
Rp 100.000
Penjualan (unit) untuk
=
700 unit
=
Rp 94.000.000
mencapai laba sasaran sebesar Rp 24.000.000
Rp 140.000 Turun
=
500 unit
=
Rp 94.000.000
Rp 100.000 =
940 unit
Rp 70.000.000
Rp 140.000 =
671 unit
18
Dampak Perubahan Biaya Variabel Kenaikan biaya variabel akan menaikkan titik impas penjualan, sedangkan
penurunan biaya variabel akan menurunkan titik impas penjualan. Untuk memprediksi imbas perubahan biaya variabel ini, manajer dapat memakai analisis biaya-volume-laba untuk menentukan besarnya volume penjualan yang mesti berubah supaya dapat mencapai laba sasaran yang ditetapkan. Contoh: Diasumsikan P.T. Istana Dewata berpeluang untuk memotong biaya variabel sebesar Rp 10.000 per unit karena membeli dalam partai besar. Laba sasaran diasumsikan tidak berubah, tetap sebesar Rp 24.000.000. Berapakah banyaknya VCD player yang harus dijual oleh P.T. Istana Dewata untuk mencapai titik impas? Dan berapa pula yang harus dijual untuk meraup laba Rp 24.000.000? 24.000.000? Tingkat-tingkat Tingkat-tingkat penjualan tersebut dapat dicari sebagai berikut:
19
Dampak Perubahan Biaya Variabel Data
Penurunan Biaya Variabel
Semula
(Rp 10.000)
Harga jual per unit
Rp 250.000 per unit
Biaya variabel
Rp 150.000 per unit
Marjin kontribusi per unit
Rp 100.000 per unit
Rp 250.000 per unit Turun
Rp 140.000 per unit Rp 110.000 per unit
Rp 70.000.000 Biaya tetap
Rp 24.000.000
Rp 70.000.000
Laba sasaran
Rp 24.000.000 Rp 70.000.000
Penjualan impas (unit)
=
=
Rp 100.000
Rp 70.000.000 Rp 110.000
Penjualan (unit) untuk
=
700 unit
=
Rp 94.000.000
mencapai laba sasaran sebesar Rp 24.000.000
Turun
=
636 unit
=
Rp 94.000.000
Rp 100.000 =
940 unit
Rp 110.000 =
855 unit
20
Dampak Perubahan Biaya Tetap Kenaikan biaya tetap akan menaikkan titik impas penjualan, sedangkan penurunan
biaya tetap akan menurunkan titik impas penjualan. Untuk memprediksi imbas perubahan biaya tetap ini, manajer dapat memakai analisis biaya-volume-laba untuk menentukan besarnya volume penjualan yang mesti berubah supaya dapat mencapai laba sasaran yang ditetapkan. Contoh: Diasumsikan bahwa manajer P.T. Istana Dewata mempertimbangkan kenaikan biaya iklan sebesar Rp 2.000.000. Berapakah banyaknya unit VCD player yang yang harus dijual oleh P.T. Istana Dewata untuk mencapai titik impas? Dan berapa pula yang harus dijual untuk meraup laba sebesar Rp 24.000.000? Tingkat-tingkat penjualan dapat dihitung sebagai berikut:
21
Dampak Perubahan Biaya Tetap Data
Kenaikan Biaya Tetap
Semula
(Rp 2.000.000)
Harga jual per unit
Rp 250.000 per unit
Rp 250.000 per unit
Biaya variabel
Rp 150.000 per unit
Rp 150.000 per unit
Marjin kontribusi per unit
Rp 100.000 per unit
Rp 100.000 per unit
Biaya tetap
Rp 70.000.000
Laba sasaran
Rp 24.000.000
Penjualan impas (unit)
=
Naik
Rp 72.000.000 Rp 24.000.000
Rp 70.000.000
=
Rp 100.000
Penjualan (unit) untuk
=
700 unit
=
Rp 94.000.000
mencapai laba sasaran sebesar Rp 24.000.000
Rp 100.000 Naik
=
720 unit
=
Rp 96.000.000
Rp 100.000 =
940 unit
Rp 72.000.000
Rp 100.000 =
960 unit
22
Dampak Perubahan Simultan Harga Dan Biaya Dalam praktik di lapangan, harga dan biaya kerap berubah secara simultan. Biaya
variabel sering berubah dan perusahaan juga turut bereaksi dengan mengubah hargaharga produknya Contoh: Misalkan manajer P.T. Istana Dewata mempertimbangkan suatu kenaikan biaya iklan sebesar Rp 2.000.000. Manajer berharap dapat menutup kenaikan biaya iklan itu dengan menaikkan harga jual sebesar Rp 40.000 per unitnya. Berapakah banyaknya unit VCD player yang harus dijual P.T Istana Dewata untuk mencapai titik impas? Dan berapa pula yang harus dijual agar meraup laba Rp 24.000.000? 24.000.000? Tingkat-tingkat Tingkat-tingkat penjualan tersebut dapat dicari sebagai berikut:
23
Dampak Perubahan Simultan Harga Dan Biaya Kenaikan Biaya Tetap
Data
(Rp 2.000.000) dan Harga Jual
Semula
(Rp 40.000)
Naik
Harga jual per unit
Rp 250.000 per unit
Biaya variabel
Rp 150.000 per unit
Rp 150.000 per unit
Marjin kontribusi per unit
Rp 100.000 per unit
Rp 140.000 per unit
Biaya tetap
Rp 70.000.000
Laba sasaran
Rp 24.000.000
Penjualan impas (unit)
=
Penjualan (unit) untuk
=
700 unit
=
Rp 94.000.000
mencapai laba sasaran sebesar Rp 24.000.000
Naik
Rp 72.000.000 Rp 24.000.000
Rp 70.000.000 Rp 100.000
Rp 290.000 per unit
= Turun
Rp 140.000 =
514 unit
=
Rp 96.000.000
Rp 100.000 =
940 unit
Rp 72.000.000
Rp 140.000 =
686 unit
24
Bauran Penjualan dan dan Analisis Titik Titik Impas
Sebagian besar perusahaan pada umumnya menjual lebih dari satu lini produk pada bermacam-macam harga jual. Selain itu, produk-produk produk-produk yang dijual sering pula mempunyai biaya-biaya variabel per unit yang berlainan. Harga jual dan biaya variabel yang berlainan di antara lini produk produk tersebut tersebut akan membuat membuat lini-lini produk yang ada mempunyai marjin kontribusi yang berbeda-beda pula. Analisis bauran penjualan ( sales mix analysis) analysis) melibatkan penentuan kombinasi paling menguntungkan menguntungkan dari penjualan produk pada saat perusahaan menjual lebih dari satu lini produk.Yang sangat terkait dengan analisis bauran penjualan adalah kajian profitabilitas lini produk yang dirancang untuk mencari produk-produk produk-produk mana yang merugikan perusahaan. Contoh: P.T. Pedang Menoreh mempunyai dua lini produk: lini produk AS800 dan lini produk IBX005. Untuk tahun 2001, penjualan, biaya, dan titik impas perusahaan tampak pada Tabel Tabel 1, dan untuk tahun 2002 tampak pada Tabel 2 25
P.T. Pedang Menoreh Data Penjualan Tahun 2001 Produk AS800
Produk IBX005
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Penjualan (-) Biaya variabel
Rp 800.000 Rp 600.000
100 75
Rp 3.200.000 Rp 1.600.000
100 50
Rp 4.000.000 Rp 2.200.000
100 55
Marjin kontribusi (-) Biaya tetap
Rp 200.000
25
Rp 1.600.000
50
Rp 1.800.000 Rp 1.080.000
45
Laba bersih
Rp
720.000
TABEL 1. Analisis Titik Impas pada Multiproduk
Komputasi titik impas:
Biaya tetap Rp 1.080.000
= Rp 2.400.000
Rasio marjin kontribusi 45%
26
P.T. Pedang Menoreh Data Penjualan Tahun 2002 Produk AS800
Produk IBX005
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Penjualan (-) Biaya variabel
Rp 3.200.000 Rp 2.400.000
100 75
Rp 800.000 Rp 400.000
100 50
Rp 4.000.000 Rp 2.800.000
100 70
Marjin kontribusi (-) Biaya tetap
Rp
25
Rp 400.000
50
Rp 1.200.000 Rp 1.080.000
30
800.000
Laba bersih
Rp
120.000
TABEL 2. Analisis Titik Impas pada Multiproduk: Terdapat Terdapat Pergeseran Bauran Penjualan
Komputasi titik impas:
Biaya tetap Rp 1.080.000
= Rp 3.600.000
Rasio marjin kontribusi 30%
27
Pada Tabel 1, titik impas ada pada penjualan sebesar Rp 2.400.000, diperoleh dengan membagi biaya tetap Rp 1.080.000 dengan rasio marjin kontribusi 45%. Namun penjualan sebesar Rp 2.400.000 ini menunjukkan titik impas hanya sebatas bauran penjualan tidak berubah. Apabila bauran penjualan berubah, titik impas penjualan juga akan berubah. Hal ini dapat diilustrasikan dengan menganggap bahwa pada tahun 2002 terjadi pergeseran dari lini produk IBX005 yang menguntungkan (dengan rasio marjin kontribusi 50%) menuju lini produk AS800 yang kurang menguntungkan (dengan rasio marjin kontribusi hanya 25%). Data penjualan untuk tahun 2002 seperti tersaji pada Tabel 2 Walaupun penjualan tidak mengalami perubahan (tetap pada Rp 4.000.000), bauran penjualan mengalami perubahan yang berlawanan berlawanan dengan apa yang tersaji pada Tabel Tabel 1. Penjualan yang jumlahnya besar kini berasal dari lini produk AS800. Pergeseran bauran penjualan ini telah menyebabkan rasio marjin kontribusi dan jumlah laba merosot tajam dari tahun sebelumnya. Rasio marjin kontribusi merosot dari 45% pada tahun 2001 menjadi 30% pada 2002, sedangkan laba bersih merosot tajam dari Rp 720.000 pada tahun 2001 menjadi Rp 120.000 pada 2002. Titik impas penjualan mengalami peningkatan dari Rp 2.400.000 pada tahun 2001 menjadi Rp 3.600.000 pada tahun 2002.
28
Penentuan Biaya Pokok Penuh/Absorsi (F ull Cos ) Costing atau Absorpti Absorpti on Costi Costing ng Penentuan biaya pokok penuh ( full full costing ) memperlakukan semua biaya produksi sebagai biaya
produk ( product product costs), costs), tidak peduli apakah biaya tersebut bersifat variabel ataukah tetap. Oleh karena itu, penentuan harga pokok penuh mengalokasikan suatu bagian dari biaya overhead pabrikasi tetap maupun variabel kepada setiap unit produk. Dengan demikian, biaya satuan produk dengan metode penentuan biaya pokok penuh ini terdiri atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrikasi tetap dan variabel. Penentuan Biaya Pokok Penuh Costing (F ull Cos )
Biaya produk
Penentuan Biaya Pokok Variabel Costi ng (Vari able Cos )
Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead pabrikasi variabel
Biaya produk
Overhead pabrikasi tetap
Biaya periode
Beban penjualan dan administratif
Biaya periode
Klasifikasi Biaya-Penentuan Biaya Pokok Penuh dan Penentuan Biaya Pokok Variabel Variabel 29
Penentuan Biaya Pokok Variabel Variabel (Vari ) ar i able Costi Costi ng
Variable costing kadangkala disebut juga direct costing (penentuan biaya pokok langsung) atau marginal marginal costing (penentuan (penentuan biaya pokok marjinal). Dalam metode penentuan biaya pokok variabel (variable ( variable costing ), ), hanya biaya biaya produksi variabel saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka biaya-biaya variabel biasanya terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrikasi variabel. Biaya overhead pabrikasi tetap tidaklah diperlakukan sebagai biaya produk. Biaya overhead pabrikasi tetap diperlakukan sebagai biaya periode, seperti halnya biaya penjualan dan administratif, dan dibebankan seluruhnya terhadap pendapatan dalam periode tersebut. Metode ini menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan biaya satuan yang berubah secara berlawanan dengan volume produksi karena biaya overhead pabrikasi tetap diperlakukan sebagai biaya periode. periode.
30
Diperlukan tiga langkah dalam penerapan penentuan biaya pokok variabel:
Semua biaya, dianalisis secara cermat guna menentukan mana yang berperilaku variabel
dan mana yang berperilaku tetap.
Biaya pabrikasi variabel, dibebankan sebagai biaya produk. Oleh karena itu, persediaan
barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan biaya pokok penjualan dibiayakan dibiayakan dengan berdasarkan berdasarkan pada biaya-biaya biaya-biaya pabrikasi pabrikasi yang bervariasi bervariasi sejalan dengan tingkat produksi. produksi.
Semua biaya overhead pabrikasi tetap serta beban penjualan dan administratif
diperlakukan sebagai biaya periode dan dibebankan ke laporan laba rugi pada saat dikeluarkan. Kendatipun demikian, beban penjualan dan administratif variabel dipisahkan dari beban penjualan dan administratif tetap tatkala disajikan pada laporan laba rugi. Beban penjualan dan administratif administratif variabel serta biaya pabrikasi variabel dikurangkan dikurangkan dari pendapatan pendapatan penjualan penjualan guna menentukan menentukan marjin marjin kontribusi kontribusi pada periode periode berjalan. berjalan. Sebaliknya, Sebaliknya, beban penjualan penjualan dan administratif administratif tetap serta biaya overhead overhead pabrikasi pabrikasi tetap dikurangkan dikurangkan dari marjin kontribusi guna menentukan laba bersih selama periode berjalan. 31
Perbandingan Laporan Laba Rugi dengan Metode Penentuan Biaya Pokok Variabel dan Biaya Pokok Penuh
Pada saat metode full costing yang digunakan, laporan laba rugi biasanya diformat dengan menggunakan format fungsional ( functiona ( functionall format ), ), yang mengklasifikasikan biaya biaya berdasarkan berdasarkan fungsi biaya seperti pabrikasi, pabrikasi, penjualan, penjualan, dan administrasi. administrasi. Format laporan laba rugi fungsional ( functi ( functional onal income statement statement ) mengurangkan biaya pabrikasi (yang ditunjukkan oleh biaya pokok penjualan) dari pendapatan untuk mencari laba kotor. Sedangkan untuk mencari laba bersihnya, biaya penjualan dan administratif dikurangkan dari laba kotor. Apabila digunakan metode penentuan biaya pokok variabel, perusahaan dapat menyusun laporan laba rugi yang mengklasifiksikan semua beban dari segi perilakunya, sebagai biaya tetap atau variabel. Dengan memisahkan komponen-komponen biaya variabel dari biaya tetap, maka dapat disusun laporan laba rugi dengan format marjin kontribusi. Dengan adanya informasi marjin kontribusi, pembaca laporan keuangan dapat membuat estimasi wajar seberapa banyak laba akan berubah disebabkan adanya perubahan penjualan.
32
Contoh: P.T. Kincir Khayangan memproduksi sebuah lini produk kanvas rem motor. Selama tahun 2001, perusahaan memproduksi 100.000 unit kanvas dan menjual sebanyak 75.000 unit kanvas dengan harga Rp 27.000 per unitnya. Biaya-biaya selama tahun berjalan adalah sebagai berikut: Biaya pabrikasi (per unit)
Bahan baku......................... baku....................................... ............................ ............................. ............... Rp
3.800
Tenaga kerja............... kerja..... .................... ...................... ..................... .................... ..................... .......... Rp
3.600
Overhead variabel.................... variabel................................. ........................... ......................... ........... Rp
3.000
Overhead tetap (Rp 240.000.000 : 100.000 unit).........
Rp
2.400
Variabel (per unit yang terjual)............ terjual)... ................... .................... ................ ...... Rp
2.600
Biaya pemasaran dan administratif administratif
Tetap................ etap.... ...................... ..................... ..................... ..................... ...................... .................... ......... Rp 160.000.000
33
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (Var ) arii able Cos Costi ti ng 31 Desember 2001 Pendapatan penjualan
Rp 2.025.000.000
(Rp 27.000 x 75.000) Dikurangi biaya variabel Biaya pabrikasi variabel
Rp 780.000.000
(Rp 10.400 x 75.000) Beban pemasaran dan administratif
Rp 195.000.000
Rp
975.000.000
(Rp 2.600 x 75.000) Margin kontribusi
Rp 1.050.000.000
Dikurangi biaya tetap Biaya pabrikasi tetap
Rp 240.000.000
Beban pemasaran dan administratif tetap
Rp 160.000.000
Laba bersih
Rp
400.000.000
Rp
650.000.000
34
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (F ull Co ) Cos sting 31 Desember 2001 Pendapatan penjualan
Rp 2.025.000.000
(Rp 27.000 x 75.000) Dikurangi biaya pokok penjualan Biaya pabrikasi variabel (Rp 10.400 x 75.000) Biaya pabrikasi tetap (Rp 2.400 x 75.000)
Rp 780.000.000 Rp 180.000.000
Laba kotor
Rp
960.000.000
Rp 1.065.000.000
Dikurangi beban pemasaran dan administratif Variabel (Rp 2.600 x 75.000)
Rp 195.000.000
Tetap
Rp 160.000.000
Laba bersih
Rp
355.000.000
Rp
710.000.000
35
Rekonsiliasi Penentuan Biaya Biay a Pokok Variabel Variabel dan Biaya Pokok Penuh Dari kedua laporan laba rugi sebelumnya terlihat adanya perbedaan angka laba bersih antara
pendekatan variable costing dengan dengan full costing . Perbedaan tersebut semata-mata disebabkan oleh perlakuan terhadap biaya pabrikasi tetap. Metode penentuan biaya pokok penuh memasukkan biaya-biaya tersebut ke dalam biaya persediaan, sedangkan metode penentuan biaya pokok variabel memperlakukan biaya tersebut sebagai beban yang akan dikenakan kepada periode pengeluaran. Dalam kondisi di mana biaya overhead pabrik tetap per unit produk sama dalam persediaan awal dan persediaan akhir, perbedaan laba bersih persis sama dengan perubahan persediaan dikali tarif overhead pabrikasi tetap tetap per unit. Untuk Untuk P.T P.T.. Kincir Kincir Khayangan, perubahan perubahan persediaan persediaan tersebut adalah: Unit yang diproduksi...........................................100.000 unit Unit yang terjual.................................................. 75.000 unit Kenaikan persediaan..................................... 25.000 unit
36
Dengan memakai tarif overhead pabrikasi tetap Rp 2.400 per unit, perbedaan angka laba bersihnya adalah Rp 2.400 x 25.000 unit = Rp 60.000.000. 60.000.000. Perbedaan Perbedaan tersebut selaras dengan perhitungan berikut: Laba bersih dengan full dengan full costing costing ................................ .............................................. .................Rp ...Rp 710.000.000 Laba bersih dengan variable costing ................................. .........................................Rp ........Rp 650.000.000 Persediaan...........................................................................Rp 60.000.000 Ketika tarif overhead pabrikasi tetap berbeda dalam persediaan awal dan persediaan akhir, rekonsiliasi angka laba bersih dilakukan sebagai berikut: Laba bersih dengan fu ll cos costing + Overhead pabrikasi tetap dalam persediaan awal - Overhead pabrikasi variabel dalam persediaan akhir = Laba bersih dengan vari able cos costi ti ng
Contoh: Misalnya diasumsikan bahwa pada tahun 2002 P.T. Kincir Khayangan memproduksi 80.000 kanvas rem dan menjualnya sebanyak 100.000 unit. Anggaplah jumlah biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jualnya sama seperti tahun 2011.Perusahaan 2011.Perusahaan ini memakai arus biaya FIFO. Akibatnya, tarif overhead pabrikasi tetap selama tahun 2002 adalah Rp 3.000 (Rp 240.000.000 : 80.000). 37
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (Var ) arii able Cos Costi ti ng 31 Desember 2001 Pendapatan penjualan
Rp 2.700.000.000
(Rp 27.000 x 100.000) Dikurangi biaya variabel Biaya pabrikasi variabel
Rp 1.040.000.000
(Rp 10.400 x 100.000) Beban pemasaran dan administratif
Rp 260.000.000
Rp 1.300.000.000
(Rp 2.600 x 100.000) Margin kontribusi
Rp 1.400.000.000
Dikurangi biaya tetap Biaya pabrikasi tetap
Rp 240.000.000
Beban pemasaran dan administratif tetap
Rp 160.000.000
Laba bersih
Rp
400.000.000
Rp 1.000.000.000
38
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (F ull Co ) Cos sting 31 Desember 2001 Pendapatan penjualan
Rp 2.700.000.000
(Rp 27.000 x 100.000) Dikurangi biaya pokok penjualan Biaya pabrikasi variabel (Rp 10.400 x 100.000) Biaya pabrikasi tetap [(Rp 2.400 x 25.000) + (Rp 3.000 x 75.000)]
Rp 1.040.000.000 Rp 285.000.000
Laba kotor
Rp 1.325.000.000 Rp 1.375.000.000
Dikurangi beban pemasaran dan administratif Variabel (Rp 2.600 x 100.000)
Rp 260.000.000
Tetap
Rp 160.000.000
Laba bersih
Rp
420.000.000
Rp
955.000.000
39
Laba bersih 2002 di antara kedua metode costing tersebut tersebut direkonsiliasikan dengan cara sebagai berikut:
Laba bersih full bersih full costing ..................................................Rp ..................................................Rp
955.000.000
+ Overhead tetap dalam persediaan awal........................ Rp
60.000.000
(Rp 2.400 x 25.000) -
Overhead tetap dalam persediaan akhir........................ akhir........................(Rp (Rp
15.000.000)
(Rp 3.000 x 5.000) = Laba bersih variable costing ...........................................Rp ...........................................Rp 1.000.000.000
40
41