MANAJEMEN LABA MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi
Disusun oleh : Kelompok 2 CEPI NUR M. ISKANDAR GUGUM GUMILAR
3403100072 3403100080
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GALUH CIAMIS 2013
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur syukur penulis penulis panjatkan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penuli Penulisan san makala makalah h yang yang berjud berjudul ul “Manaj “Manajeme emen n Laba”, Laba”, yang yang diajuk diajukan an untuk memenuhi memenuhi salah satu tugas tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikare dikarenak nakan an kemamp kemampuan uan penuli penuliss yang yang terbatas terbatas.. Namun Namun berkat berkat bantua bantuan n dan dorongan serta bimbingan dari Bapak dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penu Penuli liss berh berhara arap p deng dengan an penu penuli lisan san maka makala lah h ini ini dapa dapatt berm berman anfaa faatt khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi menjadi bahan pertimbangan pertimbangan untuk mengembangkan mengembangkan dan meningkatk meningkatkan an prestasi di masa yang akan datang.
Ciamis, September 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
i DAFTAR
ISI
ii BAB I
PENDAHULUAN
1
Latar
Belakang
1 Rumusan
Masalah
3 Tujuan
3 BAB II
PEMBAHASAN
4
ii
Konsep
Laba
Akuntansi
4 Konsep
Manajemen
Laba
5 Motivasi
Manajemen
Laba
7 Terjadinya Manajemen Laba melalui Manipulasi Akuntansi
10 Pola
Manajemen
Laba
12 Contoh
yang
Berkenaan
14 BAB III
KESIMPULAN
18 DAFTAR
PUSTAKA
19
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak diluar perusahaan. Kinerja manajemen perusahaan tersebut tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Oleh karena itu proses penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu yang dapat menentukan kualitas laporan keuangan. Manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Scott (2000:296) didalam bukunya yang berjudul “Financial Accounting Theory” mengatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik itulah disebut dengan manajemen laba. Manajemen laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi di sejumlah
perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi
1
angka laba dapat terjadi secara legal maupun tidak legal. Praktik legal dalam manajemen laba berarti usaha untuk mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam PABU, khususnya dalam Standar Akuntansi, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan atau biaya. Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan financial fraud ), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh PABU, yaitu dengan cara melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah (mark up) atau mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada nilai/tingkat tertentu yang dikehendaki. Penurunan kualitas laporan keuangan merupakan dampak utama yang diakibatkan dari adanya manajemen laba, di samping dampak-dampak lainnya. Setiawati dan Na’im (2000) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Begitu juga menurut Widarto (2004:33) yang menyatakan bahwa dalam pandangan orang awam, manajemen laba dianggap tidak etis, bahkan merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan.
2
Manajemen laba bukanlah suatu hal merugikan selama dilakukan dalam koridorkoridor peluang, manajemen laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan karena terdapatnya beberapa pilihan metode yang dapat digunakan dan bukan sebagai suatu larangan. Manajemen laba berusaha untuk mengatur kondisi perusahaan dan sebagai usaha untuk mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan.
B. Rumusan Masalah
C.
1.
Bagaimana konsep laba dalam akuntansi?
2.
Bagaimana konsep manajemen laba?
3.
Apa motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba?
4.
Bagaimana terjadinya manajemen laba melalui manipulasi akuntansi?
5.
Bagaimana pola yang dilakukan dalam praktik manajemen laba?
Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep laba dalam akuntansi
2.
Untuk mengetahui konsep manajemen laba
3.
Untuk mengetahui motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba
4.
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya manajemen laba melalui manipulasi akuntansi
5.
Untuk mengetahui pola yang dilakukan dalam praktik manajemen laba
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Laba Akuntansi
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi adalah laba akuntansi yang merupakan selisih antara pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak dapat didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva dan atau hutang. Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Untuk menghitung laba ini, masing-masing orang atau perusahaan dapat menentukan rumus perhitungan labanya tersendiri. Laba merupakan informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk : a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima Negara. b. Untuk menghitung deviden yang kan dibagikan kepada pemilik dan yang kan ditahan dalam perusahaan. c. Sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan.
4
d. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang. e. Sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi. f.
Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan divisi.
B. Konsep Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang. Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen dalam mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan. Definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu: a. Definisi sempit. manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. b. Definisi luas. manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit
5
dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja
ekonomi
perusahaan
atau
untuk
mempengaruhi
hasil
yang
berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus. Tujuan manajemen laba adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Fischer dan Rosenzweig (1995) memandang earnings management sebagai serangkaian langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung jawabnya tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang dicapai suatu badan usaha dalam jangka panjang. Ada tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan manajemen
laba meliputi:
minimization),
minimalisasi biaya
maksimalisasi kesejahteraan
politik
manager
(political cost
(manager wealth
maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing cost). Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Manajemen Laba:
6
o
Manajemen Akrual (accruals management). Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer (managers discretion).
o
Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib. Faktor ini berkaitan
dengan
keputusan
manajer
untuk
menerapkan
suatu
kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan yaitu antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. o
Perubahan Aktiva Secara Sukarela. Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (Generally Accepted Accounting Principles).
C. Motivasi Manajemen Laba
Sugiri (2005) menyatakan bahwa salah satu motivasi manajemen laba adalah mengelabui kinerja ekonomi yang sebenarnya, dan itu dapat terjadi karena terdapat ketidaksimetrian informasi antara manajemen dan
para
pemegang saham suatu badan usaha. Motivasi manajemen laba lainnya adalah mempengaruhi penghasilan (telah diatur dalam kontrak) yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan dengan asumsi bahwa manajemen
7
memiliki kepentingan pribadi dan kompensasinya didasarkan pada laba akuntansi. Faktor-faktor yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut:
a. Program Bonus ( Bonus Adanya asimetri
Plan).
informasi
mengenai
keuangan perusahaan
menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Pada motivasi ini, diasumsikan bahwa manajer meningkatkan keuntungan yang dilaporkan dalam upaya untuk memaksimalkan imbalan bonus yang akan diterima.
Manajer
pada
program bonus
perusahaan
lebih cenderung
yang untuk
menerapkan menggunakan
metode atau prosedur-prosedur akuntansi yang akan menaikkan
laba saat ini
dengan memindahkan
laba
periode mendatang ke periode berjalan. b. Kontrak Utang (Debt Covenant ). Semakin dekat suatu perusahaan ke waktub pelanggaran kontrak utang, manajemen akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat ‘memindahkan’ laba periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan
untuk
mengurangi
kemungkinan
perusahaan
technical defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang).
8
mengalami
c. Motivasi Politis (political motivation). Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.
d. Motivasi Pajak (taxation motivation). Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu manajer.
e. Pergantian CEO (Chief Executive Officer). Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.
f. IPO (Initial Public Offering). Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga lebih tinggi atas sahamnya.
9
D. Terjadinya Manajemen Laba melalui Manipulasi Akuntansi
Manajemen laba yang dilakukan manajemen biasanya dilakukan melalui
manipulasi
akuntansi.
Manipulasi
akuntansi
merujuk
pada
pengubahan catatan akuntansi secara sengaja dari yang seharusnya untuk memperoleh posisi atau kondisi keuangan tertentu dengan tujuan akhir berupa perubahan sikap pemangku kepentingan sesuai dengan yang diinginkan pihak manajemen. Manipulasi akuntansi tidak memiliki dampak terhadap aliran kas atau factor ekonomik real lainnya.
a. Manipulasi yang melanggar PABU Mencakup pelanggaran nyata terhadap PABU dalam konteks pendekatan akuntansi berbasis aturan. Macam-macam pelanggaran ini antara lain: transaksi fiktif dengan cara menambah (mark up) atau mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, percepatan pengakuan pendapatan dengan mengubah tanggal menjadi lebih awal, pengakuan biaya sebagai asset, dll.
10
b. Manipulasi yang selaras dengan PABU Memanipulasi laba
dengan menggunakan fleksibilitas yang
diperbolehkan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Manipulasi ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu: 1) Pemilihan metode Cara ini meliputi pengubahan metode yang sebelumnya digunakan ke metode lain yang lebih menguntungkan. Misalnya pengubahan metode alokasi depresiasi dan aliran biaya pada sediaan. Hal ini dimungkinkan dengan adanya berbagai alternatif yang tersedia di PABU. Namun demikian, cara ini tidak terlalu efektif untuk memanipulasi laba. Pertama, pemilihan metoda harus diungkap dalam catatan laporan keuangan sehingga tidak terlalu sulit bagi pihak ‐ pihak yang berkepentingan untuk mendeteksi apa yang terjadi (i.e. manipulasi akuntansi bila terjadi). Kedua, cara ini tidak dapat seringsering digunakan karena pengubahan metode yang terlalu sering tentu akan menimbulkan kecurigaan.
2) Pengubahan unsur ‐unsur estimasi Managemen menggunakan metode ini untuk memanipulasi laba dengan mengubah estimasi akuntansi. Ini dilakukan dengan mengubah unsur ‐unsur estimasi seperti pada umur ekonomis dan nilai sisa pada aset jangka panjang, perkiraan piutang tak tertagih, asset
11
impairments. Manipulasi laba semacam ini sangat sulit dideteksi oleh investor secara umum. 3) Penstrukturan transaksi Penstrukturan transaksi, secara akuntansi, dilakukan dengan menyesuaikan unsur ‐unsur transaksi. Contoh yang umum untuk cara ini adalah penstrukturan sewa guna usaha (i.e. capital atau operating lease),
investasi
saham/ekuitas
(i.e.
dikonsolidasi
atau
tidak
dikonsolidasi).
E. Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara: a. Taking a Bath. (Penurunan Laba Secara Besar-Besaran) Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk adanya pergantian pimpinan baru. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer
lama.
Konsekuensinya,
mereka
akan
menghapus
asset,
menyediakan biaya yang diharapkan di masa mendatang, dan secara umum akan meningkatkan probabilitas keuntungan yang dilaporkan di masa datang.
12
b. Income Minimization. Pola ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. c. Income Maximization. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang. Pola ini dapat dilakukan dengan mengakui pendapatan terlebih dahulu, dan menunda pengakuan beban. d. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan dapat meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan datang. karena pada umumnya investor lebih menyukai aliran laba yang relatif stabil. Perataan laba dapat dihasilkan dari hal-lah berikut ini: 1) Natural income smoothing, yaitu proses pembentukan laba secara inheren menghasilkan suatu stream earnings yang relatif merata, seperti yang terjadi pada utilitas publik (Eckel, 1981). 2) Intentional income smoothing, yaitu yang disebabkan oleh tindakan
13
manajemen. yang dapat digolongkan ke dalam dua hal di bawah ini. 3) Real income smoothing (RIS) , yang merupakan respons manajer terhadap perubahan kondisi perekonomian. Hasil investigasinya menunjukkan hasil bahwa RIS mempengaruhi aliran kas perusahaan. 4) Artificial income smoothing (AIS), yaitu upaya manajer untuk secara "artifisial"
mengurangi
variabilitas
laba.
Hasil
investigasinya
menunjukkan hasil bahwa AIS tidak memiliki dampak langsung terhadap aliran kas perusahaan.
F. Contoh yang Berkenaan 1. Data
Defond and Park (1997) dalam Lobo and Zhou (2001) menyatakan bahwa manajemen laba memiliki hubungan negatif dengan kinerja kini (current industry relative performance) dan memiliki hubungan positif dengan kinerja masa depan ( future industry relative performance). Hal ini dikarenakan jika laba tahun berjalan lebih besar daripada tahun sebelumnya, maka manajemen akan menyimpan labanya untuk periode yang akan datang melalui negative discretionary accruals. Jika laba tahun depan diprediksi lebih besar daripada tahun berjalan maka manajemen akan menggeser laba masa mendatang ke masa kini melalui positive discretionary accruals. Total utang perusahaan (leverage) yang diukur melalui debt to equity ratio juga berpengaruh pada manajemen laba. Sejalan dengan
14
hipotesis debt covenant, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi termotivasi untuk melakukan manajemen laba agar terhindar dari pelanggaran penjanjian utang. Agnes Utari Widyaningdyah (2001) menemukan hubungan positif antara leverage dengan manajemen laba. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga memungkinkan dilakukannya manajemen laba. Perusahaan besar juga menghadapi public demand atas informasi yang tinggi sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi. Kinerja perusahaan dapat diukur dari return kumulatif, semakin tinggi return yang diperoleh maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan untuk menarik perhatian investor.
2. Permasalahan
Keeratan hubungan antara angka laba dan manfaat informasi laba dalam keputusan investasi (dalam hal ini investasi saham) oleh investor maka terlebih dahulu investor perlu mendeteksi ada/tidaknya manajemen laba
dalam
laporan
keuangan
pihak
emiten.
Maka
dari
permasalahannya adalah Bagaimana mendeteksi manajemen laba?
15
itu,
3. Pemecahan Masalah
Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan secara umum diteliti melalui penggunaan akrual. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non discretionary accruals, dan (2) bagian akrual yang merupakan
manipulasi
data
akuntansi
yang
disebut
dengan abnormal accruals atau discretionary accruals. Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan
dan
discretionary
accruals
merupakan
komponen akrual yang berasal dari earnings management yang dilakukan manajer. Jones mengembangkan model pengestimasi akrual diskresioner untuk mendeteksi manipulasi laba yang kemudian populer sebagai Model Jones. Jones melakukan firm‐specific regression dengan model ini. Ini berarti akrual diskresioner diperoleh dengan membandingkan akrual tahun t, saat terjadinya manipulasi laba, dengan rata‐rata akrual (akrual normal) perusahaan itu sendiri pada tahun‐tahun sebelumnya.
16
Akrual, secara teknis, merupakan perbedaan antara kas dan laba. Akrual merupakan komponen utama pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan estimat‐estimat tertentu. Misalnya saja biaya depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui kosnya, umur manfaat (estimasi), dan metode depresiasi yang digunakan. Nilai kos memang sudah tetap (fixed) dan tidak bisa diubah‐ubah namun umur manfaat dan metode depresiasi bisa diubah sesuai dengan kebijakan atau pertimbangan atau discretion managemen. Secara umum, akrual, yang merupakan produk akuntansi, dapat dianggap memiliki jumlah yang “relatif tetap” dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan aturan akuntansi terkait juga tidak mengalami perubahan. Perubahan akrual yang terjadi, oleh karenanya, dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal (abnormal). Perubahan ini merupakan hasil penggunaan kebijakan (discretion) managemen yang berlebihan dan bila pada saat yang sama managemen juga memiliki insentif/motif untuk memanipulasi laba maka perubahaan akrual yang terjadi dianggap sebagai bentuk manipulasi laba yang dilakukan managemen. Model
Jones
berfokus
pada akrual total
sebagai sumber
manipulasi. Akrual total digunakan alihalih satu atau dua akun tertentu saja. Ini dilakukan dengan harapan bahwa akrual total akan mampu menangkap porsi yang lebih besar dari manipulasi oleh manager daripada porsi yang ditangkap bila menggunakan satu dua akun saja.
17
18
BAB III KESIMPULAN
Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Laba merupakan informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk : a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima Negara. b. Untuk menghitung deviden yang kan dibagikan kepada pemilik dan yang kan ditahan dalam perusahaan. c. Sebagai
pedoman
dalam
menentukan
kebijaksanaan
investasi
dan
pengambilan keputusan. d. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang. e. Sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi. f. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan divisi. Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Utari Widyaningdyah (2001). Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2. Fischer, M dan K Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting Practitioners Concerning the Etrhical Acceptability of Earnings Managemen. Journal of Business Ethics, 14: 434-444. Lobo, Gerald J., and Jian Zhou. 2001. “ Disclosure Quality and Earnings Management ”. http://www.ssrn.com. Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26810/4/Chapter%20II.pdf Setiawati, L. dan A. Na'im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis. Sugiri. 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
20
21