1. Definisi Traksi 1.1 Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi T raksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan,
dan
mengimobilisasi
fraktur
;
untuk
mengurangi
deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ). 1.2 Traksi merupakan pemasangan pen atau kawat untuk memberikan traksi kontinu (Susan Martin, dkk, 1993). 1.3 Traksi adalah suatu tindakan tindakan untuk memindahkan memindahkan tulang yang yang patah / dislokasi ke tempat yang normal kembali dengan menggunakan daya tarik tertentu atau dengan kata lain suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh, yang diindikasikan pada pasien dengan fraktur dan atau dislokasi. 1.4 Jadi dapat disimpulakn bahwa traksi adalah suatu gaya yang langsung pada daerah tertentu dan diberikan senatural mungkin untuk menarik otot. Untuk mengaplikasikan gaya tersebut dibutuhkan tali, katrol, dan dengan pemberat itu sendiri. -
Prinsip traksi meliputi
tali utama dipasang di pin rangka sehingga
menimbulkan gaya tarik, berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan, pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus, traksi dapat bergerak bebas dengan katrol, pemberat harus cukup tinggi diatas permukaan lantai, dan traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman.
2. Tujuan Traksi 2.1 Tujuan dari pemasangan p emasangan traksi trak si pada klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal adalah mobilisasi tulang belakang servikal, reduksi dislokasi / subluksasi, distraksi interforamina vertebrae, mengurangi deformitas, dan mengurangi rasa nyeri. 2.2 Untuk meminimalkan spasme otot 2.3 Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat
2.4 Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang 2.5 Tujuan lain dari pemasangan traksi adalah untuk dapat mempertahankan mempertahankan panjang
ekstermitas
kegarisan
(aligment)
maupun
keseimbangan
(stability) pada patah tulang, memungkinkan pergerakan sendi dan mempertahankan mempertahankan kesegarisan fragmen- fragmen patah tulang. t ulang. 2.6 Mencegah cedera pada jaringan lunak 2.7 Untuk merawat kondisi inflamasi dengan imobilisasi sendi (mis. Arthritis atau tuberkulosis
3. Klasifikasi Traksi a. Menurut jenisnya traksi meliputi : 1. Traksi lurus atau langsung, langsung, memberikan memberikan gaya tarikan dalam dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi Buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus. 2. Traksi suspensi seimbang memberi memberi dukungan dukungan pada ekstrimitas ekstrimitas yang sakit di atas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi klien sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan. Traksi ini memberi dukungan pada ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur, sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya gaya tarikan. b. Menurut cara cara pemasangan pemasangan traksi, sebagai berikut: Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke skelet tubuh (traksi skelet). Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual), dan merupakan traksi sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan gips. 1. Traksi kulit Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan imobilisasi. imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan dalam waktu yang lama, sebaiknya gunakan traksi traksi skelet. Traksi kulit terjadi terjadi akibat beban menarik tali, spon karet karet
atau bahan bahan kanvas kanvas yang diletakkan diletakkan ke kulit. Traksi Traksi pada kulit
meneruskan traksi ke struktur musculoskeletal. Beratnya beban yang dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kg. traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg, tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2001). Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi 5 kg, karena bila beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis, beban yang diberikan lebih kecil lagi dan pada
orang tua tidak boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak karena traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi beratnya beban traksi kulit antara 2-5 kg. dikarenakan dikarenakan traksi kulit diaplikasikan ke kulit kurang aman , batasi kekuatan tahanan traksi. Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung pada tujuan traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa hari, sedangkan traksi untuk reposisi beserta imobilisasi lamanya lamanya sesuai dengan lama terjadinya kalus fibrosa. Setelah terjadi kalus fibrosa, ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Traksi kulit yang berperekat digunakan untuk traksi continue, sementara yang tidak berperekat digunakan secara intermitten, traksi tersebut dapat dengan mudahdilepaskan dan dipasang kembali. Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive kulit, splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical. Traksi kulit apendikuler (hanya pada ekstremitas) digunakan pada orang dewasa, termasuk termasuk traksi ekstensi Buck, traksi Russel, dan traksi traksi Dunlop. A. Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk traksi kulit di mana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan (Smeltzer, 2001). Traksi Buck digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelumnya inspeksi kulit dari adanya abrasi dan gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus salam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering sebelum boot spon atau pita traksi dipasang. Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila dipasang untuk anak muda dalam jangka waktu yang pendek. B. Traksi Russel, traksi Russel dapat dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ke tungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar lutut benarbenar fleksi dan menghindari menghindari tekanan pada tumit. Walaupun W alaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir semua fraktur femur, reduksi untuk fraktur fraktu r panggul
mungkin lebih sering diperoleh dengan
memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha disokong oleh beban. Traksi ini diperuntukan 3-12 tahun. Traksi longitudinal diberikan dengan
menempatkan pin dengan posisi tranversal melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek dari rancangan ini adalah memberikan kekuatan traksi ( berasal dari gaya tarik vertikal beban paha dan gaya tarik horizontal dari kedua tali pada kaki ) yang segaris dengan tulang yang cidera dengan kekuatan yang sesuai. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi rasa nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum operasi dan selama persiapan pembedahan. Meskipun traksi Russell dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan yang utama dan penting untuk patah tulang panggul pada penderita tertentu tetapi pada penderita usia lanjut dan lemah biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan timbul ditempat
tidur
seperti
dekubitus,
karena berbaring terlalu lama pneumonia,
dan
tromboplebitis
(Smeltzer, 2001). C. Traksi Dunlop adalah traksi yang digunakan pada ekstremitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertikal diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi. Untuk menjamin traksi kulit tetap efektif, harus dihindari adanya lipatan dan lepasnya balutan traksi dan kontraksi harus tetap terjaga. Posisi yang benar harus dipertahankan agar tungkai atau lengan tetap dalam posisi netral. Untuk mencegah pergerakan fragmen tulang satu sama lain, klien dilarang memiringkan badannya namun hanya boleh bergeser sedikit. Traksi kulit dapat menimbulkan masalah risiko, seperti kerusakan kulit, tekanan saraf, dan kerusakan sirkulasi. D. Traksi Kulit Bryant Disebut juga Gallow’s traction. Traksi bryan merupakan adaptasi dari Buck ekstention untuk menstabilkan fraktur femur atau memperbaiki dislokasi pinggul congenital pada anak yang masih muda dengan berat dibawah 1,7 kg. Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang umurnya < 1 tahun yang mengalami patah tulang paha (dislokasi sendi panggul). Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami kerusakan berat.
2. Traksi Skelet
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang dengan menggunakan pin metal atau kawat (missal Steinman’s pin, Kirchner wire) yang dimasukkan ke dalam tulang di sebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon, dan sendi. Tong yang dipasang di kepala (missal Gardner-Wells tong) difiksasi di kepala untuk memberikan traksi yang mengimobilisasi fraktur leher (Smeltzer, 2001). Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efek terapi. Beban yang dipasang biasanya harus dapat melawan daya pemendekan akibat spasme otot yang cedera. Ketika otot rileks, beban traksi dapat dikurangi untuk
mencegah
terjadinya
dislokasi
garis
fraktur
dan
untuk
mencapai
penyembuhan fraktur. Beban traksi untuk reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg, pada dislokasi lama panggul bisa sampai 15-20 kg. Kadang-kadang traksi skelet bersifat seimbang, yang menyokong ekstremitas terkena, memungkinkan klien dapat bergerak sampai batas-batas tertentu, dan memungkinkan kemandirian klien maupun asuhan keperawatan, sementara traksi yang efektif tetap dipertahankan. Bebat Thomas dengan pengait Pearson sering digunakan dengan traksi kulit dan aparatus suspense seimbang lainnya. A. Traksi Rangka Seimbang Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus femoralis orang dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi sesunguhnya hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan tranversal melalui femur distal atau tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan tali traksi utama dipasang pada pancang tersebut. B. Traksi 90-90-90 Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrol terhadap fragmen – fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur. C. Traksi manual menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka. Dorongan ini harus constant dan gentle. Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plester atau selama
pembedahan. Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secara temporall melepaskan berat traksi. D. Jenis-jenis traksi tulang Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Krischner
(K-wire)
atau batang dari Steinmann lokasi-lokasi tertentu, yaitu : a. Proksimal tibia. b. Kondilus femur. c. Olekranon. d. Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya). e. Traksi pada tengkorak. f.
Trokanter mayor.
g. Bagian distal metakarpal. - Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari Bohler Braun pada fraktur orang dewasa - Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari Pearson. - Traksi tulang pada olekranon, pada fraktur humerus. - Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gradner Well Skull Calipers
E. Jenis- Jenis Traksi dalam Oterpedi 1. Weber Extensionsapparat •Traksi kulit dan traksi skeletal •Fraktur batang femur pada anak-anak. 2. Cotrel traction •Untuk terapi skoliosis (kelainan tulang punggung) •Tindakan pendahuluan sebelum operasi dan pemasangan gips. 3.Ducroquet extension •Pada skoliosis •Sebagai persiapan untuk operasi 4. Cervical traction •Untuk traksi leher •Pada pasien duduk atau tiduran •Secara continous atau secara intermittent 5. Halo-Femoral traction
•Traksi berlawanan pada kepala dan femur •Digunakan alat Crutchfield Tongs 6. Well-Leg traction •Gips pada kedua kaki dengan batang yang menghubungkan keduanya. •Digunakan pada fraktur femur 7. Fisk traction •Digunakan pada fraktur supracondylair femur •Dengan bantuan Thomas Splint yang dimodifik asi •Traksi skeletal
4. Indikasi a. Nyeri dan spasme otot b. Hipermobilitas yang reversible : keterbatasan gerak yang progresif c. Imobilitas yang fungsional : traksi yang digunakan pada berbagai macam fraktur, indikasi traksi antara lain adalah: • Traksi rusell : digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia • Traksi buck : indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut • Traksi Dunlop : merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi. • Traksi kulit Bryani : sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha • Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang dewasa • Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa muda. 4.1 Indikasi Traksi Kulit a.
Anak-anak
b.
Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
c.
Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
d.
Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
e.
Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak-anak.
f.
Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak.
4.2 Indikasi Traksi Skeletal a.
Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
b.
Kerusakan kulit membutuhkan dressings
c.
Jangka panjang
4.3 Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang. 4.4 Indikasi Traksi Tulang Indikasi penggunaan traksi tulang : §
Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg pada orang
dewasa. § Traksi pada anak-anak yang lebih besar. § Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif. § Fraktur-faktur tertentu pada daerah sendi. § Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak dapat dilakukan. § Jangka panjang desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi lokal § Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.
5. Kontraindikasi 1) Hipermobilitas 2) Efusi Sendi 3) Inflamasi 4) Fraktur humeri dan osteoporosis a. Kontraksi pada traksi kulit meliputi: -
nekrosis kulit,
-
obstruksi vaskuler,
-
oedem distal,
-
serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
b.Kontraindikasi pada traksi tulang : anak
6. Komplikasi Traksi Komplikasi Traksi secara umum:
1.
Dekubitus
2.
Kongesti Paru dan Pneumonia
3.
Konstipasi dan Anoreksia
4.
Stasis dan Infeksi Saluran Kemih
5.
Trombosis Vena Profunda
6. Pressure Ulcer 7. Konstipasi 6. Infeksi, misalnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan. 7.
Kegagalan penyambungan tulang (nonunion)
akibat traksi
yang
berlebihan. 8. Luka akibat tekanan misalnya Thomas splint pada tuberositas tibia. 9. Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai saraf. Komplikasi Traksi menurut jenis: a. Traksi kulit yaitu : -
penyakit trombo emboli , abersi, infeksi, alergi pada kulit, perban elastic dapat menggangu ssirkulasi, timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus, pada lansia , traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.
b. Traksi Russell’s yaitu: -
Perlu bedrest yang mengakibatkan dekubitus dan pneumoni, penderita bergerak akibatnya beban turun sehingga traksi tidak adekuat,dan infeksi.
c. -
Cervical Traksin yaitu : Ganggguan
integritas
meleleahkan.
7. Persiapan alat Persiapan alat:
Skin traksi kit
k/p pisu cukur
k/p balsam perekat
k/p alat rawat luka
katrol dan pulley
beban
K/p Bantalan conter traksi
kulit,
alergi,
dank
lien
tidak
nyaman
dan
k/p bantal kasur
gunting
bolpoint untuk penanda/ marker
Persiapan alat pada traksi kulit :
o
Bantal keras (bantal pasir )
Bedak kulit
o
o
Kom berisi air putih
Handuk
o
o
Sarung tangan bersih
Persiapan Alat Traksi
Peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan traksi adalah o
Tali, katrol, dan beban
o
Adhesive tape
o
Skin traction straps/tensocrepe
o
Bantal/kantung pasir
o
Foam rubber
o
Metal block spreader
Persiapan alat pada traksi skeletal :
o
Zat pembersih untuk perawatan pin
o
Set ganti balut
o
Salep anti bakteri (k/p)
o
Kantung sampah infeksius
o
Sarung tangan steril
Lidi kapas
o
o
Povidone Iodine (k/p)
Kassa steril
o
Piala ginjal
o
8. Persiapan pasien Pre Interaksi
Mengucapan salam terapiutik
Memperkenalkan diri
Menjelaskan kepada klien dan keluarga prosedur tindakan, komplikasi, serta tujuan tindakan pada pasien
Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien / keluarga
Membuat kontrak (waktu, tempat, dan tindakan)
Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas , sistematis dan tidak mengancam
Diberikan kesempatan bertanya kepada klien dan keluarga untuk klarifikasi
Mengatur posisi tidur pasien supinasi atau sesuai kebutuhan
Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
Bila banyak rambut k/p di cukur
Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
Persiapan Pasien Traksi Buck Sebelum memasang traksi kulit perlu diingat o
Traksi kulit tidak bisa dipasang pada kulit yang mengalami luka terbuka
o
Lakukan pengkajian seksama terhadap pasien yang akan dipasang traksi. Hal ini penting karena dalam beberapa kondisi, dokter tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pengkajian secara lengkap. Pengkajian meliputi :
Adanya nyeri (lokasi nyeri, intensitas, durasi, faktor pencetus dan pereda nyeri).
Kaji posisi pasien, pastikan posisinya mendukung pemasangan traksi.
Kaji kesejajaran dalam mengurangi nyeri dan menyokong ektremitas
Kaji kondisi pada bagian yang cidera, catat adanya perubahan warna kulit, edema, erythema(kemerahan) atau adanya kelepuhan. Kaji juga sirkulasi, sensasi, dan pergerakan dari ektremitas yang mengalami cedera. Pengkajian ini penting sebagai parameter dasar sebelum dan selama pemasangan traksi
o
Kaji adanya alergi terhadap bahan perekat.
o
Jangan menggunakan kembali (reuse) tali traksi, karena dimungkinkan tali tersebut telah rusak atau terkontaminasi oleh bakteri
Lakukan lubrikasi katrol dengan spray silicon atau minyak, sebelum
o
mengikatkan tali traksi ke katrol. Perhatian Khusus
Jangan melakukan lubrikasi katrol ketika seluruh sistem traksi telah diatur secara lengkap kecuali didampingi oleh dokter yang akan mengatur ulang berat traksi. Lubrikasi akan mengubah friksi yang selanjutnya akan mempengaruhi tenaga yang menyeimbangkan traksi.
Pasien lansia beresiko tinggi mengalami stasis vena. Oleh karena itu mereka memerlukan perawatan ekstra untuk memastikan bahwa pasien bebas dari resiko thrombosis/emboli
Konstipasi masalah yang sering terjadi pada lansia dengan traksi sebagai akibat dari penurunan motilitas, penurunan nafsu makan, dan
penurunan
intake
cairan.
Perawat
perlu
mengidentifikasi
kebiasaan BAB pasien dan memberikan tindakan untuk memastikan eliminasi adekuat. o
Cuci tangan
o
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
o
Lakukan premedikasi dengan analgesic jika diperlukan sesuai dengan order dokter.
9. Persiapan Lingkungan o
Pastikan lingkungan dalam keadaan nyaman bagi pasien
o
Berikan ruangan yang menjaga privasi pasien
10. Langkah- langkah/ Prosedur Pelaksanaan prosedur
Mencuci tangan
Memakai handschoen
Mengatur posisi tidur pasien supinasi
Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
Bila banyak rambut k/p di cukur
Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
k/p beri balsam perekat
Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur
Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
Masukkan tali pada pulley katrol
Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil perawat bila ada keluhan
Buka tirai/ pintu
Alat dikembalikan, dibersihkan dan dirapikan
Sarung tangan dilepas
Mencuci tangan
A. TRAKSI KULIT
Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
Lepas sarung tangan
Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi
Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu
anjurkan klien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
B. Langkah – langkah prosedur Traksi Buck a. Posisikan tempat tidur dan pasien. Pasien harus diposisikan dalam posisi supine dengan bagian kaki dari tempat tidur dinaikkan ± 10 o .pastikan posisi pasien sejajar. b. Pastikan alat traksi dipasang dengan aman di tempat tidur. Batang katrol harus
diletakkan
pada
posis
yang
tepat,
sehingga
garis
tarikan
mensejajarkan bagian distal dan proksimal. c. Lakukan pemasangan skin traction straps dan lakukan pembalutan. Yakinkan bahwa pembalutan tidak terlalu ketat melintasi bagian punggung kaki. Penekanan yang terlalu kuat dapat mengakibatkan komplikasi yang serius.Penggunaan skin traction straps bertujuan untuk menutupi kulit sebanyak mungkin yang dapat dilakukan, sehingga tenaga tegangan dari traksi dapat didistribusikan ke kulit sebanyak kulit yang dilingkupi oleh straps
ini. Akan tetapi, karena tujuan dari pemasangan traksi sebagai terapi fraktur adalah untuk memberikan tarikan di jaringan sekitar fraktur, maka penggunaan straps ini seharusnya tidak lebih banyak di area proksimal dari fraktur. Pemasangan straps tidak boleh overlapping, setidaknya ada jarak 2,5 cm diantara straps. d. Tekanan di daerah tumit dapat mengakibatkan iritasi dan kerusakan pada kulit. Yakinkan tumit tidak menekan tempat tidur, jika perlu letakkan foam kecil di bawah tumit sepanjang calf untuk menjaga agar tumit tidak menempel di tempat tidur. e. Yakinkan bahwa tekanan tidak mengenai area personal nerve sehingga tidak terjadi footdrop. f.
Dukung pasien untuk beraktivitas sesuai dengan yang dapat ia toleransi, termasuk latihan aktif atau pasif. Pasien dapat menggunakan trapeze untuk bergerak menjauhi tempat tidur.
g. Hubungkan bagian footplate dengan kawat atau tali traksi. Kemudian hubungkan tali dengan katrol dan beban. Lakukan pengikatan pada beban dengan simpul atau gantungkan beban terhadap tempat yang disediakan. Pastikan beban tergantung bebas, tidak menyentuh lantai atau tempat tidur. PERAWATAN TRAKSI Perawatan pasien dengan traksi 1) Posisikan pasien pada posisi yang tepat Pasien harus diposisikan dalam posisi supine dengan bagian kaki dinaikkan sekitar 10o.Posisikan pasien dibagian tengah tempat tidur. 2) Pastikan keefektifan Countertraction Untuk menjaga traksi tetap efektif, perlu adanya countertraction. Jika beban yang menekan traksi lebih besar daripada countertraction yang diberikan oleh berat tubuh, pasien akan mengarah ke tenaga traksi atau taksi dapat mengenai katrol traksi. 3) Monitor Adanya Friksi Berbagai tipe friksi akan mengurangi efisiensi traksi dan mengganggu tarikan. Implikasi terhadap aspek keperawatan termasuk mengecek untuk melihat bahwa: i. Spreader atau footplate tidak menyentuh ujung tempat tidur. ii. Beban diposisikan pada level yang sesuai dari lantai. Jarak yang sesuai dibawah katrol, tergantung bebas dari temapt tidur dan jauh dari pasien.
iii. Seluruh simpul harus jauh dari katrol iv. Tidak terdapat hambatan pada tali traksi dari linen tempat tidur atau dari berbagai alat traksi. v. Tumut pasien tidak menekan pada matras Jika ditemukan adanya kondisi diatas, maka diperlukan tindakan koreksi. 4) Lakukan Pengecekan Secara Berkala 1-2 jam Secara umum, agar traksi tetap efektif, maka traksi harus dicek secara berkelanjutan.
Jangan
pernah
mengubah
tanpa
order
dari
dokter.
Pengecekan meliputi : a. Pengecekan posisi pasien untuk memastikan countertraction tetap efektif. b. Pengecekan untuk meyakinkan bahwa pengikat tidak tergelincir dan katrol bekerja secara tepat dan komponen dari alat traksi tersusun secara tepat dan kuat. c. Pengecekan beban
Jangan pernah menambah atau mengurangi berat beban tanpa order spesifik dari dokter.
Jangan membiarkan beban menyentuh lantai atau menyentuh bagian tempat tidur, atau menyentuh sistem beban lainnya. Kondisi ini dapat mengurangi beban yang dipberikan oleh traksi dan mengakibatkan alat traksi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pertahankan seluruh beban bebas menggantung.
Jangan membiarkan beban traksi menyentuh tubuh pasien. Tali traksi seringkali rusak atau tergelincirsehingga perawat perlu mencegah beban traksi melukai pasien. Beberapa tipe alat traksi yang tua perlu tambahan besi atau katrol sehingga traksi dapat tepat bebas tergantung jauh dari pasien.
Pastikan tali tetap berada di katrol
Pastikan simpul tidak mengenai katrol
Pastikan linen tempat tidur tidak mengganggu beban traksi.
d. Pengecekan garis tarikan traksi dan kesejajaran pasien e. Setelah dapat traksi dapat disusun secara tepat, maka garis tarikan harus dipertahankan. Berikan bantal/kantong pasir untuk mempertahankan kesejajaran pasien. 5) Lindungi Sistem Cardiovascular
Pasien yang dimobilisasi beresiko mengalami trobosis vena atau emboli paru.Tujuan perawatan adalah untuk memonitor toleransi ortostatik dan mencegah statis vena. Intervensi untuk mencegah statis vena meliputi : a.
Monitor
adanya
tanda – tanda
deep
vein
thrombosis
seperti
pembengkakan dan tenderness pada area calf. b. Instruksikan
pasien
untuk
melakukan
latihan
rotasi,
fleksi,
dan
ekstensiankle setiap 1-2 jam c. Hindari atau minimalkan posisi yang mengakibatkan tekanan eksternal di dinding vena seperti melekuk lutut atau menyilangkan kaki. d. Gunakan stoking anti emboli atau pneumatic sleeves pada kaki yang tidak cedera 6) Pertahankan status neurovascular Gangguan neurovaskuar dapat dicegah dengan menggunakan intervesinsi berikut ini : a. Monitor status neurovaskuler secara berkelanjutan setiap 30 menit setelah traksi dipasang, jika tidak terjadi perubahan neurovascular, maka selanjutnya dapat dicek setiap 1-2 jam dengan perhatian khusus terhadap area distal dari traksi dan area tekanan. Pengkajian status neurovascular meliputi adanya edema, kualitas nadi perifr, temperature, warna kulit, CRT. Bandingkan hasil yang diperoleh di area cedera dan area sehat. b. Monitor adanya nyeri yang berlebihan, ketidakmampuan menggerakkan bagian distal tubuh yang ditraksi, sensasi abnormal (kesemutan, kebas, atau rasa dingin pada ekstremitas yang cedera). c. Ubah posisi pasien dengan keterbatasan akibat traksi setiap 2 jam, seperti miring kiri/kanan. Sokong tubuh pasien dengan bantal ketika miring d. Ajarkan
pada
pasien
mengenai
tanda
dan
gejala
perubahan
neurovascular seperti peningkatan intensitas nyeri, kesemutan, kebas, atau rasa dingin pada ekstremitas yang cedera. Minta pasien untuk melaporkan jika menemui tanda dan gejala t ersebut. e. Laporkan tanda dan gejala gangguan neurovascular kepada dokter. 7) Lakukan perawatan kulit Posisi yang statis dalam traksi dapat mengakibatkan tekanan yang menghambat aliran kapiler ke kulit yang mengakibatkan nekrosis jaringan dan luka tekanan. Integritas kulit dapat dipertahankan dengan :
a. Monitor integritas kulit di tonjolan tulang dan berbagai area tubuh yang diliputi oleh alat traksi Untuk mencegah luka akibat tekanan, maka perlu perhatian khusus pada lokasi – lokasi berikut ini : Ekstremitas Atas
Tonjolan tulang disiku
Jaringan lunak anterior di sendi siku
Tonjolan tulang di pergelangan tangan
Permukaan palmar pergelangan tangan
Ekstremitas Bawah
Peroneal nerves dibagian leher fibula
Tendon hamstring di bagian belakang lutut
Tonjolan tulang di ankle
Bagian belakang tumit
Jaringan lunak di bagian depan ankle dan bagian atas kaki
Greater trochanter (bagian terluar dari paha atas)
Batang Tubuh
Tonjolan dari tulang belakang
Tepi scapula
Puncak ilium (tepi teratas dari pelvic blades)
Area sacrum (tulang ekor) Penekanan pada sendi siku, telapak tangan, lutut dan tumit dapat
diminimalkan
dengan
pemasangan
balutan
yang
cukup
banyak
mengguanakan bahan yang lembut dan lebar untuk mendistribusikan berat dari ekstremitas ke area yang luas.Elevasi ankle mungkin dibutuhkan untuk mengangkat ujung tungkai dari tempat tidur.Mencegah luka akibat tekanan lebih mudah daripada mengobatinya. b. Memberikan pijatan pada area yang berpotensi mengalami luka tekanan setiap 2 sampai 4 jam c. Gunakan alat untuk mengurangi tekanan atau kasur dengan tekanan yang rendah (kasur udara). Jika terjadi luka pada kulit, maka pemijatan harus dihentikan untuk mencegah kerusakan kulit yang lebih lanjut. Adhesive straps yang digunakan pada traksi kulit dapat meningkatkan
resiko terhadap kulit, sehingga pemilihan bahan penggunannya harus dimonitor secara berhati – hati 8) Pertahankan Sistem Muskuloskeletal Imobilitas dapat mengurangi kekuatan otot, merusak kekuatan otot dan menghambat mobilitas sendi. Masalah ini dapat diminimalkan dengan a. Ajarkan pasien melakukan latihan isomerikm dan atau isotonic pada ekstremitas yang tidak cedera dan pada ekstremitas yang cedera sebagaimana disarankan dokter. b. Secara periodic posisikan pasien ke posisi fully extended c. Anjurkan pasien melakukan aktivitas harian sebanyak yang ia mampu. Jika pasien akan menggunakan cruthes setelah traksi selesai digunakan maka ia harus melakukan latihan untuk menguatkan quadricepsnya dengan cara : a. Menarik jari kakinya ke arah hidung sambil menekan lututnya kea rah tempat tidur b. Duduk di tempat tidur dan menekan tangannya melawan tempat tidur untuk mengangkat pantatnya menjauhi tempat tidur 9) Jika pasien harus dipindahkan ketika menggunakan traksi, dokter atau tenaga kesehatan yang berwenang mengatur traksi harus menyertai. Kegagalan dalam menyetel ulang traksi ke konfigurasi yang tepat setelah pemindahan dapat mengakibatkan ketidaksejajaran tulang yang berakibat serius. 10) Jangan pernah mengabaikan complain pasien 11) Setelah selesai penggunaan, seluruh alat traksi harus dibersihkan dengan beberapa tipe larutan sterilisasi (seperti 10% larutan pemutih)
C. TRAKSI SKELETAL Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan
tarikan traksi yang optimal
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan
teknik menjauh dari pin (dari dalam ke luar) Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
Tutup kassa di lokasi penusukan pin
Lepas sarung tangan
Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di
tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
11. Evaluasi Evaluasi Traksi Hasil yang diharapkan dari pasien yang terpasang traksi buck adalah pasien dapat mempertahankan posisi tubuh yang baik dengan terpasang traksi dan mempertahankan tarikan yang optimal. Parameter lain yang dapat digali adalah pasien secara verbal menyatakan nyeri berkurang dan pasien bebas dari cidera.
Pencatatan dan Dokumentasi Dokumentasi waktu, tanggal, tipe, beban yang digunakan, dan di sisi mana traksi dipasang.Termasuk juga hasil pengkajian kulit dan perawatan yang dilakukan saat traksi mau dipasang.Dokumentasikan respon pasien terhadap terhadap traksi dan status neurovaskuler ekstremitas pasien. Temuan yang tidak diharapakan dan intervensi yang dapat dilakuakan Temuan yang tidak diharapakan Pasien menyatakan nyeri pada tumit
Intervensi yang bisa dilakuakan Lepaskan
kaki yang terpasang skin traksi
pengkajian
traksi kulit
dan dan
lakukan status
neurovaskuler
Pasang kembali skin traksi dan kaji ulang status neurovascular tiap 15-20 menit
Beritahu dokter jika pasien masih terus merasa nyeri
Pertimbangan khusus
Kecuali kontraindikasi, ajarkan pasien untuk melakukan latihan fleksi dan ekstensi ankle dan pemompaan betis secara teratur untuk menghindari statis vena.
Hati – hati penekanan pada nervus perifer yang terpasang traksi. Hati –
hati dengan pasien terpasang buck traksi terhadap penekanan pada penekanan nervus peroneal.
Kaji pasien yang terpasang traksi buck dalam periode lama terhadap ketergantung, isolasi, dan hilang control
Hati – hati pada lansia yang dipasang traksi busk .lansia beresiko
terhadap perubahan integrias kulit karena penurunan ketebalan lemak subcutan dan lebih tipis, kering, dan mudah rusak.
1. Definisi Gips 1.1 Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris , dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih yang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. 1.2 Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips dipasang ( Brunner & Suddart, 2001 ) 1.3 Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. 2. Tujuan Pemasangan Gips Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga
dapat
menyatu
dan
fungsinya
pulih
kembali
dengan
cara
mengimobilisasi tulang yang patah tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya. a. Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sendi.
b. Fiksasai fraktur yang telah direduksi. c. Koreksi cacat tulang (mis., skoliosis ). d.Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan operasi (mis. spondilitis) e. Mengoreksi deformitas. f. Menyongkong jaringan cedera selama proses penyembuhan g. Sebagai pembalut darurat 3. Jenis-jenis Gips a. Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari. b. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus. c. Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral d. Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi. e. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan f. Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh g. Gips spika. gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda) h. Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku i. Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda) Bentuk – Bentuk Pemasangan Gips a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran permukaan anggota gerak. b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir melingkar. c.
Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak dan biasanya pada keadaan dimana memerlukan imobilisasi atau fiksasi yang lebih stabil.
d. Gips plaster : gips ini dapat kering setelah 12-48 jam tergantung ukuran
e. Gips plastic : kering 8-10 jam . dalam udara kering (tidak lembab) akan lebih cepat dan efesien dalam proses pengeringan gips f.
Gips silinder : kering dalam waktu 12-24 jam , tetapi badan gips biasanya ,mencapai 48 jam baru kering.
4. Indikasi
Pasien dislokasi sendi
Fraktur
Penyakit tulang spondilitis TBC
Pasca operasi
Skliosis
CTEV ( Conginetal Talipes Equino Varus)
5. Kontraindikasi : Frakture terbuka
6. Komplikasi Menurut Suzzanne C. Smeltzer (2001)
Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen dapat terjadi apabila terjadi peningkatan tekanan jaringan dalam rongga yang terbatas (missal: gips, kompartemen otot) yang akan memperburuk peredaran darah dan fungsi jaringan dalam rongga yang tertutup tadi.
Luka tekan (dekubitus) Tekanan gips pada jaringan lunak mengakobatkan anoksia jaringan dan ulkus. Ekstrimitas bawah yang merupakan tempat paling rentan terhadap tekanan adalah tumit, punggung kaki, kaput fibula, dan permukaan anterior patella. Pada ekstrimitas atas, tempat tekanan utama terletak pada epikondilus medialis humeri dan prosesus stiloideus ulnae. Umumnya pasien dengan luka tekan mengeluh nyeri dan rasa kencang di tempat itu. Bila tekanan tidak dihilangkan, daerah yang nekrotik akan meleleh, menodai gips, dan mengeluarkan bau. Ketidaknyamanan mungkin tidak dirasakan ketika ulkus sedang terjadi. Kehilangan jaringan yang ekstensif dapat terjadi bila tanda dan gejala ulkus tekanan tidak terpantau dan tidak dilaporkan.
Sindrom disuse Selama digips, pasien diajari untuk menegangkan atau melakuakan kontraksi otot (missal kontraksi otot isometric) tanpa menggerakan bgian itu, ini dapat membantu mengurangi atrofi otot dan memeperatahankan kkuatan otot. Pasien dengan gips di tungkai, diminta “meluruskan” lutut. Pasien dengan gips di lengan didorong untuk “mengepalkan” tangan. Latihan penegangan otot (missal: latihan penegangan otot kuadrisep dan gluteus) penting untuk menjaga otot yang penting untuk untuk berjalan.
7. Persiapan alat Persiapan alat –alat untuk pemasangan gips: 1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips 2. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips) 3. Baskom berisi air hangat 4. Gunting perban 5. Bengkok 6. Perlak dan alasnya 7. Waslap 8. Pemotong gips 9. Kasa dalam tempatnya 10. Alat cukur 11. Sabun dalam tempatnya 12. Handuk 13. Krim kulit 14. Spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat) 15. Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)
8. Persiapan pasien 1. Siapkan pasien dan jelaskan kepada pasien tentang perencanaan pemasangan gips, prosedur yang akan dikerjakan, guna, serta tujuan dari pemasangan gips. 2. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips 3. Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit
4. Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips. 5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter selama prosedur
9. Persiapan lingkungan
10.
o
Pastikan lingkungan dalam keadaan nyaman bagi pasien
o
Berikan ruangan yang menjaga privasi pasien
Langkah-langkah/ Prosedur 10.1 Pemasangan Gips
Prosedur
Rasional
Siapkan klien dan jelaskan pada
o
prosedur yang akan dikerjakan.
prosedur
Siapkan
dilakukan
alat-alat
yang
akan
Daerah yang akan di pasang gips
o
sabun,
kemudian
yang
sehingga
akan dapat
Membantu agar tindkana berjalan dengan mudah.
dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan
tindakan
mengurangi cemas.
digunakan untuk pemasangan gips
Membuat pasien mengerti akan
o
Membuat permukaan yang akan
dikeringkan dengan handuk dan di
dipasang gips lembab, bersih,
beri krim kulit (bila perlu).
sehingga pemasangan gips tidak
Sokong ekstremitas atau bagian
akan
tubuh yang akan di gips.
klien.
Posisikan dan pertahankan bagian
o
merusak
integritas
Meminimalkan
kulit
gerakan,
yang akan di gips dalam posisi
mempertahankan
reduksi
yang di tentukan dokter selama
kesegarisan,
meningkatkan
prosedur.
kenyamanan. o
dan
Memungkinkan pemasangan gips
Pasang duk pada klien.
Pasang spongs rubs(bahan yang
yang baik, mengurangi insidensi
menyerap keringat) pada bagian
komplikasi
o
Menghindari pajanan yang tidak
lain
Balutkan gulungan bantalan tanpa
terhadap
kontak
dengan
bahan gips.
rajutan dengan rata dan halus sepanjang bagian yang di gips.
malunion,
perlu, melindungi bagian badan
dan tidak mengikat.
:
nonunion, kontraktur)
tubuh yang akan di pasang gips, pasang dengan cara yang halus
(mis
o
Melindungi kulit dari bahan gips,
Tambahkan
bantalan
didaerah
melindingi dari tekanan, lipatan
tonjolan tulang dan pada jalur
diatas tepi gips; menciptakan tepi
saraf (mis: caput fibula)
bantalan lembut, melindungi kulit
Pasang gips secara merata pada
dari abrasi.
bagian tubuh. Pembalutan gips
Melindungi
ke proksimal tidak terlalu kendor
tonjolan tulang, dan melindungi
atau ketat. Pada waktu membalut,
saraf superfissial.
dengan
gerakan
bersinambungan
agar
ketumpangtidihan
lapisan
pada
Membuat gips menjadi lembut, solid dengan kontur yang baik,
terjaga
memungkinkan
gips.
pemasangan
Lakukan dengan gerakan yang
yang lembut. Membuat gips yang
bersinambungan
lembut,
Setelah
yang
agar
terjaga
konstan
dengan
potong
solid,
dan
mengimobilisasi. Serta membuat gips sedemikian rupa sehingga
pemasangan,
tepinya,
serta
haluskan
dapat memberi dukungan yang
bentuk
adekuat serta dapat memperkuat gips.
dengan pemotong gips. Bersihkan Partikel bahan gips dari
o
Melindungi
kulit
dari
abrasi.
kulit yang terpasang gips.
Menjamin kisaran gerakan sendi
Sokong gips selama pergeseran
disekitarnya.
dan pengeringan dengan telapak
o
permukaan keras atau pada tepi
Menjaga agar partikel tidak lepas dan masuk kebawah gips.
tangan. Jangan diletakkan pada
kulit
o
bagian tubuh.
melindungi
tekanan
gips,
kontak
dari
secara melingkar mulai dari distal
lakukan
kulit
o
Bahan
o
gips
mengeras
yang tajam dan hindari tekanan
beberapa
pada gips.
maksimal gips sintesis terjadi
Tanyakan pada klien jika hal ini
dalam
menyebabkan ketidak nyamanan
Kekerasan maksimal pada gips
atau nyeri.
terjadi bersama pengeringan (24-
Mendokumentasikan prosedur dan
72
respons klien pada catatan klien
tebalnya gips dan lingkungan.
(Perry, 2005).
Mencegah lekukan dan daerah
jam)
menit.
dalam
Kekerasan
beberapa
bergantung
menit.
pada
tekanan. o
Mengobservasi adakah efek yang ditimbulkan
gips
pada
pasien
yang mengganggu kenyamanan pasien,
sehingga
dapat
melakukan intervensi. o
Sebagai catatan/pegangan untuk perawat (Perry, 2005).
Terminasi o
Rapikan pasien
o
Rapikan alat
o
Cuci tangan
Dokumentasi
o
10.2 Pelepasan Gips a. Pengertian Adalah tindakan yang bertujuan melepaskan gips yang bertujuan untuk benar-benar melepaskan gips adalah untuk gips yang baru (setalah pemasangan 6 minggu). b. Tujuan -
Melepaskan gips untuk mengkaji kulit yang mengalami iritasi atau dalam proses penyembuhan luka
-
Melepaskan gips ketika sudah tidak diperlukan lagi
-
Melepaskan gips yang lama dalam mengganti gips yang baru
c. Indikasi 1. Meringankan kerusakan neurovascular yang diakibatkan disekitar dari tekanan oleh gips 2. Merawat area yang tertutup gips sehingga tekanan disekitar luka dapat dikurangi 3. Melepaskan gips ketika sudah tidak lagi di perlukan d. Kontraindikasi 1. Harus indari tindakan pemotongan langsung pada area yang terdapat penonjolan tulang 2. Waspada terhadap terjadi abrasi atau laserasi pada permukaan kulit pasien ketika dilakukan tindakan pelepasan 3. Bahan gips yang terbuat dari fiberglass memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dilakukan pelepasan 4. Saat melonggarkan gips, potong juga lapisan dalam gips yang bertekstur lembut.
e. Komplikasi -
Lasserasi atau abrasi pada kulit akibat dari pemotongan yang terlalu dalam
-
Pergeseran
fragmen
fraktur
yang
belum
tersambung
secara
sempurna
f.
Alat yang di gunakan untuk pelepasan gips 1. Kain pengalas 2. Pemotong gips atau gregaji 3. Kacamata pelindung 4. Perban elastic 5. Gunting 6. Pisau bedah 7. Air hangat 8. Washlap 9. Handuk 10. Krim kulit 11. Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang dibuka
g. Persiapan Pasien 1. Jelaskan pada pasien kenapa tindakan pembukaan /perlonggaran gips dilakukan 2. Jelaskan bahwa tindakan pemotongan gips akan menimbulkan sensasi panas akibat gesekan, dan menimbulkan sedikit getaran. Hentikan tindakan bila perlu mengurangi intensitas panas 3. Peragakan penggunaan gergaji, gunting dan prosedur pemotongan gips tersebut 4. Jelaskan pada pasien bahwa aka nada efek limb setelah gips dilepas, kulit kelihatan pucat, sedikit lebih kurus, mungkin rambut akan tampak lebih tebal dan akan tampak penumpukan sel kulit yang mati 5. Jelaskan kepada pasien bahwa arean bekas pemasangan gips akan tampak lebih lembut dan ototnya mengalami sedikit kelemahan 6. Review kembali instruksi pemasangan gips , diskusikan dengan pasien bila ada perawatan yang salah selama ini 7. Selama penyembuhan pada fase awal manipulasi pada pemasangan gips akan menyebabkan nyeri, diskusikan pada pasien tentang teknik
mengontrol nyeri, meninggukan organ yang cidera dan membatasi pergerakan.
10.2 Prosedur Pelepasan Gips Prosedur
Rasional Meningkatkan
kerja
Perkenalan diri pada pasien
mengurangi
kecemasan
Kaji neurovaskuler
prosedur.
Jelaskan pada klien prosedur
Cuci tangan
o
Siapkan
peralatan
Mengurangi ansietas (pisau berosilasi
dan
o
dan
Melindungi mata dari bakteri gips yang
o
kain
tetap
pengalas
bertebaran. Dan melindungi cedera
melihat
mata dari hasil potongan gips yang
dpat
mungkin ada.
area bekas pemasangan
o
Yakinkan klien bahwa gergaji
o
tidak akan mengenai kulit
yang telah di imobilisasi. o
berganti-ganti
gerakan
linear pisau sepanjang garis
o
pada
selamam
telah
imobilisasi.
Mencegah kerusakan kulit.
Melindungi bagian yang menjadi lemah akibat stres yang berlebihan. Latihan
pelindung
klien
dan
progresif dapat mengurangi kekakuan
mata
serta mengembalikan kekuatan dan
petugas
fungsi otot.
pemotong gips. Potong bantalan gips dengan
o
Memperbaiki (misalnya
gunting Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas Lihat
yang
o
potongan. Gunakan
mati
Menjaga kulit agar tetap kenyal.
tekanan dan
Mengangkat kulit menumpuk
Gips akan di belah dengan menggunakan
Membebaskan semua bahan gips.
Mengurangi stres pada bagian tubuh
listrik atau pemotong gips
rasa
pisau osilasi dan bantalan.
pasien
prosedur pelepasan gips dan
mencegah
Siapkan
untuk
gips,
terbakar akibat kontak lama antara
Tempatkan
Membelah
dekatkan pada posisi pasien
akan
untuk memotong gips).
lingkungan
dan
o
yang akan dilakukan.
sama
lapisan
pada
bekas
peredaran
aliran
mengontrol (Perry, 2005).
vena
balik)
penggumpalan
darah dan cairan
pemasangan gips, bersihkan dengan
air
hangat
keringkan
dan
menggunakan
handuk, dan oleskan minyak pelumas , anjurkan pasien untuk tidak boleh menggosok ataupun menggaruk kulit Berikan
untuk (elastic
balutan organ
pendukung
yang
bandage)
cedera sebagai
pengganti gips sampai tulang benar-benar
sudah
dalam
kondisi stabil
Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut
oleskan
krim
atau
minyak.
Berikan informasi pada klien untuk tidak menggosok dan menggaruk kulit.
Ajarkan klien secara bertahap melakukan
aktifitas
tubuh
sesuai program terapi.
Ajarkan mengontrol
klien
untuk
pembengkakan
dengan
meninggikan
ekstremitas
atau
menggunakan balutan elastis bila perlu (Perry, 2005).
Terminasi o
Rapikan pasien
o
Rapikan alat
o
Cuci tangan
Dokumentasi
o