LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
BABUL RAHMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Menyelesaikan Matakuliah
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh
BABUL RAHMAN
E 281 16 278
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Tujuan
: Mengetahui Jenis, Gejala Serangan dan Pengendalian dari Hama, Penyakit dan Nematoda pada Tanaman
Nama : Babul Rahman
Stambuk : E 281 16 278
Kelompok : LIMA (5)
Pragram Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Palu, November 2017
Mengetahui,
Koordinato Asisten
I Made Dwikarya Putra
E 281 15 194
Asisten Penanggung Jawab
Wulandari
E 281 13 110
Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Matakuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Ir. Burhanuddin Nasir, MP.
Nip.196206181989031001
RINGKASAN
Serangga tergolong dalam phylum Arthropoda, sub-phylum Mandibulata, class Insecta. Serangga terbagi menjadi tiga bagian ruas yakni kepala (caput) (yang terdapat sepasang antena, sepasang mata majemuk, tiga buah ocelli, dan seperangkat alat mulut), tiga ruas membentuk toraks (yang masing-masing segmen terdapat tiga pasang tungkai, memiliki dua pasang sayap yang melekat pada segmen ke dua dan ketiga dari toraks yang berfungsi sebagai alat gerak), dan 11 ruas membentuk abdomen (yang itumbuhi oleh spirakel, timpanum, alat genitalia, dan dilengkapi dengan ovipositor).
Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil tanaman. Kerugian pada budidaya tanaman seringkali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlindungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT.
Penyimpanan hasil-hasil pertanian yang dilakukan dengan tidak benar akan mengakibatkan penurunan kualitas hasil pertanian tersebut. Penurunan hasil kualitas disebabkan oleh adanya serangan jamur, bakteri, dan hama. Jenis serangga hama yang menyerang hasil penyimpanan pertanian di dalam gudang yakni diantaranya dari ordo coleoptera atau sebangsa kumbang. Salah satu cara dalam pengendalian hama gudang adalah dengan mengetahui jenis hama apa yang menyerang dan bagaimana cara hama tesebut berkembang biak.
Salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian dari golongan jamur yang merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, namun tidak memiliki klorofil. Cendawan atau jamur tidak memiliki akar maupun batang dan daun, serta tidak memiliki sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
Mikroorganisme tanah yang dapat merugikan tanaman dapat mengakibatkan tanaman yang menjadi inang mikroba pengganggu tersebut seperti tanamantumbuh tidak normal, tanaman layu, menguning, kerdil dan sebagainya maka tanaman tersebut sudah dapat dipastikan bahwa tanaman tersebut mengalami gangguan baik biotik maupun abiotik.
Nematoda merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menguntungkan bagi tanaman maupun ada juga yang dapat merugikan tanaman. Tubuh nematoda bila diamati di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukur tubuh yang sangat kecil dan berwarna bening. Nematoda habitatnya terdapat di dalam tanah. Saat nematoda menyerang tanaman akan menyebabkan tanaman tersebut layu, menguning bahkan dapat menjadi mati apabila serangan nematoda tersebut sudah parah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan judul "Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman". Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Selama pelaksanaan praktikum ini penyusun banyak mendapatkan arahan,
bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan
praktikum dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Oleh karenanya, dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ir. Burhanuddin Nasir, MP. selaku dosen penanggung jawab praktikummata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
I Made Dwikarya Putra. Selaku koordinator asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
Wulandari. selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
Akhir kata, Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT Memberikan imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta tulisan ini mendapat ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.
Palu, November 2017
penyusun
KATA PENGANTAR
Ucapan rasa syukur dan puji tidak bosan-bosan selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena setiap curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga kami mampu merampungkan laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Adapun penyusunan laporan percobaan ini adalah dengan maksud supaya dapat mengetahui morfologi serangga, jenis-jenis ordo, jenis-jenis penyakit, jamur, bakteri dan virus serta mengenal nematoda pada tanaman.
Lewat pencatatan pengamatan ini, beragam tantangan telah penulis rasakan, oleh sebab itu, selesainya laporan pengamatan ini tentu saja bukan hanya sekedar kerja keras dari penulis semata-mata. Tetapi karena bantuan dan dukungan yang diberikan oleh segenap pihak yang terlibat.
Berkaitan dengan perihal ini, penulis disertai keikhlasan hati menghaturkan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen penanggungjawab dan para asisten praktikumyang telah selalu membina penulis untuk penyelesaian laporan ini.
Terkait membuat laporan pengamatan ini, penulis benar benar menyadari ditemukan banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu, penulis sungguh-sungguh meminta saran beserta kritik yang membangun dari segenap pihak agar laporan pengamatan selanjutnya bisa lebih baik lagi dan dapat berguna bagi khalayak umum.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
RINGKASAN iv
UCAPAN TERIMAKASIH v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 5
1.3 ManfaatPraktikum……………………………………………. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Morfologi 7
2.1.1 Caput 7
2.1.2 Toraks 7
2.1.3 Abdomen 8
2.2 Ordo Serangga 9
2.1.1 Pengenalanordosecaraumum 9
2.1.1.1Ordo Orthoptera 9
2.1.1.2Ordo Hemiptera 10
2.1.1.3 Ordo Coleoptera 11
2.1.1.4Ordo Lepidoptera 11
2.1.1.5 Ordo Homoptera 12
2.1.1.6 Ordo Odonata 13
2.1.1.7 Ordo Diptera 13
2.1.1.8 Ordo Hymenoptera 14
2.1.1.9 Ordo Dermaptera 14
2.1.1.10 Ordo Isoptera 15
2.1.1.11 Ordo Neuroptera 16
2.1.2 DaurHidup 16
2.1.2.1Belalang pedang (Sexava sp.) 16
2.1.2.2Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) 18
2.1.2.3Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) 19
2.1.2.4 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) 20
2.1.2.5 Penggerek buah kakao
(Conopomorpha cramerella) 20
2.1.2.6Ulat daun bawang merah (Spodopteraexigua) 21
2.1.2.7Kutu daun (Aphis sp.) 21
2.1.2.8Lalat buah pada cabe (Bactrocera sp.) 21
2.1.2.9Capung (Neurothemis sp.) 22
2.1.3GejalaSerangan 24
2.1.3.1 Belalang pedang (Sexava sp.) 24
2.1.3.2Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) 24
2.1.3.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) 24
2.1.3.4Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) 25
2.1.3.5 Penggerek buah kakao 25
(Conopomorpha cramerella) 25
2.1.3.6Ulat daun bawang merah (Spodopteraexigua) 25
2.1.3.7Kutu daun (Aphis sp.) 26
2.1.3.8Lalat buah pada cabe (Bactrocera. sp) 26
2.3 Pengenalan Hama Gudang 27
2.3.1Pengenalanhamagudangsecaraumum 27
2.3.1.1Kumbangberas ( Sitophilus oryzae L.) 27
2.3.1.2Kumbang tepung (Tribolium sp) 27
2.3.1.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) 28
2.3.1.4Kumbang kacang hijau 28
(Callosobruchuschinensis) 28
2.3.1.5 Kumbang kopra (Necrobiarufipes) 29
2.3.2 DaurHidup 29
2.3.2.1 Kumbangberas ( Sitophilus oryzae L.) 29
2.3.2.2Kumbang tepung (Tribolium sp) 30
2.3.2.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) 30
2.3.2.4 Kumbang kacang hijau 30
(Callocaprochuschenensis) 30
2.3.2.5 Kumbang kopra ( Necrobiar afipes ) 31
2.3.3 GejalaSerangan 31
2.3.3.1 Kumbang beras ( Sitophilus oryzae L.) 31
2.3.3.2 Kumbang tepung (Tribolium sp) 31
2.3.3.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) 32
2.3.3.4 Kumbang kacang hijau 32
(Callocaprochuschenensis) 32
2.3.3.5 Kumbang kopra ( Necrobiar afipes ) 32
2.4 Pengenalan Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur 33
2.4.1Klasifikasi dan Morfologi 33
2.4.1.1Alternariaporri 33
2.4.1.2Colletotrichum capsici 33
2.4.1.3 Aspergilus niger 33
2.4.1.4 Fusarium oxyporum 34
2.4.2 DaurHidup 34
2.4.2.1Alternariaporri 34
2.4.2.2 Colletotrichum capsici 35
2.4.2.3Aspergilus niger 35
2.4.2.4 Fusarium oxyporum 35
2.4.3GejalaSerangan 36
2.4.3.1Alternariaporri 36
2.4.3.2Colletotrichum capsici 36
2.4.3.3Aspergilus niger 37
2.4.3.4Fusarium oxyporum 37
2.5 Pengenalan Penyakit Disebabkan olehBakteri dan Virus 37
2.5.1Blood Disease Bacterium(BDB) 37
2.5.2Pseudomonas Solanacearum 38
2.5.3Peanut Mottle Virus(PMoV) 38
2.5.4Peanut Strippe Virus(PStV) 38
2.5.5 Tungro 39
2.5.6Klasifikasi 39
2.5.6.1 Blood Disease Bacterium(BDB) 39
2.5.6.2 Pseudomonas Solanacearum 39
2.5.6.3 Peanut Mottle Virus(PMoV) 40
2.5.6.4 Peanut Strippe Virus(PStV) 40
2.5.6.5 Tungro 40
2.5.7 Daur Hidup 40
2.5.7.1 Blood Disease Bacterium(BDB) 40
2.5.7.2 Pseudomonas Solanacearum 41
2.5.7.3 Peanut Mottle Virus(PMoV) 41
2.5.7.4 Peanut Strippe Virus(PStV) 41
2.5.7.5 Tungro 41
2.5.8Gejala Serangan 42
2.5.8.1 Blood Disease Bacterium(BDB) 42
2.5.8.2 Pseudomonas Solanacearum 43
2.5.8.3 Peanut Mottle Virus(PmoV) 43
2.5.8.4 Peanut Strippe Virus(PStV) 43
2.5.8.5 Tungro 44
2.5.9 Pengendalian Secara Umum 44
2.5.9.1 Blood Disease Bacterium(BDB) 44
2.5.9.2 Pseudomonas Solanacearum 44
2.5.9.3 Peanut Mottle Virus(PmoV) 45
2.5.9.4 Peanut Strippe Virus(PStV) 46
2.5.9.5 Tungro 46
2.6 Pengenalan Nematoda 47
2.6.1 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp. 47
2.6.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp. 48
2.6.3 Morfologi dan Cara menginfeksi tanaman 48
2.6.4 Teknik ekstrasi Cematoda Meloidogyne spp. 49
BAB III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu 50
3.2 AlatdanBahan 50
3.3 CaraKerja 52
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PengenalanMorfologiSerangga 53
4.1.1 Hasil 53
4.1.2 Pembahasan 54
4.2 Pengenalan Ordo-OrdoSerangga 54
4.2.1 Hasil 54
4.2.2 Pembahasan 59
4.3 Pengenalan Hama Gudang 61
4.3.1 Hasil 61
4.3.2 Pembahasan 65
4.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur 69
4.4.1 Hasil 69
4.4.2 Pembahasan 71
4.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh
Bakteri Dan Virus 73
4.5.1 Hasil 73
4.5.2 Pembahasan 75
4.6 Penegenalan Nematoda 78
4.6.1 Hasil 78
4.6.2 Pembahasan 79
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 83
5.2 Saran 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis) 53
2. Gejala Serangan Belalang (Valanga nigricornis) Pada Tanaman Jagung (Zeamays) 53
3 Morfologi Kepik Hijau(Nezara virudula) 55
4. Gejala Serangan Kepik Hijau(Nezara viridula) Pada Tanaman Kacang hijau(Phaseolus radiatus) 55
5. Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta) 55
6. Gejala Serangan Walang Sangit(Leptocorixa acuta) padaDaun Jagung (Zea mays) 56
7. Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella) 56
8. Gejala Serangan Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella)pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) 56
9. Morfologi Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) 57
10. Gejala seranganulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun
Bawang Merah (Allium oscolonicum) .................................................... 57
11. Morfologi Kumbang Helem(Coccinella arcuta) 57
12. Morfologi Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros.) 58
13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros)pada Pohon Kelapa(Cocos nucifera) 58
14. Morfologi Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask.) 58
15. Gejala serangan Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask) pada Daun Cabai (Aphium graveolens). 59
16. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae). 62
17. Gejala Serangan Kubang Beras (Sitophilus oryzae) pada TanamanPadi (Oriza sativa). 62
18. Morfologi Kumbang Tepung (Triboliumsp.). 62
19. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Triboliumsp) pada Tepung. 63
20. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) 63
21. Gejala serangan Kubang Jagung (Sitophilus oryzae) pada TanamanPadi (Oriza sativa). 63
22. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis). 64
23. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)pada Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) 64
23. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rifupes) 64
24. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia Rifupes) pada Biji Kopra 65
25. Buah Cabai (Capsicum annum) yang Diduga Terserang Penyakit Busuk Buah Cabai yang Disebabkan oleh Jamur Colletotrichum capsici 69
26. Roti Yang Terserang jamur Aspergilus Niger 70
27. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang diduga terserang penyatakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum 70
28. Pada Batang Tanaman Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum 70
29. Pada Daun Tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) yang diduga terserang penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Alternaria porri 73
30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium) 73
31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu Bakteri yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum 74
32. Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PStV (Peanut Stripe Virus). 74
33. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV (Peanut Stripe Virus). 74
34. Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro(Penyakit Kerdil Hampa) 75
35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp 78
36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di bawah mikroskop 78
37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di bawah mokroskop 79
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serangga adalah binatang terbanyak di dunia. Serangga mempuyai nama lain insekta dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata insecare. Kata tersebut mengandung dua arti, yaitu in berarti "menjadi" dan secare berarti "memotong" atau "membagi". Jadi, insekta berarti binatang yang mempunyai tubuh terbagi-bagi atau bersegmen-segmen. Sedangkan hexapoda terdiri dari dua kata hexa dan poda. Hexa mempunyai arti "enam" dan poda mempunyai arti "kaki" sehingga hexapoda berarti binatang berkaki enam. Golongan binatang secara berurutan akan terdiri atas beberapa phyila, satu phyila terdiri atas beberapa klas, demikian seterusnya yang berarti jumlahnya akan terus meningkat dalam setiap kelompok. Kelompok spesies/ jenis terdiri atas sekitar satu juta nama (Rahmawati, 2012).
Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. gangguan yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi akibat budidaya tanaman. Hama dari jenis serangga merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.
Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga dapat menurunkan produkttifitas tanaman dan menurunkan nilai ekonomis dari hasil produksi tanaman dan dapat menyebabkan tanaman akan layu dan bahkan mati (Rahmawati, 2012).
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas serangga (insecta), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman. Hama gudang merupakan hama yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang di lapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang (Rahmawati, 2012).
Umumnya petani tidak dapat membedakan antara tanaman yang terserang hama dan tanaman yang terserang penyakit. Secara biologi Penyakit tumbuhan adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan tumbuhan, yang dapat menyebabkan kerugian langsung pada petani, karena dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil. Penyakit yang menyerang tanaman biasanya menimbulkan gejala-gejala atau ciri khas sehingga dapat memudahkan untuk mengetahui penyakit yang menyerang tanaman. Penyakit tumbuhan salah satunya dapat disebabkan oleh jamur. Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora namun tidak memiliki klorofil, tumbuhnya berupa thallus (belum ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun) serta tidak mempunyai sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Agar terhindarnya tanaman dari penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka pengetahuan lebih lanjut tentang jamur harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang efektif dan ramah lingkungan dengan eksploitasi agens hayati (Tjahjadi, 2008).
Penyakit-penyakit yang diderita tanaman disebabkan oleh patogen bakteri dan virus yang mneyerang tanaman. Adanya penyakit yang diderita tanaman dapat menyebabkan tanaman tidak bisa memberikan hasil yang baik secara kualitas dan kuantitas. Sehingga mengakibatkan kerugian hasil panen yang diharapkan oleh orang yang membudidayakan tanaman tersebut. Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dengan ukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri, serta mengambil bahan makanan secara parasitis dengan cara menghisapnya melalui dinding sel. Bakteri diketahui memiliki empat bentuk, diantaranya berbentuk batang (baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion), dan spiral (spirilum). Virus merupakan organisme subselular yang berukuran sangat kecil, lebih kecil dari bakteri sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup sehingga virus disebut parasit yang biotroph. Gejala serangan penyakit virus sering tidak dapat dibedakan dengan gejala kekurangan unsur hara, pengaruh faktor lingkungan yang ekstrim ataupun pengaruh pencemaran bahan kimia. Yang membedakan penyakit tanaman karena serangan virus dengan penyakit tanaman Non-patogenik (yang bukan disebabkan oleh patogen) adalah bahwa penyakit tanaman yang terserang virus dapat ditularkan pada tanaman yang sehat, sedangkan tanaman Non-patogenik tidak dapat ditularkan. Agar terhindarnya tanaman dari penyakit, maka pengetahuan lebih lanjut tentang bakteri dan virus harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang efektif (Triharso, 2005).
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti jamur, bakteri, virus dan nematoda. Nematoda termasuk filum hewan, didalamnya termasuk nematoda parasit tanaman dan hewan, serta spesies nematoda yang hidup bebas. Nematoda parasit tanaman merupakan parasit obligat, mengambil nutrisi hanya dari sitoplasma sel tanaman hidup.
Beberapa nematoda parasit tanaman adalah ektoparasit, hidup di luar inangnya sehingga menyebabkan kerusakan berat pada akar dan dapat menjadi vektor virus yang penting. Spesies lain, ada yang hidup di dalam akar, bersifat endoparasit migratori dan sedentari. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman (Ismawati, 2010).
Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Bagian-Bagian Morfologi Serangga yaitu untuk mengetahui bagian-bagian morfologi serangga dan fungsinya masing-masing. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan mengetahui bagian-bagian morfologi serangga dan fungsinya masing-masing.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Ordo-Ordo Serangga yaitu untuk mengetahui ordo-ordo dari setiap serangga dan morfologinya serta dapat mengetahui gejala tanaman yang terserang serangga. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui morfologi serangga dan gejala serangan Yng ditimbulkan akibat hama dan agar memudahkan pengklasifikasikan serangga hama tersebut.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Hama Gudang yaitu untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang pada tempat-tempat penyimpanan hasil pertanian. Kegunaan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui morfologi serangga dan gejala serangga yang ditimbulkan akibat hama gudang.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Jamur yaitu untuk mengetahui gejala-gejala penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur, dan cara menginokulasi dan mengisolasi pada media PDA. Kegunaan dari prktikum ni agar praktikan dapat membedakan jenis-jenis jamur pada tanaman inangnya, dan mengetahui bagaimana cara mengikolasi dan mengisolasi mikroorganisme khususnya jamur pada media.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Bakteri dan Virus yaitu untuk mengetahui ciri morfologi tanaman yang terserang oleh bakteri dan virus pada tanaman, serta mengetahui dan memahami cara isolasi mikroorganisme terutama bakteri dan virus secara baik dan benar. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat membedakan ciri morfologitanaman yang terserng oleh bakteri dan virus, serta dapat melakukan bagaimana cara mengisolasi bakteri.
Tujuan dari prakatikum Pengenalan Nematoda yaitu untuk mengetahui ciri morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda pada tanaman. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui ciri morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda pada tanaman.
1.3 Manfaat Praktikum
Untuk mengetahui jenis ordo-ordo serangga, hamam gudang serta gejala serangan dan pengendalian hama, penyakit, dan Nematoda pada beberapa jenis tanaman pertanian.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Morfologi
2.1.1 Caput
Caput merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk pengumpulan tanaman dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit. Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur. Kutikula pada kepala mengalami penonjolan kearah dalam, membentuk rangka kepala bagian dalam, yang disebut tentorium (Pracaya, 2007).
2.1.2 Thoraks
Dada (thoraks) terdiri atas tiga segmen yaitu prothoraks (anterior) adalah bagian depan dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan, mesothoraks (tengah) bagian tengah dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathoraks (posterior) bagian belakang bagi thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap belakang. Karena pada torak terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum (Pracaya, 2007).
2.1.3 Abdomen
Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa ruas, rata-rata 9 sampai 10 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian ventral berupa membran disebut pleura. Perkembangan evolusi serangga menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas abdomen. Serangga betina dewasa yang tergolong apterygota, seperti Thysanura, memiliki ovipositor yang primitive dimana bentuknya terdiri dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian bawah ruas abdomen kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini menggunakan cara lain untuk meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam ordo Thysanoptera, Mecoptera, Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya akan menggunakan abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur-telurnya (Pracaya, 2007).
2.2 Ordo Serangga
2.2.1 Pengenalan ordo secara Umum
2.2.1.1 Ordo orthoptera
Ordo orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya "lurus" dan pteron artinya "sayap". Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut Tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Seringkali ini disebut juga belalang (Valanga nigricornis) (Rioardi, 2009).
Pada ordo ini, alat-alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut Tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera antara lain yaitu kecoa (Periplaneta sp.), belalang sembah/mantis (Otomantis sp.) dan belalang kayu (Valanga nigricornis). Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya (Hansamunahito, 2006).
2.2.1.2 Ordo hemiptera
Ordo hemiptera hemi artinya "setengah" dan pteron artinya "sayap". Ordo Hemiptera atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar dan sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago), namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator yang menghisap cairan tubuh serangga lain, anggota ordo ini umumnya memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal dan bagian ujung membranus yang disebut Hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai adanya mata facet dan occeli (Hansamunahito, 2006).
Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur, menjadi nimfa, lalu menjadi dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah (Rioardi, 2009).
2.2.1.3 Ordo coleoptera
Ordo coleoptera artinya coleos berarti "seludang" dan pteron berarti "sayap". Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur kemudian larva lalu kepompong (pupa) dan menjadi dewasa (imago). Alat mulut bertipe penggigit pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik (Rioardi, 2009).
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat ditemui pada bagian habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan fungi). Anggota ordo ini ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak sebagai predator bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal serta tidak memiliki vena (Hartati, 2009).
2.2.1.4 Ordo lepidoptera
Ordo lepidoptera berasal dari kata lepidos "sisik" dan pteron artinya "sayap". Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia yaitu telur kemudian larva lalu kepompong dan menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut Proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur-larva-kepompong-dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah
(Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura) (Rioardi, 2009).
2.2.1.5 Ordo homoptera
Ordo homoptera homo artinya "sama" dan pteron artinya "sayap" serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur menjadi nimfa dan menjadi dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Ordo Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara morfologi mirip dengan anggota ordo hemiptera namun yang membedakannya yaitu pada bagian sayap depan dan tempat pemuncuan rostumnya. Sayap depan ordo ini memiliki tekstur yang homogeny biasa keras semua atau membranus semua, sedangkan sayap belakang bersifat membranus. Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus (Rioardi, 2009).
2.2.1.6 Ordo odonata
Odonata merupakan serangga purba yang dapat dijadikan model dalam penelitian filogenetik yang mempelajari garis kekerabatan antara fosil dengan serangga modern. Fosil serangga menyerupai Odonata yang sangat terkenal adalah Meganeura yang hidup pada periode karbon yaitu kira-kira 300 juta tahun yang lalu. Meganeura monyi merupakan serangga terbesar yang diketahui pernah ada di bumi yaitu panjang bentangan sayapnya mencapai 75 cm (Rioardi, 2009).
Ordo odonata terdiri atas capung (Dragonflies) dan capung jarum (Damselflies) yang terbagi menjadi tiga subordo yaitu Anisoptera (8 famili), Zygoptera (17 famili), dan Anisozygoptera (1 famili; 10 famili telah punah). Spesies Odonata di dunia yang telah terindetifikasi sekitar ± 7.000 spesies. Banyaknya spesies serangga ini di bumi telah mengilhami para peneliti melakukan berbagai research yang digunakan untuk kepentingan manusia dengan model odonata (Rioardi, 2009).
2.2.1.7 Ordo diptera
Serangga anggota ordo diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ) (Rioardi, 2009).
2.2.1.8 Ordo hymenoptera
Kata hymenoptera berasal dari bahasa yunani yaitu uman atau hymen (kulit tipis, membrane) dan ptera (sayap) yang berarti sayap serangga ini tipis seperti membrane yg halus, sayap depan lebih besar dari satap belakang. Sebagian besar ordo ini merupakan pemakan serangga lain. Hymenoptera terbagi menjadi dua subordo yaitu, chalastogastra dan clistogastra. Hymenoptera Mengalami metamorfosis sempurna, tipe alat mulut mandibulata yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya. (Rioardi, 2009).
2.2.1.9 Ordo darmaptera
Dermaptera berasal dari bahasa yunani yaitu derma (kulit) dan ptera (sayap). Kata dermaptera tersebut menunjukan tekstur dan tegmina (penutup tubuh) dan dasar dari sayap. Dermaptera mudah dikenali dengan ciri ujung belakangnya seperti sapit serta badannya datar, sempit dan berwarna coklat atau hitam. Serangga ini banyak terdapat didaerah lembab seperti batang pisang atau dibawah kulit tanaman yang telah mati. Spesies darmaptera banyak berfungsi sebagai predator mereka menggunakan capit untuk menangkap lalu memakannya (Hartati, 2009).
2.2.1.10 Ordo isoptera
Isoptera berasal dari kata isos (sama)dan pteron (sayap). Anai–anai atau rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan selolusa yang berukuran sedang merupakan ordo Isoptera, secara relatif kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Mereka hidup dalam masyarakat-masyarakat dengan organisasi yang tinggi dan terpadu, atau koloni–koloni, dengan individu–individu yang secara morfologi dibedakan menjadi bentuk–bentuk berlainan atau kasta-kasta yaitu reproduktif, pekerja, dan serdadu yang melakukan fungsi–fungsi biologi yang berbeda. Rayap adalah serangga social yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berada dalam kehidupannya.
Dibandingkan dengan serangga social lainnya dalam hal ini semut, rayap memiliki beberapa kemiripan. Oleh karena itu, beberapa orang kerap kali menyebut rayap sebagai "semut putih". Namun demikian perbedaan antara organisme tersebut sesungguhnya cukup banyak, bahkan semut merupakan salah satu musuh utama rayap (Hartati, 2009).
2.2.1.11 Ordo neuroptera
Kata lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yaitu lepidos (sisik) dan ptera (sayap). Jadi, artinya sayap serangga yang bersisik. Ukuran serangga ini ada yang kecil dan ada yang besar. Jumlah sayapnya ada empat buah dan tertutup dengan sisik. Antenanya ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang. Bagian mulutnya saling berhubungan membentuk tabung. Bagian mulutnya dilengkapi alat untuk mengigit. Selain itu, serangga ini memiliki alat penghisap yang berbentuk spiral (Pracaya, 2007).
Ordo lepidoptera mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly). Perbedaan kupu-kupu dan ngengat yaitu berdasarkan waktu aktifnya dan ciri morfologinya. Umumnya, kupu-kupu aktif di siang hari (diurnal), sedangkan ngengat aktif di malam hari (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan cara menegakkan sayapnya, sehingga tampak permukaan bawah dari sayapnya. Ngengat hinggap dengan sayap terlipat horizontal diatas tubuh. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah dan cerah sedangkan ngengat cenderung gelap (cokelat dan abu-abu).
Antena kupu-kupu berbentuk benang (filiform) dan membesar di ujungnya, sedangkan hampir semua ngengat memiliki antena seperti bulu burung atau seperti sisir (Triplehorn dan Johnson, 2005).
2.2.2 Daur Hidup
2.2.2.1 Belalang pedang (Sexava sp.)
Telur berasal dari belalang betina, dan pada masa reproduksi belalang jantan akan memasukkan spermathopore kedalam ovipositor belalang betina. Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles. Setelah dibuahi belalang betina akan meletakkan telurnya pada tanaman, mungkin pada batang, daun, atau pada bunga. Atau ada juga lho belalang betina yang menaruh telurnya di dalam tanah menggunakan ovipositor untuk memasukkan telur sekitar 1 sampai 2 inci di bawah tanah. Dalam jangka waktu 3 sampai 4 hari belalang betina akan mengeluarkan semua telurnya, selain itu pada masa bertelur belalang betina mampu meletakkan ratusan butir telur. Telur-telur itu tersimpan di dalam tanah sampai berbulan-bulan lamanya, dan akan menetas pada musim panas. Dan setelah telur menetas menjadi nimfa belalang sudah tidak memperdulikan anaknya (Rahmawati, 2012).
Tahapan selanjutnya adalah memasuki fase nimfa, yaitu menetas nya telur belalang menjadi nimfa, dengan bentuk seperti belalang dewasa tetapi berukuran kecil, belum memiliki sayap, dan alat reproduksi. Selain itu nimfa masih berwarna putih, tetapi setelah terkena pancaran sinar matahari warnanya akan berubah menjadi warna khas belalang (cokelat atau hijau). Masa hidup belalang menjadi nimfa adalah 25 sampai 40 hari.
Dan selama masa pertumbuhan akan berganti kulit sekitar 4 sampai 6 kali hingga menjadi belalang dewasa dan akan mendapat tambahan sayap fungsional. Untuk menjadi belalang dewasa dan bersayap, nimfa harus berganti kulit untuk yang terakhir setelah menjalani fase nimfa selama satu bulan. Setelah 14 hari menjadi belalang bersayap, maka akan terbentuklah belalang dewasa yang mampu bereproduksi, hal in dilakukan untuk melestarikan spesies nya agar tidak punah (Rahmawati, 2012)
2.2.2.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Telur helopeltis diletakkan di dalam jaringan tanaman ,baik pada buah maupun pada ujung-ujung ranting muda. Tetapi pada umumnya telur Helopeltis diletakkan pada buah. Telur diletakkan dengan alat peletak telurnya (ovipositor) ke dalam jaringan tanaman sedalam kira-kira 2 sampai 3 m. Pada setiap tempat terdapat 2 sampai 3 telur. Tempat-tempat telur diletakkan berbekas noda coklat tua ,dan selain itu juga di tandai dengan keluarnya sepasang benang halus berwarna putih yang muncul dari setiap ujung telur. Masa inkubasi telur rata-rata 6,4 (6 sampai 7) hari. Setelah menetas, nimfa segera menghisap cairan tanaman pada bagian tanaman yang masih lunak, misalnya buah, ujung ranting muda, dan tunas-tunas muda (Rioardi, 2009).
Pada nimfa muda tidak diketemukan ciri khusus, yaitu beberapa tonjolan yang tumbuh tegak lurus pada punggungnya. Ujung tonjolan tersebut membengkak seperti gada. Beda antara serangan muda dan dewasa, selain dicirikan oleh tonjolan, juga belum bersayap.
Gerakan nimfa lamban, dan jarang meninggalkan buah tempat mereka makan. Rata-rata stadium nimfa berlangsung 11,7 (11 sampai 13) hari. Nimfa mengalami lima kali pergantian kulit. Nimfa kurang menyukai cahaya matahari langsung. Untuk itu mereka cenderung bersembunyi di bagian-bagian buah dan tunas yang terlindung dan gelap. Pada Helopeltis dewasa ditandai dengan keluaranya sayap, dan sebuah tonjolan tumpul yang tumbuh tegak lurus pada pungunggnya. Seluruh tubuhnya berwarna hitam, hanya pada bagian abdomen (ekor) belakang di sebelah bawah yang terdapat warna putih. Serangga terbang seperti nyamuk. Serangga jantan lebih ramping sedangkan yang betina dicirikan oleh abdomen yang gemuk. Lama hidup serangga betina rata-rata 17,6 (11 sampai 28) hari, yang jantan rata-rata 22,1 (11 sampai 40) hari. Seekor Helopeltis betina dapat menghasilkan telur rata-rata 121,9 (67 sampai 229) butir. Lamanya periode dari saat telur diletakkan sampai Helopeltis dewasa siap meletakkan telurnya (siklus hidup) berlangsung 21 sampai 27 hari. Sebagaimana sifat mikung, indung juga menghindari adanya cahaya matahari langsung (Rioardi, 2009).
2.2.2.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Siklus hidup kumbang kelapa bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi lingkungannya. Musim kemarau yang panjang dengan jumlah makanan yang sedikit akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran dewasa yang lebih kecil dari ukuran normal. Satu siklus hidup hama ini dimulai dari telur sampai dewasa sekitar 6 sampai 9 bulan. Stadia yang merusak adalah pada stadia kumbang dengan ciri-ciri kumbang berwarna hitam dan bagian bawah dari badan berwarna cokelat kemerahan.
Cula kumbang kelapa jantan lebih panjang dari betina. Selain pada tanaman kelapa, kumbang kelapa juga menyerang tanaman kelapa sawit, pinang, nibung sagu dan jenis tanaman palma lainya. Pada fase telur, jangka waktunya 8 sampai 12 hari, instar pertama jangka waktunya 10 sampai 21 hari, instar kedua jangka waktunya 12 sampai 21 hari, instar ketiga jangka waktunya 60 sampai 165 hari, purpura jangka waktunya 8 sampai 13 hari, pupa jangka waktunya 17 sampai 28 hari, dewasa betina 274 hari, dewasa jantan 192 hari dan totalnya 115 sampai 260 hari. Kumbang Kelapa betina akan meletakkan telur pada sisa-sisa bahan organik yang telah melapuk. Kemudian larva tumbuh dan berkembang dengan adanya sisa-sisa bahan organik tersebut. Salah satu tempat berkembang biaknya adalah tumpukan batang kelapa, tanaman kelapa mati yang masih berdiri, tumpukan kayu lapuk, limbah ternak dan limbah saw mill (Rahmawati, 2012).
2.2.2.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Telur Oryctes rhinoceros berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia telur lamanya 8 sampai 12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut berwarna merah coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki. Larva Oryctes rhinoceros mengalami tiga instar (pergantian kulit) dan membutuhkan waktu 2 sampai 4 bulan untuk perkembangannya. Variasi waktu perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis makanan dan iklim. Tempat perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih tegak maupun telah mati, timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu, timbunan limbah penggilingan padi, timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan serbuk gergaji.
Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif selama 8 sampai 13 hari (masa prapupa). Pupa berwarna coklat dan terbungkus kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17 sampai 28 hari (Nyoman, 2005).
2.2.2.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Siklus hidupnya dimulai dari telur-telur berwarna kuning jingga berbentuk lonjong pipih dan berukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu persatu oleh ngengat betina pada alur-alur permukaan buah. 6 sampai 7 hari kemudian larva berwarna kekuningan yang panjangnya 1 mm keluar dari telur, langsung menggerek ke dalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai menjelang berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan di antara biji serta memakan daging buah (Harianto, 2009).
2.2.2.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)
Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari (Pracaya, 2007).
2.2.2.7 Kutu daun (Aphis sp.)
Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan.Tahapan pertama nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen, mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Rioardi, 2009).
2.2.2.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera sp.)
Siklus hidup lalat buah sekitar 20-28 hari, dan selama hidupnya kawin dan bertelur dapat menghasilkan 1200 butir Kehidupan dan perkembangan lalat buah dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya suhu, kelembaban dan ketersediaan inang. Ketiga faktor tersebut cukup terpenuhi di wilayah tropis seperti Indonesia sehingga sangat mendukung perkembangan populasi lalat buah. Di daerah tropis lalat buah hanya mendapat gangguan iklim lebih kecil dibandingkan di wilayah lain. misalnya daerah sedang dan dingin. Selain itu, ketersediaan makanan di wilayah tropis lebih besar oleh karena itu serangga termasuk lalat buah selalu mendapat pakan yang cukup. Di musim hujan, populasi lalat buah mencapai puncaknya (Rioardi, 2009).
2.2.2.9 Capung (Neurothemis sp.)
Capung melakukan proses perkawinan di udara dalam kondisi terbang dan membutuhkan waktu berjam-jam lamanya. Setelah melakukan perkawinan maka capung betina akan bertelur. Dan telur-telur itu akan di letakkan atau ditempelkan pada tumbuhan yang ada di air dan memastikan bahwa wilayah tersebut bebas dari polusi. Serta terdapat banyak mikroorganisme air yang dapat dijadikan sebagai sumber makanan larva capung. Induk capung dapat menghasilkan telur sekitar 100.000 butir telur. Telur capung diselimuti dengan lendir, dan akan terasa licin jika di pegang, selain itu telur-telur ini akan menetas dalam waktu dua hari hingga tujuh hari atau tergantung pada iklim suatu tempat, semakin dingin maka akan memakan waktu yang lebih lama untuk menetas. Telur yang telah menetas dan menjadi larva akan berkembang dan hidup di wilayah dasar perairan. Larva menggunakan insang internal untuk bernafas. Meskipun merupakan makhluk air, larva capung dapat hidup di darat walaupun di pindahkan berjam-jam lamanya. larva capung akan sering berganti kulit sampai mengalami metamorfosis menjadi nimfa (Harianto, 2009).
Nimfa capung hidup sebagai karnivora yang ganas, tubuhnya berukuran besar dan biasa memakan berudu, anak ikan atau bahkan memangsa sesamanya. Nimfa capung bernafas menggunakan insang yang ada di dalam rektum nya di ujung perut. Selain itu nimfa capung akan mengalami beberapa kali pergantian kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit disebut instar. Tergantung dari jenis spesies nya, pergantian kulit bisa terjadi 8 sampai 12 kali.
Umur nimfa juga dapat mencapai empat minggu sampai beberapa tahun. Tetapi sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, bisa hingga 4 tahun lamanya. Ketika sudah benar-benar berkembang dalam kondisi lingkungan dan cuaca yang mendukung, nimfa akan menyelesaikan tahap metamorfosis nya menjadi capung dewasa dan merayap keluar dari air menggunakan ranting tanaman. Capung ini akan keluar dari kulit nimfa, dan kulit nimfa ini disebut dengan exuvia. Pada tahap ini capung sangatlah tidak berdaya dan sering menjadi mangsa untuk aves dan insektivora lainnya. Capung muda ini memiliki sayap yang belum berkembang dan memiliki kepala dan thoraks yang telah terlihat pembagiannya, tubuh yang masih lunak dan warna tubuh yang belum sempurna. Selanjutnya capung muda tersebut hidup di daratan dengan bergerak menggunakan sayapnya. Setelah dewasa biasanya capung dewasa aka hidup selama dua bulan sampai empat bulan (Harianto, 2009)
2.2.3 Gejala Serangan
2.2.3.1 Belalang pedang (Sexava sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh belalang pedang (Sexava sp.) yaitu memakan daun kelapa, dan daun tanaman lainnya, hingga daun kelapa menjadi berlubang-lubang (Anonim, 2009).
2.2.3.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK disebabkan oleh enzim heksokinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase and malic enzyme polymorphisms yang disekresi-kan oleh PBK (Suparno, 2009).
2.2.3.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gejala yang ditimbulkan oleh larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yaitu pada batang yang telah ditebang dan sudah lama diatas tanah, maka terlihat batang tersebut sangat rapuh atau lapuk dan sangat lembab dan jika batang yang lapuk tersebut dipotong, maka akan terlihat banyaknya larva yang berada pada batang tersebut dan ditempat tersebut akan sangat lembab, karena pada habitatnya larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ini hidupnya ditempat yang sangat lembab dan dipohon kelapa yang telah ditebang (Sosromarsono, 2005).
2.2.3.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) adalah ujung daun kelapa menjadi patah. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu menyebabkan Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang mudah menjadi patah, pelepah kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam jumlah besar kadang apucuk tanaman akan abusuk dan tanaman kelapa akan mati (Sosromarsono, 2005).
2.2.3.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK disebabkan oleh enzim hek-so-kinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase and malic enzyme polymorphisms yang disekresikan oleh PBK (Suparno, 2009).
2.2.3.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)
Gejala-gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang (Spodoptera exigua) adalah ditandai dengan adanya lubang pada daun bawang yang pada akhirnya daun akan patah dan habis. Namun serangan dalam skala besar akan mengakibatkan gundulnya daun pada semua populasi tanaman. Dan bagian yang diserang akan berwarna pucat dan kering (Anonim, 2009).
2.2.3.7 Kutu daun (Aphis sp.)
Kutu daun ini merusak penampilan buah tanaman. Kutu muda hidup dan menghisap cairan kelopak bunga, tunas, atau buah muda. Kutu dewasa mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada fase dewasa, kutu daun mengeluarkan sejenis cairan gula yang biasanya cairan gula tersebut akan didatangi oleh semut hitam. Pengaruh kutu daun, jelaga hitam dan semut ini membuat penampilan buah jelek walaupun sebenarnya rasa buah tidak terlalu dipengaruhi. Warna hitam pada daun & tangkai adalah suatu zat yang dihasilkan oleh hama tersebut. Kalau sudah terlalu hitam akan menutup daun untuk melakukan fotosintesis, mengakibatkan pohon akan tumbuh menjadi kerdil, kelopak daun mengecil, sulit untuk berbunga berbuah dan lama kelamaan pohon bisa mati kering (Caspiati, 2009).
2.2.3.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera. sp)
Gejala serangan yang ditimbulkan pada buah cabai mengalami pembusukan namun pada buah cabai tidak mengalami pengeringan buah cabai membusuk namun lembek. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai buah, permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan. Lalat sering ditemukan istrahat pada daun-daun dan bunga-bunga di terik matahari. Secara umum bertindak sebagai hama yang cukup penting pada buah-buahan seperti jeruk, jambu, nangka, apel, dll (Anonim, 2009).
2.3 Pengenalan Hama Gudang
2.3.1 Pengenalan Hama Gudang secara Umum
2.3.1.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas.
Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5 sampai 5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
2.3.1.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Kumbang tepung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Tenebrionidae, genus Tribollium, dan spesies Tribollium sp. Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5 sampai 6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm (Wagianto, 2008).
2.3.1.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang jagung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, family Curculionidae, genus Sitophilus, dan spesies Sitophilus zeamays. Kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan.
Panjangnya 2,5 sampai 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Nonadita, 2008).
2.3.1.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Kumbang kacang hijau diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Bruchidae, genus Callosobruchus, dan spesies Callosobruchus chinensis. Ukuran tubuh kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh kumbang kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan dan memiliki ukuran tubuh sekitar 5 sampai 6 mm (Borror, 2009).
2.1.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Kumbang kopra diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Cleridae, genus Necrobia, dan spesies Necrobia rufipes. Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antena Clubbed atau kadang Serrate atau Pectinate. Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak pada ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari betinanya. Pada kumbang betina memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran telur yang dijalurkan keluar bila mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas abdomen ke 10 memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki organ penjepit bagian luar dan organ penusuk bagian median (Abumutsanna, 2008).
2.3.2 Daur Hidup
2.3.2.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang betina dapat mencapai umur 3 sampai 5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300 sampai 400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28 sampai 90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
2.3.2.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6 sampai 11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6 sampai 7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8 sampai 11 mm. Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke material. Seklus hidup dari kumbang ± 35- sampai 42 hari (Wagianto, 2008).
2.3.2.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji, kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya. Kumbang betina dapat bertelur 300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Seluruh siklus hidup berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Nonadita, 2008).
2.3.2.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3 sampai 5 hari.
Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 4 sampai 6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Borror, 2009).
2.3.2.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Kumbang betina bertelur hingga 30 telur per harinya di dalam retakan atau celah yang terluka. Telur membutuhkan antara empat dan enam hari untuk menetas. Larva akan tumbuh selama 30 hingga 140 hari, menjadi kurang aktif dan mencari tempat yang gelap untuk menjadi kepompong. Tahapan kepompong bervariasi antara 6 dan 21 hari. Kumbang dewasa akan segera kawin setelah tumbuh dari tahapan kepompongnya dan dapat hidup hingga 14 bulan (Abumutsanna, 2008).
2.3.3 Gejala Serangan
2.3.3.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang tepung (Tribolium sp.) adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama tepung akan menjadi menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan (Wagianto, 2008).
2.3.3.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang tepung (Tribolium sp.) adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama tepung akan menjadi menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan (Wagianto, 2008).
2.3.3.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerang jagung yang disimpan. Butir jagung yang diserang berlubang-lubang hingga hancur menjadi bubuk. Serangga ini juga menyerang bahan lain seperti kopra, gandum, beras, sorgum dan biji-bijian lain (Maulana, 2009).
2.3.3.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Gejala serangan kumbang kacang hijau yaitu pada biji kacang hijau dikenali dengan adanya lubang-lubang pada butiran kedelai. Biji kedelai yang terserang kumbang ini juga merupakan tempat berlindung serangga. Kadang-kadang tampak serangga keluar dari dalam lubang gerekan (Abumutsanna, 2008).
2.3.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Telur diletakkan di celah-celah bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, larva membuat liang gerek yang berkelok-kelok pada bahan. Saat menjelang menjadi kepompong,
larva membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran air liurnya dan sisa gerekan. Mereka bersifat merusak, baik dalam tahap larva maupun dewasa, meski demikian tahap larva adalah yang paling merusak (Abumutsanna, 2008).
2.4 Pengenalan Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi
2.4.1.1 Alternaria porri
Alternaria porri yang menyerang bawang merah (Allium ascolonicum) diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisi Eumycota, ordo Hypales, family Dematiaceae, genus Alternaria, dan spesies Alternaria porri. Morfologi jamur Alternaria porri berbentuk konidium berwarna coklat dan seperti gada terbalik dengan ukuran 145 sampai 370 mm dan mempunyai sekat yang membujur dan melintang (Hanudin, 2006).
2.4.1.2 Colletotrichum capsici
Colletotrichum capsici diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisio Ascomycota, kelas Sodariomycetes, ordo Phyllachorales, famili Phyllachoraceae, genus Colletotrichum, dan spesies Colletotrichum capsici. Jamur C. capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan (Budi, 2012).
2.4.2.3 Aspergilus niger
Aspergilus niger dikalasifikasikan dalam kingdom Myceteae, divisi Amatigomycota, kelas Ascomycetes, ordo Eurotiales, genus Aspergillus, spesies Aspergilus niger. Aspergilus niger ini mempunyai morfologi bulu dasar warna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Hifa bersekat dan memiliki banyak inti (multiseluler), kelapa konidia bulat, berwarna hitam, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan bertambahnya umur. Konidispora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat (Pracaya, 2007).
2.4.2.4 Fusarium oxyporum
Fusarium oxyporum diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo Hypocreales, family Nectriaceae, genus Fusarium, dan spesies Fusarium oxyporum. F. oxysporum , jamur ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007).
2.4.2 Daur Hidup
2.4.2.1 Alternaria porri
Daur penyakit dimulai dengan bercak keungu-unguan terdapat pada daun, konidiofor konidiofor dibentuk satu persatu atau secara berkelompok, konidia multiseluler dibentuk pada ujung ujung konidiofor. Setiap sel konidium mampu berkecambah, penyakit disebarkan melalui udara dan perkecambahan maksimum terjadi pada pukul 8 pagi sampai 2 siang. Perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh angin, curah hujan, pengairan dan penyemprotan. Sporulasi terjadi pada malam hari dengan kelembaban relatif tinggi. Ketika jaringan bawang rentan, spora jamur berkecambah, tabung kecambah menembus stomata dan secara langsung bergerak terus sampai ke epidermis (Semangun, 2006).
2.4.2.2 Colletotrichum capsici
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, nantinya dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau jamur ini menyerang daun dan batang.
Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit, seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi jamur C. capsici hanya terjadi melalui luka–luka (Suryanto, 2010).
2.4.2.3 Aspergilus niger
Aspergilus niger secara alamiah ada dimana-mana, terutama pada makanan, sayuran yang telah basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos dan juga ada di roti yang sudah kadaluwarsa. Konidia biasanya terdapat di udara baik di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Penyebaran melalui inhalasi konidia yang ada diudara (Laila, 2006).
2.4.2.4 Fusarium oxyporum
Daur hidup jamur Fusarium oxyporum pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum) yaitu jamur mengadakan penginfeksi pada bagian tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. jamur menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh (Semangun, 2006).
Daur hidup dari jamur F. oxysporum yang ada pada tanaman Pisang yaitu bersumber dari tanah yang berbentuk miselium yaitu berupa benang-benang halus atau dalam semua bentuk konidiumnya dan memiliki tiga macam spora yakni antara lain mikrokonidium, makrokonidium, serta klamidiospora (Roma, 2009).
2.4.3 Gejala Serangan
2.4.3.1 Alternaria porri
Gejala serangan dari cendawan Alternaria porri yakni pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bercak bervariasi tergantung pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak menyerupai cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas kebagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun mengering. Permukaan bercak bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab (Pracaya, 2007).
2.4.3.2 Collectotrichum capsici
Gejala serangan awal dari Collectotrichum capsici, yaitu gejala serangan awal berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah, kemudian meluas dan akhirnya menjadi busuk dan lunak. Pada pusat bercak akan terlihat titik-titik hitam yang merupakan kelompok seta dan kodium. Pada serangan berat menyebabkan buah menjadi kering, mengerut, dan berwarna seperti jerami padi. Pada buah cabai yang terserang Collectotricum caprici gejala yang di timbulkan yaitu pada kulit buah terdap bercak-bercak hitam, dan pada bagian tengah terdapat barcak berwana putih (Triharso, 2005).
2.4.3.3 Aspergilus niger
Gejala serangan Aspergilus niger yaitu yang sangat jelas terlihat yaitu pada roti yang telah kadaluwarsa, saat kita mendapatkan roti yang kadaluawarsa, maka kita akan mendapatkan seperti serabut-serabut atau juga semacam spora yang berwarna hijau tua pada roti itulah yang dinamakan Aspergilus niger roti sehingga roti tidak dapat lagi dikonsumsi (Laila, 2006).
2.4.3.4 Fusarium oxysporum
Gejala serangan Fusarium oxyporum yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2 sampai 3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2008).
2.5 Pengenalan Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri dan Virus
2.5.1 Blood Disease Bacterium (BDB)
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5 sampai 0,7 x 1,5 sampai 2,5 μm, berflagela, bersifat aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna putih (Semangun, 2006).
2.5.2 Pseudomonas solanacearum
Sifat morfologi P. solanacearum berukuran 0,5–0,7 x 1,5–2,5 mikron, berbentuk batang dengan ujung membualat, tidak membentuk kapsul, tanpa spora, motil dengan satu flagela polar, isolat yang virulen umumnya flagelnya pendek dan pergerakan lambat (Fahri, 2008).
2.5.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)
PMoV termasuk dalam kelompok Potyvirus, dengan ukuran lebar 12 nm dan panjang 750 nm, mempunyai benang RNA tunggal yang tersusun atas 9500 nukleotida. Dalam sitoplasma sel-sel daging daun (Mesofil) terdapat badan inklusi berbentuk cakra (Pinwheel inclusion), melingkar, berkeping-keping dan di dekatnya terdapat zarah-zarah virus tersebut (Hidayat, 2009).
2.5.4 PStV (Peanut Strippe Virus)
Virus PStV mempunyai zarah-zarah berbentuk batang lentur, mempunyai panjang 700-750 nm, bertahan terhadap keasaman antar PH 4 sampai 8. Sedangkan bilur pada daun kacang tanah disebabkan oleh Virus Bilur Kacang Tanah atau PStV (Peanut Stripe Virus). Zarah virus PStV berbentuk batang lentur yang panjangnya ± 750 nm, didalam sel tanaman sakit terdapat badan inklusi yang mirip dengan cakra (Hidayat, 2009).
2.5.5 Tungro
Penyakit kerdil hampa yang menyerang pada tanaman padi disebut juga Penyakit tungro. Penyakit ini disebabkan oleh dua bentuk partikel virus tungro yang berasosiasi yakni virus batang (Rice Tungro Bacilliform Virus atau RTBV) yang berukuran panjang 100-300 nano meter dan lebarnya 30 sampai 35 nano meter, sedangkan virus tungro bulat (Rice Tungro Spherical Virus atau RTSV), bergaris tengah 30 nano meter (Rahmawati. 2012).
2.5.6 Klasifikasi
2.5.6.1 Blood disease bacterium (BDB)
Blood disease bacterium (BDB) disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum yang diklasifikasikan dalam kingdom Bakteri, filum Proteobacteria, kelas Beta Proteobacteria, ordo Burkholderiales, famili Ralstoniaceae, genus Ralstonia, dan spesies Ralstonia solanacearum (Semangun, 2006).
2.5.6.2 Pseudomonas solanacearum
Pseudomonas solanacearum diklasifikasikan dalam kingdom Bacteria, filum Proteobacteria, kelas Gama Proteobacteria, ordo Pseudomonadales, famili Pseudomonadaceae,genus Pseudomonas,dan spesies Pseudomonas solanacearum (Nur, 2013).
2.5.6.3 PMoV (Peanut mottle virus)
PMoV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+) sense RNA Viruses, famili Potyviridae, genus Potyvirus, dan spesies Peanut mottle virus (Hidayat, 2009).
2.5.6.4 PStV (Peanut strippe virus)
PStV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+) sense RNA Viruses, famili Potyviridae, genus Potyvirus, dan spesies Peanut stripe virus (Hidayat, 2009).
2.5.6.5 Tungro
RTBV (Rice tungro bacilliform virus) diklasifikasikan dalam group VII (dsDNA-RT), famili Caulimoviridae, genus Tungrovirus, dan spesies Rice tungro bacilliform virus (Rahmawati. 2012).
RTSV (Rice Tungro Spherical Virus) diklasifikasikan dalam group IV ((+)ssRNA), famili Sequiviridae, genus Waikavirus, dan spesies Rice tungro spherical virus (Rahmawati. 2012).
2.5.7 Daur Hidup
2.5.7.1 Blood disease bacterium (BDB)
Siklus hidup bakteri (Rostalnia solanacearum) pada pisang (Musa spp.) yaitu bakteri dapat bertahan pada akar dan pada tanaman yang mempunyai hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar bakteri berkembang sepanjang akar menuju ke batang, dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh (Hadisutrisno, 2008).
2.5.7.2 Pseudomonas solanacearum
Siklus hidup bakteri Pseudomonas solanacearum pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yaitu mengadakan penginfeksi pada bagian tanah dan tanaman. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari bakteri ini bakteri menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh tanaman (Semangun, 2006).
2.5.7.3 PMoV (Peanut mottle virus)
Daur hidup PMoV (Peanut Mottle Virus) pada kacang tanah (Arachis hypogeae L.) dapat diketahui dari ditularkannya penyakit oleh kutu daun Aphis craccivora . Satu sampai tiga ekor kutu telah cukup untuk menularkan penyakit. Dalam badan kutu, virus hanya dapat bertahan selama 24 jam karena virus bersIfhat nonpersisten, Selanjutnya kutu yang mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman sehat jika dibiarkan mengisap selama 3 menit (Semangun, 2006).
2.5.7.4 PStV (Peanut Strippe Virus)
Daur hidup PStV (Peanut Stripe Virus), penyakit ditularkan secara mekanis oleh serangga dan dapat terbawa oleh biji tanaman sakit. PStV ditularkan oleh kutu daun, dengan cara yang sama pada PmoV (Hidayat, 2009).
2.5.7.5 Tungro
Dalam siklus hidupnya, virus tungro dibawa oleh wereng coklat (Nilaparvata lugens), dengan mengisap tanaman sakit dan menyebarkannya melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit pada wereng hijau berlangsung secara nonpersisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah mengisap tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6 sampai 9 hari kemudian (Rahmawati, 2012).
2.5.8 Gejala serangan
2.5.8.1 Blood Disease Bacterium (BDB)
Biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tandan buah. Mula-mula satu atau dua daun (nomor 3 atau 4 dari daun termuda) berubah warnanya tanpa menunjukkan perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang daun keluarlah garis kekuningan ke tepi daun. Keadaan ini dapat berlangsung lama sampai buah hampir menyelesaikan proses pemasakannya.
Tetapi mendadak keadaannya menjadi kritis. Dalam jangka waktu satu minggu semua daun menguning dan dalam jangka waktu beberapa hari daun-daun tadi menjadi coklat (Hadisutrisno, 2008).
Disebut penyakit darah karena jika akar atau batang tanaman sakit dipotong, akan keluar cairan kental yang berwarna merah dari berkass pengangkutan yang merupakan lendir bakteri (ooze) yang mengadung massa dari koloni bakteri. perubahan khas pada buah ialah mula-mulanya berkass pembuluh berwarna kuning atau coklat. perubahan ini meluas ke plassenta dan parenkim buah. bahkan juga ke berkas pembuluh kulit buah. seterusnya seluruh buah terserang menguning dan isisnya terlarut sedikit demi sedikit. ruang dalam buah yang dalam berisi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung banyak bakteri. ketika buah dipotong lendir tersebut akan keluar (Hadisutrisno, 2008).
Apabila batang tanaman yang terinfeksi penyakit dipotong dan ditekan, maka akan terlihat berkas pembuluh yang berwarna coklat dan mengeluarkan massa lendir berwana keabuan. Apabila batang yang dipotong tersebut dimasukkan ke dalam air jernih, maka akan mengeluarkan benang putih halus yang merupakan massa bakteri (Hadisutrisno, 2008).
2.5.8.2 Pseudomonas solanacearum
Tanaman yang diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang telah terinfeksi, daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning.
Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung ke bawah, dan kadang-kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman yang terserang biasanya akan roboh dan mati (Semangun, 2006).
2.5.8.3 PMoV (Peanut mottle virus)
PMoV (Peanut mottle virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis. Olehnya, PMoV sering juga disebut penyakit belang
(Semangun, 2006).
2.5.8.4 PStV (Peanut strippe virus)
Gejala serangan PStV (Peanut stripe virus) terlihat dari adanya garis-garis putus-putus (Diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala penyakit belang. PStV sering juga disebut dengan penyakit bilur (Tjahjadi, 2008).
2.5.8.5 Tungro
Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak. Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam.
Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) (Rahmawati,2012).
2.5.9 Pengendalian secara umum
2.5.9.1 (BDB) Blood Disease Bacterium
Penggunaan bibit yang sehat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa bibit yang sehat dapat diperoleh dari rumpun yang terinfeksi, namun untuk sumber bibit sebaiknya digunakan hanya rumpun yang benar-benar sehat. Bibit dikembangkan dari pohon induk yang jelas sumbernya dan diketahui bebas dari BDB. Untuk perbanyakan bibit dengan kultur jaringan sebaiknya dilakukan pengecekan kesehatan sumber eksplan sebelum diperbanyak (Anaf, 2008).
2.5.9.2 Pseudomonas solanacearum
Pengendalian Pseudomonas solanacearum yang dapat dilakukan adalah dengan Sanitasi, agar lingkungan kebun agar selalu bersih. Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu. Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri perusak, Isolasi spot, yaitu membungkus bunga tanaman dengan kain agar tidak di kunjungi oleh serangga penular sampai selesai pembungaan serta eradikasi/pemusnahan, yaitu menebang semua tanaman yang ada pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman yang tahan terhadap penyakit (Anaf, 2008).
2.5.9.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)
Pengendalian PMoV (Peanut Mottle Virus) yaitu dengan varietas Tahan Penanaman varietas kacang tanah yang tahan terhadap infeksi virus belang kacang tanah merupakan cara pengendalian yang efektif, murah cocok dengan pengendalian lain dan mudah diterima petani. Namun sejauh ini belum ditemukan varietas tanaman kacang tanah yang tahan terhadap serangan PMoV. Namun ada jenis kacang tanah liar yang sangat tahan terhadap serangan, yaitu Arachis diogoi, A. helodes, A. globrata. Pendekatan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk menghasilkan tanaman transgenik diharapkan dapat membantu upaya pembentukan tanaman yang tahan terhadap serangan infeksi PmoV (Anaf, 2008).
Benih Sehat Bebas Virus. Benih sehat merupakan modal utama dalam pengendalian serangan virus. Penggunaan benih asalan dari tanaman sebelumnya yang terserang inveksi PMoV sering menjadi penyabab terjadinya ledakan penyakit terutama saat populasi vector tinggi. Penggunaan varietas yang tidak menularkan PMoV melaui benih juga merupakan upaya mengurangi intensitas serangan PMoV di lapang. Benih yang kecil dan keriput menunjukan presentase penularan yang lebih tinggi disbanding benih normal. Oleh karena itu penggunaan benih besar/normal dapat mengurangi sumber inokulum.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan benih bebas virus member dampak nyata pada daerah yang lingkungannya relatif bersih dari sumber-sumber inokulum. Tetapi tidak member pengaruh nyata pada daerah endemic atau terkontaminasi virus seperti di lahan percobaan (Anaf, 2008).
2.5.9.4 PStV (Peanut Strippe Virus)
Di lapang, penyebaran PStV ditentukan oleh kelimpahan dan aktivitas vector, sehingga logikanya pengendalian vector dengan insektisda dapat menekan populasi vector yang selanjutnya menekan penyakit. Namun untuk virus- virus nonpersisten (seperti PStV), penyemprotan insektisida tidak efektif menekan intensitas virus meskipun dapat mengurangi populasi vector. Insektisida umumnya tidak mengakibatkan serangga mati secara cepat, sehingga sebelum mati serangga tersebut masih mampu mengisap dan menularkan virus ke tanaman lain (Anaf, 2008).
2.5.9.5 Tungro
Waktu tanam tepat Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam diupayakan agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase generatif (berumur 55 hari atau lebih).Karena serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti (Anaf, 2008).
Tanam serempak Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum (Anaf, 2008).
Menanam varietas tahan Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang dianjurkan untuk daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda, Bondoyudo dan Kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari yang baru dilepas juga dinyatakan tahan tungro. Hasil penelitian di daerah endemis membuktikan Tukad Unda cukup tahan dengan intensitas serangan 0,0% sampai 9,14% sedangkan varietas peka IR-64 berkisar 16,0% sampai 79,1%. Penelitian di Lanrang Sulawesi Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad Patanu terhadap tungro dengan intensitas serangan 18,20% sedangkan varietas peka Ciliwung mencapai 75,7% (Anaf, 2008).
2.6 Pengenalan Nematoda
2.6.1 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp.
Nematoda Meloidogyne spp. diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Nematoda, kelas Secernentea, ordo Thylenchida, famili Heteroderidae, genus Meloidogyne, dan spesies Meloidogyne spp. (Mutmainna, 2013).
2.6.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp.
Siklus hidup bakteri (Rostalnia solanacearum) pada pisang (Musa spp.) yaitu bakteri dapat bertahan pada akar dan pada tanaman yang mempunyai hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar bakteri berkembang sepanjang akar menuju ke batang, dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh (Subagia, 2008).
2.6.3 Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman
Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200 sampai 1.000 mikron (1.000 mikron = 1 mm). Namun, ada beberapa yang panjangnya sekitar 1 cm. Nematoda biasa hidup di dalam atau di atas tanah. Umumnya nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam tanah terdapat di dalam jaringan tanaman di antara daun-daun yang melipat, di tunas daun, di dalam buah, di batang, atau di bagian tanaman lainnya. Nematoda juga ada yang hidup di dalam tanaman (endoparasit) dan ada juga yang di luar tanaman (ektoparasit) (Pracaya, 2007).
Mekanisme penyerangan oleh Meloidogyne spp. dimulai dengan masuknya nematoda kedalam akar tumbuhan melalui bagian-bagian epidermis yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein, polisakarida seperti pektin sellulase dan hemisellulase serta patin sukrosa dan glikosida menjadi bahan-bahan lain. Meloidogyne spp. mengeluarkan enzim selulase yang dapat menghidrolisis selulosa enzim endopektin metal transeliminase yang dapat menguraikan pektin. Dengan terurainya bahan-bahan penyusun dinding sel ini maka dinding sel akan rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematode ini bergerak diantara sel-sel atau menembus sel-sel menuju jaringan sel yang kemudian menetap dan berkembangbiak kemudian nematoda tersebut masih mengeluarkan enzim proteolitik dengan melepaskan IAA (Indole Acetic Acid) yang merupakan heteroauksin tritopan yang diduga membantu terbentuknya puru (Mutmainna, 2013).
2.6.4 Teknik Ekstraksi Nematoda Meloidogyne spp.
Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu susun berturut-turut dari bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tisu. Ambil sampel kemudian ratakan pada tisu yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tisu dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2 x 24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh.
Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah mikroskop compound (Pracaya, 2007).
BAB III. METODE PRAKTEK
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman, tentang Pengenalan Serangga, Ordo-ordo Serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, pengenalan nematode, bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas pertanian, Universitas Tadulako. Sedangakan waktu Praktikum dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 september 2017 sampai 2 november 2017, dimulai dari pukul 15.00 s/d 17.00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum tentang pengenalan bagian-bagian morfologi serangga, pengenalan ordo-ordo serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, pengenalan nematoda yaitu alat tulis-menulis atau buku gambar A4, papan bedah, jarum pentul, dan toples, talang, kain kasa, keranjang, cutter, mikroskop, handsprayer, cawan petri, corong, saringan, buku gambar, Atk, dan camera digital, aquades.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah belalang kayu (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik hijau (Nezara viridulla), kumbang helm (Coccinella arcuta), ulat grayak (Spodoptera litura), belalang pedang (Sexava sp) dan gejala serangannya, kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) dan gejala serangannya, larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangannya, penggerek buah kakao (Conophomorpha cramerella) dan gejala serangannya, ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua) dan gejala serangannya, kutu daun (Aphis sp.) dan gejala serangannya, lalat buah pada cabai (Bactrocera sp) dan gejala serangannya, capung (Neurothemis sp) dan gejala serangannya, kumbang beras (Sitophilus oryzaae L) dan gejala serangan, kumbang tepung (Tribolium sp) dan gejala serangan, kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dan gejala serangan, kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis L) dan gejala serangan, kumbang kopra (Necrobia rufipes) dan gejala serangan, daun bawang yang terserang Alterina porri, buah cabai yang terserang Collectotrichum capsici, roti yang terserang Aspergilus niger, tanaman tomat yang terserang Fusarium oxyporum, tanaman pisang yang terserang Fusarium oxyporum, sampel tanaman kacang tanah yang terserang PMoV (Peamut Mottle Virus), sampel tanaman kacang tanah yang terserang PStV (Peamut Strippe Virus), tanaman padi yang terserang virus Tungro, buah pisang yang terserang oleh (BDB) Blood Disease Bacterium, batang pisang yang terserang oleh (BDB) Blood Disease Bacterium, tanaman tomat yang terserang Pseudonomas solanacearum, tanaman seledri (Aphium graveolensi L), dan tissue.
3.3. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum pengenalan bagian-bagian morfologi serangga, pengenalan ordo-ordo serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, yaitu pertama-tama siapkan bahan specimen serangga, kemudian letakkan dipapan bedah dan ditusuk memakai jarum pentul, dan mengamati bagian morfologi serangga satu persatu, kemudian specimen serangga yang belum mati direndam dalam toples yang berisi alkohol 70%, kemudian spesimen digambar pada buku gambar dan berikan keterangan pada masing-masing bagian morfologi serangga.
Cara kerja pada praktikum pada Pengenalan Nematoda yaitu siapkan talang, keranjang, dan kain kasa, Letakkan keranjang diatas talang, setelah itu lapisi (tutup) keranjang dengan kain kasa atau tissue, kemudian potong kecil-kecil akar tanaman seledri (Aphium graveolensi L) dengan panjang satu cm dan letakkan diatas keranjang yang telah dilapisi tissue, setelah itu isi talang tersebut dengan aquades secukupnya, inkubasi bahan yang telah siap salama 1x24 jam didalam laboratorium, setelah 1x24 jam didalam laboratorium, tiriskan air rendaman akar tersebut, kemudian saring air dan masukkan kedalam cawan petri secukupnya. Kemudian amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, selanjutnya gambar morfologi dari nematoda puru akar dan tanaman seledri (Aphium graveolensi L) yang terserang serta berikan keterangan pada gambar tersebut.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Pengenalan Morfologi Serangga
4.1.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Ket: 1. Caput (Kepala) 2. Thorax (Dada) 3. Abdomen (Perut) Ket: 1. Caput (Kepala) 2. Thorax (Dada) 3. Abdomen (Perut)
Ket:
1. Caput (Kepala)
2. Thorax (Dada)
3. Abdomen (Perut)
Ket:
1. Caput (Kepala)
2. Thorax (Dada)
3. Abdomen (Perut)
Gambar 1: Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)
Ket : Lubang-lubang pada daun. Ket : Lubang-lubang pada daun.
Ket :
Lubang-lubang pada daun.
Ket :
Lubang-lubang pada daun.
Gambar 2: Gejala Serangan Belalang (Valanga nigricornis) pada Tanaman Jagung (Zea mays)
4.1.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui morfologi belalang (valanga nigricornis) adalah terdiri dari kepala (caput), mata, antena, sayap depan, sayap belakang, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, ovipositor. Belalang termasuk dalam ordo orthoptera
Ordo ini memliki mulut belalang kayu penggigit dan pengunyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla masing-masing terdapat palpus maxillarisntuya dan labium dengan palpus labialisnya sehingga belalang kayu akan merusak tanaman dari bagian pinggir (Abdi, 2009).
Gejala yang di timbulkan yaitu lubang-lubang pada daun. Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun
Ordo ini memliki mulut belalang kayu penggigit dan pengunyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla masing-masing terdapat palpus maxillarisntuya dan labium dengan palpus labialisnya sehingga belalang kayu akan merusak tanaman dari bagian pinggir (Abdi, 2009).
4.2 Pengenalan Ordo-Ordo Serangga
4.2.1 Hasil
Dari pengamatan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang morfologi serangga beserta pengenalan Ordo-ordo Serangga Hama Tanaman di peroleh hasil sebagai berikut :
Ket :AntenaCaputThotax SayapAbdomenKet :AntenaCaputThotax SayapAbdomen
Ket :
Antena
Caput
Thotax
Sayap
Abdomen
Ket :
Antena
Caput
Thotax
Sayap
Abdomen
Gambar 3. Morfologi Kepik Hijau(Nezara viridula)
Ket :Bercak hitam pada tanaman kacang hijau Ket :Bercak hitam pada tanaman kacang hijau
Ket :
Bercak hitam pada tanaman kacang hijau
Ket :
Bercak hitam pada tanaman kacang hijau
Gambar 4. Gejala Serangan Kepik Hijau pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus).
Ket :AntenaCaputThotax SayapAbdomenKet :AntenaCaputThotax SayapAbdomen
Ket :
Antena
Caput
Thotax
Sayap
Abdomen
Ket :
Antena
Caput
Thotax
Sayap
Abdomen
Gambar 5. Morfologi Walang sangit (Leptocorixa acuta)
Ket : Adanya terdapat bercak-bercak hitam dan busuk pada bulir padi.Ket : Adanya terdapat bercak-bercak hitam dan busuk pada bulir padi.
Ket :
Adanya terdapat bercak-bercak hitam dan busuk pada bulir padi.
Ket :
Adanya terdapat bercak-bercak hitam dan busuk pada bulir padi.
Gambar 6. Gejala Serangan Walang Sangit(Nezera virudulla) Pada daun jagung
(zae mays).
Ket :1. Caput2. Abdomen3. Kaki semuKet :1. Caput2. Abdomen3. Kaki semu
Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu
Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu
Gambar 7. Morfologi larva Penggerek Buah Kakao(Conopomorpha Cramerella)
Ket :Pada buah kakao mengalami perubahan bentuk dari biji menjadi linak dan berwarna hitam mengeras.Ket :Pada buah kakao mengalami perubahan bentuk dari biji menjadi linak dan berwarna hitam mengeras.
Ket :
Pada buah kakao mengalami perubahan bentuk dari biji menjadi linak dan berwarna hitam mengeras.
Ket :
Pada buah kakao mengalami perubahan bentuk dari biji menjadi linak dan berwarna hitam mengeras.
Gambar 8. Gejala Serangan larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao)
Ket :1. Caput2. Abdomen3. Kaki semuKet :1. Caput2. Abdomen3. Kaki semu
Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu
Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu
Gambar 9. Morfologi Ulat Daun Bawang(Spodoptera exigua).
Ket :Daun bawang mengalami luka yang berwarna bening atau menipisKet :Daun bawang mengalami luka yang berwarna bening atau menipis
Ket :
Daun bawang mengalami luka yang berwarna bening atau menipis
Ket :
Daun bawang mengalami luka yang berwarna bening atau menipis
Gambar 10. Gejala Serangan Ulat Daun Bawang(Spodoptera exigua) Pada Daun bawang(Allium Cepa).
Ket :1. Caput2. Toraks3. Abdomen4. ElytraKet :1. Caput2. Toraks3. Abdomen4. Elytra
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra
Gambar 11. Morfolgi Kumbang Helm(Megalocaria dilatata).
Ket :1. Caput2. Toraks3. Abdomen4. ElytraKet :1. Caput2. Toraks3. Abdomen4. Elytra
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra
Gambar 12. Morfologi Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros.)
Ket :1. Pelepah kelapa berlubang2. Terdapat bintik sobekan pada daun kelapaKet :1. Pelepah kelapa berlubang2. Terdapat bintik sobekan pada daun kelapa
Ket :
1. Pelepah kelapa berlubang
2. Terdapat bintik sobekan pada daun kelapa
Ket :
1. Pelepah kelapa berlubang
2. Terdapat bintik sobekan pada daun kelapa
Gambar 13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros) Pada Pohon Kelapa(Cocos nucifera)
Ket :1. Caput2. Toraks3. Abdomen4. SayapKet :1. Caput2. Toraks3. Abdomen4. Sayap
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Sayap
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Sayap
Gambar 14. Morfologi Kutu Daun (Alcurodicus destructor Mask)
Ket :Terdapat bercak-bercak pada daun cabai.Ket :Terdapat bercak-bercak pada daun cabai.
Ket :
Terdapat bercak-bercak pada daun cabai.
Ket :
Terdapat bercak-bercak pada daun cabai.
Gambar 17. Gejala Serangan kutu Daun(Aphis gossypii.)pada Daun Cabai (Aphium graveolens).
Gambar 15. Gejala Serangan kutu daun (Alcurodicus destructor Mask) pada Daun Cabai (Aphium graveolens)
4.2.2 Pembahasan
Pengamatan morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Tampak terlihat antena, caput, toraks, dan abdomen.Walang sangit (Leptocorixa acuta) merupakan hewan yang mempertahankan dirinya dari gangguan predator lain dengan mengeluarkan bau yang tidak sedap.Serangan ini terdapat pada tanaman budidaya terutama pada tanaman padi.
Gejala dari serangan walang sangit (Leptocorixaacuta) yaitu pada daun tanaman yang di serang terdapat lubang-lubang kecil yang menyerupai gejala serangan belalang (Hartanti, 2009).
Pada pengamatan Kepik hijau (Nezara viridulla )mempunyai tiga bagian tubuh utama yaitu caput, thoraks, dan abdomen. Kepik hijau tergolong dalam serangga yang memeiliki sayap setengah atau perisai, dengan memakan dengan cara menusuk mengisap.
Gejala dari serangan kepik hijau (Nezara viridulla) yaitu pada buah tanaman yang terserang menjadi hampa dan batang tanaman menjadi layu sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mati (Saputra, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan, kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) memiliki ciri morfologi yaitumempunyai caput, thorax, dan abdomen.Tubuh Kumbang tersebut berwarna hitam kecoklatan. Gejala serangannya yaitu pada daun Kelapa (Cocos nucifera) nampak berlubang-lubang.
Pada fase imago, kumbang Oryctes rhynoceros berwarna gelap sampai hitam sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus.Pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas di belakang kepala.Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu bekas gigitannya pada daun seperti bekas guntingan (Wijayanto, 2010).
Adapun hasil praktikum pada morfologi Ulat daun bawang merah (Spodoptera axigua) pada tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) rentangan sayap ngengat panjangnya antara 25–30 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapat pula bintik-bintik hitam. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam.
Gejala serangan pada Ulat daun bawang merah (Spodoptera axigua) pada tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) pada bagian daun tanaman, baik daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.Setelah menetas dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang, akibatnya ujung daun nampak berlubang/terpotong (Prabowo, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, larva penggerek buah kakao, memiliki ciri morfologi yaitu mempunyai caput,abdomen dan kaki semu.Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu pada biji buah nampak berwarna hitam, rusak dan plasenta antara buah satu dengan lainnya saling menempel.
Dari hasil pengamatan praktikum yang kami lakukan morfologi pada kutuh putih (Alcurodicus destructor Mask.)pada daun cabai (Mangifera indica) yaitu terdiri dari kami memperoleh morfolgi kutuh putih pada daun mangga yang terdiri atas tungkai, torax, abdomen, sayap, caput, mata dan mulut.
Morfologi pada kutu daun(Alcurodicus destructor Mask.)pada daun cabai (Mangifera indica) yaitu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin, sering hinggap di daun dan menghisap cairan sel daun (Prabowo, 2006).
Gejala serangan serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan berwarna kuning kecoklatan.Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama caiaran daun habis dan jaringan di sekililingnya terjadi nekorisis (Andisarwanto, 2010).
4.3 Pengamatan Hama Gudang
4.3.1 Hasil
Dari pengamatan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang morfologi serangga beserta pengenalan Ordo-ordo Serangga Hama Tanaman di peroleh hasil sebagai berikut :
Ket :CaputThoraxAbdomen KakiSayap Ket :CaputThoraxAbdomen KakiSayap
Ket :
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Ket :
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Gambar 16. Morfologi Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)
Ket : Goresan pada bagian samping beras, lama kelamaan akan hancur. Ket : Goresan pada bagian samping beras, lama kelamaan akan hancur.
Ket :
Goresan pada bagian samping beras, lama kelamaan akan hancur.
Ket :
Goresan pada bagian samping beras, lama kelamaan akan hancur.
Gambar 17. Gejala Serangan kumbang beras (sithopphilus oryzae) pada Tanaman padi(oriza sativa)
Ket :Caput2 Thorax3 Abdomen 4. Kaki5. Sayap Ket :Caput2 Thorax3 Abdomen 4. Kaki5. Sayap
Ket :
Caput
2 Thorax
3 Abdomen
4. Kaki
5. Sayap
Ket :
Caput
2 Thorax
3 Abdomen
4. Kaki
5. Sayap
Gambar 18. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp)
Ket : Tepung akan berwarna kekuningan dan menggumpal. Ket : Tepung akan berwarna kekuningan dan menggumpal.
Ket :
Tepung akan berwarna kekuningan dan menggumpal.
Ket :
Tepung akan berwarna kekuningan dan menggumpal.
Gambar 19. Gejala kumbang tepung (Tribolium sp) pada tepung
Ket:Caput 2. ThoraxAbdomen KakiSayap Ket:Caput 2. ThoraxAbdomen KakiSayap
Ket:
Caput
2. Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Ket:
Caput
2. Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Gambar 20. Morfologi Kumbang Jagung ( Sitophilus zeamays)
Ket : Bulir jagung tampak berlubang dan mudah pecah. Ket : Bulir jagung tampak berlubang dan mudah pecah.
Ket :
Bulir jagung tampak berlubang dan mudah pecah.
Ket :
Bulir jagung tampak berlubang dan mudah pecah.
Gambar 21. Gejala serangan Kumbang Jagung ( Sitophilus zeamays)pada Tanaman Jagung (Zea mays)
Ket:Caput2, ThoraxAbdomen 4. Kaki5. Sayap Ket:Caput2, ThoraxAbdomen 4. Kaki5. Sayap
Ket:
Caput
2, Thorax
Abdomen
4. Kaki
5. Sayap
Ket:
Caput
2, Thorax
Abdomen
4. Kaki
5. Sayap
Gambar 22. Morfologi Kumbang Kacang Hijau ( Callocaprochus chenensis)
Ket : Biji mengeluarkan butiran dan berlubang bahkan termakan hingga tinggal sebagian. Ket : Biji mengeluarkan butiran dan berlubang bahkan termakan hingga tinggal sebagian.
Ket :
Biji mengeluarkan butiran dan berlubang bahkan termakan hingga tinggal sebagian.
Ket :
Biji mengeluarkan butiran dan berlubang bahkan termakan hingga tinggal sebagian.
Gambar 23. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau ( Callocaprochus chenensis) pada kacan hijau
Ket:CaputThoraxAbdomen KakiSayap Ket:CaputThoraxAbdomen KakiSayap
Ket:
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Ket:
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Gambar 23. Morfologi Kumbang Kopra ( Necrobia rafipes )
Ket : Tampak lubang-lubang kecil dan berbau tidak sedap. Ket : Tampak lubang-lubang kecil dan berbau tidak sedap.
Ket :
Tampak lubang-lubang kecil dan berbau tidak sedap.
Ket :
Tampak lubang-lubang kecil dan berbau tidak sedap.
Gambar 24. Gejala Serangan Kumbang Kopra ( Necrobia rafipes ) pada biji kopra
Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui morfologi kumbang beras (Sitophilus oryzae) terdiri dari kepala (caput), mata, sepasang antena, alat mulut, sayap, tungkai 3 pasang, thorax dan abdomen.
Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah memiliki mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki bentuk tubuh kecil dan memanjang. Larva biasanya bersembunyi di dalam padi-padian dan biji lainnya tempat ia menjadi kepompong Tidak berkaki Dewasa panjang 2-3mm. Lekukan melingkar di rongga dada Bintik kemerahan pada erytra dan rostrum/moncong (Nonadita, 2008).
Pada pengamatan gejala serangan kumbang beras (Sitophilus oryzae) seperti yang telah dilakukan, tampak bulir beras (Oryza sativa) berlubang-lubang akibat dimakan oleh kumbang beras.
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada bagian-bagian samping beras. Dan apabila tahap serangannya sudah lama maka butir-butir beras akan menjadi hancur (Nonadita, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kumbang tepung (Tribolium sp.) diketahui kumbang tepung memiliki caput, sepasang antena, memiliki sayap, mata, 3 pasang tungkai, alat mulut, thorax dan abdomen.
Morfologi dari kumbang tepung (Tribolium sp.) adalah memiliki sepasang mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki bentuk tubuh kecil dan memanjang. Dewasa panjang 0,5 mm. 4 pasang kaki. Putih atau coklat pudar. Bergerak lambat. Larva - 6 kaki dan panjangnya 0,5 mm. Berwarna putih. Melewati dua tahap, tahap anak berkaki 8 (Nonadita, 2008).
Berdasarkan pengamatan gejala serangan yang telah dilakukan oleh kumbang tepung (Tribolium sp.) tehadap tepung, yaitu diketahui bahwa tepung yang terserang akan berwarna kekuningan dan menggumpal.
Kumbang tepung juga disebut hama bubuk beras, Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium Sp.) hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah
(Nonadita, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan dari kumbang jagung (Sitophilus zeamays) diketahui memiliki caput, memiliki 3 pasang tungkai, mata, antena, alat mulut, sayap, thorax, dan abdomen.
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).
Berdasarkan pengamatan gejala serangan kumbang jagung (Sitophilus zeamays) pada bulir biji jagung (Zea mays), diketahui bahwa pada bulir jagung tampak lubang-lubang akibat serangan kumbang jagung.
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Nonadita, 2008).
Dari hasil pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Conopomorpha cramerella) diketahui morfolognya tersusun atas caput, thorax, abdomen, mata, antena, alat mulut, 3 pasang tungkai dan sayap.
Morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki sepasang mata, antena, thorax, kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki tubuh yang agak pendek di banding hama gudang yang lainnya (Nonadita, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala serangan kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) terhadap bulir kacang hijau diketahui bahwa kumbang kacang hijau mengakibatkan kacang hijau berlubang.
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) yang ditimbulkan pada biji kacang hijau adalah pada butir-butir buah yang terserang berlubang-lubang dan mengeluarkan butiran-butiran yang sangat kecil dan kadang juga biji yang terserang termakan hingga tinggal sebagian (Borror, 2009).
Berdasarkan pengamatan terhadap kumbang kopra (Necrobia rufipes) diketahui bahwa morfologinya terdiri atas caput, thorax, abdomen, mata, antena, 3 pasang tungkai, alat mulut, dan sayap.
Ciri morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) adalah memiiki sepasang mata, antena, thoraks, tanduk kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki bentuk tubuh lebih panjang dan lebih besar dari hama gudang lainnya Dewasa 4 - 5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam (Nonadita, 2008).
Dari hasil pengamatan terhadap gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) yaitu diketahui bahwa pada kopra yang terserang akan tampak lubang-lubang kecil dan berbau tak sedap.
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang kopra (Necrobia rufipes) adalah pada bagian pinggir kopra yang terserang terlihat goresan-goresan bekas gigitannya, sehingga kopra menjadi berkurang sedikit demi sedikit (Nonadita, 2008)
4.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur
4.4.1 Hasil
Ket : Bercak-bercak hitam pada permukaan cabai.Ket : Bercak-bercak hitam pada permukaan cabai.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman yang terserang penyakit, diperoleh hasil sebagai berikut:
Ket :
Bercak-bercak hitam pada permukaan cabai.
Ket :
Bercak-bercak hitam pada permukaan cabai.
Gambar 25. Buah Cabai (Capsicum annum) yang Terserang Jamur
Colletotrichum capsici
Ket : Permukaan roti akan berwarna keunguan, jika terlalu parah akan berwarna kehitam hitaman..Ket : Permukaan roti akan berwarna keunguan, jika terlalu parah akan berwarna kehitam hitaman..
Ket :
Permukaan roti akan berwarna keunguan, jika terlalu parah akan berwarna kehitam hitaman.
.
Ket :
Permukaan roti akan berwarna keunguan, jika terlalu parah akan berwarna kehitam hitaman.
.
Gambar 26. Roti yang Terserang Jamur Aspergilus Niger
Ket : · Daun tomat tampak layu, dan batang tomat yang terlihat mengkerut.Ket : · Daun tomat tampak layu, dan batang tomat yang terlihat mengkerut.
Ket :
· Daun tomat tampak layu, dan batang tomat yang terlihat mengkerut.
Ket :
· Daun tomat tampak layu, dan batang tomat yang terlihat mengkerut.
Gambar 27. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang Terserang
Jamur Fusarium oxysporum.
Keterangan : · Tampak bercak merah pada pinggir batang dan tengah batang tampak bercak hitam.Keterangan : · Tampak bercak merah pada pinggir batang dan tengah batang tampak bercak hitam.
Keterangan :
· Tampak bercak merah pada pinggir batang dan tengah batang tampak bercak hitam.
Keterangan :
· Tampak bercak merah pada pinggir batang dan tengah batang tampak bercak hitam.
Gambar 28. Batang Pisang (Musa paradisiaca) yang Terserang Jamur
Fusarium oxysporum.
4.4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada buah cabai (Capsicum annum) yang terserang jamur Colletotrichum capsici tampak terlihat bercak-bercak berwarna hitam pada permukaan cabai juga terlihat cabai yang terserang menjadi mengkerut.
Gejala yang serangan yang disebabkan oleh C. capsici pada tanaman cabai (Capsicum annum), yaitu buah yang seperti kelihatan mengering pada biji dan kulit luar pada buah cabai. Karena hanya pada bagian buah yang terserang yaitu mengalami bercaka dan keriting (Semangun, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Permukaan roti terlihat berwarna keunguan, jika terlalu parah akan berwarna kehitam hitaman. Hal ini disebabkan jamur yang tumbuh di permukaan roti akan menyebabkan perubahan warna pada roti tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Fusarium oxysporum tampak daun tanaman tomat menjadi layu dan menjadi kekuningan serta batang tomat menjadi mengkerut.
Gejala serangan F. oxyporum pada tomat (Solanum lycopersicum) yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini .
(Irzayanti, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan pada batang pisang (Musa paradisiaca) yang terserang jamurFusarium oxyporum tampak bercak-bercak ungu pada pinggiran batang dan pada bagian tengah batang tampak bercak kehitaman.
Gejala serangan jamur F. oxyporum pada tanaman pisang (Musa paradisiaca) yaitu akan terlihat gejala serangan pada pinggiran pada batang pisang yang mengakibatkan batang pisang akan terlihat kehitaman-hitaman dan terbentuk benang-benang pada bagian dalam batang pisang. Kemudian disebarkan pada batang pisang dan akan mengakibatkan batang pisang tersebut akan terjadi pembusukan pada batang pisang dan kemudian tersebut akan terjadi pembusukan pada buah pisang (Semangun, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada daun bawang merah (Allium ascolonicum) yang terserang jamur Alternaria porri tampak bercak-bercak berwarna ungu pada daun, ujung daun kekuningan dan daun tampak layu.
Gejala serangan yang ditimbulkan dari jamur A. porri ini yaitu terjadinya bercak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar bercak tampak bercincin dan warna agak keunguan. Tepinya agak keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke atas dan ke bawah becak. Ujung daun yang sakit mengering. Bercak banyak terdapat pada daun tua (Semangun, 2006).
4.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Dan Virus
4.5.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Penyakit Tumbuhan yang di sebabkan oleh Bakteri dan Virus, telah di peroleh hasil dengan sebagai berikut :
Ket : · Tampak bercak ungu pada daun yang lama kelamaan menjadi kekuningan dan orange. Ket : · Tampak bercak ungu pada daun yang lama kelamaan menjadi kekuningan dan orange.
Ket :
· Tampak bercak ungu pada daun yang lama kelamaan menjadi kekuningan dan orange.
Ket :
· Tampak bercak ungu pada daun yang lama kelamaan menjadi kekuningan dan orange.
Gambar29.Daun Bawang Merah (Allium ascolonicum) yang Terserang Jamur Alternaria porri.
Ket:Berair berwarna merah pada bagian tengah buah pisangTerdapat belang berwarna coklat, berair dan berbau busukKet:Berair berwarna merah pada bagian tengah buah pisangTerdapat belang berwarna coklat, berair dan berbau busuk
Ket:
Berair berwarna merah pada bagian tengah buah pisang
Terdapat belang berwarna coklat, berair dan berbau busuk
Ket:
Berair berwarna merah pada bagian tengah buah pisang
Terdapat belang berwarna coklat, berair dan berbau busuk
Gambar 30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium).
Ket :Pada bagian pucuk terlihat layu dan daunnya menguningPada bagian dalam batang terlihat lendir berair.Ket :Pada bagian pucuk terlihat layu dan daunnya menguningPada bagian dalam batang terlihat lendir berair.
Ket :
Pada bagian pucuk terlihat layu dan daunnya menguning
Pada bagian dalam batang terlihat lendir berair.
Ket :
Pada bagian pucuk terlihat layu dan daunnya menguning
Pada bagian dalam batang terlihat lendir berair.
Gambar 31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu
Bakteri yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum.
Ket :Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang tidak beraturanKet :Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang tidak beraturan
Ket :
Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang tidak beraturan
Ket :
Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang tidak beraturan
Gambar 32. Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PMoV (Peanut motlee Virus).
Ket :Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang terlihat seperti garis putus putus.Ket :Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang terlihat seperti garis putus putus.
Ket :
Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang terlihat seperti garis putus putus.
Ket :
Terdapat bercak berwarna coklat pada bagian daun yang terlihat seperti garis putus putus.
Gambar 33. Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV (Peanut Stripe Virus).
Ket : Ujung daun menguning terdapat bintik-binti kitam pada daun.Tanaman kerdil dan bulir padi hampa.Ket : Ujung daun menguning terdapat bintik-binti kitam pada daun.Tanaman kerdil dan bulir padi hampa.
Ket :
Ujung daun menguning terdapat bintik-binti kitam pada daun.
Tanaman kerdil dan bulir padi hampa.
Ket :
Ujung daun menguning terdapat bintik-binti kitam pada daun.
Tanaman kerdil dan bulir padi hampa.
Gambar 34. Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro (Penyakit kerdil Hampa)
4.2 pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman pisang pada gambar 36, baik pada buah pisang maupun batang pisang yang terserang penyakit darah yang disebabkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB), menunjukkan adanya cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan pada buah pisang yang dibelah, serta menunjukkan adanya bercak berwarna coklat kemerahan, berair dan berbau busuk pada bagian tengah batang pisang.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB) pada buah pisang yaitu perkembangan buah menjadi terlambat, dimana pada saat buah hampir masak buah berwarna kuning coklat dan busuk sedangakan Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB) pada batang pisang yaitu pada batang pisang terdapat bercak merah dan apabila batang dipotong akan mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau kurang sedap (Andika, 2006).
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman tomat yang terserang oleh Pseudomonas solanecearum yaitu pada bagian pucuk terlihat layu dan pada daunnya menguning kemudian pada dalam batang terlihat lendir berair.
Gejala serangan penyakit layu bakteri pada tomat, dapat dilihat dari menjadi layunya beberapa daun terutama pada bagian pucuk tomat dan menguningnya daun-daun tua (daun-daun sebelah bawah). Dan jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, maka akan tampak berkas pembuluh berwarna coklat. Empulur sering juga berwarna kecoklatan. Pada stadium penyakit yang lanjut, bila batang dipotong, dari berkas pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu. Adanya massa lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu fusarium. Oleh karena itu penyakit layu bakteri sering juga disebut penyakit lendir (Semangun, 2006).
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang oleh Peanut Mottle VirusPMoV yaitu terdapat bercak-bercak coklat yabg terdapat di antara tulang daun.
Pada Tanaman kacang tanah, Gejala serangan PMoV (Peanut Mottle Virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis. Olehnya, PMoV sering juga disebut penyakit belang (Semangun 2006).
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang olehPeanut Stripe Virus(PStV) yaitu terdapat bercak-bercak coklat pada tulang daun sehingga hampir terlihat sama dengan gejala PMov.
Gejala serangan Peanut Stripe Virus (PStV) terlihat dari adanya garis-garis putus-putus (diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala penyakit belang Semangun (2006).
Pada pengamatan terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa) yang terserang virus Tungro yaitu menunjukkan ciri morfologi adanya bercak berwarna coklat kehitaman pada batang, daun dan bulir padi serta ukuran tanaman yang kerdil.
Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan (Semangun 2004).
Penegenalan Nematoda
4.6.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Nematoda pada Tumbuhan telah di peroleh hasil dengan sebagai berikut :
Keterangan : Terlihat daun mengkerut dan terdapat bercak-bercak kecoklatan Terlihat tangkai daun menjadi layuTerlihat bintil-bintil pada akar.Keterangan : Terlihat daun mengkerut dan terdapat bercak-bercak kecoklatan Terlihat tangkai daun menjadi layuTerlihat bintil-bintil pada akar.
Keterangan :
Terlihat daun mengkerut dan terdapat bercak-bercak kecoklatan
Terlihat tangkai daun menjadi layu
Terlihat bintil-bintil pada akar.
Keterangan :
Terlihat daun mengkerut dan terdapat bercak-bercak kecoklatan
Terlihat tangkai daun menjadi layu
Terlihat bintil-bintil pada akar.
Gambar 35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.
Ket : MulutFaringUsusOvariumkutikulaAnus Ket : MulutFaringUsusOvariumkutikulaAnus
Ket :
Mulut
Faring
Usus
Ovarium
kutikula
Anus
Ket :
Mulut
Faring
Usus
Ovarium
kutikula
Anus
Gambar 36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di bawah mikroskop.
Ket: MulutFaringUsusOvariumkutikulaAnus Ket: MulutFaringUsusOvariumkutikulaAnus
Ket:
Mulut
Faring
Usus
Ovarium
kutikula
Anus
Ket:
Mulut
Faring
Usus
Ovarium
kutikula
Anus
Gambar 37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di bawah mokroskop.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan tanaman seledri (Apium graviolens L.) yang terserang nematoda Meloidogyne spp. terlihat pada daunnya menjadi layu dan menguning, tanaman tumbuh tidak normal, dan nampak pada akarnya berbintil-bintil, dan dapat dilihat pada gambar 41.
Gejala serangannya terlihat pada akar tanaman yang menjadi berbintil-bintil, sehingga berakibat pada sistem transportasi air dan unsur hara terganggu, akibatnya akan berpengaruh keseluruh bagian permukaan tanaman, pertumbuhan menjadi terhambat, daun menguning, dan dalam waktu yang rentan akan mengakibatkan kematian pada tanaman (Tjahjadi, 2008).
Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar, bukan halus seperti lempeng. Nematoda biasanya menyukai keadaan lembab karena kelembaban juga berpengaruh terhadap dar hidup nematode.
Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai kelembapan yang cukup (Hidayat, 2009).
Berdasarkan pada pengamatan, perbedaan Nematoda meloidogyne spp. jantan dan betina terletak pada bagian tubuh dan ukuran tubuhnya. Nematoda jantan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran nematoda jantan juga lebih panjang dari nematoda betina dan dapat dilihat pada gambar 36 .
Nematoda jantan mempunyai bentuk seperti cacing kecil. Bagian tubuh nematoda jantan terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran tubuh nematoda jantan memanjang bergerak lambat didalam tanah, nematoda jantan lebih panjang dibandingkan dengan nematoda betina. Panjang nematoda jantan bervariasi maksimum 2 mm, kepalanya tidak berlekuk, panjang styletnya hampir dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan membulat (Hidayat, 2009).
Bentuk morfologi nematoda betina berdasarkan hasil pengamatan ini berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, dan stylet. Namun tidak mempunyai ekor seperti nematoda jantan. Nematoda betina memiliki bentuk tubuh seperti botol.
Bentuk morfologi nematoda betina berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bentuk yang mirip botol dan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan tidak mempunyai ekor. Nematoda betina juga mempunyai sifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary) mempunyai leher pendek dan tanpa ekor (Hidayat, 2009).
Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3–0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12-15 mm melengkung ke arah dorsal serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Dari segi ukuran, nematoda betina mempunyai diameter yang lebih besar dibanding nematoda jantan (Hidayat, 2009).
Teknik ekstrasi nematoda pada pengamatan ini menggunakan teknik yang sederhana. Akar dari tanaman yag terserang nematoda dibersihkan, kemudian menyediakan talang, keranjang, dan kain kasa, lalu keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Memotong tanaman yang terserang dengan panjang 1 cm lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Memasukkan air aquades secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman akar dalam wadah. Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
Nematoda bisa diekstrasi dari dalam jaringan tumbuhan dan dari dalam tanah. Untuk mengekstrasi nematoda yang berasal dari dalam jaringan tumbuhan yang berupa akar harus dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong-potong menjadibagian-bagian kecil dengan panjang 2-3 cm, dengan menggunakan pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuran nematoda, campuran tersebut dituangkan keatas saringan.Saringan tetap dibiarkan dalam air untuk menampung sisa jaringan tumbuhan, nematoda yang bergerak akan menembus lubang saringan dan dapat dikumpulkan dari air yang berada dibawah saringan tersebut. (Hutagalung, 2008)
Teknik ekstrasi sederhana juga digunakan dalam mengekstrasikan nematoda yang berasal dari tanah. Alat-alat yang disediakan yaitu talang, keranjang, dan kain kasa, cara kerjanya keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Tanah dimasukkan secukupnya ke dalam keranjang. Lalu memasukkan air aquades secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman tanah dalam wadah. Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
Pengekstraksian nematoda yang berasal dari tanah dapat dilakukan dengan cara metode baskom. Masukkan 100 gr contoh tanah ke dalam baskom Adan tambahkan air hingga merendamkan contoh tanah. Aduk, kemudian tuang suspensinya ke dalam baskom plastik B. Endapan contoh tanah yang terdapat pada baskom A tuangi kembali dengan air dan tuangi lagi suspense tersebut ke dalam baskom B. Sisa partikel tanah kasar pada baskom A dibuang. Aduk suspense pada baskom B, kemudian tuang ke dalam baskom A melalui saringan 125 mesh. Kemudian saringan diletakkan ke dalam cawan petri, dan tuangkan suspensi dari baskom A.
Suspensi dalam cawan petri dibiarkan semalam. Dalam keadaan teraduk, pipet suspensi nematode sebanyak 10 ml, kemudian tuang ke dalam cawan penghitung. Pengamatan dapat dilakukan dibawah mikroskop (Hutagalung, 2008).
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bedasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Belalang kayu (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik hijau (Nezara viridulla), kumbang helm (Coccinella arcuta), ulat grayak (Spodoptera litura), lalat buah pada cabe (Dacus sp), kumbang helm (Oryctes rhinoceros) dan capung (Anisoptera) memiliki morfologi secara umum yaitu kepala (caput), thoraks, abdomen, mata, mulut, tungkai dan antena.
Belalang pedang (Sexava sp.) merupakan ordo orthoptera, buah kakao (Helopeltis spp.) merupakan ordo hemiptera, larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) merupakan ordo coleoptera, penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) dan ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua) merupakan ordo lepidoptera, kutu daun (Aphis sp.) merupakan ordo homoptera, lalat buah pada cabe ( Dacus sp.) merupakan ordo diptera dan capung (Dragonflies) merupakan ordo odonata.
Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae), kumbang tepung (Tribolium sp.), kumbang jagung (Sitophilus zeamays), kumbang kacang hijau (Conopomorpha cramerella), kumbang kopra (Necrobia rufipes) secara umum memiliki mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen. Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada bagian-bagian samping beras. Gejala serangan yang telah dilakukan oleh kumbang tepung (Tribolium sp.) tehadap tepung, yaitu diketahui bahwa tepung yang terserang akan berwarna kekuningan dan menggumpal.gejala serangan kumbang jagung (Sitophilus zeamays) pada bulir biji jagung (Zea mays), diketahui bahwa pada bulir jagung tampak lubang-lubang. gejala serangan kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) terhadap bulir kacang hijau. Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang kopra (Necrobia rufipes) adalah pada bagian pinggir kopra yang terserang terlihat goresan-goresan bekas gigitannya.
Daun bawang yang terserang Alterina porri pada daun bawang ini terdapat bercak-bercak berwarna putih atau kelabu dan juga tampak berupa seperti cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning. Cabai (Capsicum annum) yang terserang jamur Colletotrichumcapsici tampak terlihat bercak-bercak berwarnah hitam, pada cabai terlihat lubang. Buah kakao (Theobroma cacao) yang terserang jamur Phytophthorapalmivora terlihat dimana Kakao (Theobroma cacao) permukaan kulit berwarna hitam dengan sedikit bercak-bercak berwarna kuning. Tomat (Lycopersicumesculentum) yang terserang Fusarium oxysporum lycopersici terlihat gejala serangannya yaitu daun tomat (Lycopersicumesculentum) terlihat kering yang mana semua daunnya mengkerut, warna batang terlihat berwarna hijau kekuning-kuningan. Tanaman pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum cubense tampak pada batang pisang terlihat bahwa batang menjadi kemerah-merahan.
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) yang terserang PMoV (Peanut Mottle Virus), tampak bercak-bercak pada tulang daun, tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) yang terserang PStV (Peanut Stripe Virus), tampak pada permukaan daun terdapat bercak-bercak gelap, ada juga yang bercak-bercak kekuningan yang hampir mirip dengan penyakit mosiak, tanaman padi (Oryza sativa) yang terserang tungro, tampak warna kekuningan pada pinggiran daun, dan pada bulir padi terlihat berisi namun setelah dipencet terasa bulir tersebut hampa, buah pisang (Musa paradisiaca) yang terserangBDB (Blood Disease Bacterium), bila dipotong, tampak bercak-bercak merah kehitaman pada permukaan daging buah, dan tanaman tomat (Solanumlycopersicum) yang terserang Pseudomonas solanacearum, tampak daun tanaman tomat menjadi layu, akar terlihat rapuh, dan bila batang dipotong akan mengeluarkan lendir yang jika dicelup ke air akan tampak benang-benang.
Nematoda dapat berperan sebagai penyakit saat nematoda menyerang tanaman melalui jaringan tanaman itu sehingga mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.Nematoda betina berbentuk seperti buah pir dan berukuran lebih panjang dibanding nematoda jantan.
5.2 Saran
Saran saya pada praktikum Dasar-dasar Perlindingan Tanaman ini yaitu agar kiranya alat-alat yang ada didalam Laboratorium Ilmu Tanah disimpan tempat yang aman misalkan didalam lemari, agar saat dilaksanakan praktek tidak ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau alat yang didalam Laboratorium Ilmu Tanah tidak ada yang pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Abumutsanna, 2008. Hama Gudang. Bumi AksaraJakarta.
Abdi, 2009. Zat Pengatur Tumbuh.gramedia persada. Jakarta.
Anaf, 2008. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Andi Serwanto, 2010. Daur hidup kumbang tepung. BKPTN Indonesia Bagian Timur. Makassar
Andika, 2006. Klasifikasi Penyakit Berdasarkan Tanaman yang Diserang. Bhatara Karya Aksar: Jakarta.
Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motschdan Strategi pengendaliannya. Litbang Pertanian.
Rioardi, 2009. Menghilangka Daun Mangga Yang Terserang Kutu Putih. Bumi Aksara: Jakarta.
Hansamunahito, 2006.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara: Jakarta.
Hanudin, 2006. Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Hanudin,2008.Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao: Jember.
Hartati, 2009. LaporanPraktikumZoologiArachnidadan Myriapoda.Jakarta: Bumi Aksara.
Hase, 2009. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Hadisutrisno, 2008 Karakterisasi Bakteri Penyebab Blood Disease Pada Pisang. Kanisius: Yogyakarta.
Hera, 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Hidayat, 2008.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
________2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstras idan Membuat Preparat Nematoda Parasit Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Ifha, 2005. Produksi Antibodi Poliklonal Peanut Stripe Virus.
Irzayanti, 2008. Penyakit Tanaman Gejaladan Tanda. Skripsi Universitas Muhamadiyah. Surakarta.
________2009. Penyakit Tanaman Gejaladan Tanda. Skripsi Universitas Muhamadiyah. Surakarta.
Ismawati, 2010. Siklus Hidup Nematoda. Penebar Swadaya.Jakarta
Laila, 2006. Biologi : Sains dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira. Jakarta
Lugito, 2013. Pengenalan Spesimen Hama. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Maulana, 2009. Analisis Mutu Benih 1, Pengujian Kesehatan Benih. Erlangga. Jakarta.
Mutmainna, 2013. Penyakit Puru Akar pada Tanaman Tomat.
Naynienay, 2008. Penyakit Tumbuhan. Wikipedia Indonesia, Diakses pada tanggal 19November 2017.
Nonadita, 2008. Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.. Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Nonadita, 2008. Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Nur, 2013. Bakteriologi Penyakit Pada Tanaman yang Disebabkan Oleh Bakteri. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Nyoman, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Rahmawati. 2012. Hama dan penyakit tanaman . Pustaka baru press: Yogyakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga.Penebar Swadaya: Jakarta.
Riordi, 2009. Morfologi Kumbang Helm.
____, 2009. Menghilangka Daun Mangga Yang Terserang Kutu Putih. Bumi Aksara: Jakarta.
Silvia, 2005. Efektifitas Trichoderma sp. Dari Empat Lokasi Wilayah Banjar baru .Jakarta: Bumi Aksara
Saleh, 2008. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Saputra 2006. Ordohemiptera. ordo-ordo-serangga. Institut Pertanian Bogor. IPB Press, Bogor.
Semangun, 2006. Penyakit Tanaman Pangandi Indonesia. Penebar Swadaya: Jakarta.
Samangun, 2006. Teknik Identifikasi Bakteri. Jakarta: Rineka Cipta.
Sosromarsono, 2005. Klasifikasi Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros).
Suryanto, 2010. Klasifikasi Colletotrichum capsici.
Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta.
Suparno, 2009. Klasifikasi Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Suryanto, 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
Tjahjadi, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
______, 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
Triplehorn dan Johnson, 2005.Borror and Delong's Introduction To The Study of Insects 7th Edition. Graphic World. USA.
Prabowo 2009. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman. Universitas andalas : Padang
Wagianto, 2008. Hama-Hama Tanaman Dalam Gudang. Bumi Aksara Ikhtiar: Jakarta.
Wijayanto, 2010. Daur hidup kumbang kacang hijau. Dapertemen Pertanian Republic Indonesia.
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Babul Rahman, lahir di Desa salumbia pada tanggal 16 mei 1998. Penulis merupakan anak dari pasangan suami-istri bernama Djamri Samad dan Nuriah. Dan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis pertama kali masuk sekolah ditaman kanak-kanak Asmahul Husna, desa Salumbia, kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Dilanjutkan Sekolah Dasar Negeri 2 Salumbia pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan di SMP Negeri 3 Dondo dan lulus pada tahun 2013. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Negeri 1 Tolitoli dan tamat pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2016 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi kejenjang S1 di Universitas Tadulako dan diterima melalui jalur Tambahan, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi,saat ini penulis berada disemester 3.