LAPORAN KEGIATAN PEMBELAJARAN CFHC TAHUN IV FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
Disusun Oleh: Widowati Budi Pratiwi 13/346413/KU/15787 Kelompok : 17
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
Pada tanggal 17 s/d 18 September 2016 kegiatan CFHC tahun IV yaitu melaksanakan kegiatan mengenai Penanganan Pertama Gawat Darurat (PPGD) yang bertempat di Hunian Tetap (Huntap) Pagerjurang, Cangkringan, Sleman. Hunian Tetap (Huntap) ini merupakan bentuk relokasi untuk korban bencana letusan Gunung Merapi yang berada di radius kurang lebih 5 km. Huntap Pagerjurang yang kami singgahi ini berada di radius 10 km dari Gunung Merapi. Huntap ini sudah ditempati oleh korban bencana Gunung Merapi kurang lebih selama 6 tahun sejak Gunung Merapi meletus. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa FK UGM yang terdiri dari Pendidikan Dokter (PD) , Ilmu Keperawatan (IK), dan Gizi Kesehatan (GK) angkatan 2013. Mobilisasi menuju lokasi dengan menggunakan 15 bus yang berangkat dari FK UGM pada pukul 07.45 wib. Acara dimulai sekitar pukul 09.00 wib yang diawali dengan sambutan dari pihak CFHC yaitu Pak Sarman, kemudian dilanjutkan dengan perwakilan Dekan Fakultas Kedokteran UGM yaitu dr. Wahyudi dan kemudian dilanjutkan oleh Kepala Desa Pagerjurang, Cangkringan yang pada sambutan kali ini beliau memberikan pesan untuk calon tenaga kesehatan dapat mengedukasi masyarakat sekitar yang masih memiliki kebiasaan yang kurang baik seperti pola makan dan pemilihan makanan yang kurang bervariasi. Setelah sambutan selesai, kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi yang diisi oleh Bapak Danang Samsu mengenai Pengenalan Sistem Komando Tanggap Darurat atau yang lebih sering disebut dengan ICS (Incident Command System). Materi tentang ICS yaitu berisi tentang definisi dari ICS yang merupakan konsep manajemen di lokasi kejadian yang terstandarisasi, tujuan dari ICS yaitu keselamatan personel tanggap bahaya dan personel lainnya, penggunanaan yang efisien atas sumber daya. Selain itu juga dijelaskan mengenai manfaatnya yaitu dapat memenuhi kebutuhan insiden dengan semua jenis dan ukuran, biaya lebih efektif dengan menghindari duplikasi upaya. Setelah pemaparan ICS selesai kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi tentang Belajar Penanggulangan Bencana Bersama Dengan Mahaguru Merapi Pada Evakuasi Erupsi 2010. Materi ini dijelaskan mengenai definisi bencana menurut Pasal 1 Ayat 1 UU No 24 Tahun 2004 yang berisi tentang peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Selain itu juga dijelaskan mengenai bagaimana prinsip menaangani bencana yang harus dilakukan secara cepat dan tepat, mengutamakan prioritas, koordinasi dan berdaya guna. Setelah ISHOMA pukul 13.00 wib dilanjutkan dengan observasi daerah desa yang terkena erupsi Merapi tahun 2010 selama kurang lebih 4 jam dan terdapat ambulans yang ikut terjun untuk mengantisipasi adanya mahasiswa FK UGM yang sakit. Pada kesempatan kali ini dijelaskan bagaimana keadaan setelah erupsi Merapi, pembangunan dam, hutan bekas lahar dingin disana sangat subur, banyak masyarakat disana yang bekerja untuk mencari pasir disekitar Kali Gendol. Keseluruhan jalan yang kami lewati sebagian besar hutan dan jalan yang kami
lewati kebanyakan berlumpur dan ada juga yang bebatuan-bebatuan. Disana kami bertemu dengan masyarakat yang mencari rumput untuk ternak mereka seperti sapi, dan mereka sudah memperkirakan untuk tidak terlalu sore dalam mencari rumput. Saat melakukan tracking, kami juga melihat banyak batu berukuran sangat besar berada disana. Menurut instruktur dari BPBD Sleman, batu tersebut merupakan batu yang berasal dari lahar yang dikeluarkan oleh Merapi 6 tahun silam. Cuaca disana saat itu diguyur hujan dan sangat sepi. Pada sore harinya di daerah Cangkringan diguyur hujan lebat dan terdapat kabut yang tebal. Setelah kami selesai menyusuri napak tilas Merapi 6 tahun yang lalu, kami diberi kesempatan untuk mandi sore dan air disana sangat dingin, kami mandi sore ditempat warga dan warga di Huntap merupakan warga yang ramah dan baik hati. Setelah kami selesai mandi sore, sholat maghrib dan isya dilanjutkan dengan simulasi yang dilakukan oleh PUSBANKES 118 pada pukul 20.00 mengenai evakuasi korban tanah longsor dan selanjutnya dilakukan simulasi oleh perwakilan 5 mahasiswa dari masing-masing kelompok besar. Pukul 22.00 wib ditayangkan film mengenai Gawat Darurat Merapi dan perjalanan dari awal sampai akhirnya terjadi erupsi oleh Mahaguru Merapi dan pada saat bencana letusan Gunung Merapi para korban mengungsi ke daerah stadion Maguwoharjo yang dimana para korban tersebut merasa saat panik dan harus bisa menyelamatkan diri. Diperlihatkan juga bagaimana hewan-hewan ternak milik para korban mati karena lahar panas Merapi. Selain itu dijelaskan juga mengenai daerah-daerah yang terkena lahar Merapi dibagian tenggara yang meliputi daerah Klaten, Boyolali. Pagi harinya sekitar pukul 01.15 wib kami dibangunkan oleh PUSBANKES 118 yaitu untuk melaksanakan simulasi bahwa terdapat 25 korban berada di lapangan atas. Sampai di lapangan atas, kami diharuskan mencari kertas yang dibungkus dengan plastik berisi kasus. Setelah mendapatkan kasus tersebut langsung dibawa ke posko untuk diberikan kepada petugas PUSBANKES 118 yang pada saat itu diibaratan sebagai korban. Kasus yang kami dapat yaitu seorang pria yang berusia 40 tahun dengan nyeri dada. Kami memaparkan bagaimana penanganan untuk korban tersebut dengan tetap mempertimbangkan prinsip ABC. Setelah itu pada pukul 09.00 kami mendapatkan simulasi ketiga dengan 100 probandus yang sudah di make-up sedemikian rupa sampai benar-benar menyerupai korban erupsi Merapi. Sekitar 450 mahasiswa FK UGM berpartisipasi untuk menangani dan menyelamatkan para korban. Para korban terdiri dari masyarakat sekitar dan sebagian kecil dari mahasiswa FK UGM. Korban yang perlu ditangani saat itu terdiri dari korban dengan kejang yang seluruh wajah berlumuran darah, luka bakar derajat 3, pada abdomen tertancap kayu dan lain-lain. Disana kami diajarkan bagaimana menggunakan alat-alat yang minim dan harus kreatif dalam menggunakan pengganti alat sebenarnya. Misalnya kami diajar kan untuk membuat tandu dengan bambu dengan karung, mitella yang diganti dengan kaos kaki ataupun jaket. Pada hari Minggu pukul 11.00 wib acara selama 2 hari ditutup oleh perwakilan FK UGM beserta panitia yang ikut andil dalam kegiatan selama di
Huntap Pagerjurang dan dilanjutkan untuk melakukan perjalanan kembali ke Fakultas Kedokteran UGM dengan menggunakan 15 bus untuk mobilisasi. Hasil obeservasi lapangan : Observasi lapangan menunjukkan situasi daerah Kepuharjo setelah 6 tahun yang lalu terkena erupsi Gunung Merapi. Pada saat perjalanan mengelilingi tempat yang terkena lahar, kami juga dijelaskan mengenai adanya pembuatan dam/tanggul yang berfungsi sebagai penahan apabila ada lahar dari Gunung Merapi tidak mengalir terlalu cepat ke daerah yang lebih rendah. Namun secara umum warga disekitar daerah Cangkringan sudah lebih terlatih karena sudah mendapatkan pengetahuan sehingga warga sekitar sudah lebih siap jika Merapi akan meletus. Karena Merapi tidak pernah ingkar janji. Kesan dan hasil melakukan pelatihan penanganan gawat darurat bersama masyarakat Pelatihan penanganan gawat darurat bersama masyarakat ini mengajarkan kami bagaimana memilih korban yang gawat dan harus ditangani segera dan korban yang dapat ditunda untuk mendapatkan penanganan. Pelatihan ini dengan tema penanganan korban tanah longsor dengan korban patah tulang, luka derajat 1 dan 2, dll. Selain itu kami diajarkan bagaimana cara mengusung korban dengan tandu dan pertolongan pertama paa korban tanah longsor dengan pembidaian dan pembalutan. Prinsipnya harus mempertimbangkan tinggi badan pengusung tandu. Yang paling tinggi berada di kepala korban, dan yang paling pendek berada di kaki korban dan harus berdasarkan aba-aba dari yang berada di kepala korban. Setelah 6 orang pengusung siap, kemudia korban diangkat dan dimobilisasikan dengang menggunakan tandu. Setelah para korban mendapatkan pertolongan pertama, selanjutnya para korban kemudian harus segera dirujuk ke Rumah Sakit terdekat untuk segera mendapatkan pertolongan lanjutan. Kesan dan simulasi Pelatihan ini mengajarkan kami sebagai calon tenaga kesehatan harus lebih sigap dan tanggap dalam menangani kasus kegawatdaruratan. Dalam keadaan yang emergency kami diharuskan untuk tidak bersikap santai, dan harus berpegang teguh pada prinsip cepat, tepat, dan kreatif. Discovery learning Penanganan Pertama Gawat Darurat membutuhkan koordinasi yang tinggi karena banyak hal yang harus dilakukan dalam waktu yang cepat. Prinsip penanganan tetap harus mengutamakan A-B-C (Airway, Breathing, Circulation). Seperti yang terjadi saat simulasi penanganan korban erupsi Merapi didapatkan korban dengan kejang, sadar, cedera servical, tetapi daerah bagian wajah berlumuran darah. Kami diharuskan untuk melakukan pertolongan pertama dengan membuka airway korban dan pemasangan neck collar, kemudian korban diusung dengan tandu dan kemudian dibawa ke posko terdekat untuk segera mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Ringkasan materi 1. Pengenalan Sistem Komando Tanggap Darurat / ICS oleh Bapak Danang Samsu - Pengenalan penanganan bencana : a. Selalu terlambat b. Kebingungan dan saling menunggu c. Lemahnya komunikasi d. Kurangnya proses perencanaan - Insiden : Bertujuan untuk meminimalisir atau mencegah hilangnya nyawa, kerusakan harta benda ataupun lingkungan - ICS Konsep manajemen di lokasi kejadian yang terstandarisasi - Tujuan : a. Keselamatan personel tanggap bahaya dan personel lainnya b. Penggunaan yang efisien atas sumber daya - Manfaat : a. Memenuhi kebutuhan insiden dengan semua jenis dan ukuran b. Biaya lebih efektif dengan menghindari duplikasi upaya 2. Belajar Penanggulangan Bencana Bersama Dengan Mahaguru Merapi Pada Evakuasi Erupsi 2010 - Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan bai k oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun f aktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Pasal 1 ayat 1 UU No 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana) - Prinsip : a. Cepat dan tepat b. Prioritas, koordinasi, berdaya guna - Kelompok rentan : a. Ibu hamil b. Lansia c. Anak kecil d. Balita e. Orang sakit f. Orang asing