c Inspirasi Iman Sepanjang Masa
©2016
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ABU MUJAHID
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Diterbitkan oleh :
Departemen Informasi dan Komunikasi DPD Wahdah Islamiyah Gowa Indonesia 92111
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
___5 ___12 ___21 ___27 ___35 ___41 ___47 ___54 ___60 ___66 ___72 ___78 ___83 ___89 ___95 ___102
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Anugerah lisan yang fasih terkadang membuat pemiliknya terbuai. Lisan terus menari hingga kehilangan arah kesana-kemari. Bencana lisan pun senantiasa mengancam bagi setiap mereka yang tidak mampu menjaganya agar tetap di atas rambu- rambu syariat ilahi. Terkadang kita merasa begitu nyaman mengayunkannya. Hingga tak terasa membawa pemiliknya ke muara kebinasaannya. Padahal, menjaganya adalah keniscayaan untuk meraih jaminan Rasulullah akan surgaNya. Ghibah dan menggunjing adalah salah satu produknya. Seharusnya, setiap kita yang takut akan adzabNya dan meyakini bahwa Allah adalah Maha Melihat dan Mendengar seluruh tindak-tanduk kita, mampu menjaga manajemen lisan, saat diam dan bicara. Apalagi di zaman ini. Ketika berbagai media komunikasi, nyata dan maya, begitu luas dan mudah. Ruang untuk mengungkapkan rasa menjadi bebas tak terarah. Hingga, saudara seiman, kerabat, kaum muslimin dan bahkan para pemimpin, pun tak luput menjadi sasaran panah.
Pengertian ghibah dapat diketahui dengan memperhatikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya. Hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ ِ َ ال ِذ ْكرَك أَخ يل أَتَ ْد ُرو َن َما الْغِيبَةُ قَالُوا ه َ ُ َ َاَّللُ َوَر ُسولُوُ أ َْعلَ ُم ق َ اك ِبَا يَكَْرهُ ق ِ أَفَرأَيت إِ ْن َكا َن ِِف أ ول فَ َق ْد ا ْغتَْبتَوُ َوإِ ْن ُ ال إِ ْن َكا َن فِ ِيو َما تَ ُق َ َول ق ُ َُخي َما أَق َ َْ ِ ِ َُْ يَ ُك ْ فيو فَ َق ْد َ َ تهو “Tahukah kalian apa itu ghibah?”, Mereka menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah menuduhnya 1 yang bukan-bukan (fitnah).” Imam an-Nawawi rahimahullah mendefinisikan ghibah dengan berkata, ”Ghibah adalah menyebutkan hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan dengan kondisi badan, agama, dunia, jiwa, perawakan, akhlak, harta, anak, istri, pembantu, gaya, ekspresi rasa senang, rasa duka dan sebagainya yang berkaitan dengan dirinya, baik dengan kata-kata yang 2 gamblang, isyarat, maupun dengan isyarat.” Aisyah radhiallahu anha berkata: “Aku menirukan gerakan seseorang di hadapan Nabi. Maka Nabi berkata, “Aku tidak suka menirukan gerakan 3 seseorang meski aku mendapatkan upah sekian dan sekian banyaknya.”
Di dalam Al Qur’anul Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang dan mencela perbuatan ghibah, sebagaimana firman-Nya, “Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka salah seorang diantara kalian memakan daging 1
HR. Muslim Jilid 4, hal. 2001, no. 2589. Al-Adzkar, hal. 288 Hadits shahih, riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya (IV/269), lihat juga Shahihul Jami’ (V/31) 2 3
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih.” (QS. Al Hujurat: 12). Begitupula Rasulullah melarang kita untuk mencemarkan kehormatan seorang muslim dengan ghibah. Di dalam Kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) terdapat riwayat hadits dari Abu Bakrah yang menceritakan bahwa Nabi bersabda,
إِ هن ِد َماءَ ُك ْم َوأ َْم َوالَ ُك ْم َحَر ٌام َعلَْي ُك ْم َك ُحْرَم ِة يَ ْوِم ُك ْم َى َذا ِِف َش ْ ِرُك ْم َى َذا ِِف َلَ ِد ُك ْم َى َذا “Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana kesucian hari kalian ini (hari tanggal 10), pada bulan kalian ini (Dzulhijjah) dan di negeri kalian yang suci ini (Mina).” Kota Mina adalah sama hukumnya dengan kota Mekkah sebagai tanah suci. Di dalam Sunan Tirmidzi terdapat riwayat yang menceritakan hadits dari Ibnu ‘Umar, beliau berkata : Rasulullah naik mimbar dan menyeru dengan suara yang lantang , “Wahai segenap manusia yang masih beriman dengan lisannya namun iman itu belum meresap ke dalam hatinya janganlah kalian menyakiti kaum muslimin. Dan janganlah melecehkan mereka. Dan janganlah mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barang siapa yang sengaja mencari-cari kejelekan saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengorek-ngorek kesalahan-kesalahannya. Dan barang siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti dihinakan, 4 meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya.” Dalam hadits lainnya, Rasulullah bersabda,
ِ ِ ِ ُُك ُّلل الْ ُ ْ ل ِم َعلَ الْ ُ ْ لم َحَر ٌام َد ُموُ َو عْر ُوُ َو َمالُو 4
Hadits ini tercantum dalam Shahihul Musnad, 1/508
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Setiap muslim terhadap muslim lainnya diharamakan darahnya, 5 kehormatannya, dan juga hartanya.” Hadits di atas menjelaskan tentang eratnya hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama muslim. Bahwa setiap muslim diharamkan menumpahkan darah (membunuh) dan merampas harta saudaranya seiman. Demikian pula setiap muslim diharamkan melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan, meremehkan, atau pun merusak kehormatan saudaranya seiman.
Dari shahabat Anas bin Malik , bahwa Rasulullah bersabda,
ٍ َت َِق ْوٍم ََلُ ْم أَظْ َف ٌار ِم ْ ُُن ورُى ْم ُ ِج ِِب َمَرْر َ اس َيَْ ُ ُشو َن ُو ُج ُ وى ُ ْم َو َ ص ُد َ لَ ه ا ُعر ِ ِ ِ ِ ِ ِ وم الن ، هاس َ َ ق، يل ُ فَ ُقْل، َ ُ َى ُؤالَء الهذي َ يَأْ ُكلُو َن ُُل: ال ُ َم ْ َى ُؤالَء يَا ج ْْب: ت َويَ َق ُو َن ِِف أ َْعَرا ِ ِ ْم “Ketika aku mi’raj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kukukukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dadadadanya. Lalu aku bertanya: “Siapakah mereka itu wahai malaikat Jibril?” Malaikat Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan 6 daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.” Dari shahabat Ibnu Umar , bahwa beliau bersabda, “Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari 7 aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya.”
5 6 7
HR. Muslim no. 2564 HR. Abu Dawud no. 4878 dan lainnya HR. At Tirmidzi dan lainnya
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dari shahabat Jabir bin Abdillah , beliau berkata, “Suatu ketika kami pernah bersama Rasulullah mencium bau bangkai yang busuk. Lalu Rasulullah berkata: ‘Apakah kalian tahu bau apa ini? (Ketahuilah) bau 8 busuk ini berasal dari orang-orang yang berbuat ghibah.” Suatu hari Aisyah radhiyallahu’anha pernah berkata kepada Rasulullah tentang Shafiyyah radhiyallahu’anha bahwa dia adalah wanita yang pendek. Maka beliau bersabda,
ِ ِ ت َكلِ ةً لَو م ِزج ْ َ ُ ْ َ ِ لََق ْد قُ ْل ُت ِبَاء الْبَ ْح ِر لَ َ َز َجْتو “Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau 9 seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan merubah air laut itu.” Asy Syaikh Salim bin Ied Al Hilali berkata: “Dapat merubah rasa dan aroma air laut, disebabkan betapa busuk dan kotornya perbutan ghibah. Hal ini 10 menunjukkan suatu peringatan keras dari perbuatan tersebut.” Sekedar menggambarkan bentuk tubuh seseorang saja sudah mendapat teguran keras dari Rasulullah , lalu bagaimana dengan menyebutkan sesuatu yang lebih keji dari itu?
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, hal yang seharusnya dilakukan seseorang yang mendengar seorang muslim dipergunjingkan, maka hendaklah dia mencegah dan menghentikan pembicaraan itu. Andaikan orang yang menggunjing itu tidak mau berhenti setelah diingatkan dengan kata-kata, maka hendaklah diingatkan dengan tangan. Seandainya orang yang mendengar ghibah tadi tidak mampu mengingatkan dengan tangan maupun dengan lisan, maka hendaklah dia meninggalkan tempat itu. Apabila dia mendengar gurunya, orang yang berjasa kepada dirinya atau orang yang memiliki kelebihan dan keshalihan dipergunjingkan maka hendaknya ada perhatian lebih terhadap apa yang 11 telah dijelaskan di atas. Allah berfirman, 8
HR. Ahmad 3/351 HR. Abu Dawud 4875 dan lainnya Lihat Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin 3/25 11 Al-Adzkar, hal 294 9
10
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Dan orang-orang yang beriman itu bila mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya, dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, semoga kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (QS. AlQashash: 55). Telah datang riwayat dari Jabir bin ‘Abdillah dan Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhuma, mereka berkata bahwa Rasulullah bersabda,
ِ ِ ُ َما ِم ام ِر ٍئ َيَْ ُذ ُل امرأً م لِ ا ِِف مو ِ ٍع تُْنت ص فِ ِيو ْ َ َ َ ُ ك فيو ُحْرَمتُوُ َويُْنتَ َق ْ َ ً ْ ُ َْ ِ ِ ِ ِ إِاله َخ َذلَوُ ه، ِم ْ ِعْر ِ ِو ُاَّللُ ِِف َم ْو ٍ ُ ُّل فيو ُ ْ َرتَو “Barang siapa yang tidak membela saudaranya sesama muslim pada saat kehormatan dan harga dirinya dilecehkan, maka Allah pasti tidak akan 12 membelanya pada saat pertolongan Allah sangat diharapkan.” Dari shahabat Abu Dzar , bahwa Rasulullah bersabda,
م رد ع عرض أخيو رد هللا ع وج و النار يوم القيامة “Barang siapa yang mencegah terbukanya aib saudaranya niscaya Allah 13 akan mencegah wajahnya dari api neraka pada hari kiamat nanti.” Demikianlah semestinya, ia tidak ridha melihat saudaranya terjatuh dalam kemaksiatan yaitu berbuat ghibah. Semestinya ia menasehatinya, bukan justru ikut larut dalam perbuatan tersebut. Kalau sekiranya ia tidak mampu menasehati atau mencegahnya dengan cara yang baik, maka hendaknya ia pergi dan menghindar darinya
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa ghibah dibolehkan karena adanya tujuan yang dibenarkan oleh syariat yang tidak mungkin tujuan itu
12
Hadits hasan, riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya (IV/271 No.4884), Lihat juga Shahih Jami’ush Shaghir (V/160) 13 HR. At Tirmidzi no. 1931 dan lainnya
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
tercapai kecuali dengan menempuh cara ini. Ghibah yang dibolehkan ini 14 ada enam sebab : 1. Mengadukan kezaliman orang kepada hakim, raja atau siapa saja yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menolongnya. Seperti dengan mengatakan: “Si Fulan menganiaya saya dengan cara demikian.” 2. Meminta bantuan orang demi mengubah kemungkaran dan mengembalikan pelaku maksiat agar kembali kepada kebenaran. Seperti dengan mengatakan: “Si Fulan telah melakukan demikian maka cegahlah dia dari perbuatan itu!” atau ungkapan semisalnya. 3. Meminta fatwa. Seperti dengan mengatakan kepada seorang mufti (ahli fatwa): “Ayahku menganiayaku.” atau “Saudaraku telah menzalimiku.” Atau “Suamiku telah menzalimiku.” Meskipun tindakan yang lebih baik dan berhati-hati ialah dengan mengatakan: “Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang melakukan perbuatan demikian dan demikian (tanpa menyebut namanya)?” 4. Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan sebagian orang dan dalam rangka menasihati mereka. Seperti mencela para periwayat hadits dan saksi, hal ini diperbolehkan berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, bahkan hukumnya wajib karena kebutuhan umat terhadapnya. 5. Menyebutkan kejelekan pelaku maksiat yang berterang-terangan dalam melakukan dosa atau bid’ahnya, seperti orang yang meminum khamr di depan khalayak, merampas harta secara paksa dan sebagainya, dengan syarat kejelekan yang disebutkan adalah yang terkait dengan kemaksiatannya tersebut dan bukan yang lainnya. 6. Untuk memperkenalkan jati diri orang. Seperti contohnya apabila ada orang yang lebih populer dengan julukan Al-A’raj (yang pincang), AlAshamm (yang tuli), Al-A’ma (yang buta) dan lain sebagainya. Akan tetapi hal ini diharamkan apabila diucapkan dalam konteks penghinaan atau melecehkan. Seandainya ada ungkapan lain yang bisa dipakai untuk 15 memperkenalkannya maka itulah yang lebih utama .
14
Syarah Nawawi fi Shahih Muslim, XVI/142 dan Al-Adzkar, hal. 292 lihat Riyadhush Shalihin, dicetak bersama Syarah Syaikh Utsaimin, 4/98-99. penerbit Darul Bashirah 15
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Setiap keluarga muslim pasti mendambakan ketenteraman dan ketenangan dalam rumah yang mereka huni. Setiap kita ingin agar rumah kita sebagaimana ungkapan ”rumahku adalah surgaku”. Bukan karena rumah itu mewah, namun karena semua merasa tentram ketika masuk dan berada di dalamnya. Lalu, bagaimana menjadikan rumah kita ibarat surga bagi penghuninya? Di antara faktor yang sangat penting adalah menjauhkan dan membentengi rumah dari setan. Mengapa? Ya, karena setan merupakan musuh anak Adam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh.” (QS. Fathir: 6). Di antara perkara yang bisa kita lakukan untuk membentengi rumah kita dari setan adalah :
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Dianjurkan seseorang mengucapkan bismillah dan banyak berzikir kepada Allah serta mengucapkan salam, sama saja apakah dalam rumah itu ada manusia atau tidak, berdasarkan firman Allah , ”Apabila kalian masuk ke rumah-rumah maka ucapkanlah salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada diri-diri kalian sendiri,
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberkahi lagi baik.” (QS. An16 Nur: 61) Ahli tafsir berbeda pendapat tentang rumah yang dimaksudkan dalam ayat 17 di atas. Ibnul ‘Arabi rahimahullahu menetapkan bahwa pendapat yang menyatakan rumah secara umum merupakan pendapat yang shahih, karena tidak ada dalil yang menunjukkan pengkhususan. Kalau rumah itu adalah rumah orang lain, maka ia ucapkan salam dan meminta izin kepada tuan rumah sebelum masuk ke dalamnya. Bila rumah itu kosong ia ucapkan, “As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin” (Semoga keselamatan untuk kami dan untuk para hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang shalih). Demikian kata Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. Namun bila dalam rumah itu ada keluarganya, anak-anaknya dan pembantunya, ia ucapkan “Assalamu ‘alaikum.” Ketika memberikan penjelasan terhadap surah Al-Kahfi ayat 39, Ibnul ‘Arabi rahimahullahu menyatakan dianjurkannya berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila salah seorang dari kita masuk rumah atau masjid dengan mengucapkan: “Masya Allah la quwwata illa billah.” Asyhab berkata, “Al-Imam Malik rahimahullahu mengatakan, ‘Sepantasnya setiap 18 orang yang masuk ke rumahnya mengucapkan zikir ini’.” Abu Umamah Al-Bahili , membawakan hadits dari Rasulullah ,
( ِمْن َ ا) َوَر ُج ٌل َد َخ َل َْيتَوُ ِ َ ٍَم فَ ُ َو:َ ِام ٌ َعلَ هللاِ َعهز َو َج هل هللاِ َعهز َو َج هل
َ ََةٌ ُكلُّل ُ ْم ََ ِام ٌ َعل
“Ada tiga golongan yang mereka seluruhnya berada dalam jaminan Allah , (di antaranya) seseorang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan 19 salam maka ia berada dalam jaminan Allah .” Makna jaminan Allah adalah berada dalam penjagaan Allah .
20
16
Al-Adzkar, hal. 25 Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 12/209 Ahkamul Qur’an, 3/1240 19 HR. Abu Dawud no. 2494 20 Al-Adzkar, hal. 26 17 18
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda,
َ َإِذَا َد َخ َل الهر ُج ُل َْيتَوُ فَ َذ َكَر هللاَ ِعْن َد ُد ُخ ْولِِو َو ِعْن َد َ َ ِام ِو ق َ ال:ال الشْهي َا ُن :ال الشْهي َا ُن َ َ َوإِ َذا َد َخ َل فَلَ ْم يَ ْذ ُك ِر هللاَ ِعْن َد ُد ُخ ْولِِو ق.َت لَ ُك ْم َوالَ َع َشاء َ َمبِْي ت َ َ َوإِ َذا َْ يَ ْذ ُك ِر هللاَ ِعْن َد َ َ ِام ِو ق.ت َ أ َْد َرْكتُ ُم الْ َ بِْي:ال َ أ َْد َرْكتُ ُم الْ َ بِْي ُ ََوالْ َ َشاء ”Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia berzikir kepada Allah saat masuknya dan ketika hendak menyantap makanannya, berkatalah setan, “Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.” Bila ia masuk rumah dalam keadaan tidak berzikir kepada Allah ketika masuknya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam.” Bila ia tidak berzikir kepada Allah ketika makannya, berkatalah setan, 21 “Kalian mendapatkan tempat bermalam sekaligus makan malam.” Berzikir kepada Allah akan mengusir setan dari rumah kita sehingga setan tidak dapat menyertai kita saat makan dan tidur. Sementara, lalai dari zikrullah akan memberikan kesempatan emas bagi setan karena ia mendapati tempat menginap plus makan malamnya. Tentunya setan ini tidak sendirian. Bersamanya ada kawan-kawannya, gerombolan setan, karena setan mengucapkan ucapan demikian kepada teman-teman, 22 pembantu-pembantu, dan sahabatnya.
Al-Qur’anul Karim akan mengharumkan rumah seorang muslim dan akan mengusir para setan. Abu Musa Al-Asy’ari mengabarkan dari Nabi ,
21 22
HR. Muslim Al-Minhaj, 11/191
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
. ٌ ِّ ِرُْ َ ا َيِّ ٌ َو َ ْ ُ َ ا َي،َمَ ُل الْ ُ ْؤِم ِ اله ِذ ْي يَ ْقَرأُ الْ ُقْر َن َمَ ُل ْااَتْ ُر هج ِة . الَ ِريْ َ ََلَا َو َ ْ ُ َ ا ُحْل ٌو،َِوَمَ ُل الْ ُ ْؤِم ِ اله ِذي الَ يَ ْقَرأُ الْ ُقْر َن َمَ ُل الته ْ َرة . ِرُْ َ ا َيِّ ٌ َو َ ْ ُ َ ا ُمٌّرر،َوَمَ ُل الْ ُ نَافِ ِ اله ِذ ْي يَ ْقَرأُ الْ ُقْر َن َمَ ُل الهرَْا َِة ِ ْ ومَل الْ نَافِ ِ اله ِذي الَ ي ْقرأُ الْ ُقر َن َك َ ِل س ََلَا ِريْ ٌ َو َ ْ ُ َ ا َ ْ ََ ْ ُ ُ ََ َ لَْي،اُلَْنظَلَة ُمٌّرر
artinya : “Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah atrujah, baunya harum dan rasanya enak. Permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis. Adapun orang munafik yang membaca AlQur’an permisalannya seperti buah raihanah, baunya wangi tapi rasanya pahit. Sementara orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti 23 buah hanzhalah, tidak ada baunya, rasanya pun pahit.” Membaca Al-Qur’an di rumah dengan penuh kekhusyukan menjadikan para malaikat akan mendekat. Seperti kejadian yang pernah dialami seorang sahabat Rasulullah yang bernama Usaid ibnu Hudhair . Suatu malam Usaid tengah membaca Al-Qur’an di tempat pengeringan kurma miliknya. Tiba-tiba kudanya melompat. Ia membaca lagi, kudanya melompat lagi. Ia terus melanjutkan bacaannya dan kudanya juga melompat. Usaid berkata, “Aku pun khawatir bila sampai kuda itu menginjak Yahya (putra Usaid) hingga aku bangkit menuju kuda tersebut. Ternyata aku dapati di atas kepalaku ada semacam naungan. Di dalamnya seperti lentera-lentera yang terus naik ke udara sampai aku tidak melihatnya lagi (hilang dari pandanganku). Di pagi harinya aku menemui Rasulullah .” Usaid kemudian menceritakan apa yang dialaminya, setelahnya Rasulullah menjelaskan,
ِ َما،هاس َ َت تَ ْ تَ ِ ُع ل َ تِْل ْ َصبَ َح ْ َ ك الْ َ َئ َكةُ َكا َ ْ َولَْو قَ َرأ،ك ْ ت َا ُ ت يََر َاىا الن تَ ْ تَِ ُ ِمْن ُ ْم 23
HR. Al-Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 1857
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Itu adalah para malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Seandainya engkau terus membaca Al-Qur’an niscaya di pagi harinya manusia akan 24 dapat melihat naungan tersebut, tidak tertutup dari mereka. “
Bila engkau merasa di rumahmu demikian banyak masalah, tampak banyak penyimpangan dan anggota-anggotanya saling berselisih, maka ketahuilah setan hadir di rumahmu, maka bersungguh-sungguhlah mengusirnya. Bagaimanakah cara mengusirnya? Rasulullah memberikan jawabannya :
َو َسنَ ُام الْ ُقْر ِن ُس ْوَرةُ الْبَ َقَرةِ َوإِ هن الشْهي َا َن إِذَا ََِس َع،إِ هن لِ ُك ِّل َش ْي ٍء َسنَ ًاما ِ سورَة الْب َقرةِ تُ ْقرأُ خرج ِم الْب ي ت اله ِذي يُ ْقُرأُ فِْي ِو ُس ْوَرةُ الْبَ َقَرة َْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ “Sesungguhnya segala sesuatu ada puncaknya (punuknya) dan puncak dari Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah. Sungguh setan bila mendengar dibacakannya surah Al-Baqarah, ia akan keluar dari rumah yang di 25 dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah tersebut.” Abu Hurairah mengabarkan dari Rasulullah , beliau bersabda,
ِ إِ هن الشهي َا َن ي ْن ِفر ِم الْب ي،الَ ََْت لُوا ي وتَ ُكم م َقاِر ُت اله ِذي تُ ْقَرأُ فِْي ِو ُس ْوَرة َْ َ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ُُ ْ َ ِالْبَ َقرة َ “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan 26 surah Al-Baqarah.”
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menyampaikan bahwa Nabi bersabda,
24 25 26
HR. Muslim no. 1895 HR. Al-Hakim, dihasankan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 588 HR. Muslim no. 1821
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ اج لُوا ِم ص َتِ ُكم ِِف ي وتِ ُكم والَ تَت هخ ُذ ْوَىا قُبُ ْوًرا َ ْ ْ ُُ ْ َ ْ ْ َ ْ “Jadikanlah bagian dari shalat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan 27 kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan.” Dalam syariat disebutkan pelarangan shalat di kuburan. Karenanya, Rasulullah melarang kita menjadikan rumah kita seperti kuburan, dengan tidak pernah dilakukan ibadah di dalamnya. Beliau menghasung kita agar memberi bagian shalat sunnah untuk dikerjakan di dalam rumah. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Rasulullah memberikan hasungan untuk mengerjakan shalat nafilah (sunnah) di rumah, karena hal itu lebih ringan dan lebih jauh dari riya, lebih menjaga dari perkara yang dapat membatalkannya. Juga dengan mengerjakan shalat nafilah di rumah akan memberi keberkahan bagi rumah tersebut. Akan turun rahmah di dalamnya, demikian pula para malaikat. Sementara setan akan lari dari 28 rumah tersebut.” Dalam hadits yang lain Rasulullah memerintahkan,
ِ ِ ِ َص َةِ الْ َ ْرِء ِِف َْيتِ ِو إِاله ال ه َة َ فَ َلَْي ُك ْم ال ه َة ِِف ُيُ ْوت ُك ْم فَِإ هن َخْي َر َالْ َ كْتُ ْوَة “Seharusnya bagi kalian untuk mengerjakan shalat di rumah-rumah kalian karena sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya terkecuali shalat 29 wajib.”
Sebuah hadits dari sahabat yang mulia, Abu Malik Al-Asy’ari , mengingatkan kita bahwa nyanyian, musik berikut alatnya bukanlah perkara yang terpuji, namun lebih dekat kepada azab. Abu Malik berkata: Rasulullah bersabda,
27 28 29
HR. Al-Bukhari no. 432 dan Muslim no. 1817 Al-Minhaj, 6/309 HR. Al-Bukhari no. 731 dan Muslim no. 1822
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ْ اُلَ ِر َير َو ْ اُلَِر َو ْ لَيَ ُكوَ ه ِم ْ أُهم ِِت أَقْ َو ٌام يَ ْ تَ ِحلُّلو َن َولَيَ ْن ِزلَ ه، ف َ اْلَ ْ َر َوالْ َ َا ِز ِ ِ - يَ ْ ِِن الْ َف ِق َري- يَأْتِي ِ ْم، وح َعلَْي ِ ْم ِ َ ا ِر َح ٍة ََلُ ْم ُ أَقْ َو ٌام إ ََل َجْن َعلَ ٍم يَُر ِ فَيُبَ يِّتُ ُ ُم ه. اج ٍة فَيَ ُقولُوا ْارِج ْع إِلَْي نَا َغ ًدا َ َاَّللُ َوي َ َُل َ َوَيَْ َ ُخ َخ ِري، ض ُع الْ َلَ َم قَِرَدةً َو َخنَا ِز َير إِ ََل يَ ْوِم الْ ِقيَ َام ِة “Benar-benar akan ada sekelompok orang dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Ada sekelompok orang yang tinggal di lereng puncak gunung. Setiap sore seorang penggembala membawa (memasukkan) hewan ternak mereka ke kandangnya. Ketika datang kepada mereka seorang fakir untuk suatu kebutuhannya, berkatalah mereka kepada si fakir, ‘Besok sajalah kamu kemari!’ Maka di malam harinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala azab mereka dengan ditimpakannya gunung tersebut kepada mereka atau diguncang dengan sekuat-kuatnya. Sementara yang selamat dari mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala ubah 30 menjadi kera-kera dan babi-babi hingga hari kiamat.”
Bila sekiranya di rumah kita ada lonceng-lonceng yang digantung serupa dengan naqus/lonceng gereja dalam hal suara ataupun model/bentuknya, walaupun tujuan kita hanya sebagai hiasan, maka singkirkanlah. Karena Nabi bersabda dalam hadits yang disampaikan Abu Hurairah ,
“Lonceng itu adalah seruling setan.”
31
ِ َ اارس مز ِامري الشهي ان ُ َ َ ُ ََْ
Masih dari Abu Hurairah , ia memberitakan sabda Rasulullah ,
ِ ِ س ٌ الَ تَ ْ َح ُ الْ َ َئ َكةُ ُرفْ َقةً في َ ا َكْل ٌ َوالَ َجَر 30 31
HR. Al-Bukhari no. 5590 HR. Muslim no. 5514
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Para malaikat tidak akan menyertai perkumpulan/rombongan yang di dalamnya ada anjing atau lonceng (yang biasa dikalungkan di leher hewan, 32 pen.).” Para malaikat adalah tentara Ar-Rahman. Mereka selalu berada dalam permusuhan dengan tentara setan. Maka, bila di suatu tempat tidak ada tentara Ar-Rahman, siapa gerangan yang menguasai tempat tersebut? Tentu para tentara setan.
Gambar dan patung yang dimaksudkan di sini adalah yang berupa/berbentuk makhluk bernyawa (hewan dan manusia). Gambar dan patung seperti ini harus disingkirkan dari rumah, terkecuali boneka untuk 33 mainan anak perempuan, demikian kata Al-Qadhi rahimahullahu. Namun boneka ini tidak boleh dalam bentuk yang detail, sebagaimana jawaban Fadhilatusy Syaikh Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu 34 ketika ditanya tentang masalah ini. Abu Hurairah berkata dari Rasulullah ,
ِ ِِ ِ يل أ َْو تَ َ ا ِو ُير ُ الَ تَ ْد ُخ ُل الْ َ َئ َكةُ َْيتًا فيو ََا “Para malaikat tidak akan masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya ada 35 patung-patung atau gambar-gambar.”
Abu Thalhah menyampaikan sabda Rasul yang mulia ,
ِِ ِ ٌورة ُ َالَ تَ ْد ُخ ُل الْ َ َئ َكةُ َْيتًا فيو َكْل ٌ َوال َص 32
HR. Muslim no. 5512 Al-Minhaj, 14/308 lihat Majmu’ Fatawa wa Rasail Fadhilatusy Syaikh, no. 329, 2/227-278 35 HR. Muslim no. 5511 33 34
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Para malaikat tidak akan masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya ada 36 anjing dan gambar.” Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan, Jibril berjanji kepada Rasulullah untuk mendatangi beliau di suatu waktu. Maka tibalah waktu tersebut namun ternyata Jibril tak kunjung datang menemui beliau. Ketika itu di tangan beliau ada sebuah tongkat, beliau melemparkan tongkat tersebut dari tangan beliau seraya berkata, “Allah dan para utusannya tidak akan menyelisihi janjinya.” Beliau lalu menoleh dan ternyata di bawah tempat tidur ada seekor anjing kecil. Beliau berkata, “Ya Aisyah, kapan anjing itu masuk ke sini?” “Saya tidak tahu,” jawab Aisyah. Beliau lalu menyuruh anjing itu dikeluarkan. Setelah itu datang Jibril. Rasulullah berkata, “Engkau berjanji kepadaku untuk datang di waktu tadi, aku pun duduk menantimu namun ternyata engkau tidak kunjung datang.” Jibril memberi alasan, “Anjing yang tadi berada dalam rumahmu mencegahku untuk masuk karena sungguh kami tidak akan masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya ada anjing dan tidak pula 37 masuk ke rumah yang ada gambar.” Dengan demikian, haram bagi seorang muslim memelihara anjing tanpa ada kebutuhan, terkecuali anjing untuk berburu, anjing penjaga kebun, atau penjaga hewan ternak/peliharaan, sebagaimana pengecualian yang disebutkan dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang akan datang penyebutannya. Barangsiapa memelihara anjing tanpa kebutuhan maka ia terkena ancaman hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut ini. Rasulullah bersabda,
ٍِ ِ ص ِم ْ َع َ لِ ِو ُك هل يَ ْوٍم قِ َري اَ ِن َ َم ِ اقْ تَ َِن َكْلبًا إاله َكْل َ َماشيَة أ َْو َ ا ٍر َ َق “Siapa yang memelihara anjing kecuali anjing penjaga ternak atau anjing 38 berburu berkurang dua qirath pahala amalannya setiap hari.”
36 37 38
HR. Al-Bukhari no. 3225 dan Muslim no. 5481 HR. Muslim no. 5478 HR. Al-Bukhari no. 5482 dan Muslim no. 3999
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dunia ini fana. Manusia hidup di dunia sekejap saja. Toh, kehidupan dunia yang hanya sementara ini nyatanya telah menjebak banyak manusia, tenggelam mencari kesenangan yang seolah tidak ada habisnya. Setelah terpenuhi satu keinginan, akan muncul keinginan yang lain, begitu seterusnya. Hingga akhirnya, kehidupan akhirat yang kekal abadi pun kemudian terlupakan. Segala cara akan ditempuh demi menggapai keinginan akan kesenangan atas segala hal yang bersifat duniawi, tidak peduli lagi baik-buruk, halal-haram, dosa dan neraka. Yang penting dapat hidup senang bergelimang harta dan memiliki kedudukan dan tahta. Apalagi saat ini, ketika harga terus melonjak naik, sementara lapangan pekerjaan makin susah, “Jangankan mencari yang halal, mencari yang haram saja susah, “ demikian kebanyakan orang sering mengeluh. Seandainya manusia mengetahui betapa kehidupan akhirat itulah sebenarbenar kehidupan, kehidupan yang tidak ada lagi kematian, tentu mereka akan mengambil apa-apa yang ada dalam kehidupan dunia ini sedikit saja dan seperlunya. Sayangnya, kesadaran akan hal ini tidak dimiliki semua orang. Hingga mereka menjadi sedemikian rakus. Ibaratnya, seluruh isi dunia ini pun masih kurang untuk memuaskan keserakahannya. Kita tentu berlindung kepada Allah dari sifat rakus dan selalu merasa kurang ini, sehingga tidak terjerumus melakukan tindakan-tindakan yang dilarang karena memperturutkan hasrat duniawi. Padahal, jika kita ingin merenung, sesungguhnya antara harta dan ketenangan hati, adalah dua hal yang berbeda, yang tak ada hubungannya. Banyak orang berlimpah harta tapi tak mampu merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Ia mampu menyewa hotel dan membeli tempat tidur yang mewah, namun tak bisa membeli rasa nyenyak. Sementara di saat
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
yang sama, banyak orang bisa bahagia dan tenang meskipun dengan harta yang terbatas. Di jalan, banyak kita saksikan tukang becak bisa mendengkur menikmati tidurnya, meski badannya tak cukup untuk duduk di kendaraan sederhana itu. Itulah keadaan kita dan itu nyata. Sedikit yang mau bersyukur. Telah banyak diberi nikmat malah dikata masih sedikit dan kurang. Padahal sebaik-baik hamba adalah yang mau bersyukur baik ketika diberi sedikit atau pun banyak. Namun yang sedikit saja jarang kita mau syukuri, apalagi yang banyak. Allah Ta’ala berfirman, artinya : “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13). Syaikh Abu Bakr Al Jazairi berkata, “Ini adalah pengkabaran yang sesuai kenyataan. Sungguh Maha Benar Allah. Sungguh yang benar-benar mensyukuri nikmat Allah amatlah sedikit di setiap waktu dan tempat. Kebanyakan berada dalam hati yang lalai, di sisi lain karena begitu jahil terhadap Rabbnya.”
Merupakan sunnatullah bahwasanya Allah Ta’ala telah menentukan ujian dan cobaan bagi para hambaNya. Mereka akan diuji dengan berbagai macam ujian, baik dengan sesuatu yang disenangi oleh jiwa berupa kemudahan dalam hidup atau kelapangan rizki, dan juga akan diuji dengan perkara yang tidak mereka sukai, berupa kemiskinan, kesulitan, musibah atau yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman, artinya : “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35) Abdullah ibnu ‘Abbas mengatakan, “Maksudnya, Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan maksiat, serta 39 petunjuk dan kesesatan.
39
Lihat Tafsir ath-Thabari, IX/26, no. 24588
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Inilah sunnatullah yang berlaku pada para hambaNya. Oleh karena itulah, kita melihat manusia ini berbeda kondisi kehidupannya. Ada yang hidup dengan harta yang melimpah, fasilitas dan kedudukan. Ada juga yang ditakdirkan hidup sederhana lagi pas-pasan. Bahkan ada juga yang hidup fakir miskin dan tidak punya apa-apa. Segala nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah ujian bagi kita, apakah kita akan menjadi hamba-Nya yang bersyukur ataukah menjadi orang yang kufur. Sungguh benar apa yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis salam tatkala mendapatkan nikmat, beliau mengatakan : “Ini termasuk karunia dari Rabb-ku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur ataukah mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabb-ku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml: 40).
Syukur adalah akhlaq yang mulia, yang muncul karena kecintaan dan keridha’an yang besar terhadap Sang Pemberi Nikmat. Syukur tidak akan mungkin bisa terwujud jika tidak diawali dengan keridha’an. Seseorang yang diberikan nikmat oleh Allah walaupun sedikit, tidak mungkin akan bersyukur kalau tidak ada keridha’an. Orang yang mendapatkan penghasilan yang sedikit, hasil panen yang minim atau pendapatan yang pas-pasan, tidak akan bisa bersyukur jika tidak ada keridha’an. Demikian pula orang yang diberi kelancaran rizki dan harta yang melimpah, akan terus merasa kurang dan tidak akan bersyukur jika tidak diiringi keridha’an. Syukur itu, sebenarnya tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan “alhamdulillah”. Namun hendaknya seorang hamba bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qudamahrahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati, 40 lisan dan anggota badan. Ibnu Qayyim rahimahullah melengkapi hakikat syukur tersebut dengan menjelaskan bahwa syukur kepada Allah itu adalah tampaknya bekas nikmat Allah pada lisan sang hamba dalam bentuk pujian dan
40
Lihat Minhajul Qasidin, hal. 305
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
pengakuan, di dalam hatinya dalam bentuk kesaksian dan rasa cinta, dan 41 pada anggota tubuhnya dalam bentuk patuh dan taat. Beliau rahimahullah lebih lanjut juga menjelaskan bahwa syukur itu mempunyai 5 (lima) pilar pokok yang apa bila salah satunya tidak terpenuhi maka syukur menjadi batal dan dianggap belum bersyukur. Lima pilar pokok itu adalah : (i) kepatuhan orang yang bersyukur kepada Pemberi nikmat (yaitu Allah ); (ii) mencintaiNya; (iii) mengakui nikmat dari-Nya; (iv) memuji-Nya atas nikmat-Nya; dan (v) tidak menggunakan nikmat yang diberikan-Nya untuk sesuatu yang tidak Dia suka. Makanya, Saudaraku : 1. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia masih saja bermaksiat dan tidak patuh terhadap berbagai perintah dan laranganNya; 2. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia masih menjadikan cinta kepada makhluk di atas cinta kepadaNya; 3. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia masih merasa bahwa nikmat-nikmat yang telah ia rasakan dan nikmati adalah hasil usaha dan jerih payahnya sendiri. Sementara, keyakinan bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah dan bukan dari selain-Nya adalah wajib dan mutlak. Allah berfirman, artinya : “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya)…”(QS. An-Nahl: 53). Meskipun bisa jadi, kita mendapatkan nikmat itu melalui teman, aktivitas jual beli, bekerja atau yang lainnya, semuanya itu adalah hanyalah perantara untuk mendapatkan nikmat. Orang yang menisbatkan bahwa nikmat yang ia peroleh berasal dari Allah Ta’ala, ia adalah hamba yang bersyukur. Selain mengakui dan meyakini bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari Allah Ta’ala hendaklah ia mencintai nikmat-nikmat yang ia peroleh; 4. Tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia masih kikir untuk selalu menyanjung dan memuji namaNya dalam lisannya. Lisannya hendaknya senantiasa mengucapkan kalimat thayyibbah sebagai bentuk pujian terhadap Allah Ta’ala. Hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan lisannya. Allah sangat senang apabila dipuji oleh hamba-Nya. Allah cinta kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuji Allah Ta’ala. “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.(QS. Adh-Dhuha: 41
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Tahdzib Madarij al-Salikin oleh Abdul Mun`im al`Izzî, hal. 348
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
5.
11). Seorang hamba yang setelah makan mengucapkan rasa syukurnya dengan berdoa, maka ia telah bersyukur. Sebagaimana sabda Rasulullah , “Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwah” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang 42 telah lalu.” Terdapat pula dalam hadits riwayat Anas bin Malik , Nabi bersabda, artinya : “Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) 43 sesudah makan dan minum” . Bahkan, ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sebaiknya tetaplah kita memuji Allah . Dari Aisyah radhiallahu anha, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak 44 menyenangkan beliau mengucapkan“Alhamdulillah ‘ala kulli hal.” Dan, tidaklah seorang hamba dianggap bersyukur kepada Allah ketika ia dengan tenang dan nyaman, menggunakan berbagai karunia dan nikmat Allah kepadanya untuk bermaksit dan melanggar aturanaturanNya.Wallahul-musta’an. Sesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah Ta’ala akan menggunakan nikmat Allah untuk beramal shalih, tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Ia gunakan matanya untuk melihat hal yang baik, lisannya tidak untuk berkata kecuali yang baik, dan anggota badannya ia gunakan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.
Allah berfirman, artinya : “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (QS. Al-Baqarah: 152) Pada ayat tersebut Allah memerintahkannya secara khusus. Allah berfirman yang artinya, “Maka bersyukurlah kepada-Ku.” Setelah perintah bersyukur, Allah juga berfirman : “Dan janganlah kalian kufur”. Yang dimaksud dengan kata ‘kufur’ di sini adalah yang menjadi lawan dari 42 43 44
HR. Tirmidzi. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan HR. Muslim HR Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani menilai hadits ini hasan
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
kata syukur. Sehingga kufur di sini bermakna tindakan mengingkari nikmat dan menentangnya, tidak menggunakannya dengan baik. Dan bisa jadi maknanya lebih luas daripada itu, sehingga ia mencakup banyak bentuk pengingkaran. Pengingkaran yang paling besar adalah kekafiran kepada Allah, kemudian diikuti oleh berbagai macam perbuatan kemaksiatan yang beraneka ragam jenisnya dari yang berupa kemusyrikan sampai yang ada di 45 bawah-bawahnya.” Olehnya, marilah kita menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur kepadaNya. Janganlah hidup ini kita penuhi dengan keluh kesah yang tidak berkesudahan. Yakinlah, segala nikmat dan ujian adalah pilihan terbaik Allah untuk hambaNya. Syukuri apa yang ada. Masih banyak orangorang yang lebih susah dari kita. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu bersyukur kepadaNya. Wallahu a’lam.
45
Lihat Taisir Karimir Rahman, hal. 74
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Mencuci mata” sudah menjadi kebiasaan banyak orang utamanya di kalangan para muda.Nongkrong di pinggir jalan, menikmati pemandangan alam yang indah dan penuh pesona adalah hal biasa. Apalagi, di zaman yang serba canggih seperti sekarang, zaman gadgetdan smartphone, begitu memanjakan kita untuk mengakses dunia maya yang penuh dengan warna, tak terkecuali “alam indah” untuk “mencuci mata”. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah alam apakah yang sedemikian indahnya sehingga menjadikan orang-orang atau para muda begitu tertarik dan kerasan untuk nongkrong dan memantau gadget hingga berjam-jam? Ternyata alam tersebut adalah wanita, sumber fitnah bagi lelaki sejak zaman dahulu. “Saya melihat karena kekaguman terhadap ciptaan Allah, Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”, seloroh mereka. Benarkah pernyataan ini? Ini jelas adalah tipu daya dan racun syaitan yang telah merasuk dalam jiwa. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba memaparkan beberapa perkara yang berkaitan dengan hukum pandangan. Semoga Allah memberikan taufiq-Nya.
Allah berfirman, artinya : “Katakanlah kepada para lelaki yang beriman, “Hendaknya mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”, dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, “Hendaknya mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka…..Hingga firman Allah di akhir ayat : “Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kalian beruntung” (QS. An-Nuur 30-31).
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Ayat yang agung di atas mungkin sering terlewati begitu saja saat lisan kita bergerak membaca kitabullah. Tidak hanya sekali atau dua kali. Namun karena diri kita kosong dari penghayatan atau barangkali tidak paham dengan maknanya, akhirnya kita pun belum mengamalkannya. Alhasil, pandangan mata kita tidak terjaga. Kita pun membiarkannya liar memandang apa saja yang dia inginkan tanpa ada rasa segan dan takut kepada Sang Penguasa langit, bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Wallahul-musta’an. Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah, “Ayat ini merupakan dalil akan wajibnya bertaubat karena tidak menundukan pandangan dan tidak menjaga kemaluan. Menundukkan pandangan yaitu dengan menahan pandangan dan tidak mengumbarnya. Karena tidak menundukkan pandangan dan tidak menjaga kemaluan merupakan sebab kebinasaan dan sebab kecelakaan dan timbulnya fitnah. Nabi telah bersabda,
ت َ ْ ِدي فِْت نَةً أَ َ هر َعلَ الِّر َج ِال ِم َ النِّ َ ِاء ُ َما تَ َرْك
”Tidak pernah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya terhadap kaum 46 pria daripada finah para wanita” . Begitu juga sabda beliau ,
ِ ِ ِ ت ِِف النِّ َ اء ْ َ َوإِ هن أَهوَل فْت نَة ِ َِِن إِ ْسَرائْي َل َكا
“Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah 47 fitnah wanita” .
Maka wajib atas kita untuk saling menasehati untuk bertaubat dan hendaknya saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya apakah seseorang di antara kita telah bertaubat ataukah masih senantiasa tenggelam dalam dosa-dosanya, karena Allah mengarahkan perintah untuk 48 bertaubat kepada kita semua.” Rasulullah pernah berkata kepada Ali ,
46 47 48
HR. Bukhari HR. Muslim Lihat Syarah Riyadhus Shalihin
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ ِ ك اا َ ك اا َُخْي َرة َ َت ل َ َ فَِإهَا ل,يَا َعل ّيُ ! الَتُْتبِ ِع النهظَْرَة النهظَْرَة ْ َ ُوَل َولَْي “Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir 49 (pandangan yang kedua)” . Salah seorang sahabat beliau , bernama Jarir bin Abdillah , pernah berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba (tidak sengaja), maka beliau memerintahan aku untuk 50 memalingkan pandanganku” . Diceritakan juga dari Ibnu Abbas , bahwasanya “Rasulullah pernah membonceng Al-Fadl, lalu datang seorang wanita dari Khats’am. Al-Fadl memandang kepada wanita tersebut –dalam riwayat yang lain, kecantikan wanita itu menjadikan Al-Fadl kagum- dan wanita itu juga memandang kepada Al-Fadl, maka Nabipun memalingkan wajah Al-Fadl ke arah lain 51 (sehingga tidak memandang wanita tersebut)…” . Berdasarkan dalil al-Qur’an dan beberapa hadits di atas, jelaslah bahwa perintah menjaga pandangan adalah wajib dan memandang wajah seorang wanita (yang bukan mahram) hukumnya haram. Hal ini nampak dari perintah Nabi kepada para sahabatnya Ali dan Jarir radhiyallahu anhuma. Begitu pula Nabi memalingkan wajah Al-Fadl sehingga tidak lagi 52 memandang wajah wanita tersebut . Keutaman Menjaga Pandangan Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah adalah akhlak yang mulia. Rasulullah menjamin surga bagi orang-orang yang mampu menjaga pandangannya. Beliau bersabda,
49
HR. Abu Dawud. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani HR. Muslim HR. Bukhari 52 Lihat Adhwaa’ul Bayan, Tafsir Surat 24/31 50 51
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ ٍ ِ ِ ِ اُ ْك ُفلُوا َو إِ َذا,ب ْ ِ ت أَ ْك ُف ْل لَ ُك ْم َ إِ َذا َحد,ااَن ِهة ْ َح ُد ُك ْم فَ َ يَكْذ َ هث أ , َوُكف ُّْلوا أَيْ ِديَ ُك ْم, غُض ُّْلوا أَْ َ َارُك ْم, ْ ِ َو إِذَا َو َع َد فَ َ َيُْل, ْ ُْااُِ َ فَ َ ََي اح َفظُْوا فُ ُرْو َج ُك ْم ْ َو “Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan53 tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian” . Berkata Imam Mujahid rahimahullah, “Menundukkan pandangan dari hal54 hal yang diharamkan oleh Allah menimbulkan kecintaan kepada Allah” .
Menjaga pandangan, memang sulit. Apalagi di zaman ini. Hal-hal yang diharamkan untuk dipandang hampir ada di setiap tempat, di pasar, di rumah sakit, bahkan di tempat-tempat ibadah. Bahkan, di dalam rumah sekalipun, di tempat yang relatif aman dari dunia luar, juga tak luput dari ancaman gambar-gambar tersebut. Hadirnya televisi, gadget, smatphone, internet dan lainnya di dalam rumah adalah di antara jalurjalurnya. Wallahul Musta’an. Betapa tidak, ketika para wanita tampil dengan menghiasi tubuhnya, syaitan pun datang dengan keahliannya menjadikannya semakin indah dipandang mata. Sementara secara asal, wanita memang adalah aurat yang harus tersembunyi kecuali bagi orang-orang yang berhak. Rasulullah bersabda,
استَ ْشَرفَ َ ا الشْهي َا ُن ْ ااْرأَةُ َع ْوَرةٌ فَِإ َذا َخَر َج ْ ت َ 55
“Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka syaitan memandangnya” .
53 54 55
HR. Thabrani. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani Lihat Majmu’ Al-Fatawa 15/396 HR. Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Berkata Al-Mubarakfuri, “(Maksudnya) Yaitu syaitan menghiasi wanita 56 pada pandangan para lelaki” . Tetapi, ketika kita mampu menjaga pandangan di saat sulit, di situlah ganjaran pahalanya begitu besar. Rasulullah bersabda, ”Beribadah pada zaman yang sulit (terjadi 57 fitnah) bagaikan berhijrah kepada-Ku” . Di antara penyebab terjangkitinya sebagian orang dengan penyakit ini, bahkan menimpa para penuntut ilmu, adalah karena sebagian mereka telah terperangkap bisikan dan rayuan syaitan bahwasanya memandang wanita tidaklah mengapa jika tidak diiringi syahwat. Atau bisikan lainnya bahwasanya hal ini adalah dosa dan tidak mengapa menyepelekannya. Padahal ada sebuah kaidah penting dalam agama yang telah kita ketahui bersama yaitu “Tidak lagi disebut dosa kecil jika (perbuatan maksiat itu) dilakukan terus menerus”. Berkata Syaikh Abu Muhammad bin Abdissalam tentang definisi “terus menerus”, “Yaitu dosa kecil itu ia lakukan berulangulang sehingga ia merasakan sedikitnya kepeduliannya dengan agamanya, yaitu ia merasakan bahwa ia telah melakukan dosa besar dengan dosa58 dosa kecil tersebut” .
Perintah Allah secara khusus untuk bertaubat dari tidak menjaga pandangan mata menunjukan bahwa hal ini bukanlah perkara yang sepele. Pandangan mata merupakan awal dari berbagai macam malapetaka. Barangsiapa yang semakin banyak memandang wanita yang bukan mahramnya maka semakin dalam kecintaannya kepadanya hingga akhirnya 59 akan mengantarkannya kepada jurang kebinasaannya, Wal ‘iyadzu billah . Yang sangat menyedihkan, masih saja ada di antara kita yang merasa dirinya aman dari fitnah dengan terus mengumbar pandangannya. Hal ini tidak lain kecuali karena dia telah terbiasa, sehingga kemaksiatan tersebut terasa ringan di matanya. Dan ini merupakan ciri-ciri orang munafik. Berkata Abdullah bin Mas’ud , “Seorang mu’min memandang dosadosanya seperti gunung yang ia berada di bawah gunung tersebut, dia takut (sewaktu-waktu) gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun
56
Lihat Tuhfatul Ahwadzi 4/2835 HR. Muslim Lihat Al-Minhaj 2/87 59 Lihat Adhwaul Bayan, tafsir surat 24/31 57 58
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
seorang munafik memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang 60 terbang melewati hidungnya lalu dia pun mngusir lalat tersebut” . Parahnya, mengumbar pandangan kepada yang tidak halal, merupakan salah satu bagian zina yang diharamkan. Rasulullah pernah bersabda,
ِ ِ ِ ْ َك َال ََمَالَةَ فَ ِزَا الْ َْي ن ِّ ْ اَّللَ َكتَ َعلَ ا ْ ِ َد َم َحظهوُ ِم ْي َ الزَا أ َْد َرَك ذَل َ إ هن ه ِ ِ ِ ِ ِ ك أ َْو َ س ََهِن َوتَ ْشتَ ِ ي َوالْ َف ْر ُج يُ َ ّد ُق َذل ُ النهظَُر َوزَا اللّ َ ان النُّل ْ ُ َوالنه ْف ِ ُيُ َك ّذ ُو
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi setiap anak Adam bagiannya dari zina, ia mengalami hal tersebut secara pasti. Kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang dan kaki zinanya adalah berjalan dan hati berhasrat dan berangan-angan dan hal 61 tersebut dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya” . Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kebanyakannya maksiat itu masuk kepada seorang hamba melalui empat pintu, yang keempat pintu tersebut adalah kilasan pandangan, betikan di benak hati, ucapan dan tindakan. Adapun pandangan maka dia adalah pembimbing (penunjuk jalan) bagi syahwat dan utusan syahwat. Menjaga pandangan merupakan dasar untuk menjaga kemaluan, barangsiapa yang mengumbar pandangannya maka dia telah mengantarkan dirinya terjebak dalam tempat-tempat kebinasaan. Pandangan merupakan sumber munculnya kebanyakan malapetaka yang menimpa manusia, karena pandangan melahirkan betikan hati kemudian berlanjut betikan di benak hati menimbulkan pemikiran (perenungan/lamunan) lalu pemikiran menimbulkan syahwat kemudian syahwat melahirkan keinginan kemudian menguat kehendak tersebut hingga menjadi ‘azam/tekad (keinginan yang sangat kuat) lalu timbullah tindakan –dan pasti terjadi tindakan tersebut- yang tidak sesuatupun yang mampu mencegahnya. Oleh karena itu dikatakan “kesabaran untuk menundukan pandangan lebih mudah daripada kesabaran menahan kepedihan yang akan timbul kelak akibat tidak menjaga pandangan”.
60 61
Shahihul Bukhari no. 6308 HR. Bukhari dan Muslim
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Beberapa kiat yang dapat diupayakan untuk menjaga pandangan dari halhal yang diharamkan oleh Allah : Selalu mengingat bahwa Allah senantiasa mengawasi perbuatan kita, tatkala kita sendiri atau pun dalam ramai. Juga termasuk pengawasan oleh para malaikatNya yang senantiasa mengawasi dan mencatat seluruh perbuatan kita. Ingatlah selalu bahwa mata kita kelak akan menjadi saksi atas perbuatannya pada hari kiamat. Begitu pula, bumi yang kita pijak tatkala kita mengumbar pandangan, juga akan menjadi saksi. Berupaya bersungguh-sungguh untuk membiasakan diri menjaga pandangan. Dan barang siapa yang berusaha untuk bersabar maka Allah akan menjadikannya orang yang sabar. Jika jiwa telah terbiasa menundukkan pandangan maka kelak akan menjadi mudah bagi kita. Walaupun pada mulanya memang terasa sangat sulit, namun berusahalah! Menjauhi tempat-tempat yang rawan timbulnya fitnah pandangan. Demikian juga, hati-hati mendekati hal-hal yang merupakan sarana mengumbar aurat wanita hanya karena alasan untuk mengikuti berita dan mengikuti perkembangan informasi dunia. Banyak membasahi lisan dengan dzikir kepada Allah , karena dzikir merupakan benteng dari gangguan syaitan. Biasakanlah dengan membaca dzikir pagi dan petang demikian juga dengan dzikir-dzikir yang lain, terlebih lagi di kala fitnah aurat wanita berada di hadapannya hingga kita bisa menolak gangguan syaitan. Jika belum menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya dalam pernikahan terlalu banyak manfaat untuk membantu engkau menundukkan pandangan. Jika telah menikah dan beristri, ingatlah bahwa menjaga pandangan dari hal yang diharamkan menjadi sebab baginya untuk menemukan kenikmatan pada apa yang telah dihalalkan Allah baginya. Ingatlah, pengorbanan kita dengan menahan mata dari memandang halhal yang menawan namun diharamkan, akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik, bisa jadi berupa pahala yang besar di dunia atau bidadari surga yang kecantikannya tak terbayangkan. Rasulullah bersabda,
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ َ َك هللا ما ىو خري ل ِ ِِ َ ِإ ُك مْنو ٌ َ َ ُ َ ُ َ َهك لَ ْ تَ َد َ َشْيًا هَّلل إاله أَْ َدل
“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah 62 kecuali Allah akan menggantikan bagi engkau yang lebih baik darinya” .
Hendaknya kita selalu mengingat nikmat pandangan mata sebagai nikmat yang luar biasa. Berkata Ibnul Jauzi rahimahullah, “Sesungguhnya matamu adalah suatu nikmat yang Allah anugrahkan kepadamu, maka janganlah engkau bermaksiat kepada Allah dengan karunia ini. Gunakanlah karunia ini dengan menundukkannya dari hal-hal yang diharamkan, niscaya engkau akan beruntung. Waspadalah! Jangan sampai hukuman Allah (karena engkau tidak menjaga pandangan) menghilangkan karuniaNya tersebut. Waktumu untuk berjihad dalam menundukkan pandanganmu terfokus pada sesaat saja. Jika engkau mampu melakukannya (menjaga pandanganmu di waktu yang sesaat tersebut) maka engkau akan meraih kebaikan yang berlipat ganda dan engkau selamat dari keburukan yang 63 berkepanjangan” .
62 63
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Lihat Dzammul Hawa hal.78
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Berkumpul bersama sanak keluarga tercinta dalam kehidupan dunia adalah sebuah reuni yang akan selalu dirindukan oleh manusia. Tak terkecuali Anda dan kami pastinya. Seorang suami akan merasa bahagia jika bisa bertemu istri dan anak-anaknya. Begitu pula sebaliknya, seorang anak akan merasa bahagia jika bisa bertemu dengan ibu-bapaknya. Dan tentunya, kebahagiaan dalam kebersamaan ini diharapkan terjadi selamanya. Bahkan, tidak hanya di dunia, tetapi juga berlanjut sampai di akhirat nanti. Inilah reuni terindah di surga-Nya kelak. Bukan begitu? Pertanyaannya, bisakah kita mewujudkan harapan ini? Kalau bisa, bagaimanakah caranya? *** Masuk surga adalah cita-cita dan harapan tertinggi setiap orang beriman. Di sanalah semua kebahagiaan dan kenikmatan yang diinginkannya tersedia. Tidak ada kenikmatan yang melebihi nikmat-nikmat di sana. Karenanya, ia merasa ringan dan senang dalam mengemban perintah dan menjauhi larangan dalam Islam. Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Aku persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih, kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga 64 dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia” . Kebahagiaan di surga tentunya akan semakin sempurna, jika kelak seorang mukmin dikumpulkan bersama keluarga besarnya dari kalangan bapak, ibu, pasangan dan anak keturunan mereka. Bisakah seperti itu?
64
HR. Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dalam sebuah ayatNya yang mulia, Allah berfirman, artinya : “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersamasama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu” (QS. Al-Ra’du: 22-23). Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menafsirkan penggalan ayat ; “yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya”, maksudnya adalah “bahwa Allah mengumpulkan mereka bersama orang-orang yang mereka cintai di dalamnya (surga ‘Adn); yaitu bapak-bapak, istri-istri, dan anak-anak mereka dari kalangan orang-orang beriman yang berhak masuk Surga”. Ayat ini dikuatkan ayat lain dari doa malaikat pemikul ‘arsy Allah untuk hamba-hamba beriman, agar kaum mukminin dimasukkan ke dalam surga bersama orang-orang shalih dari bapak-bapak mereka, pasangan-pasangan mereka, dan keturunan-keturunan mereka. Mereka berdoa (artinya) : “Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS. Ghaafir: 8). Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata dalam Fatawa Nuur 'Alaa al-Darb, “Apabila seseorang masuk surga, apakah ia akan berjumpa dengan kerabat-kerabatnya? Ya, ia akan berjumpa dengan kerabat-kerabatnya dan orang-orang yang membuat hatinya senang, berdasarkan firman Allah, “Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya” (QS. Al-Zukhruf: 71)”. Dari beberapa ayat dan penjelasan dari penafsiran ulama di atas, telah jelas bahwa seorang mukmin memiliki kesempatan untuk berkumpul kembali dengan anggota keluarganya di surga kelak. Semoga kita bisa meraihnya. Amin
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana jika derajat amalan seorang anak dan orang tua tidak sama? Secara nalar, tentu saja derajat mereka di surga akan berbeda. Bagaimana mereka bisa dikumpulkan di satu tempat yang sama? Bisakah? Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Imam Ibnu Katsir rahimahullahmenjelaskan, “Supaya hati mereka bahagia karena dapat berkumpul dengan mereka, diangkatlah derajat mereka yang lebih rendah kepada derajat yang lebih tinggi sebagai pemberian dan kebaikan dari Allah , tanpa dikurangi derajat orang yang lebih tinggi”. Beliau rahimahullah kemudian menyebutkan firman Allah : “Dan orangorang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”(QS. At-Thuur: 21), lalu mengatakan, “Maksudnya adalah bahwa (Kami) kumpulkan mereka semua agar bahagia hati mereka dengan berkumpul di tempat yang bersebelahan, yakni Kami (Allah) samakan (kumpulkan) setiap mereka di satu tempat, supaya mereka bahagia. Kami tidak kurangi yang derajatnya tinggi sehingga sama dengan yang derajatnya rendah, tetapi kami angkat yang amalnya kurang lalu kami samakan ia dengan yang banyak amalnya, sebagai karunia dan pemberian dari Kami”. Ibnu Abbas juga berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat (meninggikan derajat) anak-anak seorang mukmin pada tingkatannya walau amal mereka ada di bawahnya supaya gembira hatinya”. Lajnah al-Daimah (Komite Fatwa Arab Saudi) berkaitan persoalan ini menguatkan kesimpulan di atas dengan Fatwa Nomor 2/409 : “bahwa Allah Azza wa Jalla mengabarkan bahwa dengan karunia, pemberian, dan kemurahan-Nya, akan mempertemukan anak-anak keturunan kaum mukminin dengan bapak-bapak mereka dalam satu tempat walau amal mereka tidak mencapai derajat amal bapak-bapak mereka. Allah Azza wa Jalla mengabarkan bahwa dengan karunia, pemberian, dan kemurahanNya akan mempertemukan anak-anak keturunan kaum mukminin dengan bapak-bapak mereka dalam satu tempat”.
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Jadi, dengan karunia Allah , seseorang akan berkumpul bersama anakanaknya di satu manzilah (kedudukan) jika sebelumnya seorang anak berada di bawah manzilah (tingkatan)-nya. Said bin Jubair mengatakan, “Tatkala seorang mukmin memasuki surga maka ia akan menanyakan tentang bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya dimanakah mereka? Maka dikatakan kepadanya bahwa mereka semua tidak sampai pada derajatmu di surga. Maka orang mukmin tersebut menjawab ‘Sesungguhnya pahala amal kebaikanku ini untukku dan untuk mereka.’ Maka mereka (keluarganya) dipertemukan pada satu kedudukan 65 dengannya” . Demikianlah karunia Allah yang dilimpahkan kepada orang-orang beriman, di mana karunia Surga kepada anak keturunan karena berkah dari amal shalih orang tua mereka dan karunia yang Allah berikan kepada para orang tua disebabkan berkah keshalihan dan doa anak keturunan mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, artinya : “Sesungguhnya seorang lelaki terangkat derajatnya di Surga,lalu ia berkata : “Darimanakah ini kuperoleh?“ Dikatakan kepadanya : “Dari istigfar 66 anakmu untuk dirimu“ . Dan sabda Nabi lainnya, artinya : “Apabila seorang anak Adam mati, terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang 67 selalu mendoakannya” .
Perlu dicatat, bahwa yang membuat mereka berkumpul di surga bukan semata karena nasabnya. Bukan itu. Tetapi, berkumpul di surga bisa terwujud karena adanya iman dan amal shalih yang menjadikan mereka masuk surga. Jika kita kembali melihat beberapa firman Allah yang mulia terkait hal ini, maka setidaknya ada dua syarat agar kita bisa berkumpul bersama dalam kebahagiaan di akhirat kelak, yaitu: Pertama, firman Allah dalam QS. At-Thuur: 21 ini memberikan pemahaman, bahwa agar orang tua dan anak dapat berkumpul dalam
65 66 67
Tafsir Ibn Katsir, 4/73 HR. Ibnu Majah HR. Muslim
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
kebahagiaan di Surga, maka syaratnya harus memiliki kesamaan visi dan misi dalam keimanan. Jika salah satu dari anggota keluarga berbeda, maka tempatnya akan berbeda pula dan tentunya tidak mungkin dapat bertemu. Satu di surga dan yang lainnya di neraka. Na’udzubillah. Kedua, agar bisa dipertemukan di Surga adalah adanya kesamaan dalam beramal shalih. Hal ini sebagaimana tercermin dari doa para malaikat kepada Allah dalam QS. Ghaafir : 8. Berdasarkan ayat ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kesamaan amal shalih antara suami, istri dan keturunannya menjadi modal utama untuk bisa bertemu di surga. Seluruh anggota keluarga sama-sama menghidupkan semangat untuk terus bermal shalih. Dan, tentunya amal shalih ini merupakan manifestasi atau penterjemahan dari kesamaan visi dan misi keimanan. Sehingga, jika kita ingin dan berharap agar kebahagiaan bersama berlanjut sampai di akhirat kelak, maka salah satu caranya tiada lain berupaya semaksimal mungkin untuk menjadikan diri sendiri dan anggota keluarga memiliki iman dan amal shalih. Kisah Nabi Nuh ‘alahissalam dan anaknya memberikan gambaran lebih lanjut, bahwa ketidaksamaan visi iman dan amal shalih akan mengakibatkan terputusnya hubungan keturunan. Nabi Nuh ‘alahissalam, berusaha mendidik anaknya untuk beriman dan beramal shalih. Namun anaknya durhaka dan memilih jalan lain. Saat banjir melanda, nabi Nuh ‘alahissalam bermunajat, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya" (QS. Hud : 45). Tetapi, apa jawaban Allah ? Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan" (QS. Hud : 46). Karenanya, seorang mukmin haruslah berusaha untuk men-shalih-kan orang-orang dekat dan dicintainya khususnya kepada isteri dan anakanaknya melalui nasihat, dakwah, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Juga, seorang mukmin harus meminta kepada-Nya agar ia dikumpulkan bersama ibu-bapaknya di dalam Jannah, memohon ampunan bagi keduanya agar derajat mereka terangkat di Jannah. Sungguh kebahagiaan yang sempurna, ketika kita dipertemukan dengan isteri dalam rupa nan indah, dengan suami dalam wajah yang menawan, dengan anak –anak yang menyejukkan pandangan, serta ibu-bapak dengan cahaya indah di wajah mereka. Ya Allah, kumpulkanlah kami di surga-Mu bersama orang-orang yang kami cintai, dan lindungilah kami dari adzab neraka. Amin. Wallahu a’lam.
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang memiliki kedudukan sangat tinggi di sisi-Nya. Ia merupakan makhluk yang selalu menta’ati Allah dalam setiap keadaan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah at-Tahrim ayat 6 (artinya) :“Tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Allah juga mensifatkan malaikat sebagaimana dalam firmanNya (artinya) : “Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya (QS. AlAnbiya :26-28). Di dalam al-Qur’an ada satu ayat yang sangat terkenal bahkan selalu dan sering kita mendengarnya, khususnya pada saat kita menghadiri shalat Jumat, yakni surah al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi : “Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna ‘alannabiy, yaa ayyuhalladzina aamanuu, shallu ‘alaihi wa shallimuu tasliimaa” “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang berima, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Pernahkah kita bertanya, apa makna shalawat Allah dan MalaikatNya? Pertama, makna shalawat Allah kepada hambanya, para ulama kita telah mengungkapkan beberapa makna : 1. Pujian Allah kepada para hamba di hadapan para malaikat. Makna ini diungkapkan oleh Abul ‘Aliyah rahimahullah sebagai penjelas makna shalawat Allah kepada Nabi-Nya yang mulia, yaitu : “Shalawat Allah kepada Nabi-Nya adalah sebuah pujian di hadapan para Malaikat.” (Kitab Shahih Bukhari kitab at-Tafsir bab Innalllaha wa Malaikatahu Yusholluna ‘alannabiy). 2. Penyucian Allah kepada hamba-Nya. Imam ar-Raghib al-Ashfahani rahimahullah berkata, ”Sebenarnya shalawat Allah kepada kaum muslimin 68 bermakna penyucian Allah kepada mereka” . 3. Kasih sayang Allah kepada para hamba. Imam Abu ‘ubaid alrahimahullah berkata, ”Ia merupakan sebuah wujud kasih saying dari Allah.” 4. Kemuliaan dari Allah . Makna ini diungkapkan oleh Sufyan atsTsauryrahimahullah. 5. Keberkahan dari Allah. Makna ini diungkapkan oleh Abu Ubaidah 69 rahimahullah . Kedua, adapun makna shalawat para malaikat kepada para hamba Allah, al-Hafiz Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,”Ada dua pendapat tentang makna shalawat para malaikat kepada para hamba Allah, yakni : 1. Do’a Malaikat kepada mereka. Makna ini diungkapkan oleh Abul ‘Aliyah 70 rahimahullah . 2. Permohonan ampunan yang mereka panjatkan kepada Allah untuk 71 para hamba. Makna ini diungkapkan oleh Muqatil rahimahullah . 68
Lihat Kitab al-Mufradat fii Gharibil Qur’an Dalam Zadul Masir Kitab Shahih Bukhari kitab at-Tafsir bab Innalllaha wa Malaikatahu Yusholluna ‘alannabiy 71 Dalam Zadul Masir 69 70
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Sedangkan lawan dari shalawat adalah laknat. Apa makna laknat Allah, malaikat dan manusia? Laknat maknanya adalah pengusiran karena kemurkaaan. Laknat Allah pada hari kiamat dalam bentuk siksaan, sedangkan di dunia dalam bentuk terputusnya seorang hamba dari kasih sayang dan pertolongan-Nya, sedangkan dari manusia dalam bentuk sebuah do’a agar orang yang 72 terlaknat tertimpa bencana . Nah, dari beberapa penjelasan di atas, sebagai manusia yang cerdas, tentulah kita sangat berharap dan ingin meraih doa dan shalawat dari Allah dan malaikatNya. Jika saja, seseorang dibolehkan untuk bertawassul kepada orang shalih yang masih hidup untuk mendoakannya kepada Allah , karena diharapkan bahwa kemungkinan terkabulnya doa tersebut lebih besar (karena dia adalah orang yang shalih), maka bagaimana lagi jika yang mendoakan kita adalah para malaikat Allah ? Bukankah malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah bermaksiat dan selalu taat kepadaNya? Jauh sebelum kita lahir, Rasulullah telah mengabarkan kepada kita, tips dan trik meraih doa para malaikat tersebut. Tentu dengan harapan agar kita lebih termotivasi dalam beramal shalih meskipun itu nampak kecil. Dan yang pasti itu semua untuk kebaikan kita di dunia dan di akhirat. Apa sajakah “tips dan trik” itu? Berikut kami sampaikan satu per satu secara singkat :
Imam Ibnu Hibban rahimahullah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar , bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa `Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan 73 karena tidur dalam keadaan suci” .
72
Lihat al-Mufradat fii Gharibil Qur’an Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37 73
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Ini nampak sepele. Namun ganjarannya begitu besar. Subhanallah.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ,bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya `Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah 74 sayangilah ia” .
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin `Azib , bahwa Rasulullah bersabda , “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf- shaf 75 terdepan" . ( ) Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, IbnuKhuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyahradhiallahu anha, bahwa Rasulullah bersabda (artinya) : "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu 76 bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf – shaf .
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda, “Jika seorang Imam membaca `ghairil maghdhuubi `alaihim waladh dhaallin', maka ucapkanlah oleh kalian `aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia 77 akan diampuni dosanya yang masa lalu" .
74
Shahih Muslim no. 469 Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130 Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhibwat Tarhib I/272 77 Shahih Bukhari no. 782 75 76
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Saudaraku, jika kita pun terpaksa luput dari takbiratul imam, maka upayakanlah untuk tidak lagi luput dari mengucapkan “Amin” bersama para malaikat, mengingat keutamaannya yang agung.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat `ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat `ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari 78 kiamat” .
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummu Darda' radhiallahu anha, bahwasannya Rasulullah bersabda "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata `aamiin dan 79 engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan” . Maka, pilihlah doa-doa yang terbaik untuk saudara kita yang lainnya, karena itu pun akan kita peroleh. Nah, sudahkah kita mendoakan saudara semuslim di negeri-negeri yang saat ini mereka tertindas, di Suriah, Palestina, Myanmar dan tempat lainnya? Jika belum, doakan mereka segera Saudaraku...
78 79
Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah Shahih Muslim no. 2733
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda (artinya), "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, `Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, `Ya Allah, hancurkanlah harta orang 80 yang pelit” .
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar , bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para 81 malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur” .
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib , bahwa Rasulullah bersabda , "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam 82 kapan saja hingga shubuh” .
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily , bahwa Rasulullah bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahliibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang 83 mengajarkan kebaikan kepada orang lain" .
80
Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010 Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519 Al-Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih" 83 Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343 81 82
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Islam adalah agama yang mulia. Islam telah mengatur seluruh permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat termasuk di dalamnya permasalahan hutang-piutang. Hutang-piutang adalah fenomena yang begitu luas di masyarakat. Olehnya, kami menuliskannya untuk para pembaca sekalian. Selamat membaca.
Hukum asal dari berhutang adalah boleh (jaa-iz). Allah menyebutkan sebagian adab berhutang di dalam Al-Qur’an. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman! Apabila kalian ber-mu’amalah tidak secara tunai (hutang) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al-Baqarah: 282). Rasulullah juga pernah berhutang. Di akhir hayatnya, beliau sempat memiliki hutang kepada seorang Yahudi dan hutang tersebut dibayarkan dengan baju besi yang digadaikan kepada orang tersebut. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu anha, dia berkata, “Nabi membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tidak tunai, 84 kemudian beliau menggadaikan baju besinya” .
84
HR Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Akan tetapi, meskipun secara asal berhutang itu boleh, banyak kaum muslimin yang menganggap remeh dan biasa-biasa saja. Mereka merasa nyaman dengan hutang yang melilitnya. Bahkan, sebagian dari mereka di dalam hidupnya tidak pernah lepas dari hutang. Sebelum lunas pinjaman yang pertama, maka dia ingin berhutang lagi untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya. Jika hal ini dibiarkan, maka ini akan berlarut-larut dan terus berlangsung. Apalagi, hal ini ditambah dengan banyaknya fasilitas untuk berhutang yang disediakan oleh lembaga-lembaga, badan-badan atau perusahaanperusahaan yang menganut sistem ribawi. Parahnya, tidak hanya orangorang awam yang terlibat dengan hal-hal seperti ini, orang-orang yang sudah lama ngaji dan orang-orang kaya pun turut berpartisipasi dalam meramaikannya. Wallahul-musta’an. Padahal, Rasulullah justru sangat takut berhutang dan juga sangat takut jika hal tersebut menjadi kebiasaannya. Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, bahwasanya dia mengabarkan, “Dahulu Rasulullah sering berdoa di dalam shalatnya, “Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah al-Masiih ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkandosa dan dari berhutang“. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Nabi meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan 85 mendatangkan kerugian di dunia” . Perlu dipahami bahwa berhutang memang bukanlah suatu perbuatan dosa. Bukan. Tetapi, seseorang yang terbiasa berhutang bisa saja jatuh kepada perbuatan-perbuatan dosa yang diharamkan oleh Allah . Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah bersabda, “Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan 86 mengingkari” . 85 86
Lihat Al-Fawaid, 57 HR. Bukhari dan Muslim
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Pada hadits di atas disebutkan dua dosa akibat dari kebiasaan berhutang yaitu berdusta dan menyelisihi janji. Keduanya adalah dosa besar, bukan? Realita yang ada adalah bukti. Orang yang berutang seringkali berdusta ketika pihak kreditur ketika datang menagih, “Kapan akan kembalikan utang?” “Besok, bulan depan, tahun depan dan seterusnya”, sebagai jawaban. Padahal itu hanyalah dusta dan ia sendiri enggan melunasinya. Wallahul-musta’an.
Mungkin di antara pembaca ada yang mengatakan, “Bukankan Rasulullah sendiri berhutang?” Ya, Rasulullah sendiri juga pernah berhutang. Itu pun karena sangat membutuhkannya. Coba kita perhatikan dengan seksama hadits yang telah disebutkan. Bukankah yang dihutangi oleh adalah makanan? Jika benar-benar memiliki kebutuhan, maka hal tersebut bukanlah sesuatu yang tercela. Tetapi perlu diingat, Rasulullah telah melakukan hal yang mulia ketika beliau berhutang. Ini yang patut untuk diteladani. Apakah hal yang mulia tersebut? Beliau menggadaikan baju besinya sebagai jaminan. Apabila beliau tidak mampu membayarnya, maka baju besi itulah yang menjadi pembayarannya. Begitulah seharusnya yang kita lakukan ketika berhutang. Kita harus memiliki jaminan dalam berhutang. Jaminan-jaminan tersebut bisa berupa : 1.
2.
harta (uang) yang dimiliki, misalnya seseorang ingin membeli motor, dia memiliki uang di simpanannya sebanyak Rp 15 juta. Kemudian orang tersebut membeli motor dengan hutang seharga Rp 15 juta kepada seseorang dengan batas waktu yang telah ditentukan. Hal seperti ini tidak tercela, karena seandainya dia meninggal atau tidak mampu melunasinya, maka dia memiliki jaminan harta yang ada di simpanannya untuk melunasi hutang tersebut; mengalihkan hutang (al-hawalah), misalnya si A memiliki piutang (orang lain [si B] berhutang kepadanya) sebesar Rp 5 juta, kemudian orang tersebut ingin berhutang kepada si C sebesar Rp 5 juta. Si A mengatakan kepada si C, “Bagaimana menurutmu jika piutangku pada si B menjadi jaminan hutang ini.” Kemudian si C pun menyetujuinya. Maka hal tersebut juga tidak tercela dan pengalihan seperti ini diperbolehkan di dalam Islam. Seandainya si A meninggal atau tidak
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
3.
mampu melunasinya, maka hutang tersebut menjadi tanggung jawab si B untuk membayarkannya kepada si C. mencari penanggung jawab atas hutang yang dimiliki (al-kafaalah), misalnya seseorang membutuhkan biaya yang besar secara mendadak seperti : biaya operasi akibat kecelakaan atau penyakit. Orang tersebut tidak memiliki uang atau harta sebagai jaminannya. Pihak rumah sakit meminta orang tersebut mencari seorang penanggung jawab (kaafil) atas hutangnya tersebut. Seandainya orang tersebut kabur atau meninggal dunia, maka penanggung jawabnyalah yang membayarkan hutangnya kepada rumah sakit.
Jika tidak memiliki jaminan-jaminan yang telah disebutkan di atas, sebaiknya jangan membiasakan diri untuk berhutang. Mengapa? Karena orang yang meninggal sedangkan dia memiliki tanggungan hutang, maka dia akan mendapatkan banyak keburukan. Di antaranya : 1.
Akan menyusahkannya di akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Umar , Nabi bersabda,
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َس َه ِدينَ ٌار َوال َ َم ْ َم َ ات َو َعلَْيو دينَ ٌار أ َْو د ْرَى ٌم قُض َ م ْ َح َ نَاتو لَْي ِد ْرَى ٌم
2.
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak 87 ada lagi dinar dan dirham” . Jiwanya masih menggantung hingga hutangnya lunas. Dari Abu Hurairah , Nabi bersabda,
ِِ ِ َ س الْ ُ ْؤم ِ ُم َله َقةٌ ِ َديْنو َح هِت يُ ْق ُض َعْنو ُ َ ْف
87
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini shahih
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga 88 dia melunasinya” .
3.
Imam Al-Iraqiy rahimahullahmengatakan, “Urusannya masih menggantung artinya tidak bisa kita katakan ia selamat ataukah sengsara sampai dilihat hutangnya tersebut lunas ataukah 89 tidak” . Imam Asy-Syaukani rahimahullahberkata, “Hadits ini adalah dorongan agar ahli waris segera melunasi hutang si mayit. Hadits ini sebagai berita bagi mereka bahwa status orang yang berhutang masih menggantung disebabkan oleh hutangnya sampai hutang tersebut lunas. Ancaman dalam hadits ini ditujukan bagi orang yang memiliki harta untuk melunasi hutangnya lantas ia tidak lunasi. Sedangkan orang yang tidak memiliki harta dan sudah bertekad ingin melunasi hutangnya, maka ia akan mendapat pertolongan Allah untuk memutihkan hutangnya tadi sebagaimana hal ini diterangkan dalam 90 beberapa hadits” . Diberi status sebagai pencuri jika berniat tidak ingin mengembalikan hutang. Dari Shuhaib Al-Khair , Rasulullah bersabda,
اَّللَ َسا ِرقًا أَُّلَيَا َر ُج ٍل يَ َديه ُ َديْنًا َوُى َو ُْ ِ ٌع أَ ْن الَ يُ َوفِّيَوُ إِيهاهُ لَِق َ ه
4.
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai 91 pencuri” . Imam Al-Munawi rahimahullah mengatakan, “Orang seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan 92 diberi balasan sebagaimana mereka” . Dosa-dosanya tidak akan diampuni sampai diselesaikan permasalahannya dengan orang yang menghutanginya. Dari Abu Qatadah , Rasulullah bahwasanya seseorang bertanya beliau , “Bagaimana menurutmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan diampuni?” Beliau pun menjawab : “Ya, dengan syarat engkau sabar, mengharapkan ganjarannya, maju berperang dan tidak melarikan diri, kecuali hutang. Sesungguhnya
88
HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Al-Albanirahimahullah mengatakan bahwa hadits ini shahih 89 Tuhfatul Ahwadzi, 3/142 90 Nailul Authar, 6/114 91 HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih 92 Faidul Qadir, 3/181
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
93
Jibril ‘alaihissalam baru memberitahuku hal tersebut” . Hadits ini menjelaskan bahwa ibadah apapun, bahkan yang paling afdhal seperti jihad fisabilillah sekalipun, tidak bisa menggugurkan kewajiban untuk memenuhi hak orang lain yaitu melunasi hutang. Rasulullah bersabda,
ِ ِ ِ ِ ٍ َ ْيُ ْغ َفُر لل هش يد ُك ُّلل ذَ ْ إاله الدهي “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali 94 hutang” .
Oleh karenanya, janganlah membiasakan diri untuk berhutang. Meskipun kita tahu bahwa fasilitas dan kemudahan untuk itu cukup terbuka di zaman ini dan kebanyakannya adalah riba. Ingatlah, sabda Rasulullah ,
ِ ِ ِ ِ لَ ه ُ َوَكاتبَو، ُ َو َشاى َده، ُ َوُموكلَو، اَّللُ ك َل الِّرَا ََ
“Allah melaknat pemakan riba, yang memberi makan, saksi dan juru 95 tulisnya” .
Jika ingin berhutang, maka niatkanlah dengan hati yang jujur untuk segera melunasi hutang tersebut pada waktu yang telah dijanjikan. Insyaa Allah, Allah akan membantu pelunasannya. Rasulullah bersabda,
ِ َخ َذ أ َْم َو َال الن يد إِتْ َفَ َ ا يد أ ََداءَ َىا أَ هدى ه ُ َخ َذ يُِر ُ هاس يُِر َ َوَم ْ أ، ُاَّللُ َعْنو َ َم ْ أ أَتْ لَ َفوُ ه ُاَّلل
“Barang siapa meminjam harta manusia dan dia ingin membayarnya, maka Allah akan membayarkannya. Barang siapa yang meminjamnya dan dia tidak ingin membayarnya, maka Allah akan menghilangkan harta 96 tersebut darinya” . Dalam hadits lainnya, Rasulullah juga bersabda, “Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang 93
HR Muslim HR. Muslim HR. Ahmad. Syaikh Syu’aibrahimahullah mengatakan, “Shahih li ghairih” 96 HR. Bukhari 94 95
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
(yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut 97 selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah” . Jika telah sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka segeralah membayar hutang tersebut dan jangan menunda-nundanya, terkecuali pada saat itu kita tidak memiliki harta untuk membayarnya. Rasulullah bersabda,
َ ََح َ نُ ُك ْم ق ْ َخْي ُرُك ْم أ ًضاء
“Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik 98 dalam membayar hutang” . Orang yang memiliki harta untuk membayar hutangnya, tetapi dia sengaja memperlambat pembayarannya, maka dianggap sebagai suatu kezhaliman. Rasulullah bersabda,
“Memperlambat pembayaran hutang 99 membayarnya adalah kezaliman” .
ِ ِن ظُْل ٌم ِّ ََم ْ ُل الْغ
untuk orang yang mampu
Jika benar-benar tidak mampu membayar hutang pada waktu yang telah ditentukan, segeralah meminta maaf kepada orang yang menghutangi dan minta tenggang waktu untuk membayarnya. Bagi yang menghutangi, hendaknya memberi tengang waktu tambahan. Allah berfirman, artinya : “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. AlBaqarah: 280). Wallahu a’lam.
97 98 99
HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini shahih HR. Bukhari HR. Bukhari dan Muslim
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Memiliki rumah indah dan nyaman adalah keinginan setiap manusia. Di dunia ini, memiliki rumah yang indah, luas, megah dan nyaman adalah perkara yang tidak setiap orang mampu mewujudkannya. Ia harus memeras keringat lebih dahulu untuk mencari uang, karena harganya yang mahal. Namun, syukurlah, rumah di akhirat yaitu di surga kelak bisa dibangun tanpa harus membayar mahal sebagaimana di dunia. Yang diperlukan adalah kekuatan untuk beramal shalih dan menahan hawa nafsu. Dan yang pasti, rumah di surga jauh lebih indah dan nyaman yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan tidak dapat digambarkan oleh pikiran kita. Rasulullah telah mengabarkan kepada umatnya tentang amalan-amalan yang apabila dilakukan oleh manusia, maka Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di surga. Apa sajakah itu?
Membangun masjid atau membantu dalam pembangunan masjid adalah cara untuk membangun rumah di surga. Rasulullah bersabda (artinya) : “Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya sebesar sangkar burung atau lebih kecil dari itu, Allah akan bangunkan 100 untuknya sebuah rumah di surga” . 100
HR. Ibnu majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Menjaga atau istiqamah dalam mengerjakan amalan sunnah, yaitu Shalat Dhuha dan Shalat Sunnah Qabliyah (sebelum) Dhuhur masing-masing sebanyak 4 raka’at, akan menjadi sebab dibangunankannya rumah di surga bagi pelakunya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang shalat dluha empat raka’at dan qobliyah dzuhur empat raka’at, akan dibangunkan 101 untuknya sebuah rumah di surga” .
Hal ini mungkin diremehkan oleh sebagian kaum muslimin. Namun, masya Allah ganjaran yang disiapkan sangat besar. Berdasarkan sabda Rasulullah , “Barangsiapa yang shalat (rawatib) sehari semalam 12 102 raka’at, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di surga” . Shalat 12 raka’at itu adalah 2 raka’at qabliyah shubuh, 4 sebelum dzuhur dan 2 setelahnya, 2 setelah maghrib, dan 2 setelah ‘isya sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat imam At-Tirmidzi.
Pernahkah kita melakukannya dengan sengaja untuk mendapat ganjaran ini? Jika belum, simaklah sabda Nabi kita yang mulia Muhammad , “Barangsiapa yang membaca “Qulhuwallahu ahad” sepuluh kali, Allah 103 akan bangunkan untuknya sebuah rumah di surga” . Bagaimana seorang meninggalkan kesempatan ini, padahal hanya butuh 3 menit saja?
Nah, terkhusus kepada para pelaku pasar, pedagang, makelar, dan pembeli yang hendak memasuki pasar untuk melakukan bisnisnya, penting untuk 101
HR. Ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam silsilah shahihah no 2346 102 HR. Muslim, An-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah dari Ummu Habibah 103 HR. Ahmad dari Mu’adz bin Anas, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam shahih Jami’ no 6472
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
membaca hadits dari Rasulullah berikut, “Siapa yang masuk pasar lalu mengucapkan, “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahulmulku walahulhamdu yuhyii wayumiitu wahuwa hayyun laa yamuutu biyadihil khoir wahuwa ‘alaa kulli syain qodiir.” Allah akan menuliskan untuknya sejuta kebaikan, menghapus darinya sejuta keurukan, mengangkat untuknya sejuta derajat, dan membangunkan untuknya sebuah rumah di 104 surga” .
Ketika kita tertimpa musibah, maka hal dianjurkan oleh kita adalah melakukan Istirja’ yaitu ucapan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”, sebagaimana firman Allah , “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun” [QS. Al-Baqarah : 155-156]. Namun, tahukah kita bahwa setelah itu kita pun dianjurkan untuk memuji Allah (mengucapkan “Alhamdulillah”)? Jika belum tahu, simaklah hadits Rasulullah berikut, “Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada malaikatNya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hambaku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hambaku?” Mereka berkata, “Ia memujimu dan mengucapkan istirja’ (innaa lilaahi wa innaa ilaihi raaji’uun).” Allah berfirman, “Bangunkan rumah untuk hambaku di surga, dan namai ia 105 rumah pujian” .
104
HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu majah, dan Al-Hakim dari Ibnu Umar. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah 105 HR. At-Tirmidzi dari Abu musa Al-Asy’ari. Dihasankan oleh Syaikh AlAlbani rahimahullah
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Hal ini adalah perkara yang agung dan tinggi kedudukannnya dalam din yang mulia ini. Betapa tidak, akhlak menjadi barometer tingkat kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah bersabda, “Orang mukmin 106 yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” . Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Agama ini seluruhnya adalah akhlak, barangsiapa yang memperbaiki akhlaknya maka baik pula 107 agamanya” . Imam Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Barangsiapa yang jelek akhlaknya 108 maka jelak pula agamanya” . Rasul kita yang mulia , menjamin rumah di surga tertinggi bagi yang berakhlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah , “Aku menjamin dengan rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan pertengkaran walaupun ia dipihak yang benar. Aku menjamin dengan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun untuk ketika bercanda. Aku menjamin dengan rumah di surga yang paling tinggi bagi 109 orang yang baik akhlaknya” .
Rasulullah bersabda , “Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di tengah surga, dan surga yang paling tinggi. Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, ia tidak membiarkan satupun kebaikan, dan lari dari semua 110 keburukan, ia meninggal, di mana saja Dia kehendaki untuk meninggal” .
106
HR. Abu Dawud 4682. Tirmidzi 1162, Ahmad 2/472 Lihat As-Shahihah 284 Madarijus Salikin 2/320 Adab Syar’iyah 2/191 109 HR. Abu Dawud dari Abu Umamah. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah 110 HR. An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah 107 108
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Rasulullah bersabda, “Siapa yang ke masjid waktu subuh atau malam hari, maka Allah menyiapkan baginya tempat tinggal di surga setiap kali ia 111 berangkat” . Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan: “makna tekstual dari hadits ini menunjukkan bahwa orang yang pergi ke masjid pagi-pagi atau sore hari, baik berangkat pagi-pagi untuk shalat atau menuntut ilmu atau selainnya dari kebaikan, maka Allah akan menetapkan untuknya tempat 112 tinggal di surga . Menyambung dan Menutup Celah Dalam Shaf Shalat Rasulullah pernah bersabda, “Siapa yang menutup sela-sela barisan dalam shalat, maka Allah bangunkan rumah di surga dan angkat 113 derajatnya” .
Berdasarkan sabda Rasulullah , “Siapa yang mengunjungi orang sakit atau saudaranya seiman (seagama Islam), maka ia diseru oleh orang (malaikat): ‘Engkau adalah orang baik dan baik pula perjalananmu dan 114 Allah telah menyiapkan bagimu rumah di surga’” .
Di atas telah kita sebutkan amalan-amalan untuk membangun rumah di surga. Namun, sebuah rumah tentu butuh kamar-kamar dan kebun sehingga menjadi lebih sejuk dan nikmat dipandang mata. Adapun untuk membuat kamar-kamar yang istimewa, Rasulullah , “Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang luarnya tampak dari dalam, dan dalamnya tampak dari luar.” Abu Musa Al Asy’ari berkata, “Untuk siapa ia wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Untuk
111
HR. Bukhari dan Muslim Syarah Riyadhush Shalihin, 3:202 HR. al-Muhaamili dalam amaalinya dan dishahihkan al-Albani rahimahullah 114 HR. At-Tirmizi dan dishahihkan Al-Albani rahimahullah 112 113
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
orang yang baik ucapannya, memberi makan dan shalat di waktu 115 malam.” Adapun untuk menanam pohon di surga, ia adalah dzikir kepada Allah sebagaimana dalam hadits (artinya) : “Aku bertemu dengan Ibrahim di malam isra mi’raj. Ia berkata kepadaku, “Hai Muhammad, sampaikan salamku untuk umatmu dan kabarkan kepada mereka bahwa surga itu tanahnya baik, airnya tawar, dan kini tanahnya masih kosong, dan tanamannya adalah subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallahu, 116 wallahu akbar.” Akhirnya, rumah itu kini mempunyai kamar-kamar yang istimewa, dan kebun-kebun dengan pohon-pohonnya yang indah. Untuk inilah kita berlomba-lomba, wahai Saudaraku. Wallahu Ta’ala A’lam.
115 116
HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Seringkali kita menerima pertanyaan dari sanak saudara terkait mimpi buruk yang dialami saat tidur. Pada kesempatan ini, kami akan membawakan sebuah pembahasan berkaitan hal tersebut. Pembahasan mengenai tips dan nasehat agar tidur menjadi tenang, tidak diganggu setan dan tentunya berpahala, insya Allah. Sebelumnya, kita perlu memahami bahwa semua kondisi tidak nyaman, tidak enak yang dialami setiap muslim, sejatinya bisa menjadi sumber pahala baginya. Dengan syarat, dia berusaha untuk bersabar dan mengharap pahala dari Allah dengan musibah itu. Termasuk ketika Anda tidak nyaman pada saat istirahat, baik karena gangguan makhluk halus maupun makhluk ‘kasar’. Jadikan pengalaman pahit Anda dalam hidup ini sebagai sumber pahala. hadirkan perasaan mengharap pahala dari Allah Ta’ala. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Nabi bersabda, “Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, ganggung orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
badannya, kecuali Allah jadikan 117 pengampunan dosa-dosanya” .
hal
itu
sebagai
sebab
Terkait aktivitas tidur, sekuat apapun manusia, dia menjadi sangat lemah ketika tidur. Orang yang tidur lelap, bisa menjadi sasaran bagi makhluk jahat di sekitarnya. Jika dia bisa merasa aman dari gangguan manusia, tidak ada jaminan aman dari gangguan makhluk yang tidak nampak. Itulah jin yang jahat atau setan. Jika mereka tidak mengganggu Anda di alam nyata, bisa jadi mereka akan mengganggu Anda di dalam tidur atau alam mimpi. Dari Abu Hurairah , Nabi bersabda, “Mimpi itu ada tiga macam 118 : bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah” . Jika gangguan dari luar, Anda bisa meminta bantuan orang lain untuk mengusirnya. Tapi ini tidak berlaku ketika dalam mimpi. Anda tidak mungkin memanggil teman, suami, atau istri Anda untuk mengusir setan yang mengganggu Anda dalam dunia mimpi. Karena itulah, orang yang tidur tanpa berdzikir terlebih dahulu, akan menjadi penyesalan baginya. Dalam al-Adzkar, Imam an-Nawawi rahimahullah membuat judul bab : “Bab Makruh Tidur tanpa Berdzikir kepada Allah (sebelum 119 tidur)” . Selanjutnya, Imam an-Nawawi rahimhullah menyebutkan hadits : Dari Abu Hurairah , Nabi bersabda, “Siapa yang tidur, sementara tidak berdzikir ketika hendak tidur, akan menjadi 120 penyesalan baginya di hadapan Allah” .
117
HR. Bukhari 5641 HR. Bukhari dan Muslim al-Adzkar, Hal. 95 120 HR. Abu Daud 4856 dan dishahihkan al-Albani 118 119
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah , dinyatakan, “Apabila manusia berbaring di pembaringannya (akan tidur), malaikat dan setan segera menghampirinya. Malaikat membisikkan, “Akhiri (malam-mu) dengan kebaikan”, sedangkan setan membisikan, “Akhiri (malam-mu) dengan keburukan”. Apabila dia berdzikir menyebut nama Allah kemudian tidur, maka 121 malaikat melindungi dia di malam itu” . Di saat Anda tidur, Anda sangat butuh pertolongan dan pengamanan dari Allah . Untuk mendapatkan jaminan keamanan ini, Rasulullah mengajarkan kepada kita berbagai doa dan dzikir sebelum tidur. Anda bisa rutinkan sunnah ini, setiap kali Anda hendak tidur :
Yang dimaksud di sini adalah dengan membaca beberapa surah dalam al-Qur’an yang memang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah untuk dibaca sebelum tidur. Yaitu dengan mengumpulkan dua tapak tangan dan membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, kemudian ditiupkan ke dua tangan, lalu diusapkan ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau, sambil berbaring. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan tiga 122 kali . . Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah , beliau mengatakan, “Apabila Rasulullah hendak tidur, beliau membaca : BISMIKA ALLAHUMMA AMUUTU WA AHYAA
121
HR. Ibnu Hibban 5533, Hakim dalam al-Mustadrak 1969 dan beliau shahihkan, kemudian disepakati oleh Adz-Dzahabi 122 HR. Bukhari 9/62 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/1723
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
123
“Dengan Nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup” . Orang yang sedang tidur, sejatinya adalah orang yang sedang Allah wafatkan. Allah berfirman, “Allah mewafatkan jiwa (orang) ketika matinya dan (mewafatkan) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya (sehingga tidak bangun dari tidurnya) dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.” (QS. Az-Zumar: 42)
Bacalah ayat kursi sebelum Anda tidur. Jika Anda belum hafal, bisa buka surat Al-Baqarah ayat: 255. Bacaan ini sebelum tidur memiliki keutamaan yang besar. Hadits dari Abu Hurairah , bahwa beliau pernah ditugasi Rasulullah untuk menjaga zakat Ramadhan. Malam harinya datang seorang pencuri dan mengambil makanan. Dia langsung ditangkap oleh Abu Hurairah . “Akan aku laporkan kamu ke Rasulullah .” Orang inipun memelas. Minta dilepaskan karena dia sangat membutuhkan dan punya tanggungan keluarga. Dilepaslah pencuri ini. Siang harinya Nabi bertanya kepada Abu Hurairah tentang kejadian semalam. Setelah diberi laporan, Nabi bersabda, “Dia dusta, dia akan kembali lagi.” Benar, di malam kedua dia datang lagi. Ditangkap Abu Hurairah , dan memelas, kemudian beliau lepas. Malam ketiga dia datang lagi. Kali ini tidak ada ampun. Orang inipun minta dilepaskan. “Lepaskan aku, nanti aku ajari bacaan yang bermanfaat untukmu.” Dia mengatakan : “Jika kamu hendak tidur, bacalah ayat kursi sampai selesai satu ayat. Maka akan ada penjaga dari Allah untukmu, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi.” Maka Nabi bersabda, 124 “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“ . Nabi bersabda, “Apabila kamu masuk ke tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursi 'Allahu La Ilaha Illa Huwal Hayyul Qayyum', sehingga habis ayat ini. Maka sesungguhnya, akan sentiasa ada penjaga dari Allah untuk kamu 125 dan syaitan tidak akan dapat mendekati kamu sehingga pagi" .
123 124 125
HR. Bukhari 6324 HR. Bukhari HR Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dari Abu Mas’ud Al-Badri , Nabi bersabda, “Dua ayat di akhir surat AlBaqarah, siapa yang membacanya di suatu malam, itu sudah cukup 126 baginya” . Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, mulai : AAMANARRASULU BIMA UNZILA ILAIHI... sampai selesai. Tepatnya surat Al-Baqarah ayat 285 dan 286. Makna “dua ayat ini cukup bagi pembacanya” : dua ayat ini akan menjaganya dari segala keburukan, dan melindunginya dari segala yang dibenci. Ada sebagian ulama yang mengatakan; dua ayat ini menjadi sebab baginya untuk bangun malam. Sehingga dia bisa mudah melakukan 127 tahajud .
Dari al-Barra’ bin Azib , bahwa Rasulullah bersabda kepada beliau, “Jika kamu hendak tidur, berwudhulah seperti wudhu ketika shalat. Kemudian berbaringlah miring ke kanan dan ucapkan : ALLAHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIKA, WA WAJJAHTU WAJHII ILAIKA, WA FAWWAD-TU AMRII ILAIKA, WA ALJA’-TU DZAHRII ILAIKA, RAGHBATAN WA RAHBATAN ILAIKA. LA MALJA-A WA LAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA. AAMAN-TU BI KITAABIKAL-LA-DZII ANZALTA WA BI NABIYYIKAL-LA-DZII ARSALTA (Ya Allah, aku pasrahkan jiwaku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, akku sAndarkan diriku kepada-Mu, karena mengahrapkan pahala-Mu dan takut adzab-Mu, tiada tempat bersAndar dan menyelamatkan diri dari hukuman-Mu kecuali berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan, dan kepada nabi-Mu yang telah Engkau utu)
126 127
HR. Bukhari 4008 dan Muslim 807 Keterangan DR. Dib Bagha dalam Ta’liq Shahih Bukhari, 5/84
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Jika kamu meninggal maka kamu mati dia atas fitrah, dan jika bangun pagi maka kamu mendapatkan pahala. Jadikanlah bacaan ini yang terakhir 128 kamu ucapkan” . Inilah beberapa tips dan nasehat agar tidur Anda tidak diganggu setan, insya Allah. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.
128
HR. Bukhari 6311 dan Muslim 2710
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Setiap kita pasti tahu bahwa sedekah adalah salah satu amalan mulia dan agung dalam agama kita. Banyak keutamaan sedekah yang disebutkan oleh Allah dan RasulNya . Di antaranya dapat menghapuskan dosa, menambah rezeki, obat dari penyakit, menghalangi bala’ atau musibah dan lainnya. Bagi orang yang dikarunia oleh Allah harta yang berlimpah tentu bersedekah itu tidaklah sulit, bahkan terkadang semudah mengedipkan mata. Namun bagi orang yang ditaqdirkan Allah tidak memilki banyak harta, maka umumnya bersedekah mungkin menjadi hal yang sulit. Islam sebagai agama ilahiyah sungguh telah memberikan solusi. Islam memang demikian. Bila ada syari'at yang hanya mampu dikerjakan oleh orang-orang tertentu, maka Islam akan membuka “ladang” lain bagi orangorang yang tidak mampu. Islam memberikan solusi bagaimana cara bersedekah tanpa uang atau harta. Yaitu dengan melakukan beberapa amalan yang keutamaannya dapat bernilai sedekah bagi para pelakunya. Tetapi ingat, bukan berarti solusi ini hanya boleh diamalkan oleh mereka yang sedikit harta, bukan itu. Bahkan orang kaya pun boleh melakukannya. Nah, jika seperti itu, berarti orang kaya akan selalu lebih utama karena mereka dapat bersedekah sekaligus melakukan berbagai amalan yang dapat bernilai sedekah? Ya, itulah keutamaan yang diberikan Allah kepada sebagian hambaNya, tentu dengan hikmahNya yang agung. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa orang-orang fakir kaum Muhajirin mendatangi Nabi lalu berkata: “Orang-orang yang kaya telah
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
pergi dengan membawa derajat yang tinggi dan nikmat yang kekal.” Beliau bertanya (artinya) :“Apa itu?” Mereka menjawab : “Mereka shalat seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami berpuasa, mereka bisa bersedekah sedang kami tidak bisa, dan mereka memerdekakan hamba sahaya sedang kami tidak bisa.” Maka Rasulullah bersabda, ”Maukah kalian kuajari sesuatu yang dapat menyusul orang yang telah mendahului kalian itu, kalian juga bisa mendahului orang-orang setelah kalian, dan tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada kalian kecuali orang yang melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Mau, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian mengucapkan tasbih (subhanallah), takbir (Allahu akbar), dan tahmid (alhamdulillah) di akhir setiap shalat (fardhu) sebanyak 33 kali.” Abu Shalih (perawi hadits ini) berkata : “Maka orang-orang fakir kaum Muhajirin itu pun kembali menemui Rasulullah lalu berkata : “Saudara kami yang kaya telah mendengar apa yang kami kerjakan, lalu mereka pun mengerjakan hal yang sama.” Maka Rasulullah bersabda (artinya) : “Itulah karunia Allah yang 129 diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki” . Berikut ini beberapa amalan yang dapat dinilai Allah sama dengan sedekah.
130
Rasulullah bersabda, “Setiap kebaikan adalah sedekah” . Imam an-Nawawi rahimahullah berkata : “Maksudnya, setiap kebaikan itu 131 memiliki hukum yang sama dengan sedekah dalam hal pahala” . Maka, setiap kebaikan yang mampu kita lakukan, lakukanlah. Bagaimana jika tidak mampu melakukan semuanya? Cukup dengan diam dengan tidak memberikan gangguan kepada yang lainnya, maka itu juga bernilai sedekah. Dari Abu Dzar , ia bertanya : “Wahai Rasulullah! Amalan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “‘Iman dan jihad di jalan Allah.” Aku bertanya : “Memerdekakan budak apakah yang paling baik?” Beliau menjawab : “Memerdekakan budak yang paling bernilai menurut
129 130 131
HR. Bukhari HR. Muslim Syarah Shahih Muslim (VII/91)
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
pemiliknya dan paling mahal harganya.” Aku bertanya : “Jika aku tidak dapat melakukannya?” Beliau menjawab : “Engkau membantu orang yang terampil dan berbuat untuk orang yang tidak terampil.” Aku bertanya : “Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu jika aku tidak dapat mengerjakan sebagian pekerjaan?” Beliau menjawab : “Engkau 132 menahan keburukanmu dari manusia, karena itu adalah sedekah” .
133
Rasulullah bersabda, “Dan kalimat thayyibah adalah sedekah.”
Yang dimaksud kalimat thayyibah adalah ucapan yang menyenangkan perasaan seseorang dimana ucapan itu mubah atau mengandung 134 ketaatan.
Rasulullah bersabda, artinya : “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah, engkau memberi petunjuk kepada orang di tempat ia tersesat adalah sedekah, engkau menuntun/menunjuki orang yang lemah penglihatannya adalah sedekah, engkau menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah, dan engkau menuangkan air 135 dari embermu ke ember saudaramu adalah sedekah” .
Rasulullah bersabda, artinya : “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kecuali apa yang termakan darinya bernilai sedekah baginya. Apa yang tercuri darinya bernilai sedekah baginya. Apa yang dimakan hewan-hewan buas darinya bernilai sedekah baginya. Apa yang dimakan burung darinya bernilai sedekah baginya. Dan tidaklah seseorang yang mengurangi dan mengambil dari tanaman itu kecuali bernilai sedekah 136 baginya (sampai hari qiyamah tiba)” .
132
HR. Bukhari, Muslim dan lainnya HR. Bukhari dan Muslim Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Al-Nawawi 7/103 135 HR. Bukhari dan lainnya 136 Ash-Shahihah no. 8 133 134
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Rasulullah bersabda, artinya : “Sesungguhnya memberi pinjaman (hutang) 137 itu menempati kedudukan setengah sedekah” . Memberi tempo kepada orang yang belum mampu melunasi hutangnya, juga merupakan bentuk sedekah. Rasulullah bersabda, artinya : “Barangsiapa memberi tempo kepada orang yang belum mampu melunasi hutangnya, maka ia setiap harinya seperti bersedekah sejumlah barang 138 yang ia hutangkan.” Rasulullah juga bersabda, artinya : “Barangsiapa memberi tempo kepada orang yang belum mampu melunasi hutangnya, maka ia setiap harinya seperti bersedekah sejumlah barang yang ia hutangkan, sampai hutang itu lunas. Jika tiba waktu pelunasan, ia memberi tempo lagi (karena orang yang berhutang belum mampu melunasinya–pen), maka setiap harinya ia seperti bersedekah sejumlah dua kali lipat jumlah barang yang ia 139 hutangkan.”
Rasulullah bersabda, artinya : “Jika seorang suami memberi nafkah kepada keluarganya dalam keadaan mengharapkan pahala dari Allah, 140 maka itu sedekah baginya.” Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang suami diberi pahala atas nafkahnya kepada istrinya jika ia mengharapkan pahalanya dari Allah , sebagaimana terdapat dalam hadits Sa’d bin Abi Waqqash bahwa Nabi bersabda, artinya :“Dan tidaklah engkau berinfak dengan satu infak karena mengharapkan wajah Allah dengannya, melainkan engkau diberi pahala dengannya hingga sesuap makanan yang engkau angkat ke mulut 141 istrimu.”
Ada seseorang melihat orang lain menginfaqkan hartanya untuk ketaatan kepada Allah. Lalu ia berkata, “Andai aku punya harta, aku pasti 137
Shahih: Ash-Shahihah no. 1553; Shahih Al-Jami’ no. 6080 Musnad Ahmad no. 21986. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 1/221 Musnad Ahmad 5/360. Ash-Shahihah no. 86 140 HR. Bukhari dan Muslim 141 HR. Bukhari dan Muslim 138 139
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.” Rasulullah berkata, mengomentari kejadian itu,“(Seandainya) ia (jujur) dengan niatnya itu, 142 maka pahala keduanya sama.” Berhubungan Dengan Isteri Rasulullah bersabda, artinya : “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Lalu sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah kita mendapat pahala dengan menggauli isteri kita?.” Rasulullah menjawab (artinya) : “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, 143 kalian akan berpahala.” Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Di dalam hadits ini ada dalil bahwasanya perkara yang mubah dapat menjadi ketaatan dengan niat yang benar. Jima’ (bersetubuh) bisa menjadi ibadah apabila ia niatkan untuk memenuhi hak istrinya, bergaul dengan cara yang baik yang diperintahkan Allah Azza wa Jalla atau untuk menjaga dirinya dan istrinya agar tidak terjatuh kepada perbuatan yang haram, atau memikirkan (mengkhayal) hal yang haram, atau berkeinginan untuk itu, atau yang lainnya”144.
Rasulullah besabda, artinya : ”Tidaklah sesorang berniat untuk melakukan shalat malam, lalu ia tertidur, kecuali akan dicatat (oleh Allah – pen) baginya pahala shalatnya (meskipun ia tidak shalat lail) dan tidurnya 145 dicatat sebagai sedekah.” Nabi besabda, artinya : “Barangsiapa mendatangi tempat tidur dalam keadaan berniat untuk bangun karena hendak melaksanakan shslat lail, tapi ternyata ia ketiduran sampai pagi,maka ditulis baginya pahala shalat yang telah ia niatkan dan tidurnya merupakan sedekah dari Allah untuk 146 dirinya.”
142
MusnadAhmad 4/230-231; Sunan At-Tirmidzi no. 2325; dan lainnya HR. Bukhari dan lainnya Syarah Shahih Muslim (VII/92) 145 Shahih: Irwa` Al-Ghalil 2/204-205;Shahih Al-Jami' no. 5567; Shahih Sunan An-Nasa`i 1/387 146 Shahih: Irwa` Al-Ghalil no. 454; Shahih Sunan An-Nasa`i 1/386 143 144
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dari Abu Sa'id Al-Khudri , dia bercerita, “Sesungguhnya Rasulullah melihat ada seorang pria shalat sendirian. Maka beliau berkata, “Hendaklah ada seseorang yang bersedekah kepada 147 orang ini, (dengan cara) shalat bersamanya.” Hal ini hukumnya tidak terlarang. Shalat kedua bagi orang ini (yang menemani) teranggap shalat nafilah/sunnah. Dan bagi yang terlambat (yang ditemani) tetap terhitung sebagai shalat fardhu baginya.
Rasulullah bersabda, artinya : ”Setiap salah seorang di antara kamu memasuki pagi harinya, pada setiap ruas tulangnya ada peluang sedekah; setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap hamdalah (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan la ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, 148 semua itu cukup tergantikan dengan dua raka’at dhuha.”
Rasulullah bersabda, artinya : “Dahak yang ada dalam masjid yang Anda pendam ke dalam tanah, sesuatu (penghalang/bahaya) yang kalian 149 singkirkan dari jalanan, bernilai sedekah.” Perlu dipahami bahwa masjid saat ini tidak lagi beralaskan tanah tetapi lantai. Maka yang kita lakukan adalah menghilangkannya, misalnya dengan mengepelnya atau yang lainnya. Dan ini masih bernilai sedekah, karena tujuannya adalah menghilangkan kotoran yang ada di dalam masjid. Wallahu A’lam.
147 148 149
Shahih: Sunan Abu Dawud no. 574 HR.Muslim, hadits no. 720 Musnad Ahmad 5/354. Shahih Sunan Abu Dawud 3/984; Irwa` Al-Ghalil 2/213
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dosa, setiap kita pasti tak lepas darinya. Demikianlah sunnatullah bagi manusia sebagai hamba yang tidak pernah luput dari kekurangan. Namun, hendaknya kita tidak berkecil hati. Bukankah Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang menyediakan ampunan dan penghapusan kesalahan kepada hambaNya di setiap saat? Meskipun demikian, kenyataan menyedihkan hari ini adalah para hamba yang hina dan lemah justru meremehkan dosa kepada Penciptanya. Mereka lupa bahwa dosa dan kemaksiatanya dapat mengundang murka Sang Maha Kuat . Sebagai seorang mu’min yang bersaudara di atas tali keimanan, patutlah kiranya bagi kita untuk saling mengingatkan agar segera menjauhi dosa dan kemaksiatan, serta tidak meremehkannya. Dahulu, Rasulullah telah mewanti – wanti kepada umatnya akan dosa yang dianggap remeh. Beliau menyebutnya sebagai muhqirat adzdzunub. Tahukah Anda apa itu muhqirat adz-dzunub? Imam Ahmad dalam Musnadnya menyebutkan satu riwayat dari hadits Sahal bin Sa'ad , ia berkata : Rasulullah bersabda, “Jauhilah oleh kalian muhqirat adz-dzunub. Sesungguhnya perumpamaan muhqirat adz-dzunub itu seperti suatu kaum yang singgah di satu lembah, lalu satu orang datang membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lainnya juga demikian sampai mereka mengumpulkan banyak kayu bakar yang bisa
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
mematangkan roti mereka. Sesungguhnya muhqirat adz-dzunub itu, kapan 150 pelakunya dibalas maka akan menghancurkannya." Dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah bersabda, artinya : “Jauhilah oleh kalian muhqirat adz-dzunub, karena ia akan berhimpun pada 151 seseorang, sehingga akan membinasakannya.” Sungguh benarlah, ucapan sahabat yang mulia Anas bin Malik dahulu : “Kalian sekarang melakukan perbuatan dosa yang di mata kalian perbuatan itu lebih tipis daripada rambut (sangat remeh). Padahal dulu di masa Rasulullah kami menganggapnya termasuk perkara yang akan 152 membinasakan” . Itu beliau ucapkan dahulu di zaman beliau hidup. Bagaimana jika beliau hidup di zaman ini dan menyaksikan apa yang terjadi?
Telah kita maklumi bersama bahwa dosa kepada Allah terbagi menjadi dua :kabair (dosa - dosa besar) dan shaghair (dosa - dosa kecil). Meskipun demikian, sebagian ulama tidak melihat adanya pembagian seperti ini. Mereka menganggap bahwa seluruh kemaksiatan dan penyelewangan dari jalan Allah adalah dosa besar karena merupakan keberanian dan kelancangan dihadapan Allah. Mereka mengatakan demikian karena melihat betapa besarnya hak Allah atas hamba-hambaNya. Namun pendapat yang kedua ini lemah. Sebab Allah sendiri telah membagi dosa dalam dua bagian, sebagaimana dalam firmanNya, artinya : “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosadosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” (QS. An-Nisa’: 31). Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, artinya : “Maukah kalian kuberitahukan dosa yang paling besar?’ (pertanyaan ini diulang oleh beliau sampai tiga kali). Para shahabat menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah!’ 150
(HR. Ahmad dan dishahihkan Albani di dalam kitab Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, no. 389 151 HR. Ahmad dan lainnya. Lihat Silsilah ash-Shahihah, no. 389 152 HR. Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Maka, beliau bersabda, artinya : “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua,(kemudian beliau duduk yang sebelumnya bersandaran), kemudian beliau berkata : “hindarilah ucapan dusta”. Perawi berkata : Beliau mengulang-ngulangnya sampai kami berkata (di 153 dalam hati), ‘Semoga beliau diam.’ Dalil - dalil di atas dapat menjelaskan kepada kita bahwa dosa itu ada yang besar dan ada pula yang kecil.
Banyak ulama yang menjelaskan mengenai batasan dan kriteria dosa besar. Namun di antara pendapat yang ada, pendapat yang paling bagus dan kami pilih dalam hal ini adalah apa yang dikatakan oleh Imam AdzDzahabi rahimahullah di dalam mukaddimah kitabnya Al-Kabair, di mana beliau berkata : “Pendapat yang lebih terarah yang tegak di atas dalil adalah bahwa barangsiapa yang melakukan sesuatu perbuatan dosa yang ada had-nya (hukuman khusus) di dunia karena dosanya itu, seperti pembunuhan, zina, pencurian, ataupun perbuatan lainnya yang mendapat janji adzab di akhirat kelak atau akan mendapat kemurkaan, atau ancaman, atau dilaknat pelakunya melalui lisan Muhammad , maka perbuatan tersebut dikategorikan sebagai dosa besar. Sebagian ulama menambahkan, yaitu perbuatan yang Nabi meniadakan iman dari pelakunya, atau Nabi mengataan “bukan golongan kami” atau Nabi berlepas diri dari pelakunya. Di antara contohnya, Nabi bersabda, “Orang yang melakukan namimah 154 (adu domba) itu tidak akan masuk surga” . Nabi bersabda, artinya : “Barang siapa yang menghunuskan pedang 155 kepada kami, kaum muslimin, maka dia bukan golongan kami” . Nabi bersabda, artinya : “Siapa yang menipu kami maka dia bukan 156 golongan kami” . 153
HR. Bukhari dan Muslim HR Bukhari dan Muslim HR. Bukhari dan Muslim 156 HR Muslim 154 155
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Contohnya juga, memakan harta anak yatim. Sebagaimana firman Allah , artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS. AnNisa’:10). Dan contoh – contoh lainnya sesuai kriteria di atas, sebagaimana yang banyak terdapat dalam al-Qur’an dan hadits yang shahih. Sehingga, jika Anda mendapatkan atau mendengarkan dalil berisi dosa sesuai kriteria tersebut, maka waspadalah! Sungguh ia adalah dosa besar di sisi Rabb kita .
Wahai saudaraku, ketika engkau hendak melakukan dosa, janganlah melihat kepada kecilnya dosa. Namun lihatlah, kepada siapa engkau berbuat dosa? Patutkah bagi seseorang yang diciptakan dan diberi oleh Allah nikmat yang lengkap dan cukup, lantas melanggar laranganNya?! Ingatlah bahwa Dia adalah Sang Pencipta, Penguasa alam semesta ini, Pemilik kerajaan langit dan bumi, Pemilik hari pembalasan dan sangat mampu melakukan apa saja kepada para hamba dan ciptaanNya! Ketahuilah, sebuah dosa yang mungkin kita anggap kecil ternyata dapat berubah menjadi dosa besar, apabila :
Diriwayatkan bahwa sahabat yang mulia Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan,
ِ َاالستِ ْغ َفا ِر وال ِ صَرا ِر ْ صغْي َرَة َم َع ا ِا ْ الَ َكبِْي َرَة َم َع َ َ “Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun 157 pada Allah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus”.
157
HR. Baihaqi dalam Asy Syu’ab
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Oleh karenanya, jika seorang hamba menganggap besar suatu dosa, maka dosa itu akan kecil di sisi Allah. Sedangkan jika seorang hamba mengganggap kecil (remeh) suatu dosa, maka dosa itu akan dianggap besar di sisi Allah. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” 3. Rasulullah bersabda, “Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang melakukan jahr (muhajirin). Di antara bentuk melakukan jahr adalah seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya – padahal telah Allah tutupi-, ia sendiri yang bercerita, “Wahai fulan, aku semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah telah tutupi maksiat yang ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yang 158 membuka ‘aibnya yang telah Allah tutup “ .
Nabi bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya 159 sedikitpun” . Sehingga bagi seorang alim yang menjadi panutan lainnya, hendaknya ia : [1] meninggalkan dosa dan [2] menyembunyikan dosa jika ia terlanjur melakukannya.
158 159
HR. Bukhari dan Muslim HR.Muslim
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Sebagaimana dosa seorang alim bisa berlipat-lipat jika ada yang mengikuti melakukan dosa tersebut, maka begitu pula dengan kebaikan yang ia lakukan. Jika kebaikan tersebut diikuti orang lain, maka pahala akan semakin berlipat untuknya. Akhirnya, janganlah kita meremehkan dosa dan maksiat kepada Allah . Selalulahmerasa takut akan balasan dan adzab yang akan diturunkannya dengan sekejap mata. Kalaupun telah tergelincir ke dalamnya, segeralah bertaubat dan menutupinya dengan kebaikan, agar hati dapat bersih kembali dari titik-titik noda. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya jika seorang hamba berbuat kesalahan/dosa dititikkan pada hatinya satu titik hitam. Namun bila ia menarik diri/berhenti dari dosa tersebut, beristighfar dan bertaubat, dibersihkan hatinya dari titik hitam itu. Akan tetapi bila tidak bertaubat dan kembali berbuat dosa maka bertambah titik hitam tersebut, hingga mendominasi hatinya. Itulah ar-ran (tutupan) yang Allah sebutkan di dalam ayat : ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu 160 mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ (QS. Al-Muthaffifin : 14)” Kita berlindung kepada Allah dari tertutupnya hati karena dosa dan maksiat. Wallahu a’lam.
160
HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan Syaikh Al-Albani rahimahullah
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Ujian menyerang siapa saja tidak pandang bulu. Sebagaimana orang miskin diuji, orang kayapun demikian. Sebagaimana rakyat jelata hidup di atas ujian, para penguasa juga diuji. Bahkan bisa jadi ujian yang dirasakan oleh para penguasa dan orang-orang kaya lebih berat daripada ujian yang dirasakan oleh orang-orang miskin dan rakyat jelata. Begitu pula, sebagaimana seorang awam diuji, seorang ‘alim pun akan diuji. Masingmasing tidak lepas dari ujian kehidupan. Intinya setiap yang bernyawa pasti diuji sebelum maut menjemputnya. Siapapun juga orangnya. Entah diuji dengan kesulitan atau diuji dengan kelapangan, kemudian ia akan dikembalikan kepada Allah untuk dimintai pertanggungjawaban terhadap sikap ia menghadapi ujian tersebut. Allah berfirman,
ِ س َذائَِقةُ الْ و ٍ ُك ُّلل َ ْف اْلَِْري فِْت نَةً َوإِلَْي نَا تُ ْر َج ُو َن ْ ت َوَْب لُوُك ْم ِال هشِّر َو َْ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan" (QS. Al-Anbiyaa' : 35). Memang dunia ini adalah medan ujian. Kehidupan ini ada medan perjuangan. Allah berfirman, “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun" (QS. Al-Mulk : 1-2).
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Jika saja orang kafir tidak selamat dari ujian kehidupan, maka apatah lagi seorang yang beriman kepada Allah , pasti akan menghadapi ujian. Allah berfirman,
ِ أ هاس أَ ْن يُْت َرُكوا أَ ْن يَ ُقولُوا َمنها َوُى ْم ال يُ ْفتَ نُو َن َ ُ َح َ الن “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-'Ankabuut : 2). Ingatlah, besarnya ujian sekadar dengan tingkat keimanan. Semakin tinggi iman seseorang maka semakin tinggi kadar ujian yang akan ia hadapi. Nabi bersabda,
ِ يُْبتَ لَ الهر ُجل َعلَ َح، ُه اا َْمَل فَ ْاا َْمَل، هاس َ َء ااَْبِيَاء َأ ُ ً ِ َش ُّلد الن َ ُ ُ ُ ِ ِِ ِ َصْلبًا ا ْشتَ هد َ َُاهُ َوإِ ْن َكا َن ِ ِْف ِديْنِ ِو ِرقهةٌ اُْتُلِ َي َعل َ ُ فَِإ ْن َكا َن ديْنُو، ديْنو ِ فَ َ ا يَْب َر ُح الْبَ َءُ ِالْ َْب ِد َح هِت يَْت رَكوُ َيَْ ِشي َعلَ ْاا َْر،َح َ ِ ِديْنِ ِو ض َما َعلَْي ِو ُ ٌَخ ِ ْيَة “Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang paling sholeh dan seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika agamanya kuat maka semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah maka ia diuji berdasarkan agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi 161 tanpa ada sebuah dosapun" . Apa yang menimpa Anda hari ini, sungguh itupun telah menimpa orang – orang shalih dan beriman terdahulu. Sebut saja, Rasulullah ,para nabi, para sahabat Rasulullah , para ulama dan lainnya.
161
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 143
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Imam Asy-Syafii rahimahullah berkata, “Cobaan zaman banyak tidak habishabisnya, dan kegembiraan zaman mendatangimu (sesekali) seperti sesekalinya hari raya”.
Pertama : Yakinlah bahwa selain Andapun juga diuji. Ada yang diuji dengan kemiskinan. Ada yang diuji dengan harta, jabatan, dan kekuasaan. Ada yang diuji dengan orangtua yang tidak mau taat. Ada yang diuji dengan pengkhiatan sahabat. Sungguh, terlalu banyak model ujian yang menimpa manusia. Maka poisis Anda adalah sebagaimana manusia-manusia yang lain yang juga ditimpa musibah/ujian yang beraneka ragam. Kedua : Sabarlah dengan ujian yang sedang Anda hadapi. Alhamdulillah Anda masih bisa memikulnya. Bisa jadi jika Anda diuji dengan ujian yang lain maka Anda tidak akan mampu menghadapinya. Yakinlah bahwa tidaklah Allah menguji kecuali dengan ujian yang mampu dihadapi oleh seorang hamba. Allah berfirman-Nya, “… dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177). Ibnul Qayyim rahimahullah, mengutarakan bahwa ayat yang seperti ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Sehingga keberadaan sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah adalah benar-benar menjadi 162 barometer keimanan dan ketakwaan kepada Allah . Ketiga : Terkadang syaitan membisikkan kepada Anda bahwa ujian yang Anda hadapi sangatlah berat dan tidak mungkin untuk Anda pikul. Maka ingatlah bahwa saat ini masih terlalu banyak orang yang diuji dengan ujian yang jauh lebih berat dengan ujian yang sedang Anda hadapi. Keempat : Bukankah ujian jika dihadapi dengan kesabaran maka akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat??
162
Kitab Madarijus Salikin 2/152
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Selain Allah memberikan ganjaran yang lebih baik dari amalannya kepada orang yang sabar, Allah juga memberikan ampunan kepada mereka. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya , ”Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap ujian), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu peroleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Hud: 11). Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata : “Rasulullah bersabda, artinya : “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim, melainkan Allah telah menghapus dengan musibah itu dosanya. 163 Meskipun musibah itu adalah duri yang menusuk dirinya.” Kelima : Bahkan bisa jadi Allah menghendaki Anda untuk meraih sebuah tempat yang tinggi di surga yang tidak mungkin Anda peroleh dengan hanya sekedar amalan-amalan shalih Anda. Amalan shalih Anda tidak cukup untuk menaikan Anda ke tempat tinggi tersebut. Anda tidak akan mampu untuk sampai ke tempat tinggi tersebut kecuali dengan menjalani ujian-ujian yang tidak henti-hentinya untuk mengangkat derajat Anda. Allah berfirman, “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya” (QS. Al-Furqaan: 75). Keenam : Ingatlah, dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwasanya kita ini sangatlah lemah dan selalu butuh kepada Allah Yang Maha Kuasa.Terkadang kita baru mengenal yang namanya khusyu' dalam shalat. Kita baru bisa merasakan kerendahan yang disertai deraian air mata. Kita baru bisa merasakan nikmatnya ibadah. Kita baru merasakan ketinggian tawakkal kepada Allah . Tatkala ujian datang, tatkala musibah menerpa. Ketujuh : Ingatlah, dengan ujian atau musibah yang menimpa kita terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita. Karena tatkala kita rajin beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan terkadang timbul ujub dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat dan selalu beruntung. Jangan sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba dengan musibah. Bahkan perkaranya justru sebaliknya. Nabi bersabda, 163
HR. Al-Bukhari no. 3405 dan Muslim 140-141/1062
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ ِ َح ه قَ ْوًما ا ْتَ َ ُى ْم َ إ هن هللاَ إذَا أ 164
“Jika Allah mencintai sebuah kaum maka Allah akan menguji mereka”
Kedelapan : Berprasangka baiklah kepada Allah , yakinlah bahwa dibalik ujian dan musibah yang menimpamu ada kebaikan dan hikmah. Justru jika ujian tersebut tidak datang dan jika musibah tersebut tidak menimpamu bisa jadi kondisi yang datang kemudian adalah lebih buruk. Allah berfirman, “Dan boleh jadi kalian membeci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian”(QS. Al-Baqarah : 216). Kesembilan : Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci tersebut bahkan mendatangkan banyak kebaikan. Allah berfirman, “Maka mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (QS. An-Nisaa : 19). Kesepuluh : Ingatlah, bahwasanya hidup di dunia tidak ada istrirahat total. Kegembiraaan total, kecuali di akhirat kelak. Selama Anda masih hidup di dunia maka siap-siaplah dengan ujian yang menghadang. Bersabarlah, tegarlah, demi meraih ketentaraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga. Seorang awam biasa berkata, “Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji, kalau tidak mau diuji, ya, jangan hidup di dunia!”.Mungkin benar juga apa kata mereka. Akhirnya, banyaknya ujian yang menimpa orang-orang besar, justru memperkuat rasa tawakal dan kerelaan mereka kepada keputusan Allah . Di situlah tampak kadar kekuatan iman seseorang bukan hanya dalam raka’at-raka’at pendek saja. Hasan alBashri rahimahullah berkata : “Pada saat manusia sama-sama sehat, mereka sejajar dalam iman, namun tatkala bencana menimpa, tersingkaplah siapa yang benar-benar kokoh iman-Nya.” Wallahu a’lam.
164
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 146
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Saat ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rezeki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Ditambah lagi dengan berbagai problem kehidupan dan tuntutannya. Sehingga tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai.Bermunculanlah para koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggalkan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan secuil uang atau alasan kebutuhan hidup. Inilah fenomena “hilangnya kunci rezeki” di mata mereka. Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rezeki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia telah menunjukkan kunci – kunci dari pintu rezeki tersebut. Dia pula menjanjikan keluasan rezeki yang tidak disangka-sangka kepada siapa saja yang menempuhnya. Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaikan beberapa hal yang dapat ditempuh agar rezeki halal dari Sang Pemberi dapat diraih, pintu rezeki dari atas langit terbuka, tentu dengan penuh harap dan keyakinan, hanya Dialah yang mencurahkan rezeki kepada hamba – hamba yang Ia kehendaki. Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rezeki dan menjadikannya terus bertambah. Allah berfirman, artinya : "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya” (QS. At-Thalaq : 2-3). Imam Ibnu Katsir رحمه هللاberkata tentang firman Allah di atas, "Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."
Termasuk sebab yang mendatangkan rezeki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam, artinya : “Maka aku katakan kepada mereka : "Mohonlah ampun (istighfar) kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun" niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh : 10-12). Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan alBashri رحمه هللا, maka beliau berkata, "Beristighfarlah kepada Allah", lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Ada lagi yang mengatakan, "Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!" Maka beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah." Maka orang-orang pun bertanya, "Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar." Beliau lalu menjawab, "Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah telah berfirman di dalam surat Nuh (seperti tersebut diatas). Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan. Allah berfirman, artinya : "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. ath-Thalaq : 3). Nabi telah bersabda, artinya : "Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rezeki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan 165 kenyang" . Hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh Imam Ibnu Rajab رحمه هللا, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.
Dari Abu Hurairah berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda,artinya : "Siapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung 166 silaturrahim." . Dari Abu Hurairah , Nabi bersabda, artinya : "Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan 167 memperpanjang umur” .
165 166 167
HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani HR. Bukhari HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Allah berfirman, artinya : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaikbaiknya." (QS. Saba’ : 39). Ibnu Katsir رحمه هللاberkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak." Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah bersabda, Allah berfirman, artinya :"Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku 168 akan berinfak kepadamu." .
Berdasarkan pada hadits Nabi dari Ibnu Mas’ud dia berkata, Rasulullah bersabda, artinya : "Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pandai besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga." (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani). Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.
Nabi telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rezeki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya : "Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rezeki melainkan karena orang-orang 169 lemah di antara kalian" .
168 169
HR. Muslim HR. Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Dhu’afa” (orang - orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara’, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah , dari Nabi bersabda, "Allah berfirman, artinya : "Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu." Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu" hanya kepada Allah , merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.
Allah berfirman, artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hambahamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32). Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah : Jika kalian itu miskin maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah mencukupinya dengan memberi sifat qona’ah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal ‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya, bagaimana lagi jika yang bujang sudah berkecukupan dan kaya? Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud berkata, “Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah”. Lihatlah pemahaman cemerlang dari seorang Ibnu Mas’ud karena yakin akan janji Allah .
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Anas bin Malik bahwasanya ia berkata: "Dahulu ada dua orang saudara pada masa Rasulullah . Salah seorang daripadanya mendatangi Nabi dan (saudaranya) yang lain bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Nabi , maka beliau bersabda : “Mudah-mudahan engkau diberi rezeki dengan sebab dia." Dalam hadits yang mulia ini, Nabi menjelaskan kepada orang yang mengadu kepadanya karena kesibukan saudaranya dalam menuntut ilmu agama, sehingga membiarkannya sendirian mencari penghidupan (bekerja), bahwa ia tidak semestinya mengungkit-ungkit nafkahnya kepada saudaranya, dengan anggapan bahwa rezeki itu datang karena dia bekerja. Padahal ia tidak tahu bahwasanya Allah membukakan pintu rezeki untuknya karena sebab nafkah yang ia berikan kepada suadaranya yang menuntut ilmu agama secara sepenuhnya. Dan masih banyak lagi pintu-pintu rezeki yang lain, seperti : hijrah, jihad, bersyukur, serta istiqamah, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Semoga Allah memberikan taufiq dan bimbingan kepada kita semua. Amin. Wallahu a’lam.
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Setiap kita pasti menginginkan kiranya Allah menganugerahkan anak – anak yang shalih. Anak – anak yang bertakwa, mampu berbakti kepada rabbnya, rasulnya, agama dan orangtua. Namun, sudahkah kita berupaya maksimal untuk itu? Sudahkah kita membentuk keshalihan dalam pribadi sebagai orangtua atau calon orangtua (bagi yang belum dan akan menjadi orangtua)? Tahukah kita bahwa harapan dan cita - cita besar itu sangat ditentukan oleh keadaan dan kualitas kita sebagai orangtua ? Alangkah ironi, ketika kita berharap anak menjadi shalih dan bertakwa, sedangkan kita sendiri berkubang dalam maksiat dan dosa. Dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an dan sunnah nabawiyyah, ternyata keshalihan dan kebaikan orangtua memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan kebaikan anak – anak mereka, di dunia bahkan di akhirat. Demikian pula amal buruk dan dosa-dosa besar yang dilakukan oleh kedua orang tua memiliki dampak negatif terhadap pendidikan anak. Mengapa demikian? Pertama, ketika si anak membuka matanya di muka bumi ini, yang pertama kali ia lihat adalah ayah dan bundanya. Manakala ia melihat orangtuanya berhias akhlak mulia serta tekun beribadah, niscaya itulah yang akan terekam dengan kuat di benaknya. Dan insya Allah itupun juga yang akan ia praktekkan dalam kesehariannya. Pepatah mengatakan: “buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”. Betapa banyak ketakwaan pada diri anak disebabkan ia mengikuti ketakwaan kedua orangtuanya atau salah seorang dari mereka. Ingat karakter dasar manusia, terutama anak kecil, yang suka meniru!
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Kedua, karena keberkahan amal-amal shalih tersebut dan pahala yang Allah limpahkan kepada pelakunya. Demikian pula akibat buruk yang ditimbulkan oleh perbuatan-perbuatan jelek dan balasan dari Allah serta hukumanNya yang ditimpakan kepada pelakunya. Bisa jadi bentuk balasan dan pahala Allah atau hukuman dan azabnya menimpa anak-anak. Untuk yang pertama dalam bentuk Allah memperbaiki anak-anak itu, menjaga dan melindungi mereka, melapangkan rizki dan keselamatan kepada mereka, sedangkan yang kedua atau dalam bentuk penyimpangan dan pembelotan anak-anak itu dari jalan kebenaran, turunnya bencana, wabah dan penyakit, atau berbagai macam problematika hidup yang menimpa mereka. Dalam sebuah kisah, ketika Nabi Musa dan Khidhir ‘alaihimassalam melewati sebuah negeri, keduanya meminta makanan dan memohon jamuan sebagaimana layaknya seorang tamu kepada penduduk negeri tersebut, akan tetapi mereka semua menolaknya, lalu keduanya menemukan sebuah rumah yang hampir roboh tiangnya, lalu Khidhir ‘alaihissalam menegakkannya kembali, setelah itu Nabi Musa alaihissalam berkata, “... Jika engkau mau, niscaya engkau mengambil upah untuk itu..” (QS. al-Kahfi : 77). Dan jawaban Khidhir kepada Musa adalah, “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya" (QS. al-Kahfi: 82). Dalam menafsirkan firman Allah “dan kedua orang tuanya adalah orang shalih”, Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Ayat di atas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as170 Sunnah” . 170
Tafsîr Ibnu Katsir, 5/ 141
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Allah telah memerintahkan kepada kedua orang tua yang khawatir terhadap masa depan anak-anaknya agar selalu bertakwa, beramal shalih, beramar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam amal ketaatan lainnya, sehingga dengan amalan-amalan itu Allah akan menjaga anak cucunya. Allah berfirman, artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orangorang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. an-Nisaa : 9). Syaikh Siddiq Hasan Khan rahimahullah berkata : “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin, meskipun amalan mereka di bawahnya, agar orang tuanya tenang dan bahagia, dengan syarat mereka dalam keadaan beriman dan telah berumur baligh bukan masih kecil.Meskipun anak-anak yang belum baligh tetap dipertemukan dengan 171 orang tua mereka” . Dari Said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas , berkata : “Allah Azza wa Jalla mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orang tuanya tenang dan bahagia. Allah berfirman, artinya : “Dan orang-orang yang beriman dan yang anak keturunan mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, akan Kami pertemukan anak keturunan mereka itu dengan mereka dan Kami tidak mengurangi pahala amalan mereka sedikit pun. Setiap orang terikat dengan apa yang diusahakannya” (QS. Ath-Thur: 21). Dalam firman-Nya ini Allah mengabarkan tentang keutamaan-Nya, kedermawananNya, anugerahNya, kelembutanNya terhadap makhlukmakhlukNya serta kebaikanNya, bahwa orang-orang yang beriman apabila anak keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan, maka Allah akan mempertemukan anak keturunan itu dengan ayah mereka yang shalih, walaupun amalan anak keturunan itu tidak bisa menyamai amalan ayah mereka, untuk menyenangkan hati ayah mereka dengan adanya anak keturunan itu di sisinya. Maka Allah menghimpun mereka dalam bentuk yang paling baik, dengan mengangkat derajat orang yang kurang sempurna 171
Lihat Tafsîr Fathul-Bayan, Siddiq Hasan Khan, 6/434
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
amalannya di sisi orang yang sempurna amalannya, tanpa mengurangi 172 pahala amalan dan derajat orang yang sempurna amalannya tersebut . Ibnu Syahin meriwayatkan, bahwasanya Haritsah bin Nu`man datang kepada Nabi namun ia sedang berbicara dengan seseorang hingga ia duduk tidak mengucapkan salam, maka Jibril Alaihissallam berkata : “Ketahuilah bila orang ini mengucapkan salam, maka aku akan menjawabnya?” Nabi berkata kepada Jibril: “Kamu kenal dengan orang ini?” Jibril Alaihissallam menjawab: “Ya, ia termasuk delapan puluh orang yang sabar pada waktu perang Hunain yang telah dijamin rizki oleh Allah 173 bersama anak-anak mereka nanti di surga” . Diriwayatkan dari sebagian salaf bahwa dia berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, sungguh aku akan menambah shalat (sunnah) yang aku lakukan untuk kebaikanmu.” Sebagian ulama berkata, “Maknanya adalah aku akan memperbanyak melakukan shalat dan memperbanyak berdo’a untukmu di dalam shalat tersebut.” Oleh karena itu wahai para orangtua (dan juga calon orangtua), bertaqwalah kepada Allah . Bersihkanlah makanan, minuman, dan pakaian kalian wahai para orang tua, Anda mengangkat kedua tangan kepada Allah, berdoa kepadaNya dengan tangan dan jiwa yang bersih lagi suci, sehingga Allah mengabulkan permohonan kalian demi anak-anak kalian, “... Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Maidah : 27). Wahai para ayah! Layakkah Anda mengangkat kedua tangan kepada Allah ,sedangkan kedua tangan itu berlumuran darah orang-orang yang tidak bersalah, kotor karena memukul, melakukan kezhaliman dan menipu manusia? Pantaskah bagi Anda berdo’a kepada Allah demi kebaikan anak-anak dengan mengangkat kedua tangan seperti itu?! Pantaskah Anda memohon kepada Rabb Anda dengan mulut-mulut yang kotor dengan memakan harta-harta yang haram, kebohongan, namimah, ghibah, merusak kehormatan orang lain, dan mencaci maki bahkan penuh dengan kesyirikan atau menuduh seorang wanita yang terjaga lagi tidak tahu-menahu dengan perbuatan keji? 172 173
Tafsir Ibnu Katsir, 7/332 HR. Thabrani dalam al-Kaba`ir 3/227/(3225), dan lainnya
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Apakah Anda meyakini bahwa doa yang Anda panjatkan akan terkabul sedangkan makanan Anda haram, pakaian Anda haram dan Anda pun tumbuh dari sesuatu yang haram?! Merupakan kewajiban atas kalian para orang tua untuk menumbuhkan ketakwaan kepada Allah dan banyak melakukan kebaikan sehingga Allah menerima segala permohonan yang kalian panjatkan untuk anak-anak kalian. Rasulullah bersabda, artinya : “Seseorang melakukan perjalanan, rambutnya acak-acakan, badannya penuh dengan debu, dia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Ya Rabb! Ya Rabb!’ Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia tumbuh dengan barang yang haram, maka bagaimana mungkin 174 permohonannya dikabulkan” . Ketahuilah, jika kedua orang tua membaca al-Qur-an, khususnya surat alBaqarah dan al-Mu’awwidzatain an-Naas dan al-Falaq dan yang semisalnya, maka para Malaikat akan turun kepadanya untuk mendengarkan al-Qur-an, sedangkan setan akan lari, dan tidak diragukan bahwa turunnya para Malaikat disertai dengan turunnya ketenangan dan rahmat, semua ini tentu saja memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap kebaikan dan keselamatan anak-anak. Sebaliknya jika para orang tua meninggalkan al-Qur-an dan lalai dengan tidak berdzikir kepada Allah, maka syaitan akan turun dan menyerang rumah-rumah yang kosong dari dzikir kepada Allah. Setan akan menyerang rumah-rumah yang penuh dengan suara musik yang berisik, alat-alat musik yang tidak berguna dan gambar-gambar yang diharamkan. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Kondisi tersebut akan mendorong mereka untuk melakukan kemaksiatan dan mengajak mereka untuk berbuat kerusakan. Maka jangan remehkan dampak keshalihan diri terhadap keshalihan anak. Akhirnya, kita memohon kiranya Allah senantiasa memberikan taufiqNya kepada kita sekalian sehingga mampu mewujudkan keshalihan dan ketaqwaan, demi cita – cita anugerah anak yang shalih.
174
HR. Muslim
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Semoga Allah kelak mengumpulkan kita di surgaNya bersama para nabi, para syuhada, orang – orang shalih dan keluarga yang kita sayangi. Sebagaimana doa para malaikat yang memikul ‘Arsy dan para malaikat yang di sekeliling ‘Arsy bagi orang-orang yang beriman, “Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “ (QS. Al-Mu’min/Ghafir : 8). Wallahu a’lam.
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Anugerah lisan yang fasih terkadang membuat pemiliknya terbuai. Lisan terus menari hingga kehilangan arah. Bencana lisan pun senantiasa mengancam, utamanya bagi setiap kita yang tidak mampu menjaganya agar tetap di atas rambu- rambu syariat. Terkadang kita merasa begitu nyaman mengayunkannya. Hingga tak terasa membawa pemiliknya ke muara kebinasaan. Padahal, menjaganya adalah keniscayaan untuk meraih jaminan Rasulullah akan surgaNya. Membuka aib dan kekurangan orang lain adalah salah satu produk dari permainan lisan yang tidak terarah. Seharusnya, setiap kita yang takut akan adzabNya dan meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Melihat dan Mendengar seluruh tindak-tanduk kita, mampu menjaga manajemen lisan, saat diam dan bicara. Edisi kali ini akan membahas bagaimana manajemen lisan terhadap aib dan kekurangan orang lain dalam tinjauan syariat Islam. Selamat membaca.
Sungguh, perilaku mengungkap aib dan kekurangan orang lain, lahir dari prasangka – prasangka yang tidak berdasar. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah melarang untuk banyak berprasangka, sebagaimana firmanNya,
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ ِ ِ يا أَيُّل ا اله ِذي منُوا ض الظه ِّ إِ ٌْ َوال ََتَ ه ُ وا َ ْ َ اجتَنبُوا َك ًريا م َ الظه ِّ إِ هن ْ َ َ َ َ ِِ ِ ً ْ َ ض ُك ْم ُ ْ َ ْ ََوال يَ ْغت َُح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل َُلْ َم أَخيو َمْيتًا فَ َك ِرْىتُ ُ وه َ ضا أَ ُ ُّل أ ِ اَّلل تَ هو يم َواته ُقوا ه ٌ َاَّللَ إِ هن ه ٌ اب َرح “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus) dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” *QS. AlHujuraat : 12]. Larangan yang ada dalam ayat di atas juga dikatakan oleh Nabi , sebagaimana hadits dari Abu Hurairah , dari Nabi , beliau bersabda, “Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka (buruk), karena prasangka (buruk) itu adalah sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling mencari-cari kejelekan (tahassus), saling memata-matai (tajassus), saling hasad, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian, wahai 175 hamba-hamba Allah, orang-orang yang bersaudara” .
Mencari-cari aib seorang muslim tanpa alasan yang syar’iy adalah ciri-ciri orang munafik. Dari Ibnu ‘Umar , ia berkata, Rasulullah naik di atas mimbar lalu menyeru dengan suara yang kencang dan bersabda, “Wahai sekalian orang yang telah berislam dengan lisannya namun belum masuk keimanan dalam hatinya. Janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, jangan mencelanya, dan jangan mencari-cari aib mereka. Karena sesungguhnya barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim, niscaya Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang Allah cari-cari aibnya, niscaya akan disingkap aibnya itu meskipun di rumahnya sendiri”. Naafi’ berkata : Pada suatu hari Ibnu ‘Umar memandang Ka’bah, lalu berkata : “Alangkah agung engkau dan alangkah
175
HR. Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
agung kehormatanmu (wahai Ka’bah). Namun, kehormatan seorang 176 muslim lebih agung di sisi Allah daripada engkau” . Perkataan beliau ,“siapa saja yang telah beriman dengan lisannya namun belum masuk iman itu ke dalam hatinya” menunjukkan siapa saja yang mengghibah dan mencari-cari aib saudaranya yang muslim, maka imannya itu kurang, terjangkit sebagian virus nifak dan iman belum masuk ke dalam hatinya sebagaimana orang-orang munafik. Selain itu, salah satu ciri-ciri orang munafik adalah melampaui batas ketika berselisih, sebagaimana riwayat : Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhuma, dari Nabi bersada, “Ada empat hal yang bila ada pada diri seseorang maka dia adalah seorang munafiq - atau - barangsiapa yang memiliki empat tabiat tersebut, maka ia mempunyai tabiat munafik, hingga ia meninggalkannya. Yaitu : jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat kesepakatan 177 mengkhianati, dan jika berselisih (bertengkar) maka dia berbuat fajir” . Makna sabda beliau , “Jika berselisih (bertengkar) maka dia berbuat fajir’ ; yaitu bila ia berselisih dengan orang lain, maka ia akan melakukan segala jalan yang tidak disyari’atkan, termasuk melakukan tipu daya dan berbagai perkataan bathil lainnya kepada/tentang lawannya. Ini dalam perselisihan, lantas bagaimana jika mencari-cari aib itu menjadi kebiasaan kita dalam setiap pembicaraan ? Tidakkah kita takut Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menyingkap aib-aib kita di mata dan telinga manusia? Bahkan di hari kiamat kelak ? Wallahul Musta’an.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
ِ احشةُ ِِف اله ِذي منوا ََلم ع َذ ِ ِ ِ ِ يم ِِف َ ِ يع الْ َف ٌ َ ُْ َُ َ َ إ هن الهذي َ ُ بُّلو َن أَ ْن تَش ٌ اب أَل ِ ِااخرة ُّل َ الد ْيَا َو 176
HR. Tirmidzi; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy, 2/391, Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1420 H 177 HR. Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhir” [QS. An-Nuur : 19]. Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Bagi siapa saja yang mendengar sesuatu dari perkataan yang buruk, lalu dengan pikirannya tergambar sesuatu yang akan diucapkannya; maka janganlah ia bergegas memperbanyak dan 178 menyiarkannya” . Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah menyebarkan perbuatan keji seorang mukmin yang berusaha menutupi aib yang ada pada dirinya tersebut, atau menuduh seorang mukmin dengan 179 satu kekejian yang ia berlepas diri darinya (tidak melakukannya)” . Diriwayatkan dari ‘Aliy bin Abi Thalib radhiallahu anhu, ia berkata : “Orang yang mengatakan kekejian dan orang yang menyebarkannya; dalam dosa 180 adalah sama” . Nabi bersabda, “Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orangorang terang-terangan melakukan dosa. Dan sesungguhnya diantara terang-terangan (melakukan dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata : 'Wahai Fulan, semalam aku telah melakukan ini dan itu’, padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabb-nya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah 181 ditutupi oleh Allah” . Bahkan, perintah menutupi kesalahan ini bukan hanya untuk menutupi kesalahan orang lain, tapi juga menutupi kesalahan diri sendiri. Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud , ia berkata : Seorang laki-laki datang menemui Nabi dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menggauli seorang wanita di pelosok Madinah dan aku telah melakukan segala sesuatu kecuali jima’. Maka, aku datang menyerahkan 178
Tafsir Ibni Katsir, 6/29 Jaami’ul-‘Ulum wal-Hikam, hadits no. 36; tahqiq : Dr. Maahir Yasin Al-Fakhl HR. Bukhari dalamAl-Adabul-Mufrad no. 234 181 HR. Bukhari 179 180
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
diriku untuk dihukum sesukamu”. Ketika mendengar hal itu, ‘Umar berkata : “Sungguh Allah telah menutupinya seandainya engkau menutupi kesalahanmu itu”. (Ibnu Mas’ud berkata) Nabi tidak menjawab 182 sedikitpun . Rasulullah tidak mengingkari apa yang dikatakan ‘Umar bin AlKhaththaab agar orang tersebut menutupi kesalahannya sehingga tidak meneruskan perkaranya. JANJI YANG PASTI Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memberikan janji akan menutupi aib-aib kita kelak di hari kiamat jika kita menutupi aib-aib saudara kita di dunia. Rasulullah bersabda,
ِ ِ يامة َ َم ْ َستَ َر ُم ْ ل ً ا َستَ َرهُ هللاُ يَ ْوَم الْق
“Barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah 183 akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” . Di sisi lain, Allah juga akan menyiapkan adzab yang pedih bagi mereka yang senang mengumbar aib saudaranya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah bersabda: “Ketika aku diangkat (mi’raj) ke langit, aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, “Wahai Jibril, siapa mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan terjun 184 membicarakan kehormatan mereka.” . Wallahul Musta’an. = Rasulullah telah mengatakan bahwa mencari-cari aib orang lain itu sama dengan usaha untuk merusaknya/membinasakannya.
182 183 184
HR. Muslim HR. Muslim dan yang lainnya HR. Abu Daud ; dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5213
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Dari Mu’awiyyah radhiallahu anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Sungguh jika kalian berusaha mencari-cari kesalahan manusia, maka sesungguhnya kalian telah merusak/membinasakan mereka atau hampir-hampir saja kalian 185 merusak/membinasakan mereka” . Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda :“Sesungguhnya seorang amir jika ia mencari-cari hal-hal yang mencurigakan (kekeliruan) 186 rakyatnya, maka ia telah merusak mereka” .
Sungguh, para shahabat dan salaf al-shalih adalah orang yang sangat sayang kepada manusia sehingga berupaya menutupi segala aib dan kesalahan; padahal diketahui mereka adalah pribadi-pribadi yang sangat tegas dalam membasmi kemunkaran. Diriwayatkan bahwasannya ‘Abdullah bin ‘Utbah berkata : Aku mendengar ‘Umar bin Al-Khaththaab berkata : “Dahulu orang-orang melakukan dosa, akan disingkap kesalahannya itu dengan perantaraan wahyu. Akan tetapi saat ini, wahyu telah terputus. Maka, kami hanya menghukum kalian terhadap apa-apa yang nampak dari amal-amal kalian. Barangsiapa yang menampakkan kebaikan, kami akan mempercayainya, dan kami tidak akan mengusik segala yang tersembunyi darinya. Allah lah yang akan menghisab apa-apa yang tersembunyi darinya. Namun barangsiapa yang menampakkan kejahatan, maka kami tidak akan mempercayainya meskipun ia berkata : ‘Sesungguhnya apa yang ia inginkan dalam hatinya 187 adalah kebaikan” . Terakhir, sepatutnya seorang mukmin, hendaknya berkata tentang sesuatu yang mengandung kemanfaatan. Seandainya itu tidak sanggup, hendaklah ia diam. Rasulullah bersabda,
185
HR. Abu Daawud; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Daawud, 3/199 186 HR. Abu Daawud : Shahih Sunan Abi Daawud, 3/199 187 HR. Bukhari
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ِ ِ ِ ِم َكا َن ي ْؤِم ِ ه ت ْ ُ ْ َاَّلل َوالْيَ ْوم ْااخ ِر فَ ْليَ ُق ْل َخْي ًرا أ َْو لي َْ ُ ُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia 188 bicara yang baik (bermanfaat) atau diam”. Luqman Al Hakim berkata, “Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya” . Wallahu a’lam.
188
HR. Bukhari dan Muslim
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Beberapa contoh kalimat-kalimat pembuka dalam sebuah kultum, ceramah atau khutbah : Contoh pertama :
اُلَ ْ َدِ هللِ َُْن َ ُدهُ َوَ ْ تَ ِْي نُوُ َوَ ْ تَ ْغ ِفُرهُ َوَ ُ ْوذُ ِاهللِ ِم ْ ُشُرْوِر أَْ ُف ِ نَا إِ ّن ْ ضل لَو وم ي ْ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ي لَوُ َو َسيَّات أ َْع َ النَا َم ْ يَ ْ ده هللاُ فَ َ ُم ّ ُ َ َ ْ ُ ضل ْل فَ َ َىاد َ أَ ْش َ ُد أَ ْن الَ إِلوَ إِالّ هللاُ َوأَ ْش َ ُد أَ ّن َُمَ ّ ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُس ْولُوُ يَاأَيّ َ ا الّ َذيْ َ َمنُ ْوا اتّ ُقوا هللاَ َح ّ تُ َقاتِِو َوالَ َُْوتُ ّ إِالّ َوأَْتُ ْم ُم ْ لِ ُ ْو َن ِ سوِ ِ اح َدةٍ َو َخلَ َ ِمْن َ ا اس اتّ ُق ْوا َرّ ُك ُم الّذي َخلَ َق ُك ْم م ْ َ ْف ٍ َ يَاأَيّ َ ا النَ ُ ث ِمْن ُ َ ا ِر َجاالً َكِْي ًرا َوِ َ اءً َواتّ ُقوا هللاَ الَ ِذي تَ َ اءَلُْو َن ِِو َزْو َج َ ا َوَ ّ َواْا َْر َحامَ إِ ّن هللاَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِْيبًا يَاأَيّ َ ا الّ ِذيْ َ َمنُ ْوا اتّ ُقوا هللاَ َوقُ ْولُْوا قَ ْوالً َس ِديْ ًدا يُ ْ لِ ْ لَ ُك ْم أ َْع َ الَ ُك ْم َويَ ْغ ِفْرلَ ُك ْم ذُ ُ ْوَ ُك ْم َوَم ْ يُ ِ ِع هللاَ َوَر ُس ْولَوُ فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوًزا َع ِظْي ً ا، أ َّما َ ْ ُد
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
ٍ ِ فَِأ ّن أَص َد َق ْ ِ ِ ِ ِ صلّ هللا َعلَْي ِو ْ ى َُمَ ّ د َ اُلَديْث كتَ ُ اب هللاَ ،و َخْي َر ا َْلَْدى َى ْد ُ َو َسلّ َمَ ،و َشّر اْا ُُم ْوِر َُْم َد َاتُ َ اَ ،وُك ّل َُْم َد ٍَة ِ ْد َعةٌ َوُك ّل ِ ْد َع ٍة َ َلَةًَ ،وُك ّل َ َلَِة ِِف النّا ِر.
Contoh kedua :
اُل ِ لِيظْ ِ ره علَ ِّ ْ ِِ ِ ِ الدي ِ ُكلِّ ِو َولَ ْو َك ِرَه اُلَ ْ ُد َّّلل الهذ ْي أ َْر َس َل َر ُسولَوُ ِا َْلَُدى َودي ِ َْ ّ ُ َُ َ الْ ُ ْش ِرُكو َن أَ ْش َ ُد أَ ْن َال إِلَوَ إِهال ه اَّللُ َو ْح َدهُ َال َش ِر َ يك لَوُ َوأَ ْش َ ُد أَ هن َُمَ ه ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُسولُوُ اَلله هم ص ِل وسلِّم علَ َبِيِنَا َُم ه ٍد وعلَ لِِو و ِ ِ ْي أَهما َ ْ ُد ُ َ ّ َ َ ْ َ ّ َ ََ ص ْحبِو أَ ْ َ ْ َ ََ
Contoh ketiga :
اُل د هلل عل إح ا و و الشكر لو عل توفيقو و امتنا و أش د أن ال إلو إال هللا وحده ال شريك لو ت ظي ا لشأ و و أش د أن َم دا عبده ورسولو الداعي إَل ر وا و .الل م ف ل و سلم عل ىذا النيب الكرمي و عل لو و أصحا و و م تب م إح ان إَل يوم الدي .أما د Contoh keempat :
ِ ِ ْ ِ ِ ِ ْي ْي َوال ه َةُ َوال ه َ ُم َعلَ أَ ْشَرف اْاَْبِيَاء َوالْ ُ ْر َسل ْ َ ب الْ َالَ ْ َ اُلَ ْ ُدِ هلل َر ِّ وعلَ اَلِِو و ِ ِ ْي أَهما َ ْ ُد ََ ص ْحبِو أَ ْ َ ْ َ ََ اُلَ ْ ُدِ هللِ اله ِذ ْي أَْ َ َ نَا ْ اْاََ ِام َسيِّ ِد َا َُمَ ه ٍد َو َعلَ
Contoh kelima :
ِنِ ِة اْ ِاَْيَ ِ ان َواْ ِا ْس َِمَ .وُ َلِّ ْي َوُ َ لِّ ُم َعلَ َخ ِْري َْ ِ ِ ِِ ْي أَهما َ ْ ُد ص ْحبِو أَ ْ َ ْ َ اَلو َو َ
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Beberapa contoh kalimat-kalimat penutup dalam sebuah kultum, ceramah atau khutbah : Contoh pertama :
سبحا َك الله هم وِ ِد َك أَ ْش د أَ ْن الَ إِلو إِاله أَْت أ ِ ك َُ ب إِلَْي َ َ ْ َ َستَ ْغفُرَك َوأَتُ ْو ُ ُْ َ َ ُ َ َ ْ استَ ْغ ِفُروا هللاَ اِهوُ ُى َو الْغَ ُف ْوُر الهرِحْي ُم أَقُ ُ ول قَ ْو ِ َى َذا َو ْ
Contoh kedua :
Contoh ketiga :
ارك هللا ولكم ِف القر ن ال ظيم و ال نة و ف ِن و إياكم ِبا فيو م اايات و الذكر و اُلك ة و تقبل مِن و منكم ت وتو إ و ىو ال يع ال ليم و استغفروه إ و ىو الغفور الرحيم ُس ۡب َٰح َٰح َٰح ۡب َٰح ب ٱ ر ِّ
َٰح َٰح َٰح ٌ َٰح َٰح ۡب ُس َٰح َٰح َّز َٰح َٰح َٰح لَع ٱ ۡب ُسم ۡب َٰح ِّ َٰح َٰ ١٨١حو ۡب َٰح ب ٱ ِّ َّز ِّ ع َّزما يَٰح ِّصفون ١٨٠و لم ٱ ۡبم ُس ِّّلِلِّ ربِّك ر ِّ َٰحم َٰح ِّ
)(QS. As-Saffat : 180-182
Inspirasi Iman Sepanjang Masa
Contoh keempat :