i
5
"KONVENSI NASKAH"
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Mata Kuliah : BAHASA INDONESIA
Dosen : ENNI SUHENNI M.Pd
Disusun
O
L
E
H
Kelompok 7
SEMESTER 1 PS-U
1. FEBRI ALAMSYAH
2. LESTIANO EKA PRATAMA
3. TESSA ANGELINA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM'IYAH MAHMUDIYAH
TAHUN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "KONVENSI NASKAH" ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan, walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada BUK ENNI SUHENNI M.Pd selaku dosen pembimbing Bahasa indonesia. Dan juga kepada teman – teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman–teman dan pihak yang berkepentingan.
Tanjung Pura Desember 2017
Penulis
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Perwajahan 2
B. Penomoran 9
C. Kutipan 9
D. Catatan Daftar Pusaka 13
E. Catatan Kaki 16
BAB III PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
DAFTAR PUSAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Bangsa Indonesia. Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pemersatu berbagai bahasa daerah di Indonesia.
Bahasa tidak hanya digunakan dalam komunikasi secara lisan, tetapi juga dalam komunikasi secara tertulis. Begitu halnya dengan Bahasa Indonesia. Dalam penggunaanya, Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan baku.
Akan tetapi, bagi seorang penulis yang menyampaikan gagasan atau isi pikiran yang akan dituangkan dalam suatu tulisan. Maka, penulis harus pandai memilih kata yang tepat sehingga dapat merangkai kata manjadi kalimat yang ringkas, jelas, dan juga mudah dipahami. Oleh karena itu, penulis akan mencoba menjelaskan segala ketentuan-ketentuan dalam penulisan naskah atau disebut juga dengan konvensi naskah.
Dengan mempelajari konvensi naskah, penulis dapat menciptakan tulisan yang indah dalam menampilkan sebuah tulisan itu sendiri, sehingga pembaca tertarik untuk membaca tulisan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Apa itu Perwajahan ?
Bagaimana Penomoran ?
Bagaimana Kutipan ?
Bagaimana Catatan Daftar Pusaka ?
Bagaimana Catatan Kaki ?
C. Tujuan Pembahasan
Untuk Mengetahui Perwajahan.
Untuk Mengetahui Penomoran.
Untuk Mengetahui Kutipan.
Untuk Mengetahui Catatan Daftar Pusaka.
Untuk Mengetahui Catatan Kaki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perwajahan
Perwajahan adalah tata letak unsur-unsur karangan ilmiah dan aturan penulisan. Dari perwajahan ini, akan dimunculkan tampilan atau format penulisan karya ilmiah. Perwajahan itu meliputi ukuran kertas, huruf yang dipakai, spasi, marjin atau tepi batas (pias).
Sebuah karya ilmiah yang formal memerlukan persyaratan-persyaratan teknis antara lain pengetikan yang rapih, perwajahan yang menarik dan beberapa persyaratan lainnya. Semua persyaratan ini secara umum disebut konvensi naskah. Beberapa ketentuan tentang konvensi ini, khususnya tentang teknik pengetikan dan penyusunan teks pada halaman-halaman pendahuluan, isi karangan dan bagian pelengkap penutup sudah disinggung di atas. Walaupun konvensi-konvensi itu tidak mempunyai pertalian langsung dengan tema yang digarap, tetapi ia menjadi sarana upaya yang harus dipakai agar tema itu bisa tampil dalam tampan yang menarik.
Pokok-pokok yang terpenting dari konvensi naskah yang perlu diperhatikan, selain dari yang telah diuraikan, adalah sebagai berikut:
a. Ukuran kertas
Bagi karya tulis atau karya ilmiah di Perguruan Tinggi, biasanya ditetapkan ukuran kertas tertentu, yaitu kertas HVS putih, berukuran 8,5 x 11 inci (atau kira-kira 21,5 x 28 cm) atau disebut juga kertas kuarto. Untuk naskah final, penggunaan kertas berwarna atau bergaris hendaknya dihindarkan. Bila masih dalam bentuk naskah sementara, maka dapat ditulis dengan tulisan tangan, asal jelas. Sebuah naskah final tidak boleh diketik bolak-balik.
Naskah-naskah yang harus diserahkan kepada Panitia Penguji hendaknya diketik di atas kertas HVS. Bila sulit mengetik beberapa tindakan sekaligus dengan kertas HVS, maka lembaran yang pertama dapat diketik dengan kertas HVS, sedangkan selebihnya dengan kertas yang lebih tipis (doorslag). Yang paling ideal adalah untuk semua lembar naskah harus diketik di atas kertas yang berkualitas sama, serta warna dan uratnya juga sama. Sebab itu sangat dianjurkan untuk membeli sekaligus satu atau dua rim kertas yang mempunyai kualitas yang sama untuk maksud tertentu.
b. Mesin Tulis
Untuk karya-karya ilmiah yang formal, biasanya diminta untuk mempergunakan mesin tulis berhuruf besar atau disebut juga Pika (dalam satu inci bisa diketik 10 huruf). Untuk tabel-tabel atau keperluan khusus dapat dipergunakan mesin tulis berhuruf kecil atau disebut elite (dalam satu inci dapat diketik 12 huruf). Bila tidak mungkin memperoleh mesin tulis yang berukuran pika, maka sebaiknya merundingkan hal itu dengan pembimbing untuk diijinkan mempergunakan mesin elite.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, ada lembaga yang menginginkan agar semua naskah diketik dengan mesin listrik. Dengan mesin semacam ini hasilnya akan jauh lebih baik daripada mesin-mesin tulis konvensional. Malahan ada model mesin tulis terakhir yang bisa menghasilkan bermacam-macam tipe huruf. Tentu hal ini jauh dari jangkauan kemampuan mahasiswa Indonesia pada umumnya. Bagaimanapun juga, satu hal jelas tidak boleh dilakukan adalah mempergunakan mesin tulis yang berhuruf tulis.
c. Pita dan Karbon
Untuk memperoleh sebuah naskah yang baik, jelas dan rapih, maka selain dari persoalan kertas, penulis harus memperhatikan pula pita dan kertas karbon.
Pita yang sudah hancur atau tidak jelas lagi tintanya, harus diganti dengan pita yang baru. Tetapi sebaliknya tidak semua pita yang baru dapat memenuhi persyaratan. Ada pita yang terlalu tebal tintanya, sehingga huruf-huruf dari ketikan pertama terlalu tebal dan kurang jelas dibaca atau dibedakan. Sebab itu pita semacam itu harus dipakai dulu beberapa kali untuk menghilangkan lapisan tinta yang berkelebihan itu, baru dapat dipakai untuk pengetikan naskah final.
Untuk memperoleh tindasan-tindasan yang baik, penulis harus memperhatikan kertas karbon. Sebaiknya selalu mempergunakan kertas karbon yang baru. Seperti halnya dengan kertas, maka untuk pengetikan naskah yang final lebih baik sekaligus membeli satu dos karbon untuk menjamin kualitas yang sama. Ada karbon yang sudah merosot nilainya sesudah dua atau tiga kali dipakai. Karbon yang berkualitas semacam ini harus lebih sering diganti. Karbon yang berkualitas baik dapat dipakai sampai enam atau tujuh kali untuk lembaran kedua, sedangkan untuk lembaran ketiga dan seterusnya jangan dipakai lebih dari tiga atau empat kali.
d. Margin
Sebuah naskah tidak boleh diketik dari ujung kertas sebelah kiri hingga pinggir sebelah kanan, sehingga tidak ada bagian yang kosong pada sisi kiri atau kanannya. Harus disediakan bagian yang kosong pada semua sisinya. Bagian yang dikosongkan pada semua sisi kertas disebut margin atau batas pinggir.
Margin standar untuk naskah-naskah formal adalah sebelah kiri 4 cm, kanan 2,5 cm, margin atas 4 cm, dan margin bawah 2,5 cm. Dengan demikian bila karya tulis itu harus dijilid maka tidak ada bagian pada pinggir kiri tidak akan terbaca. Sebaliknya margin atas diberi 4 cm karena dalam jarak 2,5 cm dari pinggir atas akan dicantumkan nomor halaman.
Dengan batas-batas sebagai disebut di atas, maka bagian yang dapat diketik adalah yang terdapat dalam batas-batas tadi, jangan sampai batas itu dilampaui. Dengan demikian pada satu baris ketikan dengan mesin pika dapat diketik sekitar 60 huruf dan pada mesin elite sekitar 72 huruf. Semua baris dalam tiap alinea harus diketik hingga batas terakhir pada margin kanan, kecuali kalau baris itu mengakhiri sebuah alinea. Pengetik yang ahli akan mengatur sehingga huruf terakhir pada baris itu harus tampak lurus dari atas ke bawah. Bila tidak sanggup melakukan itu, maka lebih baik berhenti satu atau dua ketikan lebih dulu daripada melampaui margin tadi.
Halaman-halaman yang memuat bab-bab baru diberi margin atas yang lebih lebar. Nomor bab diketik kira-kira 6,5 cm dari pinggir atas, judul bab dimulai kira-kira 8 cm dari pinggir atas. Kalau nomor halaman ingin dicantumkan juga maka dapat ditempatkan pada kaki halaman dalam jarak 1,5 cm dari baris terakhir teks dan 2,5 cm dari pinggir bawah.
c. Pemisahan Suku Kata
Tiap bahasa mempunyai ketentuan tersendiri bagaimana memisahkan suku-suku katanya. Persoalan pemisahan suku kata itu menjadi persoalan yang penting dalam hubungan dengan margin kanan. Pengetik harus tahu sesudah lonceng margin berbunyi tinggal berapa ketikan lagi yang boleh dipakai. Ia harus mengatur agar bisa memutuskan kata itu secara tepat. Pemutusan itu dinyatakan dengan sebuah garis penghubung pada suku kata sebelumnya yang terdapat pada akhir baris itu. Kebiasaan untuk menempatkan garis penghubung itu di bawah suku kata sebelumnya pada akhir baris itu harus dihindarkan, misalnya: man(di), tun (duku), meng (undang), dsb. Sesuai dengan ketentuan ejaan pemutusan itu harus ditulis seperti man - di, tun - duk, meng - un - dang, dsb.
Walaupun pada prinsipnya pemisahan kata berdasarkan suku-suku kata dimungkinkan, perlu kiranya diperhatikan pemisahan pada kata-kata yang suku kata awalnya terdiri dari satu huruf, dan khususnya akhiran -i, yang mengakhiri sebuah kata. Dalam hal ini daripada menulis: o - rang, a - nak, i - kan, u - rat, e - kor, atau menulis: memilik - i, dimarah - i, dilempar - i, dsb. lebih baik menulis kata itu secara lengkap pada baris berikutnya (kelompok pertama), atau menulis seluruh kata itu pada baris sebelumnya (karena tempat garis penghubung dapat dipakai untuk mengetik i). Bila kelompok yang kedua itu sudah melampaui batas margin lebih baik dipisahkan menjadi: dima-rahi, di-lempari, memi-liki, dsb.
Kata-kata yang mengandung awalan me-, pe- (nasal), dan ber- sering menimbulkan problem tersendiri. Kalau betul-betul diperhatikan apa kata dasarnya, maka persoalannya mudah diatasi.
f. Spasi
Ketikan itu tidak boleh dilakukan berjejal-jejal sehingga sulit dibaca. Sebab itu jarak antara baris dengan baris cukup lebar. Jarak antara baris dengan baris, maupun antara huruf dengan huruf disebut spasi. Spasi secara horisontal pada mesin pika berbeda dari mesin elite. Tetapi spasi vertikal (antar baris) pada semua jenis mesin tulis sama.
Jarak antara baris dengan baris teks selalu mempergunakan spasi rangkap. Untuk catatan kaki, bibliografi, dan kutipan yang lebih dari empat baris dipergunakan spasi rapat. Spasi yang lebih besar dari jarak antar baris teks dibuat untuk jarak antar alinea, antara judul bab dan teks, antara judul anak bab dan teks. Jarak itu berkisar antara 3 - 3,5 - 4 spasi. Karena spasi vertikal ini sama pada semua mesin tik, maka pada sebuah kertas kuarto dapat diketik 25 baris ketikan, sedangkan pada kertas folio dapat diketik sebanyak 30 baris ketikan.
g. Nomor halaman
Semua halaman diberi nomor urut dengan mempergunakan angka-angka Arab di bagian tengah halaman sebelah atas, atau di sudut kanan atas, kira-kira 2,5 cm dari pinggir atas. Angka-angka Romawi sering pula dipergunakan untuk menomori halaman-halaman pendahuluan. Angka-angka Romawi tidak pernah dipergunakan untuk menomori halaman-halaman isi karangan. Halaman-halaman bagian pelengkap penutup biasanya melanjutkan saja nomor urut dari bagian isi karangan.
h. Judul
Judul bab selalu ditempatkan di bagian tengah atas, dalam huruf kapital. Antara judul bab dan teks diberi jarak 4 spasi. Judul bab sama sekali tidak boleh ditempatkan dalam tanda kutip atau digaris-bawahi, dan tidak boleh diberi titik. Judul-judul anak bab bervariasi seperti sudah dikemukakan pada uraian mengenai tubuh karangan. Judul dan teks merupakan dua hal yang berlainan. Judul merupakan nama untuk menyebut seluruh uraian di bawahnya. Judul memberi bayangan terhadap seluruh isi bab atau anak bab itu. Sebab itu judul tidak boleh dipakai atau diperlakukan sebagai bagian dari kalimat pertama dari teks bab atau anak bab itu.
Semua judul yang ditempatkan di tengah halaman, entah judul bab atau judul anak bab, harus diketik secara simetris, yaitu sebelah kiri dan kanan dari tengah halaman harus sama panjang. Judul-judul yang terlalu panjang dapat dibagi dalam dua baris atau lebih, agar lebih mudah ditempatkan pada tengah halaman ketikan itu. Biasanya panjang tiap baris harus disusun menurut piramida terbalik, yaitu baris pertama lebih panjang, baris kedua lebih pendek, dan seterusnya. Namun pembagian itu harus memperhatikan pula kesatuan semantik rangkaian kata-katanya, misalnya:
i. Huruf Miring
Huruf miring dalam buku-buku biasanya dinyatakan dengan sebuah garis-bawah pada kata atau kalimat yang bersangkutan dalam sebuah naskah yang diketik. Garis-bawah atau huruf miring biasanya dibuat bila penulis ingin menyatakan:
Penekanan terhadap sebuah kata, frasa atau kalimat. Namun terlalu banyak menggunakan huruf miring karena alasan penekanan, tidak akan menarik. Sebab itu sejauh mungkin dihindari, misalnya menggantikannya dengan variasi posisi dalam kalimat, penggunaan partikel penekan, dsb.
Untuk menyatakan judul buku, majalah, dan karya-karya seni lainnya.
Untuk menyatakan kata-kata asing atau frasa-frasa asing. Yang dimaksud dengan kata dan frasa asing adalah kata-kata yang belum diadaptasikan dalam perbendaharaan kata Indonesia, sehingga bentuknya masih ditulis seperti ejaan aslinya.
ntuk menyatakan hipostatis, yaitu untuk menyatakan kata, huruf, angka, dsb. tanpa menghubungkannya dengan hubungan makna dan fungsinya dalam konteks. Misalnya:
Ia terlalu sering mempergunakan kata itu. Angka 3 dalam bilangan 5.783 kurang jelas ditulis. Ia menanyakan apa itu keadilan pada para hadirin.
j. Penulisan Angka
Sebuah karya yang penuh berisi angka-angka akan sangat mengganggu. Kecuali angka-angka yang dipakai untuk maksud-maksud khusus seperti: tabel-tabel, dan statistik, maka sejauh mungkin menghindari pemakaian angka yang terlalu banyak. Untuk maksud tersebut perlu diperhatikan beberapa ketentuan berikut:
Bilangan yang terdiri dari satu atau dua kata, terutama angka-angka di bawah seratus, seratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya, harus ditulis dengan huruf: satu, dua puluh, seratus, dua ratus, seribu, dsb.
Bila bilangan itu terdiri dari tiga kata atau lebih, lebih baik ditulis dengan angka: 321, 1.345,677.856, 1.968.075, dsb.
Dalam hubungan ini hendaknya penulis menjaga agar ia tetap konsisten mempergunakan cara-cara itu. Walaupun ada anjuran untuk menulis angka-angka dengan cara di atas, ada beberapa hal yang khusus yang harus mengikuti konvensi-konvensi tertentu. Hal-hal yang khusus tersebut adalah:
Tidak boleh ada angka yang mengawali sebuah kalimat. Bila ada bilangan yang terdapat pada awal kalimat, maka tulislah dengan huruf kalau syarat pertama dipenuhi, kalau tidak rubahlah kalimat itu sehingga angka-angka itu dipindahkan ke tengah kalimat.
Tidak baik: Rp. 1.000.000,- dimintanya untuk harga rumah yang ditempatinya sekarang.
Lebih baik: Rumah yang ditempatinya sekarang, ditawarkan dengan harga Rp. 1.000.000,-.
Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf, kecuali bila pecahan itu merupakan bagian dari suatu bilangan bulat yang besar, setengah, seperempat, sepersepuluh. Tetapi: 567 3/4, 1250 9/10, dsb.
Dalam tulisan-tulisan resmi dan tulisan ilmiah, pecahan desimal selalu ditulis dengan angka: 0,36, 0,002, 0,7869, 0,2567, dsb.
Untuk menyatakan prosentase tetap dipergunakan angka, walaupun bilangan itu hanya terdiri dari satu angka: Sebagai upah ia menerima 10 persen dari harga penjualan. Sebagai upah ia menerima 10% dari harga penjualan.
Untuk menyatakan penanggalan, nomor jalan, nomor tilpon dan nomor halaman, tetap dipergunakan angka: Ia lahir tanggal 31 Maret 1970. Ia akan bertolak tanggal 25 Januari 1973. Rumahnya terletak di Jln. Matraman Raya 125, Jakarta.
Bila anda ingin menghubunginya, putarlah tilpon nomor 81811.
Kecuali dalam beberapa hal yang khusus, seperti perjanjian atas segel, akte notaris, maka untuk menghindari pemalsuan tanggal dan tahun biasanya ditulis dengan huruf.
Angka-angka Romawi biasanya dipergunakan untuk menyatakan jilid, bab, serta nomor halaman-halaman pendahuluan. Karena jarang dipergunakan, maka sering timbul kesulitan pada waktu menulis bilangan-bilangan besar dengan angka-angka Romawi. Untuk menghindari kesalahan, maka perlu diingat angka-angka kunci berikut:
Kecil: i, v, x, l, c, d, m, berturut-turut: 1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1000.
Besar: I, V, X, L, C, D, M.
Prinsip penulisan angka-angka Romawi adalah: angka-angka yang lebih besar ditulis dengan menambah satu unit pada angka yang lebih kecil, atau mengurangi satu unit dari angka yang lebih besar. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini:
B. Penomoran
Hal ini berkaitan dengan aturan pada nomor di karya ilmiah tersebut. Aturan-aturannya antara lain :
Romawi Kecil : dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, serta daftar singkatan dan lambang.
Romawi Besar : digunakan untuk menomori tajuk BAB.
Angka Arab : dimulai dari bab I sampai daftar pustaka.
Letak Penomoran : Jika ditulis dengan huruf capital, maka nomor halaman diletakkan di tengah, selanjutnya diletakkan di kanan atas halaman.
C. Kutipan
Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
Kutipan dapat disimpulkan juga sebagai salinan kalimat,paragraf, atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan orang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, baik yang melalui media cetak maupun elektronik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengutip adalah mengambil perkataan atau kalimat dari buku atau yang lainnya.mengutip itu berbeda dengan plagiat. Plagiat adalah mengambul karangan karangan atau pendapat orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat sendiri.
1. Prinsip-prinsip Mengutip
Dalam membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari tulisan orang lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan orang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Apabila dalam mengutip sebuah karya atau tulisan yang ada salah ejaan dari sumber kutipan kita, maka sebaiknya kita biarkan saja apa adanya seperti sumber yang kita ambil tersebut. Kita sebagai pengutip tidak diperbolehkan membenarkan kata ataupun kalimat yang salah dari sumber kutipan kita.
Dalam kutipan kita diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau arti yang terkandung dalam sumber kutipan kita. Caranya :
Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai margin kanan).
Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu.
Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung (tidak lebih dari seperempat halaman)
Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
Perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan
2. Jenis-jenis Kutipan
Terdapat beberapa jenis kutipan, antara lain adalah Kutipan langsung dan Kutipan Tidak langsung. Disini saya akan mencoba menjelaskan jenis-jenis kutipan tersebut.
Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip.
Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [huruf miring dari pengutip], [ejaan disesuaikan dengan EYD],dll.
Ada dua cara penerapan kutipan langsung dalam karya ilmiah.
Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
Kutipan ditulis menyatu dengan teks
Jarak antara baris dengan baris dua spasi.
Kutipan diapit dengan tanda petik
Kutipan diikuti nama akhir pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
Contoh:
Dalam kenyatannya, tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara universal. "Menurut Follet (1982:8) manajemen diartikan sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain."
Contoh:
Mangkunegara (2007:86) menyatakan bahwa "benefit adalah nilai keuangan (moneter) langsung untuk pegawai yang secara cepat dapat ditentukan".
Model di atas ditulis dengan mencantumkan nama belakang penulis dengan huruf kapital di awal, diikuti tahun dan halaman yang diberi tanda kurung dengan pemisah tanda titik dua (:) tanpa spasi. Selain model di atas, dapat juga menggunakan model berikut.
"Benefit adalah nilai keuangan (moneter) langsung untuk pegawai yang secara cepat dapat ditentukan" (Mangkunegara, 2007:86).
Model di atas mencantumkan nama belakang penulis, tahun, dan halaman di dalam tanda kurung. Nama belakang penulis ditulis huruf kapital diakhiri tanda koma (,) diikuti spasi, lalu ditulis tahun, diikuti tanda titik dua (:) tanpa spasi dengan halaman buku.Catatan:
Tanda kutipan tunggal ('…') digunakan di dalam tanda kutip ("…"), misalkan Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah "Ada hubungan yang erat antara rasa 'PD' seseorang dengan totalitas pembacaan puisi."
NOTE: Kutipan Panjang dengan Sebagian Kalimat Dihilangkan
Kutipan ini ditulis dengan menggunakan tanda elipsis (…). Tanda ini digunakan untuk menghilangkan bagian kalimat yang kurang diperlukan.
Contoh:
"Program benefit bertujuan untuk memperkecil turnover, meningkatkan modal kerja, dan meningkatkan keamanan. …. Sedangkan program pelayanan adalah laporan tahunan untuk pegawai, adanya tim olah raga, kamar tamu pegawai, kafetaria pegawai, surat kabar perusahaan, toko perusahaan, discount (potongan harga) produk perusahaan, bantuan hukum, fasilitas ruing baca dan perpustakaan, pemberian makan siang, adanya fasilitas medis, dokter perusahaan, tempat parkir, ada program rekreasi atau darmawisata" (Mangkunegara, 2009:86).
Perhatikan penggunanaan tanda elipsis di atas! Untuk menghilangkan sebagian kalimat, tanda elipsis ditulis dengan menggunakan tanda titik (.) sebanyak tiga. Untuk titik ke empat, merupakan penanda akhir kalimat.
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi
Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi
Kutipan boleh diapit tanda petik, boleh juga tidak
Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan.
Contoh :
Contoh Kutipan, Kutipan Langsung, tata cara mengutip, kutipan tidak langsung
Kutipan Tidak Langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya.
Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki, dapat juga dengan sistem catatan langsung (catatan perut ).
a. Ditulis menyatu dengan teks
b. Tidak menggunakan tanda petik
c. Mencantumkan nama akhir pengarang, tahun, dan nomor halaman.
Kutipan pada catatan kaki
Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan dalam kutipan
Kutipan langsung pada materi
D. Catatan Daftar Pusaka
Daftar pustaka adalah daftar yang tercantum secara spesifik dari berbagai buku yang dijadikan sumber referensi baik dari buku atau karya ilmiah yang bersangkutan.
Fungsi Daftar Pustaka
Sebagai salah satu cara untuk memberikan berbagai referensi yang berhubungan bagi pembaca untuk melakukan sebuah kajian lanjutan maupun kajian ulang yang berhubungan dengan tema buku tersebut.
Sebagai sebuah bentuk apresiasi terhadap penulis baik penulis buku maupun karya tulis atas karyanya yang telah memberikan manfaat dan peranan terhadap penulisan sebuah buku atau karya tulis.
Peran Daftar Pustaka
Sebagai penggambaran dari sumber tulisan yang diperoleh.
Sebagai peninjauan tentang pengetahuan, pengalaman, bahkan pertanggungjawaban penulis buku rujukan tersebut.
Untuk mengantisipasi tuduhan plagiasi intelektual
Unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Judul buku ditulis miring (italic) diikuti tanda titik (.)
Kota penerbit diikuti tanda titik dua (:)
Nama perusahaan penerbit diikuti tanda titik (.)
Contoh : Mustava Wijayakusuma. 2009. Mukjizat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Tulis nama penulis sesuai dengan huruf alfabet (A-Z).
Apabila nama penulis sama namun judul buku berbeda, maka dibawah nama diberi tanda garis panjang sebanyak 10 sekaligus mengurutkan tahun yang lama ketahun yang lebih baru.
Contoh: Mustava Wijayakusuma. 2009. Mukjizat Air Putih. Yogjakarta: Data Media. __________. 2010. Khasiat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.
Apabila mendapatkan buku dengan dua penulis, maka nama kedua penulis tersebut di tulis semua.
Contoh : Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jika nama penulis banyak (lebih dari satu orang), maka penulis utama yang dicantumkan kemudian diberi tanda koma dan diikuti dkk (dan kawan-kawan).
Contoh: Zuhdi, dkk. 2008. Cara Menulis Buku. Malang: Rena Press.
Jika penulis buku orang asing, maka penulisan namanya dibalik dan diikuti tanda koma. Hal ini dikarenakan nama asing meletakkan nama sendiri di belakang nama keluarga atau nama marga.
Contoh : Harrison, P. 1987. The Greening of Africa. Penguin Books : New York.
Penulisan Daftar Pustaka yang diambil dari Penelitian
Dalam penulisan daftar pustaka yang diambil dari penelitian (jurnal, skripsi, tesis, dll) hampir sama dengan penulisan yang diambil dari buku. Namun letak perbedaannya hanya menambahkan jenis penelitian dengan diikuti tanda kurung.
Unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Judul penelitian ditulis miring (italic) dan ditambah jenis penelitian diikuti tanda kurung kemudian tanda titik (.)
Kota penerbit diikuti tanda titik dua (:)
Nama Perguruan Tinggi diikuti tanda titik (.)
Contoh : Iffah Mardiyati. 2011. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru di Mediasi Komitmen Sekolah Studi Kasus di SMK Negeri se-Kecamatan Pati (Tesis). Semarang: Universitas STIKUBANK.
Penulisan Daftar Pustaka yang diambil dari Artikel
Artikel yang dimaksud dapat diambil dari internet maupun majalah atau media cetak lainnya.
Untuk artikel dari Majalah unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Judul artikel ditulis miring (italic) diikuti kata dalam majalah
Dilanjutkan nama Media Cetak ditulis miring (italic), edisi lengkap dengan tanggal, bulan dan tahun diikuti tanda titik (.)
Contoh : Djaali. 2007. Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional Melalui Program Sertifikasi dalam majalah Buletin BSNP Edisi Mei 2007.
Untuk artikel dari Internet unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Judul artikel ditulis miring (italic) diikuti tanda titik (.)
Alamat website lengkap dengan tanggal, bulan, tahun dan waktu mengakses atau mendownload diikuti tanda titik (.)
Contoh : Ahmad Syaifudin. 2015. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Makalah.http://tipspendidikanku.blogspot.com/2015/04/hal-hal-
yang-perlu-diperhatikan-dalam.html, 14 April 2015.
Tambahan:
Apabila daftar pustaka tidak ditemukan, maka
- Nama diganti dengan anonim
- Tahun diganti dengan tanpa tahun
Sebaiknya pisahkan daftar pustaka dari buku dan internet atau media cetak.
Gelar tidak diikutkan dalam penulisan daftar pustaka
E. Catatan Kaki
Footnote merupakan catatan yang menyebutkan sumber dari suatu kutipan. Footnote atau catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.
Fungsi Catatan Kaki (Footnote)
Beberapa fungsi catatan kaki (footnote) adalah sebagai berikut:
Untuk menunjukkan atau menguatkan evidensi (pembuktian) semua pernyataan dan keterangan tentang sesuatu yang harus dikuatkan penjelasannya. Keterangan pada footnote adalah menunjukkan tempat dimana evidensi tersebut didapatkan.
Untuk menunjukkan adanya peminjaman atau pengambilan dari bahan yang digunakan. (Untuk fakta-fakta yang bersifat umum tidak perlu diberi footnote).
Untuk memperluas diskusi suatu masalah tertentu di luar konteks dan teks.
Untuk memberi keterangan atau petunjuk. Misalnya untuk menunjukkan bahan dalam lampiran, atau persoalan-persoalan yang sudah di bahas dalam halaman, sub-bab, atau bab dalam karya ilmiah yang bersangkutan.
Unsur-unsur Catatan Kaki (Footnote)
Catatan kaki (footnote) terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
Nama penulis/pengarang, penterjemah, dan editor ditulis lengkap tanpa gelar kesarjanaan. Untuk penulis yang bukan penulis asli tetap dicantumkan seperti penulis asli, dengan tambahan keterangan di belakang nama tersebut, seperti penyusun, penyadur, penterjemah, dan editor.
Judul buku/tulisan ditulis selengkap-lengkapnya, huruf pertama judul dengan besar kecuali kata sambung dan kata depan.
Tahun penerbitan, tahun berapa sumber kutipan atau referensi diterbitkan atau dipublikasikan.
Nomor halaman, dalam footnote - nomor halaman disingkat "hal" kemudian diikuti dengan nomor halaman yang dikutip dengan sela satu ketukan.
Ketentuan Kutip pada pada Catatan Kaki (Footnote)
Ketentuan penulisan sumber pustaka diwujudkan dalam bentuk kutipan dan catatan kaki (footnote) adalah sebagi berikut:
Setiap kutipan baik kutipan langsung maupun kutipan yang tidak langsung harus diberi nomor pada akhir kutipan dengan angka arab yang diketik setengah spasi di atas garis ketikan teks naskah. Nomor kutipan harus berurut sampai akhir bab. Kutipan atas pendapat yang bersumber pada tulisan orang lain yang dirujuk dalam naskah essay harus disebutkan sumbernya dengan menggunakan catatan kaki (footnote). Catatan kaki ini menunjukkan dan menginformasikan sumber kutipan. Catatan kaki dapat digunakan pula untuk memberikan komentar mengenai sesuatu yang dikemukakan di dalam teks.
Penulisan catatan kaki dilakukan dengan mencantumkan nama, tahun terbit, judul buku, nama penerbit, kota, dan halamannya. Jika nama pengarang terdiri dari 2 (dua) orang, maka keduanya harus dicantumkan dalam catatan kaki. Jika nama pengarang terdiri dari 3 (tiga) orang atau lebih, maka cukup nama akhir dari pengarang pertama yang ditulis dan di belakangnya ditulis "et all" (artinya dengan orang lain) bagi tulisan dan penulis dari luar Indonesia atau menggunakan "dkk." (dan kawan-kawan) jika tulisan atau penulis dari Indonesia, tetapi dalam daftar pustaka harus dicantumkan semua nama pengarangnya. Judul buku dalam catatan kaki harus diketik dengan cetak miring. Penulisan halaman disingkat dengan "hlm".
Penulisan catatan kaki dapat dilakukan pula dengan menggunakan singkatan ibid, op. cit., dan loc. cit.
Ibid merupakan singkatan dari ibidem yang artinya dalam halaman yang sama. Ibid digunakan dalam catatan kaki apabila kutipan diambil dari sumber yang sama dan belum disela oleh sumber lain.
Op.cit. merupakan singkatan dari opera citato yang artinya dalam keterangan yang telah disebut. Op.cit digunakan dalam catatan kaki untuk menunjuk kepada sumber yang sudah disebut sebelumnya secara lengkap, tetapi telah disela dengan sumber lain dan halamannya berbeda.
Loc.cit. merupakan singkatan dari loco citato yang artinya pada tempat yang sama telah disebut. Loc.cit. digunakan dalam catatan kaki apabila hendak menunjukkan kepada halaman yang sama dari sumber yang sama yang sudah disebut terakhir, tetapi telah disela oleh sumber lain.
Penggunaan ibid tidak perlu menuliskan nama pengarangnya karena penggunaan ibid tersebut hanya dilakukan ketika sumber yang telah dikutip belum disela dengan sumber lainnya. Sebaliknya, penggunaan op.cit. dan loc.cit. tetap harus menuliskan nama pengarangnya yang diikuti dengan tulisan op.cit. atau loc.cit.
Contoh Penulisan Catatan Kaki (Footnote)
Berikut ini berbagai contoh penulisan catatan kaki (footnote) yang berasal dari berbagai bentuk sumber kutipan:
Sumber Buku
1 Budi Martono, Penyusutan dan Pengamanan Arsip Vital dalam manajemen Kearsipan (Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 1994), hlm. 16.
Sumber artikel dalam terbitan berkala (majalah ilmiah, jurnal)
1 Gemala Rabi'ah Hatta, "Rekam Medis dan Kesehatan (Medical Records) dalam Kedudukannya sebagai Penunjang Kesehatan Nasional", dalam Berita Arsip Nasional, No. 26, Juni 1988 (Jakarta: ANRI, 1988), hlm. 8.
Sumber artikel dalam sebuah buku (kumpulan karangan)
1 David Roberts, "Managing Records in Special Formats", dalam Judith Ellis (ed.), Keeping Archives (Victoria: D.W. Thorpe, 1993), hlm. 387.
Sumber Makalah Seminar
1 Machmoed Effendhie, "Arsip Sebagai Sumber Informasi dalam Pengambilan Keputusan", Makalah seminar Apresiasi Kearsipan Pejabat Eselon III dan IV Kabupaten Sleman, 11 September 2001, hlm. 14.
Sumber Terbitan Pemerintah
1 Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip, pasal 6.
Sumber Terbitan Organisasi
1 Developing and Oprating a Records retention Programme, ARMA, 1986, hlm. 52.
Sumber Lisan
1 Wawancara dengan Mudjono NA, tanggal 13 Oktober 2003 di Kantor Kepatihan Yogyakarta.
Sumber Karya Ilmiah Tidak diterbitkan (LTA, Skripsi, Tesis, Disertasi, dll.)
1 Erna Handayani dkk., "Perubahan Pengelolaan Arsip Aktif dari Sentralisasi ke desentralisasi di P.T. Sari Husada", LTA D-III Kearsipan Fakultas Ilmu Budaya, UGM, 2000, hlm. 28.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, aspek - aspek konvensi karya ilmiah adalah hal - hal yang menjadi kesepakatan bersama dalam penulisan karya ilmiah. Aspek - aspek tersebut meliputi hal - hal berikut :
Perwajahan
Penomoran
Kutipan
Catatan kaki
Catatan Pustaka
DAFTAR PUSAKA
Hs. Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
Sofyan, Agus N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama.
Hs., Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. Hal. 35
Ibid hal 36
Ibid hal. 47
Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma. Hal. 78
Ibid hal. 79
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia. Hal. 56
Ibid hal. 57
Ibid hal. 59
Sofyan, Agus N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama. Hal. 88
Ibid hal. 89
Ibid hal. 90